BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian
Operasi adalah suatu upaya penanganan suatu gangguan (penyakit) dengan cara
pembedahan. Tindakan operasi dilakukan pada berbagai daerah salah satunya adalah
laparotomi. Laparotomi merupakan tindakan pembedahan atau penyayatan pada dinding
abdominal atau lapisan peritoneal, sehingga dapat mencapai organ-organ visceral secara
langsung. Laparotomi sendiri berasala dari kata Laparo yang berarti abdominal dan dari kata
tomy yang berarti penyayatan.
Anestesi merupakan tahapan yang sangat penting pada tindakan pembedahan. Anestesi
umum adalah tahapan yang sangat penting dan mempunyai resiko jauh lebih besar dari
prosedur pembedahan, karena anestesi yang dalam akan mengancam nyawa pasien.
Pemberian agen anestetikum yang kurang atau tidak mencukupi menyebabkan pasien akan
tetap merasakan sakit, tetapi apabila dosis anestetikum yang diberikan dalam keadaan
berlebihan dapat terjadi kematian. Kriteria idealanestetikum, yaitu anestetikum yang
menghasilkan sedasi, analgesi, relaksasi, ketidaksadaran, dan aman untuk sitem vital, serta
mudah diaplikasikan (Fossum, 1997).
Anestetika yang paling banyak digunakan adalah injeksi kombinasi ketamine-xylazine.
Kombinasi ini menghasilkan anestesi tidak stabil, memerlukan pengulangan pemberian,
pemulihan lama, mempunyai efek samping kejang dan muntah. Ketamine adalah senyawa
sintetik sejenis dengan PCP (Phencyclidine) yang dipakai sebagai obat anesthetic pada
veterinary juga pada manusia(Frecknell PA, 1987).
Ketamine dosis rendah menghasilkan analgesik yang baik, tetapi ketamine
menyebabkan kekejangan otot dan peningkatan denyut jantung, tetapi ketamine
menyebabkan kekejangan otot dan peningkatan denyut jantung (Pathak et al.1982; Kul et al.
2001).
Xylazine HCl adalah golongan alpha2-adrenoceptor stimulant atau alpha-2 adrenergic
receptor agonist. Xylazine bekerja melalui mekanisme yang menghambat tonus simpatik
karena xylazine mengaktivasi reseptor postsinap α2-adrenoseptor sehingga menyebabkan
medriasis, relaksasi otot, penurunan denyut jantung,penurunan peristaltik, relaksasi saluran
cerna, dan sedasi. Xylazine menyebabkan relaksasi otot melalui penghambatan transmisi
impuls intraneural pada susunan syaraf pusat dan dapat menyebabkan muntah. Xylazine juga
dapat menekan termoregulator (Adams, 2001). Pemberian atropine sulfat secara bersamaan
sebagai preanestesi, dapat menurunkan pengaruh hipersalivasi dan bradikardi dari xylazine
(Bishop, 1996). Atropine adalah agen menghambat muskarinik atau antimuskarinik dengan
mekanisme kerja secara kompetisi dengan reseptor acetilkolin. Penggunaan kombinasi
atropine sulfat, xylazine HCl atau midazolam sebagai preanestesi akan memberikan pengaruh
lebih baik terhadap anestesi serta meningkatkan potensi anestetikum. Preanestesi juga sangat
penting pada hewan untuk tujuan merestrain sebelum dilakukan anestesi.
Tolfenamic Acid (TA) adalah salah satu dari kelas non-steroid anti-inflammatory drugs
(NSAIDs).Tolfenamic Acid digunakan untuk menghilangkan rasa sakit pada serangan
migrain (Booth et al., 1977).
Ampicillin adalah salah satu antibiotik semi sintetik golongan penicillin. Ampicillin
termasuk dalam agen bakterisidal yang mempunyai spektrum aktivitas luas pada bakteri
Gram negatif dan positif. Bakteri-bakteri yang rentan terhadap Ampicillin antara lain :
Streptococcus, Staphylococcus, Clostridium, E. coli, Klebsiella, Shigella, Salmonella,
Proteus, Brucella dan Pasteurella (Jones et al., 1978). Pemberian ampicillin ada beberapa
macam bisa PO (per oral), IV, IM, dan SC, tergantung pada sediaan obat dan kegunaannya.
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak. vitamin K diperlukan oleh tubuh
dalam proses pembekuan darah secara normal. Vitamin K sangat berperan dalam proses
pembekuan darah, kekurangan vitamin K dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah
sehingga menyebabkan perdarahan yang sulit membeku (Sulistia G, 1987).
Pemberian primperan (Metoclopramide) bertujuan untuk mengatasi gejala muntah pada
kucing Ucyl. Metoclopramide merupakan derivate para-aminobenzoic acid, gugus kimianya
mirip prokainamid, tapi efek anastetika lokalnya sangat lemah,dan hampir tidak berpengaruh
terhadap miokard. Efek farmakologi dari Metoclopramide adalah berkerja dalam saluran
gastrointestinal dan CNS. Dalam saluran Gastrointestinal metaclopramide meningkatkan
motilitas gastrointestinal tanpa menstimulasi gastrium, pankreas dan sekresi empedu. Di
dalam CNS, metoclopramide nyata sebagai antagonis dopamine, anti-emetic pusat,
menghalangi dopamine didalam chemo-reseptor trigger zone, extrapyrimidal, dan efek
stimulasi prolaktin (Forsyth S, 1995).
Efek nyata yang diberikan oleh Metoclopramide adalah anti emesis lokal, dalam dunia
kedokteran hewan dapat dipakai pada kasus muntah-muntah karena Parvo-virus dan uremic
gastritis. Namun perlu diperhatikan; kontraindikasi dari Metoclopramide adalah pada pasien
dengan perdarahan gastrointestinal, obstruksi atau perforasi dan hypersensitif terhadap
Metoclopramide(Forsyth S, 1995).
Novaverine merupakan obat diare golongan Anti motilitas/Anti spasmodik. Mekanisme
kerjanya yaitu mengurangi kecepatan pergerakan pada usus (relaksasi otot polos) (Gorda et
al., 2010).
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan
ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh (Sulistia G, 1987).
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Bahan – Bahan sebelum Operasi dan sesdudah operasi:
Yang utama adalah kucing yang dilengkapi dengan pemeriksaan anamnesis yang
lengkap yang meliputi:
Nama kucing : Manis
Jenis kelamin, usia : betina, 6 bulan
Berat badan : 2,2 kg
Warna, ras : trikalor, domestik house cat (DHC)
Dalam praktikum kali ini ada beberapa bahan yang digunakan untuk selama
operasi laparotomi berlangsung antar lain adalah :
a. Atropin sulfat (0,05 mg) dengan dosis mg/kg BB digunakan sebagai obat
premedikasi.
Jumlah pemberian = berat badan x dosis aplikasi = 2,2 kg x 0,04 mg/kgBB = 0,17 ml
Kandungan sediaan 0,5 mg/ ml
b. Xylasin 2% dengan dosis mg/kgBB digunakan sebagai anastesi umum
Jumlah pemberian = berat badan x dosis aplikasi = 2,2 kg x 2,2 mg/kgBB = 0,22 ml
Kandungan sediaan 20 mg/ ml
c. Ketamin 10% dengan dosis mg/kgBB digunakan sebagai anastesi umum
Jumlah Pemberian = berat badan x dosis aplikasi = 2,2 kg x 10 mg/kgBB = 0,22 ml
Kandungan sediaan 100 mg/ml
d. Penicilin G dengan dosis secukupnya digunakan sebagai antibiotik yang diberikan
pada permukaan luar kulit setalah operasi sebelum ditutup dengan bandage.
e. Ampicillin sodium (Visilin) dengan dosis mg/kgBB digunakan sebagai antibiotik
yang diberikan pada setiap lapisan jahitan yang dibedah. Jumlah Pemberian ± 1 ml
per lapisan jahitan.
Sedangkan obat-obatan setelah operasi meliputi :
a. Ampicillin sirup dengan dosis mg/kgBB yang diberikan secara peroral sebagai
antibiotik dari dalam. Diberikan dua kali sehari selama lima hari, tiap pemberian
sebanyak 1,76 ml.
Jumlah pemberian = berat badan x dosis aplikasi = 2,2 kg x 20 mg/kgBB = 1,76 ml
Kandungan sediaan 25 mg/ml
b. Ampicillin inject 1 ml yang diberikan secara intramuscular sebagai antibiotik dari
luar
Jumlah pemberian = berat badan x dosis aplikasi = 2,2 kg x 10 mg/kgBB = 0,22 ml
Kandungan sediaan 100 mg/ ml
c. Tolfenamic Acid dengan dosis mg/kgBB digunakan sebagai analgesik pasca operasi
Jumlah Pemberian = berat badan x dosis aplikasi = 2,2 kg x 4 mg/kgBB = 0,11 ml
Kandungan sediaan 80 mg / ml
d. Iodine oles dengan dosis secukupnya sebagai antiseptik untuk membersihkan luka
jahitan
e. Perban dan plaster digunakan untuk menutup luka jahitan.
2.1.2 Alat-alat yang digunakan untuk operasi
Dalam praktikum ini alat-alat yangdigunakan untuk operasi adalah sebagai
berikut:
- Allis tissue forcep dengan jumlah
- Towel clam dengan jumlah
- Scapel dan blade dengan jumlah
- Pinset anatomis dan pinset cirrurgis dengan jumlah
- Arteri clam bengkok dengan jumlah
- Groofe derector dengan jumlah
- Retrakctor dengan jumlah
- Spay hock dengan jumlah
- Needle holder dengan jumlah
- Gunting tumpul-tumpul, gunting tajam tumpul dengan jumlah
- Mosquitoforcep dengan jumlah
- atericlam pan panjang dengan jumlah
- Jarum penampang segitiga dengan jumlah dan jarum penampang bulat dengan
jumlah
- Benang catgut cromic dengan jumlah , cargut plain dengan jumlah, silk atau
katon dengan jumlah
- Tali restraint, meja operasi, thermometer, stetoskop, timbangan, spuit 1ml dan
3 ml, pencukur rambut, sarung tangan, masker, baju bedah, drape, tampon,
kapas.
2.2 Langkah Kerja
2.2.1 Preparasi Alat
Sterilisasi alat-alat Bedah
Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan bakteri
ataupun agen penyebab kontaminasi yang terdapat pada alat-alat bedah, agar
jaringan –jaringan, organ ataupun pembuluh darah yang steril saat dibedah tidak
terkontaminasi mikroba patogen tersebut. Peralatan bedah minor yang disterilisasi
meliputi: allis tissue forcep, towel clam, groofe derector, scapel handel, pinset
anatomis dan cirrurgis, artericlam pan panjang dan bengkok, retraktor, spay hock,
mosquito forcep, drape, tampon dimana alat-alat ini disterilisasi panas sedangkan
alat laian seperti needle holder, gunting tumpul-tumpul dan gunting tajam tumpul
disetril dengan menggunakan alkohol 70%. Dimana pembungkusan alat-alat
bedah dilakukan dengan cara alat-alat yang disterilkan panas dimasukkan
kedalam wadah peral, selanjutnya wadah peral dibungkus dengan menggunakan
koran secara rapat sehingga semua bagian wadah tertup rapat, selanjtnya
dimasukkan kedalam oven steril dengan suhu 100 L C selama 60 menit beserta
drape dan tampon. Setelah alat selesai disterilisasi alat dikelurgan dan ditata
diatas meja operasi.
2.2.2 Preparasi dan Persiapan Hewan Operasi
Persiapan-persiapan operasi yang dilakukan pada hewan meliputi
pemeriksaan secara signalemen, anamnese satatus present serta pemeriksaan lain
yang perlu. Data fisiologi penting harus diambil sebelum operasi yaitu suhu
tubuh, frekuensi nafas, pulsus dan selaput mata. Tahapan selanjutnya adalah
restrain hewan kemudian dilakukan penyuntikan premedikasi atropin untuk
menenangkan pasien, setelah itu dilakukan pencukuran bulu didaerah operasi
minimal 10 cm disekitar sayatan. Daerah sayatan dibersihkan dengan alkohol.
Kemudian dikeringakn dengan tampon dan dilanjutkan dengan diolesi
menggunakan iodine 3%. Setelah itu hewan siap untuk diletakkan pada meja
operasiyang telah disipkan kain alas tubuh pasien. Sebelum diletakkan peletakkan
pada meja operasi, hewan harus dianastesi umum terlebih dahulu sampai pasien
tidak sadar, kemudian baru diletakkan pada meja operasi Ketika berada diatas
meja operasi denan posisi dorso venteral atau telentang dengan keempat kakinya
diikat diujung-ujung meja dengan menggunakan sumbu kompor dengan simpul
yang kuat. Selanjutnya tubuh pasien ditutup dengan menggunakan drape yang
disesuikan dengan daerah luas penampang yang akan dilakukan operasi. Drape
kemudian difiksir dengan menggunakan towel clamp. Setelah itu pasien siap
untuk dilakukan operasi.bukan hanya itu saja hewan sebelum dilakukan oeprasi
harus diberikan perlakukan yang berupa pemuasaan dari makan selama 12 jam
menjelang operasi, dan pemuasaan air selama 2- 4 jam menjelang operasi hal ini
dilakukan untuk mengosongkan lambung dan kantung kemih, sehingga setelah
selesai diberi nastesi umum hewan tidak akan muntah.
2.2.3 Persiapan Operator dan Asisten
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh operator dan asisten adalah
pertama membersihkan tangan dengan cara mencuci tangan dengan mengunakan
air mengalir dan sabun sampai dengan kuku-kuku pada tangan harus benar-benar
bersih. Selanjutnya pencucian harus dilakukan sampai dengan ujung lengan dan
dilakukan berulangkali sampi benar-benra bersih. Selanjutnya dicuci ulang
dengan menggunakan alkohol sebagai antiseptik. Kemudian tangan dieringakan
dan dilanjutkkan dengan menggunakan glove dan masker serta baju operasi.
Setelah itu tidak operator dan asisten tidak boleh memegang apapun agar
terhindar dari kontaminasi. Operasipun siap untuk dilakukan.
2.2.4 Prosedur Pembedahan
Langkah-langkah opersi dapat dilakukan setelah semuanya siap. Adapunhal
yang dilakukan pertama kali adalah :
1. Dilakukan penyayatan kulit dengan menggunakan scapel dimulai dari 2 cm
dibawah umbilikal.
2. Setelah lapisan kulit terbuka, maka selanjutnya dilakukan penyayatan pada
bagian subkutan tetap dengan menggunakan scapel dan dibantu menggunakan
pinset anatomis dan arteri clam yang dicepitkan pada kulityang telah disayat
untuk memperluas lapangan pandang atau menguankanna kulit. Selain itu
untuk menghindari terlukanya lapisan dibawah suukan maka penyayatan
dapat dibantu dengan groofe derector sehingga aman.
3. Setalah lapisan subkutan tersayat makan dilakukan penguakan dengan
penggunakan gunting tumpul-tunpul, dan lapisan subkutan tersebut ditahan
menggunakan arteri clam, agar terkuak dan dapt terlihat linea albanya. Linea
alba ini digunakan sebagai patokan untuk menyayat lapisan dalam dari
muskulus obliqua internal abdominis.
4. Selanjutnya linea alba disayat dengan menggunakan scapel dan dibantu
menggunakan pinset anatomi dan groof derector hingga terkuak lapisannya
dengan dibantu oleh gunting tumpul-tumpul sehingga terlihat organ dalam
dari abdominal.
5. Setalah terlihat organ abdominalnya dapat dilakukan pencarian orgaan
berdasarkan pembagian daerah abdominal seperti : epigastrium, mesogastrium
dan hypogastrium. Setelah pencarian organ selesai maka dapt dilakukan
penjahitan atau penutupan organ dari abdomen tersebut.
6. Jahitan pada lapisan paling dalam yang berupa lapisan peritonium dan
musculus obliqus internal abdominis dengan menggunakan jarum dengan
permukaan bulat dan benang yang dipakai adalah benang catgut cromik.
Penjahitan lapisan ini harus dijahit dengan menggunakan jahitan terputus
sederhana (simple interupted suture) diamana jahitan ini memberikan
keuntungan lebih aman karena jika terlepas satu benang yang lain akan masih
tetap terjahit. Sebelum penjahitan harus diberikan antibiotik ampicillin
sodium untuk mencegah terjadinya infeksi setelah lapisan pertama dijahait
juha harus diberikan antibiotik agar mencegah infeksi bakteri patogen.
7. Selanjutnya dilakukan penjahitan pada lapisan kedua yakni pada lapisan
subkutan. Pada lapisan ini dilakukan penjahitan dengan menggunakan jahitan
menerus sederhana (). Lapisan ini dijahit dengan menggunakan benang catgut
plain dengan jarum dengan permukaan bulat. Setelah jahitan selesai maka
harus diberikan antibiotik ampicillin sodium. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya infeksi setelah melakukan penjahitan.
8. Kemudian dilanjutkan pada lapisan yang terakhir yakni lapisan kulit. Pada
lapisan ini dilakukan penjahitan dengan menggunakan jahitan terputus
sederhana (simple interupted suture). Lapisan ini dijahit dengan menggunakan
benang silk atau katon dan dengan jarum permukaan segitiga. Setelah
penjahitan lapisan terakhir ini selesai maka permukaan jahitan haris diberi
iodine dan diberikan antibiotik Penicillin G serbuk diseluruh daerah yang
dijahit. Selanjutnya luka jahitan dituup dengan menggunakan perban segi
empat yang disesuikan dengan ukuran luka dan dipasang plaster selanjutnya
dipakaikan gurita untuk mencegah gigitan dari pasien.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Pemeriksaan fisik Pre Operasi dan pasca operasi :
Hasil pemeriksaan ini dilakukan sebelum melakukan operasi yang terdiri atas
pemeriksaan suhu, pemeriksaan pulsus, respirasi dan pupil .
Waktu OperasiPemeriksaan
Termoregulasi Pulsus Respirasi pupil
Sebelum
Operasi
38° C - 20 / menit meiosis
Sesudah
Operasi
40°C - 25 / menit midriasis
3.2 Pre – Laparotomy
Laparotomy atau pembedahan pada abdomen perlu beberapa persiapan, antara lain pasien
, alat , operator dan ruangan. Pada praktikum ilmu bedah umum ini dilakukan persiapan
hanya pada pasien, alat dan operator. Berikut persiapan – persiapan pre – laparotomy yang
dilakukan pada praktikum ilmu bedah umum:
1. Pasien
Pasien dipuasakan selama kurang lebih 8 jam sebelum operasi. Kemudian bulunya
dicukur disekitar daerah abdomen yang akan di incise yaitu daerah umbilicus dan
bawahnya serta dibersihkan dengan alcohol. Pencukuran ini dilakukan pada ruang
periksa pasien di klinik PKH UB atau tempat yang berbeda dengan ruang pelaksanaan
praktikum ilmu bedah umum atau laparatomy. Lalu pasien dipindahkan ke ruang
laparatomy dan diberi premidikasi berupa atropine sulfat yang diberikan secara sub
kutan, dosis yang digunakan sebesar 0,17 ml. perhitungan dosis atopine sulfat adalah
sebagai berikut :
atropin sulfat=dosis × BBsediaan
=0,04 ×2,20,5
=0,17
Setelah diberi premedikasi dan pasien tenang sehingga mudah untuk dihandling, maka
pasien di beri anastesi umum yaitu campuran ketamin dan xylazine yang diberikan
secara IM dengan dosis 0,22 ml, berikut perhitungan dosisnya :
ketamin=dosis × BBsediaan
=10 ×2,2100
=0,22
xylazine=dosis × B Bsediaan
=2,2 ×2,220
=0,22
Namun pasien yang kami lakukan laparatomy memiliki kelainan ginjal, yaitu terdapat
perbesaran pada ginjal. Sehingga dengan dosis anastesi diatas pasien tidak dalam
keadaan teranastesi, setelah ± 30 menit menunggu pasien teranastesi maka diputuskan
untuk menambah dosis anastesi sebesar 0,5 dosis awal. Namun setelah beberapa lama
menunggu dan pasien tidak dalam keadaan teranastesi, pasien kembali diberi 0,5 dosis
anastesi awal. Dan setelah pasien teranastesi, bagian extremitasnya diikat dengan tali
pada tiang – tiang kursi, agar tubuh pasien tidak berubah atau berpindah tempat.
2. Alat
Untuk alat – alat yang dipakai untuk laparatomy sebelumnya dilakukan sterilisasi.
Sterilisasi dilakukan dengan dua cara,yaitu :
a. Autoclave
Digunakan untuk alat – alat bedah yang tidak tajam, alat – alat tersebut
dimasukkan dalam wadah dan dibungkus dengan kertas kemudian dimasukkan
ke dalam autoclave dengan suhu 121°C dan tekanan sebesar 15 atm .
b. Alcohol 70 %
Digunakan untuk alat – alat bedah yang tajam, seperti gunting, dimasukkan
dalam wadah yang berisi alcohol 70%, kemudian biarkan terendam.
Alat yang tajam tidak disterilkan dengan autoclave karena penggunaan autoclave akan
mengakibatkan alat tersebut menjadi tumpul. Bahan – bahan lain seperti tampon pun
dilakukan sterilisasi dengan autoclave, namun dibungkus kertas terlebih dahulu agar
air dari autoclave tidak terserap tampon.
3. Operator
Sterilisasi operator pada praktikum ini tidak sesuai dengan standar untuk operasi,
karena baju yang dipakai operator tidak khusus atau hanya memakai jas laboratorium.
Namun operator wajib menggunakan glove dan masker untuk menurangi kontaminasi
sekunder yang terjadi saat laparatomy. Selain itu ruangan yang dipakai tidak sesuai
standar operasi.
3.3 LAPARATOMI
Proses operasi laparatomy pada praktikum ini yaitu :
1. Alat – alat disiapkan dimeja operasi
2. Tim operator sudah memakai masker dan glove yang steril
3. Pasien yang sudah dalam keadaan teranastesi diikat dengan tali pada extremitasnya.
4. Bagian yang akan diincisi dibersihkan dengan alcohol 70%
5. Dilakukan incise didaerah 2cm bawah umbilicus, incise dilakukan sepanjang ± 4 cm
6. Lapisan yang diincisi dari luar ke dalam yaitu : kutan, sub kutan, dan linea alba.
Terjadi sedikit pendarahan saat dilakukan incise, namun dapat ditangani dengan
menekan daerah yang terjadi perdarahan dengan tampon.
7. Karena pasien dalam kondisi yang tidak stabil, maka laparatomy yang bertujuan untuk
melihat organ dalam bagian abdomen ini dilakukan hanya sebentar
8. Dilakukan penjahitan pada lapisan linea alba dengan menggunakan benang jenis cat
gut chromic dan teknik jahitan sederhana terputus, sebelumnya dimasukkan
amphicilin ke dalam rongga abdomen.
9. Namun saat dilakukan penjahitan pada ujung – ujung daerah incise lapisan linea alba,
pasien sadar kembali sehingga diberi anastesi lagi sebesar 0.5 dosis awal.
10. Kemudian jahitan pada linea alba diteruskan dan dibantu oleh dosen pembimbing
praktikum, karena kondisi pasien sangat tidak stabil.
11. Dilanjutkan menjahit lapisan subkutan dengan benang jenis cat gut plain dan teknik
jahitan sederhana menerus, pada saat praktikum ini proses penjahitan dilakukan
dengan cepat karena ditakutkan pasien sadar kembali. Sebelum dilakukan penjahitan
kembali dimasukkan amphicilin pada daerah atas linea alba.
12. Penjahitan dilanjutkan pada lapisan kutan dengan benang jenis silk dan teknik jahitan
terputus sederhana. Sebelumnya dimasukkan pula amphicilin.
13. Setelah penjahitan selesai dilakukan, pada tempat penjahitan diberi amphicilin cair
dan penicillin bubuk, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kontaminasi sekunder
yang terjadi.
14. Dilakukan bandage atau penutupan luka dengan kasa dan hypafix serta dipakaikan
gurita untuk menghindari pasien menjilat daerah yang dioperasi.
15. Pasien diberi injeksi amphicilin secara IM dengan dosis 0,22 ml, dengan perhitungan :
amp h icilin=dosis × BBsediaan
=10 × 2,2100
=0,22
16. Serta diberi Tolfenamic acid sebagai analgesic secara sub kutan dengan dosis 0,11 ml,
dengan perhitungan :
tolfen=dosis × BBsediaan
=4 ×2,280
=0,11
17. Pasien dimasukkan ke dalam kandang hingga sadar dari pengaruh anastesi.
3.3 Pemeriksaan Pasca Operasi
Hasil pemeriksaan ini dilakukan selama satu minggu pengamatan yang meliputi beberapa hal yakni suhu, makan, urinasi, defekasi,minum,
jahitan.
Hari Treatment Pemberian Obat Keterangan
Selasa Pemberian Pakan dan
Minum Normal
Kemudian Pukul
21.00 mulai
dipuasakan makan
- Kucing sehat keadaan semua normal
Makan normal
Minum normal
suhu tubuh 37,80C
Lincah
Defekasi normal
Urinasi normal
Rabu Pemberian
Premedikasi
Pemberian Anestesi
Memulai Operasi
Pemberian Antibiotic
Pemberian Anti nyeri
Premedikasi
Ketamin HCl
Anestesi
Xylazine
Antibiotik
-
Anti Nyeri
Telofenic
acid
Keadaan normal
Suhu tubuh 37,90c
Diberi ketamin kucing menjadi lebih tenang
Diberi Xylazine dosis pertama tidak ada efek
Setelah 45 menit diberi dosis kedua,15 menit kemudian tidak sadar, dilakukan operasi,
setelah 5 menit operasi kucing bangun diberi dosis ketiga,5 menit berikutnya sadar
kembali diberi dosis ke 4, 10 menit kemudian operasi selesai, kucing sadar pukul 21.00
Mau makan hanya sedikit sekali
Tidak minum
Tidak urinasi
Kamis Pemberian pakan sain Antibiotik Oral Kucing Sehat sangat lincah
diet 3 kali sehari
Pemberian iodine
Penggantian perban
Pemberian anti nyeri
Pemberian antibiotic
peroral 2 kali sehari
Antinyeri
Iodine
Suhu 38,20C
Perban Lepas 2 kali karena digigiti
Kotoran normal
Makan minum normal
Bekas jahitan normal
Urinasi normal
Juma’at Pemberian pakan 3
kali sehari
Pemberian Antibiotik
Peroral 2 kali sehari
Pemberian Iodine
Penggantian Perban
Nafsu makan meningkat
Minum meningkat
Suhu 39,40C
Defekasi normal
Terjadi radang disekitar jahitan
Urinasi normal
Sabtu Pemberian Pakan 3x
sehari
Antibiotik peroral 2
kali sehari
Pemberian iodine
Suhu 38,20C
Defekasi normal
Nafsu makan menurun
Terjadi radang disekitar luka
Urinasi normal
Minggu Pemberian pakan 2
kali sehari
Nafsu makan normal suhu 37,90C
defekasi normal
Antibiotik peroral 2
kali sehari
Pemberian Iodine
Penggantian perban
Terasa sakit saat dipegang perut bagian samping
Radang mulai menurun
Urinasi normal
Senin Pemberian Pakan 2
kali sehari
Antibiotik peroral
Pemberian iodine
Nafsu makan menurun
Hanya minum terus
Suhu tubuh 37,80C
Terasa sakit pada perut bagian samping
Sedikit radang pada luka
Kucing kurang aktif
Defekasi normal
Urinasi normal
Selasa Pemberian pakan 2
kali sehari
Pemberian iodine
Pengantian perban
Pemberian pakan
lunak “whiskas”
Nafsu makan menurun
Hanya minum terus
Suhu 38,20C
Temparamen meningkat
Sedikit radang pada luka
Tidak defekasi
Rabu Pemberian Pakan 1
kali sehari
Pemberian iodine
Penggantian perban
Pemberian Antacida 2
Tidak mau makan
Hanya minum terus
Temperamen semakin meningkat
Suhu 37,30C
Muntah 3 kali
kali sehari Tidak defekasi
Radang diujung luka bagian belakang
Kucing tidak aktif
Tidak defekasi
urinasi
Kamis Pemberian pakan 1
kali sehari
Pemberian iodine
Penggantian perban
Pemberian
Antasida
Pemberian infuse
Pemberian vitamin
penambah nafsu
makan
Kondisi menurun
Tidak mau makan
Suhu 37,80C
Muntah terus
Tidak berdefekasi
Muntah berisi cairan dan cacing
Defekasi darah beserta cacing
Luka mulai mengering
Kucing sangat lesu
Tidak defekasi
Urinasi normal
Jum’at Pemberian pakan 1
kali sehari
Pemberian iodine
Penggantian perban
Diberi
metaclopromide
Kondisi meningkat
Dapat beraktifitas normal
Nafsu makan belum kembali
Suhu 37,90C
Muntah cairan dan cacing
Defekasi darah dan cacing
Luka mongering tidak ada inflamasi
Tidak urinasi
Tidak defekasi
Sabtu Meninggal pukul +-04.00
b) Perlakuan Pra Operasi
Setelah operasi kucing harus selalu diperiksa dan dipantau agar kondisinya terjamin.
Karena perlakuan tersebut juga akan mempengarui kesembuhan luka dan trauma. Setelah
operasi pada hari rabu kucing mulai sadar pada pukul 21.00 Wib, untuk mendukung
kesembuhannya harus pula diciptakan lingkungan yang kondusif oleh karena itu kami beri
lampu penghangat agar kondisinya semakin membaik.
Pada hari pertama pasca operasi kucing terlihat sehat dan lincah, untuk menambah
nafsu makan kami berikan pakan kualitas baik yaitu sains diet 3 kali sehari, kemudian
mengecek luka secara berkala dengan memberikan iodine 3% yang dioleskan pada luka,
kemudian mengeringkannya. Iodine ini berfungsi sebagai antiseptik agar tidak ada
kontaminasi dari benda asing seperti bakteri dan membantu mempercepat penyembuhan
luka, yang perlu diingat adalah pemberian betadine tidak boleh sampai terlalu basah atau
lembab karena justru memperlambat penyembuhan luka dan harus dikeringkan menggunakan
kasa atau tampon. Kemudian menutup luka dengan tampon atau perban agar saat beraktifitas,
luka tidak akan tersentuh atau terkena benda asing. Ada berbagai macam tampon/pembalut
luka, setiap tampon memiliki permukaan jaring-jaring yang berbeda-beda. Kemudian
merekatkanya dengan plester. Plester luka ini memiliki berbagai macam tipe dan merek
diantaranya adalah hypafik, ultrafik, bifafik. Setiap merek tersebut memiliki permukaan yang
berbeda-beda ada yang kasar sampai halus. Kami memakai hypafik. Setelah dipastikan luka
tertutup kucing harus dipakaikan semacam baju khusus atau sering disebut sebagai “grito”
yang memiliki ujung-ujung yang banyak yang dapat diikatkan ke badannya, ini untuk
mencegah kucing menggigiti bekas luka operasi. Ada beberapa kucing yang nakal dan sering
menggigiti luka ini dikarenakan gatal, untuk itu sangat diperlukan penggunaan Elizabet Colar
untuk mencegah hal tersebut. Penggantian perban harus diganti setiap hari bahkan jika perban
lepas harus segera diganti kembali.
Selanjutnya untuk menjaga agar tidak terjadi sepsis maka wajib diberikan antibiotik
untuk kurun waktu tertentu. Kami menggunakan antibiotik amphicilin peroral dengan dosis
1,76 ml yang diberikan 2 kali sehari selama 5 hari setelah operasi. Saat system imun
melemah saat pasca operasi dapat menyebabkan bakteri dan organism lain berkembang
meningkatkan patogenesitasnya , antibiotik yang diberikan secara peroral akan diserap
kemudian diedarkan oleh darah keseluruh tubuh termasuk ke luka bekas operasi dan
mencegah adanya bakteri diarea tersebut maupun diseluruh tubuh. Dalam jumlah banyak
jangka pemakaian yang lama, akan mengakibatkan flora normal dalam tubuh juga akan mati
karena antibiotic tersebut dan justru menimbulkan efek bahaya lainnya yaitu dapat
menyebabkan sepsis. Pemakaian dalam dalam tempo waktu yang singkat dan jumlah yang
tidak terukur juga justru akan menyebabkan bakteri tersebut menjadi resistant terhadap
antibiotik tersebut. Oleh karena itu dosis dan lama pemakaian haruslah sesuai.
Untuk mencegah terjadi nyeri pasca operasi juga wajib diberikan obat antinyeri atau
antiinflamasi seperti asam mefenamat, tolfenamic Acid . Tolfenamic Acid (TA) adalah salah
satu dari kelas non-steroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs). Tolfenamic Acid digunakan
untuk menghilangkan rasa sakit. kami memakai tolfenamic acid dengan dosis 0,11 ml.
Pemakaian obat ini ditunjukan untuk mengatasi rasa nyeri terhadap luka bekas operasi
sehingga kucing tidak menggigiti bekas luka dan mengurangi angka kesakitan yang dia
rasakan.
Pada kamis hari ke-2 sesudah operasi kucing sudah terlihat sehat tidak ada tanda
tanda demam(suhunya 38,2) maupun nyeri, kucing dapat melakukan aktifitas dengan baik,
kemudian nafsu makannya sudah pulih, kucing dapat makan dan minum lumayan banyak,
kemudian defekasinya lancer seperti biasanya. Untuk jahitan belum ditemukan gejala radang.
Pada juma’at hari ke-3 Keadaan kucing baik, sehat dapat makan minum dengan baik,
namun terjadi peningkatan suhu badan (suhunya 38,2), kemudian kucing dapat berdefekasi
dengan baik. Perlakuan yang kami berikan di hari ke-2 pasca operasi adalah pemberian
antibiotic peroral sebesar 1,8 ml. Antibiotic diberikan menggunakan spuit tanpa jarum
dimasukan kemulut bagian samping agar mudah pemberiannya dan tidak tersedak, diberikan
2 kali sehari. Karena kucing mengalami demam maka kami memberikan lampu penghangat
di dalam kandangnya. Kemudian penggantian perban masih dilakukan,
Pada hari ke-4 atau hari saptu keadaan kucing sudah lebih membaik dari hari
sebelumnya, suhu badan normal yaitu 38,20C. Seluruh keadaan fisiologis masih menunjukan
tanda-tanda normal dan kucing masih terlihat jinak dan lincah, namun pada hari ke-5 atau
hari minggu kucing menjadi temperamen mudah marah jika disentuh anggota badannya
terutama pada bagian perut. kemudian nafsu makannya menurun namun cenderung banyak
minum. Pada hari ke-5 masih terus dilakukan penggantian perban setiap hari.
Pada Hari ke-5 kucing nafsu makan kucing terus menurun namun hanya minum,
temperamen meningkat bahkan menggigit jika dipegang bagian perutnya. Jahitan terlihat
sedikit radang dan bengkak, Pada hari ke-6 atau hari selasa kucing tidak mau makan sama
sekali suhu badan meningkat sekitar38,20C. karena kucing tidak mau makan kemudian kami
belikan whiskas basah agar diharapkan kucing mau makan namun ternyata tetap tidak mau
makan. Terpaksa diberi makan secara paksa dengan melarutkan makanan kering kedalam
spuit tanpa jarum kemudian memakankannya, dalam sehari kucing mampu menghabiskan 8
spuit,namun Kucing terlihat tidak aktif, dan muntah cairan 3 kali dalam sehari, dan hanya
minum terus tanpa ada asupan makanan yang masuk, bekas jahitan terlihat sudah agak
kering.
Pada hari ke-7 Kucing semakin lemas dan frekuensi muntahnya semakin tinggi
kemudian diberikan Antacida karena diduga mengalami masalah penceranaan atau maag,
sehingga antacida diharapkan dapat mengurangi asam lambung yang berlebih karena antacid
kandungannya adalah basa. Antacida diberikan 2 kali sehari sebanyak 1 ml setiap pemberian.
Dihari ke-7 pasca operasi ini kucing tidak berdefekasi. Kemudian bekas jahitan telah kering
sepenuhnya. Namun temperamen kucing tetap tinggi. Dan terus muntah.
Pada hari ke-8 atau hari kamis kucing tetap tidak mau makan, dan jika diberi paksa
akan muntah, karena tidak memungkinkan pemberian asupan nutrisi secara peroral maka
diberi infus. Setelah diberi infuse kemudian diberikan tidankan supportif berupa pemberian
vitamin penambah nafsu makan. Kemudian makanannya diganti kembali dengan Recovery
agar diharapkan lebih merangsang kucing untuk makan, namun cara ini tetap tidak berhasil.
Lalu pada siang hari kucing muntah lagi berisi ciran dan cacing-cacing yang banyak, disertai
diare darah. Cacing yang keluar menunjukan morfologi sebagai cacing diplidium caninum Ini
menunjukan kucing mengalami infestasi cacing berat. Pada hari kamis ini luka jaitan sudah
sembuh.
Gambar 1. Cacing pita atau diplidium caninum
Pada hari jumat atau hari ke-9 kucing di infuse kembali dan menghabiskan 1
botol infuse. Pada hari jumat ini kucing tampak lebih sehat dan dapat beraktifitas normal, dan
menunjukan gejala membaik. Frekuensi muntah juga semakin berkurang. Kemudian
diberikan metaclopromide untuk mengurangi penyebab gejala (causative) yaitu infestasi
cacing. Dan diberikan secara IM dengan dosis 1,5 ml.
Gambar 2. Metoclopramide
Pada hari ke-10 atau pada hari Sabtu kucing sudah meninggal dunia, diperkirakan
mati pada pukul 2 sampai 3 dini hari . Kematian kucing dikarenakan infestasi cacing yang
kronis dan menganggu pencernaan sehingga menghilangkan nafsu makan kucing. Kemudia
cacing ini telah banyak menyerap sari makanan dan darah kucing, menjadikannya semakin
lemah, dan pada puncaknya kucing tidak dapat bertahan
c. Foto keadaan kucing pasca operasi
DAFTAR PUSTAKA
Adams HR. 2001. Veterinary Pharmacology and Therapeutics. 8th. Lowa State Press. United
States of America.
Bishop YM. 1996. The Veterinary Formulary. 3rdED.The Pharmaceutical Press. London.
Booth NH, Meyer JL, Donald LEM. 1997. Veterinary Pharmacology. The lowa State
University Press. USA.
Forsyth S. 1995. Administration of low dose tiletamine-zolazepam combination to cats. NZ
Vet J.43(3): 101-3.
Fossum TW. 1997. Smal Animal Surgery. Mosby – Year Book. USA
Frecknell PA. 1987. Laboratory Animal Anaesthesia, an Introduction for research Workers
and Technicians Academic Press. Inc. San Diego.
Gorda IW, Wardhita GY, Dharmayudha GO. 2010. Perbandingan efek pemberian anestesi
xylazin-ketamin hidroklorida dengan anestesi tiletamin-zolazepam terhadap capillary
refill time (CRT) dan warna selaput lendir pada anjing. Bul Vet Udayana. 1(2): 21-27.
Jones LM, Booth NH, Donald LEM. 1998. Veterinary Pharmacology and Therapeutics.
3thED. The lowa State University Press.
Kul M, Koc Y, Alkan F, Ogurtan Z. 2001. The Effects of Xylazine-Ketamine and Diazepam-
Ketamin on Arterial Blood Pressure and Blood Gases in Dog. OJVR 4(2):124-132.
Pathak SC, Migan JM, Peshin PK, Singh AP. 1982. Anasthetic and Hemodynamic Effecs of
Ketamin in Buffalo Calves. Am.J.Vet 5(43):875-877.
Sulistia G. 1987. Farmakologi dan Terapi. Edisi.3. Bagian Farmakologi. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
Top Related