1. Disusun oleh: 1.Noor cholis majid 2.Iswatun khasanah
Madrasah aliyah negeri klaten Tahun 2014-2015
2. Kerajaan Islam yang pertama di Jawa adalah Demak, dan
berdiri pada tahun 1478 M. Hal ini didasarkan atas jatuhnya
kerajaan Majapahit yang diberi tanda Candra Sengkala: Sirna hilang
Kertaning Bumi, yang berarti tahun saka 1400 atau 1478 M. Kerajaan
Demak itu didirikan oleh Raden Fatah. Beliau selalu memajukan agama
islam di bantu oleh para wali dan saudagar Islam. Raden Fatah nama
kecilnya adalah Pangeran Jimbun. Menurut sejarah, dia adalah putera
raja Majapahit yang terakhir dari garwa Ampean, dan Raden Fatah
dilahirkan di Palembang. Karena Arya Damar sudah masuk Islam maka
Raden Fatah dididik secara Islam, sehingga jadi pemuda yang taat
beragama Islam.
3. Setelah usia 20 tahun Raden Fatah dikirim ke Jawa untuk
memperdalam ilmu agama di bawa asuhan Raden Rahmat dan akhirnya
kawin dengan cucu beliau. Dan akhirnya Raden Fatah menetap di Demak
(Bintoro). Pada kira-kira tahun 1475 M, Raden Fatah mulai
melaksanakan perintah gurunya dengan jalan membuka madrasah atau
pondok pesantren di daerah tersebut. Rupanya tugas yang diberikan
kepada Raden Fatah dijalankan dengan sebaik-baiknya. Lama kelamaan
Desa Glagahwangi ramai dikunjungi orang-orang. Tidak hanya menjadi
pusat ilmu pengetahuan dan agama, tetapi kemudian menjadi pusat
peradagangan bahkan akhirnya menjadi pusat kerajaan Islam pertama
di Jawa. Desa Glagahwangi, dalam perkemabangannya kemudian karena
ramainya akhirnya menjadi ibukota negara dengan nama Bintoro
Demak.
4. Secara geografis Kerajaan Demak terletak di daerah Jawa
Tengah, tetapi pada awal kemunculannya kerajaan Demak mendapat
bantuan dari para Bupati daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur
yang telah menganut agama Islam. Pada sebelumnya, daerah Demak
bernama Bintoro yang merupakan daerah vasal atau bawahan Kerajaan
Majapahit. Kekuasaan pemerintahannya diberikan kepada Raden Fatah
(dari kerajaan Majapahit) yang ibunya menganut agama Islam dan
berasal dari Jeumpa (Daerah Pasai).
5. Letak Demak sangat menguntungkan, baik untuk perdagangan
maupun pertanian. Pada zaman dahulu wilayah Demak terletak di tepi
selat di antara Pegunungan Muria dan Jawa. Sebelumnya selat itu
rupanya agak lebar dan dapat dilayari dengan baik sehingga kapal
dagang dari Semarang dapat mengambil jalan pintas untuyk berlayar
ke Rembang. Tetapi sudah sejak abad XVII jalan pintas itu tidak
dapat dilayari setiap saat.
6. Pada abad XVI agaknya Deamak telah menjadi gudang padi dari
daerah pertanian di tepian selat tersebut. Konon, kota Juwana
merupakan pusat seperti itu bagi daerah tersebut pada sekitar 1500.
Tetapi pada sekitar 1513 Juwana dihancurkan dan dikosongkan oleh
Gusti Patih, panglima besar kerajaan Majapahit yang bukan Islam.
Ini kiranya merupakan peralawanan terakhir kerajaan yang sudah tua
itu. Setelah jatuhnya Juwana, Demak menjadi penguasa tunggal di
sebelah selatan Pegunungan Muria. Yang menjadi penghubung antara
Demak dan Daerah pedalaman di Jawa Tengah ialah Sungai Serang
(dikenal juga dengan nama- nama lain), yang sekarang bermuara di
Laut Jawa antara Demak dan Jepara.
7. Hasil panen sawah di daerah Demak rupanya pada zaman dahulu
pun sudah baik. Kesempatan untuk menyelenggarakan pengaliran cukup.
Lagi pula, persediaan padi untuk kebutuhan sendiri dan untuk
pergadangan masih dapat ditambah oleh para penguasa di Demak tanpa
banyak susah, apabila mereka menguasai jalan penghubung di
pedalaman Pegging dan Pajang.
8. Ketika kerajaan Majapahit mulai mundur, banyak bupati yang
ada di daerah pantai utara Pulau Jawa melepaskan diri. Bupati-
bupati itu membentuk suatu persekutuan di bawah pimpinan Demak.
Setelah kerajaan Majapahit runtuh, berdirilah kerajaan Demak
sebagai kerajaan Islam pertama dipulau Jawa. Raja-raja yang pernah
memerintah Kerajaan Demak adalah sebagai berikut :
9. Pada awal abad ke 14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di
China mengirimkan seorang putri kepada raja Brawijaya V di
Majapahit, sebagai tanda persahabatan kedua negara. Putri yang
cantik jelita dan pintar ini segera mendapat tempat istimewa di
hati raja. Raja brawijaya sangat tunduk kepada semua kemauan sang
putri jelita, hingga membawa banyak pertentangan dalam istana
majapahit. Pasalnya sang putri telah berakidah tauhid. Saat itu,
Brawijaya sudah memiliki permaisuri yang berasal dari Champa
(sekarang bernama kamboja), masih kerabat Raja Champa.
10. Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang
oleh Adipati Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa
pemerintahan Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia meninggal
dalam usia yang masih muda dan tidak meninggalkan seorang putera
mahkota. Walaupun usia pemerintahannya tidak begitu pasukan Demak
menyerang Portugis di Malaka. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta
kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya yang bergelar Sultan
Trenggana.
11. Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M.
Dibawah pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan.
Sultan Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke
daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim
pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah.
Daerah-daerah yang berhasil di kuasainya antara lain Banten, Sunda
Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini bertujuan untuk
menggagalkan hubungan antara Portugis dan kerajaan Padjajaran.
Armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan
Fatahillah. Dengan kemenangan itu, fathillah mengganti nama Sunda
Kelapa menjadi Jayakarta (berarti kemenangan penuh). Peristiwa yang
terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di peringati
sebagai hari jadi kota Jakarta
12. Perang saudara ini berawal dari meninggalnya anak sulung
Raden Patah yaitu Adipati Unus yang manjadi putra mahkota. Akhirnya
terjadi perebutan kekuasaan antara anak-anak dari Raden Patah.
Persaingan ketat anatara Sultan Trenggana dan Pangeran Seda Lepen
(Kikin). Akhirnya kerajaan Demak mampu dipimpin oleh Trenggana
dengan menyuruh anaknya yaitu Prawoto untuk membunuh pangeran Seda
Lepen. Dan akhirnya sultan Trenggana manjadi sultan kedua di Demak.
Pada masa kekuasaan Sultan Trenggana (1521-1546), Demak mencapai
puncak keemasan dengan luasnya daerah kekuasaan dari Jawa Barat
sampai Jawa timur. Hasil dari pemerintahannya adalah Demak memiliki
benteng bawahan di barat yaitu di Cirebon. Tapi kesultanan Cirebon
akhirnya tidak tunduk setelah Demak berubah menjadi kesultanan
pajang.
13. Kerajaan Islam Demak merupakan lanjutan kerajaan Majapahit.
Sebelum raja Demak merasa sebagai raja Islam merdeka dan
memberontak pada kekafiran (Majapahit). Tidak diragukan lagi bahwa
sudah sejak abad XIV orang Islam tidak asing lagi di kota kerajaan
Majapahit dan di bandar bubat. Cerita-cerita jawa yang memberitakan
adanya kunjungan menghadap raja ke Keraton Majapahit sebagai
kewajiban tiap tahun, juga bagi para vasal yang beragama Islam,
mengandung kebenaran juga. Dengan melakukan kunjungan menghadap
raja secara teratur itulah vasal menyatakan kesetiaannya sekaligus
dengan jalan demikian ia tetap menjalin hubungan dengan para
pejabat keraton Majapahit, terutama dengan patih. Waktu raja Demak
menjadi raja Islam merdeka dan menjadi sultan, tidak ada jalan lain
baginya.
14. Setelah wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan
politik yang hebat di keraton Demak. Negeri-negeri bagian
(kadipaten) berusaha melepaskan diri dan tidak mengakui lagi
kekuasaan Demak. Di Demak sendiri timbul pertentangan di antara
para waris yang saling berebut tahta. Orang yang seharusnya
menggantikan kedudukan Sultan Trengggono adalah pengeran Sekar Seda
Ing Lepen. Namun, ia dibunuh oleh Sunan Prawoto yang berharap dapat
mewarisi tahta kerajaan. Adipati Jipang yang beranama Arya
Penangsang, anak laki-laki Pangeran Sekar Seda Ing Lepen, tidak
tinggal diam karena ia merasa lebih berhak mewarisi tahta Demak.
Sunan Prawoto dengan beberapa pendukungnya berhasil dibunuh dan
Arya Penangsang berhasil naik tahta. Akan tetapi, Arya Penangsang
tidak berkuasa lama karena ia kemudian di kalahkan oleh Jaka
Tingkir yang di bantu oleh Kiyai Gede Pamanahan dan putranya
Sutawijaya, serta KI Penjawi. Jaka tingkir naik tahta dan
penobatannya dilakukan oleh Sunan Giri. Setelah menjadi raja, ia
bergelar Sultan Handiwijaya serta memindahkan pusat pemerintahannya
dari Demak ke Pajang pada tahun 1568.
15. Setelah sekitar 1588 Panembahan Senapati berkuasa di Jawa
Tengah sebelah selatan, raja-raja Pati, Demak, dan Grobongan
dianggapnya sebagai sampun kareh (sudah dikuasai). Sekitar 1589
mereka diperintah ikut dia bersama prajurit Mataram ke Jawa Timur,
manaklukan raja-raja Jawa Timur. Maksud raja Mataram ini gagal,
tampaknya terutama karena campur tangan Sunan Giri. Panembahan
Senapati terpaksa kembali ke Mataram dengan tangan hampa.