1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah Islam, di mana tatacara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan
Al-Quran dan Hadits yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariat Islam
khususnya yang menyangkut tatacara bermuamalah secara Islam1.
Bank syariah bukan semata-mata sistem perbankan Arab. Bank syariah
merupakan suatu bentuk perbankan yang mengikuti ketentuan-ketentuan syariah
Islam. Oleh karena itu praktek perbankan syariah ini bersifat universal, artinya
negara manapun dapat melakukan dan mengadopsi sistem bank syariah dalam hal:
1. Menetapkan imbalan yang akan diberikan kepada masyarakat sehubungan
dengan penggunaan dana masyarakat yang dipercayakan kepadanya.
2. Menetapkan imbalan yang akan diterima sehubungan dengan penyediaan dana
kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan baik untuk keperluan investasi
maupun modal kerja.
3. Menetapkan imbalan sehubungan dengan kegiatan usaha lainya yang lazim
dilakukan oleh bank syariah2.
1 Karnaen Perwataatmadja, M.Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: Dana
Bhakti Wakaf,1992 ) cet.1 h.1 2 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: FEUI, 2004) ed.4 h.182
2
Perbankan syariah muncul di Indonesia Tahun 1992 yang merupakan hal
baru dalam kerangka mekanisme perbankan pada umumnya. Krisis moneter yang
mengguncang Indonesia Tahun 1997 membuat perbankan konvensional lumpuh
yang disebabkan oleh kredit. Kredit yang semulanya lancar akhirnya menjadi
macet, sedangkan perbankan syariah yang tertuang dalam Undang Undang No.10
Tahun 1998 yang mengakui adanya dua sistem perbankan, yaitu konvensional dan
sistem syariah. Semakin berkembangnya perbankan syariah di Indonesia dirasakan
semakin perlunya sosialisasi atas apa dan bagaimana operasional bank syariah,
karena operasional perbankan syariah sangat berbeda dengan perbankan
konvensional3.
Bank syariah dalam menjalankan operasinya tidak menggunakan sistem
bunga sebagai dasar penentuan imbalan yang akan diterima atas jasa pembiayaan
yang diberikan dan atau pemberian imbalan atas dana masyarakat. Penentuan
imbalan yang diinginkan dan yang akan diberikan tersebut semata-mata
didasarkan pada prinsip syariah. Kebalikannya dengan bank konvensional di mana
imbalan selalu dihitung dalam bentuk bunga (dengan persentase tertentu). Tingkat
bunga yang dinyatakan dalam persentase tertentu tersebut merupakan aspek
penting yang selalu terkait dengan kegiatan usaha bank konvensional4.
Sepintas secara teknis menabung di bank konvensional atau bank syariah
hampir tidak ada bedanya. Hal ini dikarenakan baik bank konvensional atau bank
3 Sofyan S. Harahap, dkk., Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta: LPFE Usakti, 2005) cet.1 h.1 4 Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, h.181
3
syariah harus mengikuti aturan teknis perbankan secara umum. Akan tetapi,
apabila diamati secara mendalam bank syariah dengan bank konvensional jelas
sangat berbeda. Hal ini karena prinsip dasar yang digunakan pada kedua bank
tersebut berbeda5.
Dalam bank syariah, hubungan antara bank dengan nasabahnya bukan
hubungan debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan (partnership)
antara penyandang dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). Oleh
karena itu, tingkat laba bank syariah tidak saja berpengaruh terhadap tingkat bagi
hasil untuk para pemegang saham tetapi juga berpengaruh terhadap bagi hasil yang
dapat diberikan kepada nasabah penyimpan dana. Hubungan kemitraan ini
merupakan bagian yang khas dari proses berjalannya mekanisme bank syariah6.
Untuk menjaga agar fungsi intermediari dapat berjalan dengan baik, maka
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter membuat peraturan untuk menunjang
kesehatan perbankan, satu di antara ketentuan yang dibuat adalah peraturan
mengenai aktiva produktif. Ketentuan tersebut dituangkan dalam Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 9/9/PBI/2007 tanggal 18 Juni 2007 tentang ”Penilaian
Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan
Prinsip Syariah”7.
5 Sri Susilo, dkk., Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta: Salemba 4, 2004) h.109 6 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004) ed.2 cet.2
h.56 7 www.bi.go.id
4
Aktiva produktif adalah penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah
maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga
syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen
dan kontinjensi pada transaksi rekening administratif serta sertifikt wadiah Bank
Indonesia8.
Dalam melakukan kegiatan penanaman dana, bank yang melakukan usaha
berdasarkan prinsip syariah mempunyai risiko kerugian atas kegagalan penanaman
dananya. Untuk menjaga agar bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah mampu dan siap menanggung risiko kerugian dari penanaman dana
tersebut dan untuk menjaga kelangsungan usahanya, maka bank yang melakukan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah wajib membentuk penyisihan
penghapusan aktiva produktif9, yaitu berupa cadangan umum dan cadangan khusus
guna menutupi risiko kemungkinan kerugian10
.
Dalam metode cadangan ini pengakuan kerugian aktiva produktif tidak perlu
menunggu sampai terjadinya kerugian tersebut muncul, namun bank harus
mengakui pada periode yang sama dengan terjadinya penemptan aktiva produktif
dengan cara membentuk cadangan penyisihan aktiva produktif. Cadangan ini
dibentuk/bertambah dengan adanya penyisihan aktiva produktif yang diakui dan
dipakai (berkurang) bila benar terjadi kerugian aktiva produktif. Bank yang
8 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah,(Yogyakarta: Ekonisia, 2005) ed.1 cet.2 h.118 9 Ibid., h.127 10 Taswan, AkuntansiPerbankan TransaksiDalamValuta Rupiah, (Semarang: UPP AMP YKPN, 2005)
ed.2 h.245
5
melakukan penghapusan terhadap aktiva produktif tentu menggunakan cadangan
yang telah dibentuk sebelumnya. Pengakuan adanya penyisihan atau kerugian
aktiva produktif dilakukan pada setiap akhir periode melalui jurnal penyesuaian
yang diaplikasikan pada setiap jenis aktiva produktif11
.
Cadangan yang dibentuk dimasukan dalam bentuk beban atau biaya
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP), semakin tidak baik kualitas
aktiva produktif maka semakin besar cadangan yang di bentuk maka semakin
besar pula biaya atau beban yang dikeluarkan, biaya atau beban semakin besar
maka laba yang dihasilkan semakin kecil.
Profesionalisme bank ditujukan terhadap pengelolaan dana yang
diperoleh dari sumber dana dan penanaman dana dalam aktiva produktif
yang menghasilkan pendapatan bagi bank. Pendapatan yang dimaksud adalah
pendapatan bagi hasil yang merupakan pendapatan utama bank yang menempati
proporsi terbesar dari keseluruhan pendapatan bank.
Kegiatan operasional bank sangat tergantung pada kepercayaan masyarakat
dalam menginvestasikan dananya karena dana masyarakat inilah akan disalurkan
dalam bentuk pembiayaan. Oleh karena itu manajemen pembiayaan sangat penting
untuk diperhatikan, sebab sebagian besar pendapatan bank diperoleh dari hasil
pendapatan bagi hasil itu sendiri.
Manajemen bank dituntut untuk mengalokasikan dananya sedemikian
11 Ibid., h.247
6
rupa sehingga dana didapatkan dari berbagai sumber dana menghasilkan
laba optimal sementara itu dalam waktu yang bersamaan bank harus pula
memperhatikan secara cermat kebutuhan likuiditasnya untuk memenuhi
kewajiban kepada semua pihak yang menarik atau mencairkan simpanannya
sewaktu waktu. Kemampuan dan kesiapan memenuhi kewajiban setiap saat
ini sangat penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat khususnya
nasabah terhadap bank yang bersangkutan dan memenuhi tanggung jawab
sosial bank dalam menjaga integritas bank12
.
Saat ini di Indonesia ada 3 bank umum syariah dan PT. Bank Syariah Mega
Indonesia adalah salah satu yang termasuk dalam bank umum syariah. Perjalanan
PT. Bank Syariah Mega Indonesia (yang selanjutnya disingkat dengan PT. BSMI)
diawali dari sebuah bank umum bernama PT. Bank Umum Tugu yang
berkedudukan di Jakarta. Pada Tahun 2001, Para Group (PT. Para Global
Investindo dan PT. Para Rekan Investama), kelompok usaha yang juga menangui
PT. Bank Mega, Tbk., Trans TV, dan beberapa perusahaan lainnya, mengakusisi
PT. Bank Umum Tugu untuk dikembangkan menjadi bank syariah. Hasil konversi
tersebut, pada 25 Agustus 2004 PT. Bank Umum Tugu resmi beropersi syariah
dengan nama PT. Bank Syariah Mega Indonesia.
PT. BSMI memproyeksikan asetnya akhir tahun 2008 ini mencapai Rp. 4,5
triliun. Sedangkan, penyaluran pembiayaan hingga akhir tahun 2008 ini
12 Syahyunan, Skripsi: ”Analisis Kualitas Aktiva Produktif Sebagai Salah Satu Alat Ukur Kesehatan
Bank”, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara
7
diharapkan mencapai Rp. 3,5 triliun. Sementara, penghimpunan dana pihak ketiga
(DPK) tahun 2008 ini diharapakan mencapai Rp. 4 triliun. Hingga akhir
September tahun 2007 lalu, aset PT. BSMI tercatat meningkat 33,33% menjadi
Rp. 2,4 triliun disbanding periode serupa pada tahun 2006 Rp. 1,8 triliun.
Sedangkan, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) PT. BSMI per September
tahun 2007 lalu tercatat meningkat 23,53% menjadi Rp. 2,1 triliun dibandingkan
periode serupa tahun 2006 lalu Rp. 1,7 triliun. Pembiayaan PT. BSMI per
September tahun 2007 lalu tercatat meningkat 18,75% menjadi Rp. 1,9 triliun
dibandingkan periode serupa tahun 2006 Rp. 1,6 triliun. Pembiayaan per
September tahun 2007 lalu menunjukkan rasio pembiayaan terhadap DPK atau
financing to deposit ratio (FDR) berada pada posisi 91%. Hingga akhir tahun 2007
lalu, laba sebelum pajak PT. BSMI diproyeksikan mencapai Rp. 130 miliar.
Sedangkan, laba sebelum pajak tahun 2008 ini diproyeksikan mencapai Rp. 150
miliar.
PT. BSMI berencana menyalurkan pembiayaan bagi usaha kecil dan mikro
(UKM) sebesar Rp. 300 miliar. Pembiayaan tersebut menjadi uji coba PT. BSMI
dalam mengembangkan pembiayaan UKM. UKM yang akan dibiayai akan
didominasi jenis perdagangan. Sedangkan, sektor pembiayaanUKM juga
direncanakan berjangka pendek. Target pembiayaan PT. BSMI tahun 2008 ini
cukup realistis. Sebab potensi pengembangan bisnis perbankan syariah cukup
besar. Meskipun demikian, tercapai target pembiayaan PT. BSMI tahun 2008 ini
8
juga sangat bergantung pada kemampuan PT. BSMI tersebut untuk mendorong
ekspansi pembiayaan ke berbagai sektor bisnis13
.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian
lebih lanjut dalam sebuah skripsi dengan judul: “PENGARUH RENTABILITAS
TERHADAP KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF PADA PT. BANK
SYARIAH MEGA INDONESIA”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, pemaparan yang dijelaskan di
atas jika dibahas secara keseluruhan di dalam penulisan ini tentu akan sangat luas,
maka penulis menganggap perlu untuk membatasi masalah apa saja yang akan
dibahas.
Untuk itu pembahasan hanya akan dibatasi pada masalah rasio rentabilitas
(NCOM, ROA dan BOPO), aktiva produktif, kualitas aktiva produktif, dan
bagaimana pengaruh antara rentabilitas terhadap kualitas aktiva produktif dengan
menggunakan laporan keuangan bulanan PT. BSMI periode Januari 2005 sampai
dengan Desember 2007. Secara spesifik rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana perkembangan rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) pada PT.
BSMI?
13 www.republika.com, Aset Mega Syariah Akan Capai 4,5 Triliun, 3 Januari 2008.
9
2. Bagaimana perkembangan kualitas aktiva produktif pada PT. BSMI?
3. Bagaimana pengaruh rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) terhadap kualitas
aktiva produktif pada PT. BSMI?
4. Variabel rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO) manakah yang paling
dominan mempengaruhi kualitas aktiva produktif pada PT. BSMI?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitin ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang tingkat
rasio rentabiliatas (NCOM, ROA dan BOPO), aktiva produktif, kualitas aktiva
produktif, dan mengetahui seberapa besar pengaruh antara rentabilitas (NCOM,
ROA dan BOPO) terhadap kualitas aktiva produktif.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perkembangan rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO)
pada PT. BSMI.
2. Untuk mengetahui perkembangan kualitas aktiva produkt if pada PT.
BSMI.
3. Untuk mengetahui pengaruh antara rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO)
terhadap kualitas aktiva produktif pada PT. BSMI.
4. Untuk mengetahui var iabel rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO)
mana yang paling banyak mempengaruhi kualitas aktiva produktif pada PT.
BSMI.
10
Sedangkan manfaat yang diharapakan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan tentang rasio rentabilitas
(NCOM, ROA dan BOPO) dan tentang kualitas aktiva produktif serta
mangetahui seberapa besar pengaruh antara rentabilitas (NCOM, ROA dan
BOPO) terhadap kualitas aktiva produktif pada PT. BSMI.
2. Bagi perusahaan, diharapkan dapat berguna sebagai masukan dalam
mengambil keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh untuk
merencanakan suatu strategi baru, serta dapat meningkatkan kinerja bagi PT.
BSMI.
3. Bagi akademisi, untuk memperkaya khazanah literatur kepustakaan ekonomi
Islam khususnya pada perbankan syariah mengenai tingkat rentabilitas
(NCOM, ROA dan BOPO) dan kualitas aktiva pproduktif pada PT. BSMI.
4. Bagi masyarakat, diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi
mengenai kinerja PT. BSMI, kepada para nasabahnya serta masyarakat umum
yang tertarik terhadap perbankan syariah.
D. Kajian Pustaka
Agar dalam penulisan ini dapat dengan mudah untuk dikaji lebih lanjut maka
penulis membutuhkan pedoman untuk dijadikan acuan dalam penulisan. Untuk itu
penulis telah meneliti beberapa penelitian terdahulu yang menjadi pedoman dan
acuan dalam penulisan ini, yaitu:
11
1. Analisis Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Net Profit Margin.
Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Oleh Rosdiana Awalia,
Konsentrasi Perbankan Syariah, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah Dan
Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006. Dalam skripsi tersebut
penulis terdahulu membahas tentang pengaruh kualitas aktiva produktif
terhadap net profit margin, dimana adanya hubungan yang terjadi antara
kedua variabel adalah hubungan negatif, di mana nilai kualitas aktiva
produktif turun dan nilai net profit margin naik, dan sebaliknya apabila nilai
kualitas aktiva produktif turun maka nilai net profit marginnya naik. Dalam
pengolahan data penulis terdahulu menggunakan analisis desktiptif, dan
mengungkapkan dari hasil analisisnya dengan menggunakan tabel dan grafik.
2. Analisa Modal Kerja Dan Hubungannya Terhadap Rentabilitas Pada BMT
Al-Karim. Oleh Rusmiati, Konsentrasi Perbankan Syariah, Jurusan Muamalat,
Fakultas Syariah Dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006. Dalam
skripsi tersebut penulis terdahulu membahas tentang analisis modal kerja yang
mempunyai hubungan atau pengaruh terhadap rentabilitas, di mana kenaikkan
modal kerja yang disebabkan dari bertambahnya dana pihak ketiga, sehingga
menambah aktiva lancar dalam bentuk piutang.
3. Pengaruh Jumlah Pembiayaan Yang Disalurkan Terhadap Tingkat Rasio
Non Performing Financing (NPF) Studi Kasus Pada PT. Bank DKI
Syariah. Oleh Mochammad Irfansyah, Konsentrasi Perbankan Syariah,
Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah Dan Hukum, UIN Syarif
12
Hidayatullah, Jakarta, 2007. Dalam skripsi tersebut, penulis terdahulu
membahas tentang pengaruh jumlah pembiayaan yang disalurkan terhadap
tingkat rasio NPF di mana jumlah pembiayaan yang disalurkan dengan tingkat
rasio NPF mempunyai keterkaitan atau hubungan positif di mana katerkaitan
disini adalah setiap kenaikan jumlah pembiayaan yang disalurkan akan
mempengaruhi meningkatnya tingkat rasio NPF.
E. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesanya adalah:
Secara simultan:
Ho : β = 0, tidak terdapat pengaruh antara rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO)
dengan kualitas aktiva produktif.
Ha : β ≠ 0, terdapat pengaruh antara rentabilitas (NCOM, ROA dan BOPO)
dengan kualitas aktiva produktif.
Secara parsial:
Ho : β = 0, tidak terdapat pengaruh antara NCOM dengan kualitas aktiva
produktif.
Ha : β ≠ 0, terdapat pengaruh antara NCOM dengan kualitas aktiva produktif.
Ho : β = 0, tidak terdapat pengaruh antara ROA dengan kualitas aktiva produktif.
Ha : β ≠ 0, terdapat pengaruh antara ROA dengan kualitas aktiva produktif.
Ho : β = 0, tidak terdapat pengaruh antara BOPO dengan kualitas aktiva produktif.
Ha : β ≠ 0, terdapat pengaruh antara BOPO dengan kualitas aktiva produktif.
13
F. Kerangka Pemikiran
PT BSMI
Laporan Keuangan
Analisis Regresi Berganda
Kualitas Aktiva
Produktif
1. NCOM
2. ROA
3. BOPO
Uji Asumsi Klasik
Normalitas Autokorelasi Heterokesdasitas Multikolonieritas
Interpretasi
Koefisien Regresi Uji F Uji T Koefisien Determinasi
14
G. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Berdirinya PT. Bank Syariah Mega Indonesia
Perjalanan PT. Bank Syariah Mega Indonesia diawali dari sebuah bank
umum bernama PT. Bank Umum Tugu yang berkedudukan di Jakarta. Pada
tahun 2001, Para Group (PT. Para Global Investindo dan PT. Para Rekan
Investama), kelompok usaha yang juga menaungi PT Bank Mega, Tbk., Trans
TV, dan beberapa Perusahaan lainnya, mengakuisisi PT Bank Umum Tugu
untuk dikembangkan menjadi bank syariah. Hasil konversi tersebut, pada 25
Agustus 2004 PT. Bank Umum Tugu resmi beroperasi syariah dengan nama
PT. Bank Syariah Mega Indonesia.
Komitmen penuh PT Para Global Investindo sebagai pemilik saham
mayoritas untuk menjadikan PT Bank Syariah Mega Indonesia sebagai bank
syariah terbaik, diwujudkan dengan mengembangkan bank ini melalui
pemberian modal yang kuat demi kemajuan perbankan syariah dan
perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya. Penambahan modal dari
Pemegang Saham merupakan landasan utama untuk memenuhi tuntutan pasar
perbankan yang semakin meningkat dan kompetitif. Dengan upaya tersebut, PT.
Bank Syariah Mega Indonesia yang memiliki semboyan "untuk kita semua"
tumbuh pesat dan terkendali serta menjadi lembaga keuangan syariah ternama
yang berhasil memperoleh berbagai penghargaan dan prestasi.
Dalam upaya mewujudkan kinerja sesuai dengan nama yang
disandangnya, PT. Bank Syariah Mega Indonesia selalu berpegang pada azas
15
profesionalisme, keterbukaan dan kehati-hatian. Didukung oleh beragam
produk dan fasilitas perbankan terkini, PT. Bank Syariah Mega Indonesia terus
berkembang, hingga saat ini memiliki 15 jaringan kerja yang terdiri dari kantor
cabang, cabang pembantu dan kantor kas yang tersebar di hampir seluruh kota
besar di Pulau Jawa dan di luar Jawa.
Guna memudahkan nasabah dalam memenuhi kebutuhannya di bidang
keuangan, PT Bank Syariah Mega Indonesia juga bekerjasama dengan PT
Arthajasa Pembayaran Elektronis sebagai penyelenggara ATM Bersama serta
PT. Rintis Sejahtera sebagai penyelenggara ATM Prima dan Prima Debit. Ini
dilakukan agar nasabah dapat melakukan berbagai transaksi perbankan dengan
lebih efisien, praktis, dan nyaman.
2. Struktur Organisasi PT. Bank Syariah Mega Indonesia
Dewan Pengawas Syariah
K.H. Ma’ruf Amin Ketua DPS
Dr. H. A. Satori Ismail Anggota DPS
Kanny Hidaya Y. Anggota DPS
Dewan Komisaris
Mar’ie Muhammad Komisaris Utama
Dudi Hendrakusuma Syahlani Komisaris
Ari Prabowo Komisaris
16
Dewan Direksi
Beny Witjaksono Direktur Utama
Ani Murdiati DirekturBisnis
Haryanto Budi Purnomo Direktur Compliance & HCM
3. Visi Dan Misi PT. Bank Syariah Mega Indonesia
VISI
Bank Syariah Kebanggaan Bangsa.
MISI
Memberikan jasa layanan keuangan syariah terbaik bagi semua kalangan,
melalui kinerja organisasi yang unggul, untuk meningkatkan nilai tambah bagi
stakeholder dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa.
NILAI - NILAI
Visioner, Amanah, Profesional, Konsisten, Interpreneurship, Teamwork dan
Berbagi.
PENGHARGAAN
a. Bank Syariah Terbaik 2007 Versi Majalah Investor.
b. Bank non devisa terefisien 2007 Versi Bisnis Indonesia.
c. The Most Growing Earning Asset Market Share Sharia Bank 2006 Versi
Karim Businss Consulting.
d. The Most Growing Third Party Fund Market Share Sharia Bank 2006 Versi
Karim Business Consulting.
17
e. Bank Umum Syariah terbaik Peringkat 2 tahun 2006 versi karim Business
Consulting.
f. Bank Mega Syariah meraih predikat " sangat bagus " untuk kinerja tahun
2004 versi Majalah Infobank.
4. Produk Produk PT. Bank Syariah Mega Indonesia
a. Produk Pendanaan
1) Mega Syariah Tama (Leluasa dan Sesuai Syariah)
Mega Syariah Tama, leluasa dan sesuai syariah adalah simpanan
wadiah yang memungkinkan investasi sesuai syariah sekaligus
memperoleh kemudahan mengelola dana selayaknya tabungan.
2) Mega Syariah Fleksi (Simpanan Fleksibel Sesuai Syariah)
Mega Syariah Fleksi, simpanan fleksibel sesuai syariah adalah
simpanan dengan konsep syariah titipan (wadiah) yang dapat Anda
manfaatkan untuk berinvestasi dalam waktu yang lebih leluasa.
3) Mega Syariah Pendidikan (Perencanaan Dana Pendidikan Sesuai Syariah)
Mega Syariah Pendidikan, perencanaan dana pendidikan sesuai
syariah. Anda ingin merencanakan dan mewujudkan masa depan yang
indah bagi buah hati anda tercinta sejak dini? Bank Mega Syariah
mewujudkannya melalui Mega Syariah Pendidikan.
18
4) Mega Syariah Umrah (Memudahkan Langkah Ke Tanah Suci)
Mega Syariah Umrah, untuk memudahkan anda mempersiapkan
biaya perjalanan umrah dengan simpanan terencana sesuai syariah, Bank
Mega Syariah menawarkan Mega Syariah Umrah.
Dengan fasilitas ini persiapan biaya umrah akan lebih pasti karena
dapat diangsur setiap bulannya.
5) Mega Syariah Giro (Rekening Koran Wadiah)
Mega Syariah Giro, adalah rekening koran wadiah yang
kemungkinan anda mengelola dana dengan nyaman sesuai kebutuhan.
Menyimpan dana sesuai syariah dan mendapatkan kemudahan
bertransaksi melalui cek dan bilyet giro? mengapa tidak? Mega Syariah
Giro dari Bank Mega Syariah bisa menjawab kebutuhan anda.
6) Mega Syariah Depo (Deposito Sesuai Syariah)
Mega Syariah Depo, simpanan berjangka mudharabah yang bukan
hanya memberikan nisbah bagi hasil yang relatif tinggi, tetapi juga dapat
dijadikan fasilitas jaminan untuk kebutuhan pembiayaan anda.
Bagi anda yang ingin menginvestasikan dana sesuai syariah
sekaligus mendapatkan keuntungan optimal, Mega Syariah Depo dari
Bank Mega Syariah adalah pilihan yang tepat.
19
b. Produk Pembiayaan
1) Syariah Mega Oto (Pembiayaan Kepemilikan Mobil Sesuai Syariah)
Mega Syariah Oto adalah fasilitas pembiayaan kepemilikan
kendaraan dengan konsep secara syariah jual beli (murabahah) yang
dapat diangsur dengan jumlah yang tetap setiap bulannya, dalam jangka
waktu yang disepakati.
2) Syariah Mega Griya (Pembiayaan Kepemilikan Rumah Sesuai Syariah)
Mega Syariah Griya adalah fasilitas pembiayaan pemilikan rumah,
apartemen ataupun renovasi dan pembangunan rumah dengan konsep
syariah jual beli (murabahah) dengan angsuran tetap selama jangka waktu
yang disepakati.
3) Syariah Mega Multi
Mega Syariah Multi adalah fasilitas pembiyaan untuk keperluan
barang konsumtif yang merupakan barang halal dengan konsep syairah
jual beli (murabahah) dengan angsuran tetap selama jangka waktu yang
disepakati.
4) Syariah Mega Invest
Mega Syariah Invest adalah fasilitas pembiayaan kepada pengusaha
atau perusahaan untuk keperluan pengadaan barang investasi dengan
konsep syariah jual beli atau bagi hasil dengan kemudahan proses dan
persyaratannya.
20
5) Syariah Mega Capital
Mega Syariah Capital adalah fasilitas pembiayaan kepada
pengusaha atau perusahaan untuk tujuan modal kerja usaha, di mana
pemberian modal biaya tersebut dapat secara penuh atau sharing dana
berdasarkan sistem bagi hasil.
6) Syariah Mega Garansi
Mega Syariah Garansi adalah fasilitas penjaminan tertulis yang
diberikan Bank Mega Syariah kepada penerima jaminan untuk keperluan
nasabah dalam melaksanakan proyek tertentu.
7) Syariah Mega Emas (Fasilitas Gadai Sesuai Syariah)
Mega Syariah Emas adalah fasilitas pinjaman dana yang sesuai
prinsip syariah dengan menggandakan barang berharga berupa perhiasan
emas, emas batangan dan koin emas, tanpa dikenakan bunga atau margin.
c. Jasa Dan Layanan
1) Syariah Mega Card
Mega Syariah Card merupakan fasilitas kartu ATM serbaguna bagi
nasabah rekening tabungan Bank Mega Syariah yang dapat digunakan
untuk penarikan tunai pada seluruh ATM berlogo ATM Bersama.
21
2) Syariah Mega Safe Deposit Box
Mega Syariah Safe Deposit Box adalah fasilitas penyimpanan
barang berharga (safe deposit box) dengan berbagai ukuran dan harga
hemat14
.
H. Sistematika Penulisan
Dalam skiripsi ini penulis menyusun lima bab uraian, di mana dalam tiap-
tiap bab dilengkapi dengan sub-sub bab masing-masing yaitu sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, kajian
pustaka, hipotesis, kerangka pemikiran, gambaran umum perusahaan
dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Dalam bab ini penulis menjelaskan teori yang digunakan yaitu
pengertian rasio rentabilitas, aktiva produktif, komponen aktiva
produktif, penilaian kualitas aktiva produktif, penyisihan penghapusan
aktiva produktif, tujuan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva
produktif, tata cara pembentukan penyisihan penghapusan aktiva
produktif.
14 www.megasyariah.co.id//profil bank mega syariah
22
BAB III Metode Penelitian
Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang metode yang digunakan
dalam melakukan penelitian, yang terdiri dari ruang lingkup penelitian,
metode pengumpulan data, operasional variabel dan metode analisa
data.
BAB IV Hasil Dan Pembahasan
Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang hasil perkembangan rasio
NCOM, ROA, BOPO dan jualitas aktiva produktif pada PT. BSMI,
hasil uji asumsi klasik, hasil uji hipotesis, hasil uji koefisien
determinasi, hasil uji koefisien regresi dan interpretasi data.
BAB V Penutup
Dalam bab ini penulis menyimpulkan kesimpulan dari semua
pembahasan yang dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-
saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skiripsi ini.
23
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Rasio Rentabilitas
Penilaian rentabilitas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam
menghasilkan laba. Penilaian kuantitatif faktor rentabilitas dilakukan dengan melakukan
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut15
:
1. Net operating margin (NOM), merupakan rasio utama,
2. Return on assets (ROA), merupakan rasio penunjang,
3. Rasio efisiensi kegiatan operasional (REO)/(BOPO), merupakan rasio penunjang,
4. Rasio aktiva yang dapat menghasilkan pendapatan, merupakan rasio penunjang,
5. Diversifikasi pendapatan, merupakan rasio penunjang,
6. Proyeksi pendapatan bersih operasional utama (PPBO), merupakan rasio penunjang,
7. Net structural operating margin, merupakan rasio penunjang,
8. Return on equity (ROE), merupakan rasio pengamatan,
9. Komposisi penempatan dana pada surat berharga/pasar keuangan, merupakan rasio
pengamatan,
15 Surat Edaran Bank Indonesia No.9/DpbS,2007, Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah, h.4
24
10. Disparitas imbal jasa tertinggi dengan terendah, merupakan rasio pengamatan,
11. Pelaksanakan fungsi edukasi, merupakan rasio pengamatan,
12. Pelaksanaan fungsi sosial, merupakan rasio pengamatan,
13. Korelasi antara tingkat bunga di pasar dengan return/bagi hasil yang diberikan oleh
bank syariah, merupakan rasio pengamatan,
14. Rasio bagi hasil dana investasi, merupakan rasio pengamatan,
15. Penyaluran dana yang diwrite-off dibandingkan dengan biaya operasional,
merupakan, rasio pengamatan.
Menurut Juminang, rasio rentabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank
dalam menghasilkan profit melalui operasi bank16
. Rasio yang digunakan adalah:
1. NCOM (Net Core Operational Margin), rasio ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba17
. Formulanya adalah:
Rumus 2.1
100%x fa Produktirata Aktiv-Rata
UtamalOperasiona Biaya - Utama lOperasiona Pendapatan M O CN =
Peringkat 1 : NCOM > 3%
Peringkat 2 : 2% < NCOM < 3%
Peringkat 3 : 1,5% < NCOM < 2%
Peringkat 4 : 1% < NCOM < 1,5%
16 Juminang, Analisa Laporan Keuangan,(Jakarta: PT. Bumi Akasara, 2006) h.243 17 Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS, Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah, h.21
25
Peringkat 5 : NCOM < 1%
2. ROA (Return On Assets), rasio ini digunakan untuk mengukur keberhasilan
manajemen bank dalam menghasilkan laba. Semakin kecil rasio ini
mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen bank dalam hal
mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan atau menekan biaya18
.
Formulanya adalah:
Rumus 2.2
100%x PajakSebelumLaba
A OR ssetrataTotalARata −
=
Peringkat 1 : ROA > 1,5%
Peringkat 2 : 1,25% < ROA <1,5%
Peringkat 3 : 0,5% < ROA < 1,25%
Peringkat 4 : 0% < ROA < 0,5%
Peringkat 5 : ROA < 0%
3. Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) merupakan rasio
efisiensi biaya yang sering dipakai oleh bank dalam penilaian kesehatan bank.
Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) adalah rasio yang
mengukur seberapa besar suatu perusahaan/suatu bank mampu mngendalikan
biaya-biaya yang terdapat dalam bank tersebut untuk menghasilkan
18Ibid., h.22
26
pendapatan. Dengan kata lain, rasio BOPO ini bertujuan untuk mengukur
efisiensi kegiatan operasional bank syariah19
. Formulanya adalah:
Rumus 2.3
100% x lOperasiona Pendapatan
lOperasiona Biaya BOPO =
Peringkat 1 : BOPO > 83%
Peringkat 2 : 83% < BOPO <85%
Peringkat 3 : 85% < BOPO < 87%
Peringkat 4 : 87% < BOPO < 89%
Peringkat 5 : BOPO < 89%
B. Aktiva Produktif
Aktiva produktif adalah penanaman dana Bank baik dalam rupiah maupun valuta
asing untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk pembiayaan, surat berharga syariah,
penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi
pada transaksi rekening administratif, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia serta bentuk
penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu20
.
Menurut Muhammad dalam bukunya Manajemen Dana Bank Syariah, aktiva
produktif adalah penanaman dana Bank Syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing
19 Ibid., h.23 20 Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.2
27
dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan,
penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi pada transaksi
rekening administratif serta sertifikat wadiah Bank Indonesia21
.
C. Komponen Aktiva Produktif
1. Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan/piutang yang dapat dipersamakan
dengan itu berupa:
a. Transaksi investasi dalam akad Mudharabah dan/atau Musyarakah;
b. Transaksi sewa dalam akad Ijarah atau sewa dengan opsi perpindahan hak milik
dalam akad Ijarah Muntahiyah bit Tamlik;
c. Transaksi jual beli dalam akad Murabahah, Salam dan Istishna’:
d. Transaksi pinjam meminjam dalam akad Qardh; dan
e.Transaksi multijasa dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah pembiayaan yang
mewajibkan nasabah pembiayaan untuk melunasi hutang/kewajibannya dan/atau
menyelesaikan investasi Mudharabah dan/atau Musyarakah dan hasil
pengelolaannya sesuai dengan akad22
.
2. Mudharabah adalah penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada
pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan
menggunakan metode bagi untung (profit sharing) atau metode bagi pendapatan (net
21 Muhammad, Manajemen Dana Bank Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2005) ed.1 cet.2 h.118 22 Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.3
28
revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya23
.
Landasan Syariah24
:
Al-Qur’an
��������� ���� ������ ���
�������� ��������� � ! "#�$%&
'(�� Artinya: “Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia
Allah” . (QS. Al-Muzammil/73 : 20)
Hadits
ا$)'آ% �� ��$# � ���" �� ا �� ��ل ��ل ر��ل ا� ���� ا� ���� و ���� ��ث ���� )�(�$ * +�(�$ '�,�-$� )روا9 � م� �5(ا$)�( ا$� أ45 و ا23$�ر1% وا0�ط ا$)'.
Artinya: “Tiga hal yang di dalammya terdapat keberkahan: jual beli secara
tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual”. (HR.
Ibnu Majah no. 2280, kitab at-Tijarah).
3. Musyarakah adalah penanaman dana dari para pemilk dana/modal untuk
mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian
keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian
ditanggung semua pemilik dana/modal berdasarkan bagian dana/modal masing-
masing25
.
Landasan Syariah26
:
Al-Qur’an
)��*� �+�� ,⌧. �� /!
(�%0123�45�� �6��7%8
23 Ibid., h.4 24 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani dan Tazkia
Cendikia, 2004) h.95-96 25 Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 26 Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, h.91
29
�9:;<⌫3� ?�1�� AB3� CD�*
��E FG(�� H���+�!�
H��32 ☺��� JK�%�2KLM8��
Artinya: “Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu
sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh;
dan amat sedikitlah mereka ini” (QS. Shaad/38: 24) Hadits
��@)� �� ا ? ه'ی'ة ر,� ��ل ان� ���$D ا$-�'یC�� م� $� یB� ا@A ه3 �Eل ا� ا� ی2 )روا9 ا � دود(
Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya Allah
Azza wa Jalla berfirman, ‘Aku pihak ketiga dari dua orang yang
berserikat selama salah satunya tidak menghianati yang lainnya “. (HR
Abu Dawud no.2936, dalam kitab al-Buyu dan Hakim)
4. Murabahah adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan
margin keuntungan yang disepakati27
.
Landasan Syariah28
:
Al-Qur’an
)#�N�O� P(�� �Q47�R48�� �ST��N� H�?�� UV�8��
Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
(QS. Al-Baqarah/2: 275)
Hadits
��$# � ���" �� ا �� ��ل ��ل ر��ل ا� ��� ا� ���� و ��� ��ث ��� ا$)'آ% �� )روا9 � م� �5( % وا0�ط ا$)' �$-,�' $�)�+ * $�)�(ا$)�( ا$� أ45 و ا23$�ر1
Artinya: Dari Shalih bin Suaib ra. Bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tiga hal
yang di dalammya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh,
27Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 28 Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, h.102
30
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung
untuk keperluan rumah bukan untuk dijual ” (HR. Ibnu Majah)
5. Salam adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu
dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh29
.
Landasan Syariah30
:
Al-Qur’an
��WX��YZK�� [\E FG(�� H�]��+�!� �%^�* _`+����a%
b�4E�a� ��1c�* 8#�d�O �DefgX! �1��R��hi��%&
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak
secara tunai untuk waktu yang tidak ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya” (QS. Al-Baqarah/2: 282)
Hadits
�مم� اL�� � ش JI? آ4� م,��م ووزن م,��م ا$� ا45 م,�
Artinya: “Barang siapa yang melakukan salam, hendaknya ia melakukan
dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula untuk
jangka waktu yang diketahui.”
6. Istishna’ adalah jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan
kesepakatan31
.
Landasan Syariah32
:
Al-Qur’an
��WX��YZK�� [\E FG(�� H�]��+�!� �%^�* _`+����a%
29 Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 30 Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, h.108 31 Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 32 Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, h.110
31
b�4E�a� ��1c�* 8#�d�O �DefgX! �1��R��hi��%&
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak
secara tunai untuk waktu yang tidak ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya” (QS. Al-Baqarah/2: 282)
Hadits
�� ��C@ � امN@ ل�� :+�Oل ا� ا$'�Q�O 45? یP: 2�+ و���� ���� ا� ���� ا� ر�
?Q$PRا$)�( م� ی ��ع AQ�ي S�$ مV ق �م $� ا�XR$ل ا �,� ��� ا�� :* )(O S�$� AQ�ك م
)'م�Zيا$V روا9(
Artinya: Dari Hakim bin Hizam r.a. berkata: “Saya telah berkata kepada Rasulullah
SAW: Seorang laki-laki datang kepada ku dan dia meminta kepada ku untuk menjual suatu barang yang belum saya miliki, apakah saya boleh membeli di
pasar kemudian saya menjual kepadanya, Rasulullah SAW bersabda:
Janganlah engkau menjual sesuatu yang belum kamu miliki. (HR. Tirmidzi).
7. Ijarah adalah sewa menyewa atas suatu barang dan/atau jasa antara pemilik objek sewa
termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan
imbalan atas objek sewa yang disewakan33
.
Landasan Syariah34
:
Al-Qur’an
��*� �9jk��O ��O H�]��3lm��ng1#
� .�aK%8��O o⌧%& ���+�d � p4712�q �%^�* 9���☺Z2�r (�)! _`47%� l��st3uv&w��� p
H��x*)��� G(�� H�]�☺12����� )��O G(��
�z{ p ���32e3% ��lM� Artinya: “Dan jika kamu hendak menyusukan anak kamu (kepada orang lain)
tidak berdosa apabila kamu memberikan pembayaran secara pantas.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah Allah Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Baqarah/2: 233)
33 Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 34 Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, h.117-118
32
Hadits
ا�[�ا ا*5�' ا5'9 �)4 أن ی\L �'��: 3�' ان ا$Q)? ��� ا� ���� و ��� ��ل�� �
Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda
“Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda, ‘ Berikanlah upah
pekerja sebelum keringatnya kering”.(HR. Bukhari dan Muslim)
8. Ijarah Muntahiyah bit Tamlik adalah sewa penyewa antara pemilik objek sewa dan
penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya dengan opsi
perpindahan hak milik objek sewa baik dengan jual beli atau pemberian (hibah) pada
saat tertentu sesuai akad sewa35
.
9. Qardh adalah pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak
peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka
waktu tertentu36
.
Landasan Syariah37
:
Al-Qur’an
})! �%^ ~ FG(�� ��U�4*�� G(�� �m��%F ��+fg�N ��N⌧{ 3Ko$�7%& ��N%8 {��O%(� ⌦��d�O $��U�⌧.
Artinya: Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan
memperoleh pahala yang banyak.(QS. Al-Hadid/57: 11)
Hadits
�د � ��,Rان� م �?(�Q$ل و���� ���� ا� ���� ا�� �3�� 'ضی2 مR�� م� مRم �1'� ��O�'ن ا*� م�� آ�V�A_ةم'� آ
35 Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.4 36 Ibid., h.4 37 Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, h.132
33
Artinya: Dari Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi SAW berkata: “Bukan seorang
Muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang
satunya adalah (senilai) sedekah. (HR. Ibnu Majah no.2421, kitab al-Ahkam; Ibnu Hibban dan Baihaqi).
10. Surat Berharga Syariah adalah surat bukti berinvestasi berdasarkan prinsip syariah
yang lazim diperdagangkan dalam pasar uang dan/atau pasar modal antara lain
obligsasi syariah, sertifikat reksadana syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan
prinsip syariah38
.
11. Penempatan adalah penanaman dana bank pada bank lainnya dan/atau Bank
Perkreditan Rakyat Syariah antara lain dalam bentuk giro dan/atau tabungan
Mudharabah dan/atau Wadiah, deposito berjangka dan/atau tabungan Mudharabah,
pembiayaan yang diberikan, dan/atau bentuk-bentuk penempatan lainnya berdasarkan
prinsip syariah39
.
12. Penyertaan Modal adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham pada perusahaan
yang bergerak di bidang keuangan syariah atau jenis transaksi tertentu berdasarkan
prinsip syariah yang berakibat bank memiliki atau akan memiliki saham pada
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah40
.
13. Penyertaan Modal Sementara adalah penyertaan modal bank dalam perusahaan
nasabah untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dan/atau piutang (debt to equity swap)
sebagai mana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku, atau jenis
38 Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007, h.5 39 Ibid., h.5 40 Ibid., h.5
34
transaksi tertentu yang berakibat bank memiliki atau akan memiliki saham pada
perusahaan nasabah41
.
14. Transaksi Rekening Administratif adalah komitmen dan kontinjensi (off balance sheet)
berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank garansi, akseptasi/endosemen,
Irrevocable Letter of Credit (L/C) yang masih berjalan, akseptasi wesel impor atas dasr
L/C berjangka, stanby L/C dan garansi lain berdasarkan prinsip syariah42
.
15. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia sebagai bukti penitipan dan berjangka pendek dengan akad Wadiah43
.
Berdasarkan uraian diatas, maka Bank Indonesia menetapkan dalam Peraturan Bank
Indonesia: PBI No.9/9/PBI/2007 bahwa aktiva produktif yang dimiliki oleh setiap bank
syariah ada 14 komponen yang terdiri dari Mudharabah, Musyarakah, Murabahah,
Salam, Istishna, Ijarah, Ijarah Muntahiyah bit Tamlik, Qard, Surat Berharga Syariah,
Penempatan, Penyertaan Modal, Penyertaan Modal Semantara, Transaksi Rekening
Administratif (komitmen dan kontinjensi) serta Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.
D. Penilain Kualitas Aktiva Produktif
Kelangsungan usaha bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah tergantung pada kinerja, yang salah indikator utamanya adalah kualitas dari
penanaman dana bank. Kualitas penanaman dana yang baik akan menghasilkan
keuntungan, sehingga kinerja bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
41 Ibid., h.5 42 Ibid., h.5 43 Ibid., h.5
35
syariah akan baik. Sebaliknya kualitas penanaman dana yang buruk akan membawa
pengaruh menurunnya kinerja bank yang pada akhirnya dapat mengancam kelangsungan
usaha bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Dengan menyadari pentingnya kualitas penanaman dana, maka pengurus bank yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah sebagai penerima amanat dari
pemilik dana (investor) memiliki tanggung jawab atas pengelolaan dana tersebut, mulai
dari persetujuan sampai dengan monitoring atas kualitas penanaman dana. Monitoring atas
penanaman dana ini dilakukan dengan cara selalu menilai kualitas penanaman dana
tersebut berdasarkan pada prospek usaha, kondisi keuangan, dan atau kemampuan
membayar nasabah44
.
Untuk memelihara kondisi kualitas aktiva produktif dari bank-bank umum terhadap
berbagai risiko yang mungkin saja terjadi, Bank Indonesia selaku otoritas moneter
melakukan fungsi pengamanan dan pengaturan dengan menerbitkan regulasi melalui surat
edaran Bank Indonesia yang telah disempurnakan sesuai dengan kondisi ekonomi dan
moneter yang memang membutuhkan fleksibilitas akan ketentuan tersebut45
. Regulasi
mengenai kolektibilitas ini diatur melalui Surat Keputusan Diresi Bank Indonesia
No.9/9/PBI/2007 tentang ”Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang Melaksanakan
Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah”.
Tata Cara Penilaian Kualitas Aktiva Produktif
1. Kualitas aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan dinilai berdasarkan:
a. Prospek usaha;
b. Kinerja (performance) nasabah; dan
44 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, h.117 45 Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Institut Bankir Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2001) h.257
36
c. Kemampuan membayar
2. Kualitas pembiayaan ditetapkan menjadi 5 (lima) golongan yaitu lancar, dalam
perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet.
a. Penilaian terhadap kualitas pembiayaan yang dilakukan berdasarkan
kemampuan membayar mengacu kepada ketepatan pembayaran angsuran pokok
dan atau pencapaian rasio antara realisasi pendapatan (RP) dengan proyeksi
pendapatan (PP).
b. Proyeksi pendapatan dihitung berdasarkan pada analisa kelayakan usaha dan
arus kas masuk nasabah selama jangka waktu pembiayaan.
c. Bank syariah dapat mengubah proyeksi pendapatan berdasarkan kesepakatan
dengan nasabah sepanjang terdapat perubahan atas kondisi ekonomi makro,
pasar dan politik yang mempengaruhi usaha nasabah.
d. Bank syariah wajib mencantumkan proyeksi pendapatan dan perubahan proyeksi
pendapatan dalam perjanjian pembiayaan antara bank syariah dengan nasabah
dan harus terdokumentasi secara lengkap.
e. Perhitungan pencapaian rasio antara realisasi pembiayaan dengan proyeksi
pembiayaan adalah sebagai berikut:46
Rumus 2.4
K = RP x 100%
PP
Di mana:
K= Kualitas pembiayaan.
46 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah , h.121
37
RP= Realisasi pendapatan yang diterima bank syariah dari nasabah.
PP= Proyeksi pendapatan yang akan diterima oleh bank syariah dari nasabah.
3. Penggolongan kualitas surat berharga syariah ditetapkan sebagai berikut:
a. Lancar, apabila:
1) Memiliki peringkat investasi (investment grade) atau lebih tinggi yang
diterbitkan oleh lembaga pemeringkat (rating agency) yang diakui oleh Bank
Indonesia dan diterbitkan dalam waktu satu tahun terakhir;
2) Telah diterima imbalan dalam jumlah dan waktu yang tepat, sesuai
perjanjian; dan
3) Belum jatuh tempo.
b. Kurang lancar, apabila:
1) Memiliki peringkat investasi (investment grade) atau lebih tinggi yang
diterbitkan oleh lembaga pemeringkat (rating agency) yang diakui oleh Bank
Indonesia dan diterbitkan dalam waktu satu tahun terakhir;
2) Terdapat penundaan pembayaran bagi hasil/marjin/fee berkala atau
kewajiban lain sejenis; dan
3) Belum jatuh tempo
Atau
1) Memiliki peringkat paling kurang 1 (satu) tingkat dibawah peringkat
investasi (investment grade) yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat
(rating agency) yang diakui oleh Bank Indonesia dan diterbitkan dalam
waktu satu tahun terakhir;
38
2) Tidak terdapat penundaan pembayaran bagi hasil/marjin/fee berkala atau
kewajiban lain sejenis; dan
3) Belum jatuh tempo.
c. Macet, apabila tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b.
4. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan surat berharga dan/atau tagihan yang
diterbitkan pemerintah berdasarkan prinsip syariah yang dimiliki oleh bank
digolongkan lancar.
5. Penyertaan modal, penggolongan kualitasnya ditetapkan sebagai berikut:
a. Lancar, apabila berdasarkan laporan keuangan tahun buku berakhir yang telah
diaudit, perusahaan tempat bank melakukan penyertaan memperoleh laba dan
tidak mengalami kerugian kumulatif;
b. Kurang lancar, apabila berdasarkan laporan keuangan tahun buku berakhir yang
telah diaudit, perusahaan tempat bank melakukan penyertaan mengalami
kerugian sampai dengan 25% (dua puluh lima perseratus) dari modal perusahaan;
c. Diragukan, apabila berdasarkan laporan keuangan tahun buku berakhir yang
telah diaudit, perusahaan tempat bank melakukan penyertaan mengalami
kerugian lebih dari 25% (dua puluh lima perseratus) sampai dengan 50% (lima
puluh perseratus) dari modal perusahaan;
d. Macet, apabila berdasarkan laporan keuangan tahun buku berakhir yang telah
diaudit, perusahaan tempat bank melakukan penyertaan mengalami kerugian
lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari modal perusahaan.
39
6. Kualitas penyertaan modal sementara dinilai berdasarkan jangka waktu dan
ditetapkan sebagai berikut:
a. Lancar, apabila belum melebihi jangka waktu 1 (satu) tahun;
b. Kurang lancar, apabila telah melebihi jangka waktu 1 (satu) tahun namun belum
melebihi jangka waktu 4 (empat) tahun;
c. Diragukan, apabila telah melebihi jangka waktu 4 (empat) tahun dan belum
melebihi 5 (lima) tahun;
d. Macet, apabila telah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun atau belum ditarik
kembali meskipun perusahaan debitur telah memiliki laba kumulatif.
7. Kualitas penempatan, ditetapkan sebagai berikut:
a. Lancar, apabila:
1) Bank yang menerima penempatan memiliki rasio KPMM paling kurang
sama dengan ketentuan yang berlaku; dan
2) Memenuhi persyaratan:
i. Tidak terdapat tunggakan pembayaran pokok untuk akad Qardh, atau
dapat ditarik setiap saat untuk giro dan tabungan berdasarkan akad
Wadiah, atau
ii. Tidak terdapat tunggakan pembayaran nominal investasi dan/atau bagi
hasil untuk tabungan atau deposito berdasarkan akad Mudharabah, atau
iii. Tidak terdapat tunggakan pembayaran pokok investasi dan/atau rasio
realisasi pendapatan terhadap proyeksi pendapatan sama atau lebih
besar dari 80% (delapan puluh perseratus) untuk pembiayaan
berdasarkan akad Mudharabah dan Musyarakah, atau
40
iv. Tidak terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau marjin untuk
pembiayaan berdasarkan akad Murabahah.
b. Kurang lancar, apabila:
1) Bank yang menerima penempatan memiliki rasio KPMM paling kurang
sama dengan ketentuan yang berlaku; dan
2) Memenuhi persyaratan:
i. Terdapat tunggakan pembayaran pokok sampai dengan 5 (lima) hari kerja
untuk akad Qardh, atau
ii. Tidak dapat ditarik sampai dengan 5 (lima) hari kerja untuk
giro dan tabungan berdasarkan akad Wadiah, atau
iii. Terdapat tunggakan pembayaran nominal investasi dan/atau
bagi hasil sampai dengan 5 (lima) hari kerja untuk tabungan atau
deposito yang berprinsip Mudharabah, atau
iv. Terdapat tunggakan pembayaran pokok investasi sampai dengan 5 (lima)
hari kerja dan/atau rasio realisasi pendapatan terhadap proyeksi
pendapatan lebih besar dari 30% (tiga puluh perseratus) sampai dengan
80% (delapan puluh perseratus), atau rasio realisasi pendapatan terhadap
proyeksi pendapatan sama atau lebih kecil dari 30% (tiga puluh
perseratus sampai dengan 3 (tiga) periode pembayaran, untuk
pembiayaan berdasarkan akad Mudharabah dan Musyarakah, atau
41
v. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau marjin sampai dengan 5
(lima) hari kerja untuk pembiayaan berdasarkan akad Murabahah.
c. Macet, apabila:
1) Bank yang menerima penempatan memiliki rasio KPMM kurang dari
ketentuan yang berlaku;
2) Bank yang menerima penempatan telah ditetapkan dan diumumkan sebagai
bank dengan status dalam pengawasan khusus (special surveillance) atau
bank telah dikenakan sanksi pembekuan keseluruhan kegiatan usaha;
3) Bank yang menerima penempatan ditetapkan sebagai bank dalam likuidasi;
dan/atau
4) Memenuhi persyaratan:
i. Terdapat tunggakan pembayaran pokok untuk akad Qardh lebih dari 5
(lima) hari kerja, atau
ii. Tidak dapat ditarik saat jangka waktu lebih dari 5 (lima) hari kerja untuk
giro dan tabungan berdasarkan akad Wadiah, atau
iii. Tidak dapat ditarik saat jangka waktu lebih dari 5 (lima) hari kerja untuk
tabungan atau deposito berdasarkan akad Mudharabah, atau
iv. Terdapat tunggakan pembayaran pokok investasi sampai dengan 5
(lima) hari kerja dan/atau rasio realisasi pendapatan terhadap proyeksi
pendapatan sama atau lebih kecil dari 30% (tiga puluh perseratus) lebih
dari 3 (tiga) periode pembayaran untuk pembiayaan berdasarkan akad
Mudharabah dan Musyarakah, atau
42
v. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau marjin lebih dari 5
(lima) hari kerja untuk pembiayaan berdasarkan akad Murabahah.
8. Transaksi Rekening Administratif, ditetapkan sebagi berikut:
a. Mengikuti kualitas penempatan, apabila pihak lawan transaksi (counterparty)
dari transaksi rekening administratif tersebut adalah bank lain yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah; atau
b. Mengikuti kualitas pembiayaan, apabila pihak lawan transaksi (counterparty)
dari transaksi rekening administratif tersebut adalah nasabah47
.
Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank, termasuk
antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul.
Penilaian kuantitatif faktor kualitas aset dilakukan dengan melakukan penilaian
terhadap komponen-komponen sebagai berikut48
:
1. Kualitas aktiva produktif bank, merupakan rasio utama,
2. Risiko konsentrasi penyaluran dana kepada debitur inti, merupakan rasio penunjang,
3. Kualitas penyaluran dana kepada debitur inti, merupakan rasio penunjang,
4. Kemampuan bank dalam menanganai/mengembalikan aset yang telah
dihapuskanbukukan, merupakan rasio penunjang,
5. Besarnya pembiayaan non performing, merupakan rasio penunjang,
6. Tingkat kecukupan agunan, merupakan rasio pengamatan,
7. Proyeksi/perkembangan kualitas aset produktif, merupakan rasio pengamatan,
47 Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007 48 Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS, Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah, h.4-5
43
8. Perkembangan/tren aktiva produktif bermasalah yang direstrukturisasi, merupakan
rasio pengamatan.
Penilaian rasio kualitas aktiva produktif (KAP), yaitu sebagai berikut :
Rumus 2.5
Rasio ini digunakan untuk mengukur kualitas aktiva produktif bank syariah.
Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin baik kualitas aktiva produktif bank
syariah49
.
Aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD) adalah aktiva produktif yang sudah
maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan
kerugian yang besarnya ditetapkan sebagai berikut:
• 25% dari aktiva produktif yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus (DPK)
• 50% dari aktiva produktif yang digolongkan Kurang Lancar (KL)
• 75% dari aktiva produktif yang digolongkan Diragukan (D)
• 100% dari aktiva produktif yang dogolongkan Macet (M)
Peringkat 1 : KAP > 0,99%
Peringkat 2 : 0,96% < KAP < 0,99%
Peringkat 3 : 0,93% < KAP < 0,96%
Peringkat 4 : 0,90% < KAP < 0,93%
Peringkat 5 : KAP < 0,90%
49 Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS, Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah, h.13
KAP = 1 - APYD (DPK,KL,D,M) x 100%
Aktiva Produktif
44
E. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
Dalam melakukan kegiatan penanaman dana, bank yang melakukan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah mempunyai risiko kerugian atas kegagalan penanaman
dananya. Untuk menjaga agar bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah mampu dan siap menanggung risiko kerugian penanaman dana tersebut dan untuk
menjaga kelangsungan usahanya maka bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah wajib membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif.
Penyisihan penghapusan aktiva yang selanjutnya disebut PPA adalah cadangan
yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu berdasarkan kualitas aktiva. Cadangan
umum pada Bank Umum Syariah minimal sebesar 1% dari seluruh aktiva produktif yang
digolongkan lancar, tidak termasuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan Surat
Utang Pemerintah (SUP). Besarnya cadangan khusus yang dibentuk ditetapkan sama
dengan sebagaimana yang dipersyaratkan bagi bank umum. Sementar itu untuk cadangan
khusus piutang Ijarah yang digolongkan dalam perhatian khusus, kurang lancar dan macet
ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 50% dari masing-masing kewajiban pembentukan
PPAP50
.
Dalam pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif, agunan memegang
paranan yang penting sebagai unsur pengurang dari risiko kegagalan pengembalian
penanaman dana (credit risk exposure). Untuk memperoleh nilai wajar, agunan harus
dinilai secara periodik oleh penilai independen. Dengan mempertimbangkan keunikan dan
50 Veithzal Rivai, dkk., Bank And Financing Institution Managemen , (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007) h.354
45
keanekaragaman dari produk bank yang melakukan kegiatan usaha berdasrkan prinsip
syariah dan dalam rangka mewujudkan tatacara penyisihan penghapusan aktiva produktif
yang berdasarkan kepada prinsip kehati-hatian, maka perlu diterbitkan Peraturan Bank
Indonesia tentang penyisihan penghapusan aktiva produktif bagi bank syariah, yaitu PBI
No.9/9/PBI/200751
.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia bahwa betiap bulannya wajib melaporkan
kualitas aktiva produktifnya, dan harus membentuk cadangan dana pada penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP). PPAP adalah cadangan dana yang harus dibentuk
sebesar persentase tertentu dari baki debet berdasarkan penggolongan aktiva produktif
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia yang berlaku52
. Penentuan PPAP
yang diklasifikasikan terdiri dari 5 (lima) kategori, yaitu; lancar (pass), dalam perhatian
khusus (DPK) (special mention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful) dan
macet (loss).
Cadangan dana pada PPAP terdiri dari cadangan umum dan cadangan khusus yang
telah ditentukan sebesar persentase tertentu oleh Bank Indonesia, dan PPAP ini wajib
dilaporkan kepada Bank Indonesia setiap bulannya.
F. Tujuan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
Aktiva produktif memang berfungsi untuk memperoleh pendapatan utama bank.
Sebagai sumber utama, pada aset ini juga terdapat risiko terbesar. Potensi kerugian yang
diakibatkan oleh memburuknya tingkat kolektibilitas aset ini dapat membawa
51 Penjelasan Atas PBI No. 9/9/PBI/2007 52 Taswan, Akuntansi Perbankan Transaksi Dalam Valuta Rupiah, (Yogyakarta: UPP YKPN, 2003)
h.245
46
kebangkrutan bank oleh karena itu bank wajib membentuk PPAP berupa cadangan umum
dan cadangan khusus guna menutupi risiko kemungkinan kerugian53
.
PPAP dibentuk dengan tujuan untuk mencegah kerugian akibat aktiva produktif
yang mengalami penurunan tingkat kolektibilitas yang dapat menyebabkan risiko
kebangkrutan bank. Sebagai bank wajib membentuk cadangan umum dan cadangan
khusus guna menutup risiko kemungkinan kerugian tersebut dalam bentuk PPAP.
Semakin turun tingkat kolektibilitas maka semakin buruk pula kondisi aktiva
produktifnya, maka dari itu bank wajib untuk membentuk cadangan dana untuk mencegah
kerugian yaitu berupa PPAP.
G. Tata Cara Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
Bank syariah wajib membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif berupa
cadangan umum dan cadangan khusus guna menutupi risiko kerugian. Semakin buruk
tingkat kolektibilitas aktiva prodiktif maka semakin besar cadangan yang harus
dialokasikan oleh bank dan konsekuensinya adalah semakin besar pula biaya yang
dikeluarkan. Apabila total biaya plus biaya cadangan tidak mampu ditutupi oleh
pendapatan bank maka secara perlahan bank tersebut akan mengarah kepada
kehancuran.54
Tata cara pembentukan penyisihan penghapusan aktiva pada bank syariah diatur
dalam PBI No. 9/9/PBI/2007, sebagai berikut:
1. Pembentukan cadangan umum:
53 Ibid., h.245 54 TIM Pengembangan Perbankan Syariah, Institut Bankir Indonesia, h.258
47
a. Ditetapkan sekurang-kurangmya sebesar 1% dari seluruh aktiva produktif
yang digolongkan lancar;
b. Pembentukan cadangan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a dikecualikan untuk aktiva produktif dalam bentuk Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia, surat berharga yang diterbitkan pemerintah berdasarkan
prinsip syariah, serta bagian aktiva produktif yang dijamin dengan
jaminan pemerintah dan agunan tunai.
2. Pembentukan cadangan khusus, cadangan dana yang ditetapkan sekurang-
kurangnya sebesar:
a. 5% (lima perseratus) dari aktiva dengan kualitas yang digolongkan dalam
perhatian khusus setelah dikurangi nilai agunan; dan
b. 15% (lima belas perseratus) dari aktiva dengan kualitas yang digolongkan
kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan; dan
c. 50% (lima puluh perseratus) dari aktiva dengan dari kualitas yang
digolongkan diragukan setelah dikurangi nilai agunan; dan
d. 100%(seratus perseratus) dari aktiva dengan dari kualitas yang
digolongkan macet setelah dikurangi nilai agunan.
PPAP akan dilaporkan setiap bulannya dalam bentuk Laporan Kualitas Aktiva
Produktif dan cara pembentukannya adalah besarnya nominal dari masing-masing pos
48
aktiva produktif dibentuk cadangan dana berdasarkan persentase yang telah dibentuk
seperti diatas55
.
55 Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI2007
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode analisa
kuantitatif, di mana penulis menjelaskan secara sistematik, aktual dan akurat
mengenai fakta dan karakteristik yang terjadi berdasarkan penelitian yang
dilakukan di PT. Bank Syariah Mega Indonesia, khususnya mengenai rasio
rentabilitas dan kualitas aktiva produktif.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai rasio
rentabilitas dan aktiva prodiktif, data akan dikumpulkan, dianalisa dan diterapkan
dengan teori yang ada dengan menggunakan alat analisis regresi berganda dan
kemudian akan diambil suatu kesimpulan.
B. Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan masalah yang akan dibahas, maka sumber data yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer : Wawancara dengan pihak terkait yang mengetahui tentang keadaan
perusahaan untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai permasalahan yang
dibahas.
2. Data Sekunder: Laporan Keuangan Publikasi, adalah laporan yang menggambarkan
posisi keuangan perusahaan, yang terdiri dari, neraca, laporan laba rugi, laporan
50
kualitas aktiva produktif, laporan perubahan modal, laporan perhitungan rasio
keuangan. Buku-buku, literatur-literatur, artikel-artikel serta data lainnya yang
bersangkutan dengan permasalahan yang dibahas.
C. Operasional Variabel
1. Variabel X (Variabel Independen atau Variabel Bebas)
Merupakan suatu variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab
variabel lainnya. Variabel X dalam penelitian ini adalah Net Core Operational
Margin (NCOM), Return On Assets (ROA) dan Biaya Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO).
2. Variabel Y (Variabel Dependen atau Variabel Terikat)
Merupakan suatu variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh
variabel lainnya. Variabel Y dalam penelitian ini adalah rasio kualitas aktiva
produktif (KAP).
Paradigma Penelitian:
NCOM
ROA
BOPO
KAP
51
D. Metode Analisa Data
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel terikat dan bebas keduanya terdistribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal.
Untuk mengetahui apakah data normal atau tidak maka dapat dideteksi
dengan melihat normality probability plot. Jika data (titik) menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas. Tetapi jika data (titik) menyebar jauh
dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka model
regresi tidak memenuhi asumsi normalitas56
.
b. Uji Heterokesdastisitas
Uji heterokesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke
pengamata yang lain tetap, hal tersebut dinamakan homokesdastisitas. Dan
56 Singgih Santoso,Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik,(Jakarta:PT. Elex Media
Komputindo,2000), h.214
52
jika varians berbeda disebut sebagai heterokesdastisitas. Model regresi yang
baik adalah tidak terjadi heterokesdastisitas57
.
Untuk mengetahui ada tidaknya heterokesdastisitas pada suatu model
regresi, maka dapat dilihat pada pola Scatterplot model tersebut. Dengan
ketentuan sebagai berikut:
• Titik-titik (data) menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0.
• Titik-titik (data) tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja.
• Penyebaran titik-titik (data) tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
• Penyebaran titik-titik (data) sebaiknya tidak berpola58
.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi. Dengan ketentuan sebagai berikut:
• Angka D-W diantara -2 sampai +2, maka tidak ada autokorelasi.
• Angka D-W dibawah -2, maka terjadi autokorelasi positif.
• Angka D-W diatas +2, maka terjadi autokorelasi negatif59
.
57 Ibid., h.208 58 Bhuono Agung Nugroho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan Menggunakan
SPSS, (Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2005), h.63
53
d. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi
korelasi, maka terdapat multikolonieritas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen60
.
Untuk mengetahui ada tidaknya multikolonieritas pada model regresi,
dapat dilihat beberapa hal, diantaranya:
• Jika nilai Variance Inflantion Factor (VIF) tidak lebih dari 10, maka
model regresi bebas dari multikolonieritas.
• Nilai Tolerance tidak kurang dari 1, maka model regrsi bebas dari
multikolonieritas61
.
2. Uji Hipotesis
a. Uji simultan dengan F-Test (Anova)
Uji simultan dengan F-Test bertujuan untuk mengetahui pengaruh
secara bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Jika
p-value (pada kolom signifikan) lebih kecil dari level of significant yang
ditentukan, atau f hitung (pada kolom f) lebih besar dari f table, maka dapat
dikatakan adanya pengaruh yang signifikan62
.
b. Uji parsial dengan T-test
59 Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, h.219 60 Ibid, h.203 61 Nugruho, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan Menggunakan SPSS, h.58 62 Ibid, h.53
54
Uji parsial dengan T-test bertujuan untuk mengetahui seberapa
besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individu
(parsial) terhadap variabel dependen. Nilai uji T-test dapat dilihat dari p-
value (pada kolom signifikan) pada masing-masing variabel independen, jika
p-value lebih kecil dari level of significant yang ditentukan, atau t-hitung
(pada kolom t) lebih besar dari t table, maka dapat dikatakan adanya
pengaruh yang signifikan63
.
3. Uji koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dalam output
SPSS, koefisien determanisi terletak pada tabel Model Summaryb dan tertulis R
Square. Namun untuk regresi linear berganda sebaiknya menggunakan R
Square yang sudah disesuaikan atau tertulis Adjusted R Squuare, karena
disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang digunakan dalam
penelitian. Nilai R Squuare yang baik jika di atas 0,5 karena nilai R Square
berkisar antara 0 sampai dengan164
.
4. Uji koefisien regresi
Bentuk persamaan regresi linear berganda tersebut adalah sebagai berikut:
Y = a + b1 X1+ b2 X2 + b3 X3
Dimana:
63 Ibid, h.54 64 Ibid, h.51
55
Y = KAP
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
X1 = NCOM
X2 = ROA
X3 = BOPO
Untuk menguji tingkat signifikan koefisien regresi didasarkan pada nilai
p-value sehingga pengujian hipotesis dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Menentukan Ho dan Ha
Secara simultan:
Ho : β = 0, tidak terdapat pengaruh antara rentabilitas (NCOM, ROA dan
BOPO) dengan kualitas aktiva produktif.
Ha : β ≠ 0, terdapat pengaruh antara rentabilitas (NCOM, ROA dan
BOPO) dengan kualitas aktiva produktif.
Secara parsial:
Ho : β = 0, tidak terdapat pengaruh antara NCOM dengan kualitas aktiva
produktif.
Ha : β ≠ 0, terdapat pengaruh antara NCOM dengan kualitas aktiva
produktif.
56
Ho : β = 0, tidak terdapat pengaruh antara ROA dengan kualitas aktiva
produktif.
Ha : β ≠ 0, terdapat pengaruh antara ROA dengan kualitas aktiva
produktif.
Ho : β = 0, tidak terdapat pengaruh antara BOPO dengan kualitas aktiva
produktif.
Ha : β ≠ 0, terdapat pengaruh antara BOPO dengan kualitas aktiva
produktif.
b. Menentukan tingkat signifikan:
Tingkat signifikan yang digunakan adalah sebesar 5% atau α = 0,05.
c. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan Ho.
Jika p-value > 0,05, Ha diterima.
Jika p-value < 0,05, Ho ditolak.
57
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif Variabel
Data-data yang diperlukan dalam analisis ini didapat dari laporan
keuangan bulanan PT. Bank Syariah Mega Indonesia di mulai dari Januari
2005 sampai dengan Desember 2007. Dengan demikian diharapkan
dapat diketahui perkembangan laporan keuangan setiap bulannya. Dari
hasil olahan data yang dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows
versi 13.0 dapat dijelaskan mengenai variabel-variabel yang terdapat
pada model regresi yang dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini:
1. Net Core Operational Margin (NCOM)
Net Core Operational Margin (NCOM) yang merupakan ukuran
kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba, secara umum
dari Januari 2005 sampai Desember 2007 mengalami fluktuasi dilihat
pada skala bulanan. Sedangkan dalam skala tahunan Net Core
Operational Margin (NCOM) senantiasa mengalami kenaikkan. Pada
tahun 2005, rata-rata Net Core Operational Margin (NCOM) sebesar
0,65%. Kemudian pada tahun 2006, rata-rata Net Core Operational
Margin (NCOM) naik menjadi 0,94% yang menunjukkan bahwa pada
tahun 2006 tingkat keuntungan yang dihasilkan PT. BSMI lebih besar
58
dibanding tahun 2005. Pada tahun 2007 rata-rata Net Core Operational
Margin (NCOM) mengalami peningkatan dibanding tahun 2006 yaitu
sebesar 3,22%. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2007 tingkat
keuntungan yang dihasilkan PT. BSMI jauh lebih besar dibandingkan
tahun 2006.
Perkembangan Net Core Operational Margin (NCOM) dapat
dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini:
Tabel 4.1
Perkembangan Net Core Operational Margin PT. Bank Syariah Mega
Indonesia Januari 2005 – Desember 2007
Bulan 2005 2006 2007
Januari 0,00 -7,89 0,48
Februari -0,55 -11,71 1,05
Maret 0,30 -2,56 1,47
April 1,07 0,17 1,99
Mei 1,05 3,46 2,46
Juni 1,37 3,31 2,90
Juli 1,04 3,38 3,46
Agustus 1,08 3,66 4,03
September 0,87 4,30 4,53
Oktober 0,70 4,69 5,04
59
November 0,59 5,00 5,48
Desember 0,36 5,50 5,80
Total 7,88 11,31 38,69
Rata-rata 0,65 0,94 3,22
Secara grafik perkembangan Net Core Operational Margin
(NCOM) dari Januari 2005 sampai dengan Desember 2007 dapat dilihat
dalam grafik di bawah ini:
Gambar 4.1
Perkembangan Net Core Operational Margin PT. Bank Syariah Mega
Indonesia Januari 2005 – Desember 2007
60
Tabel 4.2
Deskriptif Net Core Operational Margin
Descriptive Statistics
36 -11.71 5.80 1.6197 3.47592
36
NCOM
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa variable Net Core Operational
Margin (NCOM) memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 1,61%, standar
devisi sebesar 3,47 menunjukkan adanya variasi atau perbedaan yang
sangat besar dengan jumlah data sebanyak 36.
2. Return on Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) yang merupakan kemampuan bank
dalam menghasilkan laba, secara umum dari Januari 2005 sampai
Desember 2007 mengalami fluktuasi dilihat pada skala bulanan.
Demikian pula dalam skala tahunan Return On Asset (ROA) mengalami
61
fluktuasi. Pada tahun 2005, rata-rata Return On Asset (ROA) sebesar
1,77%. Kemudian pada tahun 2006, rata-rata Return On Asset (ROA)
turun cukup jauh menjadi 1,14% yang menunjukkan bahwa pada tahun
2006 PT. BSMI mengalami kerugian karena terlihat pada 3 bulan di awal
tahun 2006 Return On Asset (ROA) mengalami penurunan hingga
negatif, dibanding tahun 2005. Pada tahun 2007 rata-rata Return On
Asset (ROA) mengalami peningkatan cukup tinggi yaitu sebesar 5,33%.
Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2007 tingkat keuntungan yang
dihasilkan PT. BSMI jauh lebih besar dibandingkan tahun 2006.
Perkembangan Return on Asset (ROA) dapat dilihat pada tabel
dan grafik di bawah ini:
Tabel 4.3
Perkembangan Return on Asset PT. Bank Syariah Mega Indonesia
Januari 2005 – Desember 2007
Bulan 2005 2006 2007
Januari 1,02 -6,31 5,34
Februari 0,73 -2,91 3,80
Maret 0,88 -0,88 5,20
April 3,96 0,33 5,54
Mei 3,28 1,12 5,48
Juni 2,55 2,01 5,36
62
Juli 2,37 2,61 5,48
Agustus 2,12 2,95 5,60
September 1,60 3,45 5,58
Oktober 1,08 3,65 5,59
November 1,00 3,76 5,59
Desember 0,69 3,97 5,41
Total 21,28 13,75 63,97
Rata-rata 1,77 1,14 5,33
Secara grafik perkembangan Return on Asset (ROA) dari
Januari 2005 sampai dengan Desember 2007 dapat dilihat dalam grafik
di bawah ini:
Gambar 4.2
Perkembangan Return on Asset PT. Bank Syariah Mega Indonesia
Januari 2005 – Desember 2007
63
Tabel 4.4
Deskriptif Return on Asset
Descriptive Statistics
36 -6.31 5.60 2.7500 2.65756
36
ROA
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa variabel Return on Asset (ROA)
memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 2,75%, standar devisi sebesar 2,65
menunjukkan adanya variasi atau perbedaan yang cukup besar
dengan jumlah data sebanyak 36 data.
3. Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
yang merupakan kemampuan bank dalam mengendalikan biaya atau
mengefisiensikan biaya, secara umum dari Januari 2005 sampai
Desember 2007 mengalami fluktuasi dilihat pada skala bulanan.
Demikian pula dalam skala tahunan mengalami fluktuasi, hal ini
disebabkan karena adanya pengembangan usaha di bidang mikro
yaitu menyalurkan pembiayaan bagi usaha kecil dan mikro (UKM)
sehingga biaya operasionalnya menjadi lebih besar dari pada
pendapatan operasionalnya. Pada tahun 2005, rata-rata Beban
Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sebesar
64
111,28%. Kemudian pada tahun 2006, rata-rata Beban Operasional
Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) naik menjadi 205,12% yang
berarti pada tahun 2006 tingkat efisiensi biaya dalam bank tersebut
lebih buruk atau menurun dibanding tahun 2005. Hal ini juga
memberikan gambaran bahwa pada tahun 2006, PT. BSMI tidak efisien
dalam pengendalian biaya-biaya. Pada tahun 2007 rata-rata Beban
Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) mengalami
penurunan yang jauh dibanding tahun 2006 yaitu sebesar 46,16%. Hal
ini berarti bahwa pada tahun 2007 tingkat efisiensi biaya jauh lebih baik
dibanding tahun 2006. Dimana PT. BSMI telah berhasil mengendalikan
efisiensi biaya yang cukup bagus sehingga lebih efisien dalam
mengendalikan biaya-biaya.
Perkembangan Beban Operasional Terhadap Pendapatan
Operasioanal (BOPO) dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini:
Tabel 4.5
Perkembangan Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
PT. Bank Syariah Mega Indonesia Januari 2005 – Desember 2007
Bulan 2005 2006 2007
Januari 99,77 1469,15 48,80
Februari 107,40 189,05 44,80
Maret 83,41 114,02 46,60
65
April 103,47 99,07 45,70
Mei 152,03 89,63 45,70
Juni 120,10 80,96 46,00
Juli 125,89 76,83 45,72
Agustus 117,80 74,03 45,34
September 112,30 69,82 45,05
Oktober 108,27 67,39 46,35
November 103,14 66,60 46,63
Desember 95,90 64,39 47,34
Total 1335,42 2461,48 554,03
Rata-rata 111,28 205,12 46,16
Secara grafik perkembangan Beban Operasional Tehadap
Pendapatan Operasioanal (BOPO) dari Januari 2005 sampai dengan
Desember 2007 dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:
Gambar 4.3
Perkembangan Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
PT. Bank Syariah Mega Indonesia Januari 2005 – Desember 2007
66
Tabel 4.6
Deskriptif Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
Descriptive Statistics
36 44.80 1469.15 120.6792 233.77747
36
BOPO
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa variabel Beban Operasional
Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki nilai rata-rata
(mean) sebesar 120,67%, standar devisi sebesar 233,77 menunjukkan
adanya variasi atau perbedaan yang besar dengan jumlah data
sebanyak 36.
4. Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Kualitas Aktiva Produktif (KAP) yang merupakan nilai kualitas
dari aktiva produktif, secara umum dari Januari 2005 sampai Desember
2007 mengalami fluktuasi dilihat dalam skala bulanan. Sedangkan
dalam skala tahunan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) juga mengalami
fluktuasi. Pada tahun 2005, rata-rata Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
sebesar 0,98%. Kemudian pada tahun 2006, rata-rata Kualitas Aktiva
Produktif (KAP) turun menjadi 0,97% yang menunjukkan bahwa pada
tahun 2006 tingkat Kualitas Aktiva Produktif (KAP) yang dimiliki oleh PT.
BSMI mengalami penurunan. Pada tahun 2007 rata-rata Kualitas Aktiva
67
Produktif (KAP) kembali mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,98%.
Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2007 tingkat Kualitas Aktiva
Produktif (KAP) PT. BSMI kembali menjadi baik dibanding tahun 2006.
Perkembangan Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dapat dilihat
pada tabel dan grafik di bawah ini:
Tabel 4.7
Perkembangan Kualitas Aktiva Produktif PT. Bank Syariah Mega Indonesia
Januari 2005 – Desember 2007
Bulan 2005 2006 2007
Januari 0.97 0.96 0.99
Februari 0.97 0.86 0.98
Maret 0.97 0.98 0.98
April 0.99 0.98 0.98
Mei 0.98 1.00 0.98
Juni 0.98 0.99 0.99
Juli 0.99 0.99 0.99
Agustus 0.99 0.99 0.99
September 0.99 0.99 0.99
Oktober 0.99 0.99 0.98
November 0.99 0.99 0.99
Desember 0.99 0.99 0.98
68
Total 11.80 11.71 11.82
Rata-rata 0.98 0.97 0.98
Secara grafik perkembangan Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
dari Januari 2005 sampai dengan Desember 2007 dapat dilihat dalam
grafik di bawah ini:
Gambar 4.4
Perkembangan Kualitas Aktiva Produktif PT. Bank Syariah Mega Indonesia
Januari 2005 – Desember 2007
69
Tabel 4.8
Deskriptif Kualitas Aktiva Produktif
Descriptive Statistics
36 .86 1.00 .9814 .02232
36
KAP
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel Kualitas Aktiva Produktif
(KAP) memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 0,98%, standar devisi
sebesar 0,02 menunjukkan adanya variasi atau perbedaan yang kecil
dengan jumlah data sebanyak 36.
B. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi
yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
70
1.00.80.60.40.20.0
Observed Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Exp
ec
ted
Cu
m P
rob
Januari
MaretDesember
NovemberFebruari
Oktober
April
SeptemberJuniMaret
AgustusJuli
AprilApril
Juli
Mei
Januari
Mei
Agustus
Maret
September
Juli
JanuariJuni
FebruariAgustus
JuniMei
September
November
Oktober
November
Desember
OktoberDesemberFebruari
Dependent Variable: KAP
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Gambar 4.5
Hasil Uji Normalitas
71
2
0
Reg
ressio
n S
tud
en
tized
Resid
ual
SeptemberAgustus
Juli
Juni
MeiApril
Maret
Februari
Januari
NovemberOktober
SeptemberAgustus
JuliJuni
Mei
April
Maret
Januari
DesemberNovember OktoberSeptember
Agustus
Juli
JuniMei
April
Maret
FebruariJanuari
Dependent Variable: KAP
Scatterplot
Dari hasil uji normalitas di atas, di mana pada grafik tersebut hasil
uji normalitas terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal,
serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Maka model
regresi layak dipakai untuk memprediksi pengaruh rentabilitas terhadap
kualitas aktiva produktif.
2. Uji Heterokesdastisitas
Uji herekokesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual
dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, hal tersebut
dinamakan homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda disebut
sebagai heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4.6
Hasil Uji Heterokesdastisitas
72
Dari hasil uji heterokedastisitas di atas, dimana pada gambar
grafik tersebut terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heterokesdastisitas,
sehingga model regresi ini layak dipakai untuk memprediksi pengaruh
rentabilitas terhadap kualitas aktiva produktif.
73
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalan sebuah
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya), dan
model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Dengan ketentuan sebagai berikut :
• Angka D-W di antara -2 sampai dengan +2, maka tidak ada
autokorelasi.
• Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif.
• Angka D-W di atas +2, berarti terjadi autokorelasi negatif.
Tabel 4.9
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
.830a .688 .659 .01303 1.703
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), ln_BOPO, NCOM, ROAa.
Dependent Variable: KAPb.
Terlihat pada tabel di atas bahwa nilai Durbin-Watson yang
diperoleh adalah sebesar 1,703. Hal ini menunjukkan bahwa angka DW
diantara -2 < DW < +2 yaitu model regresi tidak terdapat masalah
74
autokorelasi dan model ini layak untuk digunakan. Hal ini
mempengaruhi pada nilai F yang signifikan menunjukkan regresi ini
layak namun sebaliknya jika pada Durbin-Watson terdapat autokorelasi
maka hasil uji F yang signifikan menjadi tidak layak untuk digunakan.
4. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regri ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi
korelasi,maka terdapat multikolonieritas. Di mana model regresi yang
baik seharuanya tidak terjadi korelasi di anatar variabel independen.
Untuk mengetahui ada tidaknya problem multikolonieritas pada
moel regresi, dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain :
• Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai
Tolerance tidak kurang dari 1, maka model bebas dari
multikolonieritas.
Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
.911 .038 24.054 .000
.007 .001 1.089 6.605 .000 .358 2.791
.000 .002 -.031 -.122 .904 .154 6.475
.014 .008 .395 1.809 .080 .204 4.895
(Constant)
NCOM
ROA
ln_BOPO
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: KAPa.
75
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa angka tolerance
mendekati angka 1 dan VIF berada pada angka mendekati 10, maka
dapat dikatakan model regresi ini layak untuk dipakai untuk
memprediksi pengaruh rentabilitas terhadap kualitas aktiva produktif.
C. Uji Hipotesis
1. Uji F (Anova)
Uji simultan dengan F-Test ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh bersama-sama (simultan) antara variabel NCOM, ROA dan
BOPO terhadap variabel kualitas aktiva produktif.
Tabel 4.11
Hasil Uji F (Anova)
ANOVAb
,012 3 ,004 23,534 ,000a
,005 32 ,000
,017 35
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), ln_BOPO, NCOM, ROAa.
Dependent Variable: KAPb.
Tabel 4.11 hasil uji f (anova), didapatkan f hitung 23,534 > f table
2,90, dengan tingkat probabilitas 0.000 < 0.05. Oleh karena tingkat
76
probabilitas 0.000 < 0.05 dan f hitung 23,534 > f table 2,90 berarti
signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara
simultan yang signifikan antara NCOM, ROA dan BOPO dalam
mempengaruhi kualitas aktiva produktif.
Uji F-Statistik dapat digambarkan sebagai berikut :
F hitung > F tabel, maka menolak Ho
23,534 > F tabel 2,90
Gambar 4.7
Daerah Penolakan dan Penrimaan Ho
Uji Dua Sisi
Menolak Ho Menerima Ha tidak ada hubungan
Menolak Ho
hubungan (-)
hubungan (+)
77
T tabel -2,90 T tabel 2,90 T hitung
23,534
2. Uji T (T-test)
Uji parsial deng T-Test ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara
individu (parsial) terhadap variabel dependen.
Tabel 4.12
Hasil Uji T
Coefficientsa
.911 .038 24.054 .000
.007 .001 1.089 6.605 .000 .358 2.791
.000 .002 -.031 -.122 .904 .154 6.475
.014 .008 .395 1.809 .080 .204 4.895
(Constant)
NCOM
ROA
ln_BOPO
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: KAPa.
Tabel 4.12 menunjukan hasil uji t di mana :
a. Terlihat bahwa t hitung NCOM sebesar 6,605 > t table 2,04, dengan
tingkat probabilitas 0,000 < 0.05, artinya Ho ditolak hubungan positif,
78
hal ini menunjukkan bahwa variabel NCOM berpengaruh secara
parsial terhadap kualitas aktiva produktif. Gambar Ho:
Gambar 4.8
Daerah Penolakan dan Penrimaan Ho
Uji Dua Sisi
Menolak Ho Menerima Ha tidak ada hubungan
Menolak Ho
hubungan (-)
hubungan (+)
T tabel -2,04 T tabel 2,04 T hitung 6,605
b. Terlihat bahwa t hitung ROA sebesar -0,122 < t table 2,04, dengan
tingkat probabilitas 0,904 > 0.05, artinya Ho diterima berarti tidak ada
hubungan, hal ini menunjukkan bahwa variabel ROA tidak
79
berpengaruh secara parsial terhadap kualitas aktiva produktif.
Gambar Ho:
Gambar 4.9
Daerah Penolakan dan Penerimaan Ho
Uji Dua Sisi
Menolak Ho Menerima Ha tidak ada hubungan
Menolak Ho
hubungan (-)
hubungan (+)
T tabel -2,04 T hitung -0,122 T tabel 2,04
c. Terlihat bahwa t hitung BOPO sebesar 1,809 < t table 2,04, dengan
tingkat probabilitas 0,080 > 0,05, artinya Ho diterima berarti tidak ada
80
hubungan, hal ini menunjukkan bahwa variabel BOPO tidak
berpengaruh secara parsial terhadap kualitas aktiva produktif.
Gambar Ho:
Gambar 4.10
Daerah Penolakan dan Penerimaan Ho
Uji Dua Sisi
Menolak Ho Menerima Ha Tidak ada hubungan
Menolak Ho
hubungan (-)
hubungan (+)
T tabel -2,04 T hitung 1,809 T tabel 2,04
D. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen.
81
Tabel 4.13
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
.830a .688 .659 .01303 1.703
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), ln_BOPO, NCOM, ROAa.
Dependent Variable: KAPb.
Tabel 4.13 diatas menunjukkan koefisien determinasi (Adjusted R
Square) adalah sebesar 0,659 atau 65,9%, yang berarti bahwa 65,9%
tingkat kualitas aktiva produktif dapat dijelaskan oleh NCOM, ROA dan
BOPO, dan sisanya 34,1% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diketahui
dan tidak termasuk dalam analisis ini.
E. Uji Koefisien Regresi
Persamaan ini bertujuan untuk memprediksi pengaruh yang terjadi
antara variabel independent terhadap variabel dependen.
82
Tabel 4.14
Hasil Uji Koefisien Regresi
Coefficientsa
.911 .038 24.054 .000
.007 .001 1.089 6.605 .000 .358 2.791
.000 .002 -.031 -.122 .904 .154 6.475
.014 .008 .395 1.809 .080 .204 4.895
(Constant)
NCOM
ROA
ln_BOPO
Model1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: KAPa.
Pada tabel 4.14 dapat dilihat persamaannya:
Y = 0,911 + 0,007 (NCOM)X1 + 0,000 (ROA)X2 + 0,014 (BOPO)X3
Di mana :
1. Nilai elastisitas konstanta sebesar 0,911 menunjukkan bahwa apabila
nilai NCOM (X1), ROA (X2), BOPO (X3) adalah 0 (nol) maka nilai kualitas
aktiva produktif (Y) adalah 0,911.
2. Nilai elastisitas NCOM sebesar 0,007 menunjukkan bahwa peningkatan
NCOM sebesar 1 % akan menaikan kualitas aktiva produktif sebesar
0,007%.
83
3. Nilai elastisitas ROA sebesar 0,000 menunjukkan bahwa peningkatan
ROA sebesar 1% akan menaikan kualitas aktiva produktif sebesar
0,000%.
4. Nilai elastisitas BOPO sebesar 0,014 menunjukkan bahwa peningkatan
BOPO sebesar 1 % akan menaikan kualitas aktiva produktif sebesar
0,014%.
F. Interpretasi Data
Nilai elastisitas dan koefisien regresi NCOM, ROA dan BOPO yang
positif menyatakan bahwa setiap peningkatan NCOM ROA, dan BOPO
maka akan menaikkan kualitas aktiva produktif (KAP). Dan sebaliknya,
apabila nilai elastisitas dan koefisien regresi NCOM, ROA dan BOPO
negatif, maka setiap penurunan NCOM, ROA dan BOPO maka akan
menurunkan kualitas aktiva produktif (KAP).
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan uji F diketahui bahwa F hitung sebesar 23,543 dengan
tingkat signifikansi 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh
yang signifikan dari variabel independen , yaitu Net Core Operational
Margin(NCOM), Return On Assets(ROA) dan Beban Operasional
terhadap Pendapatan Operasional(BOPO) terhadap Kualitas Aktiva
Produktif(KAP).
2. Berdasarkan uji T diketahui bahwa secara parsial terdapat pengaruh
yang signifikan variabel Net Core Operational Margin(NCOM)
terhadap Kualitas Aktiva Produktif(KAP). Sedangkan variabel Return
On Assets(ROA) dan Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional(BOPO) secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Kualitas Aktiva Produktif(KAP).
3. Berdasarkan pengujian koefisien determinasi, diperoleh nilai Adjusted
R Square sebesar 0,659, artinya 65,9% kemampuan variabel
independen Net Core Operational Margin(NCOM), Return On
85
Assets(ROA) dan Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional(BOPO) dapat menjelaskan variabel dependen Kualitas
Aktiva Produktif(KAP), dan sisanya 34,1% dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak termasuk dalam model regresi ini.
4. Variabel Net Core Operational Margin(NCOM) menjadi variabel yang
paling dominan mempengaruhi Kualitas Aktiva Produktif(KAP).
B. Saran
1. Hendaknya Bank Mega Syariah dapat mempertahankan kualitas aktiva
produktif yang baik dengan cara terus memberikan pembiayaan dan lebih
memperhatikan aspek menejemen risiko serta penanganan pembiayaan
bermasalah agar tidak banyak pencadangan yang dilakukan guna menutupi
kerugian akibat tidak kembalinya penanaman dana.
2. Hendaknya Bank Mega Syariah meminimalisir beban atau biaya operasional
dalam menciptakan kualitas aktiva produktif yang baik agar menghasilkan
laba yang optimal.
3. Hendaknya Bank Mega Syariah dapat terus memberikan jasa layanan
keuangan syariah terbaik bagi semua kalangan, melalui kinerja organisasi
yang unggul, untuk meningkatkan nilai tambah bagi stakeholder dalam
mewujudkan kesejahteraan bangsa.
86
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Digital.
Al-Hadits.
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani dan Tazkia Cendikia Press, 2001.
Harahap, Sofyan Syafri. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:
PT.RajaGrafindo Persada, 2006.
Juminang. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Akasara, 2006.
Laporan Tahunan PT. Bank Syariah Mega Indonesia.
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia, 2005.
Nugroho, Bhuono Agung. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan
SPSS. Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2005.
Peraturan Bank Indonesia PBI No.9/9/PBI/2007. Tentang Penilaian Kualitas Aktiva
Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
Perwataatmadja, Karnaen, M.Syafi’i Antonio. Apa dan Bagaimana Bank Islam.
Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992.
Rivai, Veithzal, dkk. Bank And Financing Institution Managemen. PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta: 2007.
Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2000.
Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: FEUI, 2004.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia, 2004.
Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS, Tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.
Susilo, Sri, dkk. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba 4, 2004.
87
Syahyunan. Skripsi: ”Analisis Kualitas Aktiva Produktif Sebagai Salah Satu Alat
Ukur Kesehatan Bank”. Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Sumatera Utara.
Taswan. Akuntansi Perbankan Transaksi Dalam Valuta Rupiah. Semarang: UPP
AMP YKPN, 2005.
Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Institut Bankir Indonesia, Jakarta:
Djambatan, 2001.
www.bi.go.id
www.megasyariah.co.id//profil bank mega syariah
www.republika.com, Aset Mega Syariah Akan Capai 4,5 Triliun, 3 Januari 2008.
88
Top Related