Laporan mengikuti studi banding internasional

109
Laporan Mengikuti Studi Banding Internasional Malaysia dan Singapura 2011 Oleh : Marjohan, M.Pd Guru SMAN 3 Batusangkar (Face Book: http://www.facebook.com/marjohan.usman ) BAB.I IKUT SERTA DALAM PROGRAM STUDI BANDING A. Sebuah Kesempatan Penulis tidak memikirkan kalau ia harus ikut studi banding, suatu hari Bapak H. Rosfairil (Kepala SMA Negeri 3 Batusangkar) memberi sinyal kalau sudah waktu bagi penulis untuk tahu apakah ia berangkat atau tidak. Maka Bapak H. Rosfairil melakukan kontak telepon ke kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tanah Datar. Namun saat itu ada sinyal buat penulis untuk bergabung, namun belum lagi diumumkan secara resmi, baru sebatas info dari mulut ke mulut (tidak resmi). Kemudian, suatu hari secara tiba-tiba, penulis diminta untuk melengkapi bahan yang diperlukan oleh kantor imigrasi seperti “kartu nikah, KTP, kartu keluarga, ijazah, akta kelahiran, surat izin dari istri dan juga materai Rp. 6.000 (tiga lembar)”. Semua bahan dokumen ini diserahkan ke Kantor http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 1

description

Laporan Mengikuti Studi Banding Internasional Malaysia dan Singapura 2011Oleh : Marjohan, M.Pd Guru SMAN 3 Batusangkar(Face Book: http://www.facebook.com/marjohan.usman)

Transcript of Laporan mengikuti studi banding internasional

Page 1: Laporan mengikuti studi banding internasional

Laporan Mengikuti Studi Banding Internasional Malaysia dan Singapura 2011

Oleh : Marjohan, M.Pd   Guru SMAN 3 Batusangkar

(Face Book: http://www.facebook.com/marjohan.usman)

BAB.I  IKUT SERTA DALAM PROGRAM STUDI BANDINGA. Sebuah Kesempatan

Penulis tidak memikirkan kalau ia harus ikut studi banding, suatu hari Bapak H.

Rosfairil (Kepala SMA Negeri 3 Batusangkar) memberi sinyal kalau sudah waktu bagi

penulis untuk tahu apakah ia berangkat atau tidak. Maka Bapak H. Rosfairil melakukan

kontak telepon ke kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tanah Datar. Namun saat itu ada

sinyal buat penulis untuk bergabung, namun belum lagi diumumkan secara resmi, baru

sebatas info dari mulut ke mulut (tidak resmi).

Kemudian, suatu hari secara tiba-tiba, penulis diminta untuk melengkapi bahan

yang diperlukan oleh kantor imigrasi seperti “kartu nikah, KTP, kartu keluarga, ijazah,

akta kelahiran, surat izin dari istri dan juga materai Rp. 6.000 (tiga lembar)”. Semua

bahan dokumen ini diserahkan ke Kantor Dinas Pendidikan di Pagaruyung. Di sana

penulis juga berjumpa dengan beberapa orang guru yang juga mau berangkat studi

banding. “Setiap dokumen yang asli harus ada fotocopinya”.

Setelah dua atau tiga minggu, ada perintah untuk pengumpulan bahan dokumen-

untuk verifikasi. Panitia studi banding mengirim pesan melalui SMS kepada semua

peserta. Hingga semua peserta comparative study (studi banding) berkumpul di aula

Dinas Pendidikan.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 1

Page 2: Laporan mengikuti studi banding internasional

Untuk memudahkan manajemen maka panitia studi banding membagi peserta atas

6 kelompok. Penulis sendiri berada dalam kelompok 3 dan sekaligus menjadi guru

pembimbing. Saat itu semua peserta mengisi blanko yang diminta oleh Kantor Imigrasi

dan dibutuhkan tiga lembar materai untuk di tempel pada dokumen aslinya.

Di antara peserta tentu saja sudah mulai bersosialisasi- saling berkenalan. Penulis

saat itu baru mengenal beberapa orang anggota rombongan. Bersamanya juga ada dua

orang siswanya sendiri (dari SMA Negeri 3 Batusangkar) yaitu Fauzi, reward sebagai

siswa jago Kimia tingkat Sumbar dan Mayang Berliana, reward atas prestasinya sebagai

juara umum di SMAN 3 Batusangkar. Ia juga tahu bahwa siswinya ‘Fitria Rahmadani”

juga ikut dan ia telah memiliki passport.

Suatu hari kami memperoleh SMS bahwa semua peserta grup 3 diminta untuk

hadir jam 8.00 wib di Kantor Dinas Pendidikan. Mereka akan brangkat menuju kantor

Imigrasi di Bukit Tinggi menggunakan bus Pemda Tanah Datar untuk menggurus

penerbitan pass port secara kolektif. Saat itu peserta sudah mulai terlihat jelas “siapa saja

dan dari mana saja”. Mereka adalah siswa  yang berasal dari juara umum Kecamatan

untuk siswa SD, terus dari MTsN, SMP, SMK, MA dan SMA di Kabupaten Tanah Datar.

Juga ada guru berprestasi lainnya, siswa yang masih dibawah umur 17 tahun, musti

didampingi oleh orang tua mereka.

Setelah satu jam dari Batusangkar, akhirnya bus Pemda tiba di Kantor Imigrasi, Di

Belakang Balok Bukittinggi. Gedung kantor imigrasi terlihat biasa-biasa saja, namun

terlihat cukup bersih. Pengunjung yang datang, ada orang-orang desa, mereka datang

untuk mengurus pasport buat  pergi umrah ke Mekkah, juga ada rombongan anak-anak

pramuka dari Pesantren Al-Hira (Padang Panjang) jumlah mereka cukup banyak. Mereka

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 2

Page 3: Laporan mengikuti studi banding internasional

akan mengikuti kegiatan pramuka di Malaysia dan setiap peserta membayar seribu dollar

(apakah Dollar Amerika, Australia atau Dollar Singapura). Rombongan dari Tanah Datar

(peserta Comparative study) juga cukup banyak di gedung tersebut.

Saat rombongan kami tiba belum banyak aktivitas di kantor tersebut, namun kami

datang lebih cepat dan berharap bisa urusan cepat selesai. Pertama kami antrian

menunggu panggilan untuk pengambilan dokumen asli, setelah itu membayar biaya

pembuatan paspor pada loket kasir. Kami harus menunggu beberapa saat untuk proses

selanjutnya. Biaya pembuatan pasport ditanggung oleh Pemda Tanah Datar, masing-

masing memperoleh Rp. 270.000, dengan rincian untuk biaya pembuatan pasport Rp.

255.000, dan sisanya buat beli minuman. Satu per satu anggota rombongan kami

dipanggil untuk pemotretan dan setelah semua selsai rombongan mencari kuliner untuk

mengisi perut yang lapar dan setelah itu kami kembali berangkat menuju Batusangkar.

Katanya bahwa urusan passport dan dokumen lainnya sudah selesai. Kami semua

kembali ke Batusangkar. 

 

B. Pembekalan Pengalaman

Kami kembali berkumpul untuk memperoleh pembekalan pengalaman tentang

keimigrasian dan melancong ke luar negeri. Pada umumnya peserta studi banding (guru

dan siswa) belum pernah melakukan kunjungan ke Malaysia dan Singapore.

Penyelenggara kegiatan ini adalah dari Dinas Pendidikan Tanah Datar dan dari biro

perjalanan JAP (Jalur Angkasa Prima). Mereka merasa perlu untuk memberi pembekalan

pengalaman bagaimana dan mengapa dengan negara Malaysia dan Singapura- bagaimana

kultur, politik dan budaya mereka.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 3

Page 4: Laporan mengikuti studi banding internasional

Bapak Mardalius, kepala sub bidang Dinas Pendidikan Tanah Datar, mengatakan

bahwa Pemda Tanah Datar menyediakan anggaran sekitar Rp. 500 juta untuk membiaya

studi comparative siswa dan guru berprestasi tersebut. Mereka terdiri dari anak-anak

juara umum di Kecamatan, dan juara umum di sekolah bagi siswa tingkat SLTP dan

SLTA dan juga guru-guru pilihan atau guru berprestasi.

Dana yang dianggarkan tersebut merupakan reward bagi warga Tanah Datar dari

segi pendidikan, tentu saja penganggaran ini telah disetujui oleh DPRD dan Pemerintah

Tanah Datar. Dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan tersebut guru-guru juga berfungsi

sebagai unsur pembimbing dan mereka perlu memberikan perhatian atas keselamatan dan

kesehatan siswa. Oleh karena ini dalam rombongan sekarang (studi banding yang ke 5)

juga ikut seorang dokter yang berprestasi (Dr. Susi Julianti, dari Dinas Kesehatan

Kecamatan Limo Kaum)  untuk tingkat Sumatera Barat.

Kegiatan studi banding kali ini, pada mulanya direncanakan sebelum lebaran haji

yang jatuh tanggal 6 November 2011, namun diundur menjadi tanggal 17 November

2011. Dikatakan bahwa semua pasport sudah selesai dan siap dibagikan. Passport adalah

sebagai dokumen atau identitas seseorang yang ingin berpergian ke negara lain dan

paspor akan distempel di bahagian keimigrasian di Bandara Internasional Minangkabau

dan bandara kedatangan Malaysia. Atau pasport distempel oleh pihak imigrasi saat keluar

dan saat masuk suatu negara.

Diingatkan bahwa selama berada di luar negeri, paspor musti ada pada diri kita.

Kalau paspor kita hilang (dokumen penting ini) maka kita tidak bisa meninggalkan suatu

negara, kita malah akan ditahan oleh pihak imigrasi dan polisi dan dianggap sebagai

warga illegal.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 4

Page 5: Laporan mengikuti studi banding internasional

Dewasa ini negara Malaysia sudah maju, dan Singapura lebih maju lagi. Orang-

orang di negara tersebut lebih teliti dan disiplin. Fenomena teliti tersebut bisa cenderung

menjadi karakter pencuriga. Kadang-kadang karakter curiga sering dijumpai pada petugas

imigrasi di bandara terhadap orang-orang yang membawa barang/tentengan yang

berlebihan. “Mereka bisa dicurigai, misalnya memperoleh titipan drug atau narkoba dari

seseorang”.

Untuk itu disarankan agar siapa saja yang berkunjung ke luar negeri dan melewati

kantor atau petugas immigrasi agar tidak mudah menerima titipan tas/barang dari

seseorang sebelum masuk bandara, karena dikhawatirkan akan menjadi titipan narkoba

oleh pengedarnya. Sebab penerima titipan akan bisa terlibat kasus dan ikut berurusan

dengan imigrasi dan polisi “sekali lagi diingatkan bahwa JANGAN MENERIMA

BARANG TITIPAN DI BANDARA”. Demikian pesan Pemda kepada kami semua.

Merokok dilarang di Singapura, untuk itu jangan merokok selama berada di

Singapura. Juga diingatkan bahwa bila kita pergi keluar negeri dalam bentuk grup maka

kita harus memperhatikan keselamatan dan kesehatan anggotagrup. Terutama kesehatan

dan keselamatan diri pribadi.

Biasanya orang yang telah pergi ke luar negeri akan punya banyak cerita menarik

yang akan bisa menjadi pengalaman bagi orang lain. Misalnya orang yang bernama

“Salman dan Imam” bisa ditahan dan diinterogasi di Bandara Singapura. Alasannya

bahwa nama tersebut mirip dengan nama Salman Rusdie, penulis buku The Satamic

Verses (ayat-ayat setan) dan Imam Samudra, gembong teroris yang ikut meledakkan bom

di pulau Bali.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 5

Page 6: Laporan mengikuti studi banding internasional

Ditambahkan bahwa keberangkatan rombongan tidak sekaligus, namun dipecah

menjadi dua kali dengan pesawat Air Asia yang terbang dari bandara Padang menuju

Kuala Lumpur. Juga dinyatakan lagi bahwa di Sumatera Barat program reward studi

banding bagi warga yang berprestasi hanya ada di Kabupaten Tanah Datar. Warga yang

berprestasi di Tanah Datar akan diberi reward oleh Pemerintah.

 

 BAB. II PENGALAMAN SELAMA PERJALANAN

A. Keberangkatan

Tanggal 16 November 2011 kami berkumpul di Aula Islamic Centre, pukul 13.00

siang peserta sudah datang dari seluruh kecamatan. Penulis sendiri tiba di Aula hampir

pukul 14.00, karena harus menyelesaikan penulisan naskah ujian Bahasa Inggris untuk

kelas XI. Kabupaten Tanah Datar (semester 1 tahun 2011/2012) dan  ada sedikit problem

dengan editing ukuran margin kertas ujian.

Alhamdulillah akhirnya penulis bisa merampungkan penulsian dan pengaturan

ukuran kertas ujian sesuai dengan ukuran standar. Ia kemudian harus menuju Griya Alam

Segar –rumahnya- untuk shalat zuhur dan menyiapkan travelling bagnya. Ia sempat

menitipkan pesan pada anak laki-lakinya (Muhammad Fachrul Anshar) untuk berkumpul

di Islamic Center Pagaruyung dan seterusnya terbang menuju Kuala Lumpur.

Penulis bergabung dengan peserta studi banding yang lain, setelah ditelpon oleh

beberapa orang tua siswa peserta studi banding. Ppenulis menyusup dalam kerumunan

orang tua yang mau melepas keberangkatan anaknya. Dalam aula di gedung Islamic

Center telah terpajang pamflet “Selamat Jalan rombongan Studi Banding Internasional

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 6

Page 7: Laporan mengikuti studi banding internasional

Siswa/Siswi, guru, pengawas dan UPTD berprestasi Tanah Datar ke Malaysia dan

Singapura, 17 sampai 22 November 2011, Penghargaan bagi yang berprestasi”.

Semua peserta menunggu kedatangan Bupati Tanah Datar, Bapak Shadiq

Pasadigoe, jam 15.15 sore. Penulis dan juga orang-orang lain menghilangkan ringtone

phone cell, khawatir kalau mengganggu kekhidmatan acara di ruangan tersebut.

Kami semua memberikan applause (tepuk tangan) dan Bupati begitu juga

rombongan telah datang. Mereka bergegas dan melangkah menuju deretan kursi paling

depan untuk memberikan arahan dan juga melepaskan keberangkatan kami secara formal.

Kepala Dinas Pendidikan Tanah Datar, Bapak Drs. H. Darisman, adalah ketua pelaksana

studi banding siswa berprestasi ke Singapura dan Malaysia.

Dikatakan bahwa kegiatan studi banding telah menjadi kegiatan rutin sejak tahun

2006. Tanah Datar merupakan satu-satunya kabupaten di Sumatera Barat yang

memberikan reward buat warga yang berprestasi, tentu saja sebagai cara terbaik dalam

memotivasi warga. Program tersebut juga sangat bermanfaat untuk menambah wawasan

peseta tentang budaya, etos belajar dan etos kerja masyarakat Malaysia dan Singapura

yang negara mereka sudah maju tersebut.

Jumlah peserta ada 137 guru, 107 siswa dan 30 orang guru pembimbing. Bapak

Darisman memperkenalkan peserta per grup, mereka berdiri dan memperoleh applause.

“Oh, sungguh memberi semangat dan keceriaan bagi semua peserta”.

Ada dua kloter penerbagangan, peserta nomor 1-95 ditambah dengan nomor 136,

dan 137 musti bermalam di Islamic Centre. Mereka akan berangkat menuju BIM

(Bandara Internasional Minangkabau) pada pukul 3.00 dini hari. Kemudian kloter kedua

adalah nomor 96-135. Seterusnya, Bapak Darisman menjelaskan bahwa rencana

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 7

Page 8: Laporan mengikuti studi banding internasional

perjalanan adalah pada tanggal 17-22 November. Esok hari kami terbang dari padang

menuju Kuala Lmpur dan melakukan city tour, mengunjungi Putra Jaya dan masjid

Negara.

Thanks bahwa studi banding ini bisa terlaksana karena dukungan dana APBD

(Anggaran Pengeluaran Belanja Daerah) tahun 2011. Ternyata jaket berwarna hitam dan

bertulisan “peseta studi banding internasional Malaysia dan Singapura” yang kami pakai

adalah sumbangan dari BPD (Bank Nagari) Batusangkar.

Ada beberapa pengarahan yang kami peroleh. Bapak Yasman, S.Ag dari komisi I,

anggota DPRD Kabupaten Tanah Datar juga menyampaikan beberapa arahan. Ia

mengatakan bahwa Tanah Datar tidak memiliki pabrik dan tambang, maka SDM yang

bagus juga merupakan aset berharga yang perlu untuk ditingkatkan. Di Kabupaten Tanah

Datar, motto ajaran Islam yang berbunyi “Man Jadda wa jadda” yang berarti  siapa yang

bersungguh-sungguh pasti berhasil diwujudkan oleh pemerintah.

“Pemerintah memberikan respon dalam bentuk program yaitu reward studi

banding internasional ke Malaysia dan Singapura”. Tentu saja harapan dari program ini

adalah pulang dari Malaysia dan Singapura, maka etos kerja dan etos belajar mereka

menjadi lebih baiklagi”.

Rombongan yang jumlahnya 137 orang ini bisa memberi citra Tanah Datar, andai

kami punya citra yang jelek, maka tentu orang akan berfikir “o…begini ya, karakter

orang Batusangkar”. Oleh sebab itu kami perlu selalu menjadi warga yang sopan santun

selama berpergian.

Bupati Tanah Datar, Bapak Shodiq Pasadigoe, mengatakan bahwa 60% dari

APBD tersedot buat kebutuhan belanja pegawai. Anggaran studi banding juga termasuk

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 8

Page 9: Laporan mengikuti studi banding internasional

ke dalam APBD, dimana setiap peserta diberi dana Rp. 3,7 juta, termasuk uang saku. Ia

mengatakan tour ke luar negeri berbeda dengan tour dalam negeri, misalnya tour ke

Jakarta. Tentu saja tour ke Jakarta tanpa pemeriksaan imigrasi, sementara tour ke

Singapura dan Malaysia tentu melalui pemeriksaan.

Melalui program studi banding ke luar negeri tentu saja akan ada pembelajaran

yang bisa diperoleh. Harapan dari pemerintah “agar guru pembimbing memberi

pengalaman buat siswa secara langsung”. Tanah Datar bukanlah kabupaten yang kaya,

namun bisa menyediakan anggaran Rp. 580 juta untuk mendukung acara studi banding

tersebut, sebuah doa agar siswa yang berprestasi bisa kuliah di Singapura dan Malaysia.

“Dengan Bismillah, rombongan studi banding penulis lepas” ucap Bapak Bupati sambil

memberikan ketukan tiga kali. Dan kami semua memberikan tepuk tangan, beberapa saat

kemudian acara pelepasan rombongan studi banding ini pun berakhir.

 

B.  Bermalam di Islamic Centre Pagaruyung- Batusangkar

Setelah Bupati meninggalkan aula Islamic Centre, kegiatan masih ada yaitu

penyelesaian administrasi. Pembagian (pendistribusian) kokarde, pasport, buku petunjuk

dan yang paling penting adalah penyerahan uang saku buat siswa dan guru pembimbing.

Kami kemudian pergi ke lantai atas untuk mencari kamar, rupanya hanya ada dua kamar

yang luas buat grup pria dan grup wanita. Penulis menuju ruangan 4, kamar besar buat

grup pria.

Ternyata bermalam bersama peserta studi banding di Islamic Centre juga asyik.

Kami semua shalat di Masjid Nurul Amal yang terletak di samping Islamic Centre.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 9

Page 10: Laporan mengikuti studi banding internasional

Dinding masjid dicat putih, ruangannya luas dan bersih. Habis shalat kami merebahkan

diri dan terasa sangat rileks, anak-anak lain saling berkenalan dan berbagi cerita.

Penulis dan beberapa teman berfikir kalau panitia studi banding menyediakan

makan malam ternyata tidak. Untuk mengatasi perut yang terasa keroncongan kami

mencari makan dan susah sekali mencari warung malam itu. Penulis dan Febrianto (guru

SMAN 3 Batusangkar) berjalan ke luar untuk mencari warung. Kami bisa membeli

ketupat gulai nangka yang terletak persis di depan Istano Basa Pagaruyung. Rasa ketupat

gulai nangka cukup lezat (mungkin perut lapar). Penulis juga melahap goreng tahu dan

kerupuk, penulis memperkirakan harganya sama dengan hargama makanan di pasar,

ternyata harganya cukup murah, yaitu separo harga pasar.

Menjelang tidur penulis duduk di antara siswa peserta, penulis berbagi cerita

tentang cara belajar, tentang motivasi dan tentang kepribadian. Penulis juga membuat

kalimat-kalimat lelucon, ternyata siswa peserta senang dan tampak rileks, mereka makin

ramai.

“Wah kita jam 3.00 dini hari harus bangun dan bertolak menuju Bandara

Internasional Minangkabau di Padang, untuk itu  harus tidur”, kata penulis. Mereka harus

tidur dan ternyata tidur yang mudah adalah dikamar sendiri, dirumah sendiri. Namun

penulis melihat bahwa sebagian masih sibuk dengan kebiasaan sendiri, otak atik HP,

mendengar MP3, sampai ada membaca komik dan berbagi cerita.

Penulis fikir bahwa sebagian besar peserta tidak tidur bisa dengan pulas, kecuali

hanya sebagian, “oh..ternyata bagi anggota kloter 2 yang akan berangkat jam 3 sore dan

fikiran mereka rileks hingga bisa tertidur”.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 10

Page 11: Laporan mengikuti studi banding internasional

 Anak-anak pasti sibuk dengan pikiran mereka. Mereka tentu berfikir tentang

bagaimana kegiatan selanjutnya, penulis sendiri juga tidak tidur dengan pulas, telinga

dengan jelas mendengar percakapan demi percakapan orang-orang yang berada dalam

ruangan tidur besar tersebut. Penulis sengajat menutup mata agak lama agar bisa

memperoleh rasa istirahat yang lebih lama, meskipun tidak tertidur lelap. Paling kurang

melalui cara tersebut penulis masih bisa memperoleh tidur atau istirahat yang lebih

berkualitas.

Anak-anak peserta studi banding ini tentu saja anak-anak pilihan di sekolah atau

di Kecamatan mereka. Mereka amat mudah termotivasi untuk melakukan hal-hal positif,

saat penulis berada di dalam aula Islamic Centre kemaren, penulis sibuk menuliskan

pengalaman pada buku catatan dan sambil berbagi cerita pada anak-anak yang duduk

dekat penulis bahwa “menuliskan pengalaman adalah cara yang terbak buat

menyelesaikan pengalaman”. Lagi pula nanti setelah acara “comparative study” selesai

maka kita akan diminta untuk menulis laporan. Tentu saja kita akan dengan mudah dapat

menyelesaikan laporan perjalanan.

Mendengar penjelasan ini maka dengan serta merta beberapa siswa pergi ke luar

ruangan Islamic Centre untuk mendapatkan (membeli) buku catatan dan pulpen. “Betapa

mudah memotivasi anak-anak pilihat buat berhasil dalam hidup mereka, tinggal lagi

kualitas pemberian motivasi dan mengarahkan mereka untuk melakukan aktivitas

selanjutnya untuk menggenjot SDM (Sumber Daya Manusia) mereka”.

Siswa peserta ternyata mampu mengurus diri dalam memanfaatkan waktu. Islamic

Centre hanya memiliki dua kamar mandi, namun semua peserta mampu membersihkan

diri. Di malamm itu (dini hari) penulis turun agak lambat dan ternyata orang-orang sudah

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 11

Page 12: Laporan mengikuti studi banding internasional

siap berpakaian rapi. Mereka bisa mandi meski kamar mandi hanya dua, tidak sebanding

dengan jumlah peserta yang lebih dari seratus orang.

Perjalanan menuju Padang pada waktu dini, pukul 3.00 pagi terasa nyaman, 

mobil melaju dengan mulus. Tidak ada kendaraan dan transportasi lain yang mengganggu

perjalanan kami. Cuaca pagi dini hari juga sejuk membuat semua penumpang ingin untuk

menikmati tidur, apalagi mata pun masih mengantuk. Penulis sendiri juga enggan

membuka mata, lebih enak untuk memejamkan mata, tidak merasa rugi untuk melihat

pemandangan apalagi pemandangan yang akan dilihat sudah bisa dilalui sepanjang

waktu.

Hanya perjalanan sedikit terganggu setelah melewati pasar Sicincin. Terlihat

polisi mengatur arus lalu lintas, ada sebuah mobil pecah ban, namun juga ada

pemeriksaan terhadap mobil travel, khawatir kalau mobil travel yang lewat saat dini hari

membawa barang-barang yang dicurigai polisi.

Tak lama kemudian, ada kumandang azan subuh, rombongan mobil Pemda

berhenti pada sebuah masjid di pinggir jalan di Kayu Tanam. Kami shalat subuh, dan

rombongan kami segera membuat jamaah masjid menjadi ramai pada pagi subuh itu.

Penulis tidak ingin berlama-lama duduk dalam masjid, ia lebih memilih duduk segera

dalam bus deretan nomor dua dari depan, tentu saja kami selanjutnya menuju Padang

Airport- BIM (Bandara Internasional Minangkabau).

Mata kami tidak lagi mengantuk. Hari juga sudah mulai menyingsing, berkas

sinar matahari mulai membersit di cakrawala. Memang masih terasa letih rasanya.

Penulis  menikmati pemandangan menuju BIM kembali.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 12

Page 13: Laporan mengikuti studi banding internasional

Dalam mobil yang penulis tumpangi, terdapat dua grup, yaitu grup 5 dan 6.

Penulis sendiri menjadi grup pembimbing untuk grup 5 penulis duduk bersebelahan

dengan seorang siswa asal Lintau, dia tinggal di Ujung Tanah, Tepi Selo. Penulis

mengajak ia untuk bertukar fikiran dan melihat bagaimana gaya dan pola berfikir. Tentu

saja namanya anak-anak pikiran mereka masih dangkal. Namun untuk selanjutnya

mereka perlu melatih diri lewat menulis, bertukar fikiran dan membaca untuk memiliki

fikiran yang dalam dan berkualitas.

Akhirnya rombongan mobil kami sampai pada jalan fly over dekat nagari Duku-

Kabupaten Padang Pariaman dan terus menuju Bandara. Jalan raya menuju bandara

sebagai beranda Sumatera Barat sudah sangat bagus dan terawat  dengan baik. Tiang-

tiang listrik dengan simbol Minangkabau memberi keanggunan tersendiri. Pada pos

memasuki bandara juga ada jalan kecil yang disediakan buat sepeda motor atau ojek.

Namun mereka hanya berada pada pinggiran hamparan halaman bandara. Ojek tentu saja

kurang bagus berkeliaran di seputar Bandara, apalagi ini kan bandara standar

Internasional.

Kami semua turun, penulis sendiri membantu menurunkan bagasi para

penumpang. Kami selanjutnya harus cek in, direncanakan kami akan terbang menuju

Kuala Lumpur dengan pesawat Air Asia pukul 8.30 wib.

Kami duduk-duduk sesaat. Ada yang menggunakan waktu ini untuk mengobrol

ringan, juga untuk mengambil foto buat sweet memory nanti. Kami kemudian cek in,

pemeriksaan barang-barang “Tentu saja itu sebuah pengalaman yang baru dan menarik

bagi anak-anak untuk menjadi warga internasional”. Beberapa anak laki-laki barangkal

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 13

Page 14: Laporan mengikuti studi banding internasional

belum memiliki valuta asing (ringgit Malaysia dan Singapura Dolar), mereka berdiri di

depan money changer, “Oh masih pagi, tentu saja belum buka untuk money changer”.

Akhirnya money changer, pukul 7.15 wib sudah open, namun peserta studi

banding tampak bengong – mau tukar uang apa-. Apalagi pada billboard tidak ada tertulis

mata uang Malaysia. Penulis mengambil inisiatif dan mulai menukar uang, pada mulanya

mau beli 200 ringgit dan harganya lebih dari Rp. 500.000,- “Wah kalau begitu 100 ringgit

saja, dan penulis harus bayar Rp. 295.000,-. Setelah itu anak-anak juga tertarik mengikuti

penulis, mereka juga menukarkan mata uang Rupiah dengan Ringgit Malaysia atau

Dollar Singapura.

Rombongan kami cukup banyak, jadi kami agak lama berada di depan

pemeriksaan imigrasi untuk terbang menuju Kuala Lumpur. Hingga akhirnya pihak travel

biro menyerahkan tiket dan kartu keberangkatan, kami antri dan menyerahkan kartu ini

pada petugas imigrasi, kami masuk dan ada lagi pemeriksaan terakhir. Tubuh kita harus

dilepaskan dari benda-benda logam untuk pemeriksaan metal detector. Ya akhirnya kami

berada di ruangan tunggu pesawat.

Di belakang penulis duduk ada satu grup warga asing, mereka ngobrol tentang

Mentawai. Agaknya Mentawai menjadi tempat favorite bagi warga asing untuk berlibur.

Pemerhati wisata perlu berfikir untuk mengembangkan pariwisata Mentawai yang juga

memiliki ombak tinggi seperti ombak di Hawaii. Maklum ada ombak dari samudera

lepas- Samudera Hindia yang sangat luas

Penulis duduk pada bangku 16 F Pesawat Air Asia, AK 1371 dekat jendela, jadi

dapat melihat pemandangan. Tentu saja terbang ke Kuala Lumpur, berarti kami melewati

Sumatara Barat menuju timur. Penulis bisa melihat danau Singkarak dari ketinggian,

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 14

Page 15: Laporan mengikuti studi banding internasional

begitu pula dengan Gunung Sago.....atau mungkin juga gunung yang lain “Wah aku tidak

kenal gunungnya”.

Matahari berada di sebelah kanan (jendela) penulis dan cuaca cerah. Samudra

awan terbentang di bawah pesawat. Hamparan samudra awan di angkasa tentu memberi

kesejukan bagi warga yang berada di bumi. Jauh di atas juga ada awan tipis menghiasi

angkasa yang lebih tinggi lagi. Wah penulis ingat dengan pelajaran geografi.

Pesawat Air Asia memiliki attentant flight berusia muda dengan wajah dan

penampilan ganteng. Juga ada seorang attendant flight wanita berwajah India. Peswat Air

Asia yang kami tumpangi adalah jenis pesawat air bus. Penulis duduk pas pada bagian

sayap atau bagian pinggang. Penumpang lain mencari kesibukan seperti membaca

majalah yang mereka ambil dari kantong kursi, seperti majalah sky shop dan high flying

fashion. Penulis mengintip pemandangan dan sekali-sekali memotret ke arah luar jendela.

Flight attendant menginformasikan bahwa suhu mendekati kuala lumpur 290  C.

Pesawat kami terbang melewati daerah Riau dan terus selat Malaka. Lautan awan tampak

agak tipis. Itu berarti cuaca memang agak panas di kawasan tersebut, ketinggian pesawat

berpengaruh pada telinga penulis karena saraf-saraf pendengaran penulis sedikit sakit dan

begitu pula dengan lobang telinga. Akhirnya pesawat turun, berarti kami akan mendarat

di Kuala Lumpur. Menjelang mendarat  penulis sempat melihat lalu lintas kapal di Selat

Malaka.

 

C. Kuala Lumpur Air Port

Daratan Malaysia terlihat jelas. Tidak banyak terlihat hutan, kecuali perkebunan

dan lahan-lahan yang terhampar untuk dijadikan industri. Pesawat Air Asia AK 1371

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 15

Page 16: Laporan mengikuti studi banding internasional

akhirnya mendarat, kami turun dan harus berjalan melalui koridor yang cukup panjang.

Papan billboard menggunakan empat bahasa yaitu bahasa Arab, Bahasa Melayu, Bahasa

China dan Bahasa Inggris.

“Wah idealnya Bandara Internasional Minangkabau (BIM) juga demikian, musti

menggunakan banyak bahasa, karena warga yang datang akan senang kalau melihat

bahasa mereka juga dipakai pada billboard- munghkin nanti ada aksara China, Jepang,

Thailand, India, Arab...dan lain-lain untuk mewujudkan bandaya yang benar benbar

untuk banyak warga dunia”. Pekerja pada bandara antar bangsa Kuala Lumpur umumnya

berwajah Melayu dan India.

Kami pergi ke tumpukan barang-barang. Masing-masing menemui koper.

Akhirnya kami bergerak menuju pintu exit. Suasana di luar bandara hampir mirip dengan

suasana pada BIM Padang, penulis juga menemui ada warga yang merokok dan mobil-

mobil keluaran tahun-tahun lalu. Hanya saja suasana bahasa, tentu saja bahasa Melayu

dan juga mungkin bahasa Tamil, China dan bahasa Eropa.

Kami sudah ditunggu oleh armada mobil pariwisata, mereka menyebutnya dengan

“Bas Pesiaran”. Rombongan kami masih pada nomor mobil nomor 2, namun mobil ini

untuk gurp 4, 5 dan 6. Bisnya cukup panjang dan besar.

Pemandu kami bercerita panjang lebar tentang Malaysia, pendidikan, sosial dan

budaya. Penulis juga merekam suara pemandu dan akan mendengarnya nanti lagi. Seperti

dikatakan bahwa hari pertama kami adalah berada di Kuala Lumpur adalah acara untuk

sight seeing city tour dengan rute kota Putra Jaya dan Kuala Lumpur.

“Ya sesuai petunjuk buku perjalanan bahwa tanggal 17 November 2011, Rute

kami Padang- Kuala Lumpur. Rombongan pertama berkumpul di BIM jam 06.00 WIB,

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 16

Page 17: Laporan mengikuti studi banding internasional

rombongan ke dua jam 13.00 WIB untuk penerbangan ke Kuala Lumpur. Tiba di

Malaysia, rombongan akan langsung melaksanakan City Tour ke Putra Jaya, Dataran

Merdeka, Mesjid Negara, kemudian check in di hotel agar peseta studi banding bisa

bersitirahat”.

Penulis menangkap pemahaman dari cerita pemandu bahwa Putra Jaya adalah

sebuah Kota Baru. Dahulu merupakan desa penuh belukar, ide membuka wilayah ini

menjadi Kota Baru, yang diberi nama dengan Putra Jaya atau cyber Jaya, oleh Perdana

Menteri Dr. Mahatir Muhammad, sekarang Putra Jaya merupakan kota pusat

pemerintahan, sementara Kuala Lumpur adalah ibu kota Malaysia.

Penulis berfikir bahwa Putra Jaya akan merupakan kota satelit, atau kota

penyangga dari Kota Kuala Lumpur. Putra Jaya merupakan kota dengan taman yang

begitu luas, memiliki banyak pekerja taman untuk merawat taman setiap saat. Dibanding

dengan daerah Tanah Datar atau Batusangkar, geografi Putra jaya tidak begitu menarik,

gersang. Namun Batusangkar di lereng gunung, dikelilingi oleh bukit-bukit dan gunung,

hamparan sawah dan kebun serta belantara tampak lebih cantik. Namun penata kota Putra

Jaya membangun perkantoran pada tumpukan bukit kecil dan meniru gedung populer di

dunia. Untuk bangunan gedung di kota ini, misalnya ada bangunan mirip Taj Mahal, ada

bangunan mirip gedung di Australia, Eropa, Arab, Iran, Jepang, China. Begitu pula

dengan jembatan, ada jembatan yang dibangun mirip dengan jembatan golden gate di

Amerika Serikat, jembatan di Perancis dan di Australia. Akhirnya kota Baru ini bisa

menjadi turis destination.

“Pantaslah moto parawista Kerajaan Malaysia adalah Malaysia the truly Asia.

Semua icon yang ada di asia terbentang dalam kota Putra Jaya”.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 17

Page 18: Laporan mengikuti studi banding internasional

Penulis melihat kota Putra Jaya hanya ibarat kota dengan banyak perumahan elit.

Gedungnya banyak namun kendaraan pada sepi, tentu saja kendaraan yang begini bisa

membuat nyaman bagi banyak penumpang, karena kita tidak terjebak ke dalam

kemacetan lalu lintas. Selama berada di Kota Putra Jaya, penulis tidak pernah menemui

pohon kelapa sebagai ciri khas pohon di daerah tropis, yang terlihat hanyalah hamparan

pohon kelapa sawit di pinggir kota.

Dalam acara keliling kota, kami berhenti di depan Masjid negara Malaysia.

Mesjidnya sangat besar dan megah. Masjid ini dirancang menyerupai masjid yang berada

di Iran. Dikatakan bahwa tinggi masjid tersebut adalah 200 kaki  dan menampung jamaah

sebanyak 8.000 orang.

Ruang tempat berwudhu ada pada ruang bawah tanah dan disana dekat gerbang

halaman masjid. Di sana juga ada kulkas sistem koin untuk beli minuman. Penulis

melaksanakan shalat jamak zuhur dan ashar. Usai shalat penulis mengambil rekaman

kamera dan juga ngobrol dengan Yusuf, seorang wistawan warga Saudi Arabia yang

kuliah dan menuntut ilmu di Australia.

Masjid tersebut selain tempat untuk shalat, juga menjadi tourist destination.

Penulis meminta brochure tentang dakwah Islam dalam bahasa Inggris dan beberapa

bahasa Eropa lain kepada pengurus masjid tersebut. Penulis tampak asyik dan selalu

terlambat hadir kembali ke mobil wisata nomor dua.

Kami kemudian dibawa ke sebuah restoran dengan masakan Malaysia. Tetapi cita

rasanya mirip dengan masakan Padang karena di sana juga dengan cabe. Tentu saja

masakanya rasa citarasa masakan Padang karena juru masaknya berasal dari Sumatera

Barat.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 18

Page 19: Laporan mengikuti studi banding internasional

Siang tadi kami makan siang dengan hidangan dan sup serta goreng ikan. Usai

makan siang tour kami terus menuju Kuala Lumpur. Kuala Lumpur ya langsung

bersebelahan dengan kota Putra Jaya. Penulis melihat Ternyata Kuala Lumpur adalah

bertetangga dengan Putra Jaya. Memang terlihat kondisi kedua kota juga berbeda, seperti

kebersihan kota dan traffic jam sedikit ada di Kuala Lumpur.

Di kota Kuala Lumpur ada jalur kereta api bawah tanah dan jalur di atas fly over

(jalan jalur atas) sehingga bahaya tabrakan atau kecelakaan kereta api hampir tidak ada

terdengar. Juga di Kuala Lumpur hampir tidak terlihat pengamen, anak jalanan dan

pengemis. Begitu pula dengan ojek seperti yang ada di Tanah Air juga tidak ada.

Gedung-gedung di Kuala Lumpur sebagian juga terlihat sudah tua. Barangkali

kami tadi lewat melalui wilayah kota tua dan sebelumnya kami berhenti di lapangan kota

Kuala Lumpur sambil mengambil foto-foto. Di sana penulis dibantu mengambilkan foto

oleh warga Kuala Lumpur yang cukup ramah.

Orang-orang (penduduk Kuala Lumpur) hidup cukup rileks, tidak terburu-buru.

Penulis fikir bahwa kota Palembang mungkin lebih sibuk dari Kuala Lumpur.

Perbandingan ini terasa karena penulis sendiri pernah tinggal di Palembang selama 10

hari. Namun pada beberapa bagian kota Kuala Lumpur ada yang terlihat gedung megah

dan pada beberapa tempat tampak lain lagi corak gedungnya.

Akhirnya rombongan bis pesiar kami menuju Grand Hotel Pasific, sebagai tempat

menginap kami. Bis melewati jalan-jalan sempit dan kami turun. Sopir-sopir bis di kota

Kuala Lumpur sangat menghargai pejalan kaki sesuai dengan pesan yang pernah terlihat

di bandara antar bangsa “Beri Laluan Buat Pejalan Kaki”.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 19

Page 20: Laporan mengikuti studi banding internasional

Bis pesiar berhenti, kami semua turun. Kami masuk dan berkumpul ke lobi hotel

Grand Pasifik. Personalia hotel ini sebagian berwajah India. Dalam bis, pemandu sempat

menceritakan bahwa penduduk Melayu dianggap penduduk asli atau disebut sebagai

“bumi putra”. Mereka memperoleh perlakuan istimewa dari negara. Misal discount

diberikan oleh Bank 20% untuk warga Melayu, sementara untuk keturunan Cina dan

India tidak begitu, sehingga kedua etnis ini melalui politik (parlemen) meminta hak-hak

persamaan. Pemerintah takut kalau ini menjadi perpecahan, maka pemerintah segera

membentuk semboyan “one Malaysia for China, Melayu and India”.Atau juga ada

semboyan untuk persatuan yang berbunyi “world under one roof atau dunia dibawah

satu atap”

Salah seornag rombongan kami berbisik “kita tidur di hotel kelas Melati

ya…”katanya, karena hotel Grand Pacific dari luar terlihat kecil, tidak punya halaman

parker. Maklum karena hotel berlokasi persis di persimpangan jalan besar, penulis juga

berfikir demikian.

Akhirnya pihak travel biro membagi kami untuk tidur per kamar, group wanita

berpisah dengan grup pria, penulis memperoleh teman grup rombongan anak 3 orang,

yaitu David (David Al Azis dari SMPN 1 Batipuh, Raihan (Rayhan Fajar Matheza dari

SMPN 1 Batusangkar dan Syandi (Shandi Alfajar dari SMPN 1 Tanjung Emas) ya

mereka sekolah di SMP semuanya. Kami memperoleh kamar 428, kami segera menuju

pintu lift.

Petugas travel memberi petunjuk cara mengoperasikan lift untuk menuju kamar

428 “tekan tombol menjadi angka empat, tutup pintu, nanti lift menuju lantai empat.

Kalau sampai di lantai 4 maka tekan tombol buka. Begitu pula kalau mau turun. Ya

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 20

Page 21: Laporan mengikuti studi banding internasional

cukup praktis”. Anak anak dan penulis sendiri memperoleh pengalaman internasional dan

sangat berharga yaitu bagaimana tinggal di hotel dan memanfaatkan fasilitas publik.

Anak-anak yang satu grup dengan penulis cukup percaya diri untuk mencoba

mengoperasikan tombol lift, dan penulis memberi pujian “kamu cukup pintar ya, tidak

sia-sia satu grup dengan Mr. Joe” dan yang lain tentu saja tertawa dan juga jadi

termotivasi.

Ternyata Hotel Grand Pacifik bukan hotel kelas melati seperti yangh kami

fikirkan sebelumnya. Karena begitu sampai di lantai 4 terlihat susunan kamar hotel yang

begitu rapi dan bersih, lantai hotel dilapisi dengan karpet, ruang cukup terang dan juga

sejuk oleh Air Conditioner. Kami terus masuk ke kamar 428, kamarnya cukup luas. Juga

ada TV set dengan 4 tempat tidur bersih. “Oh nyamannya..!”

Kami langsung bersosialisasi satu sama lain. Teman kecil penulis yang bernama

David membeli kartu Malaysia dan menukar kartu dengan kartu phone Indonesia. Namun

ia merasa gagal karena kurang mengerti dalam mengoperasikannya. Lagi lagi phonecell

tidak punya baterai lagi dan setiap orang ingin mencharge baterai HP, tetapi susah karena

charge outlet listrik pada dinding butuh socket listrik kaki tiga. Penulis berfikir

bagaimana untuk mencari alat un tuk charger baterai.

Iseng-iseng penulis masuk ke kamar lain, ada siswa yang bernama “Amru” (Amru

Mufid dari SMPN 5 Batusangkar), cukup pendiam, ia sibuk sendirian dengan HPnya,

“oo…lagi main internet ya.., bagaimana kamu main internet, kan mahal harga pulsa

disini?’

“Tidak Mister, saya menggunakan wifi, tadi penulis minta password yaitu “grand

hotel pacifik” Kata Amru Mufid.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 21

Page 22: Laporan mengikuti studi banding internasional

“Ya…bantu…dong…!!!”

Akhirnya penulis juga bisa main facebook. Penulis bisa mengupload 3 foto dan

juga membalas SMS teman lewat facebook. Penulis mohon maaf tidak bisa membalas

SMS atau telepon langsung karena biaya roaming yang sangat mahal antara “my maxis

dengan telkomsel” soalnya begitu masuk Kuala Lumpur kartu HP kita spontan berganti

menjadi my maxis.

“Penulis menerima SMS dari teman di Batusangkar dan penulis membalas SMS.

Kemudia penulis cek biaya kirim ya ampun satu SMS biayanya Rp. 4.600,. Penulis juga

pernah menerima telefon dari orang tua siswa peserta studi banding, ya ampun biayanya

Rp. 24.000. Jadi untuk biaya SMS sampai 400 %, mahal amat....biaya roaming mahal- so

jangan telefon aku...jangan SMS aku...nanti kita dua-duanya rugi”.  

Penulis ingat dengan David yang masih kesulitan dalam mengoperasikan kartu

baru Malaysianya. Penulis mengantarkannya ke kamar Amru, seorang siswa yang

pendiam, namun ternyata cerdas dalam otak atik HP. Amru pun membantu David “Hei…

akhirnya bisa, dan David pun senang, ia akhirnya bisa membalas SMS semua- orang

tuanya dan familinya, dengan harga standar. Penulis pun nanti juga akan minta SMSnya

untuk mengirim kabar ke sekolah penulis “SMAN 3 Batusangkar” tentang tugas-tugas

yang harus diselesaikan oleh siswa selama penulis berada di Malaysia dan Singapura.

Malam itu TV di ruangan kamar hotel kami menyala “ohh…ada pertandingan

sepak bola dalam Sea Game Jakarta-Palembang”. Penulis sendiri langsung percaya diri

bahwa TIMNAS (tim nasional bolakaki Indonesia) bakal menang karena penampilan

pemainnya cukup gagah dibanding pemain yang cukup bersahaja dari tim Malaysia.

Apalagi komentar penonton TIMNAS yang cukup emosional, meniru ucapan Bung

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 22

Page 23: Laporan mengikuti studi banding internasional

Karno “Ganyang Malaysia”- padahal ungkapan ini tidak perlu dipakai lagi karena bisa

mengeruhkan suasana hubungan Indonesia dan Malaysia.

Penulis menyaksikan kalimat dari spanduk illegal supporter TIMNAS yang

disorot oleh TV 2 Malaysia. Dalam hati penulis yang menonton acara ini dari kamar hotel

di Kuala Lumpur menjadi malu “wah supporter TIMNAS kita  terlalu emosional dan

kekanak-kanakan”. Namun komentar dari komentator TV 2 Malaysia cukup bersahaja

dan tersenyum ringan (Maaf bukan maksud merendahkan bangsa sendiri, namun demi

perbaikan karakter segelintir dari bangsa kita).

Dalam babak pertama tim sepakbola Malaysia dengan mudah menang 1-0. Aku

menjadi enggan untuk mengikuti kelanjutan acara Sea Games ini dan berfikir bahwa ini

gerangan akibat supporter TIMNAS kita yang cukup takabur alias sombong. “ya, doa

orang sombong tidak didengar oleh Allah, bisa membuat kalah meskipun pemain timnas

kita sudah menjadi pemain pilihan. Meskipun Indonesia memimpin perolehan medali,

namun kalau tim sepak bola gagal, ya cukup sia-sia. Apalagi sepak bola adalah olah raga

yang cukup bergengsi. Namun moga moga kita bisa koreksi diri untuk kemajuan

sepakbola kita.

Malam pun tiba. Untuk makan malam, buat pertama diantar oleh pihak travel biro

dalam bentuk makanan box. Kami segera turun melalui lift dan kami memperoleh empat

box makanan dan juga empat botol air mineral untuk anggota grup kami.

Kami mengenal seisi kamar hotel, rupanya ada kopi, gula dan kream dalam

kantong-kantong kecil dalam laci meja. Anak-anak dari grup penulis memanaskan air dan

membuatkan kopi panas buat penulis.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 23

Page 24: Laporan mengikuti studi banding internasional

Kopinya masih panas, penulis menunda minum dan memutuskan untuk membals

email lewat facebook. Mata terasa mengantuk dan kepala terasa berat, namun penulis

masih punya  kopi, dan mubazir kalau tidak diminum.

Astaga, penulis menjadi sedikit susah tidur setelah minum kopi setelah jam 10.00

malam, anak-anak bisa tertidur pulas namun penulis tidak- gara-gara minum kopi

mungkin. Penulis mengosongkan fikiran agar bisa tidur.

Pada waktu dini hari penulis terbangun. Di luar terdengar hingar bingar raungan

musik. Mungkin ada suara karaoke dari klub malam. Penulis berfikir kalau-kalau  waktu

subuh sudah masuk, “ooh… ternyata baru jam 2.00 dini hari”.

“wah mengapa aku tidur, lebih baik aku terus menyelesaikan tulisan tentang

perjalanan ini”, bisik penulis dalam hati.

Dibawah, dari balik jendela, terlihat jalan-jalan Kuala Lumpur yang  cukup sepi,

tidak ramai seperti di Jakarta. Antrian pada persimpangan jalan juga tidak begitu lama

seperti di Jakarta, jadi Kuala Lumpur terlihat biasa-biasa saja.

Hari pertama di Kuala Lumpur, penulis belum melakukan shopping yang berarti,

kecuali baru dalam bentuk membeli cenderamata yaitu satu box miniatur “twin tower”

sebagai ciri khas kota Kuala Lumpur yang harganya RM 30 (atau 30 x Rp. 2.900), atau

hampir Rp. 90.000,- yang penulis beli dari sebuah kedai di komplek Masjid Negara di

Putra Jaya. Mungkin termasuk mahal untuk ukuran cendera mata. “Ya…makanya penulis

hati-hati untuk shopping di Malaysia”, ini cenderamata dibeli cukup penting sebagai

simbol bahwa kita sudah kembali dari Malaysia.

Penulis juga membeli tabloid, berbahasa Inggris “STAR, the people’s paper” atau

korannya masyarakat, yang harganya sangat murah hanya hampir dua ringgit, sementara

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 24

Page 25: Laporan mengikuti studi banding internasional

tabloid tersebut terdiri atas 72 halaman, ya murah sekali. Hal lain yang terasa, karena

perubahan situasi adalah penulis merasa sulit untuk buang air besar, dalam hati penulis

berfikir untuk membeli buah-buahan, kalau memesan buah-buahan atau juice lewat hotel

terasa sangat mahal.

Water melon                RM 8   (Rp. 24.000)

Honey                                     RM 8   (Rp. 24.000)

Papaya                         RM 8   (Rp. 24.000)

Malah harga juice jauh lebih mahal lagi, seperti dalam daftar

Orange/Mango            RM 10 (Rp. 30.000)

Juice nanas                  RM 12 (Rp. 36.000)

“Oh ya.....harga di hotel jadi mahal karena meliputi pajak 6%, dan 10% untuk

harga …., ini tertulis dalam daftar menu service, bagaimana harga diluar ya, lebih baik

penulis beli di open place nanti”.

Jam 4.00 pagi dini, bisa jadi jam 5.00 pagi karena penulis lupa mengubah waktu

WIB menjadi waktu Malaysia. Ada suara ringtone dari intercome, ya pihak hotel

membangunkan kami, ya masih dini hari, aku menjawab “good morning”, tapi masih

pagi dan istirahat dulu sebentar.

Kesan penulis terhadap orang Kuala Lumpur, mereka sangat ramah, tanpa

bertanya, mereka sudah duluan berbicara. Kemaren ketika di restoran, wanita pemilik

restoran berkata bahwa juru masak direstorannya adalah orang Indonesia. Saat berada di

taman kota- lapangan terbuka- di Kuala Lumpur, seorang wanita Malaysia keturunan

India juga menawarkan diri untuk memotret penulis, begitu juga dengan orang-orang

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 25

Page 26: Laporan mengikuti studi banding internasional

yang penulis temui di hotel atau dalam box lift juga dengan mudah berbicara lebih

duluan. Jadi berada di Kuala Lumpur ya seperti berada di kampung halaman sendiri.

Penulis terbangun jam 2.00 dini hari, memutuskan tidak tidur, ya buat apa tidur,

sebab datang ke Kuala Lumpur adalah untuk studi banding dan penulis merasa rugi kalau

buang-buang waktu. Lebih baik memanfaatkan waktu buat menulis, menulis apa yang

dilihat dan apa yang dirasakan selama berada di Malaysia dan Kuala Lumpur, bukankah

menulis yang terbaik sesuai dengan kondisi dan tempat kita berada. Apalagi kalau

ditunda untuk menulis, memori perjalanan saat tiba kembali di Batusangkar maka tentu

ada banyak hal penting tidak tercover oleh kapasitas memori kita, maka “jangan menunda

waktu dalam menulis”.

 

D. Nilai University College dan Istana Sri Menanti

Hari kedua di Kuala Lumpur, penulis bangun lebih cepat jam dua pagi, tidak

buang-buang waktu untuk tidur, tetapi untuk menulis. Penulis menulis dari jam 2 pagi

sampai subuh, kemudian jam 5.00 waktu Kuala Lumpur, habis shalat subuh, penulis

membangunkan anka-anak juga mencari channel berita yang menarik, tidak ada channel

yang menarik.

Anak-anak juga bangun, shalat dan mengurus diri sendiri. Oh…ternayta tidak

begitu kami turun ke lantai bawah, orang-orang sudah pada selesai sarapan, namun kami

belum. Mereka sudah siap naik bis melanjutkan perjalanan tour. Penulis menyempatkan

diri untuk sarapan. Penulis mengambil sedikit sarapan dan penulis butuh makan papaya,

oh…juga orange juice. Orange juice dan pepaya sangat bagus untuk kesehatan perut,

membuat BAB jadi lancar.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 26

Page 27: Laporan mengikuti studi banding internasional

David, salah seorang anak di kamar penulis masih tertinggal, entah apa yang

diurusnya, ya…kami naik lagi kelantai atas. Dia sedang merapikan tempat tidur, namun

dia harus segera turun, karena hanya dia saja yang ditunggu. Penulis membantu

mengambil roti dan selai, David butuh waktu kalau menikmati sarapannya, maka ia

membawa sarapannya ke mobil, karena waktu buat berangkat melanjutkan tour sudah

datang.

Masih ada sedikit waktu dalam bis sebelum berangkat, penulis masih punya

sedikit ide untuk menulis. Iwan, peserta dari MTsN Tanjugn Barulak melihat penulis

dalam menulis, ya…sambil bertukar pengalaman cara menulis dan belajar bahasa.

Bis berangkat, pemandu kami bernama Azam. Ia berbicara tenrang Kuala Lumpur

yang terletak di Selangor, wilayahnya cukup kecil, umumnya Malaysia memmpunyai 13

sultan, kecuali Sabah, Sarawak, Malaka dan Penang yaitu hanya gubernur.

Nama “Kuala Lumpur...?” Kuala yaitu sungai bertemu sungai, kalau muara,

sungai bertemu laut. Di Malaysia ada beberapa kota menggunakan kata “Kuala” seperti

Kuala trengganu, Kuala  Lumpur dan mungkin ada yang lain.

Penulis masih ingat dengan kota “Putra Jaya” yang sekarang merupakan kawasan

baru yang dibuka pada tahun 1999 atas ide Mahatir Mahmud. Saat itu kantor-kantor

pemerintah dipindahkan ke Putra Jaya. Dengan demikian kemacetan di Kuala Lumpur

bisa diatasi. Jarak Putra Jaya ke Kuala Lumpur hanya 25 km.

Pemandu wisata kami berganti dan pemandu kami yang kedua ini terlihat lebih

cerdas. Ia berbicara tentang banyak hal seperti koin, nama kota, asal usul kota. Contoh

Selangor berasal dari kata “seekor langor”. Wah terlalu banyak untuk dicatat dan untuk

didengar dari pemandu yang kedua ini, namanya Azam.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 27

Page 28: Laporan mengikuti studi banding internasional

Azam menambahkan tentang hal lain. Jalan tol, dalam bahasa Melayu “Lebuh

Raya”, pusing berarti berputar, tetapi pusing dalam bahasa Indonesia berarti pening.

Pemandu wisata kami menceritakan bahwa dahulu etnis Cina banyak yang kaya,

namun sekarang etnis Cina ada yang kaya, tetapi juga banyak yang miskin, sudah seperti

etnis India dan etnis Melayu.

“dalam buku paduan bahwa tanggal 18 November, rute kami adalah Kuala

Kumpur dan beberapa kunjungan. Setelah sarapan pagi rombongan melakukan kunjungan

ke tempat yang telah ditentukan seperti Nilai University sampai selesai, mengunuungi

Istana Sri Menanti sampai selesai, shalat Jum’at di masjid Tuanku Ja’far, setelah itu

langsung menuju Keduataan Besar Indonesia di Kuala Lumpur, Bukit Bintang, makan

malam dan kembali ke hotel dan istirahat”.

Kunjungan pertama di hari kedua di bumi Malaysia adalah berkunjung ke “Nilai

Colloege Universiti”. Niilai adalah nama sebuah kota dekat Selangor. Jaraknya  70 km

dari Kuala Lumpur.

Universitas college di Kota Nilai ini adalah Universitas swasta, lokasinya berada

di kawasan yang sepi. Penulis berfikir bahwa pasti universitas ini akan kekurangan

mahasiswa. Apalagi mengingat jumlah pepulasi Malaysia yang juga relatif kecil yaitu

hanya 27 juta orang.  Namun universitas swasta ini mampu membawa lembaga ini

menjadi universitas populer dan bertaraf internasional. Ia menjual program universitas ini

ke luar negeri dan mengundang mahasiswa asing untuk menjadi mahasiswanya.

Universitas terasa sepi karena saat kedatangan kami disana mungkin lagi liburan. Dan

saat itu kami dipandu atau dilayani oleh mahasiswa Nilai College university asal Kenya.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 28

Page 29: Laporan mengikuti studi banding internasional

Promosi keluar negeri sangat penting, apalagi untuk meyakinkan dan sekaligus

untuk menarik mahasiswa untuk datang kesana. Sebagai kawasan internasional, maka

disana hanya dipakai bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Ini terjadi karena

mahasiswa nya adalah multi bangsa dan secara tidak langsung bahasa Inggris menjadsi

bahasa penghubung. Kemudian rekruitmen atau penerimaan mahasiwa juga menekankan

penggunaan bahasa Inggris, wawancara dalam penerimaan bahasa Inggris.

Penulis merasa, saat berada di lingkungan kampus Universitas Nilai College ini

biasa-biasa saja. Mahasiswanya juga terkesan tidak begitu menonjol, ya biasa biasa saja.

Yang diterima sebagai mahasiswa di sana mungkin tingkat kecerdasan mahasiswa asing

yang juga biasa-biasa saja. Malah mahasiswa yang kuliah di Indonesia seperti di UI, ITB,

UNPAD dan lain-lain terkesan lebih cerdas. Penulis merasakan bahwa agar bisa diterima

di Universitas Indonesia di ITB atau di UNPAD terkesan lebih sulit dan ada persaingan,

malah lebih terasa bergengsi.

Di Universitas Nilai terasa biasa-biasa saja. Itu karena ia tidak menekankan

persyaratan pada standar nilai UAN (Ujian Akhir Nasional). Ia mengatakan bahwa nilai

UAN (atau UN) hanya untuk sistem pendidikan nasional di Indonesia. Jadi masuk

Universitas Nilai College itu mudah- kalau punya banyak uang ya...selesai urusan untuk

jadi mahasiswa di sana. Universitas Nilai College hanya  menekankan pada nilai raport

saja.

Persyaratan penerimaan mahasiswa di Universitas ini begitu mudah, nilai rata-rata

rapor paling rendah 7.00, bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Sekali lagi, penulis

berfikir bahwa itu adalah universitas internasonal untuk level mahasiswa biasa-biasa saja,

asal bisa berbahasa Inggris, ada uang….ya langsung jebol”, namun persyaratan beasiswa

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 29

Page 30: Laporan mengikuti studi banding internasional

100%, 50%. 25% tentu lebih ketat, misalnya nilai rata-rata 85 dan TOEFL dengan skor

yang lebih tinggi.

Kunjungan kami di Nilai Universitas College disambut dalam ruangan kuliah

umum oleh seorang wanita muda, berwajah Cina. Ia berkomunikasi dengan lincah dalam

bahasa Melayu bercampur aksen Indonesia. Sebagaimana ia mengatakan bahwa ia pernah

beberapa kali tinggal di Semarang.

Pada mulanya penulis berfikir kalau ia adalah seorang dosen atau stake holder.

Kemudian penulis tahu bahwa ia adalah tenaga khusus dalam bidang promosi kampus

untuk internasional. Untuk informasi lebih lanjut, kami diberi buku panduan atau buku

promosi dan juga kami diberi formulir pendaftaran dan mengisinya. Setelah itu

mengumpulkannya kembali. Penulis berfikir bahwa formulir itu berguna sebagai angket

untuk melihat gambaran kami terhadap universitas tersebut.

Universitas Nilai College memang luas kompleksnya dan terlihat rapi serta

megah. Kompleknya dibangun pada kawasan seluas 14 kali lapangan bola kaki, lokasinya

jauh di luar ibu kota negeri Selangor, 70 km dari Seremban.

Untuk kerapian dan perawatan, Universitas ini merekrut banyak tenaga wanita

mulai dari sekuriti depan, penjaga kebun, dan untuk kebersihan. Kebanyakan yang

direkrut adalah wanita keturunan India. Penulis berasumsi bahwa wanita dalam bekerja

lebih tekun dan lebih amanah dibanding laki-laki, tentu saja itu tergantung pada kualitas

wanitanya.

Sebelum mengakhiri kegiatan di kampus ini, kami diajak berjalan melihat-lihat

kampus namun ada komplain dari rombongan kami, “Wah kenapa pemandunya diam-

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 30

Page 31: Laporan mengikuti studi banding internasional

diam saja”. Tidak ada cerita-cerita yang disampaikan oleh pendamping yang bernama

“Elvie” berwajah Cina dan usianya sekitar 20 tahun.

“Ya kami dipandu berkeliling oleh pemandu yang kurang dalam komunikasi dan

kecuali ia masih muda dan berwajah cantik”.

Yang sedikit mengesankan bahwa kami pergi ke bengkel perawatan pesawat. Di

dalamnya ada satu pesawat kecil, ternyata rombongan kami datang untuk berfoto-foto,

dan penulis menghampiri salah satu staf. Ternyata ia adalah dosen disana. Penulis

bertanya jawab dengannya, ia menjelaskan bahwa bengkel itu untuk latihan perawatan

pesawat. Universitas tersebut merujuk pada standar Eropa.

Tidak banyak yang kami lihat di Universitas Nilai ini kecuali hanya sekedar

melihat luasnya komplek dan bagusnya gedung, padahal yang perlu kami lihat adalah

suasana pendidikan dan ruangna belajar yang ada disana. Namun kami tetap berterima

kasih atas sambutan mereka yang cukup ramah.

Rombongan kami melanjutkan perjalanan menuju Istana Seri Menanti. Dalam

fikiran penulis bahwa Seri Menanti itu apa (?). Ternyata seri Menanti adalah nama

daerah  yang pada mulanya nama dari seorang Raja Melayu.

Dalam perjalanan guide kami bercerita apa-apa saja yang terlintas dalam

fikirannya. Ia juga menjelaskan tentang populasi Kuala Lumpur yang luasnya 430 km

persegi, penduduk 1,6 juta jiwa dan mobil yang beredar di jalan raya sebanyak 2 juta

mobil.

Dikatakan saat kami melewati daerah Nilai bahwa disana juga banyak dihuni oleh

warga keturunan Minangkabau, orang-orang yang bekerja di Kuala Lumpur juga banyak

yang tinggal di luar ibukota (Kuala Lumpur) yang jaraknya mungkin dua jam perjalanan,

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 31

Page 32: Laporan mengikuti studi banding internasional

seperti di Kota Selangor, Ipoh, Pahang dan Perak. Alasan mereka bekerja dan bola-balik

ke Kuala Lumpur adalah alasan lebih enak tinggal bersama orang tua, keluarga di

kampung sendiri dan juga karena biaya beli rumah yang cukup tinggi di Kuala Lumpur.

Di kawasan kota Nilai juga terdapat perumahan atau perkampungan warga

keturunan Eropa, berkulit putih. Kalau di Indonesia, orang kulit putih disebut dengan

bule, tetapi orang Melayu (Malaysia) menyebut orang berkulit putih dengan “Mat

Saleh”.

Asal kata “Mat Saleh” adalah “Mad Sailor” atau “Pelaut yang Gila”, dahulu kala

dikatakan bahwa pelaut asal Eropa, mendarat di Melaka dan mereka memperkenalkan

diri sebagai “Mad Sailor” atau pelaut yang gila, kata Mad Sailor disesuaikan dengan lidah

orang Melayu menjadi “Mat saleh”. Namun sebutan ini juga memberi kesan sebagai

karakter yang baik yaitu “Mat Saleh juga dapat diterjemahkan menjadi “Mak yang

sholeh, atau Mak yang taat”.

Penulis melihat bahwa daerah Malaysia sudah sangat maju, jalan-jalan tol

menghubungkan antar state (propinsi) cukup panjang dan lebar. Kedua sisi jalan diberi

pagar, dan tentu saja sopir perlu membayar sesuai dengan standar mobil dan jarak jalan

yang ditempuh. Penerangan jalan sangat memadai, kebutuhan listrik Malaysia

menggunakan energi gas yang dikelola oleh Petronas, ya semacam Pertamina untuk

Indonesia.

Sekali lagi, pemandu kami juga menjelaskan asal kata “Selangor” yaitu “Seekor

Langau” atau seekor lalat. Tentu saja ia menjelaskan anecdote yang cukup lucu buat

menghibur kami semua. Terlihat bahwa untuk menjadi guide perlu memiliki wawasan

luas, komunikasi, anecdote dan juga rasa humoris yang tinggi. Dalam memandu kami

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 32

Page 33: Laporan mengikuti studi banding internasional

dalam bus, guide memajang peta Malaysia pada kaca depan bus. Jadi saat itu kami hanya

berada di negara bagian Selangor dan sekitarnya (negeri Sembilan, Selangor dan juga

Johor Baru).

Terkesan bahwa daerah perkotaan dan juga perbukitan  seputar ibu kota telah

direkayasa, dan ditanam dengan pohon sawit, pohon akasia. Itulah mengapa alam

Malaysia terasa monoton. Burung-burung jarang terlihat, dan setelah memasuki state

Negeri Sembilan, yang warganya keturunan Minangkabau suasana terasa seperti di

Sumatera Barat, hutan yang masih asli, rumah penduduk seperti penduduk Minang.

Setelah duduk dalam kendaraan agak lama, mungkin dua atau tiga jam kami

sampai pada persimpangan jalan. Di sana ada gerbang dengan ciri Minangkabau. “Ohh…

ternyata jalan menuju Istana Seri Menanti”. Penulis merasa mengantuk, namun enggan

untuk tidur karena merasa rugi untuk melewati suasana Minang di Negeri Sembilan.

Di daerah ini memang ditemukan pohon-pohon kelapa sebagai ciri khas yang

banyak tumbuh di daerah panas. Disamping itu juga ada daerah pertanian sawah,

pematang sawah terlihat bersih dan rapi.

Mobil kami memasuki komplek istana Sri Menanti. Kami turun dan merasa

terpesona melihat museum Sri Menanti. Namun museum ini tidak bercorak rumah

Minang, namun lebih bercorak rumah adat Melayu Riau. Museum ini dicat hitam dan di

depannya terdapat replika (duplikat) batu basurek dan juga batu kasur seperti yang

terdapat di kota Batusangkar. Halaman yang luas terhampar di depan komplek istana dan

museum ini.

Kami disambut oleh ketua pengurus Istana Sri Menanti. Kami diberitahu tentang

sejarah hubungan negeri Sembilan dengan Minangkabau. Terasa bahwa sistem raja masih

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 33

Page 34: Laporan mengikuti studi banding internasional

dipelihara di Negeri Sembilan, malah kerajaan menguasai militer dan juga agama,

sementara di Batusangkar, kerajaan Pagaruyung hanya tinggal nama saja lagi, rajanya

sendiri entah dimana lagi.

Pihak Istana Sri Menanti, mengizinkan kami untuk berfoto-foto, kecuali di dalam

museum tidak boleh, kami kemudian diizinkan untuk memasuki gedung tempat

penobatan raja, istananya megah dengan hamparan karpet persia dan kursi-kursi untuk

tamu. Pada beberapa dinding terdapat potret keluarga raja. Penulis dan juga beberapa

peserta studi banding memotret momen dalam istana, kita tidak boleh memasuki lantai

yang dekat kursi tahta raja, disana terdapat tali pembatas.

Kami dijanjikan untuk makan siang di sana setelah shalat jumat, usai dari ruang

ini kami disuguhi tas kertas, ya tas promosi wisata Negeri Sembilan dengan gambar

cantik. Di dalamnya ada kue besar, seperti martabak ambon, sebotol air, buku atau

brochure wisata, kartu-kartu pos, gelas dengan tadah keramik, terasa kami diberi

pemanjaan. Tadinya perut terasa lapar dan bisa jadi kenyang setelah melahap bika

ambon.

Tiba-tiba hujan cukup lebat turun, walau hanya sesaat, namun kami batal untuk

shalat jumat dan kami ganti dengan sholat Zohor yang dijamak dengan sholat Ashar, ya

kamikan semua musafir di negeri Jiran. Para wanita pekerja dapur sudah menyuguhkan

makan berjamba dalam ruang luas, namun terasa sempit karena jumlah kami cukup ramai

yaitu 140 orang.

Kami makan duduk dihamparan, yang datang dulu ya makan dulu, yang datang

belakangan cari tempat untuk duduk. Di sana ada ciri khas dalam makan, bahwa (begitu

juga di restoran) yaitu  menyuguhkan minuman sirup. Penulis fikir bahwa minum sirup

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 34

Page 35: Laporan mengikuti studi banding internasional

lebih sering berbahaya bagi kesehatan ginjal karena sirup punya zat pewarna dan zat

penyadap”.

Usai makan kami turun, masih sempat berfoto-foto, dalam beberapa menit

kemudian kami sampai di komplek masjid, penulis melihat ada dua masjid, o…ternyata

bangunan sebelah kiri  yang mirip masjid adalah tempat makam (kuburan) raja, di depan

(dalam ruang berbentuk masjid) juga ada tiga calon tempat kuburan buat raja-raja

berikutnya kalau mangkat. Kami pun berlalu meninggalkan kompleks kerajaan Sri

Menanti dan perut terasa kenyang, karena penulis menghabiskan kue bika (martabak)

ambon yang berukuran jumbo ditambah pula dengan makan siang di kompleks istana.

Penulis mencoba menikmati cita rasa masakan Melayu Negeri Sembilan, gulainya

terasa bumbu sereh (sarai). Terasa agak manis dan kurang pas dalam lidah Padang,

sementara ada rendang bada, tetapi terlalu asin, hanya satu yang cocok untuk lidah

Padang penulis yaitu “sambalado”.

Kami kembali dan meninggalkan daerah Sri Menanti. Selanjutnya Kami menuju

kota Kuala Lumpur, hari mulai gelap dan penulis memejamkan mata, karena tidak merasa

penting lagi untuk melihat pemandangan, o…ternyata kami harus menuju kompleks

KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia).

 

E. Prof. Rusdi di  Attase Budaya KBRI Kuala Lumpur

Bis pesiar berhenti dan kami bergegas masuk kompleks KBRI di Kuala Lumpur.

Begitu memasuki gedung KBRI kami menyempatkan diri untuk berfoto-foto. Latar

belakang yang dipilih adalah merek KBRI Kuala Lumpur yang sebagai bukti bahwa kami

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 35

Page 36: Laporan mengikuti studi banding internasional

memang benar-benar berada di KBRI Kuala Lumpur, rencananya kami juga akan

diundang makan di KBRI.

Kami semua duduk dalam aula KBRI dan menunggu kedatangan pejabat KBRI.

“Subhanallah…dada penulis berdesir bahwa ternyata yang tampil itu adalah Prof. Rusdi,

sebagai attase budaya Kuala Lumpur, Pak Rusdi adalah teman sekelas penulis saat kuliah

di IKIP Padang (kini berganti nama jadi UNP Padang) dari tahun 1984 hingga 1988.

Bapak Rusdi langsung disambut oleh Kepala Dinas Pendidikan Tanah Datar,

penulis juga bergegas kedepan untuk menyalaminya, Bapak Rusdi menyapa nama penulis

“Hello, Johan…” Ternyata ingat sekali dengan pribadi penulis.

Tentu saja masih ingat karena kami penya pengalaman emosional. Saat

mahasiswa dulu, kami sering pergi bersama dan penulis beberapa kali datang ke rumah

kosnya di seberang kompleks Ring-Dam tempat latihan militer di Air Tawar, Padang,

membawa bahan makanan dan kami pun makan di rumah kos Rusdi yang sangat

sederhana. Rusdi dan penulis membakar ikan dan membuat sambalado dan kami makan

bareng-bareng. Kenangan inilah yang agaknya selalu terkenang dalam memori Bapak

Rusdi hingga sekarang, ya sebagaimana ia paparkan dalam kata sambutannya.

Setelah itu kami berpisah sejak tahun 1989 dan kami berjumpa lagi tahun 2006,

ya penulis menjadi mahasiswa Bapak Rusdi pada program pasca sarjana UNP Padang,

dan Bapak Rusdi menjadi dosen pasca sarjana dengan mata kuliah psikolinguistik dan

sosiolinguistik.

Tamat dari kuliah strata satu pada jurusan pendidikan Bahasa Inggris, Rusdi tidak

memutuskan untuk menjadi guru, seperti yang penulis lakukan menjadi guru. Ia mencari

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 36

Page 37: Laporan mengikuti studi banding internasional

beasiswa melalui yayasan Bunda yang dikelola oleh Gubernur saat itu (Gubernur Azwar

Anas), ia melanjutkan pendidikan pascasarjana (S.2) di Australia.

Selesai pascasarjana ia kembali ke Indonesia menjadi dosen pada IKIP (UNP)

Padang, beberapa saat kemudian melanjutkan program Post Graduate di Curtin

University, Australia Baratoard. Ia memperoleh Ph.D dan kembali menjadi dosen di UNP

(tugas belajar).

Rusdi membawa keluarganya sambil kuliah di Australi, malah dua orang anaknya

lahir di Australia, komunikasi dengan kedua anaknya memakai bahasa Inggris, Rusdi

memperkenalkan banyak pengalaman buat anak-anaknya.

Rusdi ternyata menjadi dosen juga pada program pascasarjana dan program

doktor di UNP. Penulis pernah menjadi mahasiswanya tahun 2006-2007 di pascasarjana.

Pada umumnya mahasiswa Rusdi merasa senang belajar dengan Rusdi, karena ia

mempunyai pribadi yang hangat, humoris dan selalu memberi kemudahan dalam

perkuliahan. Posisi sebagai pembimbing tesis sangat menyenangkan, karena Rusdi

memberi solusi, memberi kontribusi dan tidak membuat mahasiswa stress.

Rusdi memiliki pribadi yang hangat, mudah berkomunikasi dan juga bisa tegas,

dengan bahasa yang santun, inilah yang membuat Rusdi bisa meraih posisi demikian.

Agaknya Rusdi, sebagai manusia, punya keinginan positif, tentu saja ia pingin untuk

menjadi rektor, wah…penulis berfikir bahwa agak sulit untuk meraih posisi rektor, maka

mungkin secara kebetulan ada posisi untuk mengisi attase budaya di luar negeri.

Sebagaimana dijelaskan oleh Pak Rusdi, sesuai dengan pertanyaan dengan Pak

Rusdi saat acara temu ramah di Aula KBRI, bahwa secara iseng-iseng ia ikut tes, mengisi

formulir. Ia mengikuti beberapa kali seleksi dan lulus, saat ada beberapa orang attase

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 37

Page 38: Laporan mengikuti studi banding internasional

yang akan ditempatkan pada beberapa perwakilan RI (KBRI) di luar negeri, agaknya

diantara yang lulus tersebut barangkali Pak Rusdi wajahnya paling Melayu, maka ia

ditempatkan di Kuala Lumpur.

KBRI adalah ibarat rumah sendiri bagi warga Indonesia di luar negeri, jadi tidak

layak kalau datang ke rantau orang untuk tidak singgah ke rumah sendiri” seloroh Rusdi.

Dalam acara kunjungan pada KBRI Kuala Lumpur, rombongan kami

menyuguhkan kesenian dalam bentuk tari Minang. Grup tari mempertunjukan tari kreasi

yang baru, dengan kostum cerah, gerak lincah dan para penari juga menebarkan senyum

ceria mereka. Penulis seolah-olah tidak percaya kalau semua penari itu adalah anggota

rombongan sendiri. Setelah itu juga ada pembacaan puisi oleh Fitria, jago baca puisi

tingkat propinsi yang juga ikut lomba baca puisi tingkat nasional di Makasar, beberapa

waktu yang lalu. Akhirnya lagu Mars Tanah Datar untuk mengingatkan kita kembali pada

keelokan alam Tanah Datar.

Perut kami masih kenyang, karena sebelumnya disuguhi makan siang dan makan

martabak ambon dari istana Seri Menanti. Malam itu kami juga disuguhi makan oleh

KBRI dalam bentuk hidangan mie rebus, pakai bakso, wah sangat enak….. Semua hidang

rasa selera Indonesia jadi ludes- terasa lesat.

Tiba-tiba Pak Rusdi menyeret penulis. Kami bergerak menuju lift untuk menuju

ruang kantornya. Agaknya Rusdi berbagi kebahagiaan berdasarkan memori kami pada

masa remaja bahwa ternyata ia masih merasa bermimpi bisa berkantor di KBRI Kuala

Lumpur. Sepanjang jalan menuju kantornya Rusdi bercerita-cerita tentang masa lalu.

Penjaga pintu dan ajudan mempersilahkan penulis untuk mengikuti langkah Pak Rusdi.

Seperti mimpi saja perjalanan karir Pak Rusdi tersebut.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 38

Page 39: Laporan mengikuti studi banding internasional

 

Acara kami di KBRI Kuala Lumpur pun berakhir dan bis pesiar kembali

membawa kami ke hotel. Lagi-lagi dihotel kami disuguhi makan malam, agaknya peserta

tidak begitu berselera untuk makan malam, karena dari tadi siang perut sudah penuh.

Penulis juga tidak menikmati makan malam kecuali hanya mengambil beberapa potong

pepaya di ruang makan itu karena kebutuhan untuk mengkonsumsi buah-buahan segar

dalam perut seperti pepaya, pisang apel atau minum juice, sangat memberi rasa segar dan

nyaman pada perut sendiri. Penulis melihat ada satu atau dua orang peserta yang merasa

kurang nyaman pada perut mereka. Mereka seharusnya makan papaya atau apel.

Pada malam kedua di Kuala Lumpur, penulis sudah bisa tidur lebih nyenyak

karena tidak lagi membuat kopi, memang minum koffee menjelang tidur bisa merusak

kualitas tidur kita. Namun penulis masih bangun lebih cepat dan bisa menulis tentang

beberapa pengalaman selama di Kuala Lumpur.

 

F. Genting Highland

Hari ketiga dalam travelling, atau hari kedua di Kuala Lumpur, kami punya acara

untuk mengunjungi objek wisata Genting Highland. Namun kami juga harus check out

dan berkemas untuk keluar hotel. Agar dari Genting Highland bisa ke Johor.

“Dalam buku petunjuk bahwa rute kami pada tanggal 19 November adalah Kuala

Lumpur- Genting Highland dan Johor Baru. Perinciannya bahwa setelah sarapan

rombongan check out hotel langsung menuju Istana Negara, Menara Kembar (Twin

Tower), Batu Chave, Genting Highland dengan cable car, rombongan menuju puncak ke

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 39

Page 40: Laporan mengikuti studi banding internasional

cloud city sampai selesai. Sore hari rombongan melanjutkan perjalanan menuju Johor

Baru, makan malam dan check in di hotel buat istirahat”.

Kami berkemas dan berharap agar tidak ada yang tertinggal, apalagi kalau-kalau

sampai tertinggal atau hilang paspor ya akan bermasalah di imigrasi. Penulis sejak

kemaren sudah kehabisan batterai pada kamera dan phone cell, penulis menuju front desk

untuk meminjam kaki tiga untuk colokan charge HP dan kamera.

Lagi-lagi sarapan pagi tidak begitu cocok untuk lidah penulis dan tentu saja bagi

lidah anggota studi tour yang lain. Penulis hanya mengambil nasi goreng, pake sup dan

yang paling penting juga ada buah, penulis tidak melupakan kesempatan untuk minum

juice jeruk, karena makan buah dan minum juice sangat bagus untuk kesehatan perut.

Lupa mengkonsumsi buah untuk beberapa hari bisa membuat seseorang menjadi demam

atau paling tidak terkena sariawan.

Mobil wisata kami cukup lama berdiri di depan Hotel Grand Pacifik untuk

memuat barang kami semua, akhirnya kami berangkat. Sebelum bergerak menuju

Genting Highland, kami melakukan tour kota dan sight seeing atau lihat-lihat

pemandangan.

Oh ya,..penulis masih teringat tentang pernyataan yang dilontarkan oleh peserta

tour tentang syarat menjadi attase atau bekerja di KBRI, bahwa Sarjana Sosial seperti

lulusan Ekonomi, Hukum, Politik, Komunikasi dan Hubungan Internasional bisa

mendaftar di Departemen Luar Negeri, dengan syarat memiliki pribadi yang menarik,

fasih berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan kalau boleh juga menguasai bahasa lain

sebagai nilai plus. Informasi tentang Deplu dapat diakses pada www.deplu .org .

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 40

Page 41: Laporan mengikuti studi banding internasional

Ditambahkan bahwa studi banding merupakan ajang memotivasi diri untuk

menjadi lebih berkualitas, oh ya…persyaratan untuk mendaftar di Departemen Luar

Negeri adalah usia maksimal 28 tahun dan semua applikasi dilakukan melalui internet.

Tentu saja yang dibutuhkan adalah sarjana yang punya banyak prestasi, salah satu usaha

yang dilakukan oleh KBRI agar orang asing mencintai Indonesia adalah melalui

mengajar mereka seni dan bahasa Indonesia dan nanti mereka akan terbiata mengatakan

“selamat pagi”.

Rute pertama kami adalah mengunjungi istana Negara. Sepanjang jalan terlihat

pemukiman penduduk, mereka umumnya tinggal dalam apartemen, bagi yang punya

rumah tingkat satu terlihat mereka menggunakan antene parabol ukuran kecil.

Dikatakan oleh pemandu kami bahwa istana negara dijaga oleh 2 penjaga berkuda

untuk raja, yang dipertuan Agung. Raja diganti sekali dalam 5 tahun dan dipilih dari

kerjaaan di negara bagian yang berjumlah 13 kerajaan, kecuali untuk Sabah, Sarawak,

Penang dan Malaka yang tidak punya raja kecuali gubernur. Istana negara juga menjadi

destinasi wisata dalam kota karena penulis melihat banyak turis dalam berbagai ras/

bangsa berfoto-foto. Untuk mencapai tempat ini kami melalui kawasan bukit Bintang

yang berlokasi dalam kota.

Dalam kota Kuala Lumpur kami masih bisa menjumpai bangunan tua, Kubah

bangunan tua mirip dengan bawang sementara bangunan lam tidak. Daerah China Town

dimonopoli oleh gedung-gedung tua, namun mereka tidak boleh merenovasi sesuka hati,

harus ada izin dari pemerintah.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 41

Page 42: Laporan mengikuti studi banding internasional

Armada mobil kami (Bis Pesiar atau Bis Wisata) berhenti di depan pabrik coklat

“Berly’s chocolat kingdom” dan sekaligus sebagai butik coklat (atau toko coklat). Satpam

butik coklat ini dijaga oleh satpam asal India, ia hanya bisa sedikit bahasa Inggris.

Sebagaiman dikatakan oleh Azam, pemandu wisata kami, bahwa di Malaysia

warga Melayu adalah warga kelas satu, ini terlihat dari perlakuan pemerintah seperti

memberi potongan sampai 20% buat mereka sementara buat keturunan Cina dan India,

potongan hanya 10%, penghargaan demikian membuat mereka punya harga diri, namun

kedua suku bangsa yang lain juga menuntut persamaan hak layanan.

Penulis berfikit “mengapa pabrik coklat ini bisa jadi populer, padahal di kampung

penulis juga tumbuh ribuan atau jutaan batang coklat, seharusnya juga ada pabrik coklat

yang hebat. Ya Indonesia juga harus pabrik coklat dengan cita rasa Indonesia dan populer

di dunia, atau paling kurang di Asia Tenggara. Kunci untuk ini adalah SDM....SDM

(Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, punya inovasi dan kreasi.

Pelayanan dari pihak butik coklat terhadap pengunjung, apakah mau beli atau

tidak memberikan kepuasan pada kami sebagai pengunjung. Pelayanan dan setting pabrik

ini telah membuat tempat ini menjadi destinasi wisata, tentu saja ia melengkapi fasilitas

layanan seperti ada pohon coklat tumbuh dua batang di depan, ada patung sapi frisian,

dan patung buah coklat. Juga pelayanan informasi cara membuat coklat, nah..ini juga bisa

ditiru oleh perusahaan industri rumah tangga di Batusangkar/Tanah Datar, seperti “Kawa

Daun, Pisang Selai, Keripik Balado…” dan pelayanan pada pengunjung seperti

menempelkan nomor atau tempel kertas berisi ucapan “selamat datang dan terima kasih”

bisa membuat pengunjung jadi tersanjung.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 42

Page 43: Laporan mengikuti studi banding internasional

Coklat yang tumbuh di daerah panas (tropis) namun mengapa produksinya bisa

dikuasai oleh orang Eropa (seperti Berly) ya pastilah ia memiliki karakter inovasi dan

kreativitas. Oleh sebab itu kita perlu mengembangkan karakter positif: memiliki inovasi

dan kreativitas generasi kita, misal mengajak mereka mengunjungi pabrik seperti ini.

“Sangat penting anak didik kita berlomba memiliki jiwa (karakter) inovasi dan

kreativitas, jadi tidak berlomba sekedar membuat skor/nilai yang tinggi dengan harapan

ingin menjadi pegawai atau buruh”.

Sepanjang perjalanan menuju Genting Highland penulis juga membaca banyak

pesan buat publik, salah satu pesan buat warga adalah “Love Kuala Lumpur”. Ini bisa

kita sadur menjadi “Love Batusangkar, Love your School, love your library”. Ini ditulis

pada billboard untuk menanamkan karakter cinta lingkungan.

Jalan-jalan antar kota, antar desa dan juga antar provinsi (negara bagian/ state)

sudah dihubungi dengan jalan tol. Kita tidak melihat lagi rumah penduduk terpencar-

pencar, kecuali sudah dalam bentuk kumpulan apartemen.

Tidak ada orang yang parkir kendaraan dengan bebas untuk istirahat- makan

makan dan menebarkan sampah seenaknya. Atau orang yang menjajakan dagangan

sepanjang jalan tol yang begitu banyak dan begitu panjang. Sepanjang jalan penulis

melihat banyak baliho iklan dan juga baliho “rambu-rambu lalu lintas” yang memberi

pesan yang penting bagi pengguna jalan. Baliho tersebut tidak sekedar lambang, tetapi

juga diikuti oleh maksud yang harus dipahami oleh pengguna jalan seperti: dilarang

memarkirkan mobil, dilarang membuang sampah, dilarang, memotong/mendahului mobil

lain, truk berat harus berjalan pada jalur kiri”. Pesan tersebut ditulis dalam bahasa

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 43

Page 44: Laporan mengikuti studi banding internasional

Melayu, bahasa Inggris dan bahasa lain, sehingga ada kesan bahwa pesan tersebut adalah

buat warga internasaional.

Di restoran juga ada pesan atau peringatan “dilarang merokok sembarangan

(kecuali pada smooking corner), dilarang menjual rokok pada anak dibawah umur 18

tahun”. Sementara di kampung penulis warung dekat sekolah menjual rokoh pada pelajar

atau pak guru minta tolong beli rokok pada siswa. Moga-moga ini bisa ditertibkan.

Belum sampai di Genting highland, kami berhenti di desa Genting Sempah untuk

makan siang di sebuah resto atau mall resto. Mall resto terdiri dari beberapa warung yang

menjual aneka food and drink. Di sana ada dijual minuman dan makanan cita rasa India,

Arab dan Melayu. Umumnya rombongan kami harus beradaptasi dengan cita rasa

makanan yang sangat asing dengan lidah, Namun cukup banyak makanan yang mubazir

atau terbuang percuma (ini tidak boleh menurut syariat Islam).

Resto dilengkapi dengan Tandas (toilet) buat pria dan wanita, terpisah, yang

sangat bersih untuk standar internasional, begitu juga tersedia surau (mushalla/ praying

room) terpisah antara surau pria dan surau wanita. Dekat surau hanya ada fasilitas untuk

berwuduk sementara untuk toilet letaknya terpisah, mengapa fasilitas surau, toilet dan

resto berskala internasional, ya karena berlokasi menuju Genting Highland, sebuah tour

destination maka kawasan menuju kesana juga berkualitas standar internasional.

Hal yang sama untuk di Batusangkar bahwa kalau Istano Basa Pagaruyung,

Danau Singkarak atau Lembah Anai adalah sebagai tourist destination skala

internasional, maka jalan-jalan di sana (seperti jalan Sutan Alam Bagagarsyah yang

berasal di pasar Batusangkar sampai ke ujung di Nagari Saruaso) harus disulap menjadi

jalan internasional pula. Warung-warung dan fasilitas umum harus ditulis dalam bahasa

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 44

Page 45: Laporan mengikuti studi banding internasional

Indonesia dan bahasa Inggris, dan karena Batusangkar adalah pusat budaya Melayu juga

harus menggunakan huruf Arab Melayu.

Akhirnya rombongan kami tiba di Area Genting Highland, sebelumnya kam

melewati wilayah lembah dan berbukit dengan jalan tol yang panjang. Pintu tol banyak

menggunakan tenaga perempuan, mungkin perempuan lebih rajin (yang dipilih yang

rajin). Pinggang bukit sepanjang jalan tidak dibiarkan terjal tetapi dibuat miring dan

diberi terrace/ sengkedan  dan tempat peluncuran air untuk mencegah longsor dan erosi.

Hutan-hutan yang gundul segera ditanami pohon yang mudah  tumbuh seperti pohon

akasia.

Ternyata sampah Malaysia dibuang di isolased area. Sebelum dihancurkan

dipisahkan antara sampah organik dan organik, ada kalanya sampah dibakar dan

ditimbun. Tong sampahnya cukup kokoh, bukan terbuat dari plastik atau dari materi yang

cepat hancur.

Ternyata kami tidak perlu membeli karcis untuk naik kereta kabel karena pihak

travel biro JAP (Jalur Angkasa Prima) sudah membooking buat program kami. Kami

dibagi atas empat grup, sesuai dengan grup mobil. Kami naik escalator untuk menuju

tempat antrian cable car (kereta kabel). Kami ikt antrian cukup lama untuk mencapai

counter kereta kabel. Antriannya tidak dalam bentuk deretan lurus, tetapi kami harus

memasuki handrail (susunan) berliku-liku agar antrian tidak panjang garisnya.

Dalam antrian kami tidak hanya terlihat orang Melayu, namun juga etnik India,

Cina, Arab, Iran dan Eropa, penulis mendengar banyak orang berbicara dalam berbagai

bahasa. Akhirnya kami sampai pada counter/ terminal kereta kabel. Masing-masing

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 45

Page 46: Laporan mengikuti studi banding internasional

kereta kabel memuat enam orang yaitu tiga dimuka dan tiga dibelakang, pintunya terbuka

atau tertutup secara otomatis bila ingin lepas dan saat mau berhenti.

Di objek wisata Genting Highland terdapat komplek hotel, plaza dan juga sarana

perjudian casino ala Las Vegas (Amerika Serikat) yang disediakan buat penggemar judi.

Ini berlaku untuk wisatawan dan orang Malaysia yang beragama Islam dilarang untuk

masuk.

Kereta kabel kami melintasi ketinggian sekitar 2000 meter di atas permukaan laut

dan panjangnya sekitar 13 km, dan jarak tempuh 20 menit. Kami bisa melihat lembah dan

puncak puncak pepohonan terbentang di bawah. Jalan jalan yang ada dekat tiang tali

kereta bukan untuk diakses oleh umum, tetapi diakses untuk perawatan dan keselamatan

tiang. Menurut pemandu bahwa tiap bulan selama 4 hari kereta kabel berhenti untuk

beroperasi, karena butuh perawatan dan pemeriksaan kondisi demi keselamatan

operasionalnya. Saat kami meluncur tiba tiba angin kencang datang dan kereta terhenti

dan kami berayun-ayun di udara. Penumpang yang phobi ketinggian tentu akan menjerit

ketakutan.

Kami sampai pada ujung stasiun kereta kabel. Kami melihat lokasi hotel memang

tinggi, makanya genting juga disebut “negeri diatas awan – country above the cloud”.

Akhirnya semua rombongan turun dari kereta kabel. Tentu saja rombongan kami

menggunakan 26 kereta kabel, karena jumlah kami 137 orang dan muatan per-kereta

adalah 6 orang. Sebagian rombongan berpencar, namun kami diberi waktu untuk explorer

selama dua jam. Penulis tidak tertarik untuk melihat apa dan bagaimana itu kasino.

Penulis dan teman (dalam rombongan kecil) hanya jalan berputar-utar untuk menelusuri

kompleks plaza dan hotel. Tentu saja harga makanan dan minuman mahal dan juga

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 46

Page 47: Laporan mengikuti studi banding internasional

banyak yang tidak halal. Untuk itu ada baiknya membawa makan sendiri, atau cari

makanan yang kita yakini itu adalah halal.

Di sana terlihat berbagai karakter orang. Ada  yang tampak kesepian, yang sedang

lagi dilanda asmara, anak-anak, ada pengunjung yang tertutup purdah (tertutup wajah),

dan juga ada yang memakai pakaian sangat minim dan seksi, wah…di Genting Highland

tidak terasa suasana Melayu yang Islam.

Anak-anak yang sudah terbiasa dengan suasana heterogen dan suasana

internasional terlihat santai, ceria dan menikmati suasana, sementara rombongan kami

yang baru pertama kali datang belajar untuk beradaptasi dalam mengenal situasi. “ada

yang cemas dan takut hilang dalam keramaian). Di sana ada banyak tulisan dalam aksara

Melayu, China, English dan India.

Kesempatan untuk pergi ke Genting Highland tentu saja amat langka, maka

penulis sempat mengambil video dan beberapa foto dengan HP. Rasa  ingin tahu

bagaimana kereta kabel datang, pintunya terbuka dan tertutup secara otomatis juga

penulis abadikan lewat video dan sudah dapat ditonton lewat youtube dengan alamat

Youtube di: [email protected] .Sebelum kembali pulang, penulis mencari

dimana lokasi toilet umum.

Akhirnya kami kembali keterminal awal menggunakan kereta kabel lagi. Kali ini

rasa takut kami tidak begitu besar atau malah sudah hilang karena kami sudah mengenal

dan mencoba berayun dalam rute datang tadi.

Selain datang dengan kereta kabel, ternyata untuk datang ke lokasi hotel juga bisa

menggunakan mobil carteran melalui jalan berkeliling. Tentu saja tidak semua mobil

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 47

Page 48: Laporan mengikuti studi banding internasional

boleh masuk, publik menggunakan armada transpor yang juga dikelola oleh pihak

perusahaan industri wisata Genting Highland.

“Good bye Genting Highland. Bis pesiar kami meluncur menuju Johor Baru lagi,

kami meninggalkan Genting Highland yang terletak dalam kawasan Gunung Ulu Kali”.

Kami melaju turun. Mobil melaju menuju negara bagian Johor Baru. Perut sudah

terasa keroncongan dan mobil pesiar kami berhenti di rumah makan Melayu “Wakomo”

yang berada di daerah Muar. Makan di daerah ini agak cocok dengan selera kami, namun

masih terasa bumbu yang agak manis (daging ayam dipotong agak besar, tapi banyak

anak-anak tidak menghabiskan makanan mereka). Air syrup menjadi ciri khas minuman

pada banyak restoran. Sebagai catatan bahwa mengkonsumsi sirup lebih sering tidak

bagus untuk kesehatan karena sirup punya zat pewarna dan penyedap.

Penulis berjalan untuk mengenal lokasi seputar trestoran. Rupanya ada penjaja

buah yang sudah dipotong-potong dan dibungkus dalam plastic. Penulis membeli guava

(jambu biji), karena buah-buahan berguna untuk kesegaran dan kesehatan perut. Salah

seorang anak (rombongan kami) dari sekolah satu atap di Kecamatan Lintau susah

beradaptasi dengan makanan yang ada dalam perjalanan. Ia cenderung tidak

mengkonsumsi makanan dan mengalami mual sepanjang jalan, praktis ia tidak merasakan

indahnya pengalaman studi banding internasional Malaysia dan Singapura. Adalah

penting untuk bisa beradaptasi dengan jenis makanan yang ada di internasional, selagi

halal, untuk menjadi warga internasional.

Semua orang naik bis pesiar. Mobil kami melaju lagi di atas jalan yang mulus.

Kami dalam bus cukup lama mungkin sekitar dua atau tiga jam, kami melewati jalan

yang gelap gulita, “ya...lebih baik tidur saja).

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 48

Page 49: Laporan mengikuti studi banding internasional

Pemandu (Bapak Azam) membangunkan kami “oke....cik abang....cik gu.., cik

adek....semua boleh buka mata”, katanya dalam bahasa Malaysia. Karena kami telah

berada dalam kota Johor Baru, kota terbesar keemapt di Malaysia. Kotanya tidak seramai

kota-kota di Indonesia, kami tidur malam itu dihotel Tropical Inn, menjelang tidur dan

mimpi indah kami shalat lagi, arah kiblat tertera pada loteng kamar.

 

G. Johor Baru dan Singapura

Kami berempat, penulis sebagai guru pembimbing dan anak-anak (David, Raihan

dan Syandi) memperoleh kamar 2206, yang berarti kami harus naik lift mencapai lantai

22   di hotel Tropical Inn. Sekarang kami sudah sangat mahir dalam menggunakan lift

hotel.

 

Pemandu kami menjelaskan bahwa Johor berasal dari kata “Jauhar”. Ibukota

Johor adalah Johor Baru, yang merupakan sebuah kota besar. Negara Singapura terlihat

jelas dari hotel kami karena jarak Singapura dan Johor hanya satu kilometer saja,

dihubungi oleh sebuah jembatan panjang.

Ketika kami sampai di kota ini sudah lewat tengah malam, Johor Baru masih

terlihat ramai. Kami harus tidur, walau tidak lama dan bangun untuk shalat subuh dan

kami boleh tidur lagi hingga pukul 9.00 pagi karena kami harus bertolak ke Singapura

jam 10.00 pagi.

Dini hari itu kami diberi kartu dan penulis minta kunci, dan dijawab bahwa “kartu

itu adalah kunci untuk hotel”. Wah penulis masih ketinggalan info tentang teknologi,

ya…kartu tersebut ternyata berfungsi untuk kunci pintu kamar yang harus diselipkan

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 49

Page 50: Laporan mengikuti studi banding internasional

pada kunci pintu. Kartu tersebut juga berguna untuk diselipkan untuk menghidupkan

lampu kamar. Salah seorang teman penulis mencabut kartu tersebut dari socket lampu

dan ternyata lamu kamar jadi mati semua.

“Menurut jadwal perjalanan kami tanggal 20 November bahwa rute kami adalah

Johor Baru- Singapura- Malaka. Setelah sarapan pagi rombongan check out hotel dan

langsung masuk nergara Singapura setelah melewati pemeriksaan imigrasi, rombongan

mengikuti Singapore City Tour- mengunjungi The Merlion Park, Rafless, Singapore

Science Centre, melewati KBRI di Singapura, menaiki kereta api bawah tanah, terakhir

shopping di Mustafa Center, Orchad dan selanjutnya rombongan melanjutkan perjalanan

ke Melaka, ya bermalam dalam mobil saja”.

Pagi hari di Tropical Inn hotel di Johor Baru, kami punya sedikit waktu untuk

bersenang-senang. Penulis melepaskan pandangan jauh ke Pulau Singapore melalui

jendela kamar hotel dan sempat mengabil foto.

Pagi itu kami segera turun untuk sarapan. Penulis agak ragu untuk masuk ke

ruangan makan karena disana ada satu grup pelajar-pelajar SD dari Singapura. Penulis

berfikir apakah itu masih jam sarapan buat grup anak-anak di Singapura, hingga salah

seorang pemandu menyuruh penulis segera untuk bergabung untuk sarapan.

Pelajar-pelajar Singapura yang berlokasi dekat dengan Johor Baru, tentu mereka

selalu pergi ke Johor Baru untuk pergi rekreasi, sementara orang Singapura yang

berlokasi dekat ke Batam juga sering pergi ke Batam. Pastilah sebagai sebuah negara

kota, semua warga Singapura memiliki pasport buat ke Johor Baru atau ke Batam.

Rupanya kami tidak lama di tropical inn, kami berkemas dan harus check out dari

hotel. Semua koper dan bagasi lain kami titip pada salah satu gudang di hotel tersebut,

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 50

Page 51: Laporan mengikuti studi banding internasional

souvenir yang dibeli di Kuala Lumpur juga dititip. Jadi hotel ini hanya sebagain tempat

transit dan menitip barang-barang...bagus juga ya manajemen biro perjalanan JAP ini.

Kami diberi tahu bahwa kelak bila sampai di Singapura, guide atau pemandu

wisata juga berganti dengan guide warga Singapura. Juga diinformasikan bahwa di

imigrasi nanti dilarang mengambil foto, merekam, karena nanti bisa dirampas oleh pihak

Imigrasi. Imigrasi Malaysia-Singapura berada dikawasan woodland.

Petugas imigrasi Malaysia banyak berwajah India, mereka punya motto dalam

melayani yaitu: Smile, Greet, Look, Serve and Thanks” dalam memeriksa dokumen

kami.

Selesai pemeriksaan di imigrasi Malaysia kami harus melewati jembatan

sepanjang satu kilometer untuk mencapai imigrasi Singapura. Di samping jembatan

penulis melihat tiga buah pipa besar yang berfungsi sebagai saluran air untuk memenuhi

kebutuhan air minum negara Singapura. Jadi air  minum warga Singapura berasal dari

Johor- Malaysia.

Memasuki wilayah Singapura, pemandu kami memberi pengarahan tentang

“some do’s dan some don’ts- atau beberapa anjuran dan larangan”. Kami bergegas

menuju imigrasi. Di area imigrasi tertulis peringatan “no drugs, no photos, no records dan

no litter”, dilarang membawa drug, dilarang mengambil foto, dilarang mengambil

rekaman, dan dilarang membuat sampah”.

Ternyata ada antrian yang panjang. Petugas imigrasi Singapura suka mencurigai

orang yang dianggapnya mencurigakan. Tiga orang dari rombongan kami “Pak Erman,

Pak Muslim dan Pak Fuad” ditahan dulu untuk interogasi, mereka naik lift menuju ruang

petugas. Mereka menyerahkan paspor dan menunggu setengah jam dan dalam ruangan

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 51

Page 52: Laporan mengikuti studi banding internasional

ada delapan orang, mereka dengan sabar untuk “waiting call”, petugas bertanya tentang

apa dan mengapa pergi ke Singapura”.

Mereka duduk lagi dan menunggu lagi hingga dipanggil untuk cek sidik jari.

“ya…pokoknya cukup ribet untuk dipanggil…duduk lagi dan dipanggil lagi…”. Juga ada

siswa yang ditahan karena fotonya pada passport sedikit berbeda dari wajahnya. Namun

ini juga termasuk pengalaman internasional- menghadapi pemeriksaan dengan sabar dan

tertib.

“Namun juga ada pengalaman internasional yang terpantau di pelintasan imigrasi

Singapura, bahwa anak-anak kecil dari Singapura melintasi pemeriksaan dengan enjoy

dan penuh percaya diri. Mereka mematuhi antrian...tidak rewel, begitu tiba giliran ia

menyerahkan passport dan menjawab pertanyaan seperti orang dewasa. Luar biasa

gentklemen nya, tentu berbeda dengan anak anak kami ...yang pertama kali melewati

immigrasi, sedikit khawatir, dan waspada..pasti mereka juga memperoleh pengalaman

internasional dalam usia emas ini dan tidak terlupakan sepanjang umur”.  

Lepas dari kantor imigrasi Singapura kami dipandu oleh guide Singapura

keturunan India. Ia sangat humoris dan pintar, ia memiliki wawasan yang luas, ia

menguasa bahsa Malaysia/Indonesia, bahasa Inggris dan juga bahasa Tamil.

Dia mengatakan bahwa kalau di Singapura jarak ditempuh dalam hitungan menit,

kalau di Malaysia dan Indonesia, jarak ditempuh dalam hitungan jam. Rute pertama kami

tentu saja menuju Restoran karena perut sudah mulai keroncongan.

Pemandu kami bernama “Muhammad”, keturunan India Muslim. Ternyata rute

pertama kami menuju “Sain centre” yang kami capai dalam waktu 25 menit dari kantor

imigrasi.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 52

Page 53: Laporan mengikuti studi banding internasional

Dalam perjalanan Muhammad berbicara banyak, membandingkan penduduk

Indonesia 250 juta dengan penduduk Singapura 5,1 juta orang, penduduk asli Singapura

hanya 3,6 juta, yang lainnya adalah pendatang, menikah dengan warga Singapura, ya

akhirnya menjadi warga Singapura. Dari total penduduk Singapura tersebut, 74% adalah

etnik Cina. Dahulu penduduk Singapura ini berasal dari warga Majapahit dan Sriwijaya,

namun sekarang mayoritas etnik China. Namun semua warga hidup damai berdampingan.

Singapura tidak punya sawah dan ladang (sumber daya alam), maka semua orang

harus peduli dengan pendidikan, (kualitas pendidikan), pekerjaan sesuai dengan standar

pendidikan.

Pemerintah menghargai semua “ras” dan juga agama, juga peduli pada

pendidikan. Kalau ada anak usia sekolah yang tidak pergi ke sekolah, maka pemerintah

akan pergi menemui orang tua sang anak, kalau ternyata karena masalah ekonomi, maka

petugas pendidikan memberi bantuan dan membina mereka.

Tidak ada konflik agama disana. Semua agama dihargai. Singapura tidak saja

mengharapkan anak-anak jadi pintar, tetapi juga menjadi sehat, maka anak-anak

dianjurkan untuk tidak gemuk, oleh sebab itu pemerintah terus menambah pusat-pusat

aktivitas fisik (olahraga), jadi dimana ada tempat kegiatan belajar, juga ada tempat

aktivitas gerak badan.

Di Singapura anak laki-laki lulusan SLTA wajib untuk mengikuti wajib militer.

Anak-anak kaya dan miskin diperlakukan sama, mereka hidup membaur dan dilatih

beberapa kegiatan fisik dan melepaskan unsur-unsur kemewahan. Mereka dilatih mandiri

dan juga mampu mengurus diri sendiri, wajib militer lamanya dua tahun berguna untuk

membuat warga tidak cengeng.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 53

Page 54: Laporan mengikuti studi banding internasional

“Sekali lagi bahwa tujuan wajib militer tentu saja untuk melatih mereka jadi

mandiri dan tidak cengeng. Wajib militer tidak ada buat anak perempuan, namun kalau

mereka ingin bergabung itu lebih baik”.

Di Singapura ada 181 TK, 187 SD, 141 SMP, 8 SMA dan ada 3 universitas

popular. Sekolah internasional Singapura tidak punya subsidi, guru-guru Singapura

punya otoriter, tanpa campur tangan dari pihak orang tua, tetapi tentu saja mereka harus

bekerja sama untuk memajukan pendidikan. “no negotiation” untuk disiplin, anak yang

terlambat dicatat, telat yang kedua dipanggil orang tua, ya pokoknya disiplin tak butuh

ditawar atau negosiasi.

Di Singapura, NO litter, dilarang merokok, dilarang meludah, no free smooking

area”, wilayah ini diawasi polisi sebagian tak memakai pakaian seragam, kalau ada yang

melanggar, maka langsung didenda 500 dollar Singapura, kalau tidak ada uang denda ya

bersedia untuk ditahan dalam penjara, malah kalau ketahuan dalam negosiasi disiplin,

yang menyogok dan yang memberi sogok, dua-duanya kena denda. Denda yang besar

juga bisa jadi income bagi nagara Singapura.

Lingkungan kota Singapura cukup lestari, ada hutan kota dan Singapura memang

kaya dengan teknologi, namun miskin dengan sumber daya alam. Pohon-pohon yang ada

di Singapura ada yang asli, tumbuh di Singapura sejak dulu dan juga ada yang diimpor.

Ukuran luas wilayah Singapura adalah 42 km dari timur ke barat, 23 km dari utara

ke selatan, ya wilayah Singapura sangat aman. Undang-undang cukup keras, namun

kualitasnya juga tergantung orangnya dan setiap orang tentu punya karakter sendiri-

sendiri.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 54

Page 55: Laporan mengikuti studi banding internasional

Biaya hidup di Singapura sangat mahal, harga barang akan menjadi 200% lebih

mahal di Malaysia dan di Singapura bisa menjadi 300% lebih mahal. Tidak semua orang

punya mobil di Singapura, orang Singapura tidak suka memaksakan diri untuk mencari

gaya hidup- kalau ujung ujungnya bikin diri jadi melarat.

Tempat tinggal penduduk adalah pada flat-flat, dan blok-blok flat menggunakan

nomor yang terlihat dari jalan raya. Ternyata juga terlihat warga Singapura menjemur

kain lewat jendela flat mereka. Jalan raya Singapura tidak terlihat ramai, karena

transportasi hanya dikuasai oleh pemerintah. Di jalan raya juga ada jalur sepeda motor di

pinggir jalan.

Selama di Singapura rombongan kami melakukan “walk, see and learn atau

berjalan, lihat dan belajar. Sekolah di Singapura selama 6 hari, kami sempat melewati

kawasan Jurong, asal kata “jurang”.

Perilaku pekerja atau pegawai di Singapura yang ideal adalah adalah “no

smooking, no woman, no drink, and no gambling”. Jadi mereka dilarang merokok, main

perempuan, minum keras, dan dilarang berjudi”.

Tanah di Singapura adalah milik pemerintah, negara Singapura persis dilalui oleh

khatulistiwa. Kalau begitu Singapura ini mudah kering maka pemerintah menjaga

kelembaban taman melalui petugas taman yang sangat rajin. Di Singapura pajak dipungut

2 kali dalam satu tahun.

Rombongan kami memasuki lokasi sain center atau pusat sain buat anak-anak.

Tertulis science learning centre. Di depan gedungnya ada taman air (water park) buat

anak-anak kecil. Mereka bermain bola dengn semprotan air, mereka terlihat ceria. Orang

tua mereka memperkenalkan mainan air, sementara di Suamtera kita punya air yang

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 55

Page 56: Laporan mengikuti studi banding internasional

berlimpah, anak-anak jarang atau dilarang main air, dengan alasan nanti basah, atau

masuk angin, “bukankah bermain membuat anak lebih cerdas dan lebih creative” Yuk

kita perkaya pengalaman anak-anak kita.

Pemilik pusat learning centre pintar sekali dalam mengundang publik untuk

dating. Semua pengunjung membeli tiket dan kemudian antrian, kami diberi selebaran

untuk panduan tentang ada apa dan mengapa di dalam ruangna learning centre. Melihat

antrian begitu panjang maka penulis berfikir bahwa dalamnya bakal ada pertunjukan

yang serba waaah. Setelah masuk ternyata biasa-biasa saja.

“Pusat learning centre adalah museum belajar untuk anak-anak, untuk memahami

dunia matematika, biologi, kimia, fisika, geografi, astronomi, dan ada beberapa ruangan

untuk memahami tokoh para ahli. Dalam ruangan itu pengunjung bisa bereksperimen

tentang bagaimana bunyi terjadi, bagaimana terjadi gelombang, bagaimana terjadi gempa,

jadi sain learning centre Singapura itu adalah paduan dari labor sain untuk bereksperimen

dan sekaligus ruangan untuk melakukan eksplorasi dengan model learning by trying atau

learning by doing”.

Usai dari pusat sain Singapura, kami terus ke restoran dan bis melaju lagi.

Ternyata ruangan restoran terlalu sempit untuk menampung jumlah kami yang cukup

banyak. Kami pun antri untuk memesan makanan Indonesia. Sup jagung, sup sayur dan

sepiring nasi goreng. Toilet sangat bersih dan dilengkapi drier listrik untuk mengeringkan

air pada tangan. Kebutuhan listrik Singapura menggunakan energi gas. Pelayan di

restoran ini semua keturunan Indonesia.

Untuk menggunakan MRT (mass rapid transport) sejenis kereta api masal bawah

tanah, kami dipandu oleh guide agak tua, tapi lucu dan ramah, ternyata semua orang

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 56

Page 57: Laporan mengikuti studi banding internasional

senang dengan suasana humoris. Ia mengatakan bahwa pengguna MRT harus cpeat, agar

tidak ketinggalan, sebab kereta api hanya berhenti sebentar, kalau lalai ya...tertinggal dan

setelah itu berangkat lagi dengan kecepatan 120 km per jam untuk menghubungkan

ujung-ujung sudut Singapura. Ternyata benar bahwa Singapura lebih ramai dibawah

tanah dari pada di atas tanah.

“Bila tertinggal oleh MRT, ya jangan panik sebab akan mudah ditemui, apalagi

wilayah Singapura cukup kecil, kalau tertinggal di Sumatera sangat repot bisa terpisah

puluhan atau ratusan kilometer”.

Kami berjalan dan berhenti untuk mencari tempat sholat. Kami berhenti pada

masjid Al Falah (Al Falah mosque). Masjidnya bersih, tempat wudhu bersih, di pintu

depan terdapat rak panjang untuk informasi seputar Islami, agaknya buletin disana gratis,

penulis mengambil satu lembar.

Kami tidak begitu menikmati jalan-jalan di Singapura karena kemudian hujan

turun lebat, saat mengunjungi patung Singa (merlion) hujan sudah mengguyur tubuh

kami, karena kunjungan sangat langka, maka penulis melawan takut basah dengan cara

mengmbil foto-foto yang cukup eksotik.

Menjelang pergi shopping bis melaju ke dekat taman merlion. Hujuan turun

mengguyur, kami tidak begitu menikmati liburan, namun karena berada di Taman

Merlion atau The Merlion Park, makanya kami merasa rugi kalau tidak mengambil foto-

foto. Patung Merlion adalah gabungan separoh singa dan badan ikan yang dibangun pada

pinggir sungai Singapura, tingginya sekitar 8 meter. Kecil Cuma dan ada semburan air

dari mulut patung Merlion. Jauh di belakang patung merlion yang besar juga ada patung

merlion yang kecil, hanya sedikit lebih tinggi dari tubuh manusia.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 57

Page 58: Laporan mengikuti studi banding internasional

Penulis dan juga pengunjung yang lain bergaya dengan latar belakang the

merlion. Ini bisa menjadi kenangan. Tanah air kita malah punya situs situs yang jauh

lebih menarik, nah tinggal lagi bagaimana kita bisa mengemas, mempromosikan dan

menghidupkan klegiatan di sana.

Kami kemudian dibawa ke pusat belanja (shopping centre). Penulis melihat para

imigran dan warga keturunan india berkumpul disana untuk sekedar ngobrol dan melepas

kangen pada kampung halaman mereka, kami diberi waktu 2 jam untuk pergi shopping.

Penulis dan anak-anak peserta studi banding berjalan bareng. Yang lain mengikuti

langkah penulis dari belakang, kami melintasi jalan berhujan dan bergabung ke dalam

keramaian warga India, kami pergi ke lantai 3. Di sana ada mall untuk souvenir atau

cendera mata kami mencari asesoris Singapura dan juga mempelajari harganya.

“Ohh…rupanya penulis harus membeli 20 dollar Singapura yang harganya kira-

kira Rp. 150 ribu, asesoris harganya mahal, penulis mengatakan pada anak-anak bahwa

kita mesti beli asesori sebagai tanda dari Singapura, tetapi mesti memikirkan

penghematan dalam membeli, ya jangan asal beli mendingan kalau ada di Indonesia, ya

kita beli saja nanti di Dumai karena harga jauh lebih murah”.

Usai berbelanja beberapa souvenir sebagai tanda telah berkunjung dari Singapura

kami kembali berkumpul dan naik bis. Kami bertolak kembali menuju wordland, daerah

imigrasi terasa lebih mudah keluar Singapura dari pada masuk ke Singapura. Kami

kembali mengikuti prosedur keluar imigrasi Singapura dan masuk imigrasi Malaysia

dengan mudah.

Mobil membawa kami kembali ke “hotel tropical inn” untuk mengambil barang-

barang, karena kami harus menuju Malaka. Dalam perjalanan ke Johor Baru kami masih

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 58

Page 59: Laporan mengikuti studi banding internasional

sempat berhenti lagi di sebuah restoran untuk makan malam, Mata sudah lelah dan

penulis tidak perlu lagi melihat pemandangan wah, lebih baik tidur saja.

Berarti penulis dan juga anggota rombongan tidak mandi untuk satu atau dua hari.

Menjelang subuh kami berhenti di daerah Plus (mungkin ini nama sebuah kampung)

tempat beristirahat dan sarapan. Kami shalat subuh disana dan terus sarapan, hidangan

disana terasa enak. Perjalanan berlanjut menuju Malaka.

 

H. Malaka

Penulis bertanya pada pemandu “kenapa Melaka lebih popular dibanding daerah

lain sepanjang pesisir barat semenanjung Malaysia ?”. Katanya dahulu ada raja Melaka

yang sangat populer di kerajaan melayu, ya maka namanya menjadi populer saat itu.

“Menurut bahwa rute kami tanggal 22 November adalah Malaka- Dumai. Pagi

hari rombongan sampai di Malakas, sholat subuh, sarapan dan masndi. Setelah itu

langsung menuju pelabuhan laut Malaka, rombongan menyeberang selat Malaka dengan

Ferri ekspress untuk menuju pelabuhan Dumai. Di Dumai kami dijemput dan

melanjutkan perjalanan menuju Batusangkar”.

Kami hanya sekedar lewat saja di Malaka, tidak aktivitas keliling kota, ya badan

sudah terasa letih dan Malaka mungkin tidak memiliki banyak objek wisata, kecuali

taman- taman yang sudah dirancang dan dirawat dengan bersih, namun sepi oleh

pengunjung.

Gedung-gedung di Malaka mirip dengan suasana gedung di Riau. Ada gedung

modern dan juga gedung-gedung kuno. Kami turun mobil dan kami farewel dengan tour

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 59

Page 60: Laporan mengikuti studi banding internasional

travel selama di Malaysia. Tour leader kami dari Sumatera Barat memandu kami untuk

menuju pelabuhan.

Goh Hendry, Supervisor Pelabuhan Malaka

Di dermaga pelabuhan Melaka

 

Kami mengumpulkan pasport dan akhirnya kami memperoleh tiket Ferry Malaka-

Dumai. Penulis mengenal daerah sekitar dan menemukan bahwa penjaga toilet di Melaka

adalah warga keturunan China, dan ada warga sakit jiwa keturunan India. Terlihat bahwa

warga Malaysia sebagai warga kelas satu. Di sana tidak ada simbol One Malaysia.

Di pelabuhan penulis berkenalan dengan supervisor pelabuhan Goh Choon Keng

(Henry). Orangnhyas easy to say hello, orangnya sangat ramah. Dalam sekejap mata

kami sudah bersahabat dan saling berbagi cerita. Penulis juga menceritakan tentang

kampung sendiri. Hendry punya niat untuk berlibur ke Sumatra dan berkunjung ke rumah

tahun depan.

Penulis juga berkenalan dengan Alexander, seorang mahasiswa asal Rusia. 

Tampaknya ia sudah berhenti kuliah. Ia telah berjalan dan meninggalkan rumahnya sejak

tahun 2001. Prenulis tanya tentang kampung dan orang tuanya. Ia menjawab ia benci

ayahnya namun masih kontak dengan ibunya lewat e-mail yang tinggal di kota

Krasnovyark. Ia adalah anak broken home atau juga senang menjelajah dengan uang dan

bekal hidup apa adanya. Ia ingin pergi ke pelabuhan Dumai dan dibantu oleh Henry

(supervisor pelabuhan) yang baik hati. Agaknya Hendry juga memberi dia beberapa

ringgit dan Alex tidak punya uang.

Penulis tanya tujuannya dan ia mau menuju Bali karena temannya dari Rusia

bakal datang tanggal 12 Desember. Alex akan ke Bali melalui cara yang murah saja, ia

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 60

Page 61: Laporan mengikuti studi banding internasional

tidak punya banyak uang untuk membeli tiket. Mungkin ia hanya naik truk barang dari

Pelabuhan Dumai menuju Pelabuhan ujung Sumatra. Pada bahunya tertera tattoo

“world”s largest biker bar’. Mungkin ini nama grupnya yaitu keliling dunia lewat nebeng

mobil saja. Sebelumnhya ia pernah singgah di Thailand. Ia banyak berbagi cerita dengan

penulis, penulis merasa simpati dan sempat memberi dia sedikit uang buat beli makan di

jalan “Kasihan itu anak muda”. Alex mau ikut dengan penulis, namun sayang penulis

tidak punya kesempatan untuk mengajak dia untuk ke Batusangkar. Moga-moga ia

selamat dalam perjalanan dan bisa berjumpa dengan temannya di Pulau Bali.  

Di pelabuhan Malaka ada kapal “Malaysia Express, Indonesia Express dan Ferry

Service”, penulis dan penumpang lain naik kapal dan duduk dekat jendela dan bisa

melihatkan gelombang laut, kapal dan pulau-pulau kecil. Goodbye Malaysia....penulis

juga ingat dengan senandung lagu semalam di Malaya.

 

I. Kembali Ke Sumatra

Welcome back to Sumatera, kapal merapat di pelabuhan laut Dumai jam 12.00, ya

kami turun lagi, mengambil barang dan melewati imigrasi Indonesia, terasa suasana

bersahaja beda dengan suaasana di Singapura, tentu saja.

Suasana terasa sangat informal, kami keluar pelabuhan dan tidak beberapa lama

kami dijemput oleh armada bis menuju rumah makan Pak Datuk Bundo Kanduang di

Dumai, disana kami disambut oleh perantau Tanah Datar sebanyak 5000 kepala keluarga.

Makan kami terasa enak lagi selama dalam perjalanan Malaysia dan Singapura,

umumnya tidak menghasilkan makan kalau makan sementara makan di rumah makan

Pak Datuk terasa sangat nikmat, semua hidnagnan habis ludes, kami melakukan shalat

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 61

Page 62: Laporan mengikuti studi banding internasional

jamaah qasar zuhur dan ahar, sebelum melanjutkan perjalanan ke Tanah Datar, kami juga

sempat singgah untuk membeli oleh-oleh di swalayan Ramayana, harganya beda, sangat

murah, dibandingkan dengan harga di Singapura dan Malaysia.

Lagi-lagi kami berhenti di rumah makan di kota kecil, Kandis, sebelum masuk

kota Pekanbaru, kami melaju lagi, mencari posisi tidur pada bangku mobil yang keras,

hingga subuh kami sampai di Batusangkar diterima lagi oleh Bupati di gedung Indojelito,

disana ada sedikit acara mendengar kesan-kesan dari peserta studi banding internasioinal

Malaysia-Singapura, siswa, guru dan pegawai berprestasi Tanah Datar, semoga kegiatan

ini bermanfaat untuk membangun mental dan karakter kami menjadi mental orang yang

cerdas, taat dan berwawasan internasional.

                          

 BAB III. MENERAPKAN PENGALAMAN STUDI BANDING

 A. Manfaat Studi Banding Bagi Siswa

Mengikuti program studi banding internasional ke Malaysia dan Singapura tentu

memberikan manfaat yang besar bagi para siswa berprestasai dari Kabupaten Tanah

Datar. Program ini bisa memotivasi mereka, sekaligus  sangat bermanfaat untuk

menambah wawasan  mereka  tentang budaya, etos belajar dan etos kerja masyarakat

Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang  sudah maju tersebut.

Peserta studing ini mayoritas adalah siswa, mulai dari tingkat SD sampai SLTA-

jumlahnya 107 orang- , yang nota benenya  adalah mereka yang masih berada dalam

Golden Age atau usia emas. Pengalaman positif yang mereka alami dalam usia ini akan

membekas sepanjang hidup mereka. Pengalaman dalam usia ini akan membentuk

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 62

Page 63: Laporan mengikuti studi banding internasional

karakter positif. Mereka bisa  menghargai waktu, senang bersosialisasi, suka mengambil

inisiatif dan terbiasa berkompetisi  untuk maju.

Penulis melihat bahwa  para siswa peserta studi banding adalah anak anak cerdas

yang gampang untuk dimotivasi. Untuk itu adalah tugas kita bersama (orang dewasa:

guru dan orang tua) untuk meningkatkan tingkat kualitas kecerdasan mereka. Kalau

sudah cerdas  mereka akan gampang untuk dimotivasi, malah mereka juga  akan mampu

memotivasi diri sendiri.  “Betapa mudah memotivasi anak-anak pilihan  buat berhasil

dalam hidup”.

Guru adalah pembimbing bagi siswa dan sekaligus sebagai orang tua mereka.

Maka guru atau pembimbing perlu  meluangkan waktu untuk bertukar pikiran  agar

mereka punya pengalaman bertukar fikiran dengan orang dewasa.

Mengikuti program studi banding ke hingga ke Malaysia dan Singapura - jauh

dari rumah/ orang tua akan memberikan efek positif bagi para siswa. Mereka akan belajar

mengambil inisiatif, dan beradaptasi dengan hal baru dan suasana baru. Mereka akan

terbiasa dengan budaya antri dan menghargai kesempatan yang diperoleh oleh  orang

lain.

Juga mereka melihat  banyak jenis karakter orang dan ini membuat mereka akan

mudah beradaptasi dengan orang-orang baru. Mereka akan mampu menggunakan uang

secara effisien dan mampu bertransaksi secara internasional. Jadi mereka akan

menghargai nilai mata uang dan tidak akan  asal beli saja. Selanjutnya mereka akan

mengetahui bermacam macam bentuk profesi, jadi tidak hanya tahu dengan profersi PNS

saja, tetapi juga ada “money changer, worker, flight attendant, pilot, driver, guide, pelaut,

pemandu wisata, manager...dll.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 63

Page 64: Laporan mengikuti studi banding internasional

Mengunjungi negara lain berarti berhubungan denghan passport dan dokumen

lain. Pengalaman ini akan membuat  mereka menghargai dokumen, seperti passsport, visa

, KTP, SIM. Juga mereka akan mengerti apa itu imigrasi, juga  bagaiman  tata cara

bepergian dalam pesawat terbang dan dalam kapal laut. Selanjutnya mereka akan mampu

mengagumi keagungan Ilahi lewat udara, laut dan darat.

Para siswa juga punya  pengalaman  bagaimana  tinggal jauh dari orang tua,

tinggal di hotel moderen bagaimana mengoperasikan fasilitas hotel, hidup disiplin waktu,

dan menikmati makanan yang kadang kala berbeda dengan hidangan di rumah sendiri.

Juga bagaimana mandi pakai shower dengan air panas dan dingin, salah putar bisa

membuat  kulit terbakar oleh air panas, untuk itu harus cerdas.

Akhir kata siswa juga tahu  bagaimana tinggal bareng dengan orang berbeda

karakter. Kalau tidak terbiasa bersosialisasi ...wah bakal kesulitan dalam beradaptasi.

Perlu diketahui agar kita perlu memiliki  kelebihan (misal tahu dengan musik, tahu

dengan komputer, banyak wawasan) pasti kita bakal menjadi orang yang disenangi.

 

B.Manfaat Secara Umum

            Mengikuti studi banding  ke negara yang lebih maju bisa memberi inspirasi bagi

negeri kita- bandara, jalan raya, fasilitas publik menggunakan bahasa bahasa

internasional untuk  warga dunia dan peduli dengan makna bersih. Kalau sudah begini

maka orang  akan betah berada pada   tempat (restoran, mushola, fasilitas umum) karena

bersih dan rapi.

            Problem bila kita berpergian jauh untuk waktu yang  cukup lama (misal satu

minggu) adalah  seperti susah makan dan susah BAB (buang air besar), ini terjadi  karena

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 64

Page 65: Laporan mengikuti studi banding internasional

kurang mengkonsumsi buah- buahan  yang bagus untuk pencernaan seperti papaya, jeruk,

pisang, apel (buah yang mudah diperoleh).  Banyak mengkonsumsi bumbu dan daging

membuat perut panas dan akhirnya demam. Maka ini perlu untuk diperhatikan.

            Bila kita ingin menjadikan daerah kita sendiri sebagai daerah tujuan wisata

internasional maka kita perlu selalu memelihara karakter  ramah tamah. Ramah tamah

tidak harus milik orang desa. Kemudian maka tiap kota perlu punya city map, buku 

paduan wisata yang  praktis tapi lengkap untuk menjawab kebutuhan wisatawan.

Masyarakatnya- apalagi pelayan publik perlu memiliki pribadi yang menyenangkan dan

suka memberi kemudahan (memberi pelayanan) pada orang lain.

            Jalan raya-jalan raya di negara tetangga yang sudah maju tersebut bisa memberi

inspirasi bagi negara kita.  Jalan- jalan yang penuh dengan pesan dalam berbagai bahasa

untuk masyarakat internasional. Kalau ingin membuat Sumatra Barat, khususnya

Kabupaten Tanah Datar sebagai daerah tujuan wisata buat orang manca negara atau buat

warga dunia. Seharusnya jalan rayanya tidak hanya penuh dengan rambu-rambu yang

pakai lambang, kalau boleh juga rambu rambu dengan kata-kata yang bisa dibaca dalam

bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, “No parking except for emergency- dilarang

berhenti kecuali fdalam kjeadaan darura, bila butuh bantuan mekanik telpon ke nomor

berikut...., bila butuh bantuan polisi kontak nomor berikut.

Restoran juga memajang peringatan dilarang merokok pada sembarang tempat.

Juga peringatan dilarang menjual tembakau atau rokok kepada yang berusia di bawah 18

tahun. Juga perlu menjaga kebersihan dan melengkapi kebutuhan tempat sholat dan MCK

yang selaku bersih.

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 65

Page 66: Laporan mengikuti studi banding internasional

Mengapa orang barat memiliki karakter inovasi dan kreativitas yang tinggi karena

mereka suka melakukan eksplorasai, sementara itu kita terlalu suka mengurung diri

dalam kamar atau dalam rumah meskipun atas nama belajar. Agama saja menyuruh kita

untuk bertebaran di muka bumi. Kita perlu untuk “banyak berbagi pengalaman, berbagi

cerita, banyak mengunjungi tempat baru dan objek baru”.

Antrian ala di Genting Highland, untuk menghindari  antrian lurus yang panjang,

diganti dengan antri zigzag memakai handrail- pagar telusur ini berguna untuk  mencegah

kebosanan. Fasilitas umum, seperti toilet, harus jelas tempatnya. Restoran kita perlu

meniru restoran Singapura yang menganjurakan pengunjungnya agar tidak mubazir-

membuang makanan – menyisakan makanan yang banyak.

Bio Data Penulis

Marjohan Usman, Guru SMA Negeri 3 Batusangkar, Program

Pelayanan Keunggulan Kabupaten Tanah Datar. Sumatera Barat.

Penulis freelance   Menulis pada  koran Singgalang, Serambi Pos,

Haluan dan Sripo (Sriwijaya Post). Menulis buku dengan judul “School

Healing- Menyembuhkan Problem Sekolah (Pustakan Insan Madani,

Yogyakarta)” 

Dan “Generasi Masa Depan- Memaksimalkan Potensi Diri Melalui

Pendidikan (Bahtera Buku, Yogyakarta)”.

 

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/ 66