Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Tin Yolit

38
UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT Penyusun : Agung Alit Dwija Kangka (030.09.004) Nyoman Arya Adi Wangsa (030.09.177) Sartika Rizky Hapsari (030.09.225) Pembimbing : dr. Hertian S.T. MKM.

description

sddjcd

Transcript of Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Tin Yolit

UPAYA PENCEGAHAN

DAN

PEMBERANTASAN PENYAKIT

Penyusun :

Agung Alit Dwija Kangka (030.09.004)

Nyoman Arya Adi Wangsa (030.09.177)

Sartika Rizky Hapsari (030.09.225)

Pembimbing :

dr. Hertian S.T. MKM.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA

2015

BAB I

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan yang berkualitas merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, dimana masyarakat, bangsa dan negara dapat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Usaha peningkatan derajat kesehatan diupayakan melalui upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), serta upaya-upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Usaha-usaha tersebut dilakukan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan serta peningkatan sistem pengamatan penyakit, pengkajian, cara penanggulangan secara terpadu dan penyelidikan terhadap penularan penyakit.

Dalam mewujudkan pelaksanaan upaya-upaya di atas tentunya harus didukung oleh sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu memenuhi tuntutan dan kebutuhan pembangunan di bidang kesehatan, baik masa kini maupun masa datang. Salah satu program yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan di bidang kesehatan adalah pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Program tersebut dilaksanakan untuk mencegah berjangkitnya penyakit atau mengurangi angka kematian dan kesakitan, dan sedapat mungkin menghilangkan atau mengurangi akibat buruk dari penyakit

menular tersebut.

Penyakit menular yang juga dikenal sebagai penyakit infeksi dalam istilah medis adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar dan trauma benturan) atau kimia (seperti keracunan) yang mana bisa ditularkan atau menular kepada orang lain melalui media tertentu seperti udara (TBC, Infulenza dll), tempat makan dan minum yang kurang bersih pencuciannya (Hepatitis, Typhoid/Types dll), Jarum suntik dan transfusi darah(HIV-Aids,Hepatitisdll). Beberapa penyakit menular yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah diare, malaria, demam berdarah dengue, influensa, tifus abdominalis, penyakit saluran cerna, dan penyakit lainnya.

Adapun penyakit yang tidak menular adalah penyakit yang diderita pasien yang pada umumnya disebakan bawaan/keturunan, kecacatan akibat kesalahan proses kelahiran, dampak dari berbagai penggunaan obat atau konsumsi makanan serta minuman termasuk merokok, kondisi stress yang mengakibatkan gangguan kejiwaan. Beberapa penyakit tidak menular yang menunjukkan kecenderungan peningkatan adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, kanker, diabetes melitus, kecelakaan, dan sebagainya.

Untuk melakukan upaya pemberantasan penyakit menular, penanggulangan Kejadian Luar biasa (KLB) penyakit dan keracunan, serta penanggulangan penyakit tidak menular dierlukan suatu sistem surveilens penyakit yang mampu memberikan dukungan upaya program dalam daerah kerja Kabupaten/Kota, propinsi, dan Nasional. Salah satunya program pencegahan dan pemberantasan penykit (P2M) yang diadakan di intasi kesehatan seperti puskesmas

Puskesmas merupakan sebuah institusi pelayanan kesehatan yang berbasiskan masyarakat yang ikut berperan sebagai perangkat pembangunan kesehatan milik pemerintah. Upaya kesehatan puskesmas meliputi upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Di sini, puskesmas difungsikan sebagai ujung tombak penentu kinerja Kabupaten atau kota untuk mewujudkan masyarakat yang sehat di wilayah kerjanya karena Puskermas merupakan sarana pelayanan kesehatan dasar yang paling dekat dengan masyarakat.

Pada tahun 1987 telah dikembangkan Sistem Surveilens Terpadu (SST) berbasis data, Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), dan Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS), yang telah mengalami beberapa kali perubahan dan perbaikan. Sistem tersebut disesuaikan dengan ketetapan Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah; Undang Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom; dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilens Epidemiologi Kesehatan serta kebutuhan informasi epidemiologi untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular.

BAB II

PENGERTIAN

Penyakit adalah adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Untuk menyembuhkan penyakit, orang-orang biasa berkonsultasi dengan seorang dokter.

Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain) baik secara langsung maupun melalui perantara. Suatu penyakit dapat berpindah dari satu orang ke orang yang lain karena adanya penyebab penyakit (agent), pejamu (host) dan cara penularan (route of transmission). Agent penyakit menular dapat berupa virus, riketsia, bakteri, protozoa, jamur dan cacing. Agar agent penyebab ini bias bertahan maka harus terjadi perkembangbiakan, berpindah dari satu host ke host yang lain, mencapai host yang baru dan menginfeksi host yang baru. Cara penularan yang dapat dilakukan dengan kontak, inhalasi (air bone infection), kontaminasi (melalui makanan dan minuman), penetrasi pada kulit dan infeksi melalui plasenta. Beberapa jenis penyakit yang menular:

Anthrax

Beguk

Batuk rejan (pertusis)

Beri-beri

Cacingan

Cacar Air (varicella)

Campak

Chikungunya

Demam campak

Demam berdarah

Demam kelenjar

Diare

Disentri Amuba

Eritema infektiosum (Parvovirus B19)

Hepatitis A

Hepatitis B

Hepatitis C

Impetigo

Influenza

Kolera

Lepra

Malaria

Penyakit Meningokokus

Penyakit tangan, kaki dan mulut

Rabies

Radang lambung dan usus

Rubeola

Rubella

Tetanus

Tuberkulosis

Kutu

Konjungtivitis

Kurap

Kudis

Skarlatina

Flu Burung

Macam penyakit menular:

Penyakit karantina atau wabah (UU No.1 dan 2 tahun 1962): Kolera, Pes, Demam kuning, Deman bolak-balik, Tifus Bercak Wabah, Poliomielitis danDifteri).

Penyakit menular dengan potensi wabah tinggi: DBD, Diare, Campak, Pertusis dan Rabies, Avian Influenza, HIV/AIDS.

Penyakit menular dengan potensi wabah rendah: malaria, meningitis, frambusia, keracunan, influenza, ensefalitis, antraks, tetanus neonatorum dan tifus abdominalis.

Penyakit menular yang tidak berpotensi wabah : kecacingan, lepra, TBC, Sifilis, Gonore dan Filariasis.

Penyakit tidak menular adalah penyakit yang tidak disebabkan oleh kuman, tetapi disebabkan karena adanya problem fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh manusia. Penyakit-penyakit tersebut contohnya ialah; batuk, seriawan, sakit perut, dan sebagainya.

Pengalaman menunjukkan bahwa penyakit menular yang terdapat di dalam wilayah kerja

Puskesmas di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok penyakit menular sesuai dengan sifat penyebarannya di dalam masyarakat wilayah tersebut, ialah:

1. Penyakit menular yang secara endemik berada diwilayah, yang pada waktu tertentu dapat menimbulkan wabah, yang dapat dikelompokkan ke dalam penyakit-penyakit menular potensial wabah.

2. Penyakit menular yang berada di wilayah dengan endemisitas yang cukup tinggi sehingga jika tidak diawasi dapat menjadi anacaman bagi kesehatan masyarakat umum.

3. Penyakit- penyakit menular lain yang walaupun endemisitasnya tidak terlalu tinggi di dalam masyarakat, tetapi oleh karena sifat penyebarannya dianggap sangat membahayakan masyarakat, maka penyakit-penyakit ini perlu diawasi keberadaannya.

Dalam upaya pencegahan terjadinya wabah dan penularan penyakit dalam program Puskesmas dilaksanakan program P4M (Pencegahan, Pemberantasan, Pembasmian, Penyakit Menular) dengan tujuan eradikasi penyakit sampai ke akarnya. Kemudian diganti menjadi P3M (Pencegahan, Pencegahan Penyakit menular) dan P2M & PLP (Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan Pemukiman).

Penyakit dapat dibedakan menjadi :

a. Penyakit menular

b. Penyakit infeksi

c. Penyakit Kontak

d. Penyakit karantina

e. Penyakit endemi

f. Penyakit epidemi (wabah)

g. Penyakit Pandemi

Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan agent / hasil toxin yang berasal dari reservoir dan ditularkan ke host yang rentan. Mata rantai penularan terdiri dari :

a. Agent / hasil toksin

b. Reservoir (sumber penularan)

c. Transmisi (cara penularan)

d. Host / penjamu

Kejadian Luar Biasa (KLB) ialah kejadian kesakitan dan atau kematian yang menarik perhatian umum dan mungkin menimbulkan ketakutan dikalangan mayarakat, atau yang menurut pengamatan epidemiologik dianggap adanya peningkatan yang berarti dari kejadian kesakitan/kematian tersebut pada kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. Termasuk dalam KLB ialah kejadian kesakitan atau kematian yang disebabkan oleh penyakit-penyakit baik yang menullar maupun tidak menular dan kejadian bencana alam yang diserati wabah penyakit.

Secara operasional suatu kejadian dapat disebut KLB bila memenuhi satu atau lebih ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1. Angka kesakitan/kematian suatu penyakit menular di suatu kecamatan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih selama tiga minggu berturut-turut atau lebih.

2. Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit menular di suatu kecamatan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata sebulan dalam setahun sebelumnya dari penyakit menular yang sama di kecamatan tersebut.

3. Angka rata-rata bulanan dalam satu tahun dari penderita-penderita baru dari suatu penyakit menular disuatu kecamatan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata bulanan dalam tahun sebelumnya dari penyakit yang sama pula.

4. Case fatality rate dari suatu penyakit menular tertentu dalam suatu kurun waktu tertentu (hari, minggu, bulan) di suatu kecamatan menujukkan kenaikan 50% atau lebih bila dibandingkan dengan CFR penyakit yang sama dalam kurun waktu yang sama periode sebelumnya di kecamatan tersebut.

5. Proportional rate penderita baru dari suatu penyakit menular dalam satu periode tertentu, dibandingkan dengan proportional rate penderita baru dari suatu penyakit menular yang sama daam tahun yang lalu dengan periode yang sama menunjukkkan kenaikan dua kali atau lebih.

6. Khusus penyakit-penyakit kolera, pes, DBD/DSS :

a. Setiap peningkatan jumlah penderita-penderita tersebut diatas, di suatu daerah endemik yang sesuai dengan ketentua-ketentuan di atas.

b. Terdapatnya satu atau lebih penderita kematian menular tersebut diatas, di suatu Kecamatan yang telah bebas dari penyakit-penyakit tersebut, paling sedikit bebas selama 4 minggu berturut-turut.

7. Apabila kesakitan atau kematian oleh keracunan yang timbul di suatu kelompok masyarakat.

8. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit yang sebelumnya tidak ada. Khusus untuk kasus AFP (Acute Flaccid Paralysis) dan Tetanus neonatorum ditetapkan sebagai KLB bila ditemukan satu kasus atau lebih.

Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (UU No.4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular)

Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dilaksanakan dengan upaya-upaya :

1. Pengobatan, dengan memberikan pertolongan penderita, membangun pos-pos kesehatan di tempat kejadian dengan dukungan tenaga dan sarana obat yang memadai termasuk rujukan.

2. Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya, abatisasi pada KLB DBD, kaporisasi pada sumur-sumur yang tercemar pada KLB diare, dsb.

3. Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan pengamatan. Pemantauan dan logistik.

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit (P2P) terdiri dari kegiatan pengamatan penyakit, pencegahan termasuk imunisasi serta penanggulangan dan pemberantasan penyakit. Berbagai cara pencegahan dapat diterapkan salah satunya dengan membangkitkan kekebalan pada masyarakat melalui pelayanan yang dalam pelaksanaannya diintegrasikan ke dalam program-program pelayanan perolrangan seperti KIA, UKS, dan kegiatan imunisasi di luar gedung Puskesmas. Mengingat pentingnya pelayanan imunisasi ini, maka cakupan imunisasi di dalam masyarakat perlu dimonitor dengan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) imunisasi Puskesmas menurut distribusi desa.

Ada beberapa cara penularan penyakit menular, yaitu :

1. Penularan secara kontak, baik kontak langsung maupun kontak tidak langsung.

2. Penularah memalui vehicle seperti melalui makanan dan minuman yang tercemar.

3. Penularan melalui vektor.

4. Penularan melalui suntikan, transfusi, tindik, tato.

5. Penularan melalui hubungan seksual.

Surveilans epidemiologi penyakit dapat diartikan sebagai kegiatan pengumpulan data atau informasi melalui pengamatan terhadap kesakitan atau kematian dan penyebaran serta faktor-faktor yang mepengaruhinya secara sistematik, terus-menerus dengan tujuan untuk perencanaan suatu program, mengevaluasi hasil program, dan sistem kewaspadaan dini.

Untuk dapat memonitor atau mengamati distribusi penyakit menular di dalam masyarakat wilayah kerja Puskesmas, dilakukan pencatatan peristiwa kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh penyakit menular tersebut. Untuk pemantauan penyakit menular tertentu yang menjadi masalah kesehatan di wilayah Puskesmas disajikan dalam PWS mingguan Penyakit (contoh PWS [Formulir W2] penyakit campak, diare, DBD, dll). Dengan penggunaan PWS penyakit sara mingguan ini dapat dikenali atau diketahui secara dini kenaikan atau distribusi suatu penyakit menular tertentu menurut tempat dan waktu.

BAB III

TUJUAN

A.Tujuan Umum

Menurunnya angka kesakitan, kematian, dan angka kecacatan akibat penyakit.

B.Tujuan Khusus

1. Terlaksananya kegiatan pengamatan penyakit menular dan penyakit tidak menular.

2. Terlaksananya kegiatan pencegahan penyakit dan imunisasi.

3. Terlaksananya kegiatan pemberantasan penyakit menular langsung (TBC, Kusta, Diare dan kecacingan, ISPA, serta Penyakit menular Seksual dan HIV AIDS).

4. Terlaksananya kegiatan pemberantasan penyakit bersumber vektor dan rodent. (DBD, Malaria, Rabies, dan filaria).

BAB IV

KEGIATAN DAN SASARAN

A. Program Pemberantasan Penyakit Menular di Puskesmas

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular merupakan program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll). Tujuan dari program P2M ini yaitu untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular. Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah Malaria, demam berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Uraian tugas umum untuk koordinator unit pencegahan dan pemberantasan penyakit menular yaitu menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan di unit p2m, mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unitnya, dan kut serta aktif mencegah dan mengawasi terjadinya peningkatan kasus penyakit menular serta menindaklanjuti terjadinya KLB. Banyak sekali upaya yang dilakukan oleh puskesmas untuk memberantas penyakit menular, setelah puskemas bekerja, kinerja p2m puskesmas langsung dilaporkan kepada kepala dinas kesehatan daerah tingkat II.

B. Kegiatan Pokok P2M

Secara umum, untuk pemberantasan penyakit menular, puskesmas memiliki tugas-tugas yang terbagi dalam lima hal. Terdapat banyak sekali macam penyakit menular, berikut ini jenis penyakit menular yang bersumber data dari puskesmas berdasarkan KEPMENKES RI NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu:

NO.

Penyakit

NO.

Penyakit

1.

Kolera

14.

Malaria Klinis

2.

Diare

15.

Malaria Vivax

3.

Diare berdarah

16.

Malaria falsifarum

4.

Tifus perut klinis

17.

Malaria mix

5.

TBC paru BTA (+)

18.

Demam berdarah dengue

6.

Tersangka TBC paru

19.

Demam dengue

7.

Kusta PB

20.

Pneumonia

8.

Kusta MB

21.

Sifilis

9.

Campak

22.

Gonrrhea

10.

Difteri

23.

Frambusia

11.

Batuk rejan

24.

Filariasis

12.

Tetanus

25.

Influensa

13.

Hepatitis klinis

Kegiatan pokok pemberantasan penyakit menular oleh puskesmas terdiri dari pencegahan dan penanggulangan faktor risiko, peningkatan imunisasi, penemuan dan tatalaksana penderita, Peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah, serta Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit.

a. Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Risiko

Selain pasien yang telah terinfeksi penyakit menular, masyarakat yang memiliki risiko tinggi juga perlu diperhatikan, karena masyarakat yang memiliki risiko tinggi bisa memiliki risiko kapan saja terkena penyakit menular. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko terdiri atas:

Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan kebijakan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko dan diseminasinya

Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan untuk pencegahan dan penanggulangan faktor resiko

Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko sebagai stimulam

Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman pencegahan dan penanggulangan faktor risiko

Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko

Melakukan bimbingan, pemantauan dan evaluasi kegiatan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko

Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis pencegahan dan penanggulangan faktor risiko

Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor risiko

Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahn dan penanggulangan faktor risiko.

Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyakit.

b. Peningkatan imunisasi

Imunisasi sangat penting untuk mencegah dan melindungi seseorang terjangkit penyakit menular, ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas dalam hal peningkatan imunisasi yaitu:

Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan diseminasinya

Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan imunisasi

Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan yang ditujukan terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan khusus sesuai dengan skala prioritas

Menyiapkan materi dan menyusun rancagan juklak juklak/juknis/protap program imunisasi

Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi

Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program imunisasi

Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi

Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis peningkatan imunisasi

Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi

Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan imunisasi

Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan imunisasi

c. Penemuan dan tatalaksana penderita

Selain kunjungan penderita ke puskesmas, puskesmas harus berperan aktif dalam penemuan dan kunjungan terhadap penderita. Penemuan dan tatalaksana penderita terdiri atas upaya bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan tatalaksana penderita, serta meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita. Di dalam upaya penemuan dan tatalaksana penderita dibutuhkan kerjasama antara masyarakat dan puskesmas untuk saling bekerjasama sehingga dapat memabangun status kesehatan pada masyarakat yang optimal dengan pemberantasan penyakit menular, sebagai contoh seperti kasus TBC yang membutuhkan peran penting puskesmas. Apabila pasien berhenti dalam masa pengobatan akibat halangan tertentu atau lalainya pasien dalam kunjungan ke puskesmas untuk kontrol, maka puskesmas harus aktif mengunjungi rumah penderita, sebab apabila pasien tersebut berhenti minum obat, maka upaya pemberantasan TBC dikatakan gagal dan pasien harus mengulang tahap pengobatan mulai dari awal. Serta apabila pasien terus-terusan memberhentikan pengobatan di tengah-tangah masa pengobatan, maka akan terjadi resistensi dan hal ini dapat menyebabkan kemungkinan penyebaran penyakit semakin besar. Itulah sebabnya, puskesmas terdekat harus mengunjungi rumah pasien agar dapat menjangkau pasien dan menyukseskan upaya p2m. Kegiatan pokok dalam upaya ini yaitu:

Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan penemuan dan tatalaksana penderita dan diseminasinya

Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita

Menyediakan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita sebagai stimulan

Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program penemuan dan tatalaksana penderita

Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita

Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan tatalaksana penderita

Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana penderita

Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita

Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan tatalaksana penderita

Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan penemuan dan tatalaksana penderita.

d. Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah

Surveilans epidemilogi penyakit menular juga merupakan salah satu upaya pemberantasan penyakit menular yang penting, karena dengan surveilans epidemiologi penyakit menular, puskesmas dapat mengetahui penyebaran dan hubungannya dengan faktor risiko, surveilans epidemiologi ini dapat mendukung pemberantasan penyakit menular dari data yang didapat oleh puskesmas itu sendiri. Kegiatan pokok:

Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah dan diseminasinya

Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah

Menyediakan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah sebagai stimulan

Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah

Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan menanggulangi KLB/Wabah, termasuk dampak bencana

Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah

Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah

Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah

Melakukan kajian upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah

Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah

Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.

Surveilans merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program. Jadi, surveilans epidemiologi penyakit menular merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan terus-menerus terhadao penyakit menular yang terjadi di suatu wilayah tertentu agar dapat melakukan tindakan penanggulangaan penyakit menular secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Tujuan surveilans epidemiologi penyakit menular yaitu:

Terkumpulnya data kesakitan, data laboratorium dan data KLB

penyakit menular di Puskesmas sebagai sumber data Surveilans Terpadu Penyakit Menular.

Terdistribusikannya data kesakitan, data laboratorium serta data KLB penyakit menular kepada unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, unit surveilans Dinas Kesehatan Propinsi dan unit surveilans Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular

Terlaksananya pengolahan dan penyajian data penyakit menular dalam bentuk tabel, grafik, peta dan analisis epidemiologi lebih lanjut oleh Unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan Ditjen PPM &PL Depkes

Terdistribusinya hasil pengolahan dan penyajian data penyakit menular beserta hasil analisis epidemiologi lebih lanjut dan rekomendasi kepada program terkait di Puskesmas, Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional, pusat-pusat riset, pusat-pusat kajian dan perguruan tinggi serta sektor terkait lainnya

Di dalam KEPMENKES RI NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, dinyatakan bahwa prioritas surveilans penyakit yang perlu dikembangkan adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, penyakit yang potensial menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa, penyakit menular dan keracunan, demam berdarah dan demam berdarah dengue, malaria, penyakit-penyakit zoonosis antara lain antraks, rabies, leptospirosis, filariasis serta tuberkulosis, diare, tipus perut, kecacingan dan penyakit perut lainnya, kusta, frambusia, penyakit HIV/AIDS, penyakit menular seksual, pneumonia, termasuk penyakit pneumonia akut berat (severe acute respiratory syndrome), hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, neoplasma, penyakit paru obstuksi menahun, gangguan mental dan gangguan kesehatan akibat kecelakaan. Salah satu ruang lingkup penyelenggaran surveilans terpadu penyakit yaitu surveilans terpadu penyakit bersumber data Puskesmas, jenis penyakit menular yang termasuk di dalam surveilans terpadu penyakit berbasis puskesmas meliputi kolera, tifus perut klinis, TBC paru BTA (+), tersangka TBC paru, kusta PB, Kusta MB, campak, difteri, batuk rejan, tetanus, hepatitis klinis, malaria klinis, malaria vivax, malaria falsifarum, malaria mix, demam berdarah dengue, pneumonia, sifilis, gonorrhoe, frambusia, filariasis, dan influenza. Data-data surveilans terpadu penyakit didapatkan dari data harian pelayanan yang disusun dalam sistem perekaman data puskesmas. Masing-masing unit surveilans di Puskemas memiliki peran khusus dalam penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit Peran tersebut diformulasikan sebagai kegiatan teknis surveilans yang saling mempengaruhi kinerja antara yang satu dengan unit surveilans yang lain dalam jejaring surveilans.

C. Penyakit Menular

PROGRAM PENGAWASAN TERHADAP PENYAKIT MENULAR

Pokok Persoalan dan Tantangan:

Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem pemerintahannya menjadi sistem desentralisasi yang membahayakan sistem pengawasan Penyakit Menular.

Sasaran:

Memperkuat pengawasan penyakit yang menular melalui hubungan seksual (STI).

Memperkuat pengawasan HIV.

PROGRAM PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN DAN PENGAWASAN TERHADAP PENYAKIT MENULAR

Pokok Persoalan dan Tantangan:

Infeksi Filariasis dan penularannya selalu terdapat di banyak daerah tanpa kegiatan pengawasan yang cukup. Proyek percobaan untuk ELF memperlihatkan hasil yang menjanjikan yang perlu ditingkatkan ke tingkat propinsi, sesuai dengan komitmen untuk target penghapusan global (Mekhong Plus).

Infeksi Dengue dan komplikasinya seperti demam berdarah terus meningkat di daerah kota dan pinggir kota dengan meningkatnya angka kesakitan namun menurunnya angka kematian yang menjanjikan. Partisipasi dan jaringan masyarakat diperlukan untuk memulai pengawasan dari penularan dengue (terutama di perkotaan) dan filariasis (terutama di pedesaan).

Leptospirosis tetap menjadi hal yang serius meskipun tidak ada laporan yang mengancam. Rabies dan Japanese Encephalitis adalah masalah utama yang memerlukan dukungan dari sistem pemerintahan untuk memperkuat pengawasan dan vaksin pencegahan.

Frambesia dan kusta adalah penyakit menular yang dapat diobati, namun dengan penularan utama yang terjadi di daerah yang miskin, terpencil, kurang pelayanannya, diperlukan kesadaran yang ditingkatkan dan dukungan dari pemerintah setempat, dan juga tingkat daerah. Helminthiasis yang sangat umum dan sangat endemis dengan pengaruh kesehatan yang kronik yang dapat secara luas ditingkatkan melalui pemberantasan cacing yang berulang-ulang secara masal, yang harus dikoordinasikan dengan perawatan ELF dimanapun memungkinkan.

Sasaran:

Meningkatkan dan mempertahankan kualitas dari komponen-komponen terpilih dan bidang-bidang yang termasuk dalam program nasional untuk mencegah, mengawasi, dan menghapuskan penyakit-penyakit yang ditargetkan, termasuk ELF, partisipasi dan jaringan masyarakat untuk pengawasan dengue dan arbovirus lainnya, anti-helminthiasis deworming, leptospirosis, rabies, yaws dan kusta.

PROGRAM PEMBERANTASAN MALARIA

Pokok Persoalan dan Tantangan:

Malaria tetap menjadi salah satu penyakit menular yang utama di sebagian besar daerah di Indonesia. Ancaman yang muncul kembali telah terjadi di daerah-daerah pengawasan efektif sebelumnya. Angka kesakitan dan kematian Malaria secara bermakna mempengaruhi bagian-bagian yang lebih miskin di negara. Sebuah rencana pembangunan telah dikembangkan, bersama dengan meningkatnya pendanaan yang baru-baru ini disetujui melalui Global Fund untuk AIDS, TB dan Malaria, namun pelaksanaanya belum dimulai. Kini desentralisasi sedang berjalan yang memerintahkan pelaksanaan tanggung jawab di tingkat daerah dan propinsi. Unit Malaria di DepKes meneruskan kebutuhan untuk memperkuat fungsinya sebagai koordinator dari "Gebrak Malaria" dan GFATM. Kebijakan perawatan obat-obatan perlu terus diawasi dengan timbulnya kembali pola resistansi.

Sasaran:

Meningkatkan dan memelihara kualitas dari komponen-komponen terpilih dan daerah-daerah yang terjangkau oleh rencana kerjasama "Gebrak Malaria" untuk dilaksanakan dibawah GFATM dan sumber donatur lainnya.

PROGRAM PEMBERANTASAN TUBERCULOSIS

Pokok Persoalan dan Tantangan:

Indonesia telah mengembangkan dan memulai penerapan rencana pembangunan lima tahun untuk pemberantasan TB (2002-2006). Telah ada peningkatan marginal dalam kasus tingkat deteksi selama dua tahun terakhir hanya karena Pusat Kesehatan telah melaksanakan DOTS. Untuk memperbaiki hal ini, Badan Swasta dan Tempat Kesehatan Masyarakat lainnya harus terlibat dalam pelaksanaan DOTS. Kualitas pelaksanaan DOTS, terutama sistem pencatatan dan pelaporan, pada saat ini mengalami beberapa kekurangan yang perlu diatasi dengan memperkuat dan meluruskan kegiatan DOTS di tingkat pusat, propinsi dan daerah. Agar dapat menyediakan dukungan teknis yang berkesinambungan untuk mengatasi hal ini, maka penting untuk memperkuat dukungan teknis dalam negeri dengan menambah staf di tingkat nasional dan lapangan.

Sasaran:

Memperbaiki pelaksanaan pelayanan DOTS di seluruh negeri dengan membentuk kemitraan yang efektif dengan provider kesehatan di sektor lain (publik-gabungan publik & publik - gabungan swasta), dan penyediaan dukungan teknis yang berkesinambungan.

D. Penyakit Tidak menular

PROGRAM PENGAWASAN, PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERHADAP PENYAKIT TIDAK MENULAR

Pokok Persoalan dan Tantangan :

Kini suatu upaya yang terpadu sedang berjalan untuk mengembangkan Pengamatan Risiko Terhadap Penyakit Tidak Menular (NCD Control), dengan mengadaptasi Rencana Global dan Regional. Tiga komponen utama diadopsi, yaitu: pengamatan faktor-faktor risiko, upaya peningkatan kesehatan yang terpadu dan penghantaran perawatan kesehatan yang direformasi. Dokumen ini diharapkan akan selesai sebelum akhir tahun 2003.

Pendekatan STEPwise dari WHO untuk Pengamatan Faktor Risiko telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia selama tahun 2002-03. STEP 1 juga telah dimasukkan ke dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional - Modul Kesehatan sebagai bagian dari SURKESNAS. Selain itu, dengan pendanaan gabungan dari SEARO dan Kantor Negara, pendekatan Stepwise telah digunakan di bidang demonstrasi mengarah pada pengembangan pendekatan yang berbasis komunitas dalam pengawasan penyakit tidak menular. Disamping itu, instrumen- instrumen ini telah diperkenalkan oleh pemerintah setempat dan juga universitas guna meningkatkan pengadopsian dari instrumen-instrumen ini untuk penerapan yang lebih lanjut. Namun, rencana pembangunan nasional tentang pengamatan terhadap penyakit yang tidak menular yang utama masih perlu dikembangkan untuk mencapai sebuah konsensus dalam pengamatan terhadap penyakit yang tidak menular. Perbedaan dalam pendekatan dari dasar penyakit dan fakto risiko berdasarkan pengamatan harus saling melengkapi dan mendapatkan kepentingan yang seimbang.

Projek uji coba sedang berjalan di Depok dengan gabungan dana dari SEARO dan Kantor Negara untuk mengembangkan pendekatan yang berbasis komunitas dalam pencegahan dan pengawasan penyakit yang tidak menular yang utama. Ini adalah projek yang berlangsung lama, terutama jika kita ingin melihat perubahan perilaku. Maka, upaya yang konsisten harus ada supaya kita dapat mencapai suatu kesimpulan.

Dalam waktu 2002-3, pertemuan-pertemuan persiapan telah dilakukan untuk membentuk suatu jaringan nasional untuk pencegahan dan pengawasan dari penyakit yang tidak menular yang utama. Meskipun sektor publik/ DepKes tetap menjadi agen utama bagi pergerakan ini, ada potensi yang besar dalam sektor swasta seperti LSM yang sangat aktif dalam pencegahan dan pengawasan faktor risiko dari penyakit yang tidak menular. Maka dari itu, jaringan ini perlu didukung lebih jauh lagi.

Tantangannya kini adalah untuk melanjutkan upaya-upaya dan untuk menyokong para pemegang kepentingan yang utama untuk memungkinkan negara untuk mengantisipasi wabah penyakit yang tidak menular yang akan datang.

Sasaran :

Menerapkan Program Pembangunan Nasional untuk pencegahan dan pengawasan penyakit yang tidak menular.

PROGRAM PENGAWASAN, PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERHADAP PENYAKIT TIDAK MENULAR

Pokok Persoalan dan Tantangan :

Indonesia masih ketinggalan dalam upaya untuk memerangi kebutaan yang diakibatkan oleh katarak. Dalam kurun waktu 2002-3 beberapa petugas pemerintah telah mendapatkan pelatihan dalam Program Pengelolaan Perawatan Mata di Madurai dan di beberapa tempat. Rencana Pembangunan Nasional untuk penanggulangan kebutaan baru saja dikeluarkan, maka ini harus benar-benar didukung, dan terutama bahwa Penglihatan 2020 bukan program prioritas teratas di negeri ini.

Sasaran :

Penerapan dukungan teknis dalam rencana pembangunan untuk pencegahan dan penanggulangan kebutaan.

PROGRAM PENGAWASAN TEMBAKAU

Pokok Persoalan dan Tantangan :

Indonesia telah mengalami salah satu peningkatan terbesar dalam konsumsi tembakau di dunia - 47% selama tahun 1990an. Perokok meningkat dengan pesat di Indonesia. Sekitar 69,1% pria Indonesia berusia 20 tahun atau lebih merokok secara reguler, dengan angka yang lebih tinggi di daerah pedesaan (74,0%). Di antara anak laki-laki yang disurvei di sekolah menengah di Jakarta, 69,3% telah mencoba merokok. Perokok reguler di antara anak laki-laki berusia 15 sampai 19 tahun meningkat dari 36,8% (1997) menjadi 42,6% (2000).

Sesuai dengan WHA52.18 Indonesia aktif terlibat dalam Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) bersama dengan negara anggota PBB lainnya. Di tahun 2003, tujuannya adalah untuk meratifikasi perjanjian internasional pengawasan tembakau.

WHO akan mendukung struktur lembaga untuk membawa ke depan kunci legislatif dan elemen-elemen kebijakan dari rencana pembangunan, bekerja sama dengan berbagai departemen pemerintah, LSM dan MPR.

Sasaran :

Mengadopsi dan menerapkan rencana pengendalian tembakau nasional yang lengkap

PROGRAM KECELAKAAN/DISABILITAS

Pokok Persoalan dan Tantangan :

Kecelakaan dan kekerasan telah menjadi masalah kesehatan publik. Data dari Susenas memperlihatkan bahwa insiden kecelakaan sendiri adalah 0,5% dari satu juta orang. Selain itu, kecelakaan dan kekerasan yang berhubungan dengan ketidakstabilan politik dianggap tinggi di area-area yang terkena. Pada saat kini, tidak ada titik pusat yang diidentifikasikan di dalam DepKes. Sangat baik dimengerti bahwa menanggapi isu-isu kecelakaan dan kekerasan membutuhkan pendekatan multi-sektor. Namun demikian, kesehatan menduduki posisi yang paling strategis di bidang ini. WHO SEARO telah mengembangkan beberapa dokumen yang berhubungan dengan ini, yang dapat digunakan sebagai referensi untuk membentuk kebijakan dan kapasitas dalam menangani isu-isu ini. WHO telah menonjolkan isu ini dengan mengeluarkan Laporan Dunia tentang Kekerasan dan Kesehatan di tahun 2002.

Sasaran :

Membentuk kebijakan nasional untuk pencegahan kecelakaan dan kekerasan.

PROGRAM KESEHATAN MENTAL DAN PENYALAHGUNAAN OBAT DAN BAHAN BERBAHAYA

Pokok Persoalan dan Tantangan :

Masalah kesehatan mental menjadi masalah yang lebih menonjol belakangan ini di negara, sebagian karena dikeluarkannya Laporan Kesehatan Dunia 2001 tentang Kesehatan Mental. Ini menjadi ganda dengan adanya perubahan baru-baru ini di dalam DepKes - Direktorat Kesehatan Mental dari pendekatan berbasis rumah sakit menjadi berbasis komunitas.

Maka dari itu, di dalam kurun waktu tahun 2002-03, WHO telah mendukung pengembangan Kebijakan Kesehatan Mental Nasional dan rencana pembangunannya. Meskipun adanya upaya ini, program kesehatan mental masih belum mendapatkan anggaran belanja yang mencukupi. Selain itu, desentralisasi yang mulai diterapkan di tahun 2001 mempersulit masalah ini. Kebingungan juga meningkat karena tidak adanya pola di negara mengenai program kesehatan mental daerah yang dapat digunakan sebagai contoh. WHO-HQ baru-baru ini mengembangkan alat-alat pengelola untuk memperkuat program kesehatan mental daerah melalui Projek Kebijakan Kesehatan Mental.

Kini telah ada upaya untuk mengartikan dan mengadaptasikan dua seri modul, yaitu Perencanaan dan Penganggaran Belanja Program Kesehatan Mental dan Pengaturan Jasa-Jasa Kesehatan Mental. Adaptasi ini diharapkan untuk selesai di tahun 2003. Di tahun 2003, sebuah lokakarya pelatihan telah berhasil diselenggarakan dengan mengikutsertakan peserta dari pusat dan dari propinsi-propinsi di Jawa dan Bali untuk memperkenalkan modul dan menggunakan modul untuk mengembangkan program kesehatan mental. Di tahun 2004-05, beberapa modul lain juga akan menjalani pendekatan yang sama. Disamping itu, beberapa modul pelatihan untuk pencegahan dan pemberi perawatan utama dalam bidang kesehatan mental dan penyalahgunaan obat dan bahan berbahaya telah dikembangkan dan dilatih di beberapa propinsi. Namun tidak ada tanggapan dan pengawasan dari pelaksanaanya.

Penyalahgunaan obat dan bahan berbahaya menjadi lebih menonjol dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah telah melakukan upaya namun masih belum terlalu efektif. Kantor WHO di negara bekerja sebagian dalam isu ini, sejumlah panduan telah dikembangkan untuk para pecandu narkotika, namun ada pengertian yang berkembang bahwa narkotika sangat berhubungan dengan penyalahgunaan bahan lainnya seperti alkoholisme. Kini tantangannya adalah untuk meningkatkan kesadaran dan mengembangkan panduan nasional dalam menghadapi alkoholisme dan penyalahgunaan bahan berbahaya lainnya seperti metamphetamine, dll.

Sasaran :

Memperkuat program kesehatan mental daerah.

Memperbaharui dan mencoba di lapangan panduan nasional dan alat-alat pengelolaan penyakit mental dan neurologis dan penyalahgunaan bahan berbahaya

BAB V

PELAKSANAAN KEGIATAN

PELAKSANAAN KEGIATAN DI PUSKESMAS KECAMATAN TEBET TIMUR

Pelaksanaan upaya pokok pencegahan pemberantasan penyakit menular dan tidak menular di puskesmas tingkat kecamatan :

Kegiatan

Sasaran

Tempat

Waktu

Pelaksana

Penyuluhan

ISPA

Balita, dewasa

Poli anak dan umum, Aula

1 tahun 1x tiap kunjungan Poli

Dokter puskesmas dan tenaga kesehatan

Diare

Bayi dan anak

Poli anak, Aula

1 tahun 1x tiap kunjungan poli

Dokter puskesmas dan tenaga kesehatan

TBC

Individu, kelompok

Poli paru, Aula dan Puskesmas Kelurahan

1 tahun 2x tiap kunjungan poli

Dokter puskesmas dan tenaga kesehatan

Kusta

Dewasa

Aula

1 tahun 1x

Dokter puskesmas dan tenaga kesehatan

HIV

Pasien poli dan siswa

Poli konsultasi remaja dan sekolah

1 tahun 1x tiap kunjungan poli

Dokter puskesmas dan tenaga kesehatan

Imunisasi

Imunisasi wajib

Imunisasi sekolah

TT

Bayi (0-11 bulan)

Siswa SD (kelas I,II,III)

Ibu hamil

Poli imunisasi

Sekolah

Poli KIA

Tiap Selasa dan Kamis

Tiap kunjungan sebanyak 2x

Tenaga kesehatan

Bidan

Pemeriksaan klinis

Sputum tersangka TB

Anak dan dewasa

Poli umum, poli paru dan poli anak

Tiap kunjungan poli

Dokter puskesmas

PSN

Masyarakat

Kelurahan

1x tiap minggu (hari Jumat)

Dokter puskesmas, tenaga kesehatan dan Jumantik

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Penyakit Menular adalah penyakit yang disebabkan agent / hasil toxin yang berasal dari reservoir dan ditularkan ke host yang rentan. Mata rantai penularan terdiri dari :

a. Agent / hasil toksin.

b. Reservoir (sumber penularan).

c. Transmisi (cara penularan) .

d. Host / penjamu

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit (P2P) terdiri dari kegiatan pengamatan penyakit, pencegahan termasuk imunisasi serta penanggulangan dan pemberantasan penyakit.

B. Saran

Untuk lebih meningkatkan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan tidak menular sebaiknya dilakukan sosialisasi kepada masyarakat secara rutin serta penambahan SDM yang ada patut dipertimbangkan, agar program yang ada dapat berjalan dan terlaksana dengan baik dan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen kesehatan Republik Indonesia. Pedoman kerja Puskesmas jlid 2, 1999.

2. Pemerintah daerah Khusus ibukota Jakarta. Standarisasi pelayanan Kesehatan Puskesmas di DKI Jakarta,1999.

3. Dinas kesehatan propinsi DKI Jakarta, standar manajemen pengendalian vektor penyakit, volume 13 edidi I, 2002.

4. http://penyakit-pengobatan.blogspot.com/2007/12/penyakit-menular-dan-tidak-menular.html

5. Program Pengawasan, Pencegahan dan Penanggulangan Terhadap Penyakit Menular dan Tidak Menular, available at www.who.com accessed on 17th July 2013.

10

12

13