Berbakti Kepada Orang Tua
برالوا#ين
13.50.013 ❊ R. Gesit Prasasti Alam (ابو ياسمني)
SEKOLAH TINGGI ILMU DAKWAH DIROSAT ISLAMIYAH
AL HIKMAH
Juni 2014 / Sya'ban 1435 H
يه حسنا نسان بوال ينا ال قال ا: تعا7 : ووص
“ Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya”
(Al Ankabut:8)
2 Of 27
DAFTAR ISIPendahuluan...........................................................................................................................4
BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA...................................................................5A. Makna Berbakti kepada Kedua Orang Tua...................................................................5B. Keutamaan Berbakti kepada Kedua Orang Tua............................................................5C. Mendahulukan Ibu........................................................................................................9D. Durhaka kepada Kedua Orang Tua.............................................................................11 D.1 Hukuman bagi orang yang durhaka kepada orang tuanya...................................21 D.2 sebab-sebab anak durhaka dan cara mengatasinya..............................................22E. Hikmah Berbakti Kepada Orang Tua..........................................................................24F. Do’a Kepada Kedua Orang Tua..................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................27
3 Of 27
Pendahuluan
Manusia diciptakan saling keterkaitan satu dengan lainnya. Dalam artian, manusia
membutuhkan manusia lainnya untuk menjalani hidupnya. baik dalam hal yang bersifat kecil
dan terlebih dalam hal yang begitu penting.
Namun tidak ada orang yang paling berjasa dalam hidup kita selain orang tua kita
sendiri. Mereka memberikan kasih sayang yang sungguh luar biasa kepada kita sejak kita
lahir hingga kapan pun mereka akan tetap memberikan kasih sayangnya kepada kita.
Tanpa sedikit pun mengeluh mereka membesarkan kita dengan penuh kesabaran,
memberi makan kita dengan penuh keikhlasan, mendidik kita dengan penuh cinta, dan banyak
lagi jasa-jasa orang tua yang tidak akan pernah akan terbalas.
Lalu apa yang akan kita lakukan untuk membalas semua kebaikannya?
Allah memerintahkan kita sebagai orang muslim untuk berbakti kepada mereka.
Sebagaimana firman-Nya ;
( يه حسنا (العنكبوت : نسان بوال ينا ال 8قال ا: تعا7 : ووص
“ Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya” (Al
Ankabut:8).
Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban mutlak dan mempunyai kedudukan
amal yang lebih tinggi dibandingkan dengan amal lainnya berkaitan dengan hubungan
manusia dengan sesamanya.
Perintah berbakti kepada orang tua dalam al-Quran selalu disandingkan dengan
perintah untuk taat kepada Allah, mengingat betapa keutamaan dan kedudukan mereka
dihadapan anak-anaknya, dan ditekankannya perintah tersebut agar diperhatikan oleh
manusia. Kedudukan mereka yang begitu agung dan besarnya jasa mereka demi anak-anak,
menjadikan Allah membuat suatu ketentuan mutlak bahwa anak yang tidak berbakti atau
durhaka kepada mereka, akan dijatuhi hukuman dosa paling besar setelah syirik. Dan
hukuman ini tidak akan ditangguhkan menunggu saatnya hari kiamat, bahkan ketika di dunia
ini hukuman tersebut bias diberlakukan.
4 Of 27
Perbuatan berbakti atau durhaka akan membuahkan hasil masing-masing, yang sangat
berdampak bagi pelakunya dalam kehidupannya sehari-hari, bahkan sampai di akhirat kelak
dampak perbuatan tersebut akandirasakan oleh pelakunya. Anak yang berbakti kepada kedua
orang tuanya akan merasakan berbagai keuntungan, kebaikan dan keselamatan selama di
dunia ini, sehingga dikatakan bahwa keberhasilan hidup seseorang tergantung bagaimana
bentuk baktinya kepada orang tua mereka, sebaliknya, kehancuran hidupnya mencerminkan
bagaimana perlakuan buruknya terhadap orang tua, sehingga berbagai kesulitan,
ketidaktenangan, bahkan kesengsaraan selalumewarnai kehidupannya karena tindakan yang
selalu menentang, menyakiti, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah
untuk dilakukan kepada orang tuanya.
BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA
A. Makna Berbakti kepada Kedua Orang Tua.
Makna berbakti kepada kedua orang tua yakni berusaha membalas semua yang telah
diberikan kedua orang tua kita, meskipun semua kebaikan mereka tidak akan pernah bisa
terbalas oleh seorang anak. Oleh karena itu kita harus berusaha sebisa mungkin membuat
orang tua kita bangga membuat mereka bahagia.
Tanpa sedikit pun mengeluh mereka membesarkan kita dengan penuh kesabaran,
memberi makan kita dengan penuh keikhlasan, mendidik kita dengan penuh cinta, dan tentu
saja masih banyak lagi jasa-jasa orang tua yang tidak akan pernah akan terbalas.
Selain itu sebagai anak kita harus mentaati semua yang diperintahkan oleh kedua orang tua
kita namun dalam batasan tidak keluar dari aturan-aturan Allah SWT. dan Rasul-Nya.
B. Keutamaan Berbakti kepada Kedua Orang Tua.
Rasulullah SAW. bersabda dalam hadits yang diriwayatkan ‘Abdullah bin Mas’ud.
الة علئ وقتها قلت عم) اي قال قال الص) مسعود ر قال سالت اج)ب) ص اي العمل احب ال)ئ اب) قن قبد اب)هاد ف سبيل اب) ين قلت عم) اي قال ال Sبر الوا
5 Of 27
“ Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Mas’ud ra. Bahwa ia berkata : Aku pernah bertanya
kepada Nabi SAW. ‘perbuatan apa yang paling disukai Allah?’ Nabi menjawab : ‘Shalat
pada awal waktu.’ Kemudian apa lagi? Nabi menjawab : ‘Berbakti kepada orang tua.’
Kemudian apa lagi?’ Nabi menjawab : ‘Jihad di jalan Allah.’ “
Dan dalam keterangan lain,
Amr Radhiyallahu Anhuma berkata, “Seseorang datang meminta izin untuk berjihad
brsama Nabi SAW. Nabi bersabda, ‘Apakah orang tuamu masih hidup?’ ia menjawab ‘ya’
Nabi bersabda “Berjihadlah dengan izin kedua orang tuamu”. (Dikeluarkan dalam kitab
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim).
Lihatlah bagaimana berbuat baik dan memberikan pelayanan kepada orang tua lebih
diutamakan ketimbang jihad?
Rasullullah SAW. bersabda, Maukah aku beritahu kalian tentang dosa yang paling
besar? “Menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua.” Lanjutan hadits ini adalah :
Asalnya Rasulullah bersandar lalu tegak duduk dan bersabda, “ ketahuilah, dan ucapan dusta
serta sumpah palsu“ beliau terus-menerus mengucapkan kata itu hingga kami ( para sahabat )
berkata, ”seandainya saja beliau diam“.
Keterangan di atas menunjukan bahwasanya termasuk dosa besar apabila seorang anak
mendurhakai orang tua, baik itu menyakiti hati mereka, mengucapkan kata-kata yantg tak
pantas kepada mereka ataupun tidak menghormati mereka sebagai orang yang telah
melahirkan, mengurus, membimbing hingga kelak kasih dan sayang mereka tak akan pernah
hilang atau pun berkurang kepada kita.
Dalam bab hadits mengenai dikabulkannya doa orang yang berbuat baik kepada
orangtua
إجابة دخء من بر واSيه
ي نافع قن ابن قمر ر[ اب) خبعنا إسماقيل نن إبراهيم بن ققبة قال أ k مريم حد)
عنا سعيد نن أ حد)
قنهما
6 Of 27
خذهم المطر فمالوا إل لر ف البل عليه وسل)م قال بينما ثالثة غفر فتماشون أ صل) اب) قن رسول اب)
قماال عملتموها ب)طبقت عليهم فقال نعضهم كعض اغظروا أ
ت ل فم لرهم صخرة من البل فأ فانط)
ان شيخان كبيان و� صبية صغار كنت Sهم) إن)ه كن ل واحدهم الل)
بها لعل)ه ففرجها فقال أ صالة فادعوا اب)
(kييت حجر فما أ سقيهما قبل وSي و�ن)ه ناء k الش)
ي) أ Sت بوا
رع عليهم فإذا رحت عليهم فحلبت بدأ
أ
وقظهمان أكره أ
حلب فجئت بالالب فقمت عند رءوسهما أ
مسيت فوجديهما قد ناما فحلبت كما كنت أ
أ
نهم حk) طلعk ودأ
بية فتضاغون عند قدم) فلم يزل ذلك دأ بية قبلهما والص بالص
بدأن أكره أ
من نومهما وأ
(kلهم فرجة ح ماء ففرج اب) k فعلت ذلك ابتغاء وجهك فافرج جا فرجة نرى منها الس)الفجر فإن كنت يعلم أ
شد ما يب الرجال النساء فطلبت إ£هاحبها كأ
هم) إن)ه كنت ل اننة قم¦ أ
ماء وقال اك)اk الل) يرون منها الس)
ا قعدت بي رجليها قالت يا بت حk) آييها بمائة دينار فسعيت حk) جعت مائة دينار فلقيتها بها فلم)غفسها فأ
k قد فعلت ذلك ابتغاء وجهك فافرج وال يفتح الايم فقمت قنها الل)هم) فإن كنت يعلم أ ات)ق اب) قبد اب)
عطن حقا ق² قمله قال أ رز¦ فلم)
جيا بفرق أ
جرت أ
هم) إk كنت استأ
جا منها ففرج لهم فرجة وقال اآلخر الل) وال زرعه حk) جعت منه نقرا وراقيها فجاءk فقال ات)ق اب)
زل أ
¶ه ورغب قنه فلم أ ه فت فعرضت عليه حق)
بكهزأ k فقلت إk ال أ
وال يهزأ عطن حق فقلت اذهب إل ذلك اكقر وراقيها فقال ات)ق اب)
يظلمن وأ
k فعلت ذلك ابتغاء وجهك فافرج ما بق ففرجخذه فاغطلق بها فإن كنت يعلم أ
فخذ ذلك اكقر وراقيها فأ
قنهم اب)
Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Abu Maryam telah menceritakan kepada kami
Isma’il bin Ibrahim bin ‘Uqbah dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Nafi’ dari Ibnu
Umar radliallohu ‘anhuma dari Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
“Suatu ketika tiga orang laki-laki sedang berjalan, tiba-tiba hujan turun hingga mereka
7 Of 27
berlindung ke dalam suatu gua yang terdapat di gunung. Tanpa diduga sebelumnya, ada
sebongkah batu besar jatuh menutup mulut goa dan mengurung mereka di dalamnya.
Kemudian salah seorang dari mereka berkata kepada temannya yang lain; ‘lngat-ingatlah amal
shalih yang pernah kalian lakukan hanya karena mengharap ridla Alloh semata. Setelah itu,
berdoa dan memohonlah pertolongan kepada Alloh dengan perantaraan amal shalih tersebut,
mudah-mudahan Alloh akan menghilangkan kesulitan kalian. Kemudian salah seorang dari
mereka berkata; ‘Ya Alloh ya Tuhanku, dulu saya mempunyai dua orang tua yang sudah
lanjut usia. Selain itu, saya juga mempunyai seorang istri dan beberapa orang anak yang
masih kecil. Saya menghidupi mereka dengan menggembalakan ternak. Apabila pulang dari
menggembala, saya pun segera memerah susu dan saya dahulukan untuk kedua orang tua
saya. Lalu saya berikan air susu tersebut kepada kedua orang tua saya sebelum saya berikan
kepada anak-anak saya. Pada suatu ketika, tempat penggembalaan saya jauh, hingga saya baru
pulang pada sore hari. Ternyata saya dapati kedua orang tua saya sedang tertidur pulas. Lalu,
seperti biasa, saya segera memerah susu. Saya berdiri di dekat keduanya karena tidak mau
membangunkan dari tidur mereka. Akan tetapi, saya juga tidak ingin memberikan air susu
tersebut kepada anak-anak saya sebelum diminum oleh kedua orang tua saya, meskipun
mereka, anak-anak saya, telah berkerumun di telapak kaki saya untuk meminta minum karena
rasa lapar yang sangat. Keadaan tersebut saya dan anak-anak saya jalankan dengan sepenuh
hati hingga terbit fajar. Ya Alloh, jika Engkau tahu bahwa saya melakukan perbuatan tersebut
hanya untuk mengharap ridla-Mu, maka bukakanlah celah untuk kami hingga kami dapat
melihat langit! ‘ Akhirnya Alloh membuka celah lubang gua tersebut, hingga mereka dapat
melihat langit. Orang yang kedua dari mereka berdiri sambil berkata; ‘Ya Alloh, dulu saya
mempunyai seorang sepupu perempuan (anak perempuan paman) yang saya cintai
sebagaimana cintanya kaum laki-laki yang menggebu-gebu terhadap wanita. Pada suatu
ketika saya pernah mengajaknya untuk berbuat mesum, tetapi ia menolak hingga saya dapat
memberinya uang seratus dinar. Setelah bersusah payah mengumpulkan uang seratus dinar,
akhirnya saya pun mampu memberikan uang tersebut kepadanya. Ketika saya berada diantara
kedua pahanya (telah siap untuk menggaulinya), tiba-tiba ia berkata; ‘Hai hamba Alloh,
takutlah kepada Alloh dan janganlah kamu membuka cincin (menggauliku) kecuali setelah
menjadi hakmu.’ Lalu saya bangkit dan meninggalkannya. Ya Alloh, sesungguhnya Engkau
pun tahu bahwa saya melakukan hal itu hanya untuk mengharapkan ridhla-Mu. Oleh karena
itu, bukakanlah suatu celah lubang untuk kami! ‘ Akhirnya Alloh membukakan sedikit celah
8 Of 27
lubang lagi untuk mereka bertiga. Seorang lagi berdiri dan berkata; ‘Ya Alloh ya Tuhanku,
dulu saya pernah menyuruh seseorang untuk mengerjakan sawah saya dengan cara bagi hasil.
Ketika ia telah menyelesaikan pekerjaannya, ia pun berkata; ‘Berikanlah hak saya kepada
saya! ‘ Namun saya tidak dapat memberikan kepadanya haknya tersebut hingga ia merasa
sangat jengkel. Setelah itu, saya pun menanami sawah saya sendiri hingga hasilnya dapat saya
kumpulkan untuk membeli beberapa ekor sapi dan menggaji beberapa penggembalanya.
Selang berapa lama kemudian, orang yang haknya dahulu tidak saya berikan datang kepada
saya dan berkata; ‘Takutlah kamu kepada Alloh dan janganlah berbuat zhalim terhadap hak
orang lain! ‘ Lalu saya berkata kepada orang tersebut; ‘Pergilah ke beberapa ekor sapi beserta
para penggembalanya itu dan ambillah semuanya untukmu! ‘ Orang tersebut menjawab;
‘Takutlah kepada Alloh dan janganlah kamu mengolok-olok saya! ‘ Kemudian saya katakan
lagi kepadanya; ‘Sungguh saya tidak bermaksud mengolok-olokmu. Oleh karena itu, ambillah
semua sapi itu beserta para pengggembalanya untukmu! ‘ Akhirnya orang tersebut
memahaminya dan membawa pergi semua sapi itu. Ya Alloh, sesungguhnya Engkau telah
mengetahui bahwa apa yang telah saya lakukan dahulu adalah hanya untuk mencari ridla-Mu.
Oleh karena itu, bukalah bagian pintu goa yang belum terbuka! ‘ Akhirnya Alloh pun
membukakan sisanya untuk mereka.”
C. Mendahulukan Ibu.
Dalam kedua kitab shahih diriwayatkan :
جاء رجل ال رسول اهللا ص فقال }يا رسول اهللا من احق اجاس بسن الصحبه ؟ قال: )امك( ثم من؟ قال: )ثم
امك( قال: ثم من ؟ قال: )ثم امك( قال: ثم من؟ قال )ثم ابوك{( رواه اكخاري
“Seseorang datang kepada Rasulullah SAW. dan bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah
yang berhak mendapat perlakuan baik ? Rasulullah SAW. menjawab, “ ibumu.” Ia bertanya,
kemudian siapa lagi ? beliau menjawab “ ibumu “. Kemudian siapa lagi ? beliau menjawab
“ ibumu”. Ia menjawab lagi kemudian Rasulullah menjawab, “ ayahmu ”. HR. al-Bukhariy.
Takhrij Hadits.
Selain Imam al-Bukhoriy yang meriwayatkan hadits diatas ,Imam Ahmad, Imam
9 Of 27
Muslim, Imam Abu Daud, Imam at-Tirmidzi, dan Imam Ibnu majah pun meriwayatkan juga.
Matan diatas adalah yang dicatat oleh Imam al-Bukhariy dalam kitab adab, Babul Birri wa
Shilah dengan sanad sebagai berikut; Kata beliau, telah menceritakan kepada kami Quttaybah
bin Said, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari ‘Umarah bin al-Qa’qa, bin Syubrumah,
dari Abi Zur’ah, Dari Abu Hurayrah r.a. Imam Muslim meriwayatkan hadits ini melalui sanad
yang sama, dengan matan yang berbeda namun sema’na.
Imam Abu Daud dan at-Tirmidzi juga meriwatkan hadits yang semakna. Diterima dari
Bahiz bin Hakim dari bapaknya dari kakeknya yaitu Mu’awiyyah bin Haydah. Ia bertanya
kepada Rasulullah Saw,
...من ابر؟ قال امك، ثم امك، ثم امك، ثم اباك، ثم االقرب فاالقرب
“Kepada siapa saya harus berbuat baik?” Jawab Rasulullah Saw, “Ibumu, kemudian ibumu,
kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian keluarga paling dekat kemudian keluarga
yang dekat...”
Melihat susunan sanad yang dilalui Imam Abu daud dan Imam at-Tirmidzi, Imam Ibnu
Hajar al-‘Asqalani juga memperkirakan bahwa seorang yang bertanya kepada Rasulullah
Saw. yang dimaksud oleh Abu Hurayrah itu adalah Mu’awiyyah bin Haydah.
Rasulullah SAW. mengulangi kewajiban berbakti kepada ibu hingga tiga kali
sedangkan kepada ayah hanya satu kali. Hal itu disebabkan derita seorang ibu lebih besar dari
pada ayah dan kasih sayang yang diberikannyua juga lebih besar daripada ayah. Belum lagi
jika dibandingkan dengan beratnya mengandung, kontraksi, melahirkan, berjaga malam dan
masih banyak lagi.
Jadi, dari keterangan diatas bahwasanya seorang anak dianjurkan lebih mengutamakan
seorang ibu ketimbang ayah, yang dilihat dari pengorbanan seorang ibu lebih besar dari
pengaorbanan seorang ayah.
التة تت اقدام اال مهات
“ Surga terletak dibawah telapak kaki para ibu “
10 Of 27
D. Durhaka kepada Kedua Orang Tua.
Bakti (dalam bahasa arab disebut birrun) adalah kata yang mencakup kebaikan dunia
dan akhirat. Berbakti kepada kedua orang adalah berbuat baik kepada mereka memenuhi hak-
hak mereka dan menaati mereka dalam hal-hal yang mubah, bukan hal-hal yang wajib atau
maksiat.
Adapun lawan kata bakti adalah durhaka. Durhaka kepada orang tua adalah berbuat
buruk kepada mereka dan menyia-nyiakan hak mereka. Secara bahasa, kata al -‘uquuq
(durhaka) berasal dari kata al-‘aqqu yang berarti al-qath’u (memutus, merobek, memotong,
membelah). Adapun menurut syara’ adalah setiap perbuatan atau ucapan anak yang menyakiti
kedua orang tuanya. Diantara bentuk durhaka adalah :
1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan) ataupun
perbuatan yang membuat orang tua sedih dan sakit hati.
2. Berkata ‘ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua.
3. Membentak atau menghardik orang tua.
4. Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang lain dari pada
mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya
memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
5. Merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, ‘kolot’ dan lain-lain.
6. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan.
Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua
atau lemah. Tetapi jika ‘Si Ibu” melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya
sendiri maka tidak mengapa dan karena itu anak harus berterima kasih.
7. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik
orang tua.
8. Mendahulukan taat kepada istri dari pada orang tua. Bahkan ada sebagian orang
dengan teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya. Na’udzubillah.
9. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang
tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi,
sikap semacam ini adalah sikap yang amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang
11 Of 27
keji dan nista.
Allah SWT. berfirman :
ين إحسانا Sيعبدوا إآل إي)اه وبالوا ال).… وق² ربك أ
“ Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapak mu dengan sebaik-baiknya…
ف¦)هما أ و كهما فال يقل ل
حدهما أ
ا فبلغن) عندك الكب أ …إم)
…Jika salah seseorang diantara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
“ AH “….
Artinya, janganlah berkata-kata kasar kasar kepada keduanya jika mereka telah tua dan
berumur. Selain itu wajib bagimu untuk memberikan pengabdian kepada mereka sebagaimana
mereka berdua memberikan pengabdian padamu. Keutamaan biasanya lebih dimiliki yang
pertama, bagaimana mungkin kedua pengabdian itu bisa disamakan? Kedua orang tuamu
menahan segala derita mengharapkan agar kamu bisa hidup. Sedangkan jika kamu menahan
derita karena keduanya, kamu mengharapkan kematiannya. Allah melanjutkan firmannya,
)هما قوال كريما. )اال ساء : … 23والينهرهما وقل ل )
“…dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (al-Isra’ : 23)
24ر)ب ارحهما كما رب)ياk صغيا. [ اال ساء : ]
“Ya Allah limpahkanlah rahmatmu kepada ibu bapakku sebagaimana mereka mengurus
ketika aku masih kecil “.
Allah Ta’ala berfirman,
..... يك إل) المصيSن اشكر ل ولوا
أ
“Agar kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, dan kepada-Ku lah
12 Of 27
kembalimu”. ( Luqman : 14 ).
Ada tiga ayat yang diturunkan dan dikaitkan dengan tiga hal, tidak dterima salah-
satunya jika tidak dengan yang dikaitkannya :
1. Firman Allah, “Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul. Maka barangsiapa taat
kepada Allah namun tidak taat kepada Rasul, ketaatannya tidak diterima“.
2. Firman Allah, “Dan dirikanlah shalat serta tunaikan zakat”. maka barangsiapa yang
melakukan shalat namun tidak mengeluarkan zakat maka tidaklah diterima.
3. Firman Allah, “Agar kamu bersyukur kepadaku dan kepada kedua orang tua mu“.
Barang siapa yang bersyukur kepadaku namun tidak bersyukur kepada ibu bapak tentu
saja itu akan sia-sia.
Dalam hadits lain mengenai bab Jangan seseorang mencela kedua orangtuanya
ال يسب الرجل واSيه
بن قمرو ر[ نيه قن حيد بن قبد الر)حن قن قبد اب)عنا إبراهيم نن سعد قن أ حد نن يونس حد)
عنا أ حد)
قنهما قال اب)
و¶يف يلعن يه قيل يا رسول اب) Sن يلعن الر)جل واكب الكبائر أ
عليه وسل)م إن) من أ صل) اب) قال رسول اب)
ه م)باه ويسب أ
با الر)جل فيسب أ
يه قال يسب الر)جل أ Sالر)جل وا
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami Ibrahim
bin Sa’d dari Ayahnya dari Humaid bin Abdurrahman dari Abdulloh bin ‘Amru radliallohu
‘anhuma dia berkata; Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya
termasuk dari dosa besar adalah seseorang melaknat kedua orang tuanya sendiri, ” beliau
ditanya; “Kenapa hal itu bisa terjadi wahai Rasululloh?” beliau menjawab: “Seseorang
mencela (melaknat) ayah orang lain, kemudian orang tersebut membalas mencela ayah dan
ibu orang yang pertama.”
Begitu pula dalam hadits lain mengenai Durhaka kepada Orang tua merupakan
diantaranya dosa besar
13 Of 27
عقوق الواSين من الكبائر
Riwayat #1
عنا شيبان قن منصور قن المسي)ب قن ور)اد قن المغية بن شعبة عنا سعد نن حفص حد) حد)
د اكنات و¶ره لكمهات ومنعا وهات ووأ م)
م عليكم ققوق األ حر) عليه وسل)م قال إن) اب) قن اج)ب صل) اب)
ؤال و�ضاعة المال ة الس قيل وقال و¶ث
Telah menceritakan kepada kami Sa’d bin Hafsh telah menceritakan kepada kami Syaiban
dari Manshur dari Al Musayyib dari Warrad dari Al Mughirah bin Syu’bah dari Nabi
shallallohu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Sesungguhnya Alloh mengharamkan atas
kalian durhaka kepada kedua orang tua, tidak suka memberi namun suka meminta-minta dan
mengubur anak perempuan hidup-hidup. Dan membenci atas kalian tiga perkara, yaitu; suka
desas-desus, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta.”
Riwayat #2
قنه قال نيه ر[ اب)k بكرة قن أ
عنا خاS الواسطي قن الريري قن قبد الر)حن بن أ ثن إسحاق حد) حد)
وققوق اك باب) ش قال اإل كب الكبائر قلنا بل يا رسول اب)نبئكم بأ
ال أ عليه وسل)م أ صل) اب) قال رسول اب)
(kور فما زال فقولها ح ور وشهادة الز ال وقول الزور أ ور وشهادة الز ال وقول الز
ين وÚن مت)كئا فجلس فقال أ Sالوا
قلت ال يسكت
Telah menceritakan kepadaku Ishaq telah menceritakan kepada kami Khalid Al Wasithi dari
Al Jurairi dari Abdurrahman bin Abu Bakrah dari Ayahnya radliallohu ‘anhu dia berkata;
Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak maukah aku beritahukan kepada
kalian sesuatu yang termasuk dari dosa besar? Kami menjawab; “Tentu wahai Rasululloh.”
Beliau bersabda: “Menyekutukan Alloh dan mendurhakai kedua orang tua.” -ketika itu
beliau tengah bersandar, kemudian duduk lalu melanjutkan sabdanya: “Perkataan dusta dan
kesaksian palsu, perkataan dusta dan kesaksian palsu.” Beliau terus saja mengulanginya
14 Of 27
hingga saya mengira beliau tidak akan berhenti.”
Riwayat #3
نسk بكر قال سمعت أ
نن أ ثن قبيد اب) عنا شعبة قال حد) د نن جعفر حد) عنا مم) د نن الو£د حد) ثن مم) حد)
قنه قال نن مالك ر[ اب)
وقتل اج)فس وققوق ك باب) و سئل قن الكبائر فقال الش عليه وسل)م الكبائر أ صل) اب) ذكر رسول اب)
ن)ه قال شهادةكث ظن أ
ور قال شعبة وأ و قال شهادة الز
ور أ كب الكبائر قال قول الز
نبئكم بأ
ال أين فقال أ Sالوا
ور الز
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Al Walid telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami Syu’bah dia berkata; telah
menceritakan kepadaku ‘Ubaidulloh bin Abu Bakr dia berkata; saya mendengar Anas bin
Malik radliallohu ‘anhu berkata; “Rasululloh shallallohu ‘alaihi wasallam menyebutkan
tentang dosa besar atau beliau ditanya tentang dosa besar, lalu beliau menjawab:
“Menyekutukan Alloh, membunuh jiwa dan durhaka kepada kedua orang tua.” Lalu beliau
bersabda: “Maukah aku beritahukan kepada kalian yang termasuk dari dosa besar?” beliau
bersabda: “Perkataan dusta atau beliau bersabda: “Kesaksian palsu.” Syu’bah mengatakan;
“Dan saya menyangka bahwa beliau mengatakan; “Kesaksian palsu.”
باب تريم العقوق وقطيعة الرحم
وعن أk بكرة نفيع بن الارث ر[ اهللا عنه قال: قال رسول اهللا صل اهللا عليه وسلم: أال أنبئكم -336
بأكب الكبائر ؟ – ثالثا – قلنا: بل يا رسول اهللا، قال: اإلشاك باهللا، وعقوق الواSين، وÚن متكئا فجلس،
.فقال: أال وقول الزور وشهادة الزور فما زال يكررها حk قلنا: £ته سكت. متفق عليه
“Dari Abu Bakrah Nufai’ bin Al-Harits radhiyallahu ‘anhu [1], beliau berkata: Nabi
15 Of 27
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,” Maukah kamu aku beritahukan kepada kalian tentang
dosa besar yang paling besar?” – diulangi hingga tiga kali [2]- Kami menjawab,” Tentu saja
wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, ” menyekutukan Allah dan durhaka terhadap kedua
orang tua.” Sedangkan beliau [pada waktu itu] dalam keadaan bersandar, lalu beliau duduk
kemudian meneruskan sabdanya, “Ketahuilah! dan perkataan palsu dan kesaksian palsu.”
Beliau terus-menerus mengulanginya sampai-sampai kami berkata,” Andai saja beliau diam”.
(Muttafaqun ‘alaihi)
Takhrij Hadits:1. Hadits terdapat dalam Shahih Al-Bukhari (2654), Kitab persaksian, bab apa yang
dikatakan mengenai kesaksian palsu.
2. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam shahihnya (143), kitab
Iman, bab penjelasan tentang dosa-dosa besar dan yang termasuk paling besar.
3. Lihat juga dalam Jami’ At-Tirmidzi (2301), Kumpulan bab persaksian, bab apa yang
datang mengenai persaksian dusta.
Pelajaran yang Dapat Diambil dari Hadits:1. Dosa Memiliki Tingkatan
Hadits ini menjelaskan bahwa di antara dosa, ada yang besar, bahkan ada yang
terbesar dari dosa besar. Dapat dipahami pula dari hadits ini bahwa terdapat pula dosa
kecil. Al-Imam An-Nawawi menegaskan bahwa ini adalah pandangan jumhur ‘ulama
salaf dan khalaf. Pendapat ini juga diriwayatkan oleh ibnu ‘Abbas radhiyallahu
‘anhuma. Dalil untuk pendapat ini dapat dilihat dalam nash-nash Al-Qur’an, As-
Sunnah, dan keterangan para ulama, baik salaf maupun khalaf. Beliau melanjutkan,
“Perbuatan dosa yang dapat dilebur dengan ibadah shalat dan amal baik lainnya
disebut dengan shaghair (dosa-dosa kecil). Sedangkan dosa yang tidak dapat dilebur
dengan amal baik, maka disebut dengan kabair (dosa besar). Tentu saja dengan
disebutkannya dosa kecil tidak berarti perbuatan tersebut tidak buruk lagi kalau
disandarkan kepada Allah ta’ala.
16 Of 27
Kemudian pertanyaan berikutnya yang mungkin muncul, apakah dosa besar
jumlahnya hanya terbatas kepada tiga seperti disebutkan di atas? Para ‘ulama
rahimahumulahu ta’ala mengatakan bahwa tidak ada jumlah yang pasti untuk
perbuatan maksiat yang dikategorikan dosa besar. Telah datang (riwayat) dari ibnu
‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa beliau pernah apakah dosa-dosa besar itu
jumlahnya tujuh [5]? Maka beliau menjawab: ia mencapai 70. Diriwayatkan juga
bahwa ia mencapai 700. Adapun mengenai sabda nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Dosa-dosa besar ada tujuh”, maka yang dimaksud adalah, “Termasuk dalam dosa
besar adalah tujuh dosa.”
Ada beberapa tanda yang dapat digunakan untuk mengetahui kalau suatu maksiat
tergolong dalam dosa besar. Di antaranya adalah menyebabkan pelakunya menerima
had, begitu pula ancaman yang keras berupa adzab neraka sebagaimana disebutkan
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pelakunya juga disifati dengan fasiq oleh nash.
Pelakunya juga mendapat la’nat dari Allah. [6]
2. Adab Berbicara
Hadits ini pula menjelaskan tentang adab berbicara. Termasuk dalam adab berbicara
yaitu mengulang-ulang perkataan supaya benar-benar meresap ke dalam hati para
pendengar. Tentunya pengulangan ini hanya untuk hal-hal yang penting, bukan pada
setiap pembicaraan.
3. Syirik adalah dosa paling besar
Dalam hadits ini, syirik disebutkan pertama kali. Memang ia adalah dosa yang
terbesar. Terkadang, karena sering disebutkan justru hal ini luput dari perhatian kita.
Padahal, ini merupakan perkara yang teramat penting. Bahkan, barangsiapa yang mati
dalam keadaan menyekutukan Allah jalla jalaluh, maka ia tidak akan diampuni oleh
Allah. Ini berdasarkan firman-Nya azza wa jalla:
فقد افتى إعما عظيما ك باب) ك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء ومن يش ن يش ال فغفر أ إن) اب)
17 Of 27
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang
besar.” (An-Nisa: 48)
Adapun seorang hamba yang mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah ta’ala,
seperti berzina, membunuh, dan dosa-dosa lainnya, sedangkan dia mengimani bahwa
perkara itu diharamkan tetapi karena lemahnya iman ia tetap mengerjakannya dan
belum sempat bertaubat, maka hal ini di sisi ahlus sunnah wal jama’ah berada di
bawah kehendak Allah (تـــــــــــــــــحت مـــــــــــــــــشيئة اهلل). Jika Allah kehendaki maka Allah
mengampunkannya, dan memasukkannya ke dalam jannah – misalnya karena amal
shalih yang dilakukannya, atau karena syafa’at, atau semata-mata karena karunia dan
rahmat dari Allah. Dan jika Allah menghendaki, Allah akan mengadzabnya sesuai
kadar maksiat yang diperbuatnya, tetapi dia tidak kekal di dalam neraka karena
tauhidnya menjadi penghalang kekalnya di neraka.[7]
Kami memohon kepada Allah supaya dimatikan dalam keadaan mentauhidkan-Nya
semata dan dimasukkan ke dalam jannah tanpa hisab, Allahumma amin.
4. Durhaka kepada orang tua termasuk dosa besar yang paling besar.
Namun yang perlu diterangkan di sini bahwa durhaka kepada salah satu dari orang tua
juga termasuk dosa besar. Di antara alasannya adalah mendurhakai salah satu dari
keduanya hampir pasti berakibat mendurhakai atau melukai yang lainnya [8]. Begitu
pula hadits-hadits lain yang ada dalam bab ini.
5. Bahaya Perkataan dan Kesaksian palsu
Keadaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang mengubah posisinya dari bersandar
kepada duduk tegak mengisyaratkan akan pentingnya hal yang akan dibicarakan.
Dapat pula diambil faidah bahwa ini adalah penekanan akan keharamannya dan juga
besarnya keburukan perkara ini. Sebab pentingnya hal ini adalah karena perkataan
atau kesaksian dusta lebih mudah terjadi pada manusia dan ketidakpedulian
terhadapnya banyak berlaku. Sedangkan syirik, maka hal itu jauh dari hati seorang
18 Of 27
muslim. Begitu pula durhaka, hal ini secara naluriah ditolak oleh manusia.
Dalam kedustaan, ikut bersamanya banyak maksiat lainnya seperti permusuhan, hasad,
dan lainnya. Maka ini tentunya memerlukan perhatian ekstra,dan yang jelas ini tidak
menunjukkan bahwa ia lebih besar dari apa yang disebutkan bersamanya berupa syirik. Akan
tetapi, ini dilihat dari sisi kerusakan yang ditimbulkan oleh kedustaan berdampak kepada
selain pelakunya, berbeda dengan syirik yang kerusakannya pada umumnya terbatas pada
pelaku.
Penggandengan perkataan dusta dengan syirik bahkan terdapat dalam al-Qur’an,
firman-Nya:
ور وثان واجتنبوا قول الزفاجتنبوا الرجس من األ
“Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan
dusta” (Al-Hajj: 30)
Masuk ke dalam larangan ini yaitu berdusta untuk tujuan senda-gurau. Ini berdasarkan
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
ا وببيت ف وسط الن)ة لمن ترك الكذب و�ن كن áنا زقيم ببيت ف ربض الن)ة لمن ترك المراء و�ن كن مقأ
ن خلقه ل الن)ة لمن حس)مازحا وببيت ف أ
“Saya menjamin satu rumah di pinggir jannah bagi orang yang meninggalkan perdebatan
sekalipun dia benar, satu rumah di tengah jannah bagi orang yang meninggalkan kedustaan
sekalipun bergurau dan satu rumah di tempat tertinggi dalam jannah bagi orang yang baik
akhlaknya” [10]
Apabila untuk bergurau saja tidak diperbolehkan, maka apatah lagi untuk keadaan
yang lebih besar dari itu. Bagaimana pula dengan orang yang mengais rezeki dengan cara
berdusta, seperti bersandiwara, menulis cerita-cerita rekaan, melawak dan sebagainya? Kita
berlindung kepada Allah dari melanggar larangan-Nya.
19 Of 27
Namun begitu, ada kondisi di mana berdusta diperbolehkan seperti dalam peperangan,
ketika mendamaikan dua pihak yang sedang berseteru, dan perkataan seorang suami kepada
istrinya ataupun sebaliknya.[11]
Perkataan dusta akan berdampak semakin buruk apabila mimik wajah si pendusta
mengesankan seakan-akan ia berkata jujur. Lebih parah lagi kalau berita dusta itu disebarkan
oleh orang yang mendengarnya.
Adapun orang yang melakukan kesaksian palsu, maka sesungguhnya ia telah
melakukan empat keharaman sekaligus.
1. Pertama, dia berdusta
2. Kedua dia menzhalimi orang yang ia bersaksi palsu tentangnya.
3. Ketiga, ia menzhalimi temannya yang ia bersaksi palsu untuknya sehingga temannya
itu mengambil harta yang bukan haknya.
4. Keempat, dia membolehkan apa yang Allah haramkan [12]
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terus-menerus mengulangi perkaannya yang terakhir
ini sampai-sampai para shahabat radhiyallahu ‘anhum berkata,” Andai saja beliau diam”.
Alasan para shahabat berbicara seperti ini karena mereka kasihan terhadap Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak suka terhadap sesuatu yang menyebabkan beliau marah.
[13]
Nasehat :
Perkataan dusta barangkali sudah menjadi “menu wajib” kita setiap hari. Karenanya
untuk meninggalkannya secara total tidaklah mudah. Untuk itu diperlukan usaha yang
sungguh-sungguh. Di antara usaha yang bisa kita lakukan adalah:
• Pertama, bulatkan niat dan azzam untuk meninggalkan perbuatan nista ini.
• Kedua, carilah teman dan lingkungan yang baik.
20 Of 27
Hukuman bagi orang yang durhaka kepada orang tuanya.Umat Islam sepakat bahwa durhaka kepada kedua orang tua adalah suatu hal yang
diharamkan dan termasuk dosa besar yang sudah disepakati keharamannya. Barang siapa
yang durhaka kepada orang tuanya, maka Allah akan menghukumnya dengan hukuman yang
berat, baik di dunia maupun di akhirat.
Adapun hukuman di dunia, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya akan
berada dalam kemurkaan Allah. Hal ini sebagaimana yang dikabarkan oleh sang pembawa
rahmat, Muhammad saw. Diriwayatkan dari ‘Abdulloh bin Amr’ bahwa dia berkata:
“Rasulullah
saw bersabda: Artinya: “Ridho Allah itu terletak pada Ridho orang tua, dan murka Allah itu
terletak pada murka kedua orang tua.” (Syu’ab al-Iman, Baihaqi, Juz
16, hlm. 338, Hadits no. 7584)
Barang siapa yang dimurkai Allah, maka dia akan dibenci olehNya, juga akan dibenci oleh
seluruh makhlukNya, lebih dari itu, Allah dan malaikat akan melaknatnya.
Diantara hukuman bagi orang yang durhaka kepada kedua orang tua
adalah:
1. Pelakunya menjadi sosok yang dilaknat oleh Allah. Hal ini sesuai dengan sabda
Rasulullah saw.
Artinya: “Allah melaknat orang yang mengubah batas (patok) tanah: Allah melaknat
budak yang bertuan kepada selain tuannya; Allah melaknat orang yang menyesatkan
jalan orang yang buta; Allah melaknat orang yang menyembelih (hewan) untuk selain
Allah; Allah melaknat orang yang melakukan hubungan seksual dengan binatang;
Allah melaknat orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya; dan Allah melaknat
orang yang melakukan perbuatan kaum Nabi Luth.” (Musnad Imam Ahmad, Juz 6,
hlm. 298, Hadits no. 2765)
2. Rizkinya akan dipersempit. Kalaupun rizkinya dilapangkan, itu merupakan istidraz
(tipuan) baginya.
Dengan demikian, barang siapa yang berbakti kepada kedua orang tuanya, maka Allah
akan melapangkan rizkinya. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits:
21 Of 27
Artinya:“Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya oleh Allah dan dilapangkan
rizkinya, serta dihindarkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah dia bertaqwa
kepada Allah dan membina hubungan silaturahmi.” (Al Mustadrak, al-Hakim, Juz 17,
hlm 128, hadits no. 7389)
3. Ajalnya tidak akan ditangguhkan
4. Pelakunya berpeluang meninggal dunia dalam keadaan yang buruk, ia berpeluang
meninggal dalam keadaan buruk, seperti mati dalam keadaan maksiat.
5. Amalnya tidak diterima meskipun amal itu baik Itu disebabkan dia telah durhaka
kepada kedua orang tuanya, diriwayatkan dari Abu Umamah al Bahili, bahwa
Rasulullah saw bersabda:
Artinya: “Ada tiga (kelompok) yang Allah tidak akan menerima sharf dan tidak pula
adl Nya, yaitu orang yang durhaka (kepada kedua orang tuanya); orang yang sering
menyebut-nyebut apa yang telah dia berikan; dan orang yang mendustakan taqdir.”
(al-Ibaanah al-Kubraq, Ibnu Bathah, Juz 4, hlm 60 hadits no. 153)
sebab-sebab anak durhaka dan cara mengatasinyaAda beberapa hal yang menyebabkan seseorang durhaka kepada kedua orang tuanya,
diantaranya:
1. Tidak mengetahui keagungan orang tua dan tidak mengetahui hukuman atas
kedurhakaan itu, baik hukuman di dunia maupun di akhirat kelak.
2. Adanya sikap orang tua yang lebih mengutamakan atau mementingkan sebagian anak
atas sebagian lainnya atau dalam kata lain adanya ketidakadilan yang diberikan orang
tua kepada anak-anaknya.
3. Kelalaian dari orang tua dalam menafkahi anak-anaknya semasa kecil.
4. Berteman dengan orang-orang yang buruk budi pekertinya yang mendorong
sahabatnya menentang orang tuanya.
Diriwayatkan dari Abu Hurariroh r.a., dia berkata : “Rasulullah saw bersabda:
Artinya : “(Akhlak) seseorang itu tergantung pada akhlak sahabat karibnya. Karena itu,
22 Of 27
hendaklah salah seorang diantara kalian memperhatikan siapa yang digauli (nya).” (Musnad
Imam Ahmad, Juz 16. hlm: 226, no Hadits 7685)
Itulah factor-faktor yang menyebabkan anak durhaka kepada orang tuanya. Namun
jika ditelaah lebih lanjut, faktor utamanya adalah kesalahan orangtua dalam mendidik anak.
Kesalahan tersebut bisa berupa kesalahan dalam menerapkan cara yang digunakan; seperti
terlalu banyak aturan atau sikap orangtua yang terlalu keras dan kasar terhadap anak.
Sikap lemah lembut dan kasih sayang adalah modal utama dan kunci keberhasilan
orangtua dalam mendidik anak. Inilah cara yang diajarkan Allah SWT kepada Rasulullah
SAW dalam mendidik umatnya. Allah berfirman:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Ali Imran: 159).
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Kelembutan adalah
hiasan bagi segala sesuatu.” (HR. Muslim, bab Al-Birru).
Sikap lemah lembut dalam mendidik anak merupakan faktor yang sangat mendukung
keberhasilan pendidikan anak. Orangtua selayaknya memahami bahwa anaknya bukanlah
malaikat yang tidak pernah berbuat salah, dan bukan pula setan yang tidak memiliki sisi
kebaikan.
Dalam bukunya Nasha`ih li Al-Abaa` Qabla ‘Uquq Al-Abnaa`, Prof. Sa’ad Karim
menjelaskan, ketika seorang anak melakukan kesalahan, tidak selayaknya orangtua langsung
memberikan hukuman yang bert. Yang harus dilakukan oleh orangtua adalah memberikan
nasehat dan petunjuk, menjelaskan kesalahan sang anak dengan cara yang bijak, sambil
memberikan keterangan tentang perilaku dan sikap yang benar. Setelah itu, memberikan
bimbingan dan arahan.
Salah seorang ulama yang merupakan pakar sosiologi, Ibnu Khaldun, pernah
mengingatkan bahaya sikap keras dan kasar dalam pendidikan. Dia menjelaskan bahwa
pendidikan yang didasari oleh sikap kasar dan keras seringkali menghasilkan manusia-
23 Of 27
manusia suka berbohong, munafik, dan memiliki kepribadian rapuh.
Mengomentari hal yang sama, Prof. Jamal Al-Kasyif menyatakan, “Seorang anak yang
tumbuh dalam situasi dan kondisi yang keras dan kasar akan mengalami perkembangan
mental tidak sehat. Pengaruh dan dampak buruknya bervariasi, bisa cepat bisa juga lambat.”
Seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kepercayaan, cinta,
dan saling pengertian, jarang sekali bersikap khianat atau melanggar janji. Dia akan
menjadikan kepercayaan sebagai sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya. Dia akan
tumbuh menjadi manusia yang mengusung kepercayaan diri, berterus terang, dan jujur.
E. Hikmah Berbakti Kepada Orang Tua.
Berbakti kepada orang tua adalah suatu kewajiban bagi seorang muslim. Oleh karena
itu seorang anak akan mendapatkan hikmah apabila ia melaksanakan kewajiban tersebut,
diantaranya :
1. Mendapatkan ridha Allah SAW.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. “ Keridhaan Allah ada dalam keridhaan ibu
bapak dan kemurkaan Allah ada dalam kemurkaan orang tua”. ( Diriwayatkan
Tirmidzi dari hadits Abdullah Bin Amr ). Amr Radhiyallahu Anhuma berkata, “
Seseorang datang meminta izin untuk berjihad brsama Nabi SAW. Nabi bersabda, ‘
Apakah orang tuamu masih hidup?’ ia menjawab ‘ya’ Nabi bersabda “Berjihadlah
dengan izin kedua orang tuamu”. (Dikeluarkan dalam kitab Shahih Bukhari dan
Shahih Muslim ).
2. Terhindar dari dosa besar.
Dalam kitab shahih Bukhari dan shahih muslim, Rasulullah SAW. bersabda, Maukah
aku beritahu kalian tentang dosa yang paling besar? Menyekutukan Allah dan durhaka
kepada orang tua.” Lanjutan hadits ini adalah : ….Asalnya Rasulullah bersandar lalu
tegak duduk dan bersabda, “ ketahuilah, dan ucapan dusta serta sumpah palsu “ beliau
terus-menerus mengucapkan kata itu hingga kami ( para shahabat ) berkata,”
seandainya saja beliau diam “.
3. Sebab bertambahnya rizki.
24 Of 27
Dijelaskan dalam hadits Anas Bin Malik, Rasulullah SAW. bersabda : “ Barangsiapa
yang ingin dipanjangkan usianya dan ditambahkan rizkinya, maka hendaklah dia ihsan
kepada orang tuanya dan menyambung hubungan kekerabatanya “.
4. Menjamin terlahirnya anak-anak shaleh.
Diriwayatkan dalam hadits Ibnu Umar, Rasulullah bersabda : “ berbuatlah ihsan
kepada bapak-bapak kalian, niscaya anak-anak kalian akan berbuat Ihsan kepada
kalian. Peliharalah kesucian diri kalian, niscaya istri-istri kalian akan memelihara
kesucian diri mereka “.
5. Balasan surga dari Allah SAW.
Didalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah, Nasa’i, dan Hakim dari hadits
jahimah, Rasulullah bersabda, “ Surga terletak dibawah telapak kaki para ibu “ oleh
karena itu, kita harus berbakti kepada kedua orang tua, terutama ibu yang dinilai
pengorbanan dan kasih sayangnya lebih besar ketimbang ayah.
F. Do’a Kepada Kedua Orang Tua.
[ 24ر)ب ارحهما كما رب)ياk صغيا. [ اال ساء :
“ Ya Allah limpahkanlah rahmatmu kepada ibu bapakku sebagaimana mereka mengurus
ketika aku masih kecil “
Banyak ayat Al Qur’an maupun Al-Hadits yang menerangkan bahwa berbuat baik
kepada ibu bapak itu wajib. Bahkan, termasuk amal yang paling utama setelah beribadah
dengan ikhlas kepada Allah SWT.
Allah SWT. berfirman :
ين إحسانا Sيعبدوا إآل إي)اه وبالوا ال).… وق² ربك أ
“ Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapak mu dengan sebaik-baiknya….. ( Al Israa
( 17 ) : 23 ).
25 Of 27
ين إحسانا Sوا به شيئا وبالوا¶ ......اقبدوا اهللا والتش
“ Beribadahlah kepada Allah, dan janganlah kamu sekutukan dia dengan sesuatu apapun dan
berbaktilah kepada ibu bapakmu… ( An-Nisa : 36 ).
26 Of 27
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Pt. InterMasa, Jakarta.
Riyadus Sholihin, Toha Putra, Semarang
Zakaria, Aceng. Terjemah Al-Hidayah III, tt.
Adz-Dzahabi, AL-KABAIR Galaksi Dosa, Darul Falah.
Bulughul Maram, CV. A. Hassan, Diponegoro Bandung, 1986.
Ust. H. Muhammad Rahmat Najieb, S.Pd , Percikan Do’a, PT Raja Grafindo Persada Jakarta.
Ust. H. Muhammad Rahmat Najieb, S.Pd, Ibumu, Ibumu... Bapakmu, Majalah Risalah, tt.
27 Of 27
Top Related