LAPORAN TUTORIAL
Blok 8
Penyakit Sistemik yang Bermanifestasi di Oral
Modul 2
Tutor
drg.Aida Fitriana
Oleh :
Kelompok 2
Ketua : Chaira Maulida (1210342035)
Sekretaris 1 : Audia Tria Putri (1210342031)
Sekretaris 2 : Annesha Metly (1210342003)
Anggota : Randy Fernandes (1210341001)
Hestia Warti (1210341006)
Azri Darma (1210342005)
Ummu Hanifah Amri (1210342019)
Novia Tri Hasanah (1210342020)
Divo Septian Zarwin (1210342044)
Mentari Puspita Anwar (1210343010)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
Skenario 2
“Masalah Rina”
Siang itu Rina (22th) pergi ke poliklinik RSUP Bunda dengan keluhan sakit gigi
di region belakang bawah sejak 4 hari yang lalu. Ia mengeluh sulit membuka mulut dan
sakit sewaktu menelan,gara-gara sakit gigi badan Rina terasa demam dan sudah tiga hari
tidak masuk sekolah.
Dokter melakukan pemeriksaan dan dijumpai adanya infeksi pericoronitis gigi
48.Pada pemeriksaan ekstra oral dijumpai kelenjar limfe regional submandibularis
dextra teraba membesar, kenyal dan nyeri tekan. Dokter hanya menuliskan resep untuk
ditebus di apotik dan menganjurkan Rina melakukan rontgen foto panoramic di bagian
radiologi bila sudah sembuh.
Rina mendapat obat lyncomicin, metampiron, dan neurotropik. Rina bertanya
Tanya dalam hati kenapa obat tersebut bisa berkhasiat, apa yang terjadi pada obat
tersebut dalam tubuhya dan kenapa ada berbagai jadwal minum obat ?
Bagaimana anda menjelaskan masalah Rina ini ?
TERMINOLOGI
a.Neurotropik : Obat yang mengandung vitamin B1, B6, B12 yang biasa digunakan
pada gangguan insufisiensi cerebral (ex : mudah lupa dan vertigo)
1. MENENTUKAN MASALAH
a. Apa saja jenis jenis obat ?
b. Bagaimana cara kerja obat dalam tubuh sehingga bisa mengurangi rasa sakit
?
c. Bagaimana waktu paruh obat, sehingga ada ditentukannya jadwal minum
obat oleh dokter ?
d. Apa tujuan dokter menyuruh melakukan rontgen panoramik ?
e. Apa saja indikasi dan kontra indikasi pemberian obat lyncomicin,
metampiron dan neurotropik ?
f. Apakah efek samping dari obat lyncomicin, metampiron dan neurotropik ?
2. MENGANALISA MASALAH
a. Jenis obat
-Obat anti virus
-Obat anti mikroba : bakteriostatik dan bakteriosid
-Anti biotic : Spektrum luas dan spectrum sempit
-Obat anti pendarahan / homeostatic
-Obat hormonal
-Obat analgesic
-Obat anti emetic : mengurangi rasa mual dan muntah
-Obat anti piretik : menurunkan suhu tubuh yang tinggi
-Obat antihistamin
-Obat antihipertensi
-Obat antifungi
-Obat antiangina
Berdasarkan distribusinya :
-Obat bebas
-Obat bebas terbatas
-Obat keras
-OWA
-Obat paten
-Obat generik
b. Farmakokinetik
-absorbsi
-distribusi
-metabolisme
-ekskresi
Obat bekerja dengan menuju organ spesifik obat bekerja pada organ tertentu
(misal : hati)
Farmakodinamik kebanyakan setiap obat memeiliki reseptornya sendiri
Terjadi ikatan antara obat dan reseptor.
c. Waktu paruh : waktu untuk menstabilkan dosis obat dalam tubuh
Waktu minum obat misalnya 3 kali setiap 8 jam, maka obat akan mengalami
penurunan dosis dalam 8 jam. Bila pasien meminum obat ke dua sebelum 8 jam,
maka akan terjadi penumpukan dosis di tubuh yang dapat berakibat fatal bila ini
berlanjut.
Kadar obat dalam darah : - kadar efektif minimum, -kadar toksik, -kadar optimal
d. Tujuan dilakukannya rontgen panoramic
- Untuk melihat terapi bekerja dengan baik atau tidak
- Untuk menentukan perawatan selanjutnya
- Untuk melihat posisi gigi yang percoronitis
e. Lyncomicin : antibiotic , untuk infeksi bakteri yang serius
Kontra indikasi : untuk infeksi ringan, infeksi virus, alergi antibiotika, bayi baru
lahir, gangguan hati dan ginjal
Metampiron : untuk meredakan nyeri
Kontra indikasi : alergi, orang yang hamil 3 bulan,bayi bb < 5 kg,ibu menyusui
Neurotropik : untuk orang yang defisiensi
f. Efek samping lyncomicin : mual, muntah, diare
Metampiron : alergi, syok, gangguan pencernaan,pendarahan mulut dan tremor
3. SKEMA
4. LEARNING OBJECTIVE
Rina (22th)
ke poliklinik
infeksipericoronitis
diberikanobat obatan
farmakologi
farmakokenetik dan
farmakodinamik
jenis jenis obat
indikasi dan kontra indikasi
efek samping
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan farmakokenetik dan
farmakodinamik
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis jenis obat dalam
farmakologi
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan indikasi dan kontra indikasi
obat-obatan
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan efek samping obat-obatan
5. SINTESA DAN UJI INFORMASI YANG TELAH DIPEROLEH
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan farmakokenetik dan
farmakodinamik
1. Farmakokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek
tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A),
distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi
dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan proses eliminasi obat(Gunawan,
2009).
1.1 Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam
darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna
(mulut sampai rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang terpenting adalah cara
pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus
karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni 200 meter persegi
(panjang 280 cm, diameter 4 cm, disertai dengan vili dan mikrovili ) (Gunawan, 2009).
Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh,
melalui jalurnya hingga masuk kedalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler,
obat diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama transport aktif dantransport pasif.
Gambar 1. 1 Proses Absorbsi Obat
a. Metode absorpsi
- Transport pasif
Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses difusi obat dapat
berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi
rendah. Transport aktif terjadi selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi sepanjang
membrane dan berhenti bila konsentrasi pada kedua sisi membrane seimbang.
- Transport Aktif
Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat dari daerah dengan
konsentrasi obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tinggi
b. Kecepatan Absorpsi
Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya sedikit sel. Absorpsi
terjadi cepat dan obat segera mencapai level pengobatan dalam tubuh.
- Detik s/d menit: SL, IV, inhalasi
- Lebih lambat: oral, IM, topical kulit, lapisan intestinal, otot
- Lambat sekali, berjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustained frelease.
c. Faktor yang mempengaruhi penyerapan
1. Aliran darah ke tempat absorpsi
2. Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi
3. Waktu kontak permukaan absorpsi
d. Kecepatan Absorpsi
1. Diperlambat oleh nyeri dan stress
Nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi
gaster
2. Makanan tinggi lemak
Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan lambung dan
memperlambat waktu absorpsi obat
3. Faktor bentuk obat
Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan, sustained release, dll)
4. Kombinasi dengan obat lain
Interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau memperlambat tergantung
jenis obat
Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke
seluruh tubuh. Hepar memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal ini
yang disebut dengan efek first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat
menjadi inaktif sehingga menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi sistemik,
jadi dosis obat yang diberikan harus banyak.
1.2 Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan
dan cairan tubuh.
Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung beberapa faktor:
a. Aliran darah
Setelah obat sampai ke aliran darah,
segera terdistribusi ke organ berdasarkan jumlah aliran darahnya. Organ
dengan aliran darah terbesar adalah Jantung, Hepar, Ginjal. Sedangkan
distribusi ke organ lain seperti kulit, lemakdan otot lebih lambat
b. Permeabilitas kapiler
Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat
c. Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein dapat terikat atau
bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat bekerja. Hanya obat bebas
yang dapat memberikan efek. Obat dikatakan berikatan protein tinggi bila >80% obat
terikat protein
1.3 Metabolisme
Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi obat
sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh.
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
a. Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;
b. Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan bisa
dimetabolisme lanjutan.
Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah
dimetabolisme baru menjadi aktif (prodrugs).
Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic
reticulum (mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain (ekstrahepatik)
adalah : dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan kulit, juga di lumen kolon (oleh
flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak)
menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan
perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi
lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:
1. Kondisi Khusus
Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, al. penyakit hepar seperti
sirosis.
2. Pengaruh Gen
Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat memetabolisme obat
dengan cepat, sementara yang lain lambat.
3. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya: Rokok, Keadaan stress,
Penyakit lama, Operasi, Cedera
4. Usia
Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa vs orang tua.
1.4 Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar
obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat dibuang melalui
paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan taraktusintestinal.
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi melalui
ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh
atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melui ginjal. Ekskresi melalui ginjal
melibatkan 3 proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus. Fungsi ginjal
mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan, dan setelah dewasa menurun 1% per
tahun. Ekskresi obat yang kedua penting adalah melalui empedu ke dalam usus dan
keluar bersama feses. Ekskresi melalui paru terutama untuk eliminasi gas anastetik
umum (Gunawan, 2009).
Hal-hal lain terkait Farmakokinetik:
a. Waktu Paruh
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat dibuang dari
tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi, metabolism dan
ekskresi.
Waktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus diberikan.
b. Onset, puncak, and durasi
Onset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya. Sangat
tergantung rute pemberian dan farmakokinetik obat
Puncak, Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka konsentrasinya di dalam
tubuh semakin meningkat, Namun konsentrasi puncak~ puncak respon
Durasi, Durasi kerjaadalah lama obat menghasilkan suatu efek terapi
2. Farmakodinamik
Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek
biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari
farmakodinamik adalah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat
dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons yang
terjadi (Gunawan, 2009).
2.2 Mekanisme Kerja Obat
kebanyakan obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya pada sel
organism. Interaksi obat dengan reseptornya dapat menimbulkan perubahan dan
biokimiawi yang merupakan respon khas dari obat tersebut. Obat yang efeknya
menyerupai senyawa endogen di sebut agonis, obat yang tidak mempunyai aktifitas
intrinsic sehingga menimbulkan efek dengan menghambat kerja suatu agonis disebut
antagonis.
2.3 Reseptor Obat
protein merupakan reseptor obat yang paling penting. Asam nukleat juga dapat
merupakan reseptor obat yang penting, misalnya untuk sitotastik. Ikatan obat-reseptor
dapat berupa ikatan ion, hydrogen, hidrofobik, vanderwalls, atau kovalen. Perubahan
kecil dalam molekul obat, misalnya perubahan stereoisomer dapat menimbulkan
perubahan besar dalam sifat farmakologinya.
2.4 Transmisi Sinyal Biologis
penghantaran sinyal biologis adalah proses yang menyebabkan suatu substansi
ekstraseluler yang menimbulkan respon seluler fisiologis yang spesifik. Reseptor yang
terdapat di permukaan sel terdiri atas reseptor dalam bentuk enzim. Reseptor tidak
hanya berfungsi dalam pengaturan fisiologis dan biokimia, tetapi juga diatur atau
dipengaruhi oleh mekanisme homeostatic lain. Bila suatu sel di rangsang oleh agonisnya
secara terus-menerus maka akan terjadi desentisasi yang menyebabkan efek
perangsangan.
2.5 Interaksi Obat-Reseptor
ikatan antara obat dengan resptor biasanya terdiri dari berbagai ikatan lemah (ikatan ion,
hydrogen, hidrofilik, van der Waals), mirip ikatan antara subtract dengan enzim, jarang
terjadi ikatan kovalen.
2.6 Antagonisme Farmakodinamik
a. Antagonis fisiologik
Terjadi pada organ yang sama tetapi pada sistem reseptor yang berlainan.
b. Antagonisme pada reseptor
Obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak mampu menimbulkan efek
farmakologi secara instrinsik
2.7 Kerja Obat Yang Tidak Diperantarai Reseptor
a. Efek Nonspesifik Dan Gangguan Pada Membran
b. Perubahan sifat osmotic
c. Diuretic osmotic (urea, manitol), misalnya, meningkatkan osmolaritas filtrate
glomerulus sehingga mengurangi reabsorpsi air di tubuli ginjal dengan akibat terjadi
efek diuretic
d. Perubahan sifat asam/basa
Kerja ini diperlihatkan oleh oleh antacid dalam menetralkan asam lambung.
e. Kerusakan nonspesifik
Zat perusak nonspesifik digunakan sebagai antiseptik dan disinfektan, dan
kontrasepsi.contohnya, detergen merusak intregitas membrane lipoprotein.
f. Gangguan fungsi membrane
Anestetik umum yang mudah menguap misalnya eter,, halotan, enfluran, dan
metoksifluran bekerja dengan melarut dalam lemak membrane sel di SSP sehingga
eksitabilitasnya menurun.
g. Interaksi Dengan Molekul Kecil Atau Ion
Kerja ini diperlihatkan oleh kelator (chelating agents) misalnya CaNa2 EDTA yang
mengikat Pb2+ bebas menjadi kelat yang inaktif pada keracunan Pb.
h. Masuk ke dalam komponen sel
Obat yang merupakan analog puri atau pirimidin dapat berinkoporasi ke dalam asam
nukleat sehingga mengganggu fungsinya. Obat yang bekerja seperti ini disebut
antimetabolit misalnya 6-merkaptopurin atau anti mikroba lain.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis jenis obat dalam
farmakologi
Penggolongan Obat (Lengkap)
Ilmu Farmasi : Penggolongan obat secara luas dibedakan berdasarkan beberapa hal,
diantaranya :
1. Penggolongan obat berdasarkan jenisnya
2. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat
3. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian
4. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian
5. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
6. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi
7. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya
Diantara banyak penggolongan obat, yang paling populer ialah berdasarkan jenis, well
kita langsung membahas penggolongan obat.
1. Penggolongan obat berdasarkan jenis
Penggolongan obat berdasarkan jenis telah saya bahas
secara lengkap pada artikel sebelumnya, antara lain :
- obat bebas
- obat bebas terbatas
- obat keras
- obat psikotropika dan narkotika.
Untuk lebih jelasnya, silahkan kunjungi artikel selengkapnya:
PENGGOLONGAN OBAT berdasarkan PerMenKes
2. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat
dibagi menjadi 5 jenis penggolongan antara lain :
obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri
atau mikroba, contoh antibiotik
obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit contoh
vaksin, dan serum.
obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, meredakan nyeri contoh analgesik
obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi fungsi zat yang kurang,
contoh vitamin dan hormon.
pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat aktif,
khususnya pada pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit. contoh
aqua pro injeksi dan tablet placebo.
Selain itu dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, seperti obat
antihipertensi, kardiak, diuretik, hipnotik, sedatif, dan lain lain.
3. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian
dibagi menjadi 2 golongan :
- obat dalam yaitu obat obatan yang dikonsumsi peroral, contoh tablet antibiotik,
parasetamol tablet
- obat luar yaitu obat obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar, contoh
sulfur, dll
4. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian
dibagi menjadi beberapa bagian, seperti :
oral : obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna, contoh tablet,
kapsul, serbuk, dll
perektal : obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada pasien
yang tidak bisa menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat dan terhindar dari
pengaruh pH lambung, FFE di hati, maupun enzim-enzim di dalam tubuh
Sublingual : Sublingual : pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah.,
masuk ke pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contoh obat hipertensi : tablet hisap,
hormon-hormon
Parenteral : obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah. baik secara
intravena, subkutan, intramuskular, intrakardial.
langsung ke organ, contoh intrakardial
melalui selaput perut, contoh intra peritoneal
5. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
dibagi menjadi 2 :
- sistemik : obat/zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah.
- lokal : obat/zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi bagian tertentu
tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata, kulit, dll
6. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi
dibagi menjadi 2 golongan :
- farmakodinamik : obat obat yang bekerja mempengaruhi fisilogis tubuh, contoh
hormon dan vitamin
- kemoterapi : obat obatan yang bekerja secara kimia untuk membasmi parasit/bibit
penyakit, mempunyai daya kerja kombinasi.
7. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya
dibagi menjadi 2 :
Alamiah : obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan mineral)
tumbuhan : jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung) dll
hewan : plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen.
mineral : vaselin, parafin, talkum/silikat, dll
Sintetik : merupakan cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-reaksi
kimia, contohnya minyak gandapura dihasilkan dengan mereaksikan metanol dan asam
salisilat.
1. Paracetamol
Paracetamol merupakan analgesik-antipiretik dan anti-inflamasi non-steroid
(AINS) yang memiliki efek analgetik (menghilangkan rasa nyeri), antipiretik
(menurunkan demam), dan anti-inflamasi (mengurangi proses peradangan).
Paracetamol paling aman jika diberikan selama kehamilan. Parasetamol dalam
dosis tinggi dan jangka waktu pemberian yang lama bisa menyebabkan toksisitas atau
keracunan pada ginjal. sehingga dikategorikan sebagai analgetik-antipiretik. Golongan
analgetik-antipiretik adalah golongan analgetik ringan.Parasetamol merupakan contoh
obat dalam golongan ini.
Beberapa macam merk dagang, contohnya Parasetamol (obat penurun panas atau
penghilang nyeri) bisa diperdagangkan dengan merk Bodrex, Panadol, Paramex
2. Antalgin
Antalgin adalah salah satu obat penghilang rasa sakit (analgetik) turunan
NSAID, atau Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs. Antalgin lebih banyak bersifat
analgetik. Pemakaiannya dihindari saat hamil TM I dan 6 minggu terakhir.
Analgesik dibagi menjadi dua, yaitu analgesik narkotik dan analgesik non narkotik.
1. Analgesik Narkotik
Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan kanker.
Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat, yaitu : obat
perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal, obat perifer bersama
kodein atau tramadol, obat sentral (Opioid) peroral atau rectal, obat Opioid parenteral.
Guna memperkuat analgetik dapat dikombinasikan dengan co-analgetikum, seperti
psikofarmaka (amitriptilin, levopromazin atau prednisone).
Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan tingkat
kerja yang terletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya mengurangi kesadaran (sifat
meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat
mengakibatkan toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan fisik
(ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan.
Semua analgetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat, teteapi potensi.
Onzer, dan efek samping yang paling sering adalah mual, muntah, konstipasi, dan
mengantuk. Dosis yang besar dapat menyebabkan hipotansi serta depresi pernafasan.
Morfin dan petidin merupakan analgetik narkotik yang paling banyak dipakai
untuk nyeri walaupun menimbulkan mual dan muntah. Obat ini di Indonesia tersedia
dalam bentuk injeksi dan masih merupakan standar yang digunakan sebagai
pembanding bagi analgetik narkotika lainnya. Selain menghilangkan nyeri, morfin dapat
menimbulkan euphoria dan ganguan mental.
Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang samapi sekarang masih digunakan di
Indonesia :
- Morfin HCL,
- Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol),
- Fentanil HCL,
- Petinidin, dan
- Tramadol.
Khusus untuk tramadol secara kimiawi memeng tergolong narkotika tetapi
menurut undang-undang tidak sebagai narkotik, karena kemungkinan menimbulkan
ketergantungan.
2. Analgesik Non – Narkotik
Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
Obat- obat inidinamakan juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem
Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan. Semua
analgetika perifer juga memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada
keadaan demam, maka disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan
rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan
vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai
keluarnya banyak keringat.
Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik hipotalamus atau di tempat
cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat
aktif seperti brandikinin, PG, dan histamine. PG dan brankinin menstimulasi ujung
staraf perifer dengan membawa implus nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis
PG dan brankinin sehingga menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Obat-
obat yang banyak digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah golongan salisilat
dan asetaminofen (parasetamol). Aspirin adalah penghambat sintesis PG paling efektif
dari golongan salisilat.
1. Salisilat
Salisilat merupakan protipe AINS yang sampai sekarang masih digunakan.
Termasuk salisilat adalah Na-salisilat, aspirin (asam asetil salisilat), salisid, dan meril
salisilat bersifat toksik jika tertelan oleh Karen itu, hanya dipakai topical untuk
menghangatkan kulit dan antigatal ( antpruritus). Golongan salisilat dapat mengiritasi
lapisan mukosa lambung. Organ yang peka pada efek ini akan mengalami mual setelah
minum aspirin. Dalam lambung . PG berperan serta dalam mekanisme perlindungan
mukosa dari asam lambung atau gantrin. PG berfungsi meningkatkan daya tahan
membrane mukosa lambung.
Aspirin selain berefek analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi, daalam dosis
kecil juga berfungsi sebagai antitrombosis (antiplatelet). Pada dosis kecil, aspirin dapat
menghambat agreasi trombosit (antikoagulan) mencegah terbentuknya thrombus pada
penderita infark jantung sehingga ddapat mengurangi timbulnya stroke.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan indikasi dan kontra indikasi
obat-obatan dan LO 4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan efek
samping obat-obatan
Indikasi, Kontra Indikasi serta Efek Samping
1. ALPHAMOL DROOP
ü Kandungan : Parasetamol 100 mg/mL.
ü Indikasi : Obat menurunkan panas dan menghilangkan rasa sakit/nyeri.
ü Kontra indikasi : Hipersensitifitas.
2. A L P H A M O L
ü Sirup Tetes Mengandung : Parasetamol 100 mg/ml ; sirup : parasetamol
120 mg/ 5 ml,etanol 6%.
ü Kaplet : parasetamol 600 mg.
ü Indikasi : Menurunkan panas , menghilangkan rasa sakit.
ü Kontra Indikasi : Hipersensitivitas
3. ANALSPEC 250 MG
ü Komposisi : Tiap kapsul mengandung 250 mg asam mefenamat
Indikasi indikasi : untuk menghilangkan rasa nyeri dari ringan sampai sedang dalam kondisi
akut dan kronik, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, sakit sehabis
operasi dan melahirkan, nyeri sewaktu haid, sakit kepala dan sakit gigi dan juga sebagai
antipiretik pada keadaan demam.
Kontra kontra indikasi :Pada penderita tukak lambung dan usus, penderita asma, penderita
dengan gangguan fungsi ginjaldan penderita yang hipersensitif terhadap asam
mefenamat.
4. ANTALGIN FM CAPLET
ü Komposisi : Tiap tablet mengandung Metampiron 500 mg
ü Indikasi : Untuk meringankan rasa sakit terutama nyeri kolik
dan sakit setelah operasi.
ü Kontra Indikasi : Penderita
hipersensitif
Bayi dibawah 3 bulan atau dengan berat badan kurang dari 5 kg,
Wanita hamil & menyusui
Penderita dengan tekanan darah sistolik kurang dari 10 mmHg
5. ANTIZA TABLET
ü Indikasi : Untuk meringankan gejala flu seperti demam, sakit
kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin yang disertai
batuk.
ü Kontra Indikasi : - Penderita dengan gangguan jantung dan diabetus melitu
- Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini
- Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat
6. ANTRAIN TABLET
ANTRAIN ® Tablet
ü Tiap tablet mengandung:
Na Metamizole 500 mg
ü Indikasi : Untuk mengurangi rasa sakit, terutama di kolik
dan pascaoperasi.
ü Kontra Indikasi :
* Pasien yang diketahui hipersensitif terhadap Metamizole Na.
* Hamil atau menyusui perempuan.
* Pasien dengan tekanan darah sistolik <100 mmHg.
* Bayi di bawah 3 bulan atau berat <5 kg.
7. ASPILET THROMBO
ü Indikasi : Pengobatan dan pencegahan trombosis (agregrasi
platelet) pada infark miokardial akut atau setelah stroke.
ü Kontra Indikasi :
- Pasien yang sensitif terhadap Aspirin.
- Pasien yang menderita asma, ulkus peptikum yang sering atau kadang-kadang,
perdarahan subkutan, hemofilia, trombositopenia.
- Pasien yang sedang diterapi dengan antikoagulan.
ü Efek Samping :
Iritasi lambung-usus, mual, muntah.
Penggunaan jangka panjang : perdarahan lambung-usus, ulkus peptikum.
8. ASPIRIN TABLET
ü Komposisi : Tiap tablet mengandung: Asam
asetilsalisilat/aspirin 500mg pereda rasa nyeri atau
sakit, menurunkan demam
ü Indikasi : Meringankan rasa sakit, nyeri otot dan sendi, demam,
nyeri karena haid, migren, sakit kepala dan sakit gigi
tingkat ringan hingga agak berat.
ü Kontra Indikasi : Tukak lambung dan peka terhadap derivet asam
salisilat, penderita asma dan alergi, penderita yang pernah
atau sering mengalami pendarahan di bawah kulit,
penderita hemofilia;, anak-anak di bawah umur 16
tahun.
9. BETAMOL TABLET 500 MG
ü Indikasi : Untuk meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit
gigi dan menurunkan demam.
ü Kontra indikasi :
· Penderita gangguan fungsi hati yang berat.
· Penderita hipersensitif terhadap obat ini.
10. Nifedipine
ü Indikasi pemberian nifedipine:
· Pengobatan dan pencegahan insufisiensi koroner (terutamaangina pektoris setelah
infark jantung) dan sebagai terapi tambahan pada hipertensi.
ü Kontra Indikasi pemberian nifedipine:
· Hipersensitivitas terhadap nifedipine.
· Karena pengalaman yang terbatas, pemberian nifedipine pada wanita hamil hanya
dilakukan dengan pertimbangan yang hati-hati.
Semua obat-obatan mempunyai efek samping. Meskipun banyak orang yang tidak
merasakannya atau dengan kata lain mampu mengatasinya.
Beberapa hal yang penting untuk diingat:
- Biasanya keuntungan obat lebih penting dibandingkan efek samping minor
- Efek samping bisa hilang dengan sendirinya beberapa saat setelah meminum obat
tersebut
- Jika efek samping terus berlanjut namun Anda perlu untuk tetap meneruskan
pengobatan (meminum obatnya), lebih baik segera hubungi dokter. Mungkin dokter
Anda bisa mengurangi dosis obat tersebut atau mengganti obatnya dengan obat yang
lain. Jangan tiba-tiba menghentikan pengobatan kecuali jika dokter telah memberitahu
Anda untuk menghentikannya.
Untuk mengatasi efek samping ringan
· Konstipasi
- Makan sereal dan buah-buahan serta sayur-mayur yang kaya akan serat seperti apel,
kacang-kacangan, dan brokoli.
- Banyak minum
- Cobalah untuk berolahraga ringan
· Rasa kantuk di siang hari
- Masalah ini akan hilang setelah beberapa saat dari waktu konsumsi obat
- Minum obat saat menjelang waktu tidur/istirahat
· Diare
- Makan makanan yang rendah serat seperti yoghurt, dan nasi dari beras putih
- Hindari makanan yang pedas dan tinggi kadar lemak sampai Anda merasa lebih baik
· Pusing/pening
- Bangun dan bergerak secara perlahan dari posisi duduk ataupun tiduran
· Mulut kering
- Kunyah permen karet rendah gula atau makan permen yang rendah kadar gulanya
- Banyak-banyaklah minum sepanjang hari namun sedikit demi sedikit
· Sakit kepala
- Sakit kepala ini akan hilang dengan sendirinya
- Cobalah beristirahat
· Kehilangan nafsu makan
- Cobalah untuk makan lebih sering. Makan cemilan/snack diantara makan besar
- Cobalah makan makanan favorit Anda
- Berjalanlah sebelum makan. Ini akan membuat Anda lebih merasa lapar.
· Mual
- Mintalah kepada dokter Anda supaya Anda bisa meminum obat dengan makanan
lain
- Makanlah sesering mungkin dengan porsi yang kecil (makan sedikit demi sedikit)
- Cobalah makan permen/permen karet rasa peppermint. Peppermint bisa membantu
menenangkan perut
- Makan makanan yang lunak/lembut. Hindari gorengan/makanan yang digoreng,
makanan berminyak, makanan manis, pedas dan asam.
· Mudah gelisah/cemas
- Efek ini akan menghilang dengan sendirinya
- Bila perlu mintalah pada dokter Anda agar Anda bisa mengkonsumsi obat dengan
dosis yang lebih rendah
· Masalah seksual
- Minta pada dokter Anda untuk pemakaian dosis yang lebih rendah
- Minta pada dokter obat yang lain (sebagai pengganti) yang bisa Anda konsumsi
· Masalah tidur
- Hindari kafein, nikotin dan alkohol
- Jangan berolahraga/latihan pada waktu sore dan malam
- Jaga agar kamar tidur Anda tenang, gelap, dan dingin. Gunakan juga sleep mask dan
penutup telinga (earplugs)
· Sensitif terhadap cahaya matahari
- Menjauhlah dari cahaya matahari jika memungkinkan
- Gunakan pakaian panjang dan topi
- Gunakan sunscreen dengan SPF yang dianjurkan oleh dokter Anda
Kepustakaan
Gunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
http://www.emedicinehealth.com/
dealinh_with_medicine_slide_effects_and_interactions-healt/article_em.htm