Laporan Mengikuti Studi Banding Internasional Malaysia dan Singapura 2011
Oleh : Marjohan, M.Pd Guru SMAN 3 Batusangkar
(Face Book: http://www.facebook.com/marjohan.usman)
BAB.I IKUT SERTA DALAM PROGRAM STUDI BANDINGA. Sebuah Kesempatan
Penulis tidak memikirkan kalau ia harus ikut studi banding, suatu hari Bapak H.
Rosfairil (Kepala SMA Negeri 3 Batusangkar) memberi sinyal kalau sudah waktu bagi
penulis untuk tahu apakah ia berangkat atau tidak. Maka Bapak H. Rosfairil melakukan
kontak telepon ke kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tanah Datar. Namun saat itu ada
sinyal buat penulis untuk bergabung, namun belum lagi diumumkan secara resmi, baru
sebatas info dari mulut ke mulut (tidak resmi).
Kemudian, suatu hari secara tiba-tiba, penulis diminta untuk melengkapi bahan
yang diperlukan oleh kantor imigrasi seperti “kartu nikah, KTP, kartu keluarga, ijazah,
akta kelahiran, surat izin dari istri dan juga materai Rp. 6.000 (tiga lembar)”. Semua
bahan dokumen ini diserahkan ke Kantor Dinas Pendidikan di Pagaruyung. Di sana
penulis juga berjumpa dengan beberapa orang guru yang juga mau berangkat studi
banding. “Setiap dokumen yang asli harus ada fotocopinya”.
Setelah dua atau tiga minggu, ada perintah untuk pengumpulan bahan dokumen-
untuk verifikasi. Panitia studi banding mengirim pesan melalui SMS kepada semua
peserta. Hingga semua peserta comparative study (studi banding) berkumpul di aula
Dinas Pendidikan.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 1
Untuk memudahkan manajemen maka panitia studi banding membagi peserta atas
6 kelompok. Penulis sendiri berada dalam kelompok 3 dan sekaligus menjadi guru
pembimbing. Saat itu semua peserta mengisi blanko yang diminta oleh Kantor Imigrasi
dan dibutuhkan tiga lembar materai untuk di tempel pada dokumen aslinya.
Di antara peserta tentu saja sudah mulai bersosialisasi- saling berkenalan. Penulis
saat itu baru mengenal beberapa orang anggota rombongan. Bersamanya juga ada dua
orang siswanya sendiri (dari SMA Negeri 3 Batusangkar) yaitu Fauzi, reward sebagai
siswa jago Kimia tingkat Sumbar dan Mayang Berliana, reward atas prestasinya sebagai
juara umum di SMAN 3 Batusangkar. Ia juga tahu bahwa siswinya ‘Fitria Rahmadani”
juga ikut dan ia telah memiliki passport.
Suatu hari kami memperoleh SMS bahwa semua peserta grup 3 diminta untuk
hadir jam 8.00 wib di Kantor Dinas Pendidikan. Mereka akan brangkat menuju kantor
Imigrasi di Bukit Tinggi menggunakan bus Pemda Tanah Datar untuk menggurus
penerbitan pass port secara kolektif. Saat itu peserta sudah mulai terlihat jelas “siapa saja
dan dari mana saja”. Mereka adalah siswa yang berasal dari juara umum Kecamatan
untuk siswa SD, terus dari MTsN, SMP, SMK, MA dan SMA di Kabupaten Tanah Datar.
Juga ada guru berprestasi lainnya, siswa yang masih dibawah umur 17 tahun, musti
didampingi oleh orang tua mereka.
Setelah satu jam dari Batusangkar, akhirnya bus Pemda tiba di Kantor Imigrasi, Di
Belakang Balok Bukittinggi. Gedung kantor imigrasi terlihat biasa-biasa saja, namun
terlihat cukup bersih. Pengunjung yang datang, ada orang-orang desa, mereka datang
untuk mengurus pasport buat pergi umrah ke Mekkah, juga ada rombongan anak-anak
pramuka dari Pesantren Al-Hira (Padang Panjang) jumlah mereka cukup banyak. Mereka
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 2
akan mengikuti kegiatan pramuka di Malaysia dan setiap peserta membayar seribu dollar
(apakah Dollar Amerika, Australia atau Dollar Singapura). Rombongan dari Tanah Datar
(peserta Comparative study) juga cukup banyak di gedung tersebut.
Saat rombongan kami tiba belum banyak aktivitas di kantor tersebut, namun kami
datang lebih cepat dan berharap bisa urusan cepat selesai. Pertama kami antrian
menunggu panggilan untuk pengambilan dokumen asli, setelah itu membayar biaya
pembuatan paspor pada loket kasir. Kami harus menunggu beberapa saat untuk proses
selanjutnya. Biaya pembuatan pasport ditanggung oleh Pemda Tanah Datar, masing-
masing memperoleh Rp. 270.000, dengan rincian untuk biaya pembuatan pasport Rp.
255.000, dan sisanya buat beli minuman. Satu per satu anggota rombongan kami
dipanggil untuk pemotretan dan setelah semua selsai rombongan mencari kuliner untuk
mengisi perut yang lapar dan setelah itu kami kembali berangkat menuju Batusangkar.
Katanya bahwa urusan passport dan dokumen lainnya sudah selesai. Kami semua
kembali ke Batusangkar.
B. Pembekalan Pengalaman
Kami kembali berkumpul untuk memperoleh pembekalan pengalaman tentang
keimigrasian dan melancong ke luar negeri. Pada umumnya peserta studi banding (guru
dan siswa) belum pernah melakukan kunjungan ke Malaysia dan Singapore.
Penyelenggara kegiatan ini adalah dari Dinas Pendidikan Tanah Datar dan dari biro
perjalanan JAP (Jalur Angkasa Prima). Mereka merasa perlu untuk memberi pembekalan
pengalaman bagaimana dan mengapa dengan negara Malaysia dan Singapura- bagaimana
kultur, politik dan budaya mereka.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 3
Bapak Mardalius, kepala sub bidang Dinas Pendidikan Tanah Datar, mengatakan
bahwa Pemda Tanah Datar menyediakan anggaran sekitar Rp. 500 juta untuk membiaya
studi comparative siswa dan guru berprestasi tersebut. Mereka terdiri dari anak-anak
juara umum di Kecamatan, dan juara umum di sekolah bagi siswa tingkat SLTP dan
SLTA dan juga guru-guru pilihan atau guru berprestasi.
Dana yang dianggarkan tersebut merupakan reward bagi warga Tanah Datar dari
segi pendidikan, tentu saja penganggaran ini telah disetujui oleh DPRD dan Pemerintah
Tanah Datar. Dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan tersebut guru-guru juga berfungsi
sebagai unsur pembimbing dan mereka perlu memberikan perhatian atas keselamatan dan
kesehatan siswa. Oleh karena ini dalam rombongan sekarang (studi banding yang ke 5)
juga ikut seorang dokter yang berprestasi (Dr. Susi Julianti, dari Dinas Kesehatan
Kecamatan Limo Kaum) untuk tingkat Sumatera Barat.
Kegiatan studi banding kali ini, pada mulanya direncanakan sebelum lebaran haji
yang jatuh tanggal 6 November 2011, namun diundur menjadi tanggal 17 November
2011. Dikatakan bahwa semua pasport sudah selesai dan siap dibagikan. Passport adalah
sebagai dokumen atau identitas seseorang yang ingin berpergian ke negara lain dan
paspor akan distempel di bahagian keimigrasian di Bandara Internasional Minangkabau
dan bandara kedatangan Malaysia. Atau pasport distempel oleh pihak imigrasi saat keluar
dan saat masuk suatu negara.
Diingatkan bahwa selama berada di luar negeri, paspor musti ada pada diri kita.
Kalau paspor kita hilang (dokumen penting ini) maka kita tidak bisa meninggalkan suatu
negara, kita malah akan ditahan oleh pihak imigrasi dan polisi dan dianggap sebagai
warga illegal.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 4
Dewasa ini negara Malaysia sudah maju, dan Singapura lebih maju lagi. Orang-
orang di negara tersebut lebih teliti dan disiplin. Fenomena teliti tersebut bisa cenderung
menjadi karakter pencuriga. Kadang-kadang karakter curiga sering dijumpai pada petugas
imigrasi di bandara terhadap orang-orang yang membawa barang/tentengan yang
berlebihan. “Mereka bisa dicurigai, misalnya memperoleh titipan drug atau narkoba dari
seseorang”.
Untuk itu disarankan agar siapa saja yang berkunjung ke luar negeri dan melewati
kantor atau petugas immigrasi agar tidak mudah menerima titipan tas/barang dari
seseorang sebelum masuk bandara, karena dikhawatirkan akan menjadi titipan narkoba
oleh pengedarnya. Sebab penerima titipan akan bisa terlibat kasus dan ikut berurusan
dengan imigrasi dan polisi “sekali lagi diingatkan bahwa JANGAN MENERIMA
BARANG TITIPAN DI BANDARA”. Demikian pesan Pemda kepada kami semua.
Merokok dilarang di Singapura, untuk itu jangan merokok selama berada di
Singapura. Juga diingatkan bahwa bila kita pergi keluar negeri dalam bentuk grup maka
kita harus memperhatikan keselamatan dan kesehatan anggotagrup. Terutama kesehatan
dan keselamatan diri pribadi.
Biasanya orang yang telah pergi ke luar negeri akan punya banyak cerita menarik
yang akan bisa menjadi pengalaman bagi orang lain. Misalnya orang yang bernama
“Salman dan Imam” bisa ditahan dan diinterogasi di Bandara Singapura. Alasannya
bahwa nama tersebut mirip dengan nama Salman Rusdie, penulis buku The Satamic
Verses (ayat-ayat setan) dan Imam Samudra, gembong teroris yang ikut meledakkan bom
di pulau Bali.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 5
Ditambahkan bahwa keberangkatan rombongan tidak sekaligus, namun dipecah
menjadi dua kali dengan pesawat Air Asia yang terbang dari bandara Padang menuju
Kuala Lumpur. Juga dinyatakan lagi bahwa di Sumatera Barat program reward studi
banding bagi warga yang berprestasi hanya ada di Kabupaten Tanah Datar. Warga yang
berprestasi di Tanah Datar akan diberi reward oleh Pemerintah.
BAB. II PENGALAMAN SELAMA PERJALANAN
A. Keberangkatan
Tanggal 16 November 2011 kami berkumpul di Aula Islamic Centre, pukul 13.00
siang peserta sudah datang dari seluruh kecamatan. Penulis sendiri tiba di Aula hampir
pukul 14.00, karena harus menyelesaikan penulisan naskah ujian Bahasa Inggris untuk
kelas XI. Kabupaten Tanah Datar (semester 1 tahun 2011/2012) dan ada sedikit problem
dengan editing ukuran margin kertas ujian.
Alhamdulillah akhirnya penulis bisa merampungkan penulsian dan pengaturan
ukuran kertas ujian sesuai dengan ukuran standar. Ia kemudian harus menuju Griya Alam
Segar –rumahnya- untuk shalat zuhur dan menyiapkan travelling bagnya. Ia sempat
menitipkan pesan pada anak laki-lakinya (Muhammad Fachrul Anshar) untuk berkumpul
di Islamic Center Pagaruyung dan seterusnya terbang menuju Kuala Lumpur.
Penulis bergabung dengan peserta studi banding yang lain, setelah ditelpon oleh
beberapa orang tua siswa peserta studi banding. Ppenulis menyusup dalam kerumunan
orang tua yang mau melepas keberangkatan anaknya. Dalam aula di gedung Islamic
Center telah terpajang pamflet “Selamat Jalan rombongan Studi Banding Internasional
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 6
Siswa/Siswi, guru, pengawas dan UPTD berprestasi Tanah Datar ke Malaysia dan
Singapura, 17 sampai 22 November 2011, Penghargaan bagi yang berprestasi”.
Semua peserta menunggu kedatangan Bupati Tanah Datar, Bapak Shadiq
Pasadigoe, jam 15.15 sore. Penulis dan juga orang-orang lain menghilangkan ringtone
phone cell, khawatir kalau mengganggu kekhidmatan acara di ruangan tersebut.
Kami semua memberikan applause (tepuk tangan) dan Bupati begitu juga
rombongan telah datang. Mereka bergegas dan melangkah menuju deretan kursi paling
depan untuk memberikan arahan dan juga melepaskan keberangkatan kami secara formal.
Kepala Dinas Pendidikan Tanah Datar, Bapak Drs. H. Darisman, adalah ketua pelaksana
studi banding siswa berprestasi ke Singapura dan Malaysia.
Dikatakan bahwa kegiatan studi banding telah menjadi kegiatan rutin sejak tahun
2006. Tanah Datar merupakan satu-satunya kabupaten di Sumatera Barat yang
memberikan reward buat warga yang berprestasi, tentu saja sebagai cara terbaik dalam
memotivasi warga. Program tersebut juga sangat bermanfaat untuk menambah wawasan
peseta tentang budaya, etos belajar dan etos kerja masyarakat Malaysia dan Singapura
yang negara mereka sudah maju tersebut.
Jumlah peserta ada 137 guru, 107 siswa dan 30 orang guru pembimbing. Bapak
Darisman memperkenalkan peserta per grup, mereka berdiri dan memperoleh applause.
“Oh, sungguh memberi semangat dan keceriaan bagi semua peserta”.
Ada dua kloter penerbagangan, peserta nomor 1-95 ditambah dengan nomor 136,
dan 137 musti bermalam di Islamic Centre. Mereka akan berangkat menuju BIM
(Bandara Internasional Minangkabau) pada pukul 3.00 dini hari. Kemudian kloter kedua
adalah nomor 96-135. Seterusnya, Bapak Darisman menjelaskan bahwa rencana
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 7
perjalanan adalah pada tanggal 17-22 November. Esok hari kami terbang dari padang
menuju Kuala Lmpur dan melakukan city tour, mengunjungi Putra Jaya dan masjid
Negara.
Thanks bahwa studi banding ini bisa terlaksana karena dukungan dana APBD
(Anggaran Pengeluaran Belanja Daerah) tahun 2011. Ternyata jaket berwarna hitam dan
bertulisan “peseta studi banding internasional Malaysia dan Singapura” yang kami pakai
adalah sumbangan dari BPD (Bank Nagari) Batusangkar.
Ada beberapa pengarahan yang kami peroleh. Bapak Yasman, S.Ag dari komisi I,
anggota DPRD Kabupaten Tanah Datar juga menyampaikan beberapa arahan. Ia
mengatakan bahwa Tanah Datar tidak memiliki pabrik dan tambang, maka SDM yang
bagus juga merupakan aset berharga yang perlu untuk ditingkatkan. Di Kabupaten Tanah
Datar, motto ajaran Islam yang berbunyi “Man Jadda wa jadda” yang berarti siapa yang
bersungguh-sungguh pasti berhasil diwujudkan oleh pemerintah.
“Pemerintah memberikan respon dalam bentuk program yaitu reward studi
banding internasional ke Malaysia dan Singapura”. Tentu saja harapan dari program ini
adalah pulang dari Malaysia dan Singapura, maka etos kerja dan etos belajar mereka
menjadi lebih baiklagi”.
Rombongan yang jumlahnya 137 orang ini bisa memberi citra Tanah Datar, andai
kami punya citra yang jelek, maka tentu orang akan berfikir “o…begini ya, karakter
orang Batusangkar”. Oleh sebab itu kami perlu selalu menjadi warga yang sopan santun
selama berpergian.
Bupati Tanah Datar, Bapak Shodiq Pasadigoe, mengatakan bahwa 60% dari
APBD tersedot buat kebutuhan belanja pegawai. Anggaran studi banding juga termasuk
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 8
ke dalam APBD, dimana setiap peserta diberi dana Rp. 3,7 juta, termasuk uang saku. Ia
mengatakan tour ke luar negeri berbeda dengan tour dalam negeri, misalnya tour ke
Jakarta. Tentu saja tour ke Jakarta tanpa pemeriksaan imigrasi, sementara tour ke
Singapura dan Malaysia tentu melalui pemeriksaan.
Melalui program studi banding ke luar negeri tentu saja akan ada pembelajaran
yang bisa diperoleh. Harapan dari pemerintah “agar guru pembimbing memberi
pengalaman buat siswa secara langsung”. Tanah Datar bukanlah kabupaten yang kaya,
namun bisa menyediakan anggaran Rp. 580 juta untuk mendukung acara studi banding
tersebut, sebuah doa agar siswa yang berprestasi bisa kuliah di Singapura dan Malaysia.
“Dengan Bismillah, rombongan studi banding penulis lepas” ucap Bapak Bupati sambil
memberikan ketukan tiga kali. Dan kami semua memberikan tepuk tangan, beberapa saat
kemudian acara pelepasan rombongan studi banding ini pun berakhir.
B. Bermalam di Islamic Centre Pagaruyung- Batusangkar
Setelah Bupati meninggalkan aula Islamic Centre, kegiatan masih ada yaitu
penyelesaian administrasi. Pembagian (pendistribusian) kokarde, pasport, buku petunjuk
dan yang paling penting adalah penyerahan uang saku buat siswa dan guru pembimbing.
Kami kemudian pergi ke lantai atas untuk mencari kamar, rupanya hanya ada dua kamar
yang luas buat grup pria dan grup wanita. Penulis menuju ruangan 4, kamar besar buat
grup pria.
Ternyata bermalam bersama peserta studi banding di Islamic Centre juga asyik.
Kami semua shalat di Masjid Nurul Amal yang terletak di samping Islamic Centre.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 9
Dinding masjid dicat putih, ruangannya luas dan bersih. Habis shalat kami merebahkan
diri dan terasa sangat rileks, anak-anak lain saling berkenalan dan berbagi cerita.
Penulis dan beberapa teman berfikir kalau panitia studi banding menyediakan
makan malam ternyata tidak. Untuk mengatasi perut yang terasa keroncongan kami
mencari makan dan susah sekali mencari warung malam itu. Penulis dan Febrianto (guru
SMAN 3 Batusangkar) berjalan ke luar untuk mencari warung. Kami bisa membeli
ketupat gulai nangka yang terletak persis di depan Istano Basa Pagaruyung. Rasa ketupat
gulai nangka cukup lezat (mungkin perut lapar). Penulis juga melahap goreng tahu dan
kerupuk, penulis memperkirakan harganya sama dengan hargama makanan di pasar,
ternyata harganya cukup murah, yaitu separo harga pasar.
Menjelang tidur penulis duduk di antara siswa peserta, penulis berbagi cerita
tentang cara belajar, tentang motivasi dan tentang kepribadian. Penulis juga membuat
kalimat-kalimat lelucon, ternyata siswa peserta senang dan tampak rileks, mereka makin
ramai.
“Wah kita jam 3.00 dini hari harus bangun dan bertolak menuju Bandara
Internasional Minangkabau di Padang, untuk itu harus tidur”, kata penulis. Mereka harus
tidur dan ternyata tidur yang mudah adalah dikamar sendiri, dirumah sendiri. Namun
penulis melihat bahwa sebagian masih sibuk dengan kebiasaan sendiri, otak atik HP,
mendengar MP3, sampai ada membaca komik dan berbagi cerita.
Penulis fikir bahwa sebagian besar peserta tidak tidur bisa dengan pulas, kecuali
hanya sebagian, “oh..ternyata bagi anggota kloter 2 yang akan berangkat jam 3 sore dan
fikiran mereka rileks hingga bisa tertidur”.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 10
Anak-anak pasti sibuk dengan pikiran mereka. Mereka tentu berfikir tentang
bagaimana kegiatan selanjutnya, penulis sendiri juga tidak tidur dengan pulas, telinga
dengan jelas mendengar percakapan demi percakapan orang-orang yang berada dalam
ruangan tidur besar tersebut. Penulis sengajat menutup mata agak lama agar bisa
memperoleh rasa istirahat yang lebih lama, meskipun tidak tertidur lelap. Paling kurang
melalui cara tersebut penulis masih bisa memperoleh tidur atau istirahat yang lebih
berkualitas.
Anak-anak peserta studi banding ini tentu saja anak-anak pilihan di sekolah atau
di Kecamatan mereka. Mereka amat mudah termotivasi untuk melakukan hal-hal positif,
saat penulis berada di dalam aula Islamic Centre kemaren, penulis sibuk menuliskan
pengalaman pada buku catatan dan sambil berbagi cerita pada anak-anak yang duduk
dekat penulis bahwa “menuliskan pengalaman adalah cara yang terbak buat
menyelesaikan pengalaman”. Lagi pula nanti setelah acara “comparative study” selesai
maka kita akan diminta untuk menulis laporan. Tentu saja kita akan dengan mudah dapat
menyelesaikan laporan perjalanan.
Mendengar penjelasan ini maka dengan serta merta beberapa siswa pergi ke luar
ruangan Islamic Centre untuk mendapatkan (membeli) buku catatan dan pulpen. “Betapa
mudah memotivasi anak-anak pilihat buat berhasil dalam hidup mereka, tinggal lagi
kualitas pemberian motivasi dan mengarahkan mereka untuk melakukan aktivitas
selanjutnya untuk menggenjot SDM (Sumber Daya Manusia) mereka”.
Siswa peserta ternyata mampu mengurus diri dalam memanfaatkan waktu. Islamic
Centre hanya memiliki dua kamar mandi, namun semua peserta mampu membersihkan
diri. Di malamm itu (dini hari) penulis turun agak lambat dan ternyata orang-orang sudah
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 11
siap berpakaian rapi. Mereka bisa mandi meski kamar mandi hanya dua, tidak sebanding
dengan jumlah peserta yang lebih dari seratus orang.
Perjalanan menuju Padang pada waktu dini, pukul 3.00 pagi terasa nyaman,
mobil melaju dengan mulus. Tidak ada kendaraan dan transportasi lain yang mengganggu
perjalanan kami. Cuaca pagi dini hari juga sejuk membuat semua penumpang ingin untuk
menikmati tidur, apalagi mata pun masih mengantuk. Penulis sendiri juga enggan
membuka mata, lebih enak untuk memejamkan mata, tidak merasa rugi untuk melihat
pemandangan apalagi pemandangan yang akan dilihat sudah bisa dilalui sepanjang
waktu.
Hanya perjalanan sedikit terganggu setelah melewati pasar Sicincin. Terlihat
polisi mengatur arus lalu lintas, ada sebuah mobil pecah ban, namun juga ada
pemeriksaan terhadap mobil travel, khawatir kalau mobil travel yang lewat saat dini hari
membawa barang-barang yang dicurigai polisi.
Tak lama kemudian, ada kumandang azan subuh, rombongan mobil Pemda
berhenti pada sebuah masjid di pinggir jalan di Kayu Tanam. Kami shalat subuh, dan
rombongan kami segera membuat jamaah masjid menjadi ramai pada pagi subuh itu.
Penulis tidak ingin berlama-lama duduk dalam masjid, ia lebih memilih duduk segera
dalam bus deretan nomor dua dari depan, tentu saja kami selanjutnya menuju Padang
Airport- BIM (Bandara Internasional Minangkabau).
Mata kami tidak lagi mengantuk. Hari juga sudah mulai menyingsing, berkas
sinar matahari mulai membersit di cakrawala. Memang masih terasa letih rasanya.
Penulis menikmati pemandangan menuju BIM kembali.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 12
Dalam mobil yang penulis tumpangi, terdapat dua grup, yaitu grup 5 dan 6.
Penulis sendiri menjadi grup pembimbing untuk grup 5 penulis duduk bersebelahan
dengan seorang siswa asal Lintau, dia tinggal di Ujung Tanah, Tepi Selo. Penulis
mengajak ia untuk bertukar fikiran dan melihat bagaimana gaya dan pola berfikir. Tentu
saja namanya anak-anak pikiran mereka masih dangkal. Namun untuk selanjutnya
mereka perlu melatih diri lewat menulis, bertukar fikiran dan membaca untuk memiliki
fikiran yang dalam dan berkualitas.
Akhirnya rombongan mobil kami sampai pada jalan fly over dekat nagari Duku-
Kabupaten Padang Pariaman dan terus menuju Bandara. Jalan raya menuju bandara
sebagai beranda Sumatera Barat sudah sangat bagus dan terawat dengan baik. Tiang-
tiang listrik dengan simbol Minangkabau memberi keanggunan tersendiri. Pada pos
memasuki bandara juga ada jalan kecil yang disediakan buat sepeda motor atau ojek.
Namun mereka hanya berada pada pinggiran hamparan halaman bandara. Ojek tentu saja
kurang bagus berkeliaran di seputar Bandara, apalagi ini kan bandara standar
Internasional.
Kami semua turun, penulis sendiri membantu menurunkan bagasi para
penumpang. Kami selanjutnya harus cek in, direncanakan kami akan terbang menuju
Kuala Lumpur dengan pesawat Air Asia pukul 8.30 wib.
Kami duduk-duduk sesaat. Ada yang menggunakan waktu ini untuk mengobrol
ringan, juga untuk mengambil foto buat sweet memory nanti. Kami kemudian cek in,
pemeriksaan barang-barang “Tentu saja itu sebuah pengalaman yang baru dan menarik
bagi anak-anak untuk menjadi warga internasional”. Beberapa anak laki-laki barangkal
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 13
belum memiliki valuta asing (ringgit Malaysia dan Singapura Dolar), mereka berdiri di
depan money changer, “Oh masih pagi, tentu saja belum buka untuk money changer”.
Akhirnya money changer, pukul 7.15 wib sudah open, namun peserta studi
banding tampak bengong – mau tukar uang apa-. Apalagi pada billboard tidak ada tertulis
mata uang Malaysia. Penulis mengambil inisiatif dan mulai menukar uang, pada mulanya
mau beli 200 ringgit dan harganya lebih dari Rp. 500.000,- “Wah kalau begitu 100 ringgit
saja, dan penulis harus bayar Rp. 295.000,-. Setelah itu anak-anak juga tertarik mengikuti
penulis, mereka juga menukarkan mata uang Rupiah dengan Ringgit Malaysia atau
Dollar Singapura.
Rombongan kami cukup banyak, jadi kami agak lama berada di depan
pemeriksaan imigrasi untuk terbang menuju Kuala Lumpur. Hingga akhirnya pihak travel
biro menyerahkan tiket dan kartu keberangkatan, kami antri dan menyerahkan kartu ini
pada petugas imigrasi, kami masuk dan ada lagi pemeriksaan terakhir. Tubuh kita harus
dilepaskan dari benda-benda logam untuk pemeriksaan metal detector. Ya akhirnya kami
berada di ruangan tunggu pesawat.
Di belakang penulis duduk ada satu grup warga asing, mereka ngobrol tentang
Mentawai. Agaknya Mentawai menjadi tempat favorite bagi warga asing untuk berlibur.
Pemerhati wisata perlu berfikir untuk mengembangkan pariwisata Mentawai yang juga
memiliki ombak tinggi seperti ombak di Hawaii. Maklum ada ombak dari samudera
lepas- Samudera Hindia yang sangat luas
Penulis duduk pada bangku 16 F Pesawat Air Asia, AK 1371 dekat jendela, jadi
dapat melihat pemandangan. Tentu saja terbang ke Kuala Lumpur, berarti kami melewati
Sumatara Barat menuju timur. Penulis bisa melihat danau Singkarak dari ketinggian,
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 14
begitu pula dengan Gunung Sago.....atau mungkin juga gunung yang lain “Wah aku tidak
kenal gunungnya”.
Matahari berada di sebelah kanan (jendela) penulis dan cuaca cerah. Samudra
awan terbentang di bawah pesawat. Hamparan samudra awan di angkasa tentu memberi
kesejukan bagi warga yang berada di bumi. Jauh di atas juga ada awan tipis menghiasi
angkasa yang lebih tinggi lagi. Wah penulis ingat dengan pelajaran geografi.
Pesawat Air Asia memiliki attentant flight berusia muda dengan wajah dan
penampilan ganteng. Juga ada seorang attendant flight wanita berwajah India. Peswat Air
Asia yang kami tumpangi adalah jenis pesawat air bus. Penulis duduk pas pada bagian
sayap atau bagian pinggang. Penumpang lain mencari kesibukan seperti membaca
majalah yang mereka ambil dari kantong kursi, seperti majalah sky shop dan high flying
fashion. Penulis mengintip pemandangan dan sekali-sekali memotret ke arah luar jendela.
Flight attendant menginformasikan bahwa suhu mendekati kuala lumpur 290 C.
Pesawat kami terbang melewati daerah Riau dan terus selat Malaka. Lautan awan tampak
agak tipis. Itu berarti cuaca memang agak panas di kawasan tersebut, ketinggian pesawat
berpengaruh pada telinga penulis karena saraf-saraf pendengaran penulis sedikit sakit dan
begitu pula dengan lobang telinga. Akhirnya pesawat turun, berarti kami akan mendarat
di Kuala Lumpur. Menjelang mendarat penulis sempat melihat lalu lintas kapal di Selat
Malaka.
C. Kuala Lumpur Air Port
Daratan Malaysia terlihat jelas. Tidak banyak terlihat hutan, kecuali perkebunan
dan lahan-lahan yang terhampar untuk dijadikan industri. Pesawat Air Asia AK 1371
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 15
akhirnya mendarat, kami turun dan harus berjalan melalui koridor yang cukup panjang.
Papan billboard menggunakan empat bahasa yaitu bahasa Arab, Bahasa Melayu, Bahasa
China dan Bahasa Inggris.
“Wah idealnya Bandara Internasional Minangkabau (BIM) juga demikian, musti
menggunakan banyak bahasa, karena warga yang datang akan senang kalau melihat
bahasa mereka juga dipakai pada billboard- munghkin nanti ada aksara China, Jepang,
Thailand, India, Arab...dan lain-lain untuk mewujudkan bandaya yang benar benbar
untuk banyak warga dunia”. Pekerja pada bandara antar bangsa Kuala Lumpur umumnya
berwajah Melayu dan India.
Kami pergi ke tumpukan barang-barang. Masing-masing menemui koper.
Akhirnya kami bergerak menuju pintu exit. Suasana di luar bandara hampir mirip dengan
suasana pada BIM Padang, penulis juga menemui ada warga yang merokok dan mobil-
mobil keluaran tahun-tahun lalu. Hanya saja suasana bahasa, tentu saja bahasa Melayu
dan juga mungkin bahasa Tamil, China dan bahasa Eropa.
Kami sudah ditunggu oleh armada mobil pariwisata, mereka menyebutnya dengan
“Bas Pesiaran”. Rombongan kami masih pada nomor mobil nomor 2, namun mobil ini
untuk gurp 4, 5 dan 6. Bisnya cukup panjang dan besar.
Pemandu kami bercerita panjang lebar tentang Malaysia, pendidikan, sosial dan
budaya. Penulis juga merekam suara pemandu dan akan mendengarnya nanti lagi. Seperti
dikatakan bahwa hari pertama kami adalah berada di Kuala Lumpur adalah acara untuk
sight seeing city tour dengan rute kota Putra Jaya dan Kuala Lumpur.
“Ya sesuai petunjuk buku perjalanan bahwa tanggal 17 November 2011, Rute
kami Padang- Kuala Lumpur. Rombongan pertama berkumpul di BIM jam 06.00 WIB,
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 16
rombongan ke dua jam 13.00 WIB untuk penerbangan ke Kuala Lumpur. Tiba di
Malaysia, rombongan akan langsung melaksanakan City Tour ke Putra Jaya, Dataran
Merdeka, Mesjid Negara, kemudian check in di hotel agar peseta studi banding bisa
bersitirahat”.
Penulis menangkap pemahaman dari cerita pemandu bahwa Putra Jaya adalah
sebuah Kota Baru. Dahulu merupakan desa penuh belukar, ide membuka wilayah ini
menjadi Kota Baru, yang diberi nama dengan Putra Jaya atau cyber Jaya, oleh Perdana
Menteri Dr. Mahatir Muhammad, sekarang Putra Jaya merupakan kota pusat
pemerintahan, sementara Kuala Lumpur adalah ibu kota Malaysia.
Penulis berfikir bahwa Putra Jaya akan merupakan kota satelit, atau kota
penyangga dari Kota Kuala Lumpur. Putra Jaya merupakan kota dengan taman yang
begitu luas, memiliki banyak pekerja taman untuk merawat taman setiap saat. Dibanding
dengan daerah Tanah Datar atau Batusangkar, geografi Putra jaya tidak begitu menarik,
gersang. Namun Batusangkar di lereng gunung, dikelilingi oleh bukit-bukit dan gunung,
hamparan sawah dan kebun serta belantara tampak lebih cantik. Namun penata kota Putra
Jaya membangun perkantoran pada tumpukan bukit kecil dan meniru gedung populer di
dunia. Untuk bangunan gedung di kota ini, misalnya ada bangunan mirip Taj Mahal, ada
bangunan mirip gedung di Australia, Eropa, Arab, Iran, Jepang, China. Begitu pula
dengan jembatan, ada jembatan yang dibangun mirip dengan jembatan golden gate di
Amerika Serikat, jembatan di Perancis dan di Australia. Akhirnya kota Baru ini bisa
menjadi turis destination.
“Pantaslah moto parawista Kerajaan Malaysia adalah Malaysia the truly Asia.
Semua icon yang ada di asia terbentang dalam kota Putra Jaya”.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 17
Penulis melihat kota Putra Jaya hanya ibarat kota dengan banyak perumahan elit.
Gedungnya banyak namun kendaraan pada sepi, tentu saja kendaraan yang begini bisa
membuat nyaman bagi banyak penumpang, karena kita tidak terjebak ke dalam
kemacetan lalu lintas. Selama berada di Kota Putra Jaya, penulis tidak pernah menemui
pohon kelapa sebagai ciri khas pohon di daerah tropis, yang terlihat hanyalah hamparan
pohon kelapa sawit di pinggir kota.
Dalam acara keliling kota, kami berhenti di depan Masjid negara Malaysia.
Mesjidnya sangat besar dan megah. Masjid ini dirancang menyerupai masjid yang berada
di Iran. Dikatakan bahwa tinggi masjid tersebut adalah 200 kaki dan menampung jamaah
sebanyak 8.000 orang.
Ruang tempat berwudhu ada pada ruang bawah tanah dan disana dekat gerbang
halaman masjid. Di sana juga ada kulkas sistem koin untuk beli minuman. Penulis
melaksanakan shalat jamak zuhur dan ashar. Usai shalat penulis mengambil rekaman
kamera dan juga ngobrol dengan Yusuf, seorang wistawan warga Saudi Arabia yang
kuliah dan menuntut ilmu di Australia.
Masjid tersebut selain tempat untuk shalat, juga menjadi tourist destination.
Penulis meminta brochure tentang dakwah Islam dalam bahasa Inggris dan beberapa
bahasa Eropa lain kepada pengurus masjid tersebut. Penulis tampak asyik dan selalu
terlambat hadir kembali ke mobil wisata nomor dua.
Kami kemudian dibawa ke sebuah restoran dengan masakan Malaysia. Tetapi cita
rasanya mirip dengan masakan Padang karena di sana juga dengan cabe. Tentu saja
masakanya rasa citarasa masakan Padang karena juru masaknya berasal dari Sumatera
Barat.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 18
Siang tadi kami makan siang dengan hidangan dan sup serta goreng ikan. Usai
makan siang tour kami terus menuju Kuala Lumpur. Kuala Lumpur ya langsung
bersebelahan dengan kota Putra Jaya. Penulis melihat Ternyata Kuala Lumpur adalah
bertetangga dengan Putra Jaya. Memang terlihat kondisi kedua kota juga berbeda, seperti
kebersihan kota dan traffic jam sedikit ada di Kuala Lumpur.
Di kota Kuala Lumpur ada jalur kereta api bawah tanah dan jalur di atas fly over
(jalan jalur atas) sehingga bahaya tabrakan atau kecelakaan kereta api hampir tidak ada
terdengar. Juga di Kuala Lumpur hampir tidak terlihat pengamen, anak jalanan dan
pengemis. Begitu pula dengan ojek seperti yang ada di Tanah Air juga tidak ada.
Gedung-gedung di Kuala Lumpur sebagian juga terlihat sudah tua. Barangkali
kami tadi lewat melalui wilayah kota tua dan sebelumnya kami berhenti di lapangan kota
Kuala Lumpur sambil mengambil foto-foto. Di sana penulis dibantu mengambilkan foto
oleh warga Kuala Lumpur yang cukup ramah.
Orang-orang (penduduk Kuala Lumpur) hidup cukup rileks, tidak terburu-buru.
Penulis fikir bahwa kota Palembang mungkin lebih sibuk dari Kuala Lumpur.
Perbandingan ini terasa karena penulis sendiri pernah tinggal di Palembang selama 10
hari. Namun pada beberapa bagian kota Kuala Lumpur ada yang terlihat gedung megah
dan pada beberapa tempat tampak lain lagi corak gedungnya.
Akhirnya rombongan bis pesiar kami menuju Grand Hotel Pasific, sebagai tempat
menginap kami. Bis melewati jalan-jalan sempit dan kami turun. Sopir-sopir bis di kota
Kuala Lumpur sangat menghargai pejalan kaki sesuai dengan pesan yang pernah terlihat
di bandara antar bangsa “Beri Laluan Buat Pejalan Kaki”.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 19
Bis pesiar berhenti, kami semua turun. Kami masuk dan berkumpul ke lobi hotel
Grand Pasifik. Personalia hotel ini sebagian berwajah India. Dalam bis, pemandu sempat
menceritakan bahwa penduduk Melayu dianggap penduduk asli atau disebut sebagai
“bumi putra”. Mereka memperoleh perlakuan istimewa dari negara. Misal discount
diberikan oleh Bank 20% untuk warga Melayu, sementara untuk keturunan Cina dan
India tidak begitu, sehingga kedua etnis ini melalui politik (parlemen) meminta hak-hak
persamaan. Pemerintah takut kalau ini menjadi perpecahan, maka pemerintah segera
membentuk semboyan “one Malaysia for China, Melayu and India”.Atau juga ada
semboyan untuk persatuan yang berbunyi “world under one roof atau dunia dibawah
satu atap”
Salah seornag rombongan kami berbisik “kita tidur di hotel kelas Melati
ya…”katanya, karena hotel Grand Pacific dari luar terlihat kecil, tidak punya halaman
parker. Maklum karena hotel berlokasi persis di persimpangan jalan besar, penulis juga
berfikir demikian.
Akhirnya pihak travel biro membagi kami untuk tidur per kamar, group wanita
berpisah dengan grup pria, penulis memperoleh teman grup rombongan anak 3 orang,
yaitu David (David Al Azis dari SMPN 1 Batipuh, Raihan (Rayhan Fajar Matheza dari
SMPN 1 Batusangkar dan Syandi (Shandi Alfajar dari SMPN 1 Tanjung Emas) ya
mereka sekolah di SMP semuanya. Kami memperoleh kamar 428, kami segera menuju
pintu lift.
Petugas travel memberi petunjuk cara mengoperasikan lift untuk menuju kamar
428 “tekan tombol menjadi angka empat, tutup pintu, nanti lift menuju lantai empat.
Kalau sampai di lantai 4 maka tekan tombol buka. Begitu pula kalau mau turun. Ya
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 20
cukup praktis”. Anak anak dan penulis sendiri memperoleh pengalaman internasional dan
sangat berharga yaitu bagaimana tinggal di hotel dan memanfaatkan fasilitas publik.
Anak-anak yang satu grup dengan penulis cukup percaya diri untuk mencoba
mengoperasikan tombol lift, dan penulis memberi pujian “kamu cukup pintar ya, tidak
sia-sia satu grup dengan Mr. Joe” dan yang lain tentu saja tertawa dan juga jadi
termotivasi.
Ternyata Hotel Grand Pacifik bukan hotel kelas melati seperti yangh kami
fikirkan sebelumnya. Karena begitu sampai di lantai 4 terlihat susunan kamar hotel yang
begitu rapi dan bersih, lantai hotel dilapisi dengan karpet, ruang cukup terang dan juga
sejuk oleh Air Conditioner. Kami terus masuk ke kamar 428, kamarnya cukup luas. Juga
ada TV set dengan 4 tempat tidur bersih. “Oh nyamannya..!”
Kami langsung bersosialisasi satu sama lain. Teman kecil penulis yang bernama
David membeli kartu Malaysia dan menukar kartu dengan kartu phone Indonesia. Namun
ia merasa gagal karena kurang mengerti dalam mengoperasikannya. Lagi lagi phonecell
tidak punya baterai lagi dan setiap orang ingin mencharge baterai HP, tetapi susah karena
charge outlet listrik pada dinding butuh socket listrik kaki tiga. Penulis berfikir
bagaimana untuk mencari alat un tuk charger baterai.
Iseng-iseng penulis masuk ke kamar lain, ada siswa yang bernama “Amru” (Amru
Mufid dari SMPN 5 Batusangkar), cukup pendiam, ia sibuk sendirian dengan HPnya,
“oo…lagi main internet ya.., bagaimana kamu main internet, kan mahal harga pulsa
disini?’
“Tidak Mister, saya menggunakan wifi, tadi penulis minta password yaitu “grand
hotel pacifik” Kata Amru Mufid.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 21
“Ya…bantu…dong…!!!”
Akhirnya penulis juga bisa main facebook. Penulis bisa mengupload 3 foto dan
juga membalas SMS teman lewat facebook. Penulis mohon maaf tidak bisa membalas
SMS atau telepon langsung karena biaya roaming yang sangat mahal antara “my maxis
dengan telkomsel” soalnya begitu masuk Kuala Lumpur kartu HP kita spontan berganti
menjadi my maxis.
“Penulis menerima SMS dari teman di Batusangkar dan penulis membalas SMS.
Kemudia penulis cek biaya kirim ya ampun satu SMS biayanya Rp. 4.600,. Penulis juga
pernah menerima telefon dari orang tua siswa peserta studi banding, ya ampun biayanya
Rp. 24.000. Jadi untuk biaya SMS sampai 400 %, mahal amat....biaya roaming mahal- so
jangan telefon aku...jangan SMS aku...nanti kita dua-duanya rugi”.
Penulis ingat dengan David yang masih kesulitan dalam mengoperasikan kartu
baru Malaysianya. Penulis mengantarkannya ke kamar Amru, seorang siswa yang
pendiam, namun ternyata cerdas dalam otak atik HP. Amru pun membantu David “Hei…
akhirnya bisa, dan David pun senang, ia akhirnya bisa membalas SMS semua- orang
tuanya dan familinya, dengan harga standar. Penulis pun nanti juga akan minta SMSnya
untuk mengirim kabar ke sekolah penulis “SMAN 3 Batusangkar” tentang tugas-tugas
yang harus diselesaikan oleh siswa selama penulis berada di Malaysia dan Singapura.
Malam itu TV di ruangan kamar hotel kami menyala “ohh…ada pertandingan
sepak bola dalam Sea Game Jakarta-Palembang”. Penulis sendiri langsung percaya diri
bahwa TIMNAS (tim nasional bolakaki Indonesia) bakal menang karena penampilan
pemainnya cukup gagah dibanding pemain yang cukup bersahaja dari tim Malaysia.
Apalagi komentar penonton TIMNAS yang cukup emosional, meniru ucapan Bung
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 22
Karno “Ganyang Malaysia”- padahal ungkapan ini tidak perlu dipakai lagi karena bisa
mengeruhkan suasana hubungan Indonesia dan Malaysia.
Penulis menyaksikan kalimat dari spanduk illegal supporter TIMNAS yang
disorot oleh TV 2 Malaysia. Dalam hati penulis yang menonton acara ini dari kamar hotel
di Kuala Lumpur menjadi malu “wah supporter TIMNAS kita terlalu emosional dan
kekanak-kanakan”. Namun komentar dari komentator TV 2 Malaysia cukup bersahaja
dan tersenyum ringan (Maaf bukan maksud merendahkan bangsa sendiri, namun demi
perbaikan karakter segelintir dari bangsa kita).
Dalam babak pertama tim sepakbola Malaysia dengan mudah menang 1-0. Aku
menjadi enggan untuk mengikuti kelanjutan acara Sea Games ini dan berfikir bahwa ini
gerangan akibat supporter TIMNAS kita yang cukup takabur alias sombong. “ya, doa
orang sombong tidak didengar oleh Allah, bisa membuat kalah meskipun pemain timnas
kita sudah menjadi pemain pilihan. Meskipun Indonesia memimpin perolehan medali,
namun kalau tim sepak bola gagal, ya cukup sia-sia. Apalagi sepak bola adalah olah raga
yang cukup bergengsi. Namun moga moga kita bisa koreksi diri untuk kemajuan
sepakbola kita.
Malam pun tiba. Untuk makan malam, buat pertama diantar oleh pihak travel biro
dalam bentuk makanan box. Kami segera turun melalui lift dan kami memperoleh empat
box makanan dan juga empat botol air mineral untuk anggota grup kami.
Kami mengenal seisi kamar hotel, rupanya ada kopi, gula dan kream dalam
kantong-kantong kecil dalam laci meja. Anak-anak dari grup penulis memanaskan air dan
membuatkan kopi panas buat penulis.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 23
Kopinya masih panas, penulis menunda minum dan memutuskan untuk membals
email lewat facebook. Mata terasa mengantuk dan kepala terasa berat, namun penulis
masih punya kopi, dan mubazir kalau tidak diminum.
Astaga, penulis menjadi sedikit susah tidur setelah minum kopi setelah jam 10.00
malam, anak-anak bisa tertidur pulas namun penulis tidak- gara-gara minum kopi
mungkin. Penulis mengosongkan fikiran agar bisa tidur.
Pada waktu dini hari penulis terbangun. Di luar terdengar hingar bingar raungan
musik. Mungkin ada suara karaoke dari klub malam. Penulis berfikir kalau-kalau waktu
subuh sudah masuk, “ooh… ternyata baru jam 2.00 dini hari”.
“wah mengapa aku tidur, lebih baik aku terus menyelesaikan tulisan tentang
perjalanan ini”, bisik penulis dalam hati.
Dibawah, dari balik jendela, terlihat jalan-jalan Kuala Lumpur yang cukup sepi,
tidak ramai seperti di Jakarta. Antrian pada persimpangan jalan juga tidak begitu lama
seperti di Jakarta, jadi Kuala Lumpur terlihat biasa-biasa saja.
Hari pertama di Kuala Lumpur, penulis belum melakukan shopping yang berarti,
kecuali baru dalam bentuk membeli cenderamata yaitu satu box miniatur “twin tower”
sebagai ciri khas kota Kuala Lumpur yang harganya RM 30 (atau 30 x Rp. 2.900), atau
hampir Rp. 90.000,- yang penulis beli dari sebuah kedai di komplek Masjid Negara di
Putra Jaya. Mungkin termasuk mahal untuk ukuran cendera mata. “Ya…makanya penulis
hati-hati untuk shopping di Malaysia”, ini cenderamata dibeli cukup penting sebagai
simbol bahwa kita sudah kembali dari Malaysia.
Penulis juga membeli tabloid, berbahasa Inggris “STAR, the people’s paper” atau
korannya masyarakat, yang harganya sangat murah hanya hampir dua ringgit, sementara
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 24
tabloid tersebut terdiri atas 72 halaman, ya murah sekali. Hal lain yang terasa, karena
perubahan situasi adalah penulis merasa sulit untuk buang air besar, dalam hati penulis
berfikir untuk membeli buah-buahan, kalau memesan buah-buahan atau juice lewat hotel
terasa sangat mahal.
Water melon RM 8 (Rp. 24.000)
Honey RM 8 (Rp. 24.000)
Papaya RM 8 (Rp. 24.000)
Malah harga juice jauh lebih mahal lagi, seperti dalam daftar
Orange/Mango RM 10 (Rp. 30.000)
Juice nanas RM 12 (Rp. 36.000)
“Oh ya.....harga di hotel jadi mahal karena meliputi pajak 6%, dan 10% untuk
harga …., ini tertulis dalam daftar menu service, bagaimana harga diluar ya, lebih baik
penulis beli di open place nanti”.
Jam 4.00 pagi dini, bisa jadi jam 5.00 pagi karena penulis lupa mengubah waktu
WIB menjadi waktu Malaysia. Ada suara ringtone dari intercome, ya pihak hotel
membangunkan kami, ya masih dini hari, aku menjawab “good morning”, tapi masih
pagi dan istirahat dulu sebentar.
Kesan penulis terhadap orang Kuala Lumpur, mereka sangat ramah, tanpa
bertanya, mereka sudah duluan berbicara. Kemaren ketika di restoran, wanita pemilik
restoran berkata bahwa juru masak direstorannya adalah orang Indonesia. Saat berada di
taman kota- lapangan terbuka- di Kuala Lumpur, seorang wanita Malaysia keturunan
India juga menawarkan diri untuk memotret penulis, begitu juga dengan orang-orang
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 25
yang penulis temui di hotel atau dalam box lift juga dengan mudah berbicara lebih
duluan. Jadi berada di Kuala Lumpur ya seperti berada di kampung halaman sendiri.
Penulis terbangun jam 2.00 dini hari, memutuskan tidak tidur, ya buat apa tidur,
sebab datang ke Kuala Lumpur adalah untuk studi banding dan penulis merasa rugi kalau
buang-buang waktu. Lebih baik memanfaatkan waktu buat menulis, menulis apa yang
dilihat dan apa yang dirasakan selama berada di Malaysia dan Kuala Lumpur, bukankah
menulis yang terbaik sesuai dengan kondisi dan tempat kita berada. Apalagi kalau
ditunda untuk menulis, memori perjalanan saat tiba kembali di Batusangkar maka tentu
ada banyak hal penting tidak tercover oleh kapasitas memori kita, maka “jangan menunda
waktu dalam menulis”.
D. Nilai University College dan Istana Sri Menanti
Hari kedua di Kuala Lumpur, penulis bangun lebih cepat jam dua pagi, tidak
buang-buang waktu untuk tidur, tetapi untuk menulis. Penulis menulis dari jam 2 pagi
sampai subuh, kemudian jam 5.00 waktu Kuala Lumpur, habis shalat subuh, penulis
membangunkan anka-anak juga mencari channel berita yang menarik, tidak ada channel
yang menarik.
Anak-anak juga bangun, shalat dan mengurus diri sendiri. Oh…ternayta tidak
begitu kami turun ke lantai bawah, orang-orang sudah pada selesai sarapan, namun kami
belum. Mereka sudah siap naik bis melanjutkan perjalanan tour. Penulis menyempatkan
diri untuk sarapan. Penulis mengambil sedikit sarapan dan penulis butuh makan papaya,
oh…juga orange juice. Orange juice dan pepaya sangat bagus untuk kesehatan perut,
membuat BAB jadi lancar.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 26
David, salah seorang anak di kamar penulis masih tertinggal, entah apa yang
diurusnya, ya…kami naik lagi kelantai atas. Dia sedang merapikan tempat tidur, namun
dia harus segera turun, karena hanya dia saja yang ditunggu. Penulis membantu
mengambil roti dan selai, David butuh waktu kalau menikmati sarapannya, maka ia
membawa sarapannya ke mobil, karena waktu buat berangkat melanjutkan tour sudah
datang.
Masih ada sedikit waktu dalam bis sebelum berangkat, penulis masih punya
sedikit ide untuk menulis. Iwan, peserta dari MTsN Tanjugn Barulak melihat penulis
dalam menulis, ya…sambil bertukar pengalaman cara menulis dan belajar bahasa.
Bis berangkat, pemandu kami bernama Azam. Ia berbicara tenrang Kuala Lumpur
yang terletak di Selangor, wilayahnya cukup kecil, umumnya Malaysia memmpunyai 13
sultan, kecuali Sabah, Sarawak, Malaka dan Penang yaitu hanya gubernur.
Nama “Kuala Lumpur...?” Kuala yaitu sungai bertemu sungai, kalau muara,
sungai bertemu laut. Di Malaysia ada beberapa kota menggunakan kata “Kuala” seperti
Kuala trengganu, Kuala Lumpur dan mungkin ada yang lain.
Penulis masih ingat dengan kota “Putra Jaya” yang sekarang merupakan kawasan
baru yang dibuka pada tahun 1999 atas ide Mahatir Mahmud. Saat itu kantor-kantor
pemerintah dipindahkan ke Putra Jaya. Dengan demikian kemacetan di Kuala Lumpur
bisa diatasi. Jarak Putra Jaya ke Kuala Lumpur hanya 25 km.
Pemandu wisata kami berganti dan pemandu kami yang kedua ini terlihat lebih
cerdas. Ia berbicara tentang banyak hal seperti koin, nama kota, asal usul kota. Contoh
Selangor berasal dari kata “seekor langor”. Wah terlalu banyak untuk dicatat dan untuk
didengar dari pemandu yang kedua ini, namanya Azam.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 27
Azam menambahkan tentang hal lain. Jalan tol, dalam bahasa Melayu “Lebuh
Raya”, pusing berarti berputar, tetapi pusing dalam bahasa Indonesia berarti pening.
Pemandu wisata kami menceritakan bahwa dahulu etnis Cina banyak yang kaya,
namun sekarang etnis Cina ada yang kaya, tetapi juga banyak yang miskin, sudah seperti
etnis India dan etnis Melayu.
“dalam buku paduan bahwa tanggal 18 November, rute kami adalah Kuala
Kumpur dan beberapa kunjungan. Setelah sarapan pagi rombongan melakukan kunjungan
ke tempat yang telah ditentukan seperti Nilai University sampai selesai, mengunuungi
Istana Sri Menanti sampai selesai, shalat Jum’at di masjid Tuanku Ja’far, setelah itu
langsung menuju Keduataan Besar Indonesia di Kuala Lumpur, Bukit Bintang, makan
malam dan kembali ke hotel dan istirahat”.
Kunjungan pertama di hari kedua di bumi Malaysia adalah berkunjung ke “Nilai
Colloege Universiti”. Niilai adalah nama sebuah kota dekat Selangor. Jaraknya 70 km
dari Kuala Lumpur.
Universitas college di Kota Nilai ini adalah Universitas swasta, lokasinya berada
di kawasan yang sepi. Penulis berfikir bahwa pasti universitas ini akan kekurangan
mahasiswa. Apalagi mengingat jumlah pepulasi Malaysia yang juga relatif kecil yaitu
hanya 27 juta orang. Namun universitas swasta ini mampu membawa lembaga ini
menjadi universitas populer dan bertaraf internasional. Ia menjual program universitas ini
ke luar negeri dan mengundang mahasiswa asing untuk menjadi mahasiswanya.
Universitas terasa sepi karena saat kedatangan kami disana mungkin lagi liburan. Dan
saat itu kami dipandu atau dilayani oleh mahasiswa Nilai College university asal Kenya.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 28
Promosi keluar negeri sangat penting, apalagi untuk meyakinkan dan sekaligus
untuk menarik mahasiswa untuk datang kesana. Sebagai kawasan internasional, maka
disana hanya dipakai bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Ini terjadi karena
mahasiswa nya adalah multi bangsa dan secara tidak langsung bahasa Inggris menjadsi
bahasa penghubung. Kemudian rekruitmen atau penerimaan mahasiwa juga menekankan
penggunaan bahasa Inggris, wawancara dalam penerimaan bahasa Inggris.
Penulis merasa, saat berada di lingkungan kampus Universitas Nilai College ini
biasa-biasa saja. Mahasiswanya juga terkesan tidak begitu menonjol, ya biasa biasa saja.
Yang diterima sebagai mahasiswa di sana mungkin tingkat kecerdasan mahasiswa asing
yang juga biasa-biasa saja. Malah mahasiswa yang kuliah di Indonesia seperti di UI, ITB,
UNPAD dan lain-lain terkesan lebih cerdas. Penulis merasakan bahwa agar bisa diterima
di Universitas Indonesia di ITB atau di UNPAD terkesan lebih sulit dan ada persaingan,
malah lebih terasa bergengsi.
Di Universitas Nilai terasa biasa-biasa saja. Itu karena ia tidak menekankan
persyaratan pada standar nilai UAN (Ujian Akhir Nasional). Ia mengatakan bahwa nilai
UAN (atau UN) hanya untuk sistem pendidikan nasional di Indonesia. Jadi masuk
Universitas Nilai College itu mudah- kalau punya banyak uang ya...selesai urusan untuk
jadi mahasiswa di sana. Universitas Nilai College hanya menekankan pada nilai raport
saja.
Persyaratan penerimaan mahasiswa di Universitas ini begitu mudah, nilai rata-rata
rapor paling rendah 7.00, bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Sekali lagi, penulis
berfikir bahwa itu adalah universitas internasonal untuk level mahasiswa biasa-biasa saja,
asal bisa berbahasa Inggris, ada uang….ya langsung jebol”, namun persyaratan beasiswa
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 29
100%, 50%. 25% tentu lebih ketat, misalnya nilai rata-rata 85 dan TOEFL dengan skor
yang lebih tinggi.
Kunjungan kami di Nilai Universitas College disambut dalam ruangan kuliah
umum oleh seorang wanita muda, berwajah Cina. Ia berkomunikasi dengan lincah dalam
bahasa Melayu bercampur aksen Indonesia. Sebagaimana ia mengatakan bahwa ia pernah
beberapa kali tinggal di Semarang.
Pada mulanya penulis berfikir kalau ia adalah seorang dosen atau stake holder.
Kemudian penulis tahu bahwa ia adalah tenaga khusus dalam bidang promosi kampus
untuk internasional. Untuk informasi lebih lanjut, kami diberi buku panduan atau buku
promosi dan juga kami diberi formulir pendaftaran dan mengisinya. Setelah itu
mengumpulkannya kembali. Penulis berfikir bahwa formulir itu berguna sebagai angket
untuk melihat gambaran kami terhadap universitas tersebut.
Universitas Nilai College memang luas kompleksnya dan terlihat rapi serta
megah. Kompleknya dibangun pada kawasan seluas 14 kali lapangan bola kaki, lokasinya
jauh di luar ibu kota negeri Selangor, 70 km dari Seremban.
Untuk kerapian dan perawatan, Universitas ini merekrut banyak tenaga wanita
mulai dari sekuriti depan, penjaga kebun, dan untuk kebersihan. Kebanyakan yang
direkrut adalah wanita keturunan India. Penulis berasumsi bahwa wanita dalam bekerja
lebih tekun dan lebih amanah dibanding laki-laki, tentu saja itu tergantung pada kualitas
wanitanya.
Sebelum mengakhiri kegiatan di kampus ini, kami diajak berjalan melihat-lihat
kampus namun ada komplain dari rombongan kami, “Wah kenapa pemandunya diam-
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 30
diam saja”. Tidak ada cerita-cerita yang disampaikan oleh pendamping yang bernama
“Elvie” berwajah Cina dan usianya sekitar 20 tahun.
“Ya kami dipandu berkeliling oleh pemandu yang kurang dalam komunikasi dan
kecuali ia masih muda dan berwajah cantik”.
Yang sedikit mengesankan bahwa kami pergi ke bengkel perawatan pesawat. Di
dalamnya ada satu pesawat kecil, ternyata rombongan kami datang untuk berfoto-foto,
dan penulis menghampiri salah satu staf. Ternyata ia adalah dosen disana. Penulis
bertanya jawab dengannya, ia menjelaskan bahwa bengkel itu untuk latihan perawatan
pesawat. Universitas tersebut merujuk pada standar Eropa.
Tidak banyak yang kami lihat di Universitas Nilai ini kecuali hanya sekedar
melihat luasnya komplek dan bagusnya gedung, padahal yang perlu kami lihat adalah
suasana pendidikan dan ruangna belajar yang ada disana. Namun kami tetap berterima
kasih atas sambutan mereka yang cukup ramah.
Rombongan kami melanjutkan perjalanan menuju Istana Seri Menanti. Dalam
fikiran penulis bahwa Seri Menanti itu apa (?). Ternyata seri Menanti adalah nama
daerah yang pada mulanya nama dari seorang Raja Melayu.
Dalam perjalanan guide kami bercerita apa-apa saja yang terlintas dalam
fikirannya. Ia juga menjelaskan tentang populasi Kuala Lumpur yang luasnya 430 km
persegi, penduduk 1,6 juta jiwa dan mobil yang beredar di jalan raya sebanyak 2 juta
mobil.
Dikatakan saat kami melewati daerah Nilai bahwa disana juga banyak dihuni oleh
warga keturunan Minangkabau, orang-orang yang bekerja di Kuala Lumpur juga banyak
yang tinggal di luar ibukota (Kuala Lumpur) yang jaraknya mungkin dua jam perjalanan,
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 31
seperti di Kota Selangor, Ipoh, Pahang dan Perak. Alasan mereka bekerja dan bola-balik
ke Kuala Lumpur adalah alasan lebih enak tinggal bersama orang tua, keluarga di
kampung sendiri dan juga karena biaya beli rumah yang cukup tinggi di Kuala Lumpur.
Di kawasan kota Nilai juga terdapat perumahan atau perkampungan warga
keturunan Eropa, berkulit putih. Kalau di Indonesia, orang kulit putih disebut dengan
bule, tetapi orang Melayu (Malaysia) menyebut orang berkulit putih dengan “Mat
Saleh”.
Asal kata “Mat Saleh” adalah “Mad Sailor” atau “Pelaut yang Gila”, dahulu kala
dikatakan bahwa pelaut asal Eropa, mendarat di Melaka dan mereka memperkenalkan
diri sebagai “Mad Sailor” atau pelaut yang gila, kata Mad Sailor disesuaikan dengan lidah
orang Melayu menjadi “Mat saleh”. Namun sebutan ini juga memberi kesan sebagai
karakter yang baik yaitu “Mat Saleh juga dapat diterjemahkan menjadi “Mak yang
sholeh, atau Mak yang taat”.
Penulis melihat bahwa daerah Malaysia sudah sangat maju, jalan-jalan tol
menghubungkan antar state (propinsi) cukup panjang dan lebar. Kedua sisi jalan diberi
pagar, dan tentu saja sopir perlu membayar sesuai dengan standar mobil dan jarak jalan
yang ditempuh. Penerangan jalan sangat memadai, kebutuhan listrik Malaysia
menggunakan energi gas yang dikelola oleh Petronas, ya semacam Pertamina untuk
Indonesia.
Sekali lagi, pemandu kami juga menjelaskan asal kata “Selangor” yaitu “Seekor
Langau” atau seekor lalat. Tentu saja ia menjelaskan anecdote yang cukup lucu buat
menghibur kami semua. Terlihat bahwa untuk menjadi guide perlu memiliki wawasan
luas, komunikasi, anecdote dan juga rasa humoris yang tinggi. Dalam memandu kami
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 32
dalam bus, guide memajang peta Malaysia pada kaca depan bus. Jadi saat itu kami hanya
berada di negara bagian Selangor dan sekitarnya (negeri Sembilan, Selangor dan juga
Johor Baru).
Terkesan bahwa daerah perkotaan dan juga perbukitan seputar ibu kota telah
direkayasa, dan ditanam dengan pohon sawit, pohon akasia. Itulah mengapa alam
Malaysia terasa monoton. Burung-burung jarang terlihat, dan setelah memasuki state
Negeri Sembilan, yang warganya keturunan Minangkabau suasana terasa seperti di
Sumatera Barat, hutan yang masih asli, rumah penduduk seperti penduduk Minang.
Setelah duduk dalam kendaraan agak lama, mungkin dua atau tiga jam kami
sampai pada persimpangan jalan. Di sana ada gerbang dengan ciri Minangkabau. “Ohh…
ternyata jalan menuju Istana Seri Menanti”. Penulis merasa mengantuk, namun enggan
untuk tidur karena merasa rugi untuk melewati suasana Minang di Negeri Sembilan.
Di daerah ini memang ditemukan pohon-pohon kelapa sebagai ciri khas yang
banyak tumbuh di daerah panas. Disamping itu juga ada daerah pertanian sawah,
pematang sawah terlihat bersih dan rapi.
Mobil kami memasuki komplek istana Sri Menanti. Kami turun dan merasa
terpesona melihat museum Sri Menanti. Namun museum ini tidak bercorak rumah
Minang, namun lebih bercorak rumah adat Melayu Riau. Museum ini dicat hitam dan di
depannya terdapat replika (duplikat) batu basurek dan juga batu kasur seperti yang
terdapat di kota Batusangkar. Halaman yang luas terhampar di depan komplek istana dan
museum ini.
Kami disambut oleh ketua pengurus Istana Sri Menanti. Kami diberitahu tentang
sejarah hubungan negeri Sembilan dengan Minangkabau. Terasa bahwa sistem raja masih
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 33
dipelihara di Negeri Sembilan, malah kerajaan menguasai militer dan juga agama,
sementara di Batusangkar, kerajaan Pagaruyung hanya tinggal nama saja lagi, rajanya
sendiri entah dimana lagi.
Pihak Istana Sri Menanti, mengizinkan kami untuk berfoto-foto, kecuali di dalam
museum tidak boleh, kami kemudian diizinkan untuk memasuki gedung tempat
penobatan raja, istananya megah dengan hamparan karpet persia dan kursi-kursi untuk
tamu. Pada beberapa dinding terdapat potret keluarga raja. Penulis dan juga beberapa
peserta studi banding memotret momen dalam istana, kita tidak boleh memasuki lantai
yang dekat kursi tahta raja, disana terdapat tali pembatas.
Kami dijanjikan untuk makan siang di sana setelah shalat jumat, usai dari ruang
ini kami disuguhi tas kertas, ya tas promosi wisata Negeri Sembilan dengan gambar
cantik. Di dalamnya ada kue besar, seperti martabak ambon, sebotol air, buku atau
brochure wisata, kartu-kartu pos, gelas dengan tadah keramik, terasa kami diberi
pemanjaan. Tadinya perut terasa lapar dan bisa jadi kenyang setelah melahap bika
ambon.
Tiba-tiba hujan cukup lebat turun, walau hanya sesaat, namun kami batal untuk
shalat jumat dan kami ganti dengan sholat Zohor yang dijamak dengan sholat Ashar, ya
kamikan semua musafir di negeri Jiran. Para wanita pekerja dapur sudah menyuguhkan
makan berjamba dalam ruang luas, namun terasa sempit karena jumlah kami cukup ramai
yaitu 140 orang.
Kami makan duduk dihamparan, yang datang dulu ya makan dulu, yang datang
belakangan cari tempat untuk duduk. Di sana ada ciri khas dalam makan, bahwa (begitu
juga di restoran) yaitu menyuguhkan minuman sirup. Penulis fikir bahwa minum sirup
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 34
lebih sering berbahaya bagi kesehatan ginjal karena sirup punya zat pewarna dan zat
penyadap”.
Usai makan kami turun, masih sempat berfoto-foto, dalam beberapa menit
kemudian kami sampai di komplek masjid, penulis melihat ada dua masjid, o…ternyata
bangunan sebelah kiri yang mirip masjid adalah tempat makam (kuburan) raja, di depan
(dalam ruang berbentuk masjid) juga ada tiga calon tempat kuburan buat raja-raja
berikutnya kalau mangkat. Kami pun berlalu meninggalkan kompleks kerajaan Sri
Menanti dan perut terasa kenyang, karena penulis menghabiskan kue bika (martabak)
ambon yang berukuran jumbo ditambah pula dengan makan siang di kompleks istana.
Penulis mencoba menikmati cita rasa masakan Melayu Negeri Sembilan, gulainya
terasa bumbu sereh (sarai). Terasa agak manis dan kurang pas dalam lidah Padang,
sementara ada rendang bada, tetapi terlalu asin, hanya satu yang cocok untuk lidah
Padang penulis yaitu “sambalado”.
Kami kembali dan meninggalkan daerah Sri Menanti. Selanjutnya Kami menuju
kota Kuala Lumpur, hari mulai gelap dan penulis memejamkan mata, karena tidak merasa
penting lagi untuk melihat pemandangan, o…ternyata kami harus menuju kompleks
KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia).
E. Prof. Rusdi di Attase Budaya KBRI Kuala Lumpur
Bis pesiar berhenti dan kami bergegas masuk kompleks KBRI di Kuala Lumpur.
Begitu memasuki gedung KBRI kami menyempatkan diri untuk berfoto-foto. Latar
belakang yang dipilih adalah merek KBRI Kuala Lumpur yang sebagai bukti bahwa kami
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 35
memang benar-benar berada di KBRI Kuala Lumpur, rencananya kami juga akan
diundang makan di KBRI.
Kami semua duduk dalam aula KBRI dan menunggu kedatangan pejabat KBRI.
“Subhanallah…dada penulis berdesir bahwa ternyata yang tampil itu adalah Prof. Rusdi,
sebagai attase budaya Kuala Lumpur, Pak Rusdi adalah teman sekelas penulis saat kuliah
di IKIP Padang (kini berganti nama jadi UNP Padang) dari tahun 1984 hingga 1988.
Bapak Rusdi langsung disambut oleh Kepala Dinas Pendidikan Tanah Datar,
penulis juga bergegas kedepan untuk menyalaminya, Bapak Rusdi menyapa nama penulis
“Hello, Johan…” Ternyata ingat sekali dengan pribadi penulis.
Tentu saja masih ingat karena kami penya pengalaman emosional. Saat
mahasiswa dulu, kami sering pergi bersama dan penulis beberapa kali datang ke rumah
kosnya di seberang kompleks Ring-Dam tempat latihan militer di Air Tawar, Padang,
membawa bahan makanan dan kami pun makan di rumah kos Rusdi yang sangat
sederhana. Rusdi dan penulis membakar ikan dan membuat sambalado dan kami makan
bareng-bareng. Kenangan inilah yang agaknya selalu terkenang dalam memori Bapak
Rusdi hingga sekarang, ya sebagaimana ia paparkan dalam kata sambutannya.
Setelah itu kami berpisah sejak tahun 1989 dan kami berjumpa lagi tahun 2006,
ya penulis menjadi mahasiswa Bapak Rusdi pada program pasca sarjana UNP Padang,
dan Bapak Rusdi menjadi dosen pasca sarjana dengan mata kuliah psikolinguistik dan
sosiolinguistik.
Tamat dari kuliah strata satu pada jurusan pendidikan Bahasa Inggris, Rusdi tidak
memutuskan untuk menjadi guru, seperti yang penulis lakukan menjadi guru. Ia mencari
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 36
beasiswa melalui yayasan Bunda yang dikelola oleh Gubernur saat itu (Gubernur Azwar
Anas), ia melanjutkan pendidikan pascasarjana (S.2) di Australia.
Selesai pascasarjana ia kembali ke Indonesia menjadi dosen pada IKIP (UNP)
Padang, beberapa saat kemudian melanjutkan program Post Graduate di Curtin
University, Australia Baratoard. Ia memperoleh Ph.D dan kembali menjadi dosen di UNP
(tugas belajar).
Rusdi membawa keluarganya sambil kuliah di Australi, malah dua orang anaknya
lahir di Australia, komunikasi dengan kedua anaknya memakai bahasa Inggris, Rusdi
memperkenalkan banyak pengalaman buat anak-anaknya.
Rusdi ternyata menjadi dosen juga pada program pascasarjana dan program
doktor di UNP. Penulis pernah menjadi mahasiswanya tahun 2006-2007 di pascasarjana.
Pada umumnya mahasiswa Rusdi merasa senang belajar dengan Rusdi, karena ia
mempunyai pribadi yang hangat, humoris dan selalu memberi kemudahan dalam
perkuliahan. Posisi sebagai pembimbing tesis sangat menyenangkan, karena Rusdi
memberi solusi, memberi kontribusi dan tidak membuat mahasiswa stress.
Rusdi memiliki pribadi yang hangat, mudah berkomunikasi dan juga bisa tegas,
dengan bahasa yang santun, inilah yang membuat Rusdi bisa meraih posisi demikian.
Agaknya Rusdi, sebagai manusia, punya keinginan positif, tentu saja ia pingin untuk
menjadi rektor, wah…penulis berfikir bahwa agak sulit untuk meraih posisi rektor, maka
mungkin secara kebetulan ada posisi untuk mengisi attase budaya di luar negeri.
Sebagaimana dijelaskan oleh Pak Rusdi, sesuai dengan pertanyaan dengan Pak
Rusdi saat acara temu ramah di Aula KBRI, bahwa secara iseng-iseng ia ikut tes, mengisi
formulir. Ia mengikuti beberapa kali seleksi dan lulus, saat ada beberapa orang attase
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 37
yang akan ditempatkan pada beberapa perwakilan RI (KBRI) di luar negeri, agaknya
diantara yang lulus tersebut barangkali Pak Rusdi wajahnya paling Melayu, maka ia
ditempatkan di Kuala Lumpur.
KBRI adalah ibarat rumah sendiri bagi warga Indonesia di luar negeri, jadi tidak
layak kalau datang ke rantau orang untuk tidak singgah ke rumah sendiri” seloroh Rusdi.
Dalam acara kunjungan pada KBRI Kuala Lumpur, rombongan kami
menyuguhkan kesenian dalam bentuk tari Minang. Grup tari mempertunjukan tari kreasi
yang baru, dengan kostum cerah, gerak lincah dan para penari juga menebarkan senyum
ceria mereka. Penulis seolah-olah tidak percaya kalau semua penari itu adalah anggota
rombongan sendiri. Setelah itu juga ada pembacaan puisi oleh Fitria, jago baca puisi
tingkat propinsi yang juga ikut lomba baca puisi tingkat nasional di Makasar, beberapa
waktu yang lalu. Akhirnya lagu Mars Tanah Datar untuk mengingatkan kita kembali pada
keelokan alam Tanah Datar.
Perut kami masih kenyang, karena sebelumnya disuguhi makan siang dan makan
martabak ambon dari istana Seri Menanti. Malam itu kami juga disuguhi makan oleh
KBRI dalam bentuk hidangan mie rebus, pakai bakso, wah sangat enak….. Semua hidang
rasa selera Indonesia jadi ludes- terasa lesat.
Tiba-tiba Pak Rusdi menyeret penulis. Kami bergerak menuju lift untuk menuju
ruang kantornya. Agaknya Rusdi berbagi kebahagiaan berdasarkan memori kami pada
masa remaja bahwa ternyata ia masih merasa bermimpi bisa berkantor di KBRI Kuala
Lumpur. Sepanjang jalan menuju kantornya Rusdi bercerita-cerita tentang masa lalu.
Penjaga pintu dan ajudan mempersilahkan penulis untuk mengikuti langkah Pak Rusdi.
Seperti mimpi saja perjalanan karir Pak Rusdi tersebut.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 38
Acara kami di KBRI Kuala Lumpur pun berakhir dan bis pesiar kembali
membawa kami ke hotel. Lagi-lagi dihotel kami disuguhi makan malam, agaknya peserta
tidak begitu berselera untuk makan malam, karena dari tadi siang perut sudah penuh.
Penulis juga tidak menikmati makan malam kecuali hanya mengambil beberapa potong
pepaya di ruang makan itu karena kebutuhan untuk mengkonsumsi buah-buahan segar
dalam perut seperti pepaya, pisang apel atau minum juice, sangat memberi rasa segar dan
nyaman pada perut sendiri. Penulis melihat ada satu atau dua orang peserta yang merasa
kurang nyaman pada perut mereka. Mereka seharusnya makan papaya atau apel.
Pada malam kedua di Kuala Lumpur, penulis sudah bisa tidur lebih nyenyak
karena tidak lagi membuat kopi, memang minum koffee menjelang tidur bisa merusak
kualitas tidur kita. Namun penulis masih bangun lebih cepat dan bisa menulis tentang
beberapa pengalaman selama di Kuala Lumpur.
F. Genting Highland
Hari ketiga dalam travelling, atau hari kedua di Kuala Lumpur, kami punya acara
untuk mengunjungi objek wisata Genting Highland. Namun kami juga harus check out
dan berkemas untuk keluar hotel. Agar dari Genting Highland bisa ke Johor.
“Dalam buku petunjuk bahwa rute kami pada tanggal 19 November adalah Kuala
Lumpur- Genting Highland dan Johor Baru. Perinciannya bahwa setelah sarapan
rombongan check out hotel langsung menuju Istana Negara, Menara Kembar (Twin
Tower), Batu Chave, Genting Highland dengan cable car, rombongan menuju puncak ke
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 39
cloud city sampai selesai. Sore hari rombongan melanjutkan perjalanan menuju Johor
Baru, makan malam dan check in di hotel buat istirahat”.
Kami berkemas dan berharap agar tidak ada yang tertinggal, apalagi kalau-kalau
sampai tertinggal atau hilang paspor ya akan bermasalah di imigrasi. Penulis sejak
kemaren sudah kehabisan batterai pada kamera dan phone cell, penulis menuju front desk
untuk meminjam kaki tiga untuk colokan charge HP dan kamera.
Lagi-lagi sarapan pagi tidak begitu cocok untuk lidah penulis dan tentu saja bagi
lidah anggota studi tour yang lain. Penulis hanya mengambil nasi goreng, pake sup dan
yang paling penting juga ada buah, penulis tidak melupakan kesempatan untuk minum
juice jeruk, karena makan buah dan minum juice sangat bagus untuk kesehatan perut.
Lupa mengkonsumsi buah untuk beberapa hari bisa membuat seseorang menjadi demam
atau paling tidak terkena sariawan.
Mobil wisata kami cukup lama berdiri di depan Hotel Grand Pacifik untuk
memuat barang kami semua, akhirnya kami berangkat. Sebelum bergerak menuju
Genting Highland, kami melakukan tour kota dan sight seeing atau lihat-lihat
pemandangan.
Oh ya,..penulis masih teringat tentang pernyataan yang dilontarkan oleh peserta
tour tentang syarat menjadi attase atau bekerja di KBRI, bahwa Sarjana Sosial seperti
lulusan Ekonomi, Hukum, Politik, Komunikasi dan Hubungan Internasional bisa
mendaftar di Departemen Luar Negeri, dengan syarat memiliki pribadi yang menarik,
fasih berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan kalau boleh juga menguasai bahasa lain
sebagai nilai plus. Informasi tentang Deplu dapat diakses pada www.deplu .org .
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 40
Ditambahkan bahwa studi banding merupakan ajang memotivasi diri untuk
menjadi lebih berkualitas, oh ya…persyaratan untuk mendaftar di Departemen Luar
Negeri adalah usia maksimal 28 tahun dan semua applikasi dilakukan melalui internet.
Tentu saja yang dibutuhkan adalah sarjana yang punya banyak prestasi, salah satu usaha
yang dilakukan oleh KBRI agar orang asing mencintai Indonesia adalah melalui
mengajar mereka seni dan bahasa Indonesia dan nanti mereka akan terbiata mengatakan
“selamat pagi”.
Rute pertama kami adalah mengunjungi istana Negara. Sepanjang jalan terlihat
pemukiman penduduk, mereka umumnya tinggal dalam apartemen, bagi yang punya
rumah tingkat satu terlihat mereka menggunakan antene parabol ukuran kecil.
Dikatakan oleh pemandu kami bahwa istana negara dijaga oleh 2 penjaga berkuda
untuk raja, yang dipertuan Agung. Raja diganti sekali dalam 5 tahun dan dipilih dari
kerjaaan di negara bagian yang berjumlah 13 kerajaan, kecuali untuk Sabah, Sarawak,
Penang dan Malaka yang tidak punya raja kecuali gubernur. Istana negara juga menjadi
destinasi wisata dalam kota karena penulis melihat banyak turis dalam berbagai ras/
bangsa berfoto-foto. Untuk mencapai tempat ini kami melalui kawasan bukit Bintang
yang berlokasi dalam kota.
Dalam kota Kuala Lumpur kami masih bisa menjumpai bangunan tua, Kubah
bangunan tua mirip dengan bawang sementara bangunan lam tidak. Daerah China Town
dimonopoli oleh gedung-gedung tua, namun mereka tidak boleh merenovasi sesuka hati,
harus ada izin dari pemerintah.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 41
Armada mobil kami (Bis Pesiar atau Bis Wisata) berhenti di depan pabrik coklat
“Berly’s chocolat kingdom” dan sekaligus sebagai butik coklat (atau toko coklat). Satpam
butik coklat ini dijaga oleh satpam asal India, ia hanya bisa sedikit bahasa Inggris.
Sebagaiman dikatakan oleh Azam, pemandu wisata kami, bahwa di Malaysia
warga Melayu adalah warga kelas satu, ini terlihat dari perlakuan pemerintah seperti
memberi potongan sampai 20% buat mereka sementara buat keturunan Cina dan India,
potongan hanya 10%, penghargaan demikian membuat mereka punya harga diri, namun
kedua suku bangsa yang lain juga menuntut persamaan hak layanan.
Penulis berfikit “mengapa pabrik coklat ini bisa jadi populer, padahal di kampung
penulis juga tumbuh ribuan atau jutaan batang coklat, seharusnya juga ada pabrik coklat
yang hebat. Ya Indonesia juga harus pabrik coklat dengan cita rasa Indonesia dan populer
di dunia, atau paling kurang di Asia Tenggara. Kunci untuk ini adalah SDM....SDM
(Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, punya inovasi dan kreasi.
Pelayanan dari pihak butik coklat terhadap pengunjung, apakah mau beli atau
tidak memberikan kepuasan pada kami sebagai pengunjung. Pelayanan dan setting pabrik
ini telah membuat tempat ini menjadi destinasi wisata, tentu saja ia melengkapi fasilitas
layanan seperti ada pohon coklat tumbuh dua batang di depan, ada patung sapi frisian,
dan patung buah coklat. Juga pelayanan informasi cara membuat coklat, nah..ini juga bisa
ditiru oleh perusahaan industri rumah tangga di Batusangkar/Tanah Datar, seperti “Kawa
Daun, Pisang Selai, Keripik Balado…” dan pelayanan pada pengunjung seperti
menempelkan nomor atau tempel kertas berisi ucapan “selamat datang dan terima kasih”
bisa membuat pengunjung jadi tersanjung.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 42
Coklat yang tumbuh di daerah panas (tropis) namun mengapa produksinya bisa
dikuasai oleh orang Eropa (seperti Berly) ya pastilah ia memiliki karakter inovasi dan
kreativitas. Oleh sebab itu kita perlu mengembangkan karakter positif: memiliki inovasi
dan kreativitas generasi kita, misal mengajak mereka mengunjungi pabrik seperti ini.
“Sangat penting anak didik kita berlomba memiliki jiwa (karakter) inovasi dan
kreativitas, jadi tidak berlomba sekedar membuat skor/nilai yang tinggi dengan harapan
ingin menjadi pegawai atau buruh”.
Sepanjang perjalanan menuju Genting Highland penulis juga membaca banyak
pesan buat publik, salah satu pesan buat warga adalah “Love Kuala Lumpur”. Ini bisa
kita sadur menjadi “Love Batusangkar, Love your School, love your library”. Ini ditulis
pada billboard untuk menanamkan karakter cinta lingkungan.
Jalan-jalan antar kota, antar desa dan juga antar provinsi (negara bagian/ state)
sudah dihubungi dengan jalan tol. Kita tidak melihat lagi rumah penduduk terpencar-
pencar, kecuali sudah dalam bentuk kumpulan apartemen.
Tidak ada orang yang parkir kendaraan dengan bebas untuk istirahat- makan
makan dan menebarkan sampah seenaknya. Atau orang yang menjajakan dagangan
sepanjang jalan tol yang begitu banyak dan begitu panjang. Sepanjang jalan penulis
melihat banyak baliho iklan dan juga baliho “rambu-rambu lalu lintas” yang memberi
pesan yang penting bagi pengguna jalan. Baliho tersebut tidak sekedar lambang, tetapi
juga diikuti oleh maksud yang harus dipahami oleh pengguna jalan seperti: dilarang
memarkirkan mobil, dilarang membuang sampah, dilarang, memotong/mendahului mobil
lain, truk berat harus berjalan pada jalur kiri”. Pesan tersebut ditulis dalam bahasa
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 43
Melayu, bahasa Inggris dan bahasa lain, sehingga ada kesan bahwa pesan tersebut adalah
buat warga internasaional.
Di restoran juga ada pesan atau peringatan “dilarang merokok sembarangan
(kecuali pada smooking corner), dilarang menjual rokok pada anak dibawah umur 18
tahun”. Sementara di kampung penulis warung dekat sekolah menjual rokoh pada pelajar
atau pak guru minta tolong beli rokok pada siswa. Moga-moga ini bisa ditertibkan.
Belum sampai di Genting highland, kami berhenti di desa Genting Sempah untuk
makan siang di sebuah resto atau mall resto. Mall resto terdiri dari beberapa warung yang
menjual aneka food and drink. Di sana ada dijual minuman dan makanan cita rasa India,
Arab dan Melayu. Umumnya rombongan kami harus beradaptasi dengan cita rasa
makanan yang sangat asing dengan lidah, Namun cukup banyak makanan yang mubazir
atau terbuang percuma (ini tidak boleh menurut syariat Islam).
Resto dilengkapi dengan Tandas (toilet) buat pria dan wanita, terpisah, yang
sangat bersih untuk standar internasional, begitu juga tersedia surau (mushalla/ praying
room) terpisah antara surau pria dan surau wanita. Dekat surau hanya ada fasilitas untuk
berwuduk sementara untuk toilet letaknya terpisah, mengapa fasilitas surau, toilet dan
resto berskala internasional, ya karena berlokasi menuju Genting Highland, sebuah tour
destination maka kawasan menuju kesana juga berkualitas standar internasional.
Hal yang sama untuk di Batusangkar bahwa kalau Istano Basa Pagaruyung,
Danau Singkarak atau Lembah Anai adalah sebagai tourist destination skala
internasional, maka jalan-jalan di sana (seperti jalan Sutan Alam Bagagarsyah yang
berasal di pasar Batusangkar sampai ke ujung di Nagari Saruaso) harus disulap menjadi
jalan internasional pula. Warung-warung dan fasilitas umum harus ditulis dalam bahasa
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 44
Indonesia dan bahasa Inggris, dan karena Batusangkar adalah pusat budaya Melayu juga
harus menggunakan huruf Arab Melayu.
Akhirnya rombongan kami tiba di Area Genting Highland, sebelumnya kam
melewati wilayah lembah dan berbukit dengan jalan tol yang panjang. Pintu tol banyak
menggunakan tenaga perempuan, mungkin perempuan lebih rajin (yang dipilih yang
rajin). Pinggang bukit sepanjang jalan tidak dibiarkan terjal tetapi dibuat miring dan
diberi terrace/ sengkedan dan tempat peluncuran air untuk mencegah longsor dan erosi.
Hutan-hutan yang gundul segera ditanami pohon yang mudah tumbuh seperti pohon
akasia.
Ternyata sampah Malaysia dibuang di isolased area. Sebelum dihancurkan
dipisahkan antara sampah organik dan organik, ada kalanya sampah dibakar dan
ditimbun. Tong sampahnya cukup kokoh, bukan terbuat dari plastik atau dari materi yang
cepat hancur.
Ternyata kami tidak perlu membeli karcis untuk naik kereta kabel karena pihak
travel biro JAP (Jalur Angkasa Prima) sudah membooking buat program kami. Kami
dibagi atas empat grup, sesuai dengan grup mobil. Kami naik escalator untuk menuju
tempat antrian cable car (kereta kabel). Kami ikt antrian cukup lama untuk mencapai
counter kereta kabel. Antriannya tidak dalam bentuk deretan lurus, tetapi kami harus
memasuki handrail (susunan) berliku-liku agar antrian tidak panjang garisnya.
Dalam antrian kami tidak hanya terlihat orang Melayu, namun juga etnik India,
Cina, Arab, Iran dan Eropa, penulis mendengar banyak orang berbicara dalam berbagai
bahasa. Akhirnya kami sampai pada counter/ terminal kereta kabel. Masing-masing
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 45
kereta kabel memuat enam orang yaitu tiga dimuka dan tiga dibelakang, pintunya terbuka
atau tertutup secara otomatis bila ingin lepas dan saat mau berhenti.
Di objek wisata Genting Highland terdapat komplek hotel, plaza dan juga sarana
perjudian casino ala Las Vegas (Amerika Serikat) yang disediakan buat penggemar judi.
Ini berlaku untuk wisatawan dan orang Malaysia yang beragama Islam dilarang untuk
masuk.
Kereta kabel kami melintasi ketinggian sekitar 2000 meter di atas permukaan laut
dan panjangnya sekitar 13 km, dan jarak tempuh 20 menit. Kami bisa melihat lembah dan
puncak puncak pepohonan terbentang di bawah. Jalan jalan yang ada dekat tiang tali
kereta bukan untuk diakses oleh umum, tetapi diakses untuk perawatan dan keselamatan
tiang. Menurut pemandu bahwa tiap bulan selama 4 hari kereta kabel berhenti untuk
beroperasi, karena butuh perawatan dan pemeriksaan kondisi demi keselamatan
operasionalnya. Saat kami meluncur tiba tiba angin kencang datang dan kereta terhenti
dan kami berayun-ayun di udara. Penumpang yang phobi ketinggian tentu akan menjerit
ketakutan.
Kami sampai pada ujung stasiun kereta kabel. Kami melihat lokasi hotel memang
tinggi, makanya genting juga disebut “negeri diatas awan – country above the cloud”.
Akhirnya semua rombongan turun dari kereta kabel. Tentu saja rombongan kami
menggunakan 26 kereta kabel, karena jumlah kami 137 orang dan muatan per-kereta
adalah 6 orang. Sebagian rombongan berpencar, namun kami diberi waktu untuk explorer
selama dua jam. Penulis tidak tertarik untuk melihat apa dan bagaimana itu kasino.
Penulis dan teman (dalam rombongan kecil) hanya jalan berputar-utar untuk menelusuri
kompleks plaza dan hotel. Tentu saja harga makanan dan minuman mahal dan juga
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 46
banyak yang tidak halal. Untuk itu ada baiknya membawa makan sendiri, atau cari
makanan yang kita yakini itu adalah halal.
Di sana terlihat berbagai karakter orang. Ada yang tampak kesepian, yang sedang
lagi dilanda asmara, anak-anak, ada pengunjung yang tertutup purdah (tertutup wajah),
dan juga ada yang memakai pakaian sangat minim dan seksi, wah…di Genting Highland
tidak terasa suasana Melayu yang Islam.
Anak-anak yang sudah terbiasa dengan suasana heterogen dan suasana
internasional terlihat santai, ceria dan menikmati suasana, sementara rombongan kami
yang baru pertama kali datang belajar untuk beradaptasi dalam mengenal situasi. “ada
yang cemas dan takut hilang dalam keramaian). Di sana ada banyak tulisan dalam aksara
Melayu, China, English dan India.
Kesempatan untuk pergi ke Genting Highland tentu saja amat langka, maka
penulis sempat mengambil video dan beberapa foto dengan HP. Rasa ingin tahu
bagaimana kereta kabel datang, pintunya terbuka dan tertutup secara otomatis juga
penulis abadikan lewat video dan sudah dapat ditonton lewat youtube dengan alamat
Youtube di: [email protected] .Sebelum kembali pulang, penulis mencari
dimana lokasi toilet umum.
Akhirnya kami kembali keterminal awal menggunakan kereta kabel lagi. Kali ini
rasa takut kami tidak begitu besar atau malah sudah hilang karena kami sudah mengenal
dan mencoba berayun dalam rute datang tadi.
Selain datang dengan kereta kabel, ternyata untuk datang ke lokasi hotel juga bisa
menggunakan mobil carteran melalui jalan berkeliling. Tentu saja tidak semua mobil
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 47
boleh masuk, publik menggunakan armada transpor yang juga dikelola oleh pihak
perusahaan industri wisata Genting Highland.
“Good bye Genting Highland. Bis pesiar kami meluncur menuju Johor Baru lagi,
kami meninggalkan Genting Highland yang terletak dalam kawasan Gunung Ulu Kali”.
Kami melaju turun. Mobil melaju menuju negara bagian Johor Baru. Perut sudah
terasa keroncongan dan mobil pesiar kami berhenti di rumah makan Melayu “Wakomo”
yang berada di daerah Muar. Makan di daerah ini agak cocok dengan selera kami, namun
masih terasa bumbu yang agak manis (daging ayam dipotong agak besar, tapi banyak
anak-anak tidak menghabiskan makanan mereka). Air syrup menjadi ciri khas minuman
pada banyak restoran. Sebagai catatan bahwa mengkonsumsi sirup lebih sering tidak
bagus untuk kesehatan karena sirup punya zat pewarna dan penyedap.
Penulis berjalan untuk mengenal lokasi seputar trestoran. Rupanya ada penjaja
buah yang sudah dipotong-potong dan dibungkus dalam plastic. Penulis membeli guava
(jambu biji), karena buah-buahan berguna untuk kesegaran dan kesehatan perut. Salah
seorang anak (rombongan kami) dari sekolah satu atap di Kecamatan Lintau susah
beradaptasi dengan makanan yang ada dalam perjalanan. Ia cenderung tidak
mengkonsumsi makanan dan mengalami mual sepanjang jalan, praktis ia tidak merasakan
indahnya pengalaman studi banding internasional Malaysia dan Singapura. Adalah
penting untuk bisa beradaptasi dengan jenis makanan yang ada di internasional, selagi
halal, untuk menjadi warga internasional.
Semua orang naik bis pesiar. Mobil kami melaju lagi di atas jalan yang mulus.
Kami dalam bus cukup lama mungkin sekitar dua atau tiga jam, kami melewati jalan
yang gelap gulita, “ya...lebih baik tidur saja).
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 48
Pemandu (Bapak Azam) membangunkan kami “oke....cik abang....cik gu.., cik
adek....semua boleh buka mata”, katanya dalam bahasa Malaysia. Karena kami telah
berada dalam kota Johor Baru, kota terbesar keemapt di Malaysia. Kotanya tidak seramai
kota-kota di Indonesia, kami tidur malam itu dihotel Tropical Inn, menjelang tidur dan
mimpi indah kami shalat lagi, arah kiblat tertera pada loteng kamar.
G. Johor Baru dan Singapura
Kami berempat, penulis sebagai guru pembimbing dan anak-anak (David, Raihan
dan Syandi) memperoleh kamar 2206, yang berarti kami harus naik lift mencapai lantai
22 di hotel Tropical Inn. Sekarang kami sudah sangat mahir dalam menggunakan lift
hotel.
Pemandu kami menjelaskan bahwa Johor berasal dari kata “Jauhar”. Ibukota
Johor adalah Johor Baru, yang merupakan sebuah kota besar. Negara Singapura terlihat
jelas dari hotel kami karena jarak Singapura dan Johor hanya satu kilometer saja,
dihubungi oleh sebuah jembatan panjang.
Ketika kami sampai di kota ini sudah lewat tengah malam, Johor Baru masih
terlihat ramai. Kami harus tidur, walau tidak lama dan bangun untuk shalat subuh dan
kami boleh tidur lagi hingga pukul 9.00 pagi karena kami harus bertolak ke Singapura
jam 10.00 pagi.
Dini hari itu kami diberi kartu dan penulis minta kunci, dan dijawab bahwa “kartu
itu adalah kunci untuk hotel”. Wah penulis masih ketinggalan info tentang teknologi,
ya…kartu tersebut ternyata berfungsi untuk kunci pintu kamar yang harus diselipkan
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 49
pada kunci pintu. Kartu tersebut juga berguna untuk diselipkan untuk menghidupkan
lampu kamar. Salah seorang teman penulis mencabut kartu tersebut dari socket lampu
dan ternyata lamu kamar jadi mati semua.
“Menurut jadwal perjalanan kami tanggal 20 November bahwa rute kami adalah
Johor Baru- Singapura- Malaka. Setelah sarapan pagi rombongan check out hotel dan
langsung masuk nergara Singapura setelah melewati pemeriksaan imigrasi, rombongan
mengikuti Singapore City Tour- mengunjungi The Merlion Park, Rafless, Singapore
Science Centre, melewati KBRI di Singapura, menaiki kereta api bawah tanah, terakhir
shopping di Mustafa Center, Orchad dan selanjutnya rombongan melanjutkan perjalanan
ke Melaka, ya bermalam dalam mobil saja”.
Pagi hari di Tropical Inn hotel di Johor Baru, kami punya sedikit waktu untuk
bersenang-senang. Penulis melepaskan pandangan jauh ke Pulau Singapore melalui
jendela kamar hotel dan sempat mengabil foto.
Pagi itu kami segera turun untuk sarapan. Penulis agak ragu untuk masuk ke
ruangan makan karena disana ada satu grup pelajar-pelajar SD dari Singapura. Penulis
berfikir apakah itu masih jam sarapan buat grup anak-anak di Singapura, hingga salah
seorang pemandu menyuruh penulis segera untuk bergabung untuk sarapan.
Pelajar-pelajar Singapura yang berlokasi dekat dengan Johor Baru, tentu mereka
selalu pergi ke Johor Baru untuk pergi rekreasi, sementara orang Singapura yang
berlokasi dekat ke Batam juga sering pergi ke Batam. Pastilah sebagai sebuah negara
kota, semua warga Singapura memiliki pasport buat ke Johor Baru atau ke Batam.
Rupanya kami tidak lama di tropical inn, kami berkemas dan harus check out dari
hotel. Semua koper dan bagasi lain kami titip pada salah satu gudang di hotel tersebut,
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 50
souvenir yang dibeli di Kuala Lumpur juga dititip. Jadi hotel ini hanya sebagain tempat
transit dan menitip barang-barang...bagus juga ya manajemen biro perjalanan JAP ini.
Kami diberi tahu bahwa kelak bila sampai di Singapura, guide atau pemandu
wisata juga berganti dengan guide warga Singapura. Juga diinformasikan bahwa di
imigrasi nanti dilarang mengambil foto, merekam, karena nanti bisa dirampas oleh pihak
Imigrasi. Imigrasi Malaysia-Singapura berada dikawasan woodland.
Petugas imigrasi Malaysia banyak berwajah India, mereka punya motto dalam
melayani yaitu: Smile, Greet, Look, Serve and Thanks” dalam memeriksa dokumen
kami.
Selesai pemeriksaan di imigrasi Malaysia kami harus melewati jembatan
sepanjang satu kilometer untuk mencapai imigrasi Singapura. Di samping jembatan
penulis melihat tiga buah pipa besar yang berfungsi sebagai saluran air untuk memenuhi
kebutuhan air minum negara Singapura. Jadi air minum warga Singapura berasal dari
Johor- Malaysia.
Memasuki wilayah Singapura, pemandu kami memberi pengarahan tentang
“some do’s dan some don’ts- atau beberapa anjuran dan larangan”. Kami bergegas
menuju imigrasi. Di area imigrasi tertulis peringatan “no drugs, no photos, no records dan
no litter”, dilarang membawa drug, dilarang mengambil foto, dilarang mengambil
rekaman, dan dilarang membuat sampah”.
Ternyata ada antrian yang panjang. Petugas imigrasi Singapura suka mencurigai
orang yang dianggapnya mencurigakan. Tiga orang dari rombongan kami “Pak Erman,
Pak Muslim dan Pak Fuad” ditahan dulu untuk interogasi, mereka naik lift menuju ruang
petugas. Mereka menyerahkan paspor dan menunggu setengah jam dan dalam ruangan
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 51
ada delapan orang, mereka dengan sabar untuk “waiting call”, petugas bertanya tentang
apa dan mengapa pergi ke Singapura”.
Mereka duduk lagi dan menunggu lagi hingga dipanggil untuk cek sidik jari.
“ya…pokoknya cukup ribet untuk dipanggil…duduk lagi dan dipanggil lagi…”. Juga ada
siswa yang ditahan karena fotonya pada passport sedikit berbeda dari wajahnya. Namun
ini juga termasuk pengalaman internasional- menghadapi pemeriksaan dengan sabar dan
tertib.
“Namun juga ada pengalaman internasional yang terpantau di pelintasan imigrasi
Singapura, bahwa anak-anak kecil dari Singapura melintasi pemeriksaan dengan enjoy
dan penuh percaya diri. Mereka mematuhi antrian...tidak rewel, begitu tiba giliran ia
menyerahkan passport dan menjawab pertanyaan seperti orang dewasa. Luar biasa
gentklemen nya, tentu berbeda dengan anak anak kami ...yang pertama kali melewati
immigrasi, sedikit khawatir, dan waspada..pasti mereka juga memperoleh pengalaman
internasional dalam usia emas ini dan tidak terlupakan sepanjang umur”.
Lepas dari kantor imigrasi Singapura kami dipandu oleh guide Singapura
keturunan India. Ia sangat humoris dan pintar, ia memiliki wawasan yang luas, ia
menguasa bahsa Malaysia/Indonesia, bahasa Inggris dan juga bahasa Tamil.
Dia mengatakan bahwa kalau di Singapura jarak ditempuh dalam hitungan menit,
kalau di Malaysia dan Indonesia, jarak ditempuh dalam hitungan jam. Rute pertama kami
tentu saja menuju Restoran karena perut sudah mulai keroncongan.
Pemandu kami bernama “Muhammad”, keturunan India Muslim. Ternyata rute
pertama kami menuju “Sain centre” yang kami capai dalam waktu 25 menit dari kantor
imigrasi.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 52
Dalam perjalanan Muhammad berbicara banyak, membandingkan penduduk
Indonesia 250 juta dengan penduduk Singapura 5,1 juta orang, penduduk asli Singapura
hanya 3,6 juta, yang lainnya adalah pendatang, menikah dengan warga Singapura, ya
akhirnya menjadi warga Singapura. Dari total penduduk Singapura tersebut, 74% adalah
etnik Cina. Dahulu penduduk Singapura ini berasal dari warga Majapahit dan Sriwijaya,
namun sekarang mayoritas etnik China. Namun semua warga hidup damai berdampingan.
Singapura tidak punya sawah dan ladang (sumber daya alam), maka semua orang
harus peduli dengan pendidikan, (kualitas pendidikan), pekerjaan sesuai dengan standar
pendidikan.
Pemerintah menghargai semua “ras” dan juga agama, juga peduli pada
pendidikan. Kalau ada anak usia sekolah yang tidak pergi ke sekolah, maka pemerintah
akan pergi menemui orang tua sang anak, kalau ternyata karena masalah ekonomi, maka
petugas pendidikan memberi bantuan dan membina mereka.
Tidak ada konflik agama disana. Semua agama dihargai. Singapura tidak saja
mengharapkan anak-anak jadi pintar, tetapi juga menjadi sehat, maka anak-anak
dianjurkan untuk tidak gemuk, oleh sebab itu pemerintah terus menambah pusat-pusat
aktivitas fisik (olahraga), jadi dimana ada tempat kegiatan belajar, juga ada tempat
aktivitas gerak badan.
Di Singapura anak laki-laki lulusan SLTA wajib untuk mengikuti wajib militer.
Anak-anak kaya dan miskin diperlakukan sama, mereka hidup membaur dan dilatih
beberapa kegiatan fisik dan melepaskan unsur-unsur kemewahan. Mereka dilatih mandiri
dan juga mampu mengurus diri sendiri, wajib militer lamanya dua tahun berguna untuk
membuat warga tidak cengeng.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 53
“Sekali lagi bahwa tujuan wajib militer tentu saja untuk melatih mereka jadi
mandiri dan tidak cengeng. Wajib militer tidak ada buat anak perempuan, namun kalau
mereka ingin bergabung itu lebih baik”.
Di Singapura ada 181 TK, 187 SD, 141 SMP, 8 SMA dan ada 3 universitas
popular. Sekolah internasional Singapura tidak punya subsidi, guru-guru Singapura
punya otoriter, tanpa campur tangan dari pihak orang tua, tetapi tentu saja mereka harus
bekerja sama untuk memajukan pendidikan. “no negotiation” untuk disiplin, anak yang
terlambat dicatat, telat yang kedua dipanggil orang tua, ya pokoknya disiplin tak butuh
ditawar atau negosiasi.
Di Singapura, NO litter, dilarang merokok, dilarang meludah, no free smooking
area”, wilayah ini diawasi polisi sebagian tak memakai pakaian seragam, kalau ada yang
melanggar, maka langsung didenda 500 dollar Singapura, kalau tidak ada uang denda ya
bersedia untuk ditahan dalam penjara, malah kalau ketahuan dalam negosiasi disiplin,
yang menyogok dan yang memberi sogok, dua-duanya kena denda. Denda yang besar
juga bisa jadi income bagi nagara Singapura.
Lingkungan kota Singapura cukup lestari, ada hutan kota dan Singapura memang
kaya dengan teknologi, namun miskin dengan sumber daya alam. Pohon-pohon yang ada
di Singapura ada yang asli, tumbuh di Singapura sejak dulu dan juga ada yang diimpor.
Ukuran luas wilayah Singapura adalah 42 km dari timur ke barat, 23 km dari utara
ke selatan, ya wilayah Singapura sangat aman. Undang-undang cukup keras, namun
kualitasnya juga tergantung orangnya dan setiap orang tentu punya karakter sendiri-
sendiri.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 54
Biaya hidup di Singapura sangat mahal, harga barang akan menjadi 200% lebih
mahal di Malaysia dan di Singapura bisa menjadi 300% lebih mahal. Tidak semua orang
punya mobil di Singapura, orang Singapura tidak suka memaksakan diri untuk mencari
gaya hidup- kalau ujung ujungnya bikin diri jadi melarat.
Tempat tinggal penduduk adalah pada flat-flat, dan blok-blok flat menggunakan
nomor yang terlihat dari jalan raya. Ternyata juga terlihat warga Singapura menjemur
kain lewat jendela flat mereka. Jalan raya Singapura tidak terlihat ramai, karena
transportasi hanya dikuasai oleh pemerintah. Di jalan raya juga ada jalur sepeda motor di
pinggir jalan.
Selama di Singapura rombongan kami melakukan “walk, see and learn atau
berjalan, lihat dan belajar. Sekolah di Singapura selama 6 hari, kami sempat melewati
kawasan Jurong, asal kata “jurang”.
Perilaku pekerja atau pegawai di Singapura yang ideal adalah adalah “no
smooking, no woman, no drink, and no gambling”. Jadi mereka dilarang merokok, main
perempuan, minum keras, dan dilarang berjudi”.
Tanah di Singapura adalah milik pemerintah, negara Singapura persis dilalui oleh
khatulistiwa. Kalau begitu Singapura ini mudah kering maka pemerintah menjaga
kelembaban taman melalui petugas taman yang sangat rajin. Di Singapura pajak dipungut
2 kali dalam satu tahun.
Rombongan kami memasuki lokasi sain center atau pusat sain buat anak-anak.
Tertulis science learning centre. Di depan gedungnya ada taman air (water park) buat
anak-anak kecil. Mereka bermain bola dengn semprotan air, mereka terlihat ceria. Orang
tua mereka memperkenalkan mainan air, sementara di Suamtera kita punya air yang
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 55
berlimpah, anak-anak jarang atau dilarang main air, dengan alasan nanti basah, atau
masuk angin, “bukankah bermain membuat anak lebih cerdas dan lebih creative” Yuk
kita perkaya pengalaman anak-anak kita.
Pemilik pusat learning centre pintar sekali dalam mengundang publik untuk
dating. Semua pengunjung membeli tiket dan kemudian antrian, kami diberi selebaran
untuk panduan tentang ada apa dan mengapa di dalam ruangna learning centre. Melihat
antrian begitu panjang maka penulis berfikir bahwa dalamnya bakal ada pertunjukan
yang serba waaah. Setelah masuk ternyata biasa-biasa saja.
“Pusat learning centre adalah museum belajar untuk anak-anak, untuk memahami
dunia matematika, biologi, kimia, fisika, geografi, astronomi, dan ada beberapa ruangan
untuk memahami tokoh para ahli. Dalam ruangan itu pengunjung bisa bereksperimen
tentang bagaimana bunyi terjadi, bagaimana terjadi gelombang, bagaimana terjadi gempa,
jadi sain learning centre Singapura itu adalah paduan dari labor sain untuk bereksperimen
dan sekaligus ruangan untuk melakukan eksplorasi dengan model learning by trying atau
learning by doing”.
Usai dari pusat sain Singapura, kami terus ke restoran dan bis melaju lagi.
Ternyata ruangan restoran terlalu sempit untuk menampung jumlah kami yang cukup
banyak. Kami pun antri untuk memesan makanan Indonesia. Sup jagung, sup sayur dan
sepiring nasi goreng. Toilet sangat bersih dan dilengkapi drier listrik untuk mengeringkan
air pada tangan. Kebutuhan listrik Singapura menggunakan energi gas. Pelayan di
restoran ini semua keturunan Indonesia.
Untuk menggunakan MRT (mass rapid transport) sejenis kereta api masal bawah
tanah, kami dipandu oleh guide agak tua, tapi lucu dan ramah, ternyata semua orang
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 56
senang dengan suasana humoris. Ia mengatakan bahwa pengguna MRT harus cpeat, agar
tidak ketinggalan, sebab kereta api hanya berhenti sebentar, kalau lalai ya...tertinggal dan
setelah itu berangkat lagi dengan kecepatan 120 km per jam untuk menghubungkan
ujung-ujung sudut Singapura. Ternyata benar bahwa Singapura lebih ramai dibawah
tanah dari pada di atas tanah.
“Bila tertinggal oleh MRT, ya jangan panik sebab akan mudah ditemui, apalagi
wilayah Singapura cukup kecil, kalau tertinggal di Sumatera sangat repot bisa terpisah
puluhan atau ratusan kilometer”.
Kami berjalan dan berhenti untuk mencari tempat sholat. Kami berhenti pada
masjid Al Falah (Al Falah mosque). Masjidnya bersih, tempat wudhu bersih, di pintu
depan terdapat rak panjang untuk informasi seputar Islami, agaknya buletin disana gratis,
penulis mengambil satu lembar.
Kami tidak begitu menikmati jalan-jalan di Singapura karena kemudian hujan
turun lebat, saat mengunjungi patung Singa (merlion) hujan sudah mengguyur tubuh
kami, karena kunjungan sangat langka, maka penulis melawan takut basah dengan cara
mengmbil foto-foto yang cukup eksotik.
Menjelang pergi shopping bis melaju ke dekat taman merlion. Hujuan turun
mengguyur, kami tidak begitu menikmati liburan, namun karena berada di Taman
Merlion atau The Merlion Park, makanya kami merasa rugi kalau tidak mengambil foto-
foto. Patung Merlion adalah gabungan separoh singa dan badan ikan yang dibangun pada
pinggir sungai Singapura, tingginya sekitar 8 meter. Kecil Cuma dan ada semburan air
dari mulut patung Merlion. Jauh di belakang patung merlion yang besar juga ada patung
merlion yang kecil, hanya sedikit lebih tinggi dari tubuh manusia.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 57
Penulis dan juga pengunjung yang lain bergaya dengan latar belakang the
merlion. Ini bisa menjadi kenangan. Tanah air kita malah punya situs situs yang jauh
lebih menarik, nah tinggal lagi bagaimana kita bisa mengemas, mempromosikan dan
menghidupkan klegiatan di sana.
Kami kemudian dibawa ke pusat belanja (shopping centre). Penulis melihat para
imigran dan warga keturunan india berkumpul disana untuk sekedar ngobrol dan melepas
kangen pada kampung halaman mereka, kami diberi waktu 2 jam untuk pergi shopping.
Penulis dan anak-anak peserta studi banding berjalan bareng. Yang lain mengikuti
langkah penulis dari belakang, kami melintasi jalan berhujan dan bergabung ke dalam
keramaian warga India, kami pergi ke lantai 3. Di sana ada mall untuk souvenir atau
cendera mata kami mencari asesoris Singapura dan juga mempelajari harganya.
“Ohh…rupanya penulis harus membeli 20 dollar Singapura yang harganya kira-
kira Rp. 150 ribu, asesoris harganya mahal, penulis mengatakan pada anak-anak bahwa
kita mesti beli asesori sebagai tanda dari Singapura, tetapi mesti memikirkan
penghematan dalam membeli, ya jangan asal beli mendingan kalau ada di Indonesia, ya
kita beli saja nanti di Dumai karena harga jauh lebih murah”.
Usai berbelanja beberapa souvenir sebagai tanda telah berkunjung dari Singapura
kami kembali berkumpul dan naik bis. Kami bertolak kembali menuju wordland, daerah
imigrasi terasa lebih mudah keluar Singapura dari pada masuk ke Singapura. Kami
kembali mengikuti prosedur keluar imigrasi Singapura dan masuk imigrasi Malaysia
dengan mudah.
Mobil membawa kami kembali ke “hotel tropical inn” untuk mengambil barang-
barang, karena kami harus menuju Malaka. Dalam perjalanan ke Johor Baru kami masih
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 58
sempat berhenti lagi di sebuah restoran untuk makan malam, Mata sudah lelah dan
penulis tidak perlu lagi melihat pemandangan wah, lebih baik tidur saja.
Berarti penulis dan juga anggota rombongan tidak mandi untuk satu atau dua hari.
Menjelang subuh kami berhenti di daerah Plus (mungkin ini nama sebuah kampung)
tempat beristirahat dan sarapan. Kami shalat subuh disana dan terus sarapan, hidangan
disana terasa enak. Perjalanan berlanjut menuju Malaka.
H. Malaka
Penulis bertanya pada pemandu “kenapa Melaka lebih popular dibanding daerah
lain sepanjang pesisir barat semenanjung Malaysia ?”. Katanya dahulu ada raja Melaka
yang sangat populer di kerajaan melayu, ya maka namanya menjadi populer saat itu.
“Menurut bahwa rute kami tanggal 22 November adalah Malaka- Dumai. Pagi
hari rombongan sampai di Malakas, sholat subuh, sarapan dan masndi. Setelah itu
langsung menuju pelabuhan laut Malaka, rombongan menyeberang selat Malaka dengan
Ferri ekspress untuk menuju pelabuhan Dumai. Di Dumai kami dijemput dan
melanjutkan perjalanan menuju Batusangkar”.
Kami hanya sekedar lewat saja di Malaka, tidak aktivitas keliling kota, ya badan
sudah terasa letih dan Malaka mungkin tidak memiliki banyak objek wisata, kecuali
taman- taman yang sudah dirancang dan dirawat dengan bersih, namun sepi oleh
pengunjung.
Gedung-gedung di Malaka mirip dengan suasana gedung di Riau. Ada gedung
modern dan juga gedung-gedung kuno. Kami turun mobil dan kami farewel dengan tour
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 59
travel selama di Malaysia. Tour leader kami dari Sumatera Barat memandu kami untuk
menuju pelabuhan.
Goh Hendry, Supervisor Pelabuhan Malaka
Di dermaga pelabuhan Melaka
Kami mengumpulkan pasport dan akhirnya kami memperoleh tiket Ferry Malaka-
Dumai. Penulis mengenal daerah sekitar dan menemukan bahwa penjaga toilet di Melaka
adalah warga keturunan China, dan ada warga sakit jiwa keturunan India. Terlihat bahwa
warga Malaysia sebagai warga kelas satu. Di sana tidak ada simbol One Malaysia.
Di pelabuhan penulis berkenalan dengan supervisor pelabuhan Goh Choon Keng
(Henry). Orangnhyas easy to say hello, orangnya sangat ramah. Dalam sekejap mata
kami sudah bersahabat dan saling berbagi cerita. Penulis juga menceritakan tentang
kampung sendiri. Hendry punya niat untuk berlibur ke Sumatra dan berkunjung ke rumah
tahun depan.
Penulis juga berkenalan dengan Alexander, seorang mahasiswa asal Rusia.
Tampaknya ia sudah berhenti kuliah. Ia telah berjalan dan meninggalkan rumahnya sejak
tahun 2001. Prenulis tanya tentang kampung dan orang tuanya. Ia menjawab ia benci
ayahnya namun masih kontak dengan ibunya lewat e-mail yang tinggal di kota
Krasnovyark. Ia adalah anak broken home atau juga senang menjelajah dengan uang dan
bekal hidup apa adanya. Ia ingin pergi ke pelabuhan Dumai dan dibantu oleh Henry
(supervisor pelabuhan) yang baik hati. Agaknya Hendry juga memberi dia beberapa
ringgit dan Alex tidak punya uang.
Penulis tanya tujuannya dan ia mau menuju Bali karena temannya dari Rusia
bakal datang tanggal 12 Desember. Alex akan ke Bali melalui cara yang murah saja, ia
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 60
tidak punya banyak uang untuk membeli tiket. Mungkin ia hanya naik truk barang dari
Pelabuhan Dumai menuju Pelabuhan ujung Sumatra. Pada bahunya tertera tattoo
“world”s largest biker bar’. Mungkin ini nama grupnya yaitu keliling dunia lewat nebeng
mobil saja. Sebelumnhya ia pernah singgah di Thailand. Ia banyak berbagi cerita dengan
penulis, penulis merasa simpati dan sempat memberi dia sedikit uang buat beli makan di
jalan “Kasihan itu anak muda”. Alex mau ikut dengan penulis, namun sayang penulis
tidak punya kesempatan untuk mengajak dia untuk ke Batusangkar. Moga-moga ia
selamat dalam perjalanan dan bisa berjumpa dengan temannya di Pulau Bali.
Di pelabuhan Malaka ada kapal “Malaysia Express, Indonesia Express dan Ferry
Service”, penulis dan penumpang lain naik kapal dan duduk dekat jendela dan bisa
melihatkan gelombang laut, kapal dan pulau-pulau kecil. Goodbye Malaysia....penulis
juga ingat dengan senandung lagu semalam di Malaya.
I. Kembali Ke Sumatra
Welcome back to Sumatera, kapal merapat di pelabuhan laut Dumai jam 12.00, ya
kami turun lagi, mengambil barang dan melewati imigrasi Indonesia, terasa suasana
bersahaja beda dengan suaasana di Singapura, tentu saja.
Suasana terasa sangat informal, kami keluar pelabuhan dan tidak beberapa lama
kami dijemput oleh armada bis menuju rumah makan Pak Datuk Bundo Kanduang di
Dumai, disana kami disambut oleh perantau Tanah Datar sebanyak 5000 kepala keluarga.
Makan kami terasa enak lagi selama dalam perjalanan Malaysia dan Singapura,
umumnya tidak menghasilkan makan kalau makan sementara makan di rumah makan
Pak Datuk terasa sangat nikmat, semua hidnagnan habis ludes, kami melakukan shalat
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 61
jamaah qasar zuhur dan ahar, sebelum melanjutkan perjalanan ke Tanah Datar, kami juga
sempat singgah untuk membeli oleh-oleh di swalayan Ramayana, harganya beda, sangat
murah, dibandingkan dengan harga di Singapura dan Malaysia.
Lagi-lagi kami berhenti di rumah makan di kota kecil, Kandis, sebelum masuk
kota Pekanbaru, kami melaju lagi, mencari posisi tidur pada bangku mobil yang keras,
hingga subuh kami sampai di Batusangkar diterima lagi oleh Bupati di gedung Indojelito,
disana ada sedikit acara mendengar kesan-kesan dari peserta studi banding internasioinal
Malaysia-Singapura, siswa, guru dan pegawai berprestasi Tanah Datar, semoga kegiatan
ini bermanfaat untuk membangun mental dan karakter kami menjadi mental orang yang
cerdas, taat dan berwawasan internasional.
BAB III. MENERAPKAN PENGALAMAN STUDI BANDING
A. Manfaat Studi Banding Bagi Siswa
Mengikuti program studi banding internasional ke Malaysia dan Singapura tentu
memberikan manfaat yang besar bagi para siswa berprestasai dari Kabupaten Tanah
Datar. Program ini bisa memotivasi mereka, sekaligus sangat bermanfaat untuk
menambah wawasan mereka tentang budaya, etos belajar dan etos kerja masyarakat
Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang sudah maju tersebut.
Peserta studing ini mayoritas adalah siswa, mulai dari tingkat SD sampai SLTA-
jumlahnya 107 orang- , yang nota benenya adalah mereka yang masih berada dalam
Golden Age atau usia emas. Pengalaman positif yang mereka alami dalam usia ini akan
membekas sepanjang hidup mereka. Pengalaman dalam usia ini akan membentuk
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 62
karakter positif. Mereka bisa menghargai waktu, senang bersosialisasi, suka mengambil
inisiatif dan terbiasa berkompetisi untuk maju.
Penulis melihat bahwa para siswa peserta studi banding adalah anak anak cerdas
yang gampang untuk dimotivasi. Untuk itu adalah tugas kita bersama (orang dewasa:
guru dan orang tua) untuk meningkatkan tingkat kualitas kecerdasan mereka. Kalau
sudah cerdas mereka akan gampang untuk dimotivasi, malah mereka juga akan mampu
memotivasi diri sendiri. “Betapa mudah memotivasi anak-anak pilihan buat berhasil
dalam hidup”.
Guru adalah pembimbing bagi siswa dan sekaligus sebagai orang tua mereka.
Maka guru atau pembimbing perlu meluangkan waktu untuk bertukar pikiran agar
mereka punya pengalaman bertukar fikiran dengan orang dewasa.
Mengikuti program studi banding ke hingga ke Malaysia dan Singapura - jauh
dari rumah/ orang tua akan memberikan efek positif bagi para siswa. Mereka akan belajar
mengambil inisiatif, dan beradaptasi dengan hal baru dan suasana baru. Mereka akan
terbiasa dengan budaya antri dan menghargai kesempatan yang diperoleh oleh orang
lain.
Juga mereka melihat banyak jenis karakter orang dan ini membuat mereka akan
mudah beradaptasi dengan orang-orang baru. Mereka akan mampu menggunakan uang
secara effisien dan mampu bertransaksi secara internasional. Jadi mereka akan
menghargai nilai mata uang dan tidak akan asal beli saja. Selanjutnya mereka akan
mengetahui bermacam macam bentuk profesi, jadi tidak hanya tahu dengan profersi PNS
saja, tetapi juga ada “money changer, worker, flight attendant, pilot, driver, guide, pelaut,
pemandu wisata, manager...dll.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 63
Mengunjungi negara lain berarti berhubungan denghan passport dan dokumen
lain. Pengalaman ini akan membuat mereka menghargai dokumen, seperti passsport, visa
, KTP, SIM. Juga mereka akan mengerti apa itu imigrasi, juga bagaiman tata cara
bepergian dalam pesawat terbang dan dalam kapal laut. Selanjutnya mereka akan mampu
mengagumi keagungan Ilahi lewat udara, laut dan darat.
Para siswa juga punya pengalaman bagaimana tinggal jauh dari orang tua,
tinggal di hotel moderen bagaimana mengoperasikan fasilitas hotel, hidup disiplin waktu,
dan menikmati makanan yang kadang kala berbeda dengan hidangan di rumah sendiri.
Juga bagaimana mandi pakai shower dengan air panas dan dingin, salah putar bisa
membuat kulit terbakar oleh air panas, untuk itu harus cerdas.
Akhir kata siswa juga tahu bagaimana tinggal bareng dengan orang berbeda
karakter. Kalau tidak terbiasa bersosialisasi ...wah bakal kesulitan dalam beradaptasi.
Perlu diketahui agar kita perlu memiliki kelebihan (misal tahu dengan musik, tahu
dengan komputer, banyak wawasan) pasti kita bakal menjadi orang yang disenangi.
B.Manfaat Secara Umum
Mengikuti studi banding ke negara yang lebih maju bisa memberi inspirasi bagi
negeri kita- bandara, jalan raya, fasilitas publik menggunakan bahasa bahasa
internasional untuk warga dunia dan peduli dengan makna bersih. Kalau sudah begini
maka orang akan betah berada pada tempat (restoran, mushola, fasilitas umum) karena
bersih dan rapi.
Problem bila kita berpergian jauh untuk waktu yang cukup lama (misal satu
minggu) adalah seperti susah makan dan susah BAB (buang air besar), ini terjadi karena
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 64
kurang mengkonsumsi buah- buahan yang bagus untuk pencernaan seperti papaya, jeruk,
pisang, apel (buah yang mudah diperoleh). Banyak mengkonsumsi bumbu dan daging
membuat perut panas dan akhirnya demam. Maka ini perlu untuk diperhatikan.
Bila kita ingin menjadikan daerah kita sendiri sebagai daerah tujuan wisata
internasional maka kita perlu selalu memelihara karakter ramah tamah. Ramah tamah
tidak harus milik orang desa. Kemudian maka tiap kota perlu punya city map, buku
paduan wisata yang praktis tapi lengkap untuk menjawab kebutuhan wisatawan.
Masyarakatnya- apalagi pelayan publik perlu memiliki pribadi yang menyenangkan dan
suka memberi kemudahan (memberi pelayanan) pada orang lain.
Jalan raya-jalan raya di negara tetangga yang sudah maju tersebut bisa memberi
inspirasi bagi negara kita. Jalan- jalan yang penuh dengan pesan dalam berbagai bahasa
untuk masyarakat internasional. Kalau ingin membuat Sumatra Barat, khususnya
Kabupaten Tanah Datar sebagai daerah tujuan wisata buat orang manca negara atau buat
warga dunia. Seharusnya jalan rayanya tidak hanya penuh dengan rambu-rambu yang
pakai lambang, kalau boleh juga rambu rambu dengan kata-kata yang bisa dibaca dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, “No parking except for emergency- dilarang
berhenti kecuali fdalam kjeadaan darura, bila butuh bantuan mekanik telpon ke nomor
berikut...., bila butuh bantuan polisi kontak nomor berikut.
Restoran juga memajang peringatan dilarang merokok pada sembarang tempat.
Juga peringatan dilarang menjual tembakau atau rokok kepada yang berusia di bawah 18
tahun. Juga perlu menjaga kebersihan dan melengkapi kebutuhan tempat sholat dan MCK
yang selaku bersih.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 65
Mengapa orang barat memiliki karakter inovasi dan kreativitas yang tinggi karena
mereka suka melakukan eksplorasai, sementara itu kita terlalu suka mengurung diri
dalam kamar atau dalam rumah meskipun atas nama belajar. Agama saja menyuruh kita
untuk bertebaran di muka bumi. Kita perlu untuk “banyak berbagi pengalaman, berbagi
cerita, banyak mengunjungi tempat baru dan objek baru”.
Antrian ala di Genting Highland, untuk menghindari antrian lurus yang panjang,
diganti dengan antri zigzag memakai handrail- pagar telusur ini berguna untuk mencegah
kebosanan. Fasilitas umum, seperti toilet, harus jelas tempatnya. Restoran kita perlu
meniru restoran Singapura yang menganjurakan pengunjungnya agar tidak mubazir-
membuang makanan – menyisakan makanan yang banyak.
Bio Data Penulis
Marjohan Usman, Guru SMA Negeri 3 Batusangkar, Program
Pelayanan Keunggulan Kabupaten Tanah Datar. Sumatera Barat.
Penulis freelance Menulis pada koran Singgalang, Serambi Pos,
Haluan dan Sripo (Sriwijaya Post). Menulis buku dengan judul “School
Healing- Menyembuhkan Problem Sekolah (Pustakan Insan Madani,
Yogyakarta)”
Dan “Generasi Masa Depan- Memaksimalkan Potensi Diri Melalui
Pendidikan (Bahtera Buku, Yogyakarta)”.
http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 66