7/27/2019 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
1/21
Tugas kelompok
Dosen pembimbing: Patmawati, S.Kep., Ns., M.Kep.
KEPERAWATAN MATERNITAS
Plasenta Previa
Oleh:
KELOMPOK II
Muh. Aswar Anas
Adnan Sumaila
Fitriani 023
Khairun Nisa
Ina Angriani
A. ArnidaEnita
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2013
7/27/2019 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
2/21
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala inayah dan
kenikmatan yang senantiasa dicurahkan-Nya pada penulis berupa kesehatan,
kekuatan, serta kesempatan sehingga makalah ini dapat selesai dengan semestinya.
Tidak lupa penulis kirimkan shalawat dan salam beriringan dengan ucapan terima
kasih yang tiada terhingga kepada Baginda Rasulullah SAW karena atas segala
pengorbanan yang telah dilakukannya beserta para sahabat, sehingga kini kita mampu
mengkaji alam ini lebih tinggi dari gunung tertinggi, lebih dalam dari lautan terdalam,
serta lebih jauh dari batas pandangan mata.
Adapun tulisan ilmiah ini berisikan materi tentang Plasenta Previa yang
bertujuan sebagai bahan bacaan, semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Dalam makalah ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam
penulisannya. Oleh karena itu, mohon kiranya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembimbing dan pembaca guna untuk kesempurnaan pada
pembuatan makalah penulis selanjutnya.
Makassar, September 2013
Penulis,
7/27/2019 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
3/21
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
I. KONSEP MEDIS PLASENTA PREVIA .3
A. Defenisi .3B. Etiologi 4C. Patofisiologi 5D. Manifestasi Klinis 5E. Pemeriksaan Penunjang 6F. Komplikasi .6G. Penatalaksanaan 7H. Pencegahan .9I. Prognosis .9
II. KONSEP KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA 11A. Pengkajian 11B. Diagnosa 11C. Intervensi 12D. Evaluasi 14
DAFTAR PUSTAKA
7/27/2019 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
4/21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangPerdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang
berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan
perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Batas teoritis
antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingatkemungkinan hidup janin di luar uterus. Perdarahan anterpartum biasanya
berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak
jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis
yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih
berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu. Oleh
karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda. Perdarahan antepartum yang
berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan
yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks
biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-
tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta.
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis
biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa serta
perdarahan yang belum jelas sumbernya. Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira
3 % dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa, solusio plasenta dan
perdarahan yang belum jelas penyebabnya.
Perdarahan antepartum pada umumnya terjadi pada triwulan tiga atau
setelah usia kehamilan, namun beberapa penderita mengalami perdarahan
sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan
pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Baru
7/27/2019 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
5/21
setelah perdarahan yang berlangsung banyak, mereka datang untuk mendapatkan
pertolongan. Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih
banyak pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai
perdarahan anterpartum apapun penyebabnya, penderita harus segera dibawah ke
rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi. Perdarahan
anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya
maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan
ibu dan janinnya. Oleh karena itu, maka penulis mengangkat Plasenta Previa
yang merupakan salah satu kelainan perdarahan antepartum sebagai bahan
bacaan sehingga mahasiswa keperawatan mampu memberikan tindakan yang
sebaik-baiknya pada klien nantinya.
B. Rumusan MasalahAdapun masalah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep medis plasenta previa ?2. Bagaimana konsep keperawatan plasenta previa ?
C. Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep medis plasenta previa.2. Untuk mengetahui konsep keperawatan plasenta previa.
7/27/2019 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
6/21
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIS PLASENTA PREVIA1. Defenisi
a. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu padasegmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (Mansjoer, 2001).b. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal, plasenta terletak di bagian
atas uterus (Setiawati, 2011).
c. Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di sekitar segmenbawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum (Setiawati, 2011).
d. Plasenta previa adalah suatu kehamilan di mana plasenta berimplantasiabormal pada segmen bawah rahim, menutupi atau tidak menutupi ostium
uteri internum (Setiawati, 2011).
e. Plasenta previa adalah lokasi abnormal plasenta di segmen bawah uterus,yang sebagian atau keseluruhannya menutupi pembukaan jalan lahir.
Ketika kehamilan maju, ibu rentang terhadap perdarahan yang sangat
hebat (Setiawati, 2011).
f. Plasenta previa adalah suatu kehamilan di mana plasenta berimplantasiabnormal pada segmen bawah rahim (SBR), menutup atau tidak menutupi
ostium uteri internum (OUI), sedangkan kehamilan itu sudah viable atau
mampu hidup di luar rahim sekitar usia kehamilan > 20 minggu atau berat
janin > 500 gram (Setiawati, 2011).
7/27/2019 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
7/21
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa plasenta previa
adalah plasenta yang letaknya abnormal atau berimplantasi abnormal
terhadap segmen bawah rahim yang menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan rahim. Pada keadaan normal, plasenta terletak pada korpus
uteri (Setiawati, 2011).
Menurut Kenneth J. Leveno, dkk (2009), plasenta previa
diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
a. Plasenta previa totalis, yaitu pada ostium serviks internus seluruhnyaditutupi oleh plasenta.
b. Plasenta previa partialis, yaitu pada ostium internus sebagian ditutupi olehplasenta.
c. Plasenta previa marginalis, yaitu tepi plasenta berada di pinggir ostiumd. Plasenta letak rendah, yaitu plasenta tertanam di segmen bawah uterus
sedemikian sehingga tepi plasenta sebenarnya tidak mencapai ostium
internus tetapi berada didekatnya.
2. EtiologiEtiologi plasenta previa masih belum diketahui pasti. Frekuensi
plasenta previa meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas
seksio sesaria, bekas aborsi, kelainan janin, dan leiomyoma uteri (Mansjoer,
2001).
Menurut Barbara R. Stright (2004), faktor-faktor predisposisi
penyebab terjadinya plasenta previa adalah:
a. Multiparitas (80% klien yang menderita adalah multipara)b. Usia ibu lanjut (lebih dari 35 tahun pada 33% kasus)c. Kehamilan multipeld. Riwayat kelahiran sesar sebelumnyae. Insisi uterusf. Riwayat plasenta previa sebelumnya (insidennya adalah 12 kali lebih besar
pada wanita dengan riwayat plasenta sebelumnya).
7/27/2019 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
8/21
3. PatofisiologiPerdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan
20 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta
menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus
lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan
pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta
dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Pendarahan tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal
(Mansjoer, 2001).
4. Manifestasi KlinisTanda utama pada wanita yang mengalami plasenta previa adalah
perdarahan berwarna merah terang per vaginam yang tidak menimbulkan
nyeri selama trimester kedua atu ketiga. Perdarahan dapat berawal dari
perdarahan bercak-bercak, atau dapat berawal dengan perdarahan masif. Yang
sering, terjadi perdarahan yang tidak terkendali tidak akan terjadi pada
episode perdarahan yang pertama. Kenyataannya, terdapat beberapa episode
perdarahan sebelum terjadi kehilangan darah yang sangat membutuhkan
intervensi cepat dan langsung serta terminasi kehamilan. Uterus biasanya akan
tetap terasa lunak pada wanita ynag mengalami plasenta previa (Reeder, dkk,
2011).
Menurut Arif Mansjoer (2001), manifestaasi klinis plasenta previa
adalah:
a. Pada anamnesis, terdapat perdarahan jalan lahir berwarna merah segartanpa rasa nyeri, tanpa sebab, terutama pada multigravida pada kehamilan
setelah 20 minggu.
b. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan:
7/27/2019 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
9/21
1)Pemeriksaan luar : bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintuatas panggul, ada kalainan letak janin.
2)Pemeriksaan inspekulo : pendarahan berasal dari ostium uterieksternum.
5. Pemeriksaan PenunjangMenurut Arif Mansjoer (2001), pemeriksaan penunjang plasenta
previa adalah:
a. USG (Ultrasonography)USG untuk diagnosis pasti, yaitu menentukan letak plasenta. Dapat
mengungkapkan posisi rendah berbaring placenta tapi apakah placenta
melapisi cervik tidak biasa diungkapkan.
b. Sinar XMenampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-
bagian tubuh janin.
c. Pemeriksaan laboratoriumHemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya
di dalam batas normal.
d. Pengkajian vaginalPengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda
jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik
sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan
ganda (double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril
pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat
untuk efek kelahiran secara cesar.
e. AmniocentesisJika 35 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada
amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin /
spingomyelin [LS] atau kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin.
7/27/2019 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
10/21
Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan jika paru-paru fetal
sudah mature.
6. KomplikasiKomplikasi yang dapat terjadi pada ibu adalah terjadinya perdarahan
hingga syok, anemia karena perdarahan, plasentitis, dan endometritis pasca
persalinan. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi
seperti asfiksia berat (Mansjoer, 2001).
Menurut Sharon J. Reeder, dkk (2011), komplikasi plasenta previa
adalah:
a. Hemoragib. Syok hipovolemikc. Trombositopeniad. Anemiae. Hemoragi pascapartumf. Ruptur uterus
7. Penatalaksanaana. Penatalaksanaan medis
Letak plasenta, jumlah perdarahan, dan usia gestasi janin
merupakan faktor penentu dilakukannya intervensi medis. Tujuan
penatalaksanaan media adalah untuk memastikan kelahiran bayi yang
aterm tanpa komplikasi yang akan terjadi pada ibu dan bayinya.
Penatalaksanaan konservatif merupak tindakan yang tepat ketika janin
belum matur (menurut berat atu usia kehamilan < 36 minggu) dan
perdarahan yang terjadi tidak berlebihan. Pada beberapa keadaan tertentu,
tirah baring dan pengamatan ketat terhadap kesejahteraan ibu dan janinnya
seringkali dapat mengehentikan perdarahan dan memberikan waktu yang
cukup bagi janin untuk matur. Untuk memperpanjang usia gestasi pada
pasien yang mengalami perdarahan pada trimester ketiga dan persalinan
preterm, tokolisis dengan magnesium sulfat, terbutalin, atau ritodrin dapat
7/27/2019 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
11/21
diberikan. Perencanaan persalinan dapat dilakukan ketika immaturitas janin
telah dipastikan dengan amniosentesis, biasanya pada gestasi minggu ke-36
sampai minggu ke-3. Apabila janin telah memiliki ukuran dan usia gestasi
yang cukup, apabila persalinan telah dimulai, atau apabila perdarahan telah
cukup mengancam kesejahteraan wanita atau janin, pelahiran dapat
dimulai. Pada keadaan darurat, pelahiran harus dilakukan tanpa melihat
usia gestasi janin (Reeder, dkk, 2011).
Pada semua kasus plasenta previa total atau pada lebih dari 30 %
kasus plasenta previa sebagian, kelahiran sesaria adalah pelahiran yang
dipilih. Prosedur kelahiran sesarea dilakukan dengan memakai anestesi
inhalasi umum dan ringan. Persalinan per vaginam seringkali dapat
dilakukan pada pada plasenta letak rendah, khusunya apabila bayi kecil dan
serviks telah membuka sebagian. Pada beberapa keadaan ini, ahli obsetrik
dapat meilih untuk memecahkan ketuban dengan harapan bahwa bagian
terendah janin dapat memasuki panggul dan dapat mengontrol perdarahan
dengan cara menekan area plasenta yang telah mengalami pemisahan
(Reeder, dkk, 2011).
b. Penatalaksanaan keperawatanTindakan penatalaksanaannya harus dilakukan dirumah sakit dengan
fasilitas operasi. Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk:
1)Tirah baring total dengan menghadap ke kiri, tidak melakuukansanggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut ( missal
batuk, mengedan karena sulit buangg air besar. Pasang infus cairan
NaCl fisiologis bila tidak memungkinkan.
2)Beri cairan peroral dan pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasiensecara teratur tiap lima belas menit untuk mendeteksi adanya hipotensi
atau shock akibat pendarahan. pantau pula bjj dan pergerakan janin.bila
terjadi renjatan, segera lakukan resuitasi cairan dan transfuse darah. bila
tidak teratasi upayakkan penyelamatan optimal. bila teratasi perhatika
7/27/2019 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
12/21
usia kehamilan. penaganan dirumah sakit dilakukan berdasarkan usia
kehamilan bila terdapat renjatan usia gestasi dibawah tiga puluh tuju
minggu taksiran berat janin dibawah 2500 gram maka :
a)Bila pendarahan sedikit, rawat sampai usia kehamilan 37 minggu,lalu lakukan mobilisasi bertahap. Beri kortikostiroid 12 mg intravena
perhari selam 3 hari sesuai indikasi.
b)Bila pendarahan berulang, lakukan PDMO. Bila ada kontraksi,tangani seperti persalinan preterm. Penentuan letak plasenta secara
langsung baru dikerjakan bila fasilitas lain tidak ada dan dilakukan
dalam keadaan siap operasi, disebut pemeriksaan dalam di atas meja
operasi (PDMO). Caranya sebagai berikut :
Perabaaan formiks. Hanya bermakna bila janin presentasi kepala.
Sambil mendorong sedikit kepala janin kearah pintu atas panggul,
perlahan-lahan raba seluruh formiks dengan jari. Perabaan lunak bila
antara jari dan kepala terdapat plasenta.
Pemeriksaan melalui kanalis servikalis, setelah pada perabaan
formiks dicurigai adanya plasenta previa. Bila kanalis servikalis telah
terbuka, perlahan-lahan masukkan jari telunjuk kedalam kanalis
servikalis untuk meraba kotiledon plasenta. Jangan sekali-sekali
berusaha menyusuri pinggir plasenta seterusnya karena mungkin
plasenta akan terlepas dari insersinya.
Bila tidak ada renjatan, usia gestasi 37 minggu atau lebih,
taksiran berat janin 2500 gr atau lebih, lakukan PDMO. Bila ternyata
plasenta previa, lakukan persalinan perabdominan. Bila bukan, usahakan
partus per vagina (Mansjoer, 2001).
8. PencegahanTidak ada cara untuk mencegah plasenta previa karena penyebab pasti
dari plasenta previa belum diketahui. Yang harus dilakukan adalah mencoba
menghindari faktor resiko terjadinya plasenta previa (Writer).
7/27/2019 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
13/21
9. PrognosisSampai beberapa tahun belakangan ini, plasenta previa dikaitkan
dengan angka mortalitas ibu yang mencapai 10 %. Diagnosis dini dan metode
penatalaksanaan yang semakin canggih telah dapat mengurangi gambaran ini.
Walaupun demikian, plasenta previa tetap menciptakan masalah kesehatan
bagi klien dan janin. Dua masalah utama bagi wanita yang mengalami
plasenta previa adalah perdarahan dan sumbatan pada jalan lahir. Wanita juga
beresiko tinggi mengalami hemoragi pascapartum, anemia, dan infeksi. Bagi
janin, perhatian yang paling signifikan adalah prematuritas. Dalam uterus,
janin dapat terganggu karena hipoksia yang diakibatkan oleh penurunan suplai
oksigen karena adanya pemisahan plasenta. Retardasi pertumbuhan intrauterus
dapat terjadi sebagai konsekuensi penurunan sirkulasindarah ke janin
(Reeder,dkk, 2011).
Dan dengan penanggulangan yang baik, kematian ibu akibat plasenta
previa rendah sekali, atau tidak ada sama sekali (Mansjoer, 2001).
7/27/2019 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
14/21
B. KONSEP KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA1. Pengkajian
a. Sirkulasi1)Anamnesa
Terjadi perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu
berlangsung tanpa nyeri terjadi secara tiba-tiba, tanpa sebab yang jelas
dan perdarahan dapat berlangsung berulang.
2)InpeksiPada inspeksi dapat dijumpai perdarahan pervagina darah berwarna
merah terang, encer sampai meggumpal, pada perdarahan yang banyak
ibu tampak pucat dan anemis.
b. Seksualitas1)Palpasi abdomen
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul.
Apabila presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di pintu atas
panggul. Tidak jarang terjadi kelainan letak janin, seperti letak lintang
atau letak sungsang.
2)UltrasonogramPenentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat tidak
dapat menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janin dan tidak
menimbulkan rasa nyeri.
c. Pemeriksaan in spekuloPemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari
osteum uteri eksternum dari kelainan serviks dan vagina.
2. Diagnosaa. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan komplikasi perdarahan
pada awal masa kehamilan.
b. Risiko infeksi berhubungan dengan kekurangan volume cairan yangberlebihan.
7/27/2019 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
15/21
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenaiperubahan fisiologis dalam sistem reproduksi klien.
d. Duka cita berhubungan dengan keguguran aktual atau keguguran yangakan terjadi.
3. Intervensia. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan komplikasi perdarahan
pada awal masa kehamilan.
Tujuan : volume cairan homeostatis.
Kriteria hasil : 1) Tanda vital normal
1)Klien tampak tenangIntervensi :
1)Ambil darah, periksa golongan, dan lakukan cross check.Rasional : Untuk memastikan kompabilitas darah.
2)Catat jumlah pembalut yang digunakan, perhatikan kuantitas, kualitas,dan konsistensi drainase.
Rasional : Untuk mengkaji kehilangan darah.
3)Awasi asupan dan haluaran cairanRasional : Untuk mengkaji hidrasi.
4)Jelaskan kemungkinan prosedur medis atau prosedur pembedahan yangmungkin dibutuhkan
Rasional : Untuk mempersiapkan klien dan memberikan informasi yang
tepat.
b. Risiko infeksi berhubungan dengan kekurangan volume cairan yangberlebihan.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil : Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
1) Berikan health education pada klien tentang kebersihan perineumRasional : Untuk mencegah timbulnya infeksi.
7/27/2019 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
16/21
2) Hindari penggunaan tampon untuk mengendalikan perdarahanRasional : Untuk mencegah infeksi karena penggunaan tampon dapat
menjadi media tumbuh mikroorganaisme.
3) Sarankan peningkatan asupan cairan atau berikan cairan parenteralsesuai program.
Rasional : Untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
4) Kolaborasi pemberian antibiotik dan obat alagetik sesuai program.Rasional : Untuk mencegah infeksi dan memastikan kenyamanan klien.
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenaiperubahan fisiologis dalam sistem reproduksi klien.
Tujuan : Ansietas klien berkurang dan dapat diatasi.
Kriteria hasil : Klien tampak tenang dan mampu menyebutkan tanda-tanda
bahaya pada awal masa kehamilan dan tindakan yang harus
dilakukan.
Intervensi :
1) Berikan petunjuk pada klien mengenai tanda-tanda bahaya pada awalmasa kehamilan dan tindakan yang sessuai indikasi.
Rasional : Untuk mewaspadakan klien untuk segera mengambil
tindakan yang tepat.
2) Pertahankan tirah baring dan atau pembatasan aktivitas fisik.Rasional : Untuk memastikan keselamatan ibu dan anak.
3) Pantau tanda-tanda vital janin sesuai indikasi.Rasional : Untuk mengkaji keselamatan dan kesejahteraan janin.
4) Berikan health education pada klien tentang patofisiologi penyakit danpenatalaksanaannya.
Rasional : Untuk memberikan informasi mengenai penyakit klien.
5) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaannya.Rasional : Klien dan keluarganya akan mersa tenang dan dapat mengurangi
rasa cemas.
7/27/2019 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
17/21
d. Duka cita berhubungan dengan keguguran aktual atau keguguran yangakan terjadi.
Tujuaan : Klien dapat mengatasi duka cita yang dialaminya.
Kriteria hasil : 1)Klien mampu mencurahkan perasaannya mengenai rasa
berduka, marah, dan menyalahkan dirinya.
2)Klien menunjukkan pemahaman mengenai kemungkinan
keguguran.
Intervensi :
1) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanberduka, marah, dan meyalahkan diri.
Rasional : Untuk mendukung proses berduka.
2) Berikan kesempatan pada klien untuk berada bersama dengan anggotakeluarga yang mendukung klien.
Rasional : untuk mendukung klien dan dengan keberadaan keluarga,
rasa berduka klien dapat berkurang.
3) Berikan informasi berdasarkan fakta mengenai aborsi dan kemungkinankapasitas sistem reproduksi yang akan datang.
Rasional : Untuk memberikan informasi yang akurat.
4) Lakukan rujukan untuk melakuykan konselong genetik sesuaikeperluan.
Rasional : Untuk memberikan informasi guna keputusan yang tepat
mengenai kehamilan yang akan datang.
4. Evaluasia. Volume cairan klien homeostatis ditandai dengan tanda-tanda vital klien
normal.
b. Tidak terjadi infeksi ditandai dengan tanda vital klien normal dan tidakditemukan tanda infeksi.
7/27/2019 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
18/21
c. Ansietas klien berkurang dan dapat diatasi ditandai dengan klien tampaktenang dan mampu menyebutkan tanda-tanda bahaya pada awal masa
kehamilan dan tindakan yang harus dilakukan.
d. Klien mampu mengatasi duka citanya ditandai dengan klien mampumencurahkan perasaannya mengenai rasa berduka, marah, dan
menyalahkan dirinya serta mampu menunjukkan pemahaman mengenai
kemungkinan keguguran.
7/27/2019 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
19/21
BAB III
PENUTUP
A. KesimpulanPlasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal atau
berimplantasi abnormal terhadap segmen bawah rahim yang menutupi sebagian
atau seluruh pembukaan jalan rahim. Pada keadaan normal, plasenta terletak
pada korpus uteri. Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, tetapi
faktor predisposinya adalah meliputi usia ibu lanjut (lebih dari 3 tahun pada 33%
kasus), multiparitas, kehamilan multipel, riwayat kelahiran sesar sebelumnya,
insisi uterus, dan riwayat plasenta previa sebelumnya (insidennya adalah 12 kali
lebih besar pada wanita dengan riwayat plasenta sebelumnya). Gejalanya berupa
perdarahan per vaginam merah teran dan tidak terasa nyeri, abdomen lembek,
tidak keras, relaksasi di anatara kontraksi, jika ada, serta DJJ stabil dan dalam
batas normal.
Untuk mediagnosis penyakit ini, jenis pemeriksaan yang dapat
dilakukan adalah USG, sinar X, isotop scanning, amniocentesis, dan pengkajian
vaginal. Ketika plasenta previa telah terjadi dan tidak ditangani dengan baik,
maka dapat terjadi komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu adalah
terjadinya pendarahan hingga syok akibat pendarahan, anemia karena
pendarahan, plasentitis, dan endometritis pasca persalinan. Pada janin biasanya
terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti asfiksia berat. Dan jika
penanganannya baik, kematian ibu akibat plasenta previa rendah sekali atau
bahkan tidak ada sama sekali.B. Saran
Adapun saran penulis terhadap pembaca yaitu agar semakin
memperluas wawasannya mengenai penyakit-penyakit maternal sehingga mampu
memberikan tindakan yang sebaik-baiknya pada klien nantinya dengan bekal
7/27/2019 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
20/21
pemahaman tentang berbagai penyakit yang telah dipelajari di mata perkuliahan
ini, khususnya untuk penderita plasenta previa.
7/27/2019 Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
21/21
DAFTAR PUSTAKA
Hamilton, Persis Mary. 1995.Dasar-dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6. Jakarta:
EGC.
Leveno, Kenneth J, dkk. 2009. Obsetri William: Panduan Ringkas. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2001.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aeusclapius.
Reeder, Sharon J, dkk. 2011. Keperawatan Maternitas: Kesehatan wanita, Bayi &
Keluarga. Jakarta: EGC.
Setiawati, Dewi. 2011. Buku Saku Dasar-dasar Obsetri. Makassar: Alauddin
University Press.
Stright, Barbara R. Panduan Belajar: Keperawatan Ibu Bayi Baru Lahir. Jakarta:
EGC.
Top Related