LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA
“PERNAFASAN”
Disusun Oleh :
Aprilina Ikawati 2443014077 / T
PROGAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
BAB 1. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fungsi pernapasan.
BAB 2. LANDASAN TEORI
Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O2) yang dibutuhkan tubuh untuk
metabolisme sel dan karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut
dikeluarkan dari tubuh melalui paru (Herni, 2007).
STRUKTUR SISTEM RESPIRASI
Sistem respirasi terdiri dari:
a) Saluran nafas bagian atas
Pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disarung dan
dilembabkan
b) Saluran nafas bagian bawah
Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas ke alveoli
c) Alveoli
Terjadi pertukaran gas anatara O2 dan CO2
d) Sirkulasi paru
Pembuluh darah arteri menuju paru, sedangkan pembuluh darah vena
meninggalkan paru.
e) Paru, terdiri dari :
a. Saluran nafas bagian bawah
b. Alveoli
c. Sirkulasi paru
f) Rongga Pleura
Terbentuk dari dua selaputserosa, yang meluputi dinding dalam rongga dada
yang disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru atau pleura veseralis
g) Rongga dan dinding dada
Merupakan pompamuskuloskeletal yang mengatur pertukaran gas dalam proses
respirasi (Pearce, 2009).
a) Saluran Nafas Bagian Atas
1. Rongga hidung
Udara yang dihirup melalui hidung akan mengalami tiga hal :
- Dihangatkan
- Disaring
- Dilembabkan (Pearce, 2009).
Yang merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi (terdiri dari:
Psedostrafied ciliated columnar epitelium yang berfungsi menggerakkan partikel
partikel halus kearah faring sedangkan partikel yang besar akan disaring oleh bulu
hidung, sel golbet dan kelenjar serous yang berfungsi melembabkan udara yang masuk,
pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan udara). Ketiga hal tersebut dibantu
denganconcha. Kemudian udara akan diteruskan ke:
1. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius)
2. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal
lidah)
3. Laring ofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)
(Pearce, 2009).
b) Saluran Nafas Bagian Bawah
1. Laring
Terdiri dari tiga struktur yang penting:
- Tulang rawan krikoid
- Selaput/pita suara
- Glotis
2. Trakhea
Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm, berbentuk ¾ cincin tulang
rawan seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan oleh membran
fibroelastic menempel pada dinding depan usofagus.
3. Bronkhi
Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini
disebut carina. Brochus kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat dengan
trachea. Bronchus kanan bercabang menjadi : lobus superior, medius, inferior.
Brochus kiri terdiri dari : lobus superior dan inferior.
4. Alveoli
Terdiri dari: membran alveolar dan ruang interstisial.
1. Membran alveolar:
- Small alveolar cell denganekstensi ektoplasmik ke arah rongga alveoli
- Large alveolar cellmengandung inclusion bodiesyang menghasilkan surfactant.
- Anastomosing capillary, merupakan system vena danarteri yang saling
berhubungan langsung, ini terdiri dari: sel endotel, aliran darah dalam
rongga endotel
2. Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk oleh :endotel kapiler, epitel
alveoli, saluran limfe, jaringan kolagen dan sedikit serum (Pearce, 2009).
e) Sirkulasi Paru
Mengatur aliran darah vena – vena dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis dan
mengalirkan darah yang bersifat arterialmelaului vena pulmonalis kembali
keventrikel kiri (Pearce, 2009)..
FUNGSI RESPIRASI DAN NON RESPIRASI DARI PARU
1. Respirasi : pertukaran gas O2 dan CO2
2. Keseimbangan asam basa
3. Keseimbangan cairan
4. Keseimbangan suhu tubuh
5. Membantu venous return darah keatrium kanan selama fase inspirasi
6. Endokrin: keseimbangan bahanvaso aktif, histamine, serotonin,
ECFdan angiotensin
7. Perlindungan terhadap infeksi:makrofag yang akan membunuh bakteri (Herni,
2007).
BAB 3. ALAT DAN BAHAN
3.1 Spirometer Autospiro AS-507
3.2 Kapas alkohol
BAB 4. TATA KERJA
4.1 Tekan tombol power untuk menyalakan alat spirometer.
4.2 Masukkan data orang percobaan yang meliputi: umur, jenis kelamin, tinggi badan,
dan berat badan.
4.3 Masukkan mouth filter ke dalam mulut orang percobaan, jangan sampai terjadi
kebocoran udara.
4.4 Tutup lubang hidung dengan nose clips.
4.5 Jelaskan pengukuran yang akan dilakukan mulai saat ini.
4.6 Minta orang percobaan untuk bernapas biasa beberapa kali untuk menentukan Tidal
Volume (VT).
4.7 Pengukuran akan berhenti dengan sendirinya, kemudian baca hasil dari pengukuran
di layar monitor yang ada.
4.8 Lakukan pengukuran ulang tiga kali atau lebih.
Spirometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur volume udara
pernafasan, yang berfungsi untuk mengetahui kondisi paru-paru manusia. Pengukuran
dilakukan selama selang waktu tertentu. Spirometer akan merekam jumlah udara yang
keluar dan masuk ke dalam paru-paru manusia. Spirometer digunakan untuk mengukur:
1. Volume tidal (VT): volume udara yang dihirup atau yang dihembuskan pada satu
siklus pernapasan selama pernapasan biasa.
2. Volume vital (VC): volume maksimum udara yang dapat dikeluarkan selama
satu kali bernapas setelah inspirasi maksimum.
3. Volume cadangan inspirasi (IRV): jumlah maksimum udara yang masih dapat
dihisap sesudah akhir inspirasi tenang.
4. Volume cadangan ekspirasi (ERV): jumlah maksimal udara yang masih dapat
dihembuskan sesudah akhir ekspirasi tenang. Pada pernapasan tenang, ekspirasi
terjadi secara pasif, tidak ada otot ekspirasi yang bekerja. Ekspirasi hanya terjadi
oleh daya lenting dinding dada dan jaringan paru semata-mata. Posisi rongga
dada dan paru pada akhir ekspirasi ini merupakan posisi istirahat. Bila dari posisi
istirahat ini dilakukan gerak ekspirasi sekuat-kuatnya sampai maksimal, udara
cadangan ekspirasi itulah yang keluar.
5. Kapasitas inspirasi (IC): jumlah maksimum udara yang dapat dihisap dari posisi
istirahat (akhir ekspirasi tenang).
6. Kapasitas vital paksa (FVC): jumlah udara yang secara maksimal dapat dipaksa
keluar dari paru-paru setelah inspirasi maksimal.
7. Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV 1,0): volume udara yang dapat di
ekspirasi selama detik pertama ekspirasi pada penentuan kapasitas vital.
8. FEV 1,0 yaitu presentasi dari FEV.
9. Puncak laju aliran ekspirasi (PEFR): maksimum arus ekspirasi. Tingkat aliran
udara terbesar yang dapat diperoleh selama pernapasan dipaksa.
10. MMF: ukuran jumlah maksimum udara yang bisa dihirup dan dihela dalam satu
menit, diukur dengan liter/menit.
BAB 5. HASIL KERJA
5.1. A. Aktifitas 2 (perbandingan spirometri)
Pengamatan dan pemeriksaan spirometri digunakan untuk mengetahui adanya
gangguan di paru-paru dan saluran pernapasan. Alat ini sekaligus digunakan untuk
mengukur fungsi paru. Spirometri adalah alat untuk mengukur volume inspirasi dan
ekspirasi paru-paru dalam waktu tertentu. Pada praktikum ini akan ditunjukkan
perbedaan dari perubahan yang terjadi antara volume pernapasan normal dan
kapasitasnya ketika patofisiologi terjadi dan selama latihan. Dalam paraktikum ini
kapasitas paru-paru dan aliran udara dapat dihitung dari data yang telah ditampilkan
pada saat praktikum ini. Berdasarkan mekanisme pernapasan maka dapat disimpulkan
apa yang terjadi pada tiap tahap.
Tabel 5.1 Pengaruh gangguan pernapasan pada aliran dan volume udara pada
paru-paru.
Keterangan :
Pada spirometri dapat diukur berapa volume dan kapasitas udara yang masuk
dan keluar dari paru-paru. Dapat dilihat bahwa adanya perbandingan pada pernapasan
pasien normal dan pasien yang mengalami gangguan pernapasan. Dari volume udara
yang dihirup atau yang dihembuskan pada satu siklus pernapasan selama pernapasan
biasa (TV) sudah terlihat adanya perubahan kecuali pada emfisema dan serangan asma
dengan bantuan inhaler. Namun untuk total udara yang masuk ke dalam paru-paru untuk
semua kategori pernapasan tetap 6000 ml/menit.
Gambar 5.1 Grafik jumlah aliran udara dan kapasitas udara pada mekanisme
pernapasan normal dalam 1 menit
Keterangan :
Pada pernapasan normal volume udara pada tiap tahap dapat diukur antara lain
yaitu TV : 500 ml; ERV : 1500 ml; IRV : 3000ml; RV : 1000 ml; FVC : 5000ml; TLC :
6000 ml; FEV1 : 4000 ml; FEV1% : 80%. Total kapasitas vital (VC) adalah TV + IRV
+ ERV = 500 ml + 3000 ml + 1500 ml = 5000 ml per menit. Total pernapasan pulmonal
tiap menitnya 6000 ml. Jumlah kapasitas inspirasi (IC) sebesar 3500 ml (IRV+TV) dan
jumlah kapasitas residu fungsional (FRC) sebesar 2500 ml (ERV+RV). Jumlah udara
pada tiap tahap dalam mekanisme pernapasan normal adalah rata-rata yang dimiliki
pasien yang tidak memiliki gangguan pernapasan.
Gambar 5.2 Grafik jumlah aliran udara dan kapasitas vital pada pasien yang
mengalami emfisema
Keterangan :
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa adanya persamaan dengan pernapasan
pasien normal yaitu volume tidal sebesar 500 ml dan total pernapasan pulmonal 6000
ml. Sedangkan untuk tahap yang lainnya mengalami perubahan. Pada ERV, IRV, FVC,
FEV1 dan FEV1% mengalami penurunan jumlah udara. Namun volume yang tersisa
sesudah ekspirasi mengalami kenaikan jumlah udara (RV) sebesar 2750 ml. Jadi dapat
dihitung total kapasitas volume (VC) yang terjadi sebesar 3250 ml. Untuk jumlah IC
sebesar 2500 ml dan jumlah FRC sebesar 3500 ml. Pada emfisema mengalami
penurunan jumlah kapasitas inspirasi dan kapasitas vital udara dalam paru-paru. Namun
mengalami kenaikan jumlah volume residual dan kapasitas residu fungsional di dalam
paru-paru. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketika mengalami emfisema yang
mengalami ketidaknormalan adalah expiratory reserve, vital capacity, residual volume
dan FEV1%..
Gambar 5.3 Grafik jumlah aliran udara dan kapasitas vital di dalam paru-paru
pada pasien yang mengalami serangan asma akut
Keterangan :
Pada penderita asma akut mengalami kontriksi dari bronkiolus sehingga
mengakibatkan volume tidal yang terjadi lebih sedikit yaitu 300 ml dan jumlah kapasitas
vital lebih rendah dibandingkan pasien normal yaitu sebesar 3750 ml. Namun masih
lebih baik daripada penderita emfisema. Jumlah kapasitas inspirasipun juga ikut rendah
sebesar 3000 ml dan kapasitas residu fungsional mengalami kenaikan yaitu sebesar 500
ml dibandingkan pasien normal sehingga berubah menjadi 3000 ml. Dalam hal ini yang
masih dalam rentang normal adalah inspiratory reserve dan vital capacity.
Gambar 5.4 Grafik jumlah aliran udara dan kapasitas vital di dalam paru-paru
pada pasien yang mengalami serangan asma akut dengan bantuan inhaler
Keterangan :
Penderita serangan asma akut biasanya dalam pengobatannya menggunakan obat
dalam bentuk inhaler karena dapat langsung masuk ke dalam paru-paru. Inhaler mampu
memperbaiki volume tidal sehingga berubah menjadi 500 ml. Pada grafik di atas setelah
menggunakan inhaler didapatkan adanya perubahan pada FEV1% yang berubah menjadi
normal 80 %. Untuk kapasitas vital juga mengalami perbaikan dibandingkan pada saat
terjadi serangan akut, yaitu menjadi 4800 ml. Untuk jumlah IC sebesar 3300 ml dan
jumlah FRC sebesar 2700 ml.
Gambar 5.5 Grafik jumlah aliran udara dan kapasitas vital di dalam paru-paru
pada pasien yang sedang latihan ringan
Keterangan :
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa pernapasan yang terjadi grafiknya
konstan. Namun pada latihan ringan ini volume udara yang dihirup atau yang
dihembuskan dalam satu siklus pernapasan biasa meningkat hingga 1875 ml/menit. Dari
data di atas dapat dihitung jumlah VC sebesar 5000 ml (normal), jumlah IC sebesar
3875 ml (tidak normal), dan jumlah FRC sebesar 2125 ml (tidak normal).
Gambar 5.6 Grafik jumlah aliran udara dan kapasitas vital di dalam paru-paru
pada pasien yang sedang latihan berat
Keterangan :
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa pasien yang sedang melakukan latihan
berat volume tidalnya akan meningkat. Dilihat dari grafik di atas jumlah TV sebesar
3650 ml/menit; ERV sebesar 750 ml/menit; IRV sebesar 600ml/menit; dan RV sebesar
1000 ml/menit. Orang yang sedang melakukan latihan berat akan lebih banyak
menggunakan volume udara dalam satu siklus pernapasan. Jumlah VC : 5000 ml/menit,
jumlah IC : 3250 ml, dan jumlah FRC : 1750 ml.
B. Gerakan pernapasan
Gambar 5.7 Grafik hasil dari pengamatan gerakan pernafasan baik pernafasan
perut dan dada dengan kondisi yang berbeda.
Keterangan :
Pernafasan dada dan perut dengan pengaruh adanya kegiatan berbicara
(membaca), menelan (minum), acapnea, dan hiperventilasi.
BAB 6. PEMBAHASAN
6.1. Pembahasan
A. Aktivitas 2
- Pernapasan pada pasien normal
Pernapasan pada orang normal biasanya memiliki volume tidal
500 ml, tapi banyak orang yang yang memiliki volume tidal yang lebih
rendah karena pernafasan dangkal. Pernapasan normal biasanya juga
memiliki laju respirasi 12 nafas per menit dan MRV sebesar 6000 ml
udara per menit. Selain itu jumlah udara yang diambil dengan penarikan
nafas sedalam mungkin pada orang normal di antara rentang 2000-3000
ml. Sedangkan untuk udara yang dikeluarkan dengan nafas kuat sebesar
1000-1500 ml. Dan kapasitas vitalnya sebesar 3500-5000 ml. Udara
residualnya sebesar 1000-1500 ml.
Pada praktikum ini, dalam pernapasan normal volume udara pada
tiap tahap dapat diukur antara lain yaitu TV : 500 ml; ERV : 1500 ml;
IRV : 3000ml; RV : 1000 ml; FVC : 5000ml; TLC : 6000 ml; FEV1 :
4000 ml; FEV1% : 80%. Total kapasitas vital (VC) adalah TV + IRV +
ERV = 500 ml + 3000 ml + 1500 ml = 5000 ml per menit. Total
pernapasan pulmonal tiap menitnya 6000 ml. Jumlah kapasitas inspirasi
(IC) sebesar 3500 ml (IRV+TV) dan jumlah kapasitas residu fungsional
(FRC) sebesar 2500 ml (ERV+RV). Dalam hal ini, pada tiap tahapnya
masih dalam rentang normal.
- Pernapasan pada penderita emfisema
Penyakit emfisema adalah penyakit saluran pernapasan yang
berciri sesak napas terus menerus yang menghebat pada waktu
mengeluarkan tenaga dan sering kali dengan perasaan letih dan tidak
bergairah (paru-paru basah). Emfisema merupakan penyakit paru
obstruktif kronik. Gejala utamanya adalah penyempitan saluran napas,
karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan
mengalami kerusakan yang luas dan membuat napas menjadi lebih
pendek. Selain itu dapat mengurangi permukaan paru-paru dan jumlah
oksigen yang mencapai aliran darah. Hal ini juga memungkinkan saluran
udara tersebut runtuh ketika anda mengeluarkan napas, sehingga udara
dalam paru-paru tidak dapat keluar.
Pada percobaan ini, terlihat adanya persamaan pernapasan
penderita emfisema dengan pernapasan pasien normal yaitu volume tidal
sebesar 500 ml dan total pernapasan pulmonal 6000 ml. Sedangkan untuk
tahap yang lainnya mengalami perubahan. Pada ERV, IRV, FVC, FEV1
dan FEV1% mengalami penurunan jumlah udara. Namun volume yang
tersisa sesudah ekspirasi mengalami kenaikan jumlah udara (RV) sebesar
2750 ml. Jadi dapat dihitung total kapasitas volume (VC) yang terjadi
sebesar 3250 ml. Untuk jumlah IC sebesar 2500 ml dan jumlah FRC
sebesar 3500 ml. Pada emfisema mengalami penurunan jumlah kapasitas
inspirasi dan kapasitas vital udara dalam paru-paru. Namun mengalami
kenaikan jumlah volume residual dan kapasitas residu fungsional di
dalam paru-paru.
Dari penjelasan mengenai emfisema dan data dari percobaan pada
praktikum ini. Didapatkan bukti bahwa penderita emfisema akan
memiliki IRV yang lebih rendah dari pasien normal. Dan udara yang
tertinggal di paru-paru akan jauh lebih besar sehingga udara maksimal
yang dikeluarkan akan jauh lebih sedikit.
- Pernapasan pada pasien yang terkena serangan akut asma dan saat
diberikan bantuan inhaler
Serangan asma akut disebabkan oleh penyempitan saluran napas
akibat bronkospasme yang sedang berlangsung, edema, dan penyumbatan
lendir. Dalam keadaan seperti itu obat-obatan asma sangat membantu.
Biasanya menggunakan terapi inhalasi. Penderita serangan asma akut
biasanya dalam pengobatannya menggunakan obat dalam bentuk inhaler
karena dapat langsung masuk ke dalam paru-paru.
Pada penderita asma akut mengalami kontriksi dari bronkiolus
sehingga mengakibatkan volume tidal yang terjadi lebih sedikit yaitu 300
ml dan jumlah kapasitas vital lebih rendah dibandingkan pasien normal
yaitu sebesar 3750 ml. Namun masih lebih baik daripada penderita
emfisema. Jumlah kapasitas inspirasipun juga ikut rendah sebesar 3000
ml dan kapasitas residu fungsional mengalami kenaikan yaitu sebesar 500
ml dibandingkan pasien normal sehingga berubah menjadi 3000 ml.
Dalam hal ini yang masih dalam rentang normal adalah inspiratory
reserve dan vital capacity.
Inhaler mampu memperbaiki volume tidal sehingga berubah
menjadi 500 ml. Pada grafik di atas setelah menggunakan inhaler
didapatkan adanya perubahan pada FEV1% yang berubah menjadi normal
80 %. Untuk kapasitas vital juga mengalami perbaikan dibandingkan
pada saat terjadi serangan akut, yaitu menjadi 4800 ml. Untuk jumlah IC
sebesar 3300 ml dan jumlah FRC sebesar 2700 ml.
- Pernapasan pada orang yang sedang melakukan latihan ringan dan berat
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan
dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Semakin
banyak aktifitas tubuh yang dilakukan semakin meningkat pula frekuensi
bernafas dan denyut nadi. Hal ini dapat dibuktikan dalam percobaan yang
telah dilakukan pada praktikum kali ini. Terutama adanya perbedaan
yang mencolok pada volume tidal paru-paru.
Pada percobaan pada pasien yang sedang melakukan latihan
ringan, didapatkan terjadinya grafik yang konstan dari tiap tahap
pernapasan. Namun pada latihan ringan ini volume udara yang dihirup
atau yang dihembuskan dalam satu siklus pernapasan biasa meningkat
hingga 1875 ml/menit. Dari data di atas dapat dihitung jumlah VC
sebesar 5000 ml (normal), jumlah IC sebesar 3875 ml (tidak normal), dan
jumlah FRC sebesar 2125 ml (tidak normal).
Sedangkan berdasarkan percobaan kali ini, pasien yang sedang
melakukan latihan berat volume tidalnya akan meningkat. Dilihat dari
grafik di atas jumlah TV sebesar 3650 ml/menit; ERV sebesar 750
ml/menit; IRV sebesar 600ml/menit; dan RV sebesar 1000 ml/menit.
Orang yang sedang melakukan latihan berat akan lebih banyak
menggunakan volume udara dalam satu siklus pernapasan. Jumlah VC :
5000 ml/menit, jumlah IC : 3250 ml, dan jumlah FRC : 1750 ml.
B. Gerakan pernapasan
Sikap badan, kerja fisik, dan berbagai ransangan dapat menjadi faktor perubahan
gerakan napas. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Salah satu percobaan yang
dilakukan dalam posisi berbaring, diperoleh hasil frekuensi napas sebanyak 18 kali per
menit dengan amplitudo 1 mm, hal tersebut telah sesuai dengan teori yang ada di mana
pada umumnya. Manusia mampu bernapas antara 15-18 kali setiap menitnya. Pada
posisi duduk atau tiduran, beban berat tubuh disangga oleh sebagian besar bagian tubuh
sehingga terjadi penyebaran beban. Hal ini mengakibatkan jumlah energi yang
diperlukan untuk menyangga tubuh tidak terlalu besar sehingga frekuensi
pernapasannya juga rendah.
Pada praktikum kali ini menunjukkan adanya perubahan frekuensi pernapasan
baik dengan menggunakan pernapasan dada ataupun perut.
- Kondisi membaca (berbicara)
Pada saat orang percobaan membaca sambil respirasi terlihat pada grafik
frekuensi gerakan pernapasan tidak teratur. Hal ini dikarenakan ikut keluarnya
karbondioksida pada saat membaca, sehingga jika di paru-paru terjadi
kekurangan oksigen, orang percobaan akan tiba-tiba menarik napas kembali.
Perlahan atau tingginya intonasi suara akan mempengaruhi kecepatan dan
gerakan-gerakan pernapasan. Hal ini terjadi karena orang percobaan akan
berusaha mempertahankan pada saat membaca dan agar kebutuhan oksigen di
paru-paru terpenuhi.
- Kondisi minum (menelan)
Pada percobaan minum sambil melakukan respirasi didapatkan bahwa terjadi
penurunan frekuensi bernapas. Hal ini terjadi karena saat inspirasi, epiglotis
dalam keadaan terbuka sehingga akan menyebabkan udara masuk ke trakea,
sedangkan saat minum esophagus akan terbuka, sehingga tidak akan bisa terjadi
inspirasi sambil minum kecuali akan menyebabkan tersedak. Sedangkan saat
minum suhu tubuh akan turun dan menyebabkan penurunan frekuensi bernapas.
- Kondisi acapnea
Acapnea adalah difisiensi karbondioksida dalam darah. Hal ini akan menyebakan
frekuensi napas meningkat karena pada paru-paru akan kekurangan asupan
oksigen dari jantung.
- Kondisi tanpa acapnea (hiperventilasi)
Hiperventilasi adalah pernafasan cepat dan dalam yang menyebabkan terlalu
banyak jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Namun pada
kondisi hiperventilasi ini tidak disertai dengan difisiensi oksigen. Sehingga
mengakibatkan pernapasan menjadi cepat (frekuensi meningkat), namun hal ini
tidak dikarenanakan oleh metabolisme.
BAB 7. KESIMPULAN
A. Aktifitas 2
1. Penyakit paru-paru yang disebakan karena adanya gejala obstruktif akan
mengalami penurunan aliran udara pada FEV1.
2. Pernapasan yang normal memiliki kapasitas vital dalam rentang 3500-5000 ml.
3. Total kapasitas pernapasan pulmonal pada semua orang sama yaitu 6000
ml/menit, hanya frekuensi dan volume udara tiap tahap berbeda tergantung
kondisi pasien.
4. Pasien yang menderita emfisema akan meninggalkan udara di paru-paru dengan
jumlah yang besar, sehingga udara yang yang diekspirasikan volumenya sedikit.
5. Penderita emfisema dan penderita serangan asma akut sama-sama mengalami
peningkatan jumlah udara residual.
6. Penderita asma akut akan dapat bernapas normal kembali dengan bantuan
pengobatan dari inhaler, karena mampu memperbaiki TV dan FEV1%.
7. Semakin berat dan banyak aktifitas maka semakin besar pula udara yang
diperlukan dalam satu siklus pernapasan.
B. Gerakan pernapasan
1. Pada hiperventilasi baik pada pernapasan dada maupun perut, frekuensi napas
meningkat dan hal ini bukan disebabkan oleh metabolisme.
2. Pada acapnea baik pada pernapasan dada maupun perut juga mengalami
peningkatan frekuensi bernafas, dan ini diakibatkan oleh metabolisme.
3. Pada posisi menelan/minum frekuensi bernapas dengan pernapasan dada
maupun perut menurun.
4. Frekuensi bernapas dengan pernapasan dada atau perut pada keadaan berbicara
tidak teratur.
BAB 8. DAFTAR PUSTAKA
Budiarti, Herni. 2007. Biologi untuk SMA kelas XII. Surakarta: Gema Ilmu.
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Guyton, A. C & Hall, E. J, 2006. Fisiologi kedokteran edisi 11. Jakarta : EGC.
Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC.
Asih, Niluh G.V., Effendy, C. 2003. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : EGC.