BAB II
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS
A. DEFINISI
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-
resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal).
(Adhi Juanda,2005.Ilmu Penyakit Kulit)
DERMATITIS lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul
dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan
pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti
tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas
menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam
beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang
muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada
berbeda.
B. KLASIFIKASI DERMATITIS
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan
gejala berbeda:
1.Contact Dermatitis
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang
menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005 Ilmu Penyakit Kulit)
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun
yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit
memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol yang
meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau
alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya
bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
2.Neurodermatitis
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis
kulit tampak lebih menonjol(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan
atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik.
(Adhi Djuanda,2005. Ilmu Penyakit Kulit)
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan
dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian
ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk
menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki,
pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.
3.Seborrheic Dermatitis
Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua
alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor
keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang menderita
penyakit saraf seperti Parkinson.
4.Stasis Dermatitis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau hipertensi
vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005.Ilmu Penyakit Dalam). Yang muncul dengan
adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi
memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi
cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi
penyebab.
5.Atopic Dermatitis
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anaka, sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita(D.A,
rinitis alergik, atau asma bronkial).kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian
mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan(fleksural).
(Adhi Djuanda,2005. Ilmu Penyakit Kulit)
Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah.
Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul saat
alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota keluarga memiliki
asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat
keparahannya selama masa kecil dan dewasa.
C. ETIOLOGI
Penyebab Dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
(contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam(endogen), misalnya dermatitis atopik.
(Adhi Djuanda,2005. Ilmu Penyakit Kulit)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat
menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab
berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim
menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin
mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul
karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan
terasa panas saat disentuh dan .Selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan
tubuhnya tidak bagus. Segera periksa ke dokter jika kita mengalami selulit dan eksim.
(Arif Mutaaqqin, 2006. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen)
D. PATHWAY DERMATITIS
( terlampir)
(Arif Mutaaqqin, 2006. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen)
PATOFISIOLOGI
1. Dermatitis Kontak
Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat yang berkontak
dengan kulit yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik.
Dermaitis Kontak Iritan :
Kulit berkontak dengan zat iritan dalam waktu dan konsentrasi cukup, umumnya
berbatas relatif tegas. Paparan ulang akan menyebabkan proses menjadi kronik
dan kulit menebal disebut skin hardering.
Dermatitis Kontak Alergik :
Batas tak tegas. Proses yang mendasarinya ialah reaksi hipersensitivitas.
Lokalisasi daerah terpapar, tapi tidak tertutup kemungkinan di daerah lain.
2. Dermatitis Atopik
Bersifat kronis dengan eksaserbasi akut, dapat terjadi infeksi sekunder. Riwayat
stigmata atopik pada penderita atau keluarganya.
3. Dermatitis Numularis
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan
diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas,
bila kering membentuk krusta. bagian tubuh
4. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan
melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler
masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama
berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit
dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi
hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama,
edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam.
5. Dermatitis Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering,
basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.Tempat
kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal,
ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum.Pada kulit kepala terdapat
skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila basah disebutpytiriasis steatoides
disertai kerontokan rambut. Lesi dapat menjalar ke dahi, belakang telinga,
tengkuk, serta oozing (membasah), da menjadi nkeadaan eksfoliatif generalisata.
Pada bayi dapat terjadi eritroderma deskuamativa atau disebut penyakit Leiner.
(Adhi Djuanda,2005. Ilmu Penyakit Kulit)
E. MANIFESTASI KLINIK
Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti
dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau
pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa).Obyektif, biasanya batas
kelainan tidak tgas an terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul scara serentak atau
beturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema.Edema sangat jelas pada klit yang
longgar misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genetelia eksterna .Infiltrasi
biasanya terdiri atas papul.
Dermatitis madidans (basah) berarti terdapat eksudasi. Disana-sini terdapat
sumber dermatitis, artinya terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang
kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika disertai
infeksi.Dermatitis sika (kering) berarti tiak madidans bila gelembung-gelumbung
mongering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti
dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.Pada stadium tersebut terjadi deskuamasi,
artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai sekuele
telihat hiperpigmentai tau hipopigmentasi. (Arif Mutaaqqin, 2006. Asuhan Keperawatan
Gangguan Sistem Integumen)
E. KOMPLIKASI
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Infeksi sekunder
(Arif Mutaaqqin, 2006. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kultur virus.
2. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,
globulin
3. Urin : pemerikasaan histopatologi. (Arif Mutaaqqin, 2006. Asuhan Keperawatan
Gangguan Sistem Integumen).
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pengobatan Topikal
Pengobatan topikal merupakan merupakan golongan azol dapat dikombinasikan
dengan regimen desonide (satu dosis per hari secara dua minggu) untuk terapi
dermatitis pada wajah. Dapat juga diberikan salep yang mengandung asam salisil
2%, sulfur 4%. Pada bayi dapat diberikan asam salisil 3-5%.
2. Pengobatan sistemik
Dapat diberikan antihistamin ataupun sedatif.pemberian dosis rendah dari terapi oral
bromidal dapat membantu penyembuhan. Terapi oral yang menggunakan dosis
rendah dari preparat hemopoetik yang mengandung potasium bromida, sodium
bromida, nikel sulfatt, dan sodiumclorida dapat memberikan perubahan yang berrti
dalam penyembuhan DS dan setelah pengunaan 10 minggu. Pada keadaan yang berat
dapat diberikan kortikosteroid sistemik, dosis prenidsolan 20-30 mg sehari, jika ada
perbaikan, dosis diturunkan perlahan kalau ada infeksi sekunder dapat diberikan
antibiotik.
(Arif Mutaaqqin, 2006. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen)
H. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI
I. PENGKAJIAN.
a. Identitas Pasien.
b. Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
c. Riwayat Kesehatan.
1. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama
dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
2. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
3. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
4. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress
yang berkepanjangan.
5. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah
pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengeluh gatal setelah setiap habis
mencuci pakaian dengan detergen
1. Terlihat kemerahan pada kulit klien
Data Tambahan
Data Subjektif Data Objektif
1. Kemungkinan klien mengeluh nyeri
2. Kemungkinan klien mengeluh pola
tidurnya tidak efektif
3. Kemungkinan klien merasa cemas
terhadap kondisi penyakitnya
4. Kemunkinan klien tidak mengerti tentang
penyakitnya
5. Kemungkinan klien mengeluh tidak
1. Kemungkinan ditemukan pruritus pada
kulit klien
2. Pada saat pemeriksaan fisik
kemungkinan ditemukan adanya tanda-
tanda infeksi
3. Kemungkinan ditemukannya adanya lesi
yang terlokalisir pada kulit klien
percaya diri
6. Kemungkinan klien tidak tahu resiko
penyebaran infeksi
4. Kemungkinan ditemukan adanya eritema
5. Kemungkinan ditemukan adanya edema
pada muka terutama pada palpebra dan
bibir
6. Kemungkinan ditemukan pertahanan
tubuh klien tidak adekuat ditandai
dengan kerusakan integritas kulit
7. Kemungkinan ditemukan adanya factor
predisposisi genetic pada keluarga klien
8. Kemungkinan klien tampak gelisah
9. Kemungkinan klien tidak mempunyai
pengetahuan yang cukup untuk
menghindari pemajanan pathogen.
ANALISA DATA
Data Masalah Etiologi
DS :
Klien mengeluh gatal
setelah setiap habis
mencuci pakaian dengan
detergen.
DO :
1. Terlihat kemerahan pada
kulit klien
2. Kemungkinan ditemukan
pruritus pada kulit klien
3. Pada saat pemeriksaan
fisik kemungkinan
ditemukan adanya tanda-
tanda infeksi
Gangguan integritas kulit Reaksi inflamasi yang
ditandati dengan kulit yang
tampak kemerahan yang
disertai rasa gatal
4. Kemungkinan
ditemukannya adanya
lesi yang terlokalisir
pada kulit klien
5. Kemungkinan ditemukan
adanya eritema
6. Kemungkinan ditemukan
adanya edema pada
muka terutama pada
palpebra dan bibir
DS :
1. Kemungkinan klien
merasa cemas terhadap
kondisi penyakitnya
2. Kemungkinan klien tidak
tahu resiko penyebaran
infeksi
DO :
1. Kemungkinan klien
tampak gelisah
2. Kemungkinan klien tidak
mempunyai pengetahuan
yang cukup untuk
menghindari pemajanan
pathogen.
Kecemasan Kondisi penyakit, kerusakan
luas pada jaringan kulit.
DS :
Kemungkinan klien tidak
mengerti tentang
penyakitnya
Resiko tinggi serangan
penyakit
Predisposisi genetik,
perubahan hormon, status
nutrisi, infeksi, serta stres
emosional.
DO :
1. Kemungkinan ditemukan
adanya factor
predisposisi genetic pada
keluarga klien
2. Kemungkinan ditemukan
pertahanan tubuh klien
tidak adekuat ditandai
dengan kerusakan
integritas kulit
3. Kemungkinan klien
tampak gelisah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan reaksi inflamasi
2. Kecemasan berhubungan dengan kondisi penyakit, kerusakan luas pada jaringan
kulit.
3. Resiko tinggi serangan penyakit berulang berhubungan dengan predisposisi genetik,
perubahan hormon, status nutrisi, infeksi, serta stres emosional.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan reaksi inflamasi
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan reaksi inflamasi
INTERVENSI RASIONAL
tingkatkan asupan nutrisi diet TKTP diperlukan untuk meningkatkan
asupan dari kebutuhan pertumbahan
jaringan.
evaluasi kerusakan jarinan dan
perkembangan pertumbuhan jaringan
apabila masih belum mencapai kriteria
evaluasi 5x24 jam maka perlu dikaji ulang
faktor-faktor penghambat pertumbuhan dan
perbaikan dari lesi.
lakukan intervensi untuk mencegah
komplikasi
perawatan ditempat khusus untuk
mencegah infeksi. Monitor dan evaluasi
adanya tanda dan gejala komplikasi.
Pemantauan yang ketat terhadap TTV dan
pencatatan setiap perubahan yang serius
pada fungsi respiratorius, renal, atau
gastrointestinal dapatt mendeteksi dengan
cepat dimulainya suatu infeksi.
kolaborasi untuk pemberian kortikosteroid kolaborasi pemberian glukokortikoid
misalnya methil prednisolon 80-120mg per
oral ( 1,5 – 2 mg/ kg/BB/ hari).
kolaborasi untuk pemberian antibiotik pemberian antibiotik untuk infeksi dengan
sebaiknya antibiotik yang diberikan
berdasarkan hasil kultur kulit, mukosa, dan
sputum. Dapat dipakai injeksi gentamisin
2-3x 80 mg IV (1-1,5mg/KgBB) setiap
pemberian.
2. Kecemasan berhubungan dengan kondisi penyakit, kerusakan luas pada jaringan kulit.
kriteria hasil
pasien mengatakan kecemasan berkurang mengenal perasaannya dapat mengidentifikasi
penyebab atau faktor yang mempengaruhinya, koperatif terhadap tindakan wajsrielaks
intervensi Rasional
kaji tanda verbal dan non verbal
kecemasan, dampingi pasien dan lakukan
tindakan bila menunjukan prilaku merusak.
reaksi verbal atau non verbal dapat
menunjukan rasa agitasi, marah dan
gelisah.
hindari konfrontasi konfrontasi dapatt meningkatkan rasa
marah, menurunkan kerjasama dan
mungkin memperlambat pertumbuhan
mulai melakukan tindakan untuk
mengurangi kecemasan. Beri lingkungan
yang tenanng dan suasana penuh istirahat.
mengurangi rangsangan eksternal yang
tidak perlu.
Orientasikan pasien terhadap prosedur rutin
dan aktivittas yang diharapkan.
orientasi dapat menurunkan kecemasan.
beri kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan ansietasnya.
dapat menghilangkan ketegangan terhadap
kekhawatiran yang tidak di ekspresikan.
berikan privasi untuk pasien dan orang
terdekat
memberi waktu untuk mengekspresikan
perasaan, menghilangkan cemas, dan
perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan
teman-teman yang dipilih pasien melayani
aktivitas dan pengalihan (misalnya:
membaca) akan menurunkan perasaan
terisolasi.
koaborasi
- Berikan anti cemas sesuai indikasi
contohnya diazepam.
meningkatkan relaksasi dan menurunkan
kecemasan.
3.Resiko tinggi serangan penyakit berulang berhubungan dengan predisposisi genetik,
perubahan hormon, status nutrisi, infeksi, serta stres emosional.
Resiko tinggi serangan penyakit berulang berhubungan dengan predisposisi genetik,
perubahan hormon, status nutrisi, infeksi, serta stres emosional.
Tujuan : terjadi penurunan resiko serangan penyakit berulang
Kriteria Hasil :
- Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan untuk
menurunkan serangan penyakit berulang.
- Mengenal perubahan gaya hidup/tingkah laku untuk mencegah terjadinya serangan
penyakit berulang.
- Secara subjektif menyatakan motivasi yang kuat untuk menurunkan resiko.
INTERVENSI RASIONAL
Beritahu pasien / orang terdekat mengenai
dosis, aturan dan efek pengobatan, diet
yang dianjurkan, dan pembatasan aktivitas
yang dapat dilakukan.
informasi dibutuhkan untuk meningkatkan
perawatan diri, menambah kejelasan
efektivitas pengobatan dan mencegah
komplikasi.
Untuk menghindari inffeksi sekunder. pasien dan orang tua harus menjaga kondisi
kulit dan menjaga lipatan kulit agar tetap
bersih dan kering.
Berikan dukungan. dukungan positif akan memberikan
dukungan motivasi pada pasien dan orang
untuk meningkatkan upaya dalam
menurunkan resiko serangan penyakit
berulang.
DAFTAR PUSTAKA
(Adhi Juanda,2005.Ilmu Penyakit Kulit)