IMAN KEPADA RASUL Oleh : Achmad Hanif, S.Ag.
A. TA’RIF NABI DAN RASUL
Rasul adalah orang laki-laki pilihan yang diberi wahyu oleh Allah berisi syari’ah
dan diperintahkan untuk menyampaikan kepada kaumnya. Sedang nabi adalah orang laki-
laki yang diberi wahyu oleh Allah berisi syari’ah, tetapi tidak diperintahkan untuk
menyampaikan kepada kaumnya. Rasul dan nabi sama-sama mendapatkan wahyu, tetapi
sering kali seorang Nabi diutus Allah kepada kaum yang memang sudah beriman sehingga
perannya hanya menjalankan syari’ah yang sudah ada itu dan tidak membawa ajaran baru.
Seperti para Nabi yang pernah diutus kepada Bani Israil setelah ditinggalkan Nabi Musa,
mereka bertugas mengajarkan dan mengamalkan Taurat, tidak membawa ajaran yang baru
(bukan dari Taurat) (QS.2:246). Di sinilah rahasia sabda Nabi : al-ulama waratsatul An-
biya, bukan waratsatur rasul, karena peran ulama hanya terbatas pada menyampaikan
ajaran agama yang ada bukan membuat aturan baru.
B. JUMLAH NABI DAN RASUL
Ketika Rasulullah ditanya oleh Abu Dzar, tentang berapa jumlah para nabi dan
rasul itu. Nabi menjawab 120 (seratusdua puluh) ribu, dari mereka itu terdapat 313 (tiga
ratus tiga belas) rasul. Dari jumlah itu, yang tersebut namanya dalam Al Qur’an ada 25
orang, yaitu : 1.Adam, 2. Nuh, 3. Idris, 4. Shalih, 5. Ibrahim, 6. Hud, 7. Luth, 8.Yunus, 9.
Ismail, 10. Ishaq, 11. Ya,qub, 12. Yusuf, 13. Ayyub, 14. Syu’aib, 15. Musa, 16.Harun, 17.
Yasa’, 18. Dzulkifli, 19. Dawud, 20. Zakariyyah, 21.Sualaiman, 22. Ilyas, 23. Yahya, 24.
Isa dan 25. Muhammad SAW. 18 orang nabi disebutkan namanya dalam surah Al
An’am(6):83-86, kemudian yang lainnya disebutkan di ayat-ayat lain seperti QS. Ali
Imran(3):33, Al A’raf : 65, 73, 85, Huud(11):50, 61, 84, Al Anbiya(21): 85.
Syubuhat yang muncul dalam masalah Nubuwwah dan Risalah. Mengapa nabi dan
rasul itu tidak dari bangsa malaikat saja. Para nabi dan rasul diambil dari bangsa manusia
itu sendiri, (QS. 3:144) bukan dari jenis makhluk lain, meskipun pernah ada permintaan
dari kaum kafir agar nabinya dari bangsa malaikat. Hal ini sangat tidak mungkin, karena
akan bertentangan dengan fungsi dan tugas rasul yang menjadi teladan. Bisa jadi ketika
nabi yang dari malaikat itu menyerukan sesuatu umatnya mudah saja menolak dengan
mengatakan:”Wajar saja ia bisa berbuat begitu, karena memang dia malaikat, sementara
kita manusia biasa, bagaimana bisa seperti dia?. dst. Mengapa nabi dan rasul itu selalu
dari laki-laki, tidak ada yang wanita. Begitu juga tidak ada nabi atau rasul dari kaum
wanita. Kenabian adalah mutlak pilihan Allah, tidak ada intervensi siapapun dalam
penunjukannya (QS. 21:7), disamping itu tugas-tugas kenabian yang harus dilakukan
memang banyak yang bertentangan dengan fitrah kewanitaan, seperti menerima wahyu,
berbaur dengan umat, berjihad, keluar rumah, dsb. Bagaimana jadinya jika nabi itu wanita
yang sedang berhalangan lalu mendesak turun wahyu.. Dan sepanjang sejarah manusia
memang belum pernah ada nabi wanita.
C. SIFATURRASUL
Pertama, Basyariyyaturrasul. Para nabi adalah manusia biasa yang juga
membutuhkan hal-hal yang bersifat umum, seperti makan, minum, menikah, berketurunan
dan sifat kemanusian/basyariyyah lainnya. (QS.25:20, QS.13:38, QS.5:75). Para Nabi
tidak memiliki kekuasaan sedikitpun yang menjadi kekhususan Allah, seperti mengetahui
hal-hal ghaib, menguasai alam, mendatangkan keuntungan atau kerugian, memberkahi,
dsb, kecuali yang telah Allah berikan kepadanya. (QS.7:188, Jin: 26-27) Kedua,
Ishmaturrasul Para rasul adalah orang yang ma’shum, terlindung dari dosa dan salah
dalam kemampuan pemahaman agama, ketaatan, dan menyampaikan wahyu Allah,
mereka telah dibekali Allah kesempurnaan dalam hal amanah, shidq/kejujuran,
fathonah/kecerdasan, dan tabligh/penyampaian, sehingga selalu siaga dalam menghadapi
tantangan dan tugas apapun. Ketiga, Iltizamurrasul, Pararasul adalah orang-orang yang
selalu komitmen dengan apapun yang mereka ajarkan. Mereka bekerja dan berda’wah
sesuai dengan arahan dan perintahAllah, meskipun untuk menjalankan perintah Allah itu
harus berhadapan dengan tantangan-tantangan yang berat baik dari dalam diri pribadinya,
maupun dari para musuhnya. Dalam hal ini para rasul tidak pernah sejengkal-pun
menghindar atau mundur dari perintah Allah.
D. MUKJIZAT RASUL.
Para rasul juga dibekali mukjizat dan tanda-tanda keistimewaan lainnya, untuk
membuktikan kebenaran kerasulannya, bahwa mereka datang dariAllah SWT. Seperti
yang pernah Allah berikan kepada Nabi Nuh, NabiIbrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan
Nabi Muhammad SAW. Rasul Ulul-Azmi. Dari 25 orang rasul itu terdapat lima orang
rasul yang dikenal dengan Ulul-Azmi minarrusul, yaitu : Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan
Muhammad SAW. Mereka itu Allah sebutkan dalam firman Allah: Dan Ingatlah ketika
kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu sendiri, dari Nuh, Ibrahim,
Musa, dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang
teguh. QS. Al Ahzab(33):7. Lima rasul ulul-azmi inilah yang harus selalu kita kenang dan
kita hayati perjalanan hidupnya, tanpa melupakan/mengecilkan peran dan keteladanan
rasul-rasul lainnya.
Nabi Nuh, as. gigih dalam berda’wah siang dan malam, tanpa mengharapkan jasa
dan imbalan dari kaumnya. Keberadaan istri dan anak yang menjadi pengahalang
da’wahnya serta ia tidak pernah terpengaruh oleh tantangan dan ejekan itu. Jika kamu
mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu, sebagaimana kamu
sekalian mengejek kami. QS. Hud(11):38. Nabi Ibrahim, as. patuh dalam menjalankan
perintah Allah, mulai dari pernyataannya memisahkan diri dari kepercayaan kaumnya
termasuk ayahnya sendiri, caranya berdialog menunjukkan kebatilan patung/berhala
kepada kaumnya, keberaniannya menghancurkan patung-patung sesembahan Namrud dan
kaumnya, hingga murka dan pembakaran Ibrahim oleh kaumnya (QS.21: 51-69). Maka
wajar orang yang sedemikian hanifnya, dan tinggi semangat da’wahnya, Allah tidak
relakan terbakar oleh api Namrud. Demikian juga kepindahannya ke Makkah, tanah
tandus yang tidak berumput (QS. 14:37), kesiapan istri dan keluarga ketika harus ditinggal
sendiri, Ibrahim pergi memenuhi perintah Allah. Kesungguhannya untuk berkorban,
kebesaran jiwa istri, dan kepatuhan anak untuk dikorbankan, hanya karena memenuhi
perintah Allah. Nabi Musa, as. mempunyai kisah terbanyak dalam Al Qur’an. Sejak
kecilnya sudah dihadapkan dengan bahaya. Kerelaan ibunya menghanyutkan bayi Musa di
sungai Nil, adalah sebuah pengorbanan yang tak terhingga. Pembelaannya pada Bani Israil
yang tertindas, membuatnya keluar dari istana Fir’aun, menuju ke Madyan, menjadi
penggembala kambing Nabi Syu’aib selama sepuluh tahun. Lalu diperintahkan Allah
kembali menemui Fir’aun mengajaknya beriman kepada Allah, QS.AlQashash(28):2-40.
Musa mulai berhadapan dengan tantangan besar, ditentang dan dimusuhi Fir’aun. Musa
berhasil membawa sebagian Bani Israil setelah mengalahkan tukang-tukang sihir Fir’aun.
Musa diuji kesabarannya membawa Bani Israil, keluar dari Mesir menuju ke Baitul
Maqdis dan pendurhakaan Bani Israil pada Musa, (QS.5:20-25). Nabi Isa, as. lahir tanpa
ayah (QS.19:16-22), tuduhan keluarga Maryam atas dir iMaryam, (QS.19:27-28).
Mukjizat Isa yang bisa berbicara saat di buaian, menyembuhkan orang sakit, dan
menghidupkan orang mati, atas izin Allah (QS.3:49) tidak membuatnya keluar dari
statusnya sebagai hamba Allah (QS.4:172). Tantangan dari kaum Yahudi, yang berusaha
membunuhnya (QS.4:157-158). Pengkultusan yang dilakukan oleh kaum Nasrani, karena
Isa dianggap memiliki sifat-sifat ketuhanan, seperti menyembuhkan orang sakit,
menghidupkan orang mati, dan membuat burung dari tanah (QS.3:49, QS.4:17,10,
QS.5:72-73, QS.116-120) membuatnya berdoa : “Jika Engkau menyiksa mereka, maka
sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu dan jika Engkau mengampuni mereka,
maka sesngguhnya Engkau yang Maha Perkasa lagi, Maha Bijaksana.” Nabi Muhammad,
SAW. mempunyai kesabarannya yang tak terhingga dalam mengajak kaumnya bertauhid
kepda Allah. Tantangan dari kaumnya dan bahkan pamannya sendiri, hingga ia harus
terusir dari kampong halamannya. Ke Thaif, dilempari batu, dituduh orang gila, tapi yang
keluar dari mulutnya, hanya permohonan kepada Allah agar menunjuki mereka, dst.
Demikianlah kegigihan para rasul ulul azmi dalam menyelamatkan kaumnya dari
bahaya kufur, agar mereka bertauhid kepada Allah. Seluruh usaha dan pengerahan
kemampuan hanya ditujukan agar umat manusia menjadi beriman kepada Allah, hidup
dengan benar, keluar dari lingkaran kebinatangan untuk menjadi manusia utuh dan
sempurna, memerankan fungsi khalifah, sebagai makhluk yang memiliki keutamaan
dibandingkan dengan makhluk manapun adanya.
---oooOooo---
Top Related