PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH January 16th, 2013Teknik0 Comments
Teori Dasar
Dinding penahan tanah gravitasi umumnya di buat dari pasangan batu. Perencanaan dinding penahan dilakukan
dengan metode “coba-coba/trial and error” untuk memperoleh ukuran yang paling ekonomis. Prosedur
perencanaan dilakukan berdasarkan analisa terhadap gaya-gaya yang bekerja pada dinding penahan tanah
tersebut. Dinding juga harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada tegangan tarik pada tiap titik
pada dinding untuk setiap kondisi pembebanan
Tiap tiap potongan dinding horisontal akan menerima gaya-gaya seperti terlihat pada Gambar 1.1 dibawah.
a. Gaya vertikal akibat berat sendiri dinding penahan tanah
b. Gaya luar yang bekerja pada dinding penahan tanah
c. Gaya akibat tekanan tanah aktif
d. Gaya akibat tekanan tanah pasif
AnalisIS Yang Diperlukan
Pada perencanaan dinding penahan tanah, beberapa analisisyang harus dilakukan adalah:
1. Analisis kestabilan terhadap guling
2. Analisis ketahanan terhadap geser
3. Analisis kapasitas daya dukung tanah pada dasar dinding penahan
4. Analisis tegangan dalam dinding penahan tanah
5. Analisis penurunan
6. Analisis stabilitas secara umum
Gambar 1.1 Tegangan pada Dinding atau Kepala Jembatan Tipe Gravitasi
Kestabilan Terhadap Guling
Kestabilan struktur terhadap kemungkinan terguling dihitung dengan persamaan berikut :
SMO = jumlah dari momen-momen yang menyebabkan struktur terguling dengan titik pusat putaran di
titik O. SMO disebabkan oleh tekanan tanah aktif yang bekerja pada elevasi H/3.
SMR = jumlah dari momen-momen yang mencegah struktur terguling dengan titik pusat putaran di titik
O. SMR merupakan momen-momen yang disebabkan oleh gaya vertikal dari struktur dan berat tanah
diatas struktur.
Berdasarkan Peraturan Teknik Jembatan Bagian 2.8, nilai minimum dari angka keamanan terhadap geser yang
digunakan dalam perencanaan adalah 2.2
Ketahanan Terhadap Geser
Ketahanan struktur terhadap kemungkinan struktur bergeser dihitung berdasarkan persamaan berikut
SFD = jumlah dari gaya-gaya horizontal yang menyebabkan stuktur bergeser. SFD disebabkan oleh tekanan
tanah aktif yang bekerja pada struktur
SFR = jumlah gaya gaya horizontal yang mencegah struktur bergeser. SFR merupakan gaya gaya
penahan yang disebabkan oleh tahanan gesek dari struktur dengan tanah serta tahanan yang
disebabkan oleh kohesi tanah.
Berdasarkan Peraturan Teknik Jembatan Bagian 4.4.4, nilai f2 biasanya diambil sama dengan f tanah dasar
untuk beton pondasi yang dicor ditempat dan 2/3 dari nilai f tanah dasar untuk pondasi beton pracetak dengan
permukaan halus. Sedangkan nilai c2 biasanya diambil 0.4 dari nilai c (kohesi) tanah dasar.
Berdasarkan Peraturan Teknik Jembatan Bagian 2.8, nilai minimum dari angka Keamanam terhadap guling yang
digunakan dalam perencanaan adalah 2.2.
Daya Dukung Ijin dari Tanah
Tekanan yang disebabkan oleh gaya-gaya yang terjadi pada dinding penah ke tanah harus dipastikan lebih kecil
dari daya dukung ijin tanah. Penentuan daya dukung ijin pada dasar dinding penahan/abutmen dilakukan seperti
dalam perencanaan pondasi dangkal.
Hal pertama yang perlu diperiksa adalah eksentrisitas dari gaya-gaya ke pondasi yang dihitung dengan rumus
berikut
Tekanan ke tanah dihitung dengan rumus :
Jika nilai eks > B/6 maka nilai qmin akan lebih kecil dari 0. Hal tersebut adalah sesuatu yang tidak diharapkan.
Jika hal ini terjadi maka lebar dinding penahan B perlu di perbesar.
Angka keamanan terhadap tekanan maksimum ke tanah dasar dihitung dengan rumus
Nilai minimum dari angka keamanan terhadap daya dukung yang biasa digunakan dalam perencanaan adalah 3.
Tegangan Tarik pada Dinding Pasangan Batu
Prinsip yang digunakan untuk menentukan besarnya tegangan pada dinding pasangan batu sama seperti
menentukan tegangan pada tanah dasar dimana tegangan pada bidang horisontal dihitung dengan rumus :
Berdasarkan Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, dinding pasangan batu dianggap aman jika tegangan
minimum pada suatu bidang horizontal lebih besar atau sama dengan nol.
Tekanan Tanah Lateral
Besarnya tekanan tanah dalam arah lateral ditentukan oleh:
1. Besarnya koefisien tekanan tanah aktif, pasif dan keadaan diam
2. Besarnya kohesi tanah
3. Besarnya beban yang bekerja pada permukaan tanah timbunan
Tekanan Tanah Aktif , Pasif, dan Keadaan Diam
Tekanan tanah lateral dalam keadaan aktif terjadi apabila tanah bergerak menekan misalnya pada dinding
penahan tanah sehingga dinding penahan tanah bergerak menjauhi tanah di belakangnya.
Tekanan tanah lateral dalam keadaan pasif terjadi pada tanah yang berada didepan dinding penahan tanah
karena dinding menekan dinding tanah tersebut.
Tekanan tanah lateral dalam keadaan diam adalah tekanan lateral yang ada dalam tanah yang tidak disebabkan
oleh adanya dorongan lateral.
Dalam menganalisa tekanan tanah aktif dan pasif ada 2 pendekatan yang umum digunakan yaitu Teori Coulomb
dan Teori Rankine. Perbedaan utama antara Teori Rankine dan Teori Coulomb diilustrasikan pada Gambar 1.2
di bawah ini.
Gambar 1.2. Bidang Keruntuhan Menurut Rankine dan Coulomb
Jika garis keruntuhan tidak terganggu oleh keberadaan dinding, maka pendekatan Rankine bisa digunakan.
Pada Gambar 1.2 kiri, tumit yang terletak di dasar kantilever menyebabkan garis keruntuhan tidak mengganggu
dinding, sehingga pendekatan Rankine bisa digunakan. Sementara pada Gambar 1.2 kanan, teori Rankine tidak
bisa digunakan karena garis keruntuhan mengenai dinding penahan tersebut.
Tekanan tanah aktif dan pasif dihitung dengan rumus dibawah ini :
Ka dan Kp adalah koefisien tekanan tanah Aktif dan Pasif, c adalah kohesi tanah dan q adalah beban merata
diatas permukaan tanah (surcharge)
Teori Rankine Untuk Tanah Non-Kohesif
Koefisien Tekanan Tanah Aktif dan Pasif (Ka dan Kp) untuk tanah non-kohesif menurut pendekatan dari Rankine
dihitung dengan rumus dibawah ini :
Bidang keruntuhan serta besarnya gaya tekan aktif Rankine untuk tanah non-kohesif dapat dilihat pada Gambar
1.3 dibawah.
Gambar 1.3. Pola Keruntuhan Rankine untuk Tanah Non-Kohesif
Teori Coulomb Untuk Tanah Non-Kohesif
Menurut teori Coulomb, koefisien tekanan tanah Ka dan Kp untuk tanah non-kohesif dihitung dengan rumus
f = sudut gesek dalam dari tanah
w = kemiringan timbunan tanah terhadap bidang horisontal
d = sudut geser dinding-tanah biasanya dimabil 2/3 f s/d 1.0f
b = kemiringan dinding terhadap bidang vertikal
Diagram bidang keruntuhan dan juga gaya tekan aktif untuk tanah non-kohesif menurut teori Coulomb dapat
dilihat pada Gambar 1.4
Gambar 1.4. Pola Keruntuhan Coulomb untuk Tanah Non-Kohesif
Pengaruh Kohesi Tanah
Dari persamaan (1.8), persamaan (1.9) dan persamaan (1.10), terlihat bahwa tekanan aktif pada dinding
penahan adalah disebabkan oleh tekanan aktif tanah dikurangi dengan pengaruh kohesi tanah. Kohesi tanah
akan menyebabkan terjadinya tekanan tanah yang bernilai negatif. Hal ini tidak terjadi di lapangan sehingga
sebagai konsekuensinya pada daerah dengan tekanan tanah aktif lebih kecil dari nol, besarnya tekanan tanah
aktif yang yang terjadi akan sama dengan 0. Kedalalaman lapisan dimana tekanan tanah aktif mempunyai nilai
lebih kecil dari 0 disebut kedalaman retak Zc, dan dihitung dengan rumus dibawah ini.
Pola keruntuhan menurut teori Rankine dan Coulomb untuk tanah kohesif dapat dilihat pada Gambar 1.5 dan
Gambar 1.6 di bawah.
Gambar 1.5. Pola Keruntuhan Rankine untuk Tanah Kohesif
Gambar 1.6. Pola Keruntuhan Coulomb untuk Tanah Kohesif
Koefisien Tekanan Tanah Dalam Keadaaan Diam
Dalam perencanaan dinding penahan tanah atau abutmen yang memperhitungkan pengaruh tahanan pasif daru
tanah, tekanan tanah pasif dibatasi sampai tekanan pada kondisi diam. Koefisien tekanan tanah pasif pada
kondisi diam dihitung dengan rumus berikut.
Beban Gempa Pada Struktur PENAHAN TANAH
Pengaruh beban gempa pada dinding penahan tanah dapat diperhitungkan dengan menggunakan analisa statik
ekivalen. Dalam analis statik ekivalen, beban gempa dihitung dengan persamaan berikut.
TEQ = Gaya geser dasar total dalam arah yang ditinjau (kN)
Kh = Koefisien beban gempa horizontal
C = Koefisien gempa dasar untuk daerah, waktu, dan kondisi setempat yang sesuai.
I = Faktor Keutamaan
Wr = Berat total nominal bangunan yang mempengaruhi percepatan gempa, diambil sebagai beban
mati tambahan
Koefisien Gempa Dasar “C”
Nilai Koefisien Gempa dasar “C” diperoleh dari kurva respon spektra pada Gambar 1.8, sesuai dengan daerah
gempa, tipe tanah dibawah permukaan, dan waktu getar alami dari struktur tersebut. Daerah gempa di Indonesia
dibagi menjadi 6 wilayah gempa/zona. Kondisi tanah dibawah permukaan untuk setiap wilayah gempa dibagi
menjadi 3 jenis yaitu tanah Teguh, tanah Sedang dan tanah Lunak. Masing-masing wilayah gempa/zona
mempunyai kurva respon spektra gempa untuk setiap kondisi tanah yang diperlihatkan pada Gambar 1.8.
Gambar 1.7. Peta Daerah Gempa untuk Koefisien Gempa Dasar
Untuk menentukan tipe tanah dalam memilih kurva respon spektra yang akan digunakan dapat digunakan Table
1.1.
Tabel 1.1 Kondisi Tanah untuk Koefisien Geser Dasar
Tipe tanah Kedalaman
Batuan
Tanah Teguh Tanah sedang
Tanah Lunak
Untuk seluruh jenis tanah
£ 3 meter
> 3 m sampai 25 m
> 25 meter
Untuk tanah kohesif dengan kekuatan geser undrained rata-rata tidak melebihi 50 kg
£ 6 meter
> 6 m sampai 25 m
> 25 meter
Pada tempat dimana hamparan tanah salah satunya mempunyai sifat kohesif dengan kekuatan geser undrained rata-rata lebih besar dari 100 kg atau tanah berbutir yang sangat padat
£ 9 meter
> 9 m sampai 25 m
> 25 meter
Untuk tanah kohesif dengan kekuatan geser undrained rata-rata tidak melebihi 200 kPa
£ 12 meter
> 12 m sampai 30 m
> 30 meter
Untuk tanah berbutir dengan ikatan matrik padat
£ 20 meter
> 20 m sampai 40 m
> 40 meter
Waktu Getar Alamiah
Waktu getar alamiah jembatan yang digunakan untuk menghitung “Gaya Geser Dasar” harus dihitung dari
analisa yang meninjau seluruh elemen bangunan yang memberikan kekakuan dan fleksibitas dari sistim pondasi.
Untuk bangunan yang sederhana, dapat menggunakan rumus berikut.
(1.19)
T = Waktu getar dalam detik
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
WTP = Berat total nominal bangunan atas termasuk beban mati tambahan ditambah setengah berat
dari pilar (bila dipertimbangkan) dalam kN
Kp = Kekakuan gabungan sebagai gaya horisontal yang diperlukan untuk menimbulkan satu satuan
lendutan pada bagian atas pilar/abutmen.
Dinding penahan tanah biasanya mempunyai waktu getar yang berbeda pada arah memanjang dan melintang
sehingga beban rencana statis ekivalen yang berbeda harus dihitung untuk masing-masing arah.
Faktor Keutamaan “I”
Besarnya Faktor Keutamaan “I” ditentukan berdasarkan Table 1.2 dibawah.
Tabel 1.2. Faktor Keutamaan
No Klasifikasi Harga I
minimum
1 Jembatan memuat lebih dari 2000 kendaraan per hari, jembatan pada jalan raya utama atau arteri dan
jembatan dimana tidak ada rute alternatif 1.2
2 Seluruh jembatan permanen lainnya dimana jalur alternatif tersedia, tidak termasuk jembatan yang
direncanakan untuk mengurangi pembebanan lalu lintas 1.0
3 Jembatan sementara (misalnya Bailey) dan jembatan yang direncanakan untuk mengurangi
pembebebanan lalu lintas 0.8
Tekanan Tanah Lateral Gempa Untuk Tanah Non-Kohesif
Gaya gempa arah lateral akibat tekanan tanah (tekanan tanah dinamis) dihitung dengan menggunakan
pendekatan yang diusulkan oleh Mononobe-Okabe. Pendekatan ini merupakan metode yang paling umum
digunakan. Besarnya tekanan tanah akibat pengaruh gempa ditentukan berdasarkan koefisien gempa horizontal
Ch dan Faktor Keutamaan I. Pengaruh gempa diasumsikan sebagai gaya horisontal statis yang sama dengan
koefisien gempa rencana dikalikan dengan berat irisan.
Koefisien Tekanan Tanah Aktif Pada saat gempa dihitung dengan rumus
Kh = Koefisien gempa untuk tekanan tanah dinamis = Ch*I
Diagram gaya-gaya yang bekerja pada saat terjadinya gempa ditampilkan pada Gambar 1.9 dibawah. Untuk
menentukan titik tangkap PaG, maka tekanan aktif gempa total dibagai dalam 2 komponen yaitu
1. Pa dari pembebanan statis
2. Komponen dinamis tambahan DPaG = PaG – Pa
Gaya Pa bekerjaq pada 1/3 H dari dasar dinding sedangkan DPaG bekerja 2/3 H dari dasar dinding.
Koefisien geser dasar untuk tekanan tanah lateral “Ch” dapat ditentukan berdasarkan Tabel 1.3 dibawah.
Tabel 1.3. Koefisien Geser Dasar untuk Tekanan Tanah Lateral
Daerah Gempa Koefisien Geser Dasar “C”
Tanah Teguh Tanah Sedang Tanah Lunak
1 0.20 0.23 0.23
2 0.17 0.21 0.21
3 0.14 0.18 0.18
4 0.10 0.15 0.15
5 0.07 0.12 0.12
6 0.06 0.06 0.07
Gambar 1.9. Tekanan Tanah Gempa Untuk Tanah Tidak Kohesif
Tekanan Tanah Lateral Gempa Untuk Tanah Kohesif
Untuk tanah Kohesif, persamaan persamaan untuk menentukan Pa dan Pae sangat rumit. Salah satu metode
yang bisa digunakan adalah dengan metode Irisan Percobaan atau “Trial Wedge Section” (tidak dijelaskan
disini).
Contoh Kasus
Suatu dinding penahan tanah terbuat dari pasangan batu setinggi 3 meter direncanakan untuk dibangun dengan
data-data perencanaan sebagai berikut
1. Tanah urugan g = 1.8 t/m3 = 18 kN/m3, dan f = 35 °
2. Tanah dasar g = 1.7 t/m3 = 17 kN/m3, dan f = 35 °, c = 5 t/m2 = 50 kPa
3. Kemiringan tanah timbunan = 20 °
4. Beban merata pada permukaan tanah = 0.8 t/m2 = 8 kPa
5. Angka keamanan terhadap guling yang diinginkan = 2.2
6. Angka keamanan terhadap geser yang diinginkan = 2.2
7. Tegangan ijin tanah = 12 t/m2 = 120 kPa
8. Tidak diijinkan adanya tegangan tarik pada dinding penahan pasangan batu tersebut.
9. Dinding penahan tanah tersebut terletak di wilayah gempa/zona 6 dengan Koefisien Gempa Chuntuk bangunan
penahan = 0.6, Ch untuk tekanan tanah = 0.6, dan Faktor Keutamaan “I” = 0.8
Dimensi Coba
Dimensi, Berat, dan Gaya Gempa dari Elemen Dinding
Nomor elemen Lebar (m) Tinggi (meter) Berat=W (kN) Gaya Gempa (kN)
1 3.95 0.5 47.4 2.28
2 0.5 2.5 30.0 1.44
3 2.45 2.5 73.5 3.53
Gaya Gempa = W*Ch*I
Tekanan Tanah Aktif Coulomb
Kemiringan dinding penahan b = arc tan (2.45/2.5) = 44.42 °
Sudut gesek dinding-tanah d = 0 ( pada saat terjadi gempa )
Sudut gesek dinding-tanah d = f ( pada saat tidak terjadi gempa )
Sudut kemiringan tanah timbunan = 20°
Koefisien Tekanan Tanah Aktif
Ka = 1.223
Koefisien Tekanan Tanah Aktif Gempa
Kh = coefisien gempa untuk tanah = Ch*I
KaG = 1.324
Sudut kemiringan tekanan tanah aktif dan tekanan tanah akibat gempa = b + d = 44.423°
Tekanan Tanah Akibat Beban Merata Surcharge (per meter)
Resultante tekanan tanah akibat beban merata bekerja pada elevasi ½ H dari dasar dengan kemiringan b
= 16.443 kN
Komponen arah vertikal = V6 = -16.443*sin 44.423° = -11.51 kN ( ke bawah)
Komponen arah horisontal = H7 = 16.443*cos 44.423° = 11.74 kN ( ke kanan)
Tekanan Tanah Aktif Coulomb
Resultante tekanan tanah aktif Coulomb bekerja pada elevasi 1/3 H dari dasar dengan kemiringan b
Pa = ½ gKa H2= 99.063 kN
Komponen arah vertikal = V4 = -99.063*sin 44.423° = -69.34 kN (ke bawah)
Komponen arah horisontal = H5 = 99.063*cos 44.423° = 70.75 kN ( ke kanan)
Tekanan Tanah Tambahan Akibat Gempa
Resultante Tekanan tanah tambahan akibat gempa bekerja pada elevasi 2/3 H dari dasar dengan kemiringan b
Pa = ½ g(KaG-Ka)H2 = 8.18 kN
Komponen arah vertical = V4 = -8.18*sin 44.423° = -5.72 kN (ke bawah)
Komponen arah horisontal = H5 = 8.18*cos 44.423° = 5.84 kN ( ke kanan)
Gaya-Gaya Yang Bekerja
Gaya-gaya pada dinding penahan ditabelkan sebagai berikut
kode Deskripsi Gaya (kN) X thd O Y thd O Momen
kN meter meter kN-meter
V1 Elemen 1 pasangan batu -47.40 -1.975 0.250 -93.62
V2 Elemen 2 pasangan batu -30.00 -0.750 1.750 -22.50
V3 Elemen 3 pasangan batu -73.50 -1.817 1.333 -133.53
V4 Tekanan tanah aktif -69.35 -2.960 1.000 -205.27
H5 Tekanan tanah aktif 70.76 -2.960 1.000 70.76
V6 Tekanan tanah surcharge -11.51 -2.470 1.500 -28.43
H7 Tekanan tanah surcharge 11.75 -2.470 1.500 17.62
H8 Gempa elemen 1 2.28 -1.975 0.250 0.57
H9 Gempa elemen 2 1.44 -0.750 1.750 2.52
H10 Gempa elemen 3 3.53 -1.817 1.333 4.70
V11 Tekanan tanah gempa -5.72 -1.980 2.000 -11.32
V12 Tekanan tanah gempa 5.83 -1.980 2.000 11.67
a. Total Gaya Vertikal = -237.48 kN
b. Total Gaya Horisontal = 95.59 kN
c. Total Momen Guling thd ttk O = 107.84 kN-meter
d. Total Momen Penahan thd ttk O = -494.67 kN-meter
Tegangan Pada Tanah Dasar
Eksentrisitas gaya-gaya pada dasar dinding penahan dihitung sebagai berikut
Tekanan ke tanah dihitung dengan rumus :
Tekanan maksimum ke tanah = 91.73 kN/m2 < 120 kN/m2
Tekanan minimum ke tanah = 28.51 kN/m2
Tekanan maksimum ternyata lebih kecil dari daya dukung ijin sehingga memenuhi persyaratan.
Kestabilan Terhadap Guling
Kestabilan struktur terhadap kemungkinan terguling dihitung dengan persamaan berikut :
Angka keamanan terhadap guling lebih besar dari persyaratan (2.2)
Kestabilan terhAdap geser
Ketahanan struktur terhadap kemungkinan struktur bergeser dihitung berdasarkan persamaan berikut dimana
Nilai f2 biasanya diambil sama dengan f tanah untuk beton pondasi yang dicor ditempat dan 2/3 dari nilai f tanah
untuk pondasi beton pracetak dengan permukaan halus. Sedangkan nilai c2 biasanya diambil 0.4 dari nilai c
tanah
Angka keamanan terhadap geser lebih besar dari persyaratan (2.2)
TEGANGAN TARIK PADA PASANGAN BATU
Pengecekan Tegangan Pada Elevasi 1.75 meter Dari Dasar Pondasi
Lebar penampang pada elevasi tersebut adalah 1.73 meter. Dengan cara yang sama seperti diatas dapat
ditentukan tekanan tanah yang terjadi sehingga dapat dihitung besarnya gaya-gaya yang bekerja pada potongan
1. Gaya-gaya yang terjadi ditabelkan sebagai berikut
kode Deskripsi
Gaya
(kN) Lengan gaya ke tepi potongan (m)
Momen
(kN-meter)
V1 Sebagian dari elemen 2 -15.00 0.250 -03.75
V2 Sebagian dari elemen 3 -18.38 0.908 -16.69
V3 Tekanan tanah aktif -4.80 1.113 -5.34
H4 Tekanan tanah aktif 4.89 0.625 3.06
V5 Tekanan tanah surcharge -12.04 1.317 -15.85
H6 Tekanan tanah surcharge 12.29 0.417 5.12
H7 Gempa sebagian elemen 2 0.72 0.625 0.45
H8 Gempa sebagian elemen 3 0.88 0.417 0.37
V9 Tekanan tanah gempa -0.99 0.908 -0.90
H10 Tekanan tanah gempa 01.01 0.833 0.84
Total gaya vertikal pada potongan 1 = -51.2 kN
Total momen terhadap tepi kanan pada potongan 1 = -32.7 kN-meter
Eksentrisitas pada potongan 1 dihitung sebagai berikut
meter
Tegangan pada potongan dengan rumus berikut
Tegangan maksimum pada potongan 1 = 52.8 kN/m2
Tegangan minimum pada potongan 1 = 6.6 kN/m2
Nilai tegangan positif pada potongan menunjukkan tegangan tekan. Tegangan minimum yang terjadi ternyata
lebih besar dari 0, yang artinya pada potongan 1 tersebut semua tegangan yang terjadi adalah tekan, sehingga
memenuhi persyaratan
Pengecekan Tegangan Pada Elevasi 0.5 meter Dari Dasar Pondasi
Lebar penampang pada elevasi tersebut adalah 2.95 meter. Dengan cara yang sama seperti diatas dapat
ditentukan tekanan tanah yang terjadi sehingga dapat dihitung besarnya gaya-gaya yang bekerja pada potongan
1. Gaya-gaya yang terjadi ditabelkan sebagai berikut
kode deskripsi
Gaya
(kN) Lengan gaya ke tepi potongan (m)
Momen
(kN-meter)
V1 Sebagian dari elemen 2 -30.00 .250 -7.50
V2 Sebagian dari elemen 3 -73.50 1.317 -96.78
V3 Tekanan tanah aktif -9.59 1.725 -16.55
H4 Tekanan tanah aktif 9.79 1.250 12.23
V5 Tekanan tanah surcharge -48.16 2.133 -102.74
H6 Tekanan tanah surcharge 49.14 .833 40.95
H7 Gempa sebagian elemen 2 1.44 1.250 1.80
H8 Gempa sebagian elemen 3 3.53 .833 2.94
V9 Tekanan tanah gempa -3.97 1.317 -5.23
H10 Tekanan tanah gempa 4.05 1.667 6.75
Total gaya vertikal pada potongan 2 = -165.2 kN
Total momen terhadap tepi kanan pada potongan 2 = -164.1 kN-meter
Eksentrisitas gaya-gaya pada potongan 2 adalah
meter
Teganan pada potongan dihitung dengan rumus berikut
Tegangan maksimum pada potongan 2 = 110.9 kN/m2
Tegangan minimum pada potongan 2 = 1.1 kN/m2
Nilai tegangan positif pada potongan menunjukkan tegangan tekan. Tegangan minimum yang terjadi ternyata
lebih besar dari 0, yang artinya pada potongan 2 tersebut semua tegangan yang terjadi adalah tekan, sehingga
memenuhi persyaratan