Yuridiksi Dalam Mahkamah Internasional
-
Upload
aldy-firdaus -
Category
Documents
-
view
25 -
download
2
description
Transcript of Yuridiksi Dalam Mahkamah Internasional
YURIDIKSI DALAM MAHKAMAH INTERNASIONAL
1. Latar Belakang
Pada awalnya Mahkamah Internasional (MI) atau dikenal dalam bahasa
Inggris International Court of Justice (ICJ) didirikan pada tahun 1945 dan berdiri
sampai sekarang. MI dalam hal ini mempunyai fokus terhadap negara-negara yang
mempunyai konflik dan berdasar hal tersebut MI masih dianggap sebagai salah satu
cara utama dalam menyelesaikan konflik antar negara tersebut.
Berbicara tentang MI, adalah sebuah badan yang didalamnya terdiri dari
Hakim-hakim yang tidak memihak yang dipilih tanpa memandang kebangsaan hakim
tersebut dan memenuhi syarat-syarat yang diperlukan di dalam negara mereka
masing-masing untuk menjamin diangkatnya hakim tersebut sebagai pejabat hukum
tertinggi atau diangkat sebagai penasehat-penasehat yang diakui kepakarannya dalam
hukum internasional serta mempunyai budi yang luhur dalam setiap perbuatannya1.
Keanggotaan dari Mahkamah Internasional itu sendiri terdiri dari lima belas
anggota, dari seluruh anggota tersebut tidak boleh ada anggota yang mempunyai
kewarganegaraan dari negara yang sama2. Secara keseluruhan ada lima aturan atau
dasar hukum yang digunakan oleh Mahkamah Internasional sehubungan dengan
organisasi internasional. Adapun kelima aturan tersebut adalah: Piagam PBB (1945),
Statuta MI (1945), Aturan Mahkamah atau Rules of the Court (1970) yang telah
diamandemen pada tanggal 5 Desember 2000, Panduan Praktek atau Practice
Directions dan Resolusi tentang Praktek Judisial Internal dari Mahkamah atau
Resolution Concerning the Internal Judicial Practice of the Court diadopsi dari
Aturan Mahkamah (1970)3.
Pada prosesnya juga tentu masih banyak hal yang terkait dengan prosedurnya,
salah satunya yang terkait dengan yurisdiksi dari Mahkamah Internasional. Penjelasan
berikut hanya sebagian kecil dari pemaparan tentang prosedur beracara di MI.
1 Statuta MI bahasa Indonesia, 1945, Pasal 2, “Mahkamah terdiri dari suatu badan Hakim-hakim yang tdak memihak ….”
2 Statuta MI bahasa Indonesia, 1945, Pasal 3 (1), “Mahkamah terdiri dari lima belas anggota, diantara mereka tidak boleh dua orang berkewarganegaraan yang sama.”
3 Sunan J. Rustam: Proses Beracara di Mahkamah Internasional (ICJ), Center for Law Information, 2003, hal 3
2. Yurisdiksi Mahkamah Internasional
Yurisdiksi Mahkamah Internasional terletak pada kemampuan dengan dasar
hukum untuk menentukan dan menegakkan sebuah aturan hukum. Yurisdiksi juga
digunakan sebagai dasar untuk menyelesaikan sengketa internasional. Hal yang
pertama mengenai yurisdiksi terletak pada negara sehingga Mahkamah Internasional
hanya menyelesaikan perkara yang berurusan dengan negara4.
Pada Mahkamah Internasional yuridiksi terkait dengan sengketa hukum adalah
sebagai berikut,
a. Penafsiran suatu perjanjian;
b. Setiap persoalan hukum internasional;
c. Adanya suatu fakta, jika benar nyata ajan menimbulkan suatu pelanggaran
terhadap kewajiban internasional;
d. Sifat atau besarnya penggantian yang harus dilaksanakan karena
pelanggaran suatu kewajiban internasional5.
Dalam proses beracara Mahkamah Internasional hanya dapat dilakukan dengan
adanya kesepakatan atau fokus yang dilakukan oleh negara-negara yang bersengketa
saja. Hal tersebut disesuaikan dengan adanya keinginan yang bebas atau free will,
sehingga terdapat asas konsensualisme dimana perjanjian yang telah disepakati
berlaku sebagai undang-undang bagi negara yang terkait dalam istilah lain juga dapat
dikatakan keputusan MI mempunyai kekuatan terhadap negara yang mempunyai
perkara tersebut saja6.
Hal yang tidak kalah penting biasanya terkait dengan pengajuan tertulis
sebuah negara sebagai proses awal dalam wewenang MI, jadi pada hal ini MI hanya
dapat meneruskan jika negara yang bersengketa telah menyetujui, jika ada sengketa
akan diselesaikan melalui Mahkamah Internasional7. Biasanya terdapat perjanjian
tentang penyelesaian sengketa antara negara-negara tersebut dan telah disepakati
sebelumnya atau melalui perjanjian khusus yang dimuat didalamnya.
4 Statuta MI Bahasa Indonesia, 1945, Pasal 34 (1), “Hanya negaralah yang boleh menjadi pihak dalam perkara-perkara di muka Mahkamah”.
5 Statuta MI Bahasa Indonesia, 1945, Pasal 36 (2)
6 Statuta MI Bahasa Indonesia, 1945, Pasal 59
7Statuta MI Bahasa Indonesia, 1945, Pasal 40 (1)
Jika sebelumnya membahas tentang perjanjian khusus yang dilakukan dalam
penyelesaian sehingga hanya mengikat pada negara yang bersengketa. Ketundukan
terhadap Mahkamah Internasional dalam penyelesaian sengketa negara juga dapat
dilakukan akibat adanya perjanjian internasional, sehingga jika terjadi sengketa para
negara sepakat untuk menyelesaikan di dalam Mahkamah Internasional8. Sehingga
negara yang menjadi anggota dari statute MI secara otomatis tunduk terhadap MI itu
sendiri dan beracara di dalamnya, tanpa adanya perjanjian khusus terlebih dahulu.
3. Kesimpulan
Diketahui bahwa Yurisdiksi adalah wewenang dari sebuah badan untuk
menegakkan dan menentukan sebuah aturan hukum, tidak terkecuali bagi Mahkamah
Internasional itu sendiri. Statuta MI merupakan dasar aturan bagi Mahkamah untuk
melakukan segala sesuatu hal sesuai dengan wewenangnya dan sesuai dengan fungsi
utamanya yaitu sebagai badan hukum yang menyelesaikan sengketa hukum
internasional, bagi subyek yang bersengketa hanya terbatas pada negara saja.
Proses beracaranya tergantung bagi negara yang bersengketa akan
mengikatkan diri secara khusus dan mengikat hanya pada negara yang bersengketa.
Selain hal tersebut juga negara dapat terikat pada secara otomatis melalui perjanjian
internasional, dengan hal tersebut negara akan menyelesaikan sengketanya tanpa
melalui perjanjian khusus karena sebelumnya telah menyepakati perjanjian
internasional.
8 Statuta MI Bahasa Indonesia, 1945, Pasal 36 (1)