Laporan Praktikum Survei Topografi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemetaan topografi dilakukan untuk menentukan posisi planimetris (x,y)
dan posisi vertikal (z) dari objek-objek dipermukaan bumi yang meliputi
unsur-unsur alamiah seperti : sungai, gunung, danau, padang rumput, rawa
dan sebagainya serta unsur-unsur buatan manusia seperti rumah, sawah,
jembatan, jalan, jalur pipa, rell kereta api dan sebagainya. Ilmu Geodesi
pada mulanya adalah cabang terapan dari ilmu matematis, ilmu bumi
bersama ilmu geologi, geofisika dan lain sebagainya. Yang
perkembanganya dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan
metodologi dan aplikasi instrument ukur Geodesi untuk keperluan
pengukuran dan rekayasa yang dikenal dengan engineering surveying yang
di Indonesia dikenal dengan Teknik Geodesi.
Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud yaitu:
1. Maksud Ilmiah : menentukan bentuk dari permukaan bumi
2. Maksud Praktis : membuat bayangan yang dinamakan peta dari
sebagian besar atau sebagian kecil dari permukaan bumi.
Dalam laporan praktikum ini akan dibicarakan maksud kedua yang praktis,
yaitu guna pembuatan peta topografi, maksud ini dicapai dengan
melakukan pengukuran-pengukuran diatas permukaan bumi yang
mempunyai bentuk tidak beraturan, karena adanya gunung-gunung yang
tinggi dan lembah-lembah yang curam. Pengukuran-pengukuran yang
dilakukan dibagi dalam pengukuran yang mendatar untuk mendapatkan
hubungan mendatar titik-titik yang diukur diatas permukaan bumi dan
pengukuran tegak guna mendapatkan hubungan tegak antara titik-titik
yang diukur. Untuk memindahkan keadaan dari permukaan bumi yang
tidak beraturan dan yang melengkung kebidang peta yang datar,
diperlukan bidang perantara yang dipilih sedemikian rupa, hingga
pemindahan keadaan itu dapat dilakukan dengan semudah-mudahnya.
1
Laporan Praktikum Survei Topografi
1.2. Maksud dan Tujuan
Pengukuran dalam praktikum mempunyai maksud dan tujuan yang akan
dijelaskan pada sub bab berikut ini.
1.2.1. Maksud Praktikum
Maksud dilakukannya praktikum adalah sebagai berikut ini :
1. Mahasiswa dapat melakukan praktikum sesuai dengan yang diajarkan
pada bangku perkuliahan.
2. Mahasiswa dapat memperoleh gambaran yang lebih luas mengenai
bidang keilmuan geodesi, khususnya ilmu ukur tanah yang semakin
maju perkembangannya.
3. Mahasiswa dapat mengatasi masalah yang terjadi pada waktu
pengukuran.
4. Mahasiswa dapat mengenal azimuth matahari.
5. Mahasiswa dapat mengenal poligon tertutup.
6. Mahasiswa dapat mengenal peta topografi dengan menggunakan garis
kontur.
1.2.2. Tujuan Praktikum
Secara garis besar, praktikum ini bertujuan untuk :
1. Menerapkan teori yang didapat selama dibangku kuliah dalam
prakteknya dilapangan.
2. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam pembuatan peta
topografi.
3. Meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam mata kuliah Ilmu Ukur
Tanah.
4. Dapat melakukan pengamatan dan perhitungan azimuth matahari.
5. Dapat melakukan pengukuran dan perhitungan poligon tertutup.
1.3. Volume Pekerjaan
1. Orientasi lapangan
2. Pengukuran polygon tertutup
3. Pengukuran Jarak Langsung
2
Laporan Praktikum Survei Topografi
4. Pengukuran beda tinggi (waterpassing)
5. Pengukuran detail
6. Pengamatan azimuth matahari
7. Penggambaran peta topografi dan garis kontur
1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam punyusunan laporan praktikum
ini adalah :
a. Metode Literatur, didasari pada teori-teori yang diberikan selama
perkuliahan dan dari buku-buku lain yang berkaitan dengan Ilmu Ukur
Tanah.
b. Metode Lapangan, berdasarkan pada pelaksanaan praktikum yang
dilaksanakan pada bulan Desember 2009, Jalan Kedung Ombo
Malang.
3
Laporan Praktikum Survei Topografi
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Peta Topografi
Sebelum mengetahui apa itu Peta Topografi, perlu diketahui terlebih
dahulu pengertian tentang kata Topografi. Topografi berasal dari bahasa
Yunani dan terdiri dari dua kata: topos = lapangan dan grafos =
penjelasan tertulis. Jadi topografi berarti penjelasan tertulis tentang
lapangan. Peta topografi adalah peta yang menyajikan unsur-unsur alam
asli dan unsur-unsur buatan manusia diatas permukaan bumi. Unsur-unsur
alam tersebut diusahakan diperlihatkan pada posisi yang sebenarnya.
Pengukuran melalui titik kontrol menguraikan cara-cara penempatan titik
kontrol yang dibutuhkan untuk pengukuran pemetaan topografi. Pemetaan
topografi dibuat berdasarkan koordinat yang telah ditentukan pada
pengukuran titik kontrol.
Pemetaan topografi merupakan suatu pekerjaan yang memperlihatkan
bentuk planimetris permukaan bumi, bentuk diukur dan hasilnya
digambarkan diatas kertas dengan simbol-simbol peta pada skala tertentu
yang hasilnya berupa peta topografi.
Peta topografi mempunyai ciri khas yang dibuat dengan teliti (secara
geometris dan georeferensi) dan penomorannya berseri, standart. Peta
topografi mempunyai peta dasar (base map) yang berarti kerangka dasar
(geometris / georeferensi) bagi pembuatan peta - peta lain.
2.2. Orientasi Lapangan
Sebelum melaksanakan kegiatan pengukuran, berbagai persiapan
diperlukan agar pengukuran dapat berjalan lancar. Beberapa tahapan yang
harus disiapkan tersebut antara lain meliputi :
Reconnaissance, yaitu penentuan lokasi secara garis besar ditentukan
secara hati-hati pada peta-peta skala kecil dan dari foto udara serta
penjelajahan lapangan.
Preliminary, yaitu survey yang dilakukan pada lokasi terpilih dan pada
survey ini dilakukan penentuan titik kontrol kerangka peta dan sudah
4
Laporan Praktikum Survei Topografi
ditentukan metode pengukuran yang paling efisien. Pada tahapan ini
biasanya juga dihitung kebutuhan logistik, masa kerja dan target yang
harus dicapai setiap hari kerja.
Dengan adanya persiapan yang matang dan juga kesiapan fisik dan mental
dari surveyor, maka diharapkan agar tugas pengukuran dapat dilaksanakan
secara baik, teratur, berkeseinambungan dan selesai tepat waktu.
2.3. Kerangka Kontrol Peta
Penentuan kerangka kontrol peta adalah salah satu tahapan yang harus
dilaksanakan dalam proses pembuatan peta topografi. Adapun kerangka
kontrol peta terbagi atas dua macam yaitu : kerangka kontrol horizontal
dan kerangka kontrol vertikal.
2.3.1. Kerangka Kontrol Horizontal
Kerangka kontrol horizontal (KKH) sangat penting peranannya dalam
pembuatan peta topografi. Pengukuran kerangka kontrol horizontal
biasanya dilakukan dengan menggunakan :
a. Metode Triangulasi (rangkaian segitiga untuk KKH dengan diketahui
sudutnya )
b. Metode Trilaterasi (rangkaian segitiga untuk KKH dengan diketahui
jaraknya)
c. Metode Poligon (rangkaian titik-titik yang membentuk segi banyak)
Dalam laporan praktikum ini akan dijelaskan mengenai pengukuran
kerangka kontrol horizontal dengan menggunakan metode polygon dan
dengan menggunakan metode ini, akan didapat tiga data yaitu : sudut,
jarak, dan azimuth.
a. Pengukuran Sudut
Sudut adalah perbedaan antara dua buah arah.
Metode pengukuran sudut dapat menjadi 2(dua) yaitu :
- Sudut tunggal
Pada pengukuran sudut tunggal hanya didapatkan satu data ukuran
sudut horizontal
5
Laporan Praktikum Survei Topografi
Sudut tunggal
- Sudut ganda
Sudut ganda disebut juga dengan pernyataan seri. Sudut seri
didapatkan dua data ukuran sudut, yaitu data ukuran sudut pada
kedudukan biasa dan data ukuran sudut pada kedudukan luar biasa.
Sudut ganda
Adapun cara pengukuran sudutnya :
Pada titik 1 dimana alat theodolit didirikan, teropong diarahkan ke
titik 4 sebagai backside dan set piringan horizontal menjadi 000000.
Setelah itu arahkan kembali teropong ke titik 2, bacalah bacaan
piringan horisontalnya. Untuk mendapatkan sudutnya yaitu dengan
mengurangkan bacaan piringan horisontal pada titik 2 ke titik 4.
Untuk mengontrol sudut tersebut perlu dilakukan pembacaan skala
piringan horisontal luar biasa pada titik-titik tersebut sehingga
didapatkan 4 sudut yaitu 2 sudut biasa dan 2 sudut luar biasa
(pengukuran 1 seri rangkap). Cara ini disebut juga cara reitrasi .
6
A
23
1
A
23
1
Pengukuran jarak langsungGambar 2.3.1.i
Laporan Praktikum Survei Topografi
b. Pengukuran jarak
Pengukuran jarak untuk kerangka kontrol peta, dapat dilakukan
dengan cara langsung menggunakan alat sederhana yaitu roll meter
atau dengan alat sipat datar yaitu jarak optis, sedangkan untuk
mendapatkan data jarak yang lebih teliti dibandingkan dengan dua
cara yang ada, data jarak didapat juga dengan alat pengukur jarak
elektonis EDM ( elektro distance measurement ).
Terdapat dua macam pengukuran jarak yaitu :
1. Pengukuran jarak langsung
Dalam pengukuran kerangka kontrol horisontal yang digunakan
adalah jarak langsung, dalam pengukuran jarak langsung perlu
dilakukan pelurusan apabila roll meter yang digunakan tidak
menjangkau dua buah titik yang sedang diukur.
7
d 2 d 3d 1
2’1’ 21
Keterangan :1 ; 2 = titik kontrol yang akan diukur1’ ; 2’ = titik bantuan untuk pelurusand = jarakd12 = dtotal = d1+d2+d3
d total
Laporan Praktikum Survei Topografi
2. Pengukuran jarak optis
Pengukuran jarak optis adalah pengukuran jarak secara tidak
langsung karena dibantu dengan alat sipat datar atau theodolite dan
rambu ukur. Dimana pada teropong alat terdapat tiga benang
silang, benang atas (ba), benang tengah (bt), benang bawah (bb)
yang merupakan data untuk mendapatkan jarak.
D = (ba - bb) x 100 ; untuk sipat datar dan dapat juga digunakan
pada penghitungan Dm pada alat theodolit.
Dd = (ba - bb) x 100 x sin2 Z ; untuk theodolite sistem zenith.
Dd = (ba - bb) x 100 x sin2 H ; untuk theodolite sistem helling.
2.3.2. Kerangka Kontrol vertikal.
8
ti
A
Pengukuran jarak optis
Gambar 2.3.1.ii
HZDmm
Ba
Bt
Bb
Ddh AB
B
Keterangan gambar:
A,B : titik target
Dm : jarak miring
Ti : tinggi alat/tinggi instrument
Z : sudut zenith
H : sudut helling
Dd : jarak datar
∆h AB : beda tinggi antara titik A & titik B
Ba,Bt,Bt : bacaan skala rambu ukur
Laporan Praktikum Survei Topografi
Pengukuran posisi vertikal (ketinggian) dapat diperoleh dengan metode
barometris, tachimetri, dan metode levelling. Pada laporan ini akan
dijelaskan mengenai penentuan Kerangka Kontrol Vertikal (KKV) dengan
menggunakan metode levelling (waterpass pergi pulang).
Waterpass (level / sipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang
dipergunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik yang
berdekatan yang ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong)
horisontal yang ditujukan ke rambu-rambu ukur yang vertikal. Sedangkan
pengukuran yang menggunakan alat ini disebut waterpassing atau levelling
yang akan ditentukan ketinggiannya berdasarkan suatu sistem referensi
atau datum tertentu. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan beda
tinggi suatu titik bidang acuan. Sistem referensi yang dipergunakan adalah
tinggi permukaan air laut rata-rata (mean sea level) atau sistem referensi
lain yang dipilih.
Pada pengukuran beda tinggi dengan waterpass didasarkan atas kedudukan
garis bidik teropong yang dibuat horisontal dengan menggunakan
gelembung nivo.
Dimana: Ba = pembacaan skala rambu untuk benang atas
Bt = pembacaan skala rambu untuk benang tengah
Bb = pembacaan skala rambu untuk benang bawah
BtA = pembacaan skala rambu untuk benang tengah dititik A
BtB = pembacaan skala rambu untuk benang tengah dititik B
hAB = beda tinggi titik A dan B
9
Waterpassing dengan sipat datarGambar 2.3.2
hAB = BtA - BtBA
B
Ba
Bt
Bb
Ba
Bt
Bb
Laporan Praktikum Survei Topografi
Persamaan di atas merupakan persamaan dasar untuk penentuan beda
tinggi dengan cara sipat datar. Hasil pengukuran beda tinggi digunakan
untuk menentukan tinggi titik terhadap titik tetap atau bidang acuan yang
telah dipilih. Tinggi titik (elevasi) hasil pengukuran waterpass terhadap
titik acuan dihitung dengan rumus :
Hb = Ha + hAB
Dimana :
Hb : tinggi titik yang akan ditentukan
Ha : tinggi titik acuan
hAB : beda tinggi antara A dan B
Ada berbagai macam cara penentuan tinggi titik dengan menggunakan
waterpassing atau sipat datar, salah satunya yaitu :
Waterpassing memanjang / waterpassing berantai.
Waterpassing memanjang mempunyai tujuan untuk menentukan tinggi
titik secara teliti. Waterpassing memanjang ini diperlukan dalam
pengukuran kerangka
kontrol vertikal, misalnya penentuan tinggi titik poligon.
10
B
A1
2
Btb A Bt m1
Bt b1 Bt m2Bt b2 Bt mB
Waterpasing MemanjangGambar 2.3.2.b
Ket : Bt b : pembacaan skala rambu ukur
Untuk benang tengah belakang Btm : pembacaan skala rambu ukur
Untuk benang tengah muka A,1,2,B : no. titik
Laporan Praktikum Survei Topografi
Pada pengukuran waterpasing memanjang, pengukuran dibagi menjadi
beberapa slag. Beda tinggi antara A dan B merupakan jumlah beda tinggi
dari semua slag. Beda tinggi A dan B dapat dihitung sebagai berikut :
hA1 = Bt b A – Bt bm1
h12 = Bt b 1 – Bt bm2
h23 = Bt b2 – Bt m3
hnn = Btbn – Btmn
hAB = hnn = Btbn - Btmn
Keterangan rumus diatas :
h : beda tinggi
Bt b : pembacaam skala rambu ukur untuk benang tengah
belakang
Bt m : pembacaam skala rambu ukur untuk benang tengah muka
: jumlah
D : nilai jarak pengukuran dalam satuan kilometer
Syarat-Syarat Waterpass adalah:
1. Garis bidik sejajar dengan garis arah nivo.
2. Garis arah nivo tegak lurus pada sumbu satu.
3. Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu satu.
2.4. Azimut Matahari
11
hA
B
C DD
B
A
btA
btA
Rambu ukur Rambu ukur
hAB=btA-btb
Keterangan :hAB= Beda tinggiA,B = TitikD = Jarak datarC = Tempat wp
Waterpass berada diantara dua titik
Laporan Praktikum Survei Topografi
Azimuth adalah suatu sudut yang dibentuk meridian yang melalui
pengamat dan garis hubung pengamat sasaran, diukur searah jarum jam
positif dari arah utara meridian.
Macam-macam azimuth:
Azimuth magnetis adalah azimuth yang diperoleh dengan bantuan
kompas atau bosulle.
Azimuth astronomis adalah azimuth yang diperoleh dengan
melakukan pengamatan benda-benda langit.
Ada dua cara yang sering digunakan untuk menentukan azimuth, yaitu :
a. Penentuan azimuth magnetis dilakukan dengan menggunakan kompas.
b. Penentuan azimuth astronomis dilakukan dengan alat yang dinamakan
geotheodolite. Untuk menentukan azimuth astronomis dengan
pengamatan matahari dapat dilakukan dengan metode tinggi matahari
dan metode sudut waktu.
Di bawah ini akan diuraikan penentuan azimuth garis dengan pengamatan
matahari metode tinggi matahari, dengan cara menadah bayangan
matahari menggunakan kuadran sehingga didapatkan bayangan matahari
yang jelas.
Dalam penentuan azimuth astronomis ada 3 metode :
1. Metode Sudut Waktu
Pada metode ini, bayangan matahari harus diamati sepasang (pagi dan
sore hari) dengan anggapan bahwa deklinasi matahari pagi dan sore
adalah sama. Kesulitan dalam metode ini adalah tingkat kegagalanya
lebih besar.
2. Metode Tinggi Matahari
Pada metode ini dilakukan pengukuran tinggi matahari yang biasa
dilakukan dengan cara :
a. Dengan filter gelap
Pada pengamatan ini filter dipasang di okuler teropong, sehingga
pengamat dapat langsung membidik kearah matahari.
b. Dengan Prisma Roelofs
Pada pengamatan ini prisma roelofs digunakan apabila teropong
tidak memiliki lingkaran dan titik filter. Keistimewaan lain dari
12
Laporan Praktikum Survei Topografi
alat ini adalah pengamatan dapat menempatkan benang silang pada
tepi-tepi matahari dengan mudah.
3. Metode Azimuth Magnetis
Pada metode ini tabular kompas dapat dilekatkan dengan mudah pada
theodolite. Dengan terlebih dahulu teropong diarahkan ke salah satu
titik yang lain. Sebagai titik ikatnya (misalnya poligon), dalam hal ini
dimaksudkan untuk pengesetan nol derajat pada skala piringan
horizontalnya, lalu setelah itu teropong diputar kembali sedemikian
rupa hingga menunjuk arah utara magnetis.
Dalam laporan ini penentuan azimuth dilakukan dengan cara azimuth
astronomis, yaitu dengan metode pengamatan tinggi matahari.
Penentuan azimuth dengan pengamatan tinggi matahari sering kali
ditemukan kesalahan-kesalahan, yaitu :
13
1 2
U
Matahari
12
s. hor
mth
Gambar 2.4: pengamatan matahariKet : U : utara : azimuth
hor : horisontalmth : matahari1, 2 : no. titik kontrol
Laporan Praktikum Survei Topografi
a. Kesalahan paralaks, yaitu kesalahan yang disebabkan karena
pengamatan dilakukan dari permukaan bumi, sedangkan hitungan
dilakukan dari pusat bumi.
Besarnya koreksi karena kesalahan paralaks, yaitu
P = 8,8 x Cos hu……………………………………..(1-24)
Dimana : P : koreksi paralaks
hu : tinggi matahari
b. Refraksi astmosfer, yaitu kesalahan karena terjadinya pembelokan
sinar yang melewati lapisan atmosfer dengan kerapatan yang berbeda.
Besarnya koreksi akibat refraksi atmosfer :
r = rm x Cp x Ct ……………………….……..(1-24)
14
Tempat pengamatan
hu
Matahari
Lapisan 4
lapisan 3
Lapisan 2
Lapisan1Refraksi atmosfer
Gambar 2.4.b
Gambar 2.4.aKesalahan paralaks
Matahari
Hu
h
H
V
Pusat bumi
Laporan Praktikum Survei Topografi
Cp = p / 760
Ct = 283 / (273 + t)
Dimana : r : sudut refraksi atmosfer
rm : koreksi normal pada 100 C, 760 mm Hg
dan kelembaban 60
p : tekanan udara ( mm Hg )
t : suhu udara (0 C)
c. Jika pembidikan matahari tidak dilakukan pada titik pusatnya maka
perlu diberikan diametral :
Koreksi diameter diberikan pada tinggi matahari (h) dan sudut
horizontal (s). Besarnya diametral : dh = ½ d dan ds = ½ d
Dimana : dh = koreksi diametral untuk tinggi matahari ukuran
ds = koreksi diametral untuk sudut horizontal
Setelah diberikan koreksi adanya kesalahan paralaks, refraksi atmosfer
dan diametral, maka tinggi matahari terkoreksi adalah :
h = hu + p + r + ½ d ………..………………..……..(1-26)
dimana : h = tinggi matahari terkoreksi
hu = tinggi matahari ukuran
p = koreksi paralaks
r : koreksi refraksi atsmosfer
d : koreksi diametral
d. Koreksi untuk sudut horizontal :
Sin ½ d / Sin ½ d = Sin 900 / Sin Z
½ d / ½ d = 1 / Sin Z, dan Z = 900 - h
½ d = ½ d / Cos h …………………………………...…….(1-27)
15
Koreksi ½ dGambar 2.4.c
Laporan Praktikum Survei Topografi
dimana : d = diameter, h = tinggi pusat matahari, Z = zenith
e. Cara mencari deklinasi ( )
Swp = wp – 07 00 00 (pagi hari)
= x Swp
(pada jam 6.28) = +
dimana : Swp = selisih waktu pengamatan
= perbedaan deklinasi
wp = waktu pengamatan
= deklinasi pada jam 07.00
2.5. Pengukuran Poligon
Poligon merupakan rangkaian titik-titik yang membentuk segi banyak.
Rangkaian titik tersebut dapat diguakan sebagai kerangka peta. Koordinat
titik tersebut dapat dihitung dengan data masukan yang merupakan hasil
dari pengukuran sudut dan jarak. Posisi titik-titik di lapangan dapat
ditentukan dengan mengukur jarak dan sudut ke arah titik kontrol. Posisi
titik-titik kontrol haruslah mempunyai ketelitian yang tinggi dan
distribusinya dapat menjangkau semua titik.
Berdasarkan bentuk geometrisnya, poligon dapat dibedakan atas poligon
terbuka dan poligon tertutup.
2.5.1. Poligon Terbuka
Poligon terbuka merupakan poligon dengan titik awal dan titik akhir tidak
berimpit atau tidak pada titik yang sama. Poligon terbuka terbagi atas :
a. Poligon Terbuka Terikat Sempurna
Merupakan poligon terbuka dengan titik awal dan titik akhir berupa
titik yang tetap.
16
UU
1
D34
D23
T
BT
S1
Sn
S3
S2
S4
DnB
D12
n
3
2
B
A
Laporan Praktikum Survei Topografi
Dimana : A, B, S, T : titik tetap 1, 2, 3,….n : titik yang akan ditentukan koordinatnya
DA1,…,DnB : jarak sisi-sisi poligon
S1, S2,…,Sn : sudut
A1, BT : azimuth awal dan azimuth akhir
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk poligon terbuka terikat
sempurna :
1. S + F(S) = (akhir - awal) + (n-1) x 1800.....(1-1)
2. d Sin + F(X) = X akhir – X awal ……………………(1-2)
3. d cos + F(Y) = Y akhir - Yawal ……………………(1-3)
ket : S : jumlah sudut
d : jumlah jarak
: azimuth
F(S) : kesalahan sudut
F(X) : kesalahan koordinat X
F(Y) : kesalahan koordinat Y
b. Poligon Terbuka Terikat Sepihak
Merupakan poligon terbuka yang titik awal atau titik akhirnya berada
pada titik yang tetap.
17
Poligon Terbuka Terikat SempurnaGambar 2.5.1.a
D3nD23
Poligon Terbuka Terikat SepihakGambar 2.5.1.b
A1
Sn-1S3
S2
S1
D n-1.nD 12D A1
n-1
3
2
1n
A
Laporan Praktikum Survei Topografi
Dimana : A, n : titik tetap
1,2,…,n : titik yang akan ditentukan kordinatnya
S1,S2,…,S n : sudut
.A 1 : azimuth awal
D A1, D 12,… : jarak antar titik
Pada poligon jenis ini hanya dapat dilakukan koreksi sudut saja dengan
persyaratan geometris, sebagai berikut :
S + F(S) = (akhir – awal) + n x 1800……………………..(1-4)
ket : akhir : azimuth akhir
awal : azimuth awal
S : jumlah sudut
F(S) : kesalahan sudut
c. Poligon Terbuka Sempurna
Merupakan poligon terbuka tanpa titik tetap. Pada poligon ini juga
hanya dapat dilakukan koreksi sudut dengan menggunakan persamaan
(1-4) dan tanpa ada pengikatan titik.
Ket : D12,D23,.. : jarak antar titik
S2, S3,… : sudut
12 : azimuth awal
18
n
Poligon Terbuka SempurnaGambar 2.4.1.c
D3nD34
12
Sn-1S4
S3
S2
Dn-1.nD23
D12
n-14
3
2
1
Laporan Praktikum Survei Topografi
d. Poligon Terbuka Terikat Dua Azimuth
Pada prinsipnya poligon terbuka dua azimuth sama dengan poligon
terbuka terikat sepihak hanya saja pada titik awal dan titik akhir
diadakan pengamatan azimuth sehingga koreksi sudutnya sebagai
berikut :
S = (akhir - awal) + n x 1800
ket : S : jumlah sudut
akhir : azimuth akhir
awal : azimuth awal
Ket : A (XA;YA) : koordinat awal
1,2,... : titik –titik poligon
S1,S2 : sudut
A1 : azimuth awal
e. Poligon Terbuka Terikat Dua Koordinat
Poligon terbuka terikat dua koordinat merupakan poligon yang titik
awal dan titik akhirnya berada pada titik tetap. Pada poligon ini hanya
terdapat koreksi jarak sebagai berikut :
d sin = Xakhir - Xawal
d sin = Yakhir - Yawal
ket : d sin : jumlah X / jumlah Y
X / Y akhir : koordinat X / Y akhir
X / Y awal : koordinat X / Y awal
19
n.n-1
Poligon Terbuka Terikat SempurnaGambar 2.5.1.d
A1
Sn-1S3
S2
S1 n-13
2
1
A (XA;YA)
Laporan Praktikum Survei Topografi
Ket : A(XA;YA) : koordinat awal
DA1,D12,… : jarak pengukuran antar titik
B(XB;YB) : koordinat akhir
S1,S2,… : sudut
2.5.2. Poligon Tertutup
Merupakan poligon dengan titik awal dan titik akhir berada pada titik yang
sama.
Ket : 1,2,3,… : titik kontrol poligon
d12,d23…. : jarak pengukuran sisi poligon
S1,S2,S3,… : sudut pada titik poligon
Persyaratan geometris yang harus dipenuhi bagi poligon tertutup :
1. S + F(S) = (n-2) x 1800…………………………(1-5)
2. d sin A+ F(X) = 0…….…..…………………..(1-6)
3. d cos A + F(Y) = 0…………...………………..(1-7)
ket : S : jumlah sudut
d sin : jumlah X dalam meter
d cos : jumlah Y dalam meter
F(S) : kesalahan sudut
20
A(XA;YA)
D3nD23
Poligon Terbuka Terikat Dua KoordinatGambar 2.5.1.e
SnS3
S2
S 1
DnBD 12D A1
n3
2
1B (XB;YB)
Poligon terutupGambar 2.5.2
Sn
nn
S5
5
S4
4
S3S2
S1
Dn5
D45
D34
D23
d12
4
n 6
32
1
Laporan Praktikum Survei Topografi
F(X) : kesalahan koordinat X
F(Y) : kesalahan koordinat Y
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyelesaian poligon :
1. Jarak, sudut, azimuth rata-rata dihitung dari data ukuran :
dimana : X : data ukuran rata-rata
Xi : data ukuran ke-I
n : jumlah pengukuran
2. Besar sudut tiap titik hasil setelah koreksi
S’ = S + F F(S) / n………………(1-9)
Dimana : S’ : sudut terkoreksi
S : sudut ukuran
3. Azimuth semua sisi poligon dihitung berdasarkan azimuth awal dan
sudut semua titik hasil koreksi (S’) :
a. Jika urutan hitungan azimuth sisi poligon searah dengan jarum jam,
rumus yang digunakan :
An.n+1 = (An-1.n + 1800) - Sd’………….(1-10)
An.n+1 = (An-1.n + S1’) – 1800…………..(1-11)
b. Jika urutan hitungan azimuth sisi poligon berlawanan dengan arah
jarum jam, rumus yang digunakan :
An.n+1 = (An-1.n + Sd’) – 1800….……….(1-12)
An.n+1 = (An-1.n + 1800) – S1’….………..(1-13)
Dimana : n : nomor titik
An.n+1 : azimuth sisi n ke n+1
An-1.n : azimuth sisi n-1 ke n
Sd’ : sudut dalam terkoreksi
S1’ : sudut luar terkoreksi
4. Koordinat sementara semua titik poligon, rumus yang digunakan :
Xn = Xn-1 + d Sin An-1.n………….(1-14)
Yn = Yn-1 + d Cos An-1.n…………(1-15)
Dimana: Xn, Yn : koordinat titik n
X n-1,Yn-1 : koordinat titik n-1
21
Laporan Praktikum Survei Topografi
5. Koordinat terkoreksi dari semua titik poligon dihitung dengan rumus :
Xn = Xn-1 + dn Sin An-1.n + (d n / d) x F(X)………..(1-16)
Yn = Yn-1 + dn Cos An-1.n + (d n / d) x F(Y)……….(1-17)
Dimana : n : nomor titik
Xn, Yn : koordinat terkoreksi titik nX n-1.n, Y n-1.n : koordinat titik n-1
d n : jarak sisi titik n-1 ken
A n-1 : azimuth sisi n-1 ken6. Ketelitian poligon dinyatakan dengan :
a. F(L) = F(X)2 + F(Y)2 1/2……………….(1-18)
K = F(L) / d
Dimana: F(L) : kesalahan jarakF(X) : kesalahan linier absis
F(Y) : kesalahan linier ordinat
d : jumlah jarak
K : ketelitian linier poligon
b. Kesalahan azimuth.
Eb = Arc Tan (∑X / ∑Y )
2.6. Pengukuran Detail
Yang dimaksud dengan detail atau titik detail adalah semua benda-benda
di lapangan yang merupakan kelengkapan daripada sebagian permukaan
bumi. Jadi, disini tidak hanya dimaksudkan pada benda-benda buatan
seperti bangunan-bangunan, jalan-jalan dengan segala perlengkapan dan
lain sebagainya. Jadi, penggambaran kembali sebagian permukaan bumi
dengan segala perlengkapan termasuk tujuan dari pengukuran detail, yang
akhirnya berwujud suatu peta. Berhubung dengan bermacam-macam
tujuan dalam pemakaian peta, maka pengukuran detailpun menjadi
selektif, artinya hanya detail-detail tertentu yang diukur guna keperluan
suatu macam peta.
Tahap-tahap pengukuran detail :
1. Pengukuran posisi vertikal
Pada pengukuran posisi vertikal dilakukan dengan menggunakan alat
ukur theodolite sehingga memungkinkan untuk menentukan posisi
22
Laporan Praktikum Survei Topografi
vertikal dan horizontal dari titik detail secara bersamaan (metode
tachimetri).
Rumus : Dm = ( Ba – Bb ) x 100
Dd = Dm . sin2 Z
Dd = Dm . cos2 h
h = (Ti – Bt) + Dd * Cotan Z
H1 = HA + hA1
Dimana : Dm : jarak miring
Ba : pembacaan skala rambu ukur untuk benang atas
Bb : pembacaan skala rambu ukur untuk benang bawah
Z : sudut zenith h : beda tinggi
h : heling Dd : jarak datar
H : elevasi
2. Pengukuran posisi horisontal
Pada pengukuran posisi horisontal dapat dilakukan dengan beberapa
metode yaitu metode polar dan radial. Pengukuran metode polar
menggunakan grid – grid yang digunakan untuk membantu
pengukuran detail. Titik-titik detail pada grid diukur dari titik poligon
tempat berdiri alat.
23
Gambar 2.6.1: Pengukuran Posisi Vertikal
ti
hZ
Dmm
Ba
Bt
Bb
Dd
h AB
B
Gambar 2.5.2: Pengukuran Detail Metode Polar
P2
P1
Laporan Praktikum Survei Topografi
Pengukuran posisi horisontal dengan metode radial tidak
menggunakan bantuan grid-grid, titik-titik detail langsung diukur dari
titik poligon tempat berdiri alat ke titik detail yang akan dipetakan.
2.7. Penggambaran Peta
Dalam penggambaran peta biasanya dilaksanakan beberapa tahapan,yaitu :
a. Penyiapan grid peta
Penyiapan nilai absis (x), dan ordinat (y) dari grid-grid peta.
b. Plotting titik-titik kerangka kontrol peta
Koordinat titik-titik poligon (KKH)
Elevasi titik poligon (KKV)
c. Plotting titik-titik detail
Plotting titik-titik detail dapat dilakukan dengan cara:
Cara Grafis : posisi horisontal dari titik-titik detail digambar secara
langsung dengan bantuan alat-alat gambar (busur derajat dan
24
Rumus :
= dt- backsight
= (A - ) 1800
X 1 = Xa + d sin
Y 1 = Ya + d cos
ket :
= sudut X1,Y1 = koordinat
A = Awal dt = detail
= azimuth P 1, P 2 = tempat berdiri alat
Laporan Praktikum Survei Topografi
penggaris skala), dan posisi vertikal titik detail langsung diplot
dari hasil hitungan datanya.
Cara numeris /digital : penggambaran titik-titik detail dengan
menggunakan komputer.
d. Penggambaran obyek (detail)
Penggambaran titik-titik detail dapat dilakukan dengan menggunakan
busur derajat dan mistar skala. Pusat busur diletakkan tepat pada titik
tempat alat (P) dan skala busur diarahkan ke sumbuY. Bila sudut yang
dibaca adalah azimuth, maka bacaan titik poligon harus disesuaikan
dengan skala sudut pada busur derajat. Sedangkan titik detail yang
lain dapat diplot sesuai dengan pembacaan sudut horisontal dengan
pembacaan sudut horisontal dan jaraknya.
e. Interpolasi garis kontur
Garis-garis kontur tidak pernah berpotongan
Ujung-ujung garis kontur akan bertemu kembali
Garis-garis kontur yang semakin rapat menginformasikan bahwa
keadaan permukaan tanah semakin terjal
Garis-garis kontur yang semakin jarang menginformasikan bahwa
keadaan permukaan tanah semakin datar/landai
25
11.45
10.35
12.01
12.75 13.1
13.314.21Gambar 2.7.e : Proses
Interpolasi
Laporan Praktikum Survei Topografi
f. Penggambaran Kontur
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang
mempunyai ketinggian yang sama di permukaan bumi, atau dengan
kata lain garis permukaan tanah yang mempunyai ketinggian tertentu.
Pada peta garis kontur, kontur digambarkan sebagai garis lengkung
yang menutup artinya garis kontur, kontur digambarkan sebagai garis
lengkung yang menutup artinya garis kontur tersebut tidak
mempunyai ujung pangkal akhir. Interval garis kontur tergantung oleh
skala peta tersebut.
1. Sifat-sifat garis kontur : Bentuk kontur sungai
2. Bentuk kontur danau
3. Bentuk kontur gunung/bukit
4. Bentuk kontur jalan
2000
peta Skalakontur Interval
26
98.5 98 97.5 97
Arah arus
Gambar 2.7.f.1: Contoh kontur
Gambar 2.7.f.2: Contoh kontur sungai
9898
97.5AB
Keterangan :A = Elevasi MinimumB = Elevasi Maximum A < B
97.597
97.598
98.5AB
Keterangan :A = Elevasi MinimumB = Elevasi Maximum A < B
Gambar 2.7.f.2: Contoh kontur gunung/bukit
98
98.5
Gambar 2.7.f.3: Contoh kontur jalan
Laporan Praktikum Survei Topografi
98,5 99 99,5
Contoh penggambaran garis kontur :
27
904.99 907.035
907.123905.000
906.
504
890
7.0
0
906.
008
905.
50
905.
50
906.
005
906.
505
907.
005
Gambar 2.7.f.4 : Penggambaran garis
kontur
Keterangan :
= Garis kontur
905.50, 906.00, 905.50,… = Elevasi
dengan interval kontur 0,50
Laporan Praktikum Survei Topografi
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Orientasi Lapangan
Sebelum dilakukan pengukuran terlebih dahulu dilakukan persiapan untuk
kelancaran praktikum dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan dan penentuan batas wilayah dimana praktikum akan
dilaksanakan.
2. Memasang patok yang sudah dilengkapi dengan paku payung untuk
titik-titik poligon.
3. Pemilihan alat yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi lapangan.
3.2. Pengukuran Waterpass Memanjang
Hari / Tanggal : Jum’at / 1 Agustus 2010
Lokasi : Jalan Kedung Ombo Kec. Lowokwaru Kab. Malang
Alat yang digunakan :
1. Waterpass Wild NAK 1..............................................1 buah
2. Statif……...................................................................1 buah
3. Rambu ukur................................................................2 buah
4. Roll meter ..................................................................1 buah
5. Payung….....................................................................1 buah
6. Jalon……....................................................................2 buah
Materi Praktikum : Pengukuran waterpass pergi pulang
Tujuan :
Untuk mengetahui beda tinggi antara masing-masing titik poligon
sehingga bisa dihitung elevasinya.
28
Laporan Praktikum Survei Topografi
Pelaksanaan Praktikum :
Langkah kerja pelaksanaan pengukuran waterpass memanjang adalah
sebagai berikut :
1. Dirikan alat diantara titik A dan titik B, usahakan tepat
ditengah- tengah kedua titik tersebut kemudian centering alat
waterpass sesuai prosedur.
2. Dirikan rambu ukur di titik A dan titik B
3. Bidik rambu ukur di titik A dengan alat waterpass,
tepatkan perpotongan benang silang teropong pada bacaan rambu
kemudian baca bacaan benang atas, benang tengah dan benang
bawah dan catat sebagai bacaan rambu belakang titik A. Lakukan
kontrol bacaan benang dengan menggunakan rumus :
4. Bidik rambu ukur di titik B dengan alat waterpass, tepatkan
perpotongan benang silang teropong pada bacaan rambu
kemudian baca bacaan benang atas, benang tengah dan benang
bawah dan catat sebagai bacaan rambu muka titik B. Lakukan
kontrol bacaan benang dengan menggunakan
rumus :
5. Pindahkan alat pada posisi antara titik B dan titik C dan
lakukan langkah pekerjaan seperti yang telah dijelaskan diatas
sampai selesai.
29
Laporan Praktikum Survei Topografi
Sket pengukuran waterpass memanjang :
3.3 Pengukuran Poligon Tertutup
Hari / Tanggal : Jumat / 1 Agustus 2010
Lokasi : Jalan Kedung Ombo Kec. Lowokwaru Kab. Malang
Alat yang digunakan :
1. Theodolit Topcon TL 6...........................................1 buah
2. Statif ..................................................................1 buah
3. Patok .................................................................4 buah
4. Paku payung............................................................4 buah
5. Payung ..................................................................1 buah
6. Roll meter ............................................................... 1 buah
30
BC
AD
Pergi
Pulang
P 1
P 2
P 3
P 4
Gambar 3.4 Pengukuran waterpass
pergi pulangKeterangan :
P1,P2.. = posisi waterpass = titik poligon
A,B,.. = titik poligon
Laporan Praktikum Survei Topografi
Materi Praktikum : Pengukuran poligon tertutup
Tujuan :
Agar para mahasiswa mampu melakukan pengukuran poligon yang
nantinya berfungsi sebagai titik ikat / titik kontrol dalam pemetaan.
Pelaksanaan Praktikum :
Langkah kerja pelaksanaan pengukuran poligon adalah sebagai berikut :
1. Orentasi lapangan dari daerah yang akan dipetakan dan menancapkan
patok-patok sebagai titik poligon pada tempat yang baik agar dapat
melakukan pengukuran poligon dengan baik, antara patok belakang
dengan patok muka harus saling kelihatan.
2. Patok-patok tersebut diberi nomor urut sesuai urutan dan masing-
masing ujungnya dipasangkan paku payung.
3. Theodolit didirikan diatas titik (BMA) atau titik poligon awal dan
lakukan centering optis terhadap paku payung kemudian diatur sesuai
prosedur.
4. Bidikkan teropong theodolit secara kasar menggunakan visir pada titik
(D) sebagai Backsight Theodolite dalam keadaan biasa, bidik tepat
pada ujung kepala paku payung jika patok yang dipasang tersebut
dapat terlihat oleh teropong. Jika paku payung tidak dapat dibidik
secara langsung, gunakan bantuan jalon yang didirikan diatas patok
yang diatasnya sudah ditancapkan paku payung kemudian bidik jalon
tersebut.
5. Kunci penggerak limbus dan penggerak piringan horisontal serta
penggerak piringan vertikal kemudian tepatkan perpotongan benang
silang teropong pada paku payung dengan menggunakan penggerak
halus horisontal maupun penggerak vertikal.
6. Baca bacaan skala horisontal dan catat sebagai bacaan “Biasa “ arah
titik D.
7. Buka kunci penggerak piringan horisontal dan vertikal kemudian bidik
titik B.
8. Baca bacaan skala piringan horisontal dan catat sebagai bacaan “Biasa
“ arah titik B.
31
Laporan Praktikum Survei Topografi
9. Buka kunci penggerak horisontal dan vertikal kemudaian putar
Theodolite pada keadaan “ Luar Biasa “. Kemudian bidik titik D dan
B dan baca skala piringan horisontalnya.
10. Untuk titik poligon selanjutnya (A-D) sampai selesai, langkah
pengukuran sama dengan langkah pengukuran seperti yang tersebut
diatas.
Sket pengukuran poligon :
Keterangan:
A,B,… : titik poligon
S1,S2,… : sudut dalam
αAB : sudut azimuth matahari
dAB,dBC… : jarak antar titik poligon
Data poligon:
S1: 84o 7’ 50”
S2: 95o 12’ 20”
S3: 81o 20’20”
S4: 99o 19’20”
dAB : 109.99 m
dBC : 55.55 m
dCD : 110.333 m
dDA : 48.89 m
αAB : 195o 27’19.33”
αBC : 99o 35’ 11.83”
αCD : 14o 47’34.33”
αDA : 276o 7’56.83”
32
DBM
C
S2S3
S4 S1
A
B
αABdDA
dCD
dBC
dA
B
U
Laporan Praktikum Survei Topografi
3.4 Pengukuran Detail
Hari / tanggal : Sabtu / 2 Agustus 2010
Lokasi : Jalan Kedung Ombo Kec. Lowokwaru Kab. Malang
Alat yang digunakan :
1. Theodolit Topcon TL 6..............................................1 buah
2. Statif ..................................................................1 buah
3. Rambu ukur................................................................2 buah
4. Payung ..................................................................1 buah
5. Roll meter ..................................................................1 buah
Materi Praktikum : Pengukuran situasi / pengukuran detail
Tujuan :
Untuk mengetahui besar sudut, jarak, dan elevasi dari titik detail yang
akan diukur dan dipetakan.
Pelaksanaan Praktikum :
Langkah kerja pelaksanaan pengukuran poligon adalah sebagai
berikut :
1. Theodolit dirikan di titik A dan lakukan prosedur centering optis
terhadap paku payung sesuai dengan prosedur.
2. Ukur tinggi alat dan tinggi patok dengan roll meter dan catat
dalam formulir.
3. Back sight ke titik poligon terdekat ( titik D ) dan piringan skala
horisontal ditepatkan pada bacaan 0 0 0’ 0” , kemudian kunci
penggerak horisontal dan penggerak limbus.
4. Gambar sket dari titik-titik yang berada disekitar titik A yang
akan diukur dan diberi nomor urut untuk memudahkan
pencatatannya.
5. Dirikan rambu ukur pada titik detail yang akan diukur sesuai
dengan gambar sketnya dengan dilengkapi nivo rambu.
6. Buka kunci penggerak horizontal, bidik rambu pada titik detail
tersebut, kemudian baca bacaan benang atas, benang tengah dan
benang bawah dan skala piringan horizontal dan skala piringan
vertikal kemudian catat pada formulir ukur.
33
Laporan Praktikum Survei Topografi
7. Pindahkan rambu ukur pada titik detail berikutnya sesuai dengan
gambar dan lakukan pengukuran seperti langkah no.5 sehingga
didapatkan titik detail disekitar titik poligon A terukur semua.
8. Pindahkan theodolit pada titik poligon B kemudian lakukan
centering optis terhadap paku payung dan atur sesuai prosedur.
9. Ukur kembali tinggi alat dan tinggi patok dengan roll meter dan
catat dalam formulir.
10. Lakukan langkah-langkah pengukuran seperti langkah
pengukuran no.3 sampai no.9, sehingga titik detail terukur semua.
Sket pengukuran detail :
Keterangan :
a, b, c = posisi titik detail Titik D = sebagai back sight
A, D,. = posisi titik poligon = posisi alat
Sa = Sudut yang dibentuk ke titik a
Sb = Sudut yang dibentuk ke titik b
Sc = Sudut yang dibentuk ke titik c
34
A
D
B
U
Sc
BACKSIGHT
Sb
Sa
ba
cd
αAc
αAb
αAa
FORSIGHT
Gambar 3.5 Sket pengukuran situasi
Laporan Praktikum Survei Topografi
3.5 Pengamatan Azimuth Matahari
Hari / Tanggal : Minggu / 3 Agustus 2010
Lokasi : Jalan Kedung Ombo Malang
Alat yang digunakan :
1. Theodolit Topcon TL 6 ...............................................1 buah
2. Statif 1 buah
3. Tadah 1 buah
4. Payung 1 buah
Materi Praktikum : Pengukuran azimuth matahari
Tujuan :
Untuk menghitung azimut matahari dari daerah yang akan dipetakan
Pelaksanaan Praktikum :
Langkah kerja pelaksanaan pengukuran poligon adalah sebagai berikut :
1. Dirikan Theodolit disalah satu titik poligon ( titik D), dan
lakukan centering optis terhadap paku payung kemudian atur theodolit
sesuai prosedur.
2. Bidikkan teropong pada titik yang lain ( titik A), bidik tepat
pada paku payung. Jika paku payung tidak dapat dibidik secara
langsung, gunakan bantuan jalon yang didirikan diatas patok
kemudian bidik jalon tersebut.
3. Kunci penggerak limbus dan penggerak horisontal serta
penggerak vertikal kemudian tepatkan perpotongan benang silang
teropong pada paku payung dengan menggunakan penggerak halus
horisontal maupun penggerak vertikal dan catat sebagai bacaan “
Biasa “.
4. Buka pengunci penggerak horisontal dan vertikal, bidik
matahari dengan menggunakkan visir. ( jangan sekali-kali membidik
matahari langsung dengan menggunakan mata karena bisa
mengakibatkan kerusakan pada mata).
5. Pasang tadah kertas putih dibelakang lensa okuler untuk
melihat posisi bayangan matahari terhadap perpotongan benang silang
teropong.
35
Laporan Praktikum Survei Topografi
6. Tepatkan bayangan matahari pada kuadran I pada
perpotongan benang silang teropong .
7. Jika bayangan matahari sudah berhimpit dengan
perpotongan benang silang pada kuadran I, baca detik, menit dan jam
dan piringan horisontal dan vertikal dan baca sebagai bacaan “ Biasa”.
8. Buka kunci penggerak horisontal dan vertikal, putar
theodolit pada kedudukan luar biasa dan ulang langkah pengukuran
no.2-7 untuk mendapatkan bacaan “ Luar Biasa “ pada posisi
bayangan matahari di kuadran I.
9. Untuk pengukuran selanjutnya bayangan matahari berada di
kuadran III, Kemudian di kuadran II dan terakhir di kuadran IV.
Lakukan pengamatannya dengan mengikuti langkah pekerjaan seperti
yang dijelaskan diatas.
Sket Pengamatan Matahari :
AM = Azimuth matahari
D-A = Azimuth titik D ke A
Backsight
= sudut titik 2 ke M
U
Gambar 3.6 Pengukuran Azimuth Matahari
36
Laporan Praktikum Survei Topografi
Bayangan matahari di kuadran I :
Bayangan matahari di kuadran II :
Bayangan matahari di kuadran III :
Bayangan matahari di kuadran IV :
Keterangan:
= Arah bayangan matahari
3.6. Penggambaran Detail
Setelah tahap perhitungan selesai, tahap selanjutnya adalah tahap
penggambaran. Penggambaran detail ini dapat dilakukan dengan bantuan
atau memakai busur derajat. Penggambaran yang kami adalah
penggambaran peta situasi dengan skala 1: 250.
Adapun tahap penggambaran situasi adalah sebagai berikut:
1. Tahap pertama:
Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
Mempersiapkan data yang telah diolah untuk diplot atas kertas
milimeter.
2. Tahap kedua:
Pengeplotan titik-titik kerangka dasar horisontal berdasarkan
koordinat hasil perhitungan poligon.
37
Laporan Praktikum Survei Topografi
Pengeplotan titik-titik detail dari hasil pengukuran situasi.
Pada titik-titik detail tersebut langsung ditulis elevasinya.
3. Tahap ketiga:
Penarikan garis kontur dengan cara interpolasi.
Pada setiap garis kontur dicantumkan ketinggiannya.
4. Tahap keempat:
Setelah tahap-tahap diatas selesai kemudian dipindahkan atau
diplot diatas kertas kalkir dengan mamakai rapido.
38
Laporan Praktikum Survei Topografi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Perhitungan Azimuth Matahari
Langkah perhitungan azimuth matahari :
1. Tinggi matahari (hu)
(hu) Biasa = 90º 00’00” - bacaan vertikal
= 90º 00’00” - 56º 22‘ 20”
= 33º 37’40”
(hu) Luar biasa = bacaan vertikal – 270º 00’ 00”
= 308º 57’ 10”- 270º
= 38º 57’ 10”
2. Koreksi refraksi (r)
(r) biasa = -58” . ctg hu
= -58” . ctg 33º 37’40”
= -0º 1’ 27.2”
(r) luar biasa = -58” . ctg hu
= -58” . ctg 38º 57’ 10”
= -0º 1’ 11.74”
3. Koreksi paralaks (p)
(p) Biasa = 8,8” . Cos hu
= 8,8” . Cos 33º 37’40”
= 0º 0’ 7.327”
(p) Luar Biasa = 8,8” . Cos hu
= 8,8” . Cos 38º 57’ 10”
= 0º 0’ 6.843”
4. Koreksi ½ d
Koreksi ½ d didapat dari tabel Almanak Matahari pada tanggal 14
Desember dengan penjelasan sebagai berikut :
Kuadran I = 00º 16’ 16”
39
Laporan Praktikum Survei Topografi
Kuadran II = 00º 16’ 16”
Kuadran III = 00º 16’ 16”
Kuadran IV = 00º 16’ 16”
5. Tinggi pusat matahari (h)
Biasa (h) = hu + r + p + ½ d
= 33º 37’40” + (-0º 1’ 27.2”) + 0º 0’ 7.327” –
00º 16‘ 16”
= 33º 52’ 36.12”
Luar Biasa (h) = hu + r + p + ½ d
=38º 57’ 10” + (-0º 1’ 11.74”) + 0º 0’ 6.843” -
00º 16‘ 16”
= 39º 12’ 21.10”
6. Lintang pengamatan ( )
Pada peta pengamatan topografi untuk daerah yang bersangkutan,
Lintang pengamatan ( ) = 7º 57‘ 34.89” LS
7. Deklinasi ( )
Dari tabel deklinasi matahari pada pukul 07.00 di peroleh 2312’58.9’’
dan perubahan yang terjadi setiap jam adalah -00’8.4’’ dan
pengamatan matahari pertama kali dilakukan pada pukul 07:46:30,
maka :
Nilai pada bacaan biasa :
Selisih waktu pengamatan dengan jam
07:00 = 07 jam 00 menit 00detik
= 07 jam 46 menit 30 detik _
= 00 jam 46 menit 30 detik
= 0.775 jam
Sehingga perbedaan deklinasi ( ) = 0.775 -00’8.4’’
= -0 0’ 6.51”
Sehingga deklinasi () pada jam 06:28 = 2312’58.9” - 0 0’ 6.51”
= 23º 12’ 52.39”
40
Laporan Praktikum Survei Topografi
Nilai pada bacaan luar biasa :
Selisih waktu pengamatan dengan jam
07:00 = 07 jam 00 menit 00detik
= 06 jam 52 menit 10 detik _
= 00 jam 52 menit 10 detik
= 0.87 jam
Sehingga perbedaan deklinasi ( ) = 0.87 - 00’8.4’’
= -0 0’ 7.31”
Sehingga deklinasi () pada jam 06:28 = 2312’58.9” - 0 0’ 7.31”
= 23º 12’ 51.59”
8. Azimuth pusat matahari
Cos A =
=
A = 112 40’ 40.9”
9. Koreksi ½ d . sec h
= Koreksi ½ d .
= 00º 16‘ 16”.
= 0 0’ 28.81”
Koreksi ½ d sec h yang didapat sebesar 0 0’ 28.81”
10. AP = Azimuth titik acuan
= ((180º - )+ A) + 180º + Koreksi ½ d . sech
= ((180º - 84º7’50”) + (112 40’ 40.9”) + 180º +
(0 0’ 28.81”)
= 195°41'9.71''
11. Azimuth matahari rata-rata
= Ap / 4
= (195°41'9.71''+ 19517’21.36”+ 1967’3.57”+ 19443’42.7”)/8
= 195°27'19.33''
41
Laporan Praktikum Survei Topografi
4.1.2. Perhitungan Poligon
a. Perhitungan Sudut Horizontal (β)
Sudut horizontal yang dipakai dalam perhitungan poligon
adalah sudut horizontal rata-rata.
∑β = βA + βB + βC + βD
= 84º7’50”+ 95º12’20”+ 81º20’20”+ 99º19’20”
= 359º59’50”
Koreksi sudut β (horizontal) = 360° - ∑β
= (360°- 359º59’50”)/4 titik
= 0°0’10”/4 titik
= 0°0’2,5”
Keterangan : βA = sudut horizontal di titik A
∑β = jumlah sudut horizontal
b. Perhitungan Azimuth ( α )
Untuk azimuth awal didapatkan dengan menggunakan metode
pengamatan tinggi matahari.
Untuk azimuth lainnya dihitung dengan menggunakan rumus :
α = (αawal + 180°) + (β + koreksi sudut β) - 360°
contoh perhitungan:
αP1-P2 = (αawal + 180°) + (βP1-P2 + koreksi sudut β) - 360°
= (19527’19.33”+180°) + (84°7’50” + 0°0’2.5”) –
360°
= 99º35’11.83”
dst.
42
Laporan Praktikum Survei Topografi
Keterangan : α : azimuth yang dicari
αawal : azimuth awal
β : sudut horizontal
c. Perhitungan Jarak
Dalam pengukuran kerangka kontrol horizontal, jarak yang diambil
adalah jarak langsung, pengukurannya menggunakan dengan roll
meter.
No.
Bacaan JarakJarak Rata-
rataPergi
(m)
Pulang
(m)
P1 – P2 110 48.6 79.3
P2 – P3 55.2 108.2 81.7
P3 – P4 109.6 55.8 82.7
P4 – P1 45 103.8 74.4
Σd 318.10
d. Perhitungan Harga Absis (ΔX) dan Ordinat (ΔY)
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung absis dan ordinat
adalah:
ΔX = d sin α
ΔX1 = 109.99 sin 9935’11.83”
= 108.454
ΔX2 = 55.55 sin 14º47’34.33”
43
Laporan Praktikum Survei Topografi
= 14.183
dst.
∑ ΔX = -0.093
Koreksi ∑ ΔX
Untuk mencari koreksi digunakan rumus:
F ∑ΔX = (∑ ΔX*jarak)/jumlah jarak
F ∑ΔX = -(-0.093*109.99)/324.76
= 0.031
(koreksi dibagi sesuai dengan porsi kesalahan, semakin besar
nilai kesalahan maka semakin besar koreksinya, begitu juga
sebaliknya.)
Dst.
ΔY = d cos α
ΔY1 = 109.99 cos 9935’11.83”
= -18.318
ΔY2 = 55.55 cos 14º47’34.33”
= 53.709
dst.
∑ ΔY = 0.056
Koreksi ∑ ΔY
Untuk mencari koreksi digunakan rumus:
F ∑ΔY = (∑ ΔY*jarak)/jumlah jarak
F ∑ΔY = (0.056*109.99) / 324.76
= -0.019
(koreksi dibagi sesuai dengan porsi kesalahan, semakin besar
nilai kesalahan maka semakin besar koreksinya, begitu juga
sebaliknya.)
Dst.
44
Laporan Praktikum Survei Topografi
Keterangan : ΔX : absis
ΔY : ordinat
∑ΔX : jumlah absis
∑ΔY : jumlah ordinat
D : jarak
α : azimuth
F∑ΔX : koreksi jumlah absis
F∑ΔY : koreksi jumlah ordinat
Perhitungan Koordinat Titik Poligon
1. Diketahui koordinat awal titik poligon ( BMA) adalah :
Xawal = 2000.000
Yawal = 2000.000
Maka koordinat pada titik poligon dapat diketahui dengan
rumus:
X2 = X awal + x + koreksi
Y2 = Y awal + y + koreksi
Perhitungan koordinat untuk setiap titik poligon adalah :
XA = 2000.000 + (108.454)+ (0.031)
= 2108.485
YA = 2000.000 + (-18.318) + (-0,019)
= 1981.664
45
Laporan Praktikum Survei Topografi
2. Data koordinat UTM / Grid yang didapat dari GPS Handheald
hasilnya sebagai berikut :
Xawal = 677615.958
Yawal = 9119812.356
XA = 677615.958 + (108.454)+ (0.031)
= 677724.443
YA = 9119812.356 + (-18.318) + (-0,019)
= 9119794.020
Data koordinat yang didapat dari perhitungan :
Ketelitian Linier Poligon
Perhitungan ketelitian linier poligon menggunakan rumus sebagai
berikut:
Keterangan rumus :
CD = Kesalahan Penutup Jarak
KL = ketelitian linier
D = jumlah jarak poligon
f(X) = kesalahan penutup absis
f(Y) = kesalahan penutup ordinat
46
Laporan Praktikum Survei Topografi
= 0.108
= 1 : 2997.469
Jadi ketelitian linier poligon dalam pengukuran ini adalah 1 : 2997
4.1.3. Perhitungan Waterpass Memanjang
Perhitungan beda tinggi dan Elevasi titik poligon.
Untuk perhitungan beda tinggi tiap-tiap titik poligon menggunakan rumus
sebagai berikut :
h12 = btB - btM
Keterangan :
h12 = beda tinggi antara dua titik ( titik 1 ke titik 2 )
btB = bacaan benang tengah rambu belakang
btM = bacaan benang rambu muka
Hitungan h pergi :
h12 = 0.954 – 2.042
= -1.088
h23 = 1.571 – 0.998
= 0.573
h34 = 2.162 – 1.345
= 0.817
h41 = 1.256 - 1.566
= -0.310
Hitungan h pulang :
h14 = 1.524 - 1.213
= 0.311
h43 = 1.340 – 2.161
= -0.821
h32 = 1.031 - 1.606
= -0.575
h21 = 2.013 – 0.924
= 1.089
47
Laporan Praktikum Survei Topografi
Jadi selisih beda tinggi (h) pada pengukuran pergi dan pulang adalah :
hpergi + hpulang = -0.008 + 0.004
= -0.004
Pada poligon tertutup, jumlah beda tinggi yang diukur dengan waterpass
pergi pulang harus sama dengan nol (0) atau mendekati nol (0), karena
pengukuran kembali ketitik semula.
Toleransi kesalahan dari pengukuran waterpass pergi pulang yang
diberikan adalah 8√d
o Dari pengukuran pergi
Dengan jarak pengukuran pergi 319.8 m = 0,3198 km maka :
Ketelitian : 8√0.3198 = 4.524 mm
o Dari pengukuran pulang
Dengan jarak pengukuran pulang 322.8 m = 0,3228 km maka :
Ketelitian : 8√0.3228 = 4.545 mm
Jadi pengukuran waterpass memanjang pergi – pulang masih dalam
toleransi yang ditentukan, yaitu . Maka dapat disimpulkan bahwa
selisih hasil pengukuran beda tinggi pergi-pulang termasuk dalam
toleransi. Dan data yang digunakan adalah data pengukuran pergi –
pulang.
Rumus yang digunakan untuk menghitung elevasi adalah :
H1 = Hawal h1 koreksi
Keterangan :
H1 = Elevasi titik1
Hawal = Elevasi yang diketahui
h12 = Beda tinggi titik 1 ke titik 2
Perhitungan data hasil pengukuran :
H1 = Hawal h1 koreksi
= 499.533 + (-1.088 - 0.00200)
= 498.477
Untuk menghitung Jarak pada pengukuran waterpass memanjang
menggunakan rumus sbb :
D = (ba-bb)*100
Keterangan : D = Jarak
48
Laporan Praktikum Survei Topografi
ba = bacaan benang atas
bb = bacaan benang bawah
contoh :
Perhitungan jarak pada pengukuran pergi :
D1 = (ba1 – bb1)*100
= (1.246-0.662)*100
= 58.4 meter
dst.
Perhitungan jarak pada pengukuran pulang :
D1 = (ba1 – bb1)*100
= (1.630-1.418)*100
= 21.2 meter
dst.
4.1.4. Perhitungan Titik Detail
Hasil pengukuran titik-titik detail yang diperoleh di lapangan dibagi
menjadi :
1. Perhitungan jarak
Penghitungan data hasil pengukuran :
Dm = ( ba – bb ) . 100
= ( 1.627-1.137 ) . 100
= 49 m
Dd = Dm . Sin²
= 49 x Sin² 89 49’ 20”
= 48.99 m
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada formulir di lembar
lampiran.
2. Perhitungan beda tinggi titik detail
Untuk perhitungan beda tinggi titik-titik detail menggunakan metode
trigonometris, dengan rumus :
h = ( Ti – bt ) + Dd . Cotg
49
Laporan Praktikum Survei Topografi
= ( 1.550- 1.382 ) + 48.99 x
= 0.1525 m
Untuk data perhitungan beda tinggi selengkapnya dapat dilihat pada
formulir di lembar lampiran.
3. Perhitungan elevasi titik-titik detail
Untuk perhitungan digunakan rumus :
H = Hawal h1
= 200.000 - 0.1525
= 199.8475 m
Untuk perhitungan elevasi yaitu Hawal ± h1 (beda tinggi di titik detail
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran data tabel
pengukuran.
4. Perhitungan koordinat Easting dan Northing titik-titik detail
Koordinat Easting dan Northing didapat dari Handheald, yang dicari
adalah koordinat titik poligon yang nantinya akan dipakai pada
penghitungan titik detail.
Perhitungan koordinat Easting dan Northing titik detail menggunakan
rumus dibawah ini:
X1 = Xawal + (Dd* sin (azimuth + sudut horizontal))
= 677615,958 + (47.80*sin(101.1199538))
= 677662.8606
Y1 = Yawal + (Dd* cos (azimuth + sudut horizontal))
= 9119812.356+ (47.80*cos(101.1199538))
= 9119803.137
X1 = koordinat Easting baru
Y1 = koordinat Northing baru
Xawal = koordinat Easting awal
Yawal = koordinat Northing awal
Dd = jarak datar
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengamatan Azimuth Matahari
50
Laporan Praktikum Survei Topografi
Dalam pengukuran azimuth matahari menggunakan metode tinggi matahari yaitu
dengan cara menadah bayangan matahari pada selembar kertas. Bayangan
matahari diletakkan pada kuadran yang telah ditentukan dan pengukurannya
dilakukan secara Biasa dan Luar Biasa. Maksud dari pengukuran azimuth
matahari adalah untuk mendapatkan nilai tinggi matahari, koreksi refraksi,
koreksi paralaks, koreksi ½ diameter matahari, tinggi pusat matahari, dan
deklinasi, dimana semua data tersebut digunakan sebagai referensi dalam
menentukan azimuth rata-rata matahari dan azimuth ini dipakai sebagai azimuth
awal pada penggambaran peta topografi. Jadi Azimuth rata-rata matahari adalah
195°27'19.33''
4.2.2. Poligon Tertutup
4.2.2.1. Pengukuran dan Perhitungan Sudut
Dalam pengukuran poligon tertutup ini, metode pengukuran sudut yang
digunakan adalah metode pengukuran sudut satu seri rangkap. Metode
ini dimaksudkan supaya data sudut yang diperoleh dapat lebih akurat.
Pengukuran dengan pengukuran 1 seri rangkap, yaitu dengan
melakukan 4 kali pembacaan (sudut horizontal biasa dan luar biasa)
sehingga didapatkan sudut dalam rata – rata, dan dihitung dengan rumus
yang telah di bahas sebelumnya.
4.2.2.2. Pengukuran dan Perhitungan Jarak
Pada pengukuran jarak metode yang dipakai adalah metode metode jarak
optis, yaitu pengukuran jarak titik-titik poligon dengan menggunakan alat
ukur theodolite maupun waterpass melalui pembacaan benang silang
(benang atas, benang tengah, benang bawah) pada rambu ukur.
4.2.2.3. Perhitungan Kesalahan Sudut dan Ketelitian Linier
Dari pengukuran poligon tertutup diperoleh data sebagai berikut :
Sudut yang diukur adalah sudut dalam dengan menggunakan metode
satu seri rangkap.
51
Laporan Praktikum Survei Topografi
Jumlah sudut dalam adalah (n-2).180 = 360º00’00”, tetapi dalam
pengukuran didapat jumlah sudut dalam 359º59’50”, jadi kesalahan
sudut yang harus dikoreksi sebesar 0º0’10”
Ketelitian Linier poligon dalam pengukuran ini adalah 1 : 2997 dan
dihitung dengan rumus yang telah di bahas sebelumnya.
4.2.3. Pengukuran dan Perhitungan Waterpass Memanjang
Pada poligon tertutup, jumlah beda pengukuran waterpass pergi pulang harus
sama dengan nol (0) atau mendekati nol (0), karena pengukuran kembali ke titik
semula.
Toleransi kesalahan dari pengukuran waterpass pergi pulang yang
diberikan adalah 8√d.
52
Laporan Praktikum Survei Topografi
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari pelaksanaan praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa dalam
pengukuran ini adalah sebagai berikut :
1. Ketelitian linier poligon ditentukan oleh jarak yang dipakai untuk
pengukuran, makin teliti jarak ketelitian linier maka poligon makin
teliti.
Kesalahan jarak yang dapat terjadi :
a. Kelengkungan pita rol meter
b. Pelurusan kurang baik
c. Kesalahan pengiraan/pembacaan pada rol meter
2. Terjadinya penyimpangan beda tinggi antara titik awal pengukuran
dan titik akhir pengukuran pada poligon tertutup disebabkan oleh :
a. Kesalahan pengiraan/pembacaan bacaan pada rambu ukur
b. tidak tegaknya rambu ukur pada saat pembacaan
c. karena refraksi atmosfir
3. Dengan melihat garis kontur dapat diketahui kondisi suatu daerah,
misal :
perbukitan, lembah, ataupun sungai. Garis kontur juga dapat
membantu pekerjaan teknik seperti pembangunan bendungan, jalan
dan lain-lain.
4. Kesalahan dan hambatan dalam melakukan pengukuran/pekerjaan
lapangan adalah :
a. Kurang teliti dalam mengambil data di lapangan
b. Alat yang dipakai tidak dikoreksi dengan baik
c. Keadaan alam dan cuaca yang kurang mendukung
53
Laporan Praktikum Survei Topografi
5.2. Saran
1. Sebelum melakukan pengukuran, sebaiknya diadakan survey lokasi
yang akan diukur.
2. Gunakan alat yang sesuai dengan kegunaanya serta memenuhi syarat.
3. Periksa alat ukur sebelum ke lokasi, untuk memastikan apakah alat
ukur tersebut siap untuk digunakan atau tidak.
4. Persiapkan formulir ukur dan alat yang lain yang diperlukan dalam
pengukuran di lapangan.
5. Dalam pengamatan azimuth matahari hendaknya harus
memperhatikan waktu pengamatan karena ini mempengaruhi pada
proses perhitungan azimuth.
6. Pelaksanaan praktikum sebaiknya dilakukan pada saat liburan jangan
sampai mengganggu jam kuliah.
54
Laporan Praktikum Survei Topografi
DAFTAR PUSTAKA
Basuki Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Wongsotjitro S. 1980. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
55