LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN MATA KULIAH
BIOLOGI LAUT
Program Studi Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran
2014
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN MATA KULIAH BIOLOGI LAUT
Disusun Oleh : kelompok 1
Yanthi Christin F 230210130011
Khoirotun Nisa 230210130019
Agung Ramos F 230210130028
Ynry Ani S 230210130038
Arya Narendra 230210130044
Muhammad Albar G 230210130060
Aulia Gustal P 230210130068
Syarifudin Nur 230210130074
Mikhael Fredrik T 230210130083
Gelantara Wira P 230210130087
Program Studi Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran
2014
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN MATA KULLIAH BIOLOGI LAUT
Telah Disetujui Oleh:
Pembimbing I
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Kelautan
Pembimbing II
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum
lapangan mata kuliah biologi laut ini dalam bentuk maupun isinya. Semoga
laporan praktikum lapangan ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam kegiatan belajar mengajar.
telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan praktikum
lapangan ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan laporan
praktikum lapangan ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari bahwa laporan
praktikum lapangan ini belum lengkap dan masih banyak kekurangan baik dari
segi penyusunan, bahasa, tulisan maupun isinya. Oleh kerena itu kami
mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan praktikum lapangan ini.
Jatinangor, 05 Mei 2015
Penyusun
Daftar Isi
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR…………………………………...………………………..ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iii
DAFTAR TABEL………………………...……………………………………….v
DAFTAR GAMBAR……………………………...……………………….……..vi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………...…………...…………vii
BAB I PENDAHULUAN……………………….………………..……………….1
1.1 Latar Belakang………………………………………………….…1
1.2 Tujuan………………………………………………….………….2
1.3 Manfaat………………………………………………………..…..2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….……….3
2.1 Tinjauan Umum Lokasi Pelaksanaan Praktikum………………….3
2.2 Tinjauan Umum Lokasi Pengambilan Sampel………………….....6
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM………………………………………....7
3.1 Waktu dan Tempat………………………………………………...7
3.2 Alat dan Bahan…………………………………………………….7
3.2.1 Alat………………………………………………………...7
3.2.2 Bahan………………………………………………………7
3.3 Prosedur Sampling………………………………………………...8
3.3.1 Ekosistem Lamun………………………………………….8
3.3.2 Makrozoobenthos……………………………………….…8
3.4 Prosedur Analisis Data…………………………………………….8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………….9
4.1 Data Hasil Makrozoobenthos……………………………………...9
4.2 Data Hasil Lamun………………………………………………..18
4.3 Pembahasan…………………………………………………..…..25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….32
5.1 Kesimpulan………………………………………………………32
5.2 Saran…………………………………………………………..….32
Daftar Tabel
Tabel 1 Hasil Makrobenthos Kelompok 1………………….18
Tabel 2 Hasil Makrobenthos Kelompok 2………………….19
Tabel 3 Hasil Makrobenthos Kelompok 3………………….20
Tabel 4 Hasil Makrobenthos Kelompok 4………………….21
Tabel 5 Hasil Makrobenthos Kelompok 5………………….23
Tabel 6 Hasil Makrobenthos Kelompok 6………………….24
Tabel 7 Hasil Makrobenthos Kelompok 7………………….25
Tabel 8 Hasil Makrobenthos Kelompok 8………………….26
Tabel 9 Hasil Lamun Kelompok 1………………………….27
Tabel 10 Hasil Lamun Kelompok 2………………………….29
Tabel 11 Hasil Lamun Kelompok 3………………………….29
Tabel 12 Hasil Lamun Kelompok 4………………………….30
Tabel 13 Hasil Lamun Kelompok 5………………………….31
Tabel 14 Hasil Lamun Kelompok 6………………………….31
Tabel 15 Hasil Lamun Kelompok 7………………………….32
Tabel 16 Hasil Lamun Kelompok 8………………………….33
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara geografi Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan dengan
kekayaan sumber daya alam laut yang banyak berpotensi untuk dimanfaatkan.
Sumber daya alam laut tersebut antara lain terdiri dari berbagai jenis ikan,
moluska dan crustacea. Banyak masyarakat pesisir yang telah lama memanfaatkan
sumber daya alam laut tersebut sebagai sumber makanan, mineral, obat-obatan
dan energi (Gordon et al 2000). Ekosistem di dasar laut tropis penyusun utamanya
adalah biota laut penghasil kapur seperti karang batu (Coral), Alga berkapur,
Mollusca, Sponge, Crustacea dan Polyhchaeta yang berasosiasi dengan biota-biota
lain didalamnya seperti jenis ikan karang, alga, echinodermata dan plankton.
Pada praktikum lapangan yang dilakukan di Pulau Pari Kepulauan seribu,
biota yang di identifikasi yaitu makrozoobentos. Makrozoobentos berasal dari 2
kata yaitu makro dan zoobentos yang berarti hewan dasar yang berukuran besar.
Kelompok hewan-hewan tersebut antara lain asteroid (bintang laut), echinoidea
(bulu babi), holthutroidea (teripang) dan gastropoda (keong). Tumbuhan laut yang
di identifikasi yaitu lamun. Lamun adalah tumbuhan tingkat tinggi yang hidup
terbenam di air laut yang mempunyai akar, daun dan bunga. Lamun dipengaruhi
oleh salinitas, penetrasi cahaya dan CO2 terlarut.
Biologi laut adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang makhluk-
makhluk hidup yang berada di dalam laut dari ukuran yang paling kecil (Plankton
dan fitoplankton) sampai ukuran yang paling besar (paus), organisme laut yang
meliputi flora dan fauna laut dan adaptasi terhadap lingkungannya. Lautan di
dunia merupakan kesatuan ekosistem di mana serangkaian komunitas dapat
mempengaruhi faktor-faktor fisik dan kimia air laut di sekelilingnya. Ekosistem
yang besar ini dapat di bagi menjadi daerah-daerah kecil dimana parameter fisika
dan kimia mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap populasi dari daerah
tersebut (Nyabakken, 1998).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum lapangan biologi laut ini yaitu agar mahasiswa dapat
mengetahui habitat organisme laut dan dapat mengidentifikasi biota-biota yang
berada di zona lamun secara langsung.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum lapangan ini adalah menambah pengetahuan,
mendapatkan data mengenai organisme laut yang hidup di daerah pantai dan dapat
mengetahui biota-biota laut.
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Lokasi Pelaksanaan Praktikum
Pulau Pari, Kepulauan Seribu Selatan, Kepulauan Seribu
Pulau Pari
Pulau Pari
Lokasi di Indonesia
Koordinat: 6°0′14″LU 106°46′44″BT
Negara Indonesia
Provinsi Jakarta
Kabupaten Kepulauan Seribu
Kecamata
n
Kepulauan Seribu Selatan
Kode pos 14520
Gambar 1. Letak Pulau Pari(Sumber : Wikipedia)
Pulau Pari adalah salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu
Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta, Indonesia. Pulau ini berada di
tengah gugusan pulau yang berderet dari selatan ke utara perairan Jakarta. Dengan
pantainya yang berpasir putih dan berair bening kehijauan, Pulau Pari menjadi
salah satu objek wisata di Kepulauan Seribu.
Letak Geografis
Dengan kapal cepat, Pulau Pari bisa ditempuh 1-1,5 jam dari Dermaga
Marina di Ancol atau dari Pelabuhan Kaliadem di Muara Angke, Jakarta Utara.
Pulau ini relatif dekat dengan Pulau Rambut, Lancang, Tidung, dan Pulau
Pramuka yang menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Seribu. Dari
beberapa pulau itu, Pari bisa ditempuh kurang dari 30 menit. Pari menjadi salah
satu titik singgah kapal-kapal cepat angkutan umum milik Dinas Perhubungan
DKI Jakarta yang melayani rute Muara Angke-Kepulauan Seribu dua kali sehari.
Pulau Pari dinamai pari karena bentuk pulau ini jika dilihat dari foto udara
nampak seperti ikan pari. Pulau Pari adalah destinasi sempurna untuk merasakan
keindahan panorama pantai dalam balutan ketenangan di salah satu gugusan di
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Dengan suasana pulau
yang masih asri dan belum ramai wisatawan, pulau ini menjadi pilihan sempurna
yang menjanjikan kesegaran dan kepuasan. Di Pulau Pari, ada sebuah pantai yang
begitu elok dan pantai itu bernama Pantai Pasir Perawan. Pantai ini berupa sebuah
lagoon atau wilayah laut yang tenang dengan kedalaman hingga 5 meter dan
dikelilingi pulau-pulau dan batu karang sepanjang pinggiran slope-nya.
Pantai yang begitu tenang, bersih, dan indah tersebut telah melenakan
banyak wisatawan yang menyambanginya. Pantai Pasir Perawan memiliki
lingkungan yang masih asri dan tenang. Menghadap ke utara Laut Jawa, struktur
pesisirnya memanjang berkelak-kelok dengan pasir putih begitu lembut.
Keindahan ini dilengkapi panorama bibir pantai berupa hutan bakau yang rindang
begitu indah sekaligus unik. Keunikan dari Pulau Pari adalah memiliki keunikan
berupa cekungan yang mampu menampung serapan air hujan yang jatuh ke
permukaan. Akibatnya air di Pulau Pari menjadi air tawar tidak seperti di pulau
lain yang memiliki standar terbaik berupa air payau.
Adanya cekungan di daratan Pulau Pari telah berdampak pada
heterogenitas vegetasi pulau ini. Apabila umumnya pulau di pesisir hanya dapat
ditemui vegetasi berupa mangrove dan pohon kelapa maka di Pulau Pari jika
Anda perhatikan seksama dapat ditemukan pohon pisang, pohon pinus, pohon
cemara, pohon buah naga, pohon mangga, pohon jambu air, petai cina, palem,
pohon srikaya, pohon jamblang, dan sebagainya. Jelas itu bukan vegetasi khas
wilayah pesisir tetapi jutru di Pulau Pari mampu tumbuh dengan baik. Pulau Pari
terbagi dua bagian wilayah, yaitu bagian kepala (timur pulau) dan bagian badan
hingga ekor (barat pulau).
Dua wilayah ini berbeda fungsinya dimana di bagian barat berupa
cekungan menjadi lokasi pemukiman penduduk dan vegetasi air tawar. Sementara
itu, pada bagian timur berupa pesisir pantai yang luas dan begitu elok untuk
ditelusuri dengan berjalan kaki. Di bagian ini terdapat hutan mangrove alami yang
dijaga kelestariannya oleh masyarakat sebagai penahan abrasi laut. Pulau Pari
sendiri memiliki luas sekira 43 hektare dengan populasi penduduk sekira 700
orang. Pulau ini tidak seramai Pulau Pramuka atau pun Pulau Tidung tetapi
suasananya yang sepi dan rapi membuat banyak wisatawan jatuh hati. Tata ruang
dan kebersihan lingkungan pulau ini sangat diperhatikan penduduknya. Di Pulau
Pari pemukiman penduduk ditumbuhi pepohonan rindang dengan jarah
antarrumah yang tidak berdempetan.
Hal ini berbeda sekali dengan Pulau Tidung atau Pulau Pramuka yang
padat pemukiman dan penginapan. Jumlah wisatawan ke Pulau Pari maksimal 300
pengunjung. Hal ini berbeda dengan Pulau Tidung dimana setiap minggunya
mencapai rata-rata 1500 pengunjung, bahkan dapat mencapai 4000 orang saat
liburan panjang. Pulau Pari dikembangkan menjadi salah satu pulau dengan
konsep ekowisata karena memiliki kekayaan dan keanekaragaman hayati
ekosistem laut. Di sini terdapat rumah konservasi penelitian biota laut dan riset
pengembangan untuk kelestarian perairan di Teluk Jakarta.
Pulau Pari juga dikenal karena keberhasilannya dalam budidaya rumput
laut apalagi setelah beroperasinya Pusat Pengembangan Oseanografi (P2O)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak 1997. Di pulau ini ditemukan
banyak terumbu karang hidup seperti soft corals, brain corals, labirith corals,
pakis laut, dan lainnya. Lagoon yang luas di Pulau pari dilengkapi hutan bakau
yang lebat menjadikan tempat ini ideal bagi ikan-ikan untuk berkembang biak.
Oleh karena itu pula, bahkan rumpon-rumpon di sini sering dihuni ikan-ikan besar
saat sedang musimnya.
2.2 Tinjauan Umum Lokasi Pengambilan Sampel
Lokasi pengambilan sampel pada pulau pari terlihat baik untuk
melaksanakan praktikum lapangan, hanya saja terkadang lamun yang ada
didaerah pantai pulau pari jika terkena kulit kaki akan sedikit merasa gatal. Dan
biota laut dalam lokasi ini kebanyakan dari Jenis kerang-kerangan.
BAB III
METODOLOGI PRATIKUM
3.1. Waktu Dan Tempat
Pratek lapangan mata kuliah Biologi Laut ini dilaksanakan pada tanggal 24 April 2015 pukul 09.00 WIB, dan bertempat di Dermaga LIPI Pulau Pari, Kepulauan Seribu.
3.2. Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktek lapangan biologi laut adalah sebagai berikut:
3.2.1. Alat
1. Kamera digital
2. Life form Lamun
3. Transek kuadran ukuran 1x1m
4. Alat tulis menulis
5. Rol meter
6.Tali raffia dengan panjang 20 meter
7. Saringan
3.2.2. Bahan.
1. Ekosistem padang lamum
2. Makrozoobenthos
3. Formalin
3.3. Prosedur Sampling
3.3.1 Ekosistem Lamum- Dibentangan transect garis (20 meter dari rapia) dibuat tiga plot
pengamatan (transekt kuadran 1 m x 1 m).- Dilakukan Pengamatan pada tiap bagian transek kuadran.- Diamati dan catat, tiap penutup spesies vegetasi lamun yang terdapat
pada plot pengamatan. Catat juga berapa banyak tegakan lamun. - Identifikasi jenis lamun dan hitung ada berapa spesies- Dilakukan 3 kali sampling dengan tempat yang berbeda, dengan 1 kali
sampling mengambil 3 kuadran.
3.3.2. Makrozoobenthos
- Buat bentangan stasiun berupa garis utama 20 meter menggunakan tali rapia, buat tiga plot.menggunakan transek kuadran dengan luas 1 m x 1 m. Bagi 5 bagian pada transek kuadran
- Pada setiap bagian transek kuadran, saring subtrat menggunakan saringan. Lalu cari makrozoobenthos yang ada
- Hitung dan identifikasi makrozoobenthos yang ada dalam saringan.
3.4. Prosedur Analisis Data
Analisis data dilakukan di dalam laboratorium, sampel yang dianalisis
adalah makrozoobentos.
- Identifikasi makrozoobenthos yang telah didapat.- Gambar pada lembar kerja dan lengkapi beserta klasifikasinya- Lalu awetkan sampel makrozoobenthos.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Makrozoobentos
A. Data Kelompok
DATA HASIL SAMPLING MAKROZOOBENTOS KELOMPOK 1
Waktu sampling : Pukul 08:54 WIB
Tempat sampling : Barat daya pulau Pari,dekat dermaga LIPI
Posisi : - 5,863470 ; 106,609250
Transek Jenis/Spesies Jumlah
Individ
u
Dalam
Transek
Jumlah
Total
Individ
u
Jumlah
Kuadran
Tempat
Ditemukan
Spesies
Tersebut
Kelimpahan
(Individu/
Transek)
Kepadatan(Indi
vidu/m2)
1 Proclava
pieferi
120 163 5 24 163
Aceton Sp 20 5 4
Anadara Sp 13 5 2,6
Fellina Sp 10 4 2,5
2 Codokia Sp 7 42 3 2,3 42
Agprapa Sp 14 4 3,5
Bintang laut 2 1 2
Comitia
rotelina
9 3 3
3 Proclava
pieferi
109 141 5 21,5 141
Aceton Sp 24 5 4,8
Anadara Sp 7 3 2,3
Bintang laut 1 1 1
B. Data Kelas
1. DATA HASIL SAMPLING MAKROZOOBENTOS KELOMPOK 2
Stasiun Transek Jenis/Spesies
Jumlah Individu Dalam
Transek
Jumlah Total
Individu
Jumlah Kuadran Tempat
Ditemukan Spesies Tersebut
Kelimpahan (Individu/ Transek)
Kepadatan (Individu/m2)
Trocus Sp 20 5 4Turbo Sp 20 5 4Prototeastea nodulocus 1 5 0,2Proclava pfefferi 7 5 1,4Tellina sp. 15 5 3Turbo Sp 48 5 9,6Acteon Sp 5 5 1Anadara sp 4 5 0,8Turbo Sp 30 5 6Acteon Sp 21 5 4,2Trocus Sp 37 2 18,5Anadara sp 1 2 0,5kepiting 1 1 1Cacing 1 1 1Codakia tigerina 1 1 1Turbo Sp 40 5 8Turbo Sp 59 5 11,8Anadara sp 1 2 0,5Trocus Sp 31 1 31Turbo Sp 57 5 11,4Trocus Sp 18 5 3,6
85
89
II
1 43 43
2 81 81
3 85
Posisi : 05°86'35,09"S 106° 60'90,7"BT
I
1 48 48
2 72 72
3 89
Hasil Sampling Makrobenthos Kelompok 3
Transe
k
Jenis/Spesies Jumlah
Individ
u
dalam
transek
Jumlah
total
individ
u
Jumlah
kuadran
tempat
ditemuka
n spesies
tersebut
Kelimpahan
(individu/trans
ek
Kepadatan
(individu/
m2)
1 Donaxfaba 2 12 1 0.17 12
Codokia
tigerina
2 1 0.17
Protoreaster 3 2 0.25
Proclavapfeffe
ri
5 4 0.41
2 Codokia
tigerina
3 17 2 0.17 17
Proclava
pfefferi
8 5 0.47
Protoreaster 3 2 0.17
Acteon sp 3 1 0.17
3 Codokia
tigerina
3 15 2 0.2 15
Polinices
Hemirganus
5 3 0.33
Comitia
rotellina
5 4 0.33
Lotona faba 2 1 0.13
Hasil Sampling Makrobenthos Kelompok 4
Plot Trans
ek
Jenis/Spesies Jumlah
Individu
dalam
Transek
Jumlah
Total
Individu
Jumlah
Kuadran
Tempat
ditemukan
spesies
tersebut
Kelimpa
han
(individu
/transek)
Kepada
tan
(individ
u/m2)
1 1 Proclava
pfefferi
17 32 5 17 32
Tellina sp 5 2 5
Comitia
rotellina
2 2 2
Acteon sp 8 5 8
2 Proclava
pfefferi
23 33 5 23 33
Tellina sp 5 3 5
Codakia
tigerina
5 2 5
3 Proclava
pfefferi
15 29 5 15 29
Tellina sp 4 2 4
Adula atrata 3 1 3
Polinices
flemingianus
7 1 7
2 4 Proclava
pfefferi
16 28 5 16 28
Tellina sp 7 5 7
Acteon sp 5 3 5
5 Proclava
pfefferi
15 36 5 15 36
Tellina sp 9 5 9
Comitia
rotellina
5 2 5
Acteon sp 7 3 7
6 Codakia
tigerina
2 26 1 2 26
Tellina sp 5 1 5
Polinices
flemingianus
2 1 2
Proclava
pfefferi
17 5 17
Hasil Sampling Makrobenthos Kelompok 5
Stasiun
Transek
Jenis/Spesies
Jumlah Individ
u Dalam Transe
k
Jumlah Total
Individu
Jumlah Kuadran Tempat
Ditemukan Spesies Tersebut
Kelimpahan
(Individu/ Transek)
Kepadatan (Individu/m2
)
I
1
Codakia tigerina
2
8
2 2
8Comatia rotellina
2 1 2
Proclava pfefferi
4 5 4
2
Cacing 1
4
1 1
4Kepiting 1 1 1Codakia tigerina
2 2 2
3
Latona faba 1
9
1 1
9
Kepiting 1 1 1Proclava pfefferi
5 5 5
Codakia tigerina
2 3 2
II
1
Tellina sp. 1
6
1 1
6Proclava pfefferi
3 5 3
Codakia tigerina
2 2 2
2
Codakia tigerina
24
1 24
Proclava pfefferi
2 5 2
3
Codakia tigerina
25
2 25
Proclava pfefferi
3 5 3
Data Kelimpahan Makrozoobentos KELOMPOK 6
Tempat Sampling : Pulau Pari
Transek Jenis/Spesies Jumlah Individu dalam
Transek
Jumlah Total
Individu
Jumlah Kuadran Tempat
ditemukan spesies tersebut
Kelimpahan
(individu/transek)
Kepadatan
(individu/m2)
1 Proclava pfefferi 9 19 3 9 19Chlamys Farreri 3 1 3Tellina sp 5 2 5Acteon sp 2 3 2
2 Lactona faba 4 17 2 4 17Codakia tigerina 2 1 2Tellina sp 4 2 4
Proclava pfefferi 7 3 7
3 Polinices Flemingianus
4 21 3 4 21
Proclava pfefferi 9 5 9Codakia tigerina 2 2 2Lactona faba 6 4 6
4 Acteon sp 2 15 1 2 15Comitia Rotellina 3 3 3Tellina sp 4 2 4Proclava pfefferi 6 5 6
5 Codakia tigerina 2 14 2 2 14Chlamys Farreri 4 4 4Acteon sp 2 2 2Proclava pfefferi 6 5 6
6 Lactona faba 3 15 1 3 15Codakia tigerina 4 3 4Proclava pfefferi 6 5 6Polineses Flemiganus
2 1 2
Posisi : Sebelah Barat Pulau Pari (-5.8644040106.6081160)
Data Kelimpahan Makrozoobentos KELOMPOK 7
Tempat Sampling : Pulau Pari
Transek Jenis/Spesies Jumlah Individu dalam
Transek
Jumlah Total
Individu
Jumlah Kuadran Tempat
ditemukan spesies tersebut
Kelimpahan
(individu/transek)
Kepadatan
(individu/m2)
1 Proclava pfefferi 5 12 1 5 12Comitia rotellina 2 1 2Crustacea 1 3 1Annelida 2 2 2Adula atrata 1 2 1Kerang bambu 1 2 1
2 Proclava pfefferi 1 2 4 1 2Annelida 1 1 1
3 Proclava pfefferi 3 6 2 3 6Comitia rotellina 1 5 1Acteon sp 1 3 1Synapta maculate 1 2 1
4 Acteon sp 3 6 1 3 6Annelida 3 2 3
5 Annelida 6 10 2 6 10Trocus 1 4 1Proclava pfefferi 3 1 3
6 Proclava pfefferi 5 12 3 5 12Acteon sp 2 3 2Annelida 1 2 1Comitia rotellina 4 5 4
Posisi : Sebelah Barat Pulau Pari (-5.864778° ; 106.607219°)
Data Kelimpahan Makrozoobentos Kelompok 8
Tempat Sampling : Pulau Pari
Transek Jenis/Spesies Jumlah
Individu
dalam
Transek
Jumlah
Total
Individu
Jumlah
Kuadran
Tempat
ditemukan
spesies
tersebut
Kelimpah
an
(individu/
transek)
Kepadat
an
(individ
u/m2)
1 Proclava pfefferi 21 28 2 21 28
Acteon sp 1 1 1
Tellina sp 5 4 5
Comitia rotellina 1 2 1
2 Lactona faba 1 26 5 1 26
Tellina sp 4 1 4
Annelida sp 2 3 2
Proclava pfefferi 19 4 19
3 Codakia tigerina 4 5 3 4 5
Tellina sp 1 2 1
Posisi : Sebelah Barat Pulau Pari (-5.8645310 , 106.6076750)
4.2 Data Hasil Lamun
A. Data Kelompok
DATA HASIL SAMPLING LAMUN KELOMPOK 1
DATA HASIL SAMPLING LAMUN
STASIUN 1
Lokasi : Barat daya pulau Pari, dekat dermaga LIPI
Posisi : - 5,863470 ; 106,60925o
Waktu sampling : Pukul 08:54 WIB
Kedalaman : 40 cm – 60 cm
Sedimen : Pasir Berlumpur
Transek Spesies Spesies/ o/0
Komposisi
Tutupan
0/0 Tutupan Jumlah
Tegakan
1 Enhalus
acoroides
100 0/0 Enhalus
acoroides
59% 59 Tegakan
2 Enhalus
acoroides
100% Enhalus
acoroides
16% 16 Tegakan
3 Enhalus
acoroides
100% Enhalus
acoroides
66% 66 Tegakan
STASIUN 2
Lokasi : Barat daya pulau Pari, dekat dermaga LIPI
Posisi : - 5,863480 ; 106,609310
Waktu sampling : Pukul 09:13 WIB
Kedalaman : 40 cm – 60 cm
Sedimen : Pasir berlumpur
Transek Spesies Spesies/ o/0 0/0 Tutupan Jumlah
Komposisi
Tutupan
Tegakan
1 Enhalus
acoroides
100 0/0 Enhalus
acoroides
62% 62 Tegakan
2 Enhalus
acoroides
100% Enhalus
acoroides
42% 42 Tegakan
3 Enhalus
acoroides
100% Enhalus
acoroides
72% 72 Tegakan
STASIUN 3
Lokasi : Barat daya pulau Pari, dekat dermaga LIPI
Posisi : - 5,863480 ; 106,609390
Waktu sampling : Pukul 10:12 WIB
Kedalaman : 40 cm – 60 cm
Sedimen : Pasir berlumpur
Transek Spesies Spesies/ o/0
Komposisi
Tutupan
0/0 Tutupan Jumlah
Tegakan
1 Enhalus
acoroides
100 0/0 Enhalus
acoroides
56% 56Tegakan
2 Enhalus
acoroides
100% Enhalus
acoroides
60% 60 Tegakan
3 Enhalus
acoroides
100% Enhalus
acoroides
32% 32 Tegakan
B. Data Kelas
1. DATA HASIL SAMPLING LAMUN KELOMPOK 2
Lokasi : Barat pulau Pari
Posisi : 05°86'35,09"S 106° 60'90,7"BT
Stasiun Transek SpesiesSpesies /
%Komposisi Tutupan
%TutupanJumlah
Tegakan
1 Enhalus sp. 50% 662 Enhalus sp. 80% 573 Enhalus sp. 70% 571 Enhalus sp. 70% 852 Enhalus sp. 72% 563 Enhalus sp. 30% 301 Enhalus sp. 45% 442 Enhalus sp. 30% 433 Enhalus sp. 23% 40
I
II
III
2. DATA HASIL SAMPLING LAMUN KELOMPOK 3
Stasiun Transe
k
Spesies Spesies/%
Komposis
i
Tutupan
%Tutupa
n
Jumlah
Tegaka
n
Lokasi 1 1 Enhalus
acoroide
s
100% 95% 120
Posisi S
05o86’38,3”
E
10
6o60’89,0”
Waktu
Sampling
9.00 WIB 2 Enhalus
acoroide
100% 85% 84
sKedalama
n
1. 50 cm
2. 55 cm
3. 70 cm
Sedimen Lumpur
Berpasir
3 Enhalus
acoroide
s
100% 70% 61
3. DATA HASIL SAMPLING KELOMPOK 4
Stasiun 05.86407o
S
106.6086
8o E
Transe
k
Spesies Spesies/
%
Komposis
i
Tutupan
%
Tutupa
n
Jumlah
Tegaka
n
Lokasi Pulau Pari 1 Enhalus
acoroide
s
Enhalus
acoroides
55%
55% 37
Posisi Dekat
dermaga
Waktu
Sampling
Jumat, 25
April
2014
pukul
08.59
WIB
2 Enhalus
acoroide
s
Enhalus
acoroides
75%
75% 53
Kedalama
n
83 cm 3 Enhalus
acoroide
s
Enhalus
acoroides
63%
63% 85
Sedimen Lumpur
berpasir
4. DATA HASIL SAMPLING LAMUN KELOMPOK 5
Stasiun Transek SpesiesSpesies /
%Komposisi Tutupan
%TutupanJumlah
Tegakan
1 Enhalus sp. 65% 922 Enhalus sp. 50% 723 Enhalus sp. 60% 891 Enhalus sp. 55% 712 Enhalus sp. 70% 953 Enhalus sp. 65% 74
I
II
5. DATA HASIL SAMPLING KELOMPOK 6
Posisi : Sebelah Barat Pulau Pari (-5.8644040106.6081160)
Stasiun 1 Transek
Spesies Spesies/ % Komposisi Tutupan
% Tutupan
Jumlah Tegakan
Lokasi Pulau Pari1
Enhalus Acoroides
100%
39% 29
Posisi Sebelah Barat, Pulau Pari-5.8644040
106.6081160
Waktu Sampling
24 April 2015, pukul 10.11 WIB
250% 49
Kedalaman
50 cm
Sedimen Lumpur berpasir 3
64% 52
6. DATA HASIL SAMPLING KELOMPOK 7
Stasiun 1 Transek Spesies Spesies/ % Komposisi Tutupan
% Tutupan
Jumlah Tegakan
Lokasi Pulau Pari1
Enhalus Acoroides
100%
40% 30
Posisi Sebelah Barat, Pulau Pari (-5.864778° ; 106.607219°)
Waktu Sampling
24 April 2015, pukul 10.10 WIB
225% 26
Kedalaman
50 cm
Sedimen Lumpur berpasir 3
70% 51
7. DATA HASIL SAMPLING LAMUN KELOMPOK 8
Stasiun 1 Transe
k
Spesies Spesies/ %
Komposisi
%
Tutupan
Jumlah
Tegakan
Tutupan
Lokasi Pulau Pari
1
Enhalus
Acoroides
100%
100% 103
Posisi Sebelah
Barat,
Pulau Pari
-5.8645390
106.60762
30
2
25% 12
Waktu
Sampling
24 April
2015,
pukul
10.00
WIB
3
85% 41
Kedalam
an
85 cm
1 Enhalus
Acoroides 100%
90% 71
Sedimen Berpasir
dan
berlumpur
2
60% 37
3
80% 55
4.3 Pembahasan
Pada laporan praktikum ini,praktikan akan membahas 2 topik yaitu topik
tumbuhan lamun dan makrozoobentos. Untuk kegiatan sampling lamun lokasi
yang dipilih di bagian barat daya pulau Pari dekat dermaga LIPI. Praktikan
mendapat wilayah pengerjaan observasi di plot 1 yaitu pada titik koordinat -
5,863470 ; 106,60925o, ,- 5,863480 ; 106,609310 , - 5,863480 ; 106,609390 dengan 3
kali pengambilan data dengan transek kuadran . Jangkauan observasi kami
sepanjang 20 meter dengan menggunakan patok dan tali secara vertikal dari
wilayah pantai. Metode yang digunakan ialah menggunakan transek kuadran
dengan luasan 1x1 m dengan model transek diagonal.
Berdasarkan hasil pengamatan, vegetasi jenis lamun yang mendominasi
ialah spesies Enhalus acoroides dengan persen komposisi tutupan sebesar 100%.
Pada hasil data kelompok praktikan memasukan data 3 stasiun dengan koordinat
yang berbeda pada 1 plot. Koordinat-koordinat tersebut meliputi; Stasiun 1 -
5,863470 ; 106,60925o , Stasiun 2 - 5,863480 ; 106,609310 , Stasiun 3 - 5,863480 ;
106,609390 . Bila diambil nilai rata-rata jumlah tegakan pada stasiun 1 sebanyak
47 tegakan Enhalus acoroides, pada stasiun 2 sebanyak 58,6 tegakan dan pada
stasiun 3 sebanyak 49,3 tegakan. Tak jauh berbeda dengan data kelas yang telah
dikumpulkan praktikan, dominansi pun didominasi oleh vegetasi lamun dari
spesies Enhalus acoroides dengan karakteristik jumlah yang banyak.
Enhalus acoroides merupakan salah satu jenis lamun yang paling
melimpah di perairan Indonesia dan mempunyai ukuran morfologi yang besar.
Lamun jenis Enhalus acoroides merupakan spesies yang umum tumbuh di
substrat lumpur. Jenis Enhalus acoroides dapat tumbuh menjadi padang yang
monospesifik. Sebaran vertikal jenis Enhalus acoroides dapat tumbuh mencapai
kedalaman 25 m. Enhalus acoroides merupakan naungan yang penting bagi ikan-
ikan muda. Kelebihan yang dimiliki oleh Enhalus acoroides yaitu dalam
pertumbuhannya terbilang lebih cepat dibandingkan jenis lamun yang lainnya.
Klasifikasi lamun Enhalus acoroides menurut Den Hartog (1970) :
Divisi : Antophyta
Kelas : Angiospermae
Sub kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocaritaceae
Genus : Enhalus
Spesies : Enhalus acoroides
Ukuran : panjang daun sekitar 30–150 cm, lebar daun antara 1.2–1.4 cm
Ciri morfologi :
- Daun berbentuk pita dengan penebalan di tepi daun
- Ujung daun membulat dan sering kali rusak karena terpapar sinar matahari
langsung
- Tulang-tulang daun sejajar, tiap tunas terdiri dari 2 – 6 daun
- Hidup pada sedimen yang lembut (berlumpur)
- Biasanya terdapat di daerah pasang surut
Habitat : tumbuh diperairan dangkal dengan substrat berpasir dan
berlumpur atau kadang-kadang di pecahan terumbu karang.
Pertumbuhan lamun dapat dilihat dari pertambahan panjang bagian-bagian
tertentu seperti daun dan rhizomanya (Gilang, 2013). Namun pertumbuhan
rhizoma lebih sulit diukur pada jenis-jenis tertentu karena umumnya berada
dibawah substrat, penelitian pertumbuhan daun lamun berada di atas substrat,
sehingga lebih mudah diamati (Azkab dan Kiswara, 1994). Pertumbuhan daun
lamun berbeda-beda antara lokasi yang satu dengan yang lainnya, hal ini
dikarenakan kecepatan atau laju pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor faktor
internal seperti fisiologi, metabolisme dan faktor-faktor eksternal seperti zat-zat
hara, tingkat kesuburan substrat dan parameter lingkungan lainnya.
Laju pertumbuhan daun lamun Enhalus acoroides (mm/hari, cm/hari) pada
beberapa lokasi penelitian :
LOKASI PERTUMBUHAN PERTUMBUHAN SUMBER
(cm/hari) (mm/hari)
Pulau Pari
(Kepulaun
Seribu)
5,2 - 12,1 Azkab (1988)
Pulau Panjang
(Teluk Banten )
3,2 - 3,9 Moro (1988)
Barang Lompo
(Kepulauan
Spermonde,
Makassar)
15,5 - 16,5 Erftmeijer
(1992) dalam
Hamid (1996)
Gusung Tallang
(Ujung Pandang)
23,0 - 39,0 Erftmeijer
(1992) dalam
Hamid (1996)
Lombok selatan 6,4 - 26,8 Azkab dan
Kiswara
(1994)
Teluk Grenyang
(Bojonegara-
Banten)
4,2 - 14,6 Hamid (1996)
Pantai Sayang
Heulang Garut
0,32 – 0,74 Deviyana
(2012)
Pulau Pari
(Kepulauan
Seribu)
0,50 – 0,82 Gilang (2013)
Pulau Pari
( Kepulauan
Seribu)
0,50 – 1,01 Rahayu
(2013)
Selain melakukan transek lamun,praktikan juga melakukan pengukuran
secara in situ mengenai kualitas air di sekitar padang lamun tersebut. Parame
kualitas air yang diambil meliputi suhu, pH,DO, dan salinitas. Data dari
parameter-parameter tersebut dilakukan secara 3 kali pengulangan
pengukuran,sehingga didapat rata-rata nilai dari setiap parameter sebagai berikut :
Parameter KualitaAir In Situ Nilai
Suhu 290 C
Sslinitas 30,3%O
pH 8,13
DO 4,3mg/L
Menurut Nontji (1987), pengaruh suhu terhadap sifat fisiologi organisme
perairan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi fotosintesis. Kisaran
suhu yang optimal bagi spesies lamun untuk tumbuh yaitu 28°C - 30°C,
sedangkan untuk fotosintesis lamun membutuhkan suhu optimum 25°C - 35°C.
Pengaruh suhu bagi lamun sangat besar, suhu mempengaruhi proses-proses
fisiologis lamun, yaitu fotosintesis, laju respirasi, pertumbuhan, dan reproduksi
(Berwick, 1983). Data suhu yang dimiliki oleh praktikan yang dimiliki oleh
praktikan yaitu 290 C dan masih masuk ke dalam rentang suhu optimum
kehidupan lamun dan suhu optimum pada fotosintesis lamun.
Hutomo (1999) menjelaskan bahwa lamun memiliki kemampuan toleransi
yang berbeda terhadap salinitas, namun sebagian besar memiliki kisaran yang
lebar yaitu 10-40‰. Nilai salinitas yang optimum untuk lamun adalah 35‰.
Walaupun spesies lamun memiliki
toleransi terhadap salinitas yang berbeda-beda, namun sebagian besar memiliki
kisaran yang tinggi terhadap salinitas yaitu antara 10-30 ‰. Penurunan salinitas
akan menurunkan kemampuan fotosintesis. (Dahuri et al, 2001).
Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
organisme perairan sehingga dipergunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan
baik buruknya suatu perairan. Menurut Nybakken (1992), kisaran pH yang
optimal untuk air laut antara 7,5-8,5. Kisaran pH yang baik untuk lamun ialah
pada saat pH air laut 7,5-8,5 , karena pada saat kondisi pH berada dikisaran
tersebut maka ion bikarbonat yang dibutuhkan oleh lamun untuk fotosintesis
dalam keadaan melimpah (Phillip dan Menez, 1988). Pada data nilai yang dimiliki
oleh praktikan nilai pH yang terkandung di dalam air sampel paerairan sebesar
8,13 dan nilai tersebut berada di luar jangkauan untuk pH optimum pertumbuhan
lamun.
Kelarutan oksigen dalam air laut dipengaruhi oleh tekanan parsial gas-gas
yang ada dalam air dan udara, suhu, pH, dan turbulensi. Kandungan oksigen
dalam air berasal dari difusi udara dan hasil fotosintesis organisme berklorofil
(termasuk lamun) yang hidup di perairan. Perairan yang hangat memiliki
kandungan oksigen terlarut yang rendah dibandingkan dengan perairan yang lebih
dingin, dimana konsentrasi kejenuhan oksigen terlarut menurun antara 0,2 dan 0,3
mg/l untuk setiap kenaikan temperatur derajat celcius (Arnell, 2002).Kandungan
oksigen terlarut di perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: (1)
interaksi antara permukaan air dan atmosfir (2) kegiatan biologis seperti
fotosintesis, respirasi dan dekomposisi bahan organik (3) arus dan proses
percampuran massa air (4) fluktuasi suhu (5) salinitas perairan (6) masuknya
limbah organik yang mudah terurai. Pada data nilai DO yang dimiliki oleh
praktikan yaitu 4,3 mg/L. Padang lamun merupakan lingkungan yang kaya akan
oksigen sehingga cocok bagi makrofauna untuk melakukan kolonisasi ke habitat
ini (Zulkifli, 2000). Oksigen terlarut dimanfaatkan untuk respirasi tumbuhan dan
hewan air, dekomposisi bahan organik (BOD atau biochemical oxygen dermand),
dan oksidasi amonia menjadi nitrat dan nitrit.
Substrat merupakan medium dari mana tumbuhan secara normal
memperoleh nutrien. Substrat dapat didefinisikan pula sebagai medium alami
untuk pertumbuhan tanaman yang tersusun atas mineral, bahan organik, dan
organisme hidup. Jenis substrat yang ditemukan untuk wilayah plot observasi
merupakan substrat pasir berlumpur. Menurut Rohanipah (2009) Pasir Berlumpur
= Substrat pasir berlumpur memiliki komposisi pasir 49-84% dari seluruh
komposisi substrat, dimana kelompok ini memiliki komposisi terbanyak pasir
namun ada sedikit campuran lumpur. Dengan ukuran partikel 0,096-0434 mm.
pada penelitian (Rahayu, 2013) menyatakan pertumbuhan Enhalus acoroides di
Pulau Pari Kepulauan Seribu pada substrat pasir memiliki nilai tertinggi daripada
substrat berlumpur.
Pantai berpasir merupakan lingkungan yang sangat dinamis, dimana
struktur fisik habitatnya digambarkan dengan adanya interaksi antara pasir,
gelombang, dan pasang surut air laut. Pantai berlumpur merupakan pantai yang
memiliki substrat yang sangat halus dan berada pada daerah yang terlindung dari
hempasan gelombang secara langsung. Pantai berlumpur dicirikan oleh ukuran
butiran sedimen halus, tingkat bahan organik yang tinggi, serta pengaruh pasang
surut yang mengaduk sedimen secara periodik. Organisme yang umum ditemukan
di pantai berpasir dan berlumpur adalah organisme penggali substrat (Nybakken,
1998)
Substrat sangat mempengaruhi komunitas organisme, karena substrat
perairan merupakan sumber makanan dan tempat hidup (Yeanny M.S, 2007).
Penyebaran organisme bentos erat sekali hubungannya dengan kondisi perairan
dimana organisme ini ditemukan (Knox, 2001).
Berdasarkan ukuran, bentos dibagi menjadi empat, yaitu megabentik
(ukuran >20 cm), makrobentik (ukuran >0,5 mm – 20 cm), meiobentik (ukuran
>50 µm – 0,5 mm), dan mikrobentik (5 µm – 50 µm). Makrobentik kemudian
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu makrofita dan makrozoobentos. Makrofita
merupakan kelompok produsen bentik yang berukuran besar, sedangkan
makrozoobentos merupakan kelompok hewan bentik yang sebagian atau seluruh
siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun
menggali lubang. Contoh makrofita antara lain lamun dan makroalga, sedangkan
contoh makrozoobentos antara lain Mollusca dan Echinodermata (Hakim, 2011;
Lampert & Sommer, 2007; Meadows & Campbell, 1990).
Dari data diatas pada Pulau Pari yang pantainya memiliki subtrak berpasir
terdapat satu famili yang mendominasi, yang menyebabkan rendahnya nilai
keanekaragaman. Dalam praktikum ini, pada pantai berpasir ditemukan famili
dengan jumlah individu terbanyak yaitu Cerithiidae. Cerithiidae mendominansi di
pantai dengan persentase kemunculan yang lebih besar dibandingkan dengan
famili lain.
Cerithiidae merupakan famili terbesar dari superfamili Cerithiodea.
Cerithidae ditemukan hampir di seluruh dunia di perairan laut yang hangat dan
dangkal pada iklim tropis dan non tropis. Cerithiidae memiliki cangkang yang
tinggi, sempit dan whorl yang melingkar dengan ornamentasi nodule yang timbul
serta memiliki sifonal kanal di bagian anterior. Operculum berbentuk oval dengan
outer lip yang datar. Cerithiidae menempati banyak substrat, mulai dari substrat
pasir, batuan, karang sampai perairan berlumpur. Pada sebagian lokasi khususnya
di daerah tropis dan subtropis, famili Cerithiidae merupakan gastropoda dominan
yang ditemukan pada ekosistem pesisir. (Tunnel W J dkk, 2010)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ada berbagai macam macrozoobenthos yang dapat ditemukan di pesisir
pantai pulau Pari, seperti: Proclava pieferi, Aceton sp. ; Anadara sp. ; Fellina sp. ;
Codakia sp. ; Turbo sp. ; Trocus sp. ; bintang laut dan kepiting. Menurut data hasil
sampling kelompok 1, spesie Proclava pieferi paling banyak ditemukan. Banyak
ditemukan pula spesies Aceton sp. Menurut data kelas, spesies yang paling
banyak ditemukan adalah spesies Turbo sp. dan Trocus sp.
Menurut data hasil sampling lamun di pesisir pantai pulau pari, lamun
yang tumbuh di pesisir hanya spesies Enhalus acoroides. Tegakan terbanyak
terdapat pada stasiun kedua yaitu sebanyak 176 tegakan. Lamun dapat tumbuh
subur di pesisir ini karena hasil uji kualitas air menunjukan data sebagai berikut:
kecerahan: 100%, Suhu: 29oC, salinitas: 30,3‰, dan DO 4,3 mg/L. semua
parameter mendukung untuk lamun tumbuh secara optimal.
5.2 Saran
Pemantauan kondisi lingkungan pesisir pulau pari tetap berkelanjutan agar
kelestarian lingkungannya tetap terjaga. Praktikan lebih berhati-hati dalam
melakukan sampling agar tidak merusak ekosistem seperti halnya menginjak-injak
lamun sehingga menyebabkan kerusakan ekosistem.
Lampiran
Gambar 1, 2, 3
( Sampel air yang
telah diolah,
diberi pereaksi dan
akan
disentrifugasi)
Gambar 4 (Alat yang digunakan untuk mensentrifugasi)
Gambar 5 (Proses pengolahan sampel air)
Gambar 6 (kiri) (Sampel air yang berada pada botol dengan kondisi tertutup
lakban agar menghindari cahaya masuk); Gambar 7 (tengah) (Sampel air yang
telah diolah yang nantinya diberi pereaksi); Gambar 8 (kanan) (Proses
penyaringan sampel air agar mendapatkan fitoplankton)
DAFTAR PUSTAKA
Media Unpad. . Bab II Kajian Pustaka.
http://media.unpad.ac.id/thesis/230210/2009/230210090081_2_4179.pdf .
Diakses pada 2 Mei 2015, pk. 21.00 WIB.
Bengen,D.G. 2004. Sinopsis ekosistem dan sumberdaya alam pesisir.PusatKajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Instititut Pertanian Bogor, Bogor: 37
hlm.
Nybakken, J.W. 1998. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia
Pustaka Utama Jakarta. 459 hlm. (Diterjemahkan oleh Eidman, H.M. et
al)
Philippoff, Joanna & Cox Erin.Measuring Abundance: Transects and Quadrats: 5
hlm. http://www.hawaii.edu/gk-12/opihi/classroom/measuring.pdf.
Diakses pada 10 Oktober 2014 pk 20.08 WIB.
Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif : Metode Analisis Populasi dan
Komunitas. Jakarta : Penerbit Usaha Nasional
Yeanny, Mayang Sari. 2007. Keanekaragaman makrozoobenthos di muara sungai
Belawan. Jurnal Biologi Sumatra.2(2).37-41 hlm.
Sampul Luar (sampul luar ga pake nama) ARYASampul Dalam ARYALembar Pengesahan ARYAKata Pengantar ARYADaftar IsiDaftar Tabel Nunggu Semua Selesei ynryDaftar GambarDaftar LampiranBab I Pendahuluan MBAK NISA
1.1 Latar Belakang Praktikum1.2 Tujuan Praktikum1.3 Manfaat Praktikum
Bab II Tinjauan Pustaka YANTO2.3 Tinjauan Umum Lokasi Pelaksanaan Praktikum2.4 Tinjauan Umum Lokasi Pengambilan Sampel MASIH BELUM
Bab III Metodologi Praktikum AUL3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum3.2 Alat Bahan3.3 Prosedur sampling3.4 Prosedur analis data
Bab IV Hasil dan Pembahasan4.1 Hasil GELANTARA
4.1.1 Data hasil sampling makrobentos4.1.2 Data hasil sampling lamun4.1.3 Data hasil sampling mangrove
4.2 Pembahasan YNRYBab V Kesimpulan dan Saran AGUNG
5.1 Kesimpulan5.2 Saran
Top Related