HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DAN PARITAS IBU BERSALIN
DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG TAHUN 2009
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Ahli Madya Kebidanan Pada Program Studi Diploma III
Kebidanan Budi Mulia Palembang
OLEH
APRIYANTI
01.07.486
AKADEMI KEBIDANAN BUDI MULIA
PALEMBANG
2010
AKADEMI KEBIDANAN BUDI MULIA PALEMBANG
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010
APRIYANTI
Hubungan Antara Pendidikan dan Paritas Ibu Bersalin dengan Kejadian
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009
Xvi + 42 Halaman + 5 Tabel + 8 Lampiran
ABSTRAK
Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 1995 hampir
semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal do Negara berkembang atau
berpenghasilan rendah. Lebih dari dua pertiga kematian adalah BBLR yaitu berat
lahir kurang dari 2500 gram. Secara global diperkirakan terdapat 25 juta
persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah BBLR dan hampir semua
terjadi di Negara berkembang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
antara pendidikan dan paritas ibu bersalin dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009. Diharapkan dari
analisis faktor-faktor tersebut dapat dijadikan masukan bagi institusi pelayanan
kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan. Penelitian ini merupakann
penelitian menggunakan cross sectional yang dikumpulkan dalam waktu
bersamaan dengan menggunakan check list. Uji statistik yang dipakai adalah uji
chi-square. Sampel yang diambil menggunakan teknik random sampling dari
populasi yang berjumlah 3.139 ibu yang melahirkan. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui variabel independen pendidikan dan paritas dan variabel dependen
(BBLR). Data dianalisa dengan analisa univariat yaitu distribusi frekuensi
variabel independen dan dependen serta analisa bivariat menggunakan uji statistik
chi square dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan 355
responden didapatkan responden ibu yang BBLR sebesar 100 (28,2%) responden
dan ibu yang melahirkan tidak BBLR sebesar 225 (71,8%) responden sedangkan
berdasarkan pendidikan ibu yang pendidikan tinggi sebesar 180 (50,7%) dan
pendidikan rendah sebesar 175 (49,3%). Sehingga paritas tinggi sebesar 35,8%
dan paritas rendah sebesar 228 (64,2%). Hasil uji statistik menunjukkan ada
hubungan yang bermakna pendidikan ibu dengan kejadian BBLR dimana nilai p
value 0,002 lebih kecil = 0,05 dan adanya hubungan yang bermakna antara paritas ibu terhadap kejadian BBLR dimana nilai p value = 0,008 lebih kecil dari
= 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang melahirkan BBLR dari responden yang cara penanggananya lebih baik. Bagi petugas kesehatan agar
selalu memberikan penyuluhan mengenai kejadian berat badan lahir rendah,
sehingga dapat menggurangi angka kejadian BBLR.
Kata Kunci : Berat Badan Lahir Rendah
Daftar Pustaka : 11 ( 2005 2009)
MIDWIFERY ACADEMY OF BUDI MULIA PALEMBANG
Scientific Paper, June 2010
APRIYANTI
Relationship Between Education and Parity with Birth Mother Incidence of
Low Birth Weight (LBW) in the General Hospital Center Dr. Mohammad
Hoesin Palembang in 2009
Xvi + 42 Pages + 5 Tables+ 8 Attachments
ABSTRACT
According to estimates the World Health Organization (WHO) in 1995 nearly all
(98%) of the five million neonatal deaths do low-income developing countries.
More than two-thirds of the deaths are low birth weight is birth weight less than
2500 grams. Globally there are estimated 25 million births per year in which 17%
are low birth weight and nearly all occurred in developing countries. The purpose
of this study to determine the relationship between maternal education and parity
at delivery with LBW General Hospital Dr Center. Mohammad Hoesin
Palembang Year 2009. Expected from the analysis of these factors can be used as
input to health care institutions in improving the quality of care. This study uses
cross sectional study merupakann collected at the same time by using the check
list. The statistical test used was chi-square test. Samples taken using random
sampling techniques from the population of 3139 mothers who gave birth. This
analysis was conducted to determine the independent variables of education and
parity and the dependent variables (LBW). Data were analyzed by univariate
analysis of the frequency distribution of the dependent and independent variables
and bivariate analysis using chi square test with significance level 0.05. The
results showed 355 respondents showed that respondents LBW mothers of 100
(28.2%) respondents and mothers who give birth are not LBW for 225 (71.8%)
respondents, while based on maternal education is higher education for 180
(50.7%) and low education for 175 (49.3%). Thus amounted to 35.8% of high
parity and low parity of 228 (64.2%). Statistical analysis showed there was a
significant relationship between maternal education with LBW p value of 0.002
which is smaller = 0.05 and there were significant relations between maternal parity on the incidence of LBW in which the p value = 0.008 is smaller than = 0.05 , so it can be concluded that the respondents who gave birth to LBW of
respondents penanggananya way better. For health workers in order to always
provide counseling about low birth weight incidence, so it can menggurangi
incidence of LBW.
Keywords : Low Birth Weight (LBW)
Bibliography : 11 (2005 2009)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) didefinisikan oleh WHO sebagai
bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr .Definisi ini
berdasarkan pada hasil observasi epidemiologi yang membuktikan bahwa
bayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram mempunyai kontribusi
terhadap kesehatan yang buruk.Menurunkan insiden BBLR hingga
sepertiganya menjadi salah satu tujuan utama A World Fit For Children
hingga tahun 2010 sesuai deklarasi dan rencana kerja United Nations
General Assembly Special Session on Children in 2002. Lebih dari 20 juta
bayi diseluruh dunia (15,5%) dari seluruh kelahiran, merupakan BBLR di
Asia adalah 22% (Rahayu,2009).
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat
adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka Kematian Bayi di Indonesia
saat ini masih tergolong tinggi, yaitu tercatat 50 per 1000 kelahiran hidup
pada tahun 2003, ini memang bukan gambaran yang indah, karena masih
terbilang tinggi bila di bandingkan dengan negara negara di bagian
ASEAN, dan penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan
perinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 -27% disebabkan karena
BBLR. Sementara itu, prevelensi BBLR di Indonesia saat ini di perkirakan 7
14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Depkes RI, 2005).
World Health Organization (WHO) 1979, telah membagi umur
kehamilan menjadi tiga kelompok yaitu : 1) Pre-term yaitu kurang dari 37
minggu (259 hari), 2)Term, yaitu mulai 37 minggu sampai 42 minggu atau
unur antara 259-293 hari, 3) Post-term, yaitu lebih dari 42 minggu (294
hari) (Manuaba,2007).
Begitu juga menurut perkiraan World Health Organization (WHO)
pada tahun 1961 telah mengganti istilah Premature baby dengan low birth
weight baby (bayi dengan berat badan lahir rendah = BBLR). Hal ini
dilakukan karena tidak semua bayi berat kurang dari 2500 gram pada waktu
lahir bayi premature. Keadaan ini dapat di sebabkan oleh : 1) masa
kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa
kehamilan dihitung mulai dari hari pertama haid yang teratur ; 2) bayi small
for gestational age (SGA) : bayi yang kurang dari berat badan yang
semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan =
KMK); 3) kedua-duanya (pernyataan 1 dan 2) (Sarwono,2006).
Bila diperhatikan di Indonesia, berdasarkan Survei Demografi dan
kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, angka kematian neonatal sebesar
20 per 1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun, ada satu neonatus meninggal.
Penyebab utama kematian neonatal adalah BBLR sebanyak 29%. Insiden
BBLR di Rumah Sakit di Indonesia berkisar 20% (Eka ,2009).
Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Sumatera Selatan tahun (2008),
Angka Kematian Ibu (AKI) di Sumatera Selatan berada pada angka 107 per
100.000 kelahiran hidup. Hampir mencapai target sasaran yang akan dicapai
Provinsi Sumatera Selatan pada Indonesia Sehat 2010.
Menurut Data Dinas Kesehatan Kota Palembang, Angka Kematian
Bayi (AKB) pada tahun 2007 yaitu per 1000 kelahiran hidup, pada tahun
2008 4 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2009 sekitar 2 per 1000
kelahiran hidup (Dinkes Kota Palembang, 2010).
Dari data Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang, angka kejadian BBLR pada tahun 2007 adalah 142 kasus BBLR
dari 3.337 bayi yang dilahirkan pada tahun 2008 adalah 233 kasus BBLR
dari 2439 bayi yang dilahirkan dan pada tahun 2009 sebesar 313 kasus
BBLR dari 2.400 bayi yang dilahirkan (Medical Record,2009).
Oleh karena itulah, berdasarkan latar belakang diatas dan dengan
adanya data yang ada, Maka penulis ingin melakukan penelitian dengan
judul Hubungan antara Pendidikan dan Paritas Ibu Bersalin dengan
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah masih tingginya kejadian Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Mohammad Hoesin Palembang
Tahun 2009 (Medical Record, 2009).
1.3 Pertanyaan Penelitian
Apakah ada hubungan antara pendidikan dan paritas ibu bersalin
dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr.Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009 ?
1.4 Tujuan Penelitan
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan paritas ibu
bersalin dengan kejadian bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu bersalin dengan kejadian Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad
Hoesin Palembang tahun 2009.
2. Diketahuinya hubungan antara paritas ibu bersalin dengan kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi : Ruangan Kebidanan
1.5.1 Bagi Mahasiswa /Peneliti
Penelitian ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya
tentang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan sebagai pengalaman proses
belajar dalam bidang Metodologi Penelitian.
1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dan
pengetahuan serta untuk meningkatkan mutu pendidikan yang berguna bagi
mahasiswa Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang.
1.5.3 Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam program
kesehatan reproduksi untuk menurunkan angka kejadian Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) dan perbaikan mutu pelayanan kebidanan.
1.6 Ruang Lingkup
Sasaran penelitian adalah semua bayi yang dilahirkan oleh ibu- ibu
dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Berat Badan Lahir Rendah
2.1.1 Pengertian
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah kelahiran bayi dengan
berat badannya kurang dari 2500 gram (Manuaba,2007)
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang
dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan
BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru
sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya
(Prawirohardjo, 2006).
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia masa kehamilan. BBLR biasa terdiri atas
BBLR kurang bulan atau bayi lahir prematur dan BBLR cukup bulan / lebih
bulan dengan hambatan pertumbuhan intrauterine (IUGR). BBLR kurang
bulan / premature khususnya yang masa kehamilannya, biasanya mengalami
penyulit seperti gangguan nafas, ikterus, infeksi dan sebagainya,yang
apabila tidak dikelola sesuai dengan standar pelayanan medis akan berakibat
fatal. Sementara BBLR yang cukup / lebih bulan pada umumnya organ
tubuhnya sudah matur sehingga tidak terlalu bermasalah dalam
perawatannya (Purwanto,2009).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram)
(Hanifa,2006).
2.1.2 Klasifikasi BBLR
Bayi BBLR dapat diklasifikasikan berdasarkan umur kehamilan dan
berat badan lahir rendah,yaitu :
1. Menurut Hanifa (2006), WHO (1979) membagi umur kehamilan menjadi tiga
kelompok, yaitu
a. Pre-term: kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 Hari)
b. Term: mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap
( 259- 293 hari ).
c. Post-term: 42 minggu lengkap atau lebih ( 294 hari atau lebih).
2. Menurut Sarwono Prawiharjo (2006) , diklasifikasikan berdasarkan berat badan
waktu lahir,yaitu:
a. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir
dengan berat lahir 1.500-2.500 gram
b. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan
berat lahir
3. Menurut Ayurai (2009), bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi
menjadi dua golongan :
a. Pramunitas murni
Prematuritas murni adalah neonatus dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai
dengan masa kehamilan atau disebut juga neonatus preterm / BBLR /
SMK(sesuai masa kehamilan).
b. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dikarenakan
mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan.
2.1.3 Etiologi
Menurut Manuaba (2007).Faktor- faktor yang dapat menyebabkan
kejadian BBLR, yaitu:
a. Faktor ibu: riwayat kelahiran premature sebelum, perdarahan antepartum,
hipertensi, umur kehamilan kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak
dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi,trauma dan lain-lain.
b. Faktor janin: cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini
c. Keadaan social ekonomi yang rendah.
d. Kebiasaan: pekerjaan yang melelahkan, merokok.
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dapat disebabkan karena ; Persalinan
kurang bulan / premature dan bayi lahir kecil untuk masa kehamilan. Pada
umumnya bayi kurang bulan disebabkan tidak mempunyai uterus menahan janin,
gangguan selama kehamilan, lepasnya plasenta lebih cepat dari pada waktunya
atau rangsangan yang memudahkan terjadinya kontraksi uterus sebelum cukup
bulan. Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat tubuh yang belum
berfungsi normal untuk bertahan hidup diluar rahim. Semakin muda umur
kehamilan, fungsi organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya
semakin kurang baik. Kelompok Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ini sering
mendapatkan penyakit atau komplikasi akibat kurang matangnya organ karena
masa gestasi yang kurang / premature (Kulah kebidanan,2009).
2.1.4 Tanda dan Karakteristik BBLR
Menurut Manuaba (1998), tanda dan karakteristik BBLR, yaitu :
1. Berat badan < 2.500 gram
2. Panjang < 45 cm
3. Lingkar dada < 30 cm
4. Lingkar kepala < 33 cm
5. Umur kehamilan < 37 cm
6. Kepala relative lebih besar
7. Kulit tipis transparan, rambut lanugo masih banyak, lemak kulit kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnoe (gagal napas)
10. Ekstremitas ; paha abduksi, sendi lutut / kakai flexi lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan sekitar 45 menit 50 kali per menit
13. Frekuensi nadi 100 -140 kali per menit
2.1.5 Penatalaksanaan
2.1.5.1 Penatalaksanaan BBLR
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang berguna
untuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuian diri dengan
lingkungan hidup diluar uterus maka perlu diperhatikan pengukuran suhu
lingkungan, pemberian makan dan bila perlu pemberian oksigen,
mencegah infeksi, serta mencegah kekurangan vitamin dan zat
besi.Penanganan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Pengaturan suhu bayi: Mempertahankan suhu BBLR dengan cara
pemanasan, dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol-botol hangat disekitarnya atau memasang lampu
petromaks di dekat tempat tidur bayi. Dikarenakan BBLR mudah
mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat.
2. Makanan bayi: pada bayi BBLR belum sempurnanya refleks isap.
Oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat. Pada
keadaan ini air susu ibu dipompa atau dengan cara diberi susu botol
cara pemberian melalui susu botol adalah dengan frekuensi pemberian
yang lebih sering dalam jumlah susu yang lebih sedikit. Frekuensi
pemberian ini makin berkurang dengan bertambahnya berat badan
bayi, susunya dapat diganti dengan susu buatan yang mengandung
lemak yang mudah dicerna bayi, dan mengandung 20 kalori per 30 ml
air atau sekurang-kurangnya bayi mendapat 110 kal/kg berat badan
perhari.
3. Penimbangan ketat: Perubahan berat badan mencerminkan kondisi
bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat pada setiap
hari.
2.1.5.2 Penatalaksanaan untuk Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan
Pada umumnya sama dengan perawatan neonatus pada umumnya,
seperti pengaturan suhu lingkungan, makanan, mencegah infeksi dan lain-
lain, akan tetapi oleh karena bayi ini mempunyai problematik yang agak
berbeda dengan bayi lainnya maka harus diperhatikan hal-hal berikut ini.
a. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine serta
menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan
ultrasografi. Bila bayi lahir melakukan pemeriksaan yang lebih lengkap dan
kemudian sesuai dengan kelainan yang didapat.
b. Memeriksa kadar gula darah (true glukosa) dengan destrostix atau di
laboratorium. Bila terbukti adnya hipoglikemia harus segera diatasi
c. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
d. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi normal.
2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah
Yang Diteliti
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan pengetahuan tertentu sehingga
sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri (Notoatmodjo,2005).
Berdasarkan tingkat pendidikan ibu dapat dijelaskan bahwa
terdapat kecenderungan terhadap kematian bayi yang jumlahnya lebih
banyak pada ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah (SD) hingga
tidak sekolah),namun dalam uji korelasi tidak terdapat hubungan yang
bermakna (Hartono dkk, 2006).
Pendidikan banyak menentukan sikap dan tindakan dalam
menghadapi berbagai masalah misalnya membutuhkan vaksinasi untuk
anaknya, memberi oralit waktu menceret misalnya kesedian menjadi
peserta keluarga, termasuk pengaturan makanan bagi ibu hamil untuk
mencegah timbulnya bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
bahwa ibu mempunyai peranan yang cukup penting dalam kesehatan dan
pertumbuhan, akan dapat ditunjukan oleh kenyataan berikut, anak- anak
dan ibu mempunyai latar belakang. Pendidikan lebih tinggi akan
mendapat kesempatan hidup serta tumbuh kembang yang baik (Rahayu,
2008).
b. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik
lahir maupun lahir mati.
Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai
masalah kesahatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Salah satu
dampak kesehatan yang mungkin timbul dari paritas yang tinggi adalah
berhubungan dengan kejadian BBLR. Sebagaimana hasil penelitian
menunjukan bahwa ibu dengan paritas tinggi secara merata terdistribusi
pada kelompok kasus dan control (50%) yang memberi interprestasi
bahwa paritas yang tinggi tidak mempengaruhi kesehatan ibu sehingga
melahirkan dengan berat lahir yang cenderung normal.
2.1.7. Penelitian Terkait
a. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian Sudiyem (2007), hasil analisis
univariat, diketahui jumlah ibu yang berpendidikan tinggi sebanyak 134
atau 37,5% dan yang berpendidikan rendah sebanyak 223 (62,5%).
Berdasarkan analisis bivariat, diketahui ibu yang berpendidikan rendah
terdapat 115 (51,6%) yang mengalami kejadian BBLR dan dari 223 ibu
yang berpendidikan tinggi terdapat 29 (21,6%) yang mengalami kejadian
BBLR.
b. Paritas
Berdasarkan hasil penelitian Melly Astuti (2008), hasil analisis
univariat didapatkan ibu yang memiliki paritas tinggi sebesar 246
responden (71,1,%) dan pada ibu yang memiliki paritas rendah sebesar
100 responden (28,9%).Dari hasil Uji Chi-Square menunjukan ada
hubungan bermakna antara paritas ibu bersalin dengan kejadian BBLR.
2.1.8. Prognosis Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah
Prognosis bayi dengan berat badan lahir rendah ini tergantung dari
berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin muda
masa gestasi/ makin rendah berat badan bayi makin tinggi angka kematian),
asfiksia, /iskemia otak, sindroma gangguan pernafasan, perdarahan intra
ventrikuler, dislasia bronkopulmonal, retrorental fibroplasias, infeksi,
gangguan metabolic, (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia). Prognosis
ini juga tergantung keadaan sosial ekonomi, pendidikan orangtua dan
perawatan saat kehamilan, persalinan, dan postnatal (pengaturan suhu
lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan
pernafasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia)
2.1.9. Pencegahan BBLR
Menurut Israr (2008), pada kasus berat lahir rendah (BBLR)
pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun waktu kekamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil
yang diduga beresiko, terutama faktor resiko yang mengarah melahirkan bayi
BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan
kesehatan yang lebih mampu.
b. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu-ibu hamil untuk merawat dan
memeriksakan kehamilan dengan baik dan teratur dan mengkonsumsi makanan
yang bergizi sehingga dapat menanggulangi masalah ibu hamil resiko tinggi
sedini mungkin untuk menurunkan resiko lahirnya bayi berat badan lahir
rendah.
c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun reproduksi sehat
( 20-34 tahun ).
d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam mereka
dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status
gizi ibu selama hamil.
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESA
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan
antara konsep konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian
penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan Cross
Sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel dependen (BBLR).dan
variable independen (Pendidikan dan Paritas Ibu Bersalin) dikumpulkan
dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo,2005).
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki oleh
peneliti,maka peneliti hanya mengambil 2 (dua) variabel diteliti, yaitu
variabel independen diantaranya pendidikan dan paritas ibu bersalin serta
variabel dependen dengan BBLR. Adapun penelitian ini secara skematis
dapat digambarkan seperti dibawah ini :
Bagan 3.1
Variabel Independen Variabel Dependen
Pendidikan
Paritas
Kejadian BBLR
3.2 Definisi Operasional
3.2.1 Variabel Dependen
a. Pengertian : Bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (Sarwono, 2007).
b. Cara ukur : Melihat catatan rekam medik
c. Alat ukur : Check List
d. Hasil ukur : 1) BBLR : Bila berat bayi lahir < 2500gr
2) Tidak BBLR : Bila berat bayi lahir 2500gr
3.2.2 Variabel Independen
3.2.2.1 Pendidikan
a. Pengertian : Suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan pengetahuan
tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat
berdiri sendiri (Notoatmodjo,2005).
b. Cara ukur : Rekam Medik
c. Alat ukur : Check List
d. Hasil ukur : 1)Tinggi : Bila pendidikan ibu SMASederajat
2)Rendah : Bila pendidikan < SMA / Sederajat
e. Skala ukur : Ordinal
3.2.2.2 Paritas
a. Pengertian : Jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu
baik lahir hidup maupun lahir mati (Joeharno,2008)
b. Cara ukur : Melihat catatan rekam medik
c. Alat ukur : Check List
d. Hasil ukur : 1) Paritas Tinggi : > 3 orang anak
2) Paritas Rendah : 3 orang anak
e. Skala ukur : Ordinal
3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan bermakna antara pendidikan ibu bersalin dengan kejadian Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Mohammad
Hoesin Palembang Tahun 2009.
2. Ada hubungan bermakna antara paritas ibu bersalin dengan kejadian Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) dirumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad
Hoesin Tahun 2009.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian adalah upaya untuk memahami dan memecahkan masalah
secara ilmiah, sistematis dan logis, yang mana di dalam penelitian ini
menggunakan metode surve analitik dengan pendekatan Cross Sectional pada
waktu pengumpulan data variabel dependen dan independen dilakukan dalam
waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005).
Pada penelitian ini variabel independen yang diteliti adalah pendidikan
dan paritas sedangkan variabel dependen adalah Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).
4.2 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2005). Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang
melahirkan di Instalasi Kebidanan pada bulan Januari sampai dengan Desember
Tahun 2009 di Rumah Sakit Umum Pusat Mohammad Hoesin Palembang Tahun
2010.
3139
1 + 3139 (0,052)
1 + N (d)2
3139
1 + 3139 (0,000252)
3139
1 + 7.84
3139
8.84
N
1 + N(d2)
4.3 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan populasi
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Adapun
pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik Sampel Random
Sampling.
Untuk menentukan jumlah sampel, peneliti menggunakan rumus
sebagai berikut :
n = (Notoatmodjo, 2005).
n =
n =
n =
n =
n = 355
Jadi sampel yang diteliti dan diambil sebanyak 355 sampel
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0.05%)
(Notoatmodjo, 2005)
4.4 Lokasi dan waktu penelitian
4.4.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan pada ruang Medikal Record Rumah
Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2010.
4.4.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini direncanakan pada bulan Mei 2010
4.5 Teknik dan Instrumen pengumpulan data
4.5.1 Teknik Pengumpulan Data
a. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari suatu lembaga atau
instansi (Notoatmodjo, 2005). Data sekunder diambil dari catatan medical
record Rumah Sakit Umum Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009.
4.5.2 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data digunakan Check List sebagai panduan
menggambil data dari Medical Record di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009.
4.6 Teknik Pengolahan Data
Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar ada
empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui. Data yang telah
terkumpul kemudian diolah baik secara manual maupun dengan
menggunakan komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Pengeditan Data (Editing)
Memeriksa semua yang diperoleh dari kegiatan mengumpulkan data dan
diteliti satu persatu untuk mengetahui apakah data tersebut sudah lengkap,
jelas, relevan dan konsisten.
b. Mengkode data (Coding)
Mengklarifikasi data dan memberi kode untuk masing-masing jawaban
dengan tujuan untuk mempermudah dan mempercepat pada saat memasukan
data ke komputer.
c. Memasukkan data (Processing)
Setelah semua Check List ke tabulasi penuh dan benar, juga sudah
melewati pengkodean, selanjutnya dilakukan pemprosesan data
(memasukkan data) agar dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan
dengan cara memasukkan data dari Check List kedalam program komputer.
d. Membersihkan data (Cleaning Data)
Merupakan kegiatan pembersihan data dengan cara pengecekan kembali
data yang sudah masuk kedalam komputer dengan cara yang umum
dilakukan, yaitu melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel.
4.7 Teknik Analisa Data
Data diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik tertentu, yaitu
dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif, melalui proses
komputerisasi. Dalam pengolahan ini mencakup tabulasi data dan
perhitungan-perhitungan statistik bila diperlukan uji statistik :
a. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk melihat
distribusi frekuensi baik dari varibael independen maupun variabel dependen
b. Analisis Bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui
apakah ada hubungan antara variabel independen dengan dependen dengan
menggunakan uji statistik Chi Square dengan menggunakan batas
kemaknaan 0,05 artinya apabila diperoleh nilai p 0,05 berarti secara
signifikan ada hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen dan jika nilai p > 0,05 berarti tidak ada hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
BAB V
GAMBARAN UMUM RSUP Dr. MOHAMMAD
HOESIN PALEMBANG
5.1. Identitas Rumah Sakit
Nama Rumah Sakit : RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Kode Rumah Sakit : 167.1013
Direktur Utama : Dr. H. Bayu Wahyudi, MPHM, Sp.OG
Alamat : Jl. Jenderal Sudirman Km.3,5 Palembang
Kecamatan/Kota : Ilir Timur I / Palembang
Kode/Telepon/Faximile : 0711354088 (Hunting), 07117074577
Faximile : 0711351318
E-mail : [email protected][email protected]
Kelas Rumah Sakit : Kelas B Pendidikan
Luas Tanah : 216.850 m2
Luas Bangunan RS : 59.065,9 m2
Tahun Dibangun : 1953
Tahun Operasional : 1957
5.2. Pembangunan Gedung
Super VIP dibangun tahun (renovasi) : tahun 2004
Kelas I dibangun tahun : tahun 1986 (renovasi 2005)
Kelas Utama (VIP) dibangun tahun : tahun 1986 (renovasi 2005)
Kelas III dibangun tahun : tahun 1979
Kelas II dibangun tahun : tahun 1978 (renovasi 2006)
5.3. Fasilitas Tempat Tidur
Super VIP : 11 tempat tidur
Kelas Utama (VIP) : 76 tempat tidur
Kelas I : 83 tempat tidur
Kelas II + Intensive Care : 188 tempat tidur
Kelas III : 474 tempat tidur
Jumlah tempat tidur : 832 tempat tidur
5.4. Visi, Misi dan Tujuan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
a. Visi
Menjadi Rumah Sakit Pusat Pelayanan Kesehatan, pendidikan dan
Penelitian terbaik dan bermutu se-Sumatera.
b. Misi
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan
berkualitas tinggi.
- Menyelenggarakan jasa pendidikan dan penelitian dalam bidang
kedokteran dan kesehatan.
- Menjadi pusat promosi kesehatan.
c. Motto
Kesembuhan dan Kepuasan Anda Merupakan Kebahagian Kami
d. Tujuan
- Meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi
kepada kepentingan masyarakat.
- Meningkatkan citra pelayanan pemerintah kepada masyarakat
di bidang kesehatan.
- Menghasilkan Tenaga Dokter Umum, Spesialis dan Sub Spesialis
serta Keperawatan yang berkualitas dan bermoral tinggi.
5.5. Sejarah Perkembangan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang
didirikan pada tahun 1953 atas prakarsa Menteri Kesehatan RI Dr.
Mohammad Ali (Dr. Lei Kiat Teng). Dengan biaya pemerintah pusat.
Pada tanggal 03 Januari 1957 rumah sakit ini mulai operasional, yang
dapat melayani masyarakat se-Sumbagsel dimana saat itu meliputi propinsi
Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung. RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang baru memiliki pelayanan rawat jalan
dan rawat inap dengan fasilitas 78 tempat tidur dan baru beberapa waktu
kemudian memiliki pelayanan Laboratorium, Apotik, Radiologi dan
Emergency juga peralatan penunjang medik lainnya.
Tahun 1993-1994 RSUP Palembang mengubah status dari Rumah
Sakit Vertikal (RS Penerima Negara Bukan Pajak) menjadi Rumah Sakit
Swadana. Sesuai SK Menkes RI 1297/Menkse/SK/XI/1997 RSUP
Palembang resmi bernama Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad
Hoesin Palembang.
Dengan UU No.20/1997, menjadi Rumah Sakit Instansi Pengguna
PNBP, dimana Rumah Sakit dapat memanfaatkan dana hasil pendapatan
melalui prosedur KPKN disamping itu subsidi pemerintah tetap seperti
sedia kala.
Tahun 2000 dengan PP No.122/2000, Rumah Sakit Umum Pusat
Dr. Mohammad Hoesin Palembang ditetapkan menjadi salah satu dari 13
Rumah Sakit Pemerintah menjadi Rumah Sakit Perusahaan Jawatan
Indonesia dan operasionalnya dimulai tanggal 1 Januari 2002.
Kemudian tahun 2005 berdasarkan PP 23/2005 tanggal 13 Juni
2005 tentang Pengolahan Keuangan Badan Layanan Umum dengan SK
Menkes RI No.1243/Menkes/SK/VII/2005 tanggal 11 Agustus tentang
pendapatan 13 eks RS Perjan statusnya menjadi Unit Pelaksanaan Teknis
Depkes RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum, Implementasinya Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin
Palembang sebagai Badan Pelayanan Umum direncakan pada Januari
2006.
Sejalan dengan kebijakan Departemen Kesehatan RI bahwa semua
Rumah Sakit di Indonesia harus terakreditasi, maka Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang telah dilakukan akreditasi oleh
Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dan dinyatakan lulus.
5.6. Kegiatan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
5.6.1. Pelayanan Rawat Jalan
a. Poliklinik Umum Instalasi Rawat Jalan
Poliklinik umum melayani pasien umum, perusahaan, Asuransi
Kesehatan (ASKES) dan Asuransi Kesehatan Miskin (ASKESKIN)
dengan 29 ruang poliklinik termasuk pelayanan spesialis dan sub
spesialis, yaitu poliklinik penyakit dalam, umum dan khusus,
poliklinik bedah umum dan khusus, poliklinik kebidanan dan
ginekologi, poliklinik penyakit kulit dan kelamin, poliklinik penyakit
syaraf, poliklinik penyakit mata, poliklinik penyakit THT, poliklinik
rehabilitasi medis dan fisio terapi dan poliklinik kesehatan jiwa dan
psikologi.
b. Poliklinik Graha Spesialis
Graha spesialis memiliki lantai yang terdiri atas : lantai I yaitu
pelayanan rawat jalan eksklusif, lantai II yaitu tindakan diagnostik
penyakit dalam dan lantai III pelayanan One Day Care & One Day
Surgey (Perawatan Bedah Non Rawat Inap).
5.6.2. Pelayanan Rawat Darurat
Instalasi Rawat Darurat RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
dilengkapi fasilitas yang memadai seperti darurat jantung dan pusat
traumatik bagi Umum dan Jamsostek, disamping itu instalasi rawat darurat
dilengkapi dengan ambulance khusus untuk penyakit jantung (MCU =
Mobile Coronary Unit).
5.6.3. Pelayanan Ambulance 118
Untuk menangani Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) atau
penyakit akut yang dapat dipanggil sewaktu-waktu (24 jam on call) yang
dilengkapi dengan berbagai alat penunjang medik serta para petugas medik
yang terampil di bidang kecelakaan dan kegawatdaruratan.
5.6.4. Jenis Pelayanan yang ada di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Jenis pelayanan terdiri dari pelayanan spesialistik bedah, pelayanan
spesialistik penyakit dalam, pelayanan spesialistik kebidanan dan penyakit
kandungan, pelayanan spesialistik kesehatan anak, pelayanan spesialistik
penyakit kulit dan kelamin, pelayanan spesialistik penyakit syaraf,
pelayanan spesialistik penyakit THT, pelayanan spesialistik penyakit mata,
pelayanan spesialistik anastesi, pelayanan spesialistik radiologi, pelayanan
spesialistik laboratorium, pelayanan spesialistik patologi anatomi,
pelayanan pemulasaran jenazah dan kedokteran kehakiman (Forensic).
5.6.5. Pusat Pelayanan Jantung
Adapun pelayanan yang tersedia adalah uji latih jantung (Treadmil),
Echo Cardiography (ATL Apro Gee CX 200), Hotter Monitoring (HP Seri
3319 A 04467), DC Shock (Nihon Kohden Seri 20491), Trans Thoracal
Echocardiography (TTE), Trans Esophagial Echocardiography (TEE) dan
Coronary Angiography.
5.6.6. Health Medical Check Up
Untuk menjaga agar kesehatan kita tetap prima dan mengetahui
sedini mungkin penyakit yang diderita, RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang menyediakan berbagai paket Health Medical Check Up, antara
lain : paket premium, paket prioritas, paket platinum dan paket khusus
bagi calon pengantin.
5.6.7. Layanan Penunjang Medis
Meliputi laboratorium patologi klinik, layanan farmasi, radiologi
(diagnostik dan radioterapi), pelayanan gizi, pelayanan patologi anatomi,
pelayanan pemulasaran jenazah, pelayanan rekam medis, pelayanan
administrasi keuangan, pelayanan informasi/penyuluhan, pelayanan
kerohanian, pelayanan kamar bedah atau operasi, pelayanan umum
(ambulance pemeliharaan sarana dan perpustakaan), pelayanan unggulan
(pelayanan caridiologi dan emergency), pengolahan limbah.
5.7. Ketenagaan
Tabel 5.1
Komposisi SDM ditinjau dari Status Kepegawaian
Uraian Tahun 2008
1. PNS
1) Medis dan Kepegawaian 904
2) Non Medis 506
2. Non PNS
1) Medis dan Kepegawaian 252
2) Non Medis 77
Jumlah 1739
Sumber : Profil Kesehatan RSMH Palembang tahun 2008
Tabel 5.2
Komposisi SDM ditinjau dari Segi Pendidikan
Uraian Tahun 2008
Sekolah Dasar 84
Sekolah Menengah Pertama 40
Sekolah Menengah Atas 479
Starata I 470
Starata II 488
Starata III -
Jumlah 1739
Sumber : Profil Kesehatan RSMH Palembang tahun 2008
5.8. Tenaga Kerja
1. Dokter Spesialis dan Sub Spesialis : 149 orang
2. Dokter Spesialis Gizi : 1 orang
3. Dokter PPDS : 238 orang
4. Dokter Umum : 45 orang
5. Dokter Brigade Siaga Bencana : 14 orang
6. Apoteker : 7 orang
7. Perawat/Bidan : 540 orang
8. Paramedis Non Perawatan : 158 orang
9. Tenaga Non Kesehatan : 583 orang
Jumlah Pegawai : 1.739 orang
BAB V1
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
6.1 HASIL PENELITIAN
6.1.1 Analisis Data
6.1.1.1 Analisis Univariat
Analisa ini untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari
tiap variabel independen (pendidikan dan paritas) dan variabel dependen
(kejadian BBLR). Data distribusi dalam bentuk tabel dan teks yang akan
diuraikan sebagai berikut :
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian BBLR
dimana hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 6.1 berikut ini.
Tabel 6.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian BBLR di Rumah
Sakit Umum Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Tahun 2009
No Kejadian BBLR Frekuensi Persentase
1.
2.
BBLR
Tidak BBLR
100
255
28.2
71,8
Jumlah 355 100,0
Dari tabel 6.1 didapatkan ibu yang melahirkan BBLR sebesar
100 responden (28,2%) dan ibu yang melahirkan tidak BBLR sebesar
255 responden (71,8%).
2. Variabel Independen
a. Pendidikan Ibu
Penelitian ini dilakukan pada 355 responden, dimana
pendidikan dibagi menjadi dua kategori, yaitu tinggi (bila
SMA) untuk lebih jelas dari hasil dapat dilihat pada tabel 6.2
dibawah ini.
Tabel 6.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu
Bersalin di Rumah Sakit Umum Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2009
No Pendidikan Frekuensi Persentase
1.
2.
Tinggi
Rendah
180
175
50,7
49,3
Jumlah 355 100,0
Dari tabel 5.4 diatas pendidikan tinggi sebesar 180
responden (50,7%) dan pendidikan rendah sebesar 175 responden
(49,3%).
b. Paritas ibu bersalin
Penelitian ini dilakukan pada 355 responden, dimana
paritas ibu bersalin dibagi menjadi dua kategori, yaitu tinggi dan
rendah yang akan diuraikan pada tabel 6.3 di bawah ini :
Tabel 6.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas Ibu
Bersalin di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Tahun 2009
No Paritas Frekuensi Persentase
1.
2.
Tinggi
Rendah
127
228
35.8
64.2
Jumlah 355 100.0
Dari tabel 6.3 diatas menunjukan responden dengan paritas
tinggi 127 responden (35.8% )dan paritas rendah sebesar 228
responden (64.2%).
6.1.1.2 Analisis Bivariat
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel
independen yaitu pendidikan, dan paritas dengan variabel dependen yaitu
kejadian BBLR. Penelitian dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen, dengan
menggunakan uji Chi-Square nilai = 0,05 dan df = 1, bila p Value 0,05
ada hubungan yang bermakna jika p Value > 0,05 berarti tidak ada
hubungan yang bermakna.
1. Hubungan antara pendidikan dengan Kejadian BBLR
Dari analisis hubungan pendidikan dan kejadian BBLR
diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 6.4
Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Pendidikan Dengan
Kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Dr.Mohammad
Hoesin Palembang Tahun 2009
No Pendidikan
Kejadian BBLR
Jumlah Kemaknaan
BBLR
Tidak
BBLR
n % n % N %
1.
2.
Tinggi
Rendah
37
63
20,6
36,0
143
112
79,4
64,0
180
175
100
100 0,002
(Bermakna) Jumlah 100 255 355
Dari tabel 6.4 diatas dapat dilihat bahwa proporsi responden
yang mempunyai pendidikan tinggi yang melahirkan BBLR lebih
besar dibandingkan dengan responden yang pendidikannya rendah
yang melahirkan BBLR yaitu 37 orang (20,6%) dan 63 orang (36,0%)
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square
didapatkan nilai P value = 0,002 lebih kecil dari = 0,05 sehingga Ho
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara pendidikan responden dengan kejadian BBLR.
Sehingga hipotesa yang menyatakan ada hubungan yang
bermakna antara pendidikan dengan kejadian BBLR terbukti.
2. Hubungan antara Paritas dengan Kejadian BBLR
Dari analisis hubungan Paritas dan kejadian BBLR diperoleh
hasil sebagai berikut :
Tabel 6.5
Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Paritas Ibu Bersalin
Dengan Kejadian BBLR di Rumah Sakit Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Tahun 2009
No Paritas
Kejadian BBLR Jumlah
Kemaknaan
BBLR Tidak BBLR
n % n % N %
1.
2.
Tinggi
Rendah
47
53
37.0
23.2
80
175
63,0
76.8
127
228
100
100 0,008
(Bermakna) Jumlah 100 255 355
Dari tabel 6.4 diatas dapat dilihat bahwa proporsi responden
yang mempunyai paritas tinggi yang melahirkan BBLR lebih besar
dibandingkan dengan responden yang paritas rendah yang melahirkan
BBLR yaitu 47 orang (37,0%) dan 53 orang (23,2%)
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square
didapatkan nilai p Value = 0,05 lebih kecil dari = 0,05 sehingga Ho
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara paritas responden dengan kejadian BBLR.
Sehingga hipotesa yang menyatakan ada hubungan yang
bermakna antara paritas ibu bersalin dengan BBLR terbukti.
6.2 Pembahasan
Pada bab ini akan dibahas pada penelitian yang ditunjang dari
beberapa teori pada ahli yang telah diuraikan sebelumnya. Penelitian ini
menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional
dan hanya terbatas antara variabel independen (Pendidikan dan paritas) dan
variabel dependen (kejadian BBLR) dengan menggunakan uji statistik Chi-
Square. Sampel yang diambil menggunakan teknik random sampling dari
populasi yang berjumlah 3.139 ibu yang melahirkan. Banyaknya sampel
ditentukan dengan formula n = N/1+N(d)2
sehingga didapatkan sampel
sebanyak 355 ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Umum Dr. Mohammad
Hoesin Palembang tahun 2009 dan data dikumpulkan dengan menggunakan
Check List.
Selanjutnya data yang telah dikumpulkan diolah dan dilakukan
analisis data univariat dan bivariat, dengan menggunakan sistem
komputerisasi sehingga pada analisis univariat didapatkan daftar distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel. Sedangkan pada analisis bivariat
dilakukan dengan uji Chi-Square untuk menguji hipotesis.
6.2.1 Kejadian BBLR
Dalam penelitian ini, kejadian BBLR dibagi menjadi dua kelompok
yaitu kelompok responden melahirkan BBLR (< 2500 gram) dan tidak
BBLR ( 2500 gram). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa distribusi
responden berdasarkan kejadian BBLR diperoleh 100 orang (28,2%)
sedangkan tidak BBLR yaitu 255 orang (71,8%).
6.2.2 Hubungan antara Pendidikan Ibu Bersalin dengan Kejadian BBLR
Dari uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square menunjuukan
ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu bersalin dengan
kejadian BBLR di mana nilai p Value 0,002 lebih kecil dari = 0,05
sehingga dapat simpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
pendidikan ibu dengan kejadian BBLR.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan
Sudiyem (2007), dirumah sakit umum pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2008. Bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pendidikan ibu dengan kejadian BBLR. Hal ini dikarenakan oleh pendidikan
ibu yang rendah.
6.2.3 Hubungan antara Paritas Ibu Bersalin dengan Kejadian BBLR
Dari uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square menunjuukan
ada hubungan yang bermakna antara paritas ibu bersalin dengan kejadian
BBLR di mana nilai p Value 0,008 lebih kecil dari = 0,05 sehingga dapat
simpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara paritas ibu
dengan kejadian BBLR.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan
Melly Astuti (2008), dirumah sakit umum pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2009. bahwa ada hubungan yang bermakna antara Paritas
ibu dengan kejadian BBLR. Hal ini dikarenakan oleh Paritas seseorang ibu
maka semakin beresiko terjadinya komplikasi kehamilan.
Menurut Sarwono (2007), paritas tinggi (> 3 anak) mempunyai angka
kematian maternal, lebih tinggi dibanding dengan kematian maternal pada
paritas rendah ( 3 anak). Pada paritas rendah, risiko kematian maternal
dapat dicegah dengan asuhan obstetrik lebih baik. Sedangkan risiko pada
paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.
Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat
Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009, sejalan dengan penelitian
Melly Astuti (2008), yang menjelaskan bahwa penelitian tersebut ada
kesamaan dimana ibu mempunyai paritas tinggi lebih banyak melahirkan
BBLR. Hal tersebut dimungkinkan alat alat reproduksi yang sudah
menurun, dan sel sel otot yang mulai melemah sehingga ibu memiliki
paritas tinggi dengan kejadian BBLR.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009 dapat disimpulkan bahwa :
1. Responden ibu bersalin yang mengalami BBLR sebesar 100 responden
(28,2%) ibu dan yang melahirkan tidak BBLR sebesar 255 responden
(71,8%).
2. Ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan kejadian BBLR
pada ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang tahun 2009 nilai p Value = (0,002) lebih kecil dari =
0,05 ( = 0,05) sehingga hipotesa yang menyatakan ada hubungan yang
bermakna antara pendidikan dengan kejadian BBLR terbukti.
3. Ada hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan kejadian BBLR pada
ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang
tahun 2009 nilai p Value = (0,008) lebih kecil dari = 0,05 ( = 0,05)
sehingga hipotesa yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara
paritas dengan kejadian BBLR terbukti.
7.2 Saran
7.2.1 Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat meningkatkan mutu serta pelayanan dengan lebih efektif
dalam memberikan pelayanan dan penyuluhan kesehatan terutama tentang
kejadian BBLR.
7.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menunjang penulisan karya tulis ilmiah ini guna
meningkatkan mutu pendidikan, menyarankan agar mahasiswa sebelum
menentukan judul sebaiknya menentukan masalah yang layak dan relevan untuk
diteliti.
7.2.3 Bagi Peneliti Yang Akan Datang
Dapat menyediakan referensi atau informasi yang berguna bagi mahasiswi
untuk perkembangan pengetahuan mengenai BBLR.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti,Melly.2007.
Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang
Blogjoeharno.blogspot.com./2008/os/berat-badan-lahir-rendah-bblr.htm.
Diakses 6 Maret 2010
Dinkes Kota Palembang. 2010. Berat Badan Lahir Rendah BBLR.html
Diakses 6 Maret 2010
Hartono,P.Sutanto,dkk.2006.
Berat Badan Lahir Rendah BBLR.html Diakses 6 Maret 2010
IDAI.2004.
Bayi Berat Badan Ikahir Rendah dalam Standar Layanan Medis
Kesehatan Anak: Edisi 1 Jakarta. http://idai.os.id
Israr. Yayan Akyar.2008.
Ilmu Kesehatan Anak Berat Badan Lahir Rendah., Diakses tanggal 2
Maret 2010
Kuliah Kebidanan.2008.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). (http://www.kuliah kebidanan.com,
diakses 3 Maret 2010.
Manuaba. Ida, Bagus Gde.2007.
Pengantar Buku Obstetri. EGC : Jakarta
Notoatmodjo,S.2005.
Metodologi Penelitian Kesehatan. Reneka Cipta : Jakarta
Purwanto.E.R.2009.
Sebab dan Konsekuensi BBLR. (http://www.google.com diakses
06 Maret 2010.
Prawirohardjo, Sarwono.2006.
Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta
Rahayu, Sri.2008.
Karya Tulis Ilmiah. Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang.
Record, Medical. 2009. Berat Badan Lahir Rendah BBLR.html
Diakses 6 April 2010
RI, Depkes. 2005. Berat Badan Lahir Rendah BBLR.html
Diakses 6 Maret 2010