13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Akseptor Keluarga Berencana (KB).
a. Pengertian.
Akseptor KB adalah anggota masyarakat yang mengikuti gerakan
KB dengan melaksanakan penggunaan alat kontrasepsi. Akseptor KB
menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu fase menunda atau
mencegah kehamilan, fase penjarangan kehamilan dan fase
menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan. Akseptor KB
lebih disarankan untuk Pasangan Usia Subur (PUS) dengan
menggunakan alat kontrasepsi. Pada PUS inilah yang lebih berpeluang
besar untuk menghasilkan keturunan dan dapat meningkatkan angka
kelahiran (Manuaba, 1998).
b. Macam-macam Akseptor KB yang diikuti oleh PUS dapat dibagi menjadi
tiga macam:
1) Akseptor atau peserta KB baru, yaitu PUS yang pertamakali
menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir
dengan keguguran atau persalinan.
2) Akseptor atau peserta KB lama, yaitu peserta yang masih
menggunakan kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan.
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
14
Akseptor atau peserta KB ganti cara, yaitu peserta KB yang ganti
pemakaian dari suatu metode kontrasepsi ke metode kontrasepsi lainnya.
Pengertian kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau
melawan, sedangkan kontrasepsi adalah pertemuan antara sel sperma (sel
pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut
(Manuaba, 1998).
2. Keluarga Berencana (KB).
a. Pengertian
Keluarga Berencana atau Family Planning menurut WHO “An
Expert Committee” (1974) dalam Hartanto (2004) adalah usaha
menolong individu atau pasangan antara lain untuk:
1) Mendapatkan objektif-objektif tertentu
2) Mencegah terjadinya kelahiran yang tidak dikehendaki atau
sebaliknya bagi pasangan yang menginginkan anak.
3) Mengatur interval waktu kehamilan.
4) Mengontrol waktu kelahiran berhubungan dengan usia orang tua.
5) Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Ruang lingkup program KB yang modern tidak hanya sebatas pada
definisi, tetapi juga melaksanakan program sterilisasi, pendidikan seks,
tes skrining pada kelainan patologis sistem repsroduksi, konsultasi
sebelum dan sesudah perkawinan, mengajar masyarakat cara
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
15
meningkatkan ekonomi dan gizi keluarga dan kegiatan lain. Secara garis
besar definisi ini mencakup beberapa komponen dalam pelayanan
Kependudukan atau KB yang dapat diberikan sebagai berikut:
1) Komunikasi, inforasi dan edukasi (KIE).
2) Konseling.
3) Pelayanan kontrasepsi (PK).
4) Pelayanan infertilitas.
5) Pendidikan seks (sex education).
6) Konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan.
7) Konsultasi genetik.
8) Test keganasan.
9) Adopsi.
(Hartanto, 2004).
b. Sejarah Keluarga Berencana.
Gerakan KB ini bermula dari kepeloporan beberapa orang tokoh,
baik di dalam mau pun di luar negeri. Pada awal abad ke 19, di Inggris,
upaya KB mula-mula timbul atas prakasa sekelompok orang yang
menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu. Maria Stopes (1880-
1950) menganjurkan peraturan kehamilan di kalangan kaum buruh di
inggris. Di Amerika Serikat dikenal Margareth Sanger (1883-1966) yang
dengan program birth control-nya merupakan pelopor KB modern.
Pada 1917 didirikan National Birth Control League dan pada
November 1921 diadakan American National Birth Control Conference
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
16
yang pertama. Salah satu hasil konferensi tersebut adalah pendirian
American Birth Control League dengan Margareth Sanger sebagai
ketuanya. Pada 1925 mengorganisasi Konferensi Internaional di New
York yang menghasilkan pembentukan Internasional Federation of Birth
Control League. Selanjutnya pada 1927 Margareth Sanger
menyelenggarakan World Population Conference di Jenewa yang
melahirkan International Women for Scientific Study on Population dan
International Medical Group for the Investigation of Contraception.
Pada 1948 Margareth Sanger ikut mempelopori pembentukan
International Committe on Planned Paranthood yang dalam
konferensinya di New Delhi pada 1952 meresmikan berdirinya
International Planned Parenthood Federation (IPPF). Federai ini
memilih Margareth Sanger dan Rama Ran dari india sebagai
pimpinannya. Sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan KB di
seluruh dunia, termasuk di Indonesia yang mendirikan Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) (Wiknjosastro, 2007).
3. Kontrasepsi
a. Pengertian
Kontrasepsi yaitu bentuk pencegahan pembuahan (fertilisasi) atau
kehamilan secara sengaja, dapat dicapai dengan berbagai cara. Beberapa
metode kontrasepsi mencegah pelepasan telur dan sperma dewasa dari
gonad, metode lain mencegah pembuahan dengan cara menjaga sperma
dan telur tetap terpisah dan tidak pernah bertemu, dan metode yang lain
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
17
lagi mencegah implantasi embrio atau menyebabkan aborsi embrio.
Fertilisasi dapat dicegah dengan berpantang berhubungan kelamin atau
dengan menggunakan salah satu dari berbagai rintangan sehingga
menghalangi sperma hidup menemui sel telur. Kontrasepsi merupakan
upaya untuk menunda kehamilan. Bagi yang ingin menunda kehamilan
karena berbagai alasan, menggunakan cara kontrasepsi. Terdapat dua
jenis kontrasepsi, yaitu kontrasepsi hormonal dan non hormonal.
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi yang menggunakan
hormon, sebaliknya non hormonal berarti tidak menggunakan hormon.
Berikut adalah penjelasan singkat mengenai jenis-jenis kontrasepsi serta
penggunaannya (Siswosuharjo, 2010).
b. Kontrasepsi Hormonal
1) Pil KB Kombinasi
Pil KB kombinasi merupakan salah satu jenis KB yang mudah
dilakukan. Dengan meminumnya setiap hari pada waktu yang sama,
sesuai anjuran dokter. Pemakaian pil sebagai alat kontrasepsi akan
sangat efektif bila diminum setiap hari. Oleh karena itu dibutuhkan
kedisiplinan yang tinggi untuk penggunaannya. Pemakaian yang tidak
tertur akan mengakibatkan kehamilan. Cara kerja pil KB yaitu dengan
mengentalkan lendir leher rahim sehingga sperma akan sulit masuk
dan mencapai sel telur. Lapisan dinding rahim juga akan dirubah
sehingga tidak siap menerima dan menghidupi sel telur yang telah
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
18
dibuahi. Pil KB juga dapat mencegah indung telur melepaskan sel
telur setiap bulannya (ovulasi).
Penggunaan pertama mungkin akan menimbulkan efek
samping, misalnya, mual, pendarahan atau flek di masa haid, kenaikan
berat badan, dan sakit kepala. Selain itu, pil ini juga tidak
mempengaruhi kesuburan, jadi meskipun diminum dalam jangka
waktu yang lama, tetap bisa hamil jika berhenti meminumnya. Pil KB
juga dapat mengatasi nyeri haid, mencegah kurang darah dan
mencegah penyakit kanker. Apabila menyusui segera konsultasikan
dengan dokter mengenai penggunaan pil KB. Tidak semua pil KB bisa
digunakan oleh ibu menyusui. Hampir sebagaian pil KB (terutama pil
KB dengan hormon kombinasi progesteron dan estrogen) dapat
menghentikan produksi ASI (Siswosuharjo, 2010).
2) Suntik KB
Termasuk kontrasepsi yang paling banyak diminati oleh
banyak perempuan. Suntik KB bisa dilakukan setiap 1 bulan atau 3
bulan sekali. Suntik KB digunakan bagi wanita menyusui setelah 6
minggu pasca persalinan. Efek samping yang biasa terjadi adalah
keluar flek-flek, perdarahan ringan di antara dua masa haid, sakit
kepala, dan kenaikan berat badan. Jika dihentikan bisa hamil lagi
dengan segera (Siswosuharjo, 2010).
3) Susuk KB
Susuk KB digunakan dengan cara memasukkan susuk pada
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
19
lengan bagian atas. Ada beberapa jenis susuk yang masa
penggunaannya berbeda. Susuk 1 dan 2 batang bisa digunakan selama
3 tahun, sedangkan susuk 6 batang digunakan selama 5 tahun. Susuk
KB aman digunakan bagi wanita menyusui dan dapat dipasang setelah
6 minggu pasca persalinan. Efek samping yang biasanya terjadi adalah
perubahan pola haid dalam batas normal, perdarahan ringan diantara
masa haid, keluar flek-flek, dan tidak haid serta sakit kepala
(Siswosuharjo, 2010).
c. Kontrasepsi Nonhormonal
1) Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang tipis
yang terbuat dari berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik
(vinil), atau bahan alami (produk hewani) berwarna atau tidak
berwarna yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual.
Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk
meningkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermicide)
maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual. Modifikasi tersebut
dilakukan dalam hal: bentuk, warna, pelumas, rasa, ketebalan, dan
bahan (Hartanto, 2004).
Menurut Hartanto (2004), keuntungan menggunakan kondom yaitu:
a) Mencegah kehamilan.
b) Memberi perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat
hubungan seks (PHS).
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
20
c) Dapat diandalkan.
d) Relatif murah.
e) Sederhana, ringan, disposable.
f) Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervise atau follow-up.
g) Reversibel.
h) Pria ikut secara aktif dalam program KB.
Sedangkan kerugian menggunakan kondom, yaitu
a) Angka kegagalan relatif tinggi
b) Perlu menghentikan sementara aktivitas hubungan seks guna
memasang kondom
c) Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada
setiap senggama.
2) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
AKDR terbuat dari bahan plastik yang lentur yang kemudian
dimasukkan ke dalam rongga rahim oleh bidan atau dokter yang
terlatih. Bentuknya kecil dan dapat digunakan dalam jangka waktu
yang lama, yaitu sekitar 8 tahun. Meskipun demikian pemeriksaan
rutin tetap perlu dilakukan karena jika pemasangan AKDR posisinya
berubah, bisa memungkinkan terjadinya kehamilan. AKDR sangat
efektif mencegah kehamilan, efek samping yang mungkin timbul
antara lain masa haid lebih lama dan banyak, serta terdapat
kemungkinan terjadi infeksi panggul. (Siswosuharjo, 2010).
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
21
Menurut Hartanto (2004) indikasi dan kontraindikasi kontrasepsi
AKDR adalah:
a) Partner seksual yang banyak dari partner akseptor AKDR.
b) Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi
komplikasi.
c) Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya.
d) Riwayat kehamilan ektopik atau keadaan-keadaan yang
menyebabkan predisposisi untuk terjadinya kehamilan ektopik.
e) Pernah mengalami infeksi pelvis satu kali dan masih menginginkan
kehamilan selanjutnya.
f) Gangguan respons tubuh terhadap infeksi AIDS, diabetes mellitus,
pengobatan dengan kortikosteroid dan lain-lain).
g) Kelainan pembekuan darah.
3) Tubektomi
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk
menghentikan fertilitas (kesuburan) seseorang perempuan dengan cara
mengikat dan memotong atau memasang cincin pada saluran tuba
sehingga ovum tidak dapat bertemu dengan sel sperma. Tubektomi
merupakan cara KB permanen bagi perempuan yang tidak ingin
mempunyai anak. Tubektomi dilakukan dengan cara operasi yang
sederhana, hanya membutuhkan bius lokal. Cara ini sangat efektif
mencegah kehamilan dan belum ditemukan adanya efek samping
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
22
jangka panjang, hanya rasa tidak nyaman setelah melakukan operasi
(Siswosuharjo, 2010).
4) Vasektomi
Vasektomi merupakan kontap atau metode operasi pria (MOP),
dengan jalan memotong vas deferens sehingga saat ejakulasi tidak
terdapat spermatozoa dalam cairan sperma. Setelah menjalani
vasektomi tidak segera akan steril, tetapi memerlukan sekitar dua
belas kali ejakulasi, baru sama sekali bebas dari spermatozoa. Oleh
karena itu diperlukan penggunaan kondom selama dua belas kali
sehingga bebas untuk melakukan hubungan seks (Ester, 2006).
4. Metode Kontrasepsi Wanita (MOW).
MOW adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita atau
saluran bibit pria yang mengakibatkan orang atau pasangan yang
bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi. Kontrasepsi itu hanya
dipakai untuk jangka panjang, walaupun kadang-kadang masih dapat
dipulihkan kembali seperti semula. Dahulu disebut sterilisasi dan dilakukan
terutama atas indikasi medik, misalnya kelainan jiwa ibu, atau penyakit
keturunan. Peledakan penduduk dunia telah mengubah konsep itu, sehingga
kini telah dilakukan untuk membatasi jumlah anak.
Sterilisasi wanita pada abad ke-19 dilakukan dengan mengangkat
uterus atau kedua ovarium. Pada tahun 1950an dilakukan dengan
memasukkan AgNO3 melalui kanalis servikalis ke-dalam tuba. Pada akhir
abad ke 19 dilakukan dengan pengikatan tuba, tetapi angka kegagalannya
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
23
ternyata tinggi sekali. Untuk mengurangi kegagalan ini, kemudian dilakukan
pemotongan dan pengikatan tuba. Operasi dilakukan dengan anastesia
umum dan insisi lebar, yang memerlukan perawatan di rumah sakit. Kini
tubektomi telah berkembang cukup pesat, sehingga operasinya dapat
dikerjakan tanpa anastesia umum, dengan insisi kecil, dan tidak usah
dirawat (Wiknjosastro, 2007).
a. Cara Tubektomi
Tubektomi dibagi menjadi tiga yaitu: saat operasi, cara mencapai
tuba, dan cara penutupan tuba.
a) Saat Operasi
Tubektomi dapat dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan,
atau masa interval. Sesudah suatu keguguran tubektomi pasca
persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam, atau selambat-
lambatnya dalam 48 jam setelah bersalin. Tubektomi pasca persalinan
lewat 48 jam akan dipersulit oleh edema tuba, infeksi, dan kegagalan.
Edema tuba akan berkurang setelah hari ke 7-10 pasca persalian.
Tubektomi setelah hari itu akan lebih sulit dilakukan karena alat-alat
genital telah menciut dan mudah berdarah (Wiknjosastro, 2007).
b) Cara Mencapai Tuba
Cara-cara yang dilakukan di Indonesia saat ini ialah dengan
laparatomi, laparotomi mini, dan laparoskopi.
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
24
(a) Laparotomi
Cara mencapai tuba melalui laparatomi biasa, terutama
pada masa pasca persalinan, merupakan cara yang banyak
dilakukan di Indonesia sebelum tahun tujuh puluhan. Tubektomi
juga dilakukan bersamaan dengan seksio sesarea, dimana
kehamilan selanjutnya tidak diinginkan lagi. Sebaiknya setiap
laparotomi harus dijadikan kesempatan untuk menawaran
tubektomi (Wiknjosastro, 2007).
(b) Laparatomi Mini
Laparotomi khusus untuk tubektomi ini paling mudah
dilakukan 1-2 hari pascapersalinan. Uterus yang masih besar, tuba
yang masih panjang, dan dinding perut yang masih longgar
memudahkan mencapai tuba dengan sayatan kecil sepanjang 1-2
cm di bawah pusat yng berbentuk bulan sabit ditegangkan antara
2 buah doekklem hingga menjadi lurus. Pada tempat lipatan kulit
disayat sepanjang 1-2 cm sampai hampir menembus rongga
peritoneum, tempat yang hampir menembus rongga peritoneum
itu ditembus sekaligus dengan sebuah cunam pean, kemudian
lubangnya dilebarkan dengan cuman itu. Lubangnya harus cukup
besar untuk dimasuki sebuah jari telunjuk dan sebuah cunam
tampon (tampon tang). Kalau tubektomi dilakukan pada 3-5 hari
postpartum, maka dapat dilakukan insisi mediana karena uterus
dan tuba telah berinvolusi. Dilakukan insisi mediana setinggi dua
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
25
jari di bawah fundus uteri sepanjang 1-2 cm. Untuk ini kulit perut
ditembus dengan sebuah pisau yang berujung tajam, kalau dapat
yang bermata dua. Lemak dipotong dengan gunting mayo sampai
mencapai simpai rektus abdominis. Simpai otot tadi kemudian
dijepit dengan 2 buah cunam kocher sampai tampak melalui
lubang sayatan, kemudian digunting atau disayat dengan pisau.
Otot disisihkan dengan ujung jari telunjuk sampai teraba
peritneum yang dilandaskan korpus uteri. Peritoneum dijepit
dengan 2 buah kocher, kemudian dipotong dengan pisau atau
gunting. Agar peritoneum tidak menghilang atau terobek lebih
panjang pada waktu eksplorasi, pinggir peritoneum diikatkan
kepada pinggir kulit. Pada kedua keadaan di atas tuba ditampilkan
dengan jalan mendorong uterus dan tubanya dengan jari lewat
lubang sayatan. Apabila dorongan dilepaskan, diharapkan tuba
akan kembali ke tempatnya semula lewat lubang itu. Pada saat
tuba tampak melewati lubang, segera dijepit dengan sebuah
cunam babcock atau pinset. Tuba dapat pula ditampilkan dengan
mendorong uterus dan tubanya dengan pangkal pinset, kemudian
mempertahankannya di bawah lubang. Biasanya, sebagian tuba
atau ovarium akan tampak, lalu dijepit dengan sebuah cunam
babcock atau pinset. Tubektomi yang dapat dilakukan ialah cara
pomeroy atau kroener (Wiknjosastro, 2007).
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
26
(c) Laparoskopi
Pasien diletakkan dalam sikap litotomi. kanula rubin
dipasang pada kanalis servikalis dan bibir depan serviks dijepit
dengan tenakulum bersama-sama. Pemasangan alat-alat ini
dimasukkan untuk mengemudikan uterus selagi operasi
dilakukan. Kulit kiri kanan pusat dijepit dengan 2 cunam allis dan
dengan pisau runcing ditusuk ditengah dadiperlebar sampai 1,5
cm. Melalui sayatan ini, jarum verres ditusukkan sampai masuk
ke dalam rongga peritoneum. Setelah diyakinkan ujung jarum
berada dalam rongga pritoneum, melalui jarum tersebut
dimasukkan gas CO2 kira-kira 1-1,5 liter dengan kecepatan 1
liter/menit. Setelah terjadi pneumopritoneum yang ditandai
dengan hilangnya peka hati dan menggembungnya perut secara
simetris, melalui luka sayatan tadi dimasukkan trokar dan
selubungnya. Laproskop dimasukkan kedalam selubung dan alat
panggul diperiksa. Tuba dicari dengan bantuan manipulasi uterus
dari kanula rubin, lalu sterilisasi dilakukan dengan menggunakan
cincin folope yang dipasang pada pars ampularis tuba. Setelah
yakin tidak terdapat perdarahan, pnemoperitoneum dikluarkan
dengan menekan dinding perut. Luka ditutup dengan 2 jahitan
subtikuler, lalu dipasang band aid. Pasien dapat dipulangkan 6-8
jam kemudian apabila dipakai neuroleptanagesia. Komplikasi
yang mungkin dijumpai pada tubektomi laparoskopi ialah
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
27
perdarahan mesosalping, atau perlukaan. Perlukaan pada
pembuluh darah abdominal dapat pula terjadi. Komplikasi lain
berupa emfisema subkutan, dan perforasi uterus oleh kanula
Rubin. Kegagalan sterilisasi bervariasi antara 0-7%, yang dapat
disebabkan oleh reseksi tuba yang tidak sempurna dan kesalahan
identifikasi rotundum yang dikira tuba (Wiknjosastro, 2007).
c) Cara Penutupan Tuba
Cara tubektomi yang dapat dilakukan ialah cara pomeroy,
kroener, Irving, pemasangan cincin falove, klip filshie, dan elektro-
koagulasi disertai pemutusan tuba (Wiknjosastro, 2007).
(a) Cara Pomeroy.
Tuba dijepit kira-kira pada pertengahannya, kemudian
diangkat sampai melipat. Dasar lipatan diikat dengan sehelai
catgut tadi. Tujuan pemakaian catgut biasa ini ialah agar lekas
diabsorpsi, sehingga kedua ujung tuba yang dipotong lekas
menjauhkan diri; dengan demikian, rekanalisasi tidak
dimungkinkan (Wiknjosastro, 2007).
(b) Cara Kroener.
Fimbria dijepit dengan sebuah klem. Bagian tuba
proksima dari jepitan diikat dengan sehelai benang sutera, atau
dengan catgut yang tidak mudah diabsorpsi. Bagian tuba distal
dari jepitan dipotong (Wiknjosastro, 2007).
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
28
(c) Cara Irving.
Tuba dipotong pada pertengahan panangnya setelah kedua
ujung potongan diikat dengan catgut kromik No. 0 atau 00. Ujung
potongan proksimal ditanamkan di dalam ligamentum latum.
Dengan cara ini rekanalisasi spontan tidak ungkin terjadi. Cara
tubektomi ini hanya dapat dilakukan pada laparotomi besar
seperti seksio sesarea (Wiknjosastro, 2007).
(d) Pemasangan Cincin Falope.
Cincin falope (yoon ring) terbuat dari silikon, dengan
aplikator bagian ismus tuba ditarik dan cincin dipasang di tuba
tersebut. Sesudah terpasang lipatan tuba tampak keputih-putihan
oleh karena tidak mendapat suplai darah lagi dan akan menjadi
Jibrotik. Cincin falope dapat dipasang pada laparotomi mini,
laparoskopi, atau dengan laprokator (Wiknjosastro, 2007).
(e) Pemasangan Klip
Berbagai jenis klip telah dikembangkan untuk
memperoleh kerusakan minimal agar dapat dilakukan rekanalisasi
bila diperlukan kelak. Keuntungan klip filshie dapat digunakan
pada tuba yang edema (Wiknjosastro, 2007).
(f) Elektro-Koagulasi dan Pemutusan Tuba
Cara ini dahulu banyak dikerjakan pada tubektomi
laparoskopik. Dengan memasukkan grasping forceps melalui
laparoskop tuba dijepit kurang lebih 2 cm dari kornua, diangkat
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
29
menjauhi uterus dan alat-alat panggul lainnya, kemudian
dilakukan kauterisasi. Tuba terbakar kurang lebih 1 cm ke
proksimal, dan distal serta mesosapling terbakar sejauh 2 cm.
Pada saat kauterisasi tuba tampak putih, menggelembung, lalu
putus. Cara ini sekarang banyak ditinggalkan (Wiknjosastro,
2007).
d) Syarat Melakukan MOW
Syarat dilakukan MOW menurut Saiffudin (2002) yaitu sebagai
berikut:
(1) Syarat Sukarela
Syarat sukarela meliputi antara lain pengetahuan pasangan
tentang cara-cara kontrasepsi lain, resiko dan keuntungan
kontrasepsi mantap serta pengetahuan tentang sifat permanen
pada kontrasepsi ini (Wiknjosastro, 2007).
(2) Syarat Bahagia
Syarat bahagia dilihat dari ikatan perkawinan yang syah
dan harmonis, umur istri sekurang kurangnya 25 dengan sekurang
kurangnya 2 orang anak hidup dan anak terkecil lebih dari 2 tahun
(Wiknjosastro, 2007).
(3) Syarat Medik
Setiap calon peserta kontrasepsi mantap wanita harus
dapat memenuhi syarat kesehatan, artinya tidak ditemukan
hambatan atau kontraindikasi untuk menjalani kontrasepsi
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
30
mantap. Pemeriksaan seorang dokter diperlukan untuk dapat
memutuskan apakah seseorang dapat menjalankan kontrasepsi
mantap. Ibu yang tidak boleh menggunakan metode kontrasepsi
mantap antara lain ibu yang mengalamai peradangan dalam
rongga panggul, obesitas berlebihan dan ibu yang sedang hamil
atau dicurigai sedang hamil (BKKBN, 2006).
e) Teknik Melakukan MOW
Tahap persiapan pelaksanaan
(1) Informed consent
(2) Riwayat medis/kesehatan
(3) Pemeriksaan laboratorium
(4) Pengosongan kandung kencing, asepsis dan antisepsis daerah
abdomen
(5) Anastesi
f) Cara kerja
Hal ini mencegah pertemuan sel telur dengan sperma.
g) Efektivitas
Dalam teori : 99,9 %
Dalam praktek : 99 %.
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
31
h) Keuntungan
1) Paling efektif
2) Mengakhiri kesuburan selamanya (keberhasilan pembalikan tidak
bisa dijamin). Rekanalisasi dengan microsurgery sedang
dikembangkan.
3) Tidak perlu perawatan khusus.
i) Baik untuk pasangan yang:
1) Sudah yakin tidak ingin punya anak lagi
2) Jika hamil akan membahayakan jiwanya
3) Ingin metode yang tidak menganggu
Tabel 2.1. Perbandingan Jenis Kontrasepsi
Jenis kontrasepsi
Kegagalan teoritis per 100 wanita
Kegagalan dalam praktek per 100 wanita Efektivitas biaya
Kondom 3-4% 10-20 % Rp. 3.000/strip
tergantung frekuensi senggama
Pil KB 0,1-5 % 0,7-7 % Rp. 2.000/strip tiap 1 bulan
Suntik 0,3 % 3-5 % Rp. 10.000/strip tiap 3 bulan
Implant 0,05-1 % Belum ada data Rp. 15.000/pasang tiap 3 bulan
AKDR/IUD 0,6-0,8 % 1-3 % Rp. 10.000/pasang tiap 8 tahun
MOP 0,1-0,15 % 0,2-0,6 % Tergantung RS rujukan MOW 0,05 % 0,1-0,5 % Tergantung RS rujukan
Sumber: Wawancara dengan Petugas KB Puskesmas Jatilawang.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi.
Menurut teori Lawrence Green (1980) dalam Hikmawati (2011)
yang mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok,
yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
32
behaviour causes) dikenal dengan model PRECEDE (predisposing,
reinforcing, and enabling cauce in educational diagnostic and evaluating ).
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :
a. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,
antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai,
tradisi dan persepsi yang berkenaan dengan motivasi seseorang atau
kelompok untuk bertindak. Dalam arti umum kita dapat mengatakan
faktor predisposisi sebagai preferensi pribadi yang dibawa seseorang atau
kelompok kedalam suatu pengalaman belajar. Prefensi ini mungkin
mendukung atau menghambat perilaku kesehatan, dalam setiap kasus,
faktor ini mempunyai pengaruh. Meskipun berbagai faktor demografis
seperti status sosial ekonomi, umur, jenis kelamin dan ukuran keluarga
saat ini juga penting sebagai faktor predisposisi.
1) Tingkat Pengetahuan
a) Pengertian
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia,
yang sekedar menjadi jawaban pertanyaan “what”. Pengetahuan
juga merupakan hasil tahu dari, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian
besar pengetahuan yang diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2005).
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
33
Dalam memperkenalkan cara-cara kontrasepsi kepada
masyarakat tidak mudah untuk segera diterima karena menyangkut
pengambilan keputusan oleh masyarakat untuk menerima cara-cara
kontrasepsi tersebut. Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo
(2003), ada empat tahap untuk mengambil keputusan untuk
menerima inovasi tersebut yaitu tahap pengetahuan (knowledge),
tahap persuasi (persuasion), tahap pengambilan keputusan
(decision), dan tahap konfirmasi (confirmation). Melalui tahap-
tahap tersebut, inovasi bisa diterima maupun ditolak.
b) Tingkatan pengetahuan.
Tingkatan pengetahuan menurut Notoatmodjo (2005) adalah
sebagai berikut:
(1) Tahu (know).
Diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya:
tahu bahwa KB adalah usaha untuk merencanakan jumlah dan
jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi.
(2) Memahami (comprehensif).
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu tentang
objek tersebut, tidak sekedar bisa menyebutkan, tetapi harus
dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang
diketahui tersebut.
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
34
(3) Aplikasi (application).
Diartikan apabila orang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan
prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
Misalnya ibu yang telah paham tentang proses perencanaan,
maka ibu harus dapat membuat perencanaan program
pelaksanaan keluarga berencana (KB).
(4) Analisis (analysis).
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk
menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan
antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu
masalah atau objek yang diketahui.
(5) Sintesis (syntesis).
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang
untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang
logis dari pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi
yang telah ada. Misalnya, dapat membuat atau meringkas
dengan kata-kata dengan kalimat sendiri tentang hal-hal yang
telah dibaca atau didengar.
(6) Evaluasi (evaluation).
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
35
tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang
berlaku di masyarakat. Misalnya seseorang dapat menilai
manfaat ikut keluarga berencana (KB), dan sebagainya.
c) Cara Memperoleh Pengetahuan.
Menurut Notoatmodjo (2010) cara memperoleh
pengetahuan dibagi menjadi dua cara, yaitu cara tradisional atau
non ilmiah dan cara modern atau ilmiah.
(1) Cara Tradisional atau Non Ilmiah.
Ada 10 cara tradisional yang digunakan yaitu :
(a) Cara Coba Salah (trial and error)
Cara ini dilakukan dengan mencoba-coba beberapa
kemungkinan. Bila kemungkinan tersebut tidak berhasil,
dicoba kemungkinan yang lain sampai berhasil.
(b) Secara Kebetulan.
Terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang
bersangkutan.
(c) Cara Kekuasaan atau Otoritas.
Pengetahuan dari hasil menerima pendapat yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa
terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
36
(d) Berdasarkan Pengalaman Pribadi.
Pengalaman seseorang dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan.
(e) Cara Akal Sehat.
Cara akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran.
(f) Kebenaran Melalui Wahyu.
Pengetahuan dari ajaran agama yang di yakini oleh
pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari
pengetahuan tersebut rasional atau tidak.
(g) Kebenaran Secara Intuitif.
Pengetahuan yang diperoleh seseorang hanya berdasarkan
intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.
(h) Melalui Jalan Pikiran.
Menggunakan penalaran untuk memperoleh pengetahuan.
Dengan berkembangnya jaman, cara berpikir manusia
juga berkembang.
(i) Induksi.
Proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari
pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.
(j) Deduksi.
Proses penarikan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan
umum ke khusus.
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
37
(2) Cara Modern Atau Ilmiah.
Cara untuk memperoleh pengetahuan dengan
mengadakan pengamatan langsung, kemudian hasil
pengamatan tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan
kemudian diambil kesimpulan umum. Dalam memperoleh
kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung,
dan membuat pencatatan terhadap semua fakta sehubungan
dengan objek yang diamatinya (Notoatmodjo, 2010).
2) Sikap.
a) Definisi Sikap.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup
pada seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo,
2007). Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak
secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap merupakan reaksi
atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Menurut Widayatun (2009), sikap adalah
keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui
pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah
terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang
berkaitan dengannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap
penting, pengaruh kebudayaan. media massa sebagai sarana
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
38
komunikasi, lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengaruh
faktor emosional.
b) Tingkatan Sikap.
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari berbagai tingkatan
yaitu :
1) Menerima (receiving).
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding).
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap. Kerena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang
menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing).
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga.
4) Bertanggung Jawab (responsible).
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
39
c) Struktur Sikap.
Struktur sikap terdiri atas tiga komponen menurut Azwar (2009)
yaitu:
1) Komponen Kognitif (cognitive).
Disebut juga komponen perceptual, yang berisi kepercayaan
yang berhubungan dengan persepsi individu terhadap objek
sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui, pandangan,
keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional,
dan informasi dari orang lain.
2) Komponen Afektif (komponen emosional).
Komponen ini menunjukkan dimensi emosional subjektif
individu terhadap objek sikap, baik bersikap positif (rasa
senang) maupun negatif (rasa tidak senang). Reaksi emosional
banyak dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai sesuatu
yang benar terhadap objek sikap tersebut.
3) Komponen konatif (komponen perilaku).
Komponen ini merupakan predisposisi atau kecenderungan
bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya.
d) Faktor Pembentukan Sikap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut
Azwar (2009) adalah:
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
40
1) Pengalaman Pribadi.
Sesuatu yang telah dan sedang kita alami akanikut membentuk
dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.
Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.
Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang
harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek
psikologis.
2) Kebudayaan.
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita
hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi
pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai
sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan
heteroseksual. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang
sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat
mungkin kita akan mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan
individualis yang mengutamakan kepentingan perorangan.
3) Orang Lain yang Dianggap Penting.
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara
komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang
yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan
persetujuannya bagi setiap gerak dan tingkah dan pendapat kita,
seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
41
berarti khusus bagi kita, akan banyak yang mempengaruhi
pembentukan sikap terhadap sesuatu. Diantara orang yang
biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang
yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat,
guru, teman kerja, istri atau suami dan lain-lain.
4) Media Masa.
Media masa sebagai sarana komunikasi. Berbagai bentuk media
seperti televise, radio, surat kabar, majalah dll, mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan
orang. Penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya. Media
masa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai
sesuatu hal yang memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
5) Institusi atau Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama.
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam
diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah
antar sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan
diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta
ajaran-ajarannya.
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
42
6) Faktor Emosi dalam Diri Individu.
Bentuk sikap tidak semuanya ditentukan oleh situasi
lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang,
suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi telah
hilang akan tetapi dapat pula merupakansikap yang lebih
persisten dan bertahan lama.
Selain dari faktor-faktor diatas yang mempengaruhi
sikap, menurut Walgito (2003) adalah faktor pengetahuan.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu
objek tertentu, individu mempuyai dorongan untuk mengerti,
dengan pengalamannya untuk memperoleh pengetahuan. Sikap
seseorang terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan
tersebut mengenai objek yang bersangkutan.
3) Persepsi tentang anak.
a) Pengertian Persepsi.
Persepsi menurut Kartono & Gulo (2000), adalah proses
dimana seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam
lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya,
pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi data
indera. Menurut Sobur (2009), persepsi merupakan bagian dari
keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
43
rangsangan diterapakan kepada manusia. Persepsi dan kognisi
diperlukan dalam semua kegiatan kehidupan.
Dengan demikian, persepsi dapat diartikan sebagai proses
diterimanya rangsangan melalui pancaindra yang didahului oleh
perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan dan
menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada di luar maupun
dalam diri individu (Sunaryo, 2004).
b) Macam-macam Persepsi.
Terdapat dua macam persepsi, yaitu external perception,
yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang
dari luar diri individu dan self perception, yaitu persepsi yang
terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam diri
individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri.
Dengan persepsi, individu dapat menyadari dan dapat mengerti
tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang
keadaan diri individu (Sunaryo, 2004).
c) Proses Persepsi.
Rasa dan nalar bukan merupakan bagaian yang perlu dari
situasi rangsangan tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan
individu yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan atau
terhadap satu bidang rangsangan sampai tingkat tertentu dianggap
dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya (Sobur, 2009).
Dalam proses persepsi terdapat 3 komponen utama yaitu:
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
44
(1) Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap
rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau
sedikit.
(2) Interpretasi (penafsiran), yaitu proses mengorganisasikan
informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang.
Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai factor seperti
pengalaman masa lalu, system nilai yang dianut, motivasi,
kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada
kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian
informasi yang di terimanya, yaitu proses mereduksi informasi
yang komplek menjadi sederhana.
(3) Interpretasi dan persepsi kemudian deterjemahkan dalam
bentuk tingkah laku sebagai reaksi yaitu bertindak sehubungan
dengan apa yang telah di serap yang terdiri dari reaksi
tersembunyi sebagai pendapat/sikap dan reaksi terbuka sebagai
tindakan yang nyata sehubungan dengan tindakan yang
tersembunyi (pembentukan kesan) (Sobur, 2009).
Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi. Dua faktor
menentukan seleksi rangsangan itu, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern (Sobur, 2009).
(1) Faktor Internal.
(a) Kebutuhan psikologis, kebutuhan psikologis seseorang
mempengaruhi persepsinya.
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
45
(b) Latar belakang, latar belakang mempengaruhi hal-hal yang
dipilih dalam persepsinya.
(c) Pengalaman, pengalaman mempersiapkan seseorang untuk
mencari orang-orang, hal-hal, dan gejala yang mungkin
serupa dengan pengalaman pribadinya.
(d) Kepribadian, kepribadian mempengaruhi persepsi,
seseorang yang intovert mungkin akan tertarik kepada
orang-orang yang sama sekali berbeda.
(e) Sikap dan kepercayaan umum, sikap dan kepercayaan
umum juga mempengaruhi persepsi.
(f) Penerimaan diri, penerimaan diri merupakan sifat penting
yang mempengaruhi persepsi. Beberapa telah
menunjukkan bahwa mereka yang lebih ikhlas menerima
kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu daripada
mereka yang kurang ikhlas menerima realitas dirinya.
(2) Faktor Eksternal.
Beberapa faktor yang dianggap penting pengaruhnya terhadap
seleksi rangsangan ialah:
(a) Intesitas, pada umumnya rangsangan yang lebih intensif
mendapatkan lebih banyak tanggapan daripada rangsangan
yang kurang intens.
(b) Ukuran, pada umumnya benda-benda yang lebih besar
lebih menarik perhatiannya.
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
46
(c) Kontras, hal lain yang biasa kita lihat akan cepat menarik
perhatian.
(d) Gerakan, hal-hal yang bergerak lebih menarik perhatian
dari pada hal-hal yang diam.
(e) Ulangan, hal-hal yang berulang dapat menarik perhatian.
Ulangan mempunyai nilai yang menarik perhatian selama
digunakan dengan hati-hati.
(f) Keakraban, hal-hal yang akrab atau dikenal lebih menarik
perhatian. Hal ini terutama jika hal tertentu tidak
diharapkan dalam rangka tertentu.
(g) Sesuatu yang baru bertentangan dengan faktor keakraban,
akan tetapi hal-hal baru juga menarik perhatian.
d) Nilai Anak.
Perkawinan dan anak merupakan hal yang berkaitan.
Keduanya saling memberi pengesahan satu lain, diamana salah satu
tujuan perkawinan adalah untuk memiliki anak (Woolet, 1991).
Anak juga merupakan salah satu alasan yang melatarbelakangi
pasangan untuk menikah (Turner & Helms, 1995). Woolet,
Phoenix, dan Lloyd (1991) menjelaskan nilai anak bagi orang tua
antara lain sebagai berikut:
1) Primary Group Ties.
Anak memberikan orangtua kesempatan untuk mengekspresikan
dan menerima afeksi, serta membangun hubungan yang kuat
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
47
dengan orang lain. Beberapa orang tua menekankan nilai anak
dalam memperkuat hubungan ayah ibu serta dengan kerabat
lainnya.
2) Enjoyment and Fun.
Anak dilihat sebagai pembawa kebahagiaan dan warna bagi
kehidupan orangtua
3) Expansion of Self.
Menjadi orangtua dapat dilihat sebagai satu suatu pertumbuhan,
sebagai hal yang dapat menambah arti bagi kehidupan,
memastikan kelanjutan sebagai orangtua.
4) Validation of Adult Status and Identity.
Menjadi orangtua dilihat sebagai kesatuan bagian dari sesorang,
mengizinkan sesorang untuk menerima dirinya sebagai orang
yang bertanggung jawab dan anggota yang dewasa dalam
komunitasnya.
5) Achievment and Creativity from Helping Children Grow.
Kuasa serta pengaruh orangtua atas anak dan prestige dari hal
yang telah dicapai anak merupakan hal yang berarti bagi orang
tua.
6) Contribution to Personal Development.
Memiliki anak membantu orang tua untuk menjadi tidak egois,
dan juga membantu untuk berkontribusi dalam lingkungan
masyarakat.
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
48
Alasan untuk memiliki anak menurut Campbell, dkk, Daniels &
Weingarten, dan Kaffman & manis dalam Martin (1987) adalah:
1) Peran sebagai orangtua terasa menantang (challenging),
memberikan kesempatan untuk mempelajari sejauh mana
kemampuan mereka.
2) Menjadi orangtua terkadang dipandang sebagai simbol status
orang dewasa (adult status).
3) Peran sebagai orangtua memberikan kesempatan untuk
membangun hubungan yang lebih dekat dengan orang lain.
4) Orangtua memiliki kesempatan yangunik untuk bertanggung
jawab terhadap pendidikan dan pengembangan seseorang dan
memperhatikan orang tersebut tumbuh dewasa.
5) Beberapa orang memiliki anak untuk meneruskan garis
keturunannya atau untuk memastikan bahwa sebagian dirinya
bertahan dalam generasi masa depan (future generations).
6) Anak bisa menjadi sumber kesenangan, kebanggaan dan
kebahagiaan.
Sedangkan menurut Duvall dan Miller (1985) alasan-alasan lainnya
mengapa seseorang menginginkan anak di dalam perkawinannya,
antara lain yaitu untuk mendapatkan cinta, untuk mendapatkan
kepuasan lewat cinta dan pengasuhan, untuk garis keturunan,
ekspresi orang dewasa, untuk mencapai tujuan personal, dan untuk
keamanan.
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
49
4) Agama.
Berikut ini kaidah-kaidah fiqiyah yang dapat dikemukan dalam
penemuan hukum dalam masalah MOW sebagai berikut :
1. Jika keadaan MOW merupakan sesuatu yang yang bersifat darurat
(emergency), hal ini berdasarkan kaidah :
ح المحظوراتيالضرورة تب
Keadaan darurat itu membolehkan hal-hal yang dilarang.
ح للضرورة بقدر تعذرهايمااب
Sesuatu yang diperbolehkan karena terpaksa, adalah menurut
kadar halangannya.
2. Jika dilihat bahwa MOW pada mulanya haram karena
pemandulan permanen, namun dengan perkembengan ilmu
penegtahuan dan tekhnologi, maka hukum MOW ditolerir,
dengan alasan kaidah :
دوري الحكم وعدما وجودا العلة مع
Hukum itu berputar bersama illatnya alasan yang menyebakan
adanya hukum atau tidak adanya.
ريتغ ريبتع األحكام واألحوال واألمكنة األزمنة
Hukum-hukum itu bisa berubah karena perubahan zaman, tempat
dan keadaan.
3. Di dalam Al-Quran dan Al-Hadis yang menjadi sumber pokok
hukum Islam dan yang menjadi pedoman hidup bagi umat islam,
tidak ada nash yang terang melarang ataupun yang
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
50
memerintahkan MOW secara eksplisit. Karena itu, hukumnya
harus dikebalikan kepada kaidah hukum Islam yang menyatakan :
اءياألش فى األصل احةياإل واألفعال دلي حتى ليالدل مهايتحر على
Pada dasarnya segala sesuatu dan perbuatan itu boleh sehingga
ada dalil yang menunjukan atas keharamannya.
4. Metode MOW baik yang dibolehkan ataupun secara bersyarat
oleh hukum islam dapat dilkukan dengan ketentuan tidak
membahayakan, namun jika dapat membahayakan keselamatan
manusia hukumnya dapat berbalik menjadi haram, oleh karenanya
setiap kemudharatan harus dihilangkan, sebagaimana kaidah yang
menyatakan:
المصالح وجلب المفاسد درء
Menghindari kerusakan dan mendatangkan kemaslahatan.
5. Jika MOW merupakan sesuatu yang harus ditempuh, guna untuk
mendapatkan kemudahan, maka kaidah yang berkenan dengan ini
adalah:
ريسيالت تجلب المشقة
Kesukaran itu menimbulkan adanya kemudahan.
زالي الضرر
Kemadlorotan itu harus dihilangkan.
6. Seorang dokter boleh mengerjakan profesi MOW bagi suami
isteri yang menginginkannya (butuh) jika jalan ini yang lebih
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
51
aman untuk melakukan KB, kaidah yang berkaitan dengan ini
yaitu :
تكان عامة الضرورة منزلة تنزل الحجة خاصة ام
Hajat (kebutuhan) itu menduduki kedudukan darurat, baik hajat
umum (semua orang) ataupun hajat khusus (satu golongan atau
perorangan).
7. Jika terdapat beberapa alat kontrasepsi yang dapat digunakan oleh
suami-isteri, namun salah satunya terdapat secara bersamaan dua
mafsadat atau lebih, maka harus diteliti mana yang lebih kecil
atau lebih ringan dari kedua mafsadat tersebut, sedangkan yang
lebih besar mafsadatnya ditinggalkan, dikerjakan yang lebih
ringan madlaratnya, kaiadah yang berkenaan dengan persoalan
vasektomi dan tubektomi, jika memang dengan metode ini
mudlaratnya yang lebih kecil, maka boleh mempegunakan
sterilisasi ini :
اخفها بارتكاب ضررا اعظمهما روعي مفسدتان تعارض إذا
Apabila dua mafsadah bertentangan, maka diperhatikan mana
yang lebih besar madlaratnya dengan dikerjakan yang lebih
ringan madlaratnya.
Dari arti kaidah-kaidah yang telah disebutkan di atas tadi
menunjukan bahwa kemadlaratan itu telah terjadi dan akan
terjadi, apabila demikian halnya wajib untuk dihilangkan. Dari
berbagai macam kaiadah ini dapat ditetapkan bahwa dalam
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
52
keadaan (sangat) terpaksa, maka seseorang diperkenankan
melakukan perbuatan yang dalam keadaan biasa terlarang, karena
apabila tidak demikian munkin akan menimbulkan suatu
kemadlaratan pada diri suami istri. jika tidak menempuh metode
vasektomi dan tubektomi (Masjfuk, 1986).
Jika memang MOW haram pada mulanya karena metode
ini membawa kemandulan permanen, kenyataannya karena
perubahan zaman, tempat dan kepentingan bahwa MOW tidak
lagi demikian halnya, tetapi bisa disambung kembali, sehingga
perubahan fatwa hukum suatu masalah bisa dimungkinkan,
karena illat hukum yang menjadi alasan hukum ijtihad itu telah
berubah, atau karena zaman, waktu dan situasi kondisinya yang
telah berubah pula (Masjfuk, 1986).
Dalam berbagai ayat dalam Al-Quran mengingatkan
kepada umat Islam agar harta dan anak-anaknya tidak menjadi
penghalang dalam beribadah kepada Allah SWT. Tidak jarang
ditemukan keluarga yang berantakan justru diakibatkan oleh
anak-anak mereka yang tidak terdidik, malah tanpa kualitas dan
moralitas. Apalagi jika jumlah anak itu banyak, bukan hanya
mengakibatkan kemelaratan dan kebobrokan keluarga, tetapi juga
dapat membawa kemurkaan Allah SWT di akhirat kelak
(Masjfuk, 1986).
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
53
Berdasarkan argument di atas, maka program KB dengan
menggunakan sterilisasi baik MOW sebagai salah program KB
perlu dilestarikan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
keluarga dan bangsa (Masjfuk, 1986).
Sebab dengan perubahan dan perkembangan zaman
ternyata MOW tidak lagi bersifat pemandulan abadi, melainkan
dapat dibuka dan disambung kembali secara aman, sehingga
memudahkan untuk mengontrol kehamilan bahkan dapat
direncanakan secara matang ketimbang memakai alat kontrasepsi
yang lain (Masjfuk, 1986).
Tentu kehadiran MOW ini sebagai alternatif bagi
pasangan suami isteri untuk melakukan KB, maka secara tidak
langsung telah membawa suatu perubahan mendasar dalam pola
pemikiran umat islam, paling tidak setiap klinik KB dilengkapi
dengan ahli tentang hukum Islam, maka program ini akan berjalan
secara lebih baik dan kualitas, tidak saja berkualitas di mata
manusia tetapi juga baik dan berkualitas di mata Allah SWT.
Sehingga penggunaan tenaga ahli Islam menambah nilai positif
untuk meningkatkan pelayanan program KB sesuai dengan cita-
cita hukum Islam. Sebab jika pelaksanaannya mengabaikan
hukum Islam, besar peluangnya untuk gagal diterapkan dalam
masyarakat islam.
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
54
Hikmahnya tentu dalam upaya yang bertujuan untuk
kemaslahatan manusia, seperti meningkatkan kesejahteraan dan
kebahagian hidup masyakarat, baik material maupun spiritual.
Sebab umat yang sedikit lebih baik daripada banyak tapi kurang
berkualitas, oleh karena itu program KB dengan metode ini salah
satu termasuk yang diperbolehkan dalam Islam setelah ditemukan
bahwa MOW tidak lagi pemandulan permanent, namun dapat
disambung ulang.
Di samping itu, terkadang alat kontrasepsi membawa side
effect terhadap wanita berupa pendarahan, rasa mal-mual,
kegemukan, dan sebagainya yang tentu akan sang isteri yang
sebagian kurang cocok dengan alat/cara kontrasepsi tertentu,
maka wajarlah salah satu hikmah diperbolehkan cara yang lain,
dimana sang suami berpartisipasi penuh memakai alat/cara
kontrasepsi tertentu dengan persetujuan isteri dengan cara
vesektomi karena ternyata tidak ada akibat sampingan bagi suami,
sebab sebagaimana yang diketahui bahwa vasektomi tidak
mengurangi gairah seks seorang laki-laki, masih tetap bisa ereksi,
ejakulasi dan merasakan nimatnya jima (sexsualitas pleasure),
bahkan sisi positifnya bisa menjadi potensialnya meningkat,
karena beban psisikologis hilang karena tidak khawatir lagi gagal
KB (Masjfuk, 1986).
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
55
b. Faktor Pendukung (enabling factor).
Mencakup berbagai ketrampilan dan sumber daya yang perlu
untuk melakukan berbagai ketrampilan dan sumber daya yang perlu
untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas
pelayanan kesehatan, keterjangkauan berbagai sumber daya, jarak, biaya,
ketersediaan transportasi, jam buka dan sebagainya.
1. Keikutsertaan Jaminan Persalinan (Jampersal).
a) Pengertian Jaminan Persalinan.
Jaminan Persalinan (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan
yang digunakan untuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan
persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca
persalianan dan pelayanan bayi baru lahir (Kemenkes RI, 2011).
b) Tujuan Jaminan Persalinan.
Pemerintah mempunyai program Jampersal, ini mempunyai
tujuan untuk menjamin akses pelayanan persalinan yang dilakukan
oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan angka kematian
ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Kematian ibu
diakibatkan beberapa faktor resiko keterlambatan, diantaranya
terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam
memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan
terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan
emergensi. Salah satu upaya pencegahannya adalah melakukan
persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
56
melalui kebijakan jaminan persalinan. Harapannya dengan program
jampersal ini dapat meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan,
pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan,
meningkatnya cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga
kesehatan, meningkatnya cakupan KB pasca persalinan,
meningkatnya cakupan penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir (Kemenkes RI, 2011).
c) Manfaat Jampersal Bagi Masyarakat.
Salah satunya yaitu biaya pelayanan kesehatan dijamin oleh
pemerintah, dalam hal ini ibu-ibu yang hendak melahirkan akan
mendapat pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
di fasilitas kesehatan dan bagi ibu pasca persalinan berhak
mendapatkan pelayanan KB. Manfaat Jampersal bagi tenaga
kesehatan yang tidak kalah pentingnya yaitu dapat mendukung
program pemerintah dalam rangka menurunkan angka kematian ibu
(AKI) dan angka kematian bayi (AKB) (Kemenkes RI, 2011).
d) Sasaran Jaminan Persalinan.
Sasaran Jampersal meliputi Ibu hamil, Ibu bersalin, Ibu nifas
sampai 42 hari pasca melahirkan, Bayi baru lahir sampai dengan
usia 28 hari (Kemenkes RI, 2011).
e) Ruang Lingkup Jaminan Persalinan.
Ada dua ruang lingkup jaminan persalinan yang dilakukan secara
terstruktur dan berjenjang berdasarkan rujukan, yaitu:
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
57
1) Pelayanan Persalinan Tingkat Pertama.
Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan berwenang
memberikan pelayanan pemeriksaan kehamilan, pertolongan
persalinan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan,
pelayanan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan
rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan,
nifas, dan bayi baru lahir) tingkat pertama. Jenis pelayanan
Jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi:
(a) Pemeriksaan kehamilan.
(b) Pertolongan persalinan normal .
(c) Pelayanan nifas, termasuk KB pasca persalinan.
(d) Pelayanan bayi baru lahir.
(e) Penanganan komplikasi pada kehamilan, persalinan, nifas,
dan bayi baru lahir.
(Kemenkes RI, 2011).
c. Faktor Pendorong (reinforcing factor).
Terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat, apakah pendorong itu positif atau negatif bergantung pada
sikap dan perilaku orang lain yang berkaitan, yang sebagian diantaranya
lebih mendorong daripada yang lain dalam mempengaruhi perilaku.
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
58
1. Konseling Petugas Kesehatan.
Pihak medis atau petugas KB perlu memberikan konseling
kepada calon akseptor tentang keuntungan dan kerugian jenis
kontrasepsi yang dipilih, mengetahui indikasi maupun kontra indikasi
dari tiap-tiap jenis kontrasepsi, mengetahui efek samping masing-
masing jenis kontrasepsi, serta memberikan pengertian tentang
pentingnya kerja sama suami-istri dalam program KB.
a) Pengertian.
Konseling merupakan salah satu bagian penting dalam
pelayanan kontrasepsi mantap. Tujuannya ialah untuk membantu
calon akseptor kontrasepsi mantap memperoleh informasi lebih
lanjut mengenai kontrasepsi mantap, dan pengertian yang lebih
baik. Konseling merupakan bagian dari pelayanan kontrasepsi
mantap secara menyeluruh, maka pelayanan konseling harus
diprogramkan dengan baik. Hal ini berarti pelayanan kontrasepsi
mantap tidak berhenti pada sebelum tindakan kontrasepsi mantap,
tetapi berlanjut pada saat tindakan dan sesudah tindakan
kontrasepsi mantap dilakukan (Wiknjosastro, 1989).
Gunarsa S (2000) merangkum pendapat beberapa ahli yang
mendefinisikan konseling sebagai berikut:
1) Roblis (1942) mengatakan bahwa konseling adalah hubungan
yang bebas dan berstruktur dengan cara membiarkan klien
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
59
memperoleh pengertian secara mandiri yang membibingnya
untuk menentukan langkah positif ke arah orientasi baru.
2) Pepinsky dan Pepinsky (1954) mengatakan bahwa konseling
merupakan interaksi yang:
(a) Terjadi antara 2 orang, yang satu disebut sebagai konselor
dan lainnya sebagai klien.
(b) Berlangsung dalam kerangka profesional.
(c) Diarahkan agar memungkinkan terjadinya perubahan perilaku
pada klien.
3) Smith (1955) mengatakan bahwa konseling adalah proses yang
terjadi dalam hubungan pribadi antara seseorang yang
mengalami kesulitan dengan seorang profesional terlatih
berpengalaman, dan pengalamannya mungkin dapat digunakan
untuk membantu orang lain sehingga mampu memecahkan
persoalan pribadinya.
4) Blocker (1966) mengatakan bahwa konseling adalah upaya
menolong sesorang agar menyadari berbagai reaksi pribadi
terhadap pengaruh perilaku lingkungan dan juga membantu
seseorang menjalin makna dari perilakunya. Konseling juga
membantu seseorang menjalin makna dari perilakunya.
Konseling juga membantu klien dalam membentuk dan
memperjelas rangkaian dari tujuan dan nilai-nilai untuk perilaku
selanjutnya.
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
60
5) Lewis (1970) mengatakan bahwa konseling adalah proses ketika
sesorang yang mengalami kesulitan (klien) dibantu untuk
merasakan dan selanjutnya
6) Elinsenberg (1983) mengatakan bahwa konseling menambah
kekuatan pada klien untuk menghadapi, mengikuti aktivitas
yang mengarah pada kemajuan dan untuk menentukan suatu
keputusan konseling sehingga membantu klien agar mampu
menguasai masalah yang sedang dan kelak akan dihadapi.
b) Tujuan Utama Konseling:
1) Menyediakan Fasilitas untuk Perubahan Perilaku.
Tujuan suatu konseling adalah melakukan perubahan paradigma
dan perilaku pada klien untuk menuju ke arah perubahan yang
memungkinkan klien dapat hidup lebih produktif dan menikmati
kepuasan hidup sesuai dengan pembatas-pembatas yang ada
dalam masyarakat. Tujuannya harus jelas, jadi perubahan
perilaku yang dikehendaki ialah perubahan dan selanjutnya
melakukan perubahan tersebut dengan bantuan dari konselor.
2) Meningkatkan Keterampilan untuk Menghadapi Sesuatu.
Dalam hal ini konselor akan membantu mengajarkan yang
seharusnya dan sebaiknya klien bersikap ketika menghadapi
masalah dan menyelesaikan masalah tersebut.
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
61
3) Meningkatkan Kemampuan dalam Menentukan Keputusan.
Konseling bertujuan membantu klien memperoleh informasi dan
penjelasan diluar pengaruh emosi dan ciri kepribadiannya yang
bisa mengganggu proses pengambilan keputusan. Selain itu juga
bertujuan untuk membantu seseorang belajar mengenai
keseluruhan proses pengambilan keputusan dari awal hingga
akhir, sehingga pada akhirnya dapat melakukannya sendiri.
4) Meningkatkan dalam Hubungan Antar Perorangan.
Sebagai makhluk sosial individu diharapkan mampu membina
hubungan yang harmonis dengan lingkungan sosialnya, sejak
kecil di sekolah, kemudian ketika dewasa dengan teman sebaya
dan rekan sepekerjaan atau seprofesi. Dalam keluarga,
kegagalan dalam hubungan antar perorangan adalah kegagalan
dalam penyelesaian diri, yang antara lain disebabkan oleh
kurang tepatnya individu dalam memandang atau menilai diri
sendiri atau kurangnya keterampilan dalam penyesuaian diri.
5) Menyediakan Fasilitas untuk Pengembangan Kemampuan
Klien.
Konseling berupaya memaksimalkan kebebasan pribadi sesuai
dengan kemungkinan dalam batas-batas yang diperoleh dari
dirinya sendiri atau lingkungannya. Konseling juga berupaya
untuk memaksimalkan efektivitas pribadi dengan cara
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
62
mengembangkan kemampuan penguasaan klien terhadap
lingkungan dan berbagai respon di dalam dirinya.
c) Tujuan Konseling Sebelum Tindakan Kontrasepsi Mantap:
1) Membantu suami istri untuk memilih salah satu cara
kontrasepsi yang paling baik digunakan.
2) Mengenal dan menghilangkan kesalah pahaman mengenai
kontrasepsi mantap.
3) Menjamin bahwa pilihan untuk memilih kontrasepsi mantap
adalah benar-benar sukarela tanpa paksaan.
4) Memberikan informasi mengenai tata cara pelaksanaan
kontrasepsi mantap (Wiknjosastro, 1989).
d) Tujuan Konseling Selama Tindakan Kontrasepsi Mantap:
1) Meningkatkan keyakinan dan membantu menenangkan calon
akseptor untuk mempermudah pelaksanaan kontrasepsi
mantap.
2) Menenangkan pasangan dan anggota keluarga lain yang ikut
mengantar atau menemani calon akseptor (Wiknjosastro,
1989).
e) Tujuan Konseling Sesudah Tindakan Kontrasepsi Mantap:
1) Menghilangkan kesalahpahaman mengenai tindakan
kontrasepsi mantap.
2) Membantu meningkatkan keyakinan dan penerimaan akseptor
terhadap pelayanan kontrasepsi mantap (Wiknjosastro, 1989).
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
63
f) Beberapa Faktor Penting dalam Konseling:
1) Konseling berhubungan dengan tujuan untuk membantu orang
lain menentukan pilihan dan tindakannya.
2) Dalam proses konseling terjadi proses belajar
3) Terjadi perubahan dan perkembangan kepribadian.
g) Ciri-ciri Konseling:
1) Konseling berkaitan dengan kegiatan mempengaruhi secara
sengaja agar terjadi perubahan perilaku pada sebagian dari
kepribadian klien.
2) Tujuan dari konseling adalah: untuk membuat kondisi yang
memudahkan terjadinya perubahan yang disengaja pada
sebagian diri klien.
3) Seperti halnya dalam semua hubungan, pada klien harus ada
pembatasan untuk hal-hal yang bersifat pribadi bagi konselor.
Hanya hal yang berhubungan dengan penyakit saja yang
dibahas.
4) Kondisi yang mempermudah terjadinya perubahan perilaku
diperoleh melalui wawancara.
5) Kegiatan mendengarkan harus ada pada konseling, tetapi tidak
semua konseling adalah mendengarkan.
6) Konselor harus memahami kliennya.
Konseling dilakukan dengan tertutup (privacy) dan diskusi bersifat
rahasia (confidential).
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
64
2. Peran Suami.
Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka
kewajiban suami terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta
mengertikan istri kepada kebenaran, kemudian membarinya nafkah
lahir batin, mempergauli serta menyantuni dengan baik (Harymawan,
2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan bahwa
suami adalah pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita
(istri) yg telah menikah. Suami adalah pasangan hidup istri (ayah dari
anak-anak), suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh
dalam suatu keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang
penting, dimana suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari
nafkah akan tetapi suami sebagai motivator dalam berbagai kebijakan
yang akan di putuskan termasuk merencanakan keluarga (Chaniago,
2002).
a) Peran Suami dalam Kesehatan Reproduksi .
Peran adalah perangkat tingkah yg diharapkan dimiliki oleh
orang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2008). Jadi yang
dimaksud dengan peran suami adalah perangkat tingkah yang
dimiliki oleh seorang lelaki yang telah menikah, baik dalam
fungsinya di keluarga maupun di masyarakat. Menurut BKKBN
(2007) Peran dan tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi
khususnya pada KB sangat berpengaruh terhadap kesehatan.
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
65
b) Peran Suami Sebagai Motivator.
Dalam melaksanakan KB, dukungan suami sangat
diperlukan. Seperti diketahui bahwa di Indonesia, keputusan suami
dalam mengizinkan istri adalah pedoman penting bagi si istri untuk
menggunakan alat kontrasepsi. Bila suami tidak mengizinkan atau
mendukung, hanya sedikit istri yang berani untuk tetap memasang
alat kontrasepsi tersebut. Dukungan suami sangat berpengaruh
besar dalam pengambilan keputusan menggunakan atau tidak dan
metode apa yang akan dipakai.
c) Peran Suami Sebagai Edukator.
Selain peran penting dalam mendukung mengambil
keputusan, peran suami dalam memberikan informasi juga sangat
berpengaruh bagi istri. Peran seperti ikut pada saat konsultasi pada
tenaga kesehatan saat istri akan memakai alat kontrasepsi,
mengingatkan istri jadwal minum obat atau jadwal untuk kontrol,
mengingatkan istri hal yang tidak boleh dilakukan saat memakai
alat kontrasepsi dan sebagainya akan sangat berperan bagi isri saat
akan atau telah memakai alat kontrasepsi. Besarnya peran suami
akan sangat membantunya dan suami akan semakin menyadari
bahwa masalah kesehatan reproduksi bukan hanya urusan wanita
(istri) saja.
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
66
d) Peran Suami Sebagai Fasilitator.
Peran lain suami adalah memfasilitasi (sebagai orang yang
menyediakan fasilitas), memberi semua kebutuhan istri saat akan
memeriksakan masalah kesehatan reproduksinya. Hal ini dapat
terlihat saat suami menyediakan waktu untuk mendampingi istri
memasang alat kontasepsi atau kontrol, suami bersedia
memberikan biaya khusus untuk memasang alat kontrasepsi, dan
membantu istri menentukan tempat pelayanan atau tenaga
kesehatan yang sesuai.
e) Peran Suami dalam Keluarga Berencana.
Menurut BKKBN (2007) peran atau partisipasi suami dalam KB
antara lain menyangkut:
1) Pemakaian alat kontrasepsi.
2) Tempat mendapatkan pelayanan.
3) Lama pemakaian.
4) Efek samping dari penggunaan kontrasepsi.
5) Siapa yang harus menggunakan kontrasepsi.
Partisipasi suami dalam kesehatan reproduksi adalah
tanggung jawab suami dalam kesehatan reproduksi terutama dalam
pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan anak,
serta berperilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, istri,
dan keluarganya. Bentuk dukungan suami terhadap istri dalam
menggunakan alat kontrasepsi meliputi:
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
67
1) Memilih kontrasepsi yang cocok, yaitu kontrasepsi yang sesuai
dengan keinginan dan kondisi istrinya.
2) Membantu istrinya dalam menggunakan kontrasepsi secara
benar seperti mengingatkan saat minum pil KB.
3) Membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping
maupun komplikasi dari pemakaian alat kontraspsi.
4) Mengantar istri ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol
atau rujukan.
5) Mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini
terbukti tidak memuaskan.
6) Membantu menghitung waktu subur, apabila menggunakan
metode pantang berkala.
7) Menggunakan kontrasepsi bila keadaan kesehatan istri tidak
memungkinkan.
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
68
B. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas, maka dapat
disimpulkan beberapa teori yang mendukung penelitian ini. Penelitian ini
menggunakan variabel-variabel yang dikategorikan dan disusun berdasarkan
kerangka teori PRECEDE. Lawrence green (1980) yang membedakan adanya
dua determinan masalah kesehatan, yakni behavior factors (faktor perilaku)
dan non-behavior factors (faktor non-perilaku). Faktor perilaku tersebut
ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu:
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara
lain tingkat pengetahuan, sikap, persepsi tentang anak dan agama.
2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors) adalah faktor yang
memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan, merupakan sarana
dan prasarana dan kebijakan pemerintah (keikutsertaan jampersal).
3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Antara lain sikap dan
perilaku petugas kesehatan, keluarga, teman, tokoh masyarakat (konseling
petugas kesehatan dan peran suami) (Hikmawati, 2011).
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
69
Kerangka Teori
* Sebagai faktor yang akan diteliti
Gambar 2.1
Sumber: Teori PRECEDE Lawrence Green (1980) dalam Hikmawati (2011).
Faktor Predisposisi: 1. Tingkat pengetahuan* 2. Sikap* 3. Persepsi tentang anak* 4. Agama*
Faktor pendukung: 1. Paparan informasi KB 2. Kemudahan untuk
mencapai sumber daya* 3. Kebijakan pemerintah
(jampersal)*
Faktor pendorong: Sikap dan perilaku petugas kesehatan: 1. Konseling petugas
kesehatan* 2. Peran suami*
Pemilihan kontrasepsi
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
70
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
perilaku Lawrence Green (1980) dalam Hikmawati (2011). Variabel yang akan
diteliti meliputi variabel independen yang menggunakan
a. Faktor predisposisi: pengetahuan, sikap, persepsi nilai anak, dan agama.
b. Faktor pendukung: keikutsertaan jampersal.
c. Faktor pendorong: konseling petugas kesehatan, dan peran suami.
Sedangkan variabel dependennya adalah pemilihan kontrasepsi. Untuk lebih
jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2
Kerangka Konsep Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan MOW
Tingkat pengetahuan
Sikap
Persepsi tentang anak
Konseling petugas
Keikutsertaan jampersal
Agama
Peran suami
Pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan: MOW Non MOW
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
71
D. Hipotesis
1. Ada pengaruh faktor predisposisi tingkat pengetahuan terhadap pemilihan
kontrasepsi MOW.
2. Ada pengaruh faktor predisposisi sikap terhadap pemilihan kontrasepsi
MOW
3. Ada pengaruh faktor predisposisi persepsi tentang anak terhadap pemilihan
kontrasepsi MOW.
4. Ada pengaruh faktor predisposisi agama terhadap pemilihan kontrasepsi
MOW.
5. Ada pengaruh faktor pendukung keikutsertaan jampersal terhadap pemilihan
kontrasepsi MOW.
6. Ada pengaruh faktor pendorong konseling petugas kesehatan terhadap
pemilihan kontrasepsi MOW.
7. Ada pengaruh faktor pendorong peran suami terhadap pemilihan kontrasepsi
MOW.
8. Faktor pendukung keikutsertaan jampersal merupakan faktor yang paling
dominan berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi MOW.
Faktor-Faktor Yang...,Widya Gita Yuliani, Fakultas Ilmu nKesehatan UMP, 2017
Top Related