7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
1/99
PEMIKIRAN SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS
TENTANG PENDIDIKAN ISLAMSkripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
IZZAH FAUZIAH
NIM 109011000140
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M / 1435 H
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
2/99
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
3/99
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
4/99
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
5/99
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
6/99
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
7/99
i
ABSTRAK
Izzah Fauziah, NIM : 109011000140, Pemikiran Syed Muhammad
Naquib Al-Attas tentang Pendidikan Islam
Masalah pendidikan Islam merupakan masalah yang tidak akan pernah tuntasdiwacanakan, tidak akan pernah rampung didesign, dan tidak akan pernah diperoleh
solusi akhir, karena pendidikan Islam berkenaan dengan persoalan umat Islam dengan
jumlah yang sangat besar, melebihi satu milyar, dengan pola kehidupan masing-
masing yang sangat dinamis. Berbagai pemikiran dan solusi telah dikemukakan olehpara ahli, terutama menyangkut konsep dan implementasi konsep tersebut, yang
sudah tentu bahwa warna-warni pemikirannya banyak dipengaruhi oleh pandangan
hidup, nilai-nilai, dan pengalaman yang mereka lalui. Salah satu tokoh pendidikanIslam yang merumuskan pendidikan Islam adalah Syed Muhammad Naquib Al-Attas.
Peneliti mengangkat tokoh ini, karena beliau adalah salah seorang intelektual Muslimyang memberikan kontribusi baru dalam dunia pendidikan Islam. Adapun fokus dari
penelitian ini adalah apa saja pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas tentangpendidikan Islam dan relevansinya pada era sekarang? Sedangkan tujuan penelitian
ini ialah untuk mengetahui dan mengkaji pendidikan Islam menurut Syed Muhammad
Naquib Al-Attas.Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan pendekatan library research
yaitu lebih menitikberatkan pada pengumpulan data dari berbagai sumber yang
relevan. Dalam hal ini mencakup buku-buku, internet, dan hasil penelitian yang
terkait dengan judul karya ilmiah ini.Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut pandangan Syed Muhammad
Naquib Al-Attas, pendidikan Islam adalah proses penanaman ilmu ke dalam dirimanusia. Tujuan mencari pengetahuan dalam Islam ialah menanamkan kebaikandalam diri manusia sebagai manusia dan sebagai diri individual. Tujuan akhir
pendidikan Islam ialah menghasilkan manusia yang baik. Baik dalam konsep
manusia yang baik berarti tepat sebagai manusia adab dalam pengertian yangdijelaskan di sini, yakni meliputi kehidupan material dan spiritual manusia. Karena
dalam Islam, tujuan mencari pengetahuan pada puncaknya adalah untuk menjadi
seorang manusia yang baik. Relevansi pendidikan Islam pada era sekarang bagi Syed
Muhammad Naquib Al-Attas adalah perwujudan paling tinggi dan paling sempurnadari sistem pendidikan adalah universitas. Dan mengingat bahwa universitas
merupakan sistematisasi pengetahuan yang paling tinggi dan yang sempurna yang
dirancang untuk mencerminkan yang universal maka ia mestilah juga merupakanpencerminan dari bukan sekedar manusia apa saja, melainkan Manusia Universal atau
Sempurna (al-insanul kamil : ). Maka dari itu, pendidikan Islam
membutuhkan adanya tempat/lembaga pendidikan yang mampu membina manusia
sempurna.
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
8/99
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahir rahmanir rahim...
Alhamdulillahi rabbil alamin. Segala puji syukur, penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia, taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini berjudul Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Syed Muhammad
Naquib Al-Attas diajukan dalam rangka melengkapi dan memenuhi syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Strata Satu (S1) Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya berkat
adanya bantuan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak yang ada hubungannya
dengan pembahasan judul skripsi ini. Maka pada kesempatan kali ini, penulis dengan
setulus hati ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Hj. Nurlena Rifai, MA, Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam
kelancaram perkuliahan.
2. Bpk. Drs. Abdul Majid Khon, MA selaku Ketua Jurusan (Kajur) Pendidikan
Agama Islam dan Ibu Marhamah Saleh, Lc. MA, selaku Sekretaris Jurusan
(Sekjur) Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan arahan dan bimbingan
kepada penulis.
3. Bpk. Prof. Dr. Ahmad Syafiie Noor selaku Dosen Penasehat Akademik yang
telah memberikan nasehat dan motivasi penulis agar menyelesaikan skripsi ini
tepat pada waktunya.
4. Bpk. Ahmad Irfan Mufid, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktu, memberikan arahan dan bimbingan agar penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
9/99
iii
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmunya selama
perkuliahan berlangsung. Semoga ilmu yang Bapak dan Ibu Dosen beri kepada
penulis selalu bermanfaat. Amiin Ya Rabbal Alamin.
6. Pimpinan dan seluruh staff karyawan/i Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan pelayanan yang baik dalam hal
peminjaman dan pengembalian buku kepada penulis.
7. Ayahanda (Bpk. Wasito, S.Ag) dan Ibunda (Ibu Muzdalifah) yang selalu
memberikan motivasi, bimbingan, arahan baik berupa materi maupun non-materi
hingga terselesaikannya skripsi ini. Skripsi penulis persembahkan untuk ayahanda
dan ibunda.
8. Adik-adik tercinta Muhammad Khothif Arham dan Muhammad Faiq Ammar
yang selalu memberikan motivasi agar penulis selalu semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Kawan-kawan tercinta PAI angkatan thn. 2009 khususnya kelas D dan TH yang
selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
10.Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga telah
turut memberikan motivasi agar penulis menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya.
Harapan penulis, semoga hasil pembahasan dalam skripsi ini akan bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya serta mendapat ridha
Allah SWT.
Segala kekurangan dan kesalahan dalam skripsi ini mohon dimaklumi, segala
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati, demi
kebaikan dan kebenaran. Semoga Allah SWT. berkenan mengampuni dosa dan
kesalahan kita. Amiin Ya Rabbal Alamin..
Hormat penulis,
(Izzah Fauziah)
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
10/99
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR KARYA SENDIRI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 6
C. Pembatasan Masalah 6
D. Perumusan Masalah 7
E. Tujuan Penelitian 7
F. Kegunaan Penelitian 7
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam 9
2. Tujuan Pendidikan Islam 21
3. Fungsi Pendidikan Islam 29
4. Kurikulum Pendidikan Islam 32
5. Metodologi Pendidikan Islam 35
B.
Pemikiran Pendidikan Islam 37C. Hasil Penelitian yang Relevan 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 40
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
11/99
v
B. Metode Penelitian 41
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 42
D. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data 44
E. Analisis Data 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Biografi Syed Muhammad Naquib Al-Attas
1. Riwayat Hidup Syed Muhammad Naquib Al-Attas 45
2. Latar Belakang Pendidikan dan Karir Syed Muhammad
Naquib Al-Attas 46
3. Karya-karya Syed Muhammad Naquib Al-Attas 49
B. Pembahasan
1. Pengertian Pendidikan Islam 55
2. Pengertian Pendidikan Islam Tadib 58
3. Pengertian Pendidikan Islam Tarbiyah 61
4. Tujuan Pendidikan Islam 65
5.
Sistem Pendidikan dalam Islam 67
6. Kurikulum Pendidikan Islam 69
7. Metode Pendidikan Islam 76
8. Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas tentang
Pendidikan Islam dan Relevansinya pada Era Sekarang 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 79
B.
Saran 80
DAFTAR PUSTAKA 81
LAMPIRAN-LAMPIRAN
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
12/99
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam adalah agama yang universal. Yang mengajarkan kepada umat
manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi.
Salah satu diantara ajaran Islam tersebut adalah mewajibkan kepada umat
Islam untuk melaksanakan pendidikan. Karena menurut ajaran Islam, pendidikan
adalah juga merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipenuhi, demi
untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan
pendidikan itu pula manusia akan mendapatkan berbagai macam ilmu pengetahuan
untuk bekal dan kehidupannya.1
Menurut Islam, pendidikan adalah pemberi corak hitam putihnya perjalanan
hidup seseorang. Oleh karena itu, ajaran Islam menetapkan bahwa pendidikan
merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya bagi pria dan wanita, dan
berlangsung seumur hidup semenjak dari buaian hingga ajal datang (Al-Hadis)
life long education.2
1Zuhairini,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet ke-5, h. 982Zuhairini, op.cit., h. 1
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
13/99
2
Apabila kita memperhatikan ayat-ayat yang pertama kali diturunkan oleh
Allah kepada Nabi Muhammad, maka nyatalah bahwa Allah telah menekankan
perlunya orang belajar baca tulis dan belajar ilmu pengetahuan.
Firman Allah dalam Surat Al-Alaq ayat 1-5 :
. .
. .
.
Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah Tuhanmu yang Maha Pemurah. Yang
mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada apa yangtidak ketahui.(QS. Al-Alaq : 1-5)
Dari ayat-ayat tersebut, jelaslah bahwa agama Islam mendorong umatnya agar
menjadi umat yang pandai, dimulai dengan belajar baca tulis dan diteruskan dengan
berbagai macam ilmu pengetahuan.3
Pendidikan merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya mengandung berbagai
dimensi. Seperti dimensi manusia sebagai subyek atau pelaku pendidikan (baik
berstatus sebagai pendidik atau peserta didik), maupun dimensi landasan, tujuan,
materi atau kurikulum, metodologi, dan dimensi institusi dalam penyelenggaraan
pendidikan. Dimensi-dimensi tersebut merupakan faktor penting yang mendukung
keberhasilan pelaksanaan proses kegiatan pendidikan, dan masing-masing dimensi ini
memiliki paradigma fungsional sendiri-sendiri dan saling terkait untuk bersinergi
dalam sebuah sistem pendidikan.4
Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan
kehidupan manusia. John Dewey dalam Jalaludin menyatakan, bahwa:
Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai bimbingan,sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk
disiplin ilmu. Pernyataan ini setidaknya mengisyaratkan bahwa bagaimanapunsederhananya suatu komunitas manusia, memerlukan adanya pendidikan.
3Ibid., h. 994A. Fatah Yasin,Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: UIN Malang Press), cet ke-1, h.
iii-iv
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
14/99
3
Maka dalam pengertian umum, kehidupan dari komunitas tersebut akan
ditentukan aktivitas pendidikan di dalamnya. Sebab pendidikan secara alami
sudah merupakan kebutuhan hidup manusia.
5
Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia, karena
pendidikan Islam berorientasi dalam memberikan bekal kepada manusia untuk
mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, pendidikan
menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan generasi sejalan dengan tuntutan
masyarakat.
Semestinya pendidikan Islam selalu diperbaharui konsep dan aktualisasinya
dalam rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis dan temporal,
agar manusia tidak hanya menginginkan kebahagiaan hidup setelah mati
(eskatologis), namun kebahagiaan di duniapun bisa diraihnya.
Pada kehidupan masyarakat yang semakin berbudaya dengan tuntutan hidup
yang makin tinggi, pendidikan ditujukan bukan hanya pada pembinaan keterampilan,
melainkan kepada pengembangan kemampuan-kemampuan teoretis dan praktis
berdasarkan konsep-konsep berpikir ilmiah.6
Dalam perkembangannya, pendidikan Islam telah melahirkan dua pola
pemikiran yang kontradiktif. Keduanya mengambil bentuk yang berbeda, baik padaaspek materi, sistem pendekatan, atau dalam bentuk kelembagaan sekalipun, sebagai
akumulasi dari respon dari sejarah pemikiran manusia dari masa ke masa terhadap
adanya kebutuhan akan pendidikan. Dua model bentuk yang dimaksud adalah
pendidikan Islam yang bercorak tradisionalis dan pendidikan Islam yang bercorak
modernis. Pendidikan Islam yang bercorak tradisionalis dalam perkembangannya
lebih menekankan pada aspek doktriner normatif yang cenderung eksklusif-literalis,
apologetis. Sementara pendidikan Islam modernis, lama-kelamaan ditengarai mulai
kehilangan ruh-ruh mendasarnya.7
5Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), cet. ke-2, h. 676 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam : Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), cet ke-1, h. 27 Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik : Upaya Konstruktif Membongkar Dikotomi
Sistem Pendidikan Islam, (Jawa Timur: UMG Press, 2004), cet ke-1, h. 6
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
15/99
4
Pada dasarnya, pendidikan dalam perspektif Islam berupaya untuk
mengembangkan seluruh potensi peserta didik seoptimal mungkin, baik yang
menyangkut aspek jasmaniah, maupun rohaniah, akal dan akhlak. Dengan
optimalisasi seluruh potensi yang dimiliknya, pendidikan Islam berupaya
mengantarkan peserta didik ke arah kedewasaan pribadi secara paripurna, yaitu yang
beriman dan berilmu pengetahuan.8
Islam memandang peserta didik sebagai makhluk Allah dengan segala
potensinya yang sempurna sebagai khalifah fil ardh, dan terbaik di antara makhluk
lainnya. Kelebihan manusia tersebut bukan hanya sekedar fisik, tetapi lebih jauh dari
itu, manusia memiliki kelebihan pada aspek psikisnya. Kedua aspek manusia tersebut
memiliki potensinya masing-masing yang sangat mendukung bagi proses aktualisasi
diri pada posisinya sebagai makhluk yang mulia. Dengan potensi fisik dan psikis,
atau dengan kata lain potensi material dan spiritual tersebut menjadikan manusia
sebagai makhluk ciptaan Allah yang terbaik.9
Seperti diketahui, masalah pendidikan Islam merupakan masalah yang tidak
akan pernah tuntas diwacanakan, tidak akan pernah rampung didesign, dan tidak akan
pernah diperoleh solusi akhir, karena pendidikan Islam berkenaan dengan persoalanumat Islam dengan jumlah yang sangat besar, melebihi satu milyar, dengan pola
kehidupan masing-masing yang sangat dinamis. Berbagai pemikiran dan solusi telah
dikemukakan oleh para ahli, terutama menyangkut konsep dan implementasi konsep
tersebut, yang sudah tentu bahwa warna-warni pemikirannya banyak dipengaruhi
oleh pandangan hidup, nilai-nilai, dan pengalaman yang mereka lalui. Tetapi ada
kesan kuat bahwa dalam satu hal mereka sepakat, bahwa pendidikan Islam harus
bertujuan memberikan bekal dan pengembangan potensi keimanan, keislaman dan
keihsanan. Selain itu, agar pendidikan Islam tidak mengabaikan pengembangan
potensi jasmani, aqal, dan qalbunya secara seimbang dan integral, agar dia memiliki
8Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001),
cet ke-1, h. vii9A. Susanto,Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: AMZAH, 2009), cet ke-1, h. 1
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
16/99
5
kesiapan menghadapi masa depannya dengan penuh percaya diri dan penuh tanggung
jawab.10
Sejarah memang mencatat bahwa peradaban Islam pernah menikmati posisi
sebagai kiblat ilmu pengetahuan dunia, dan masa keemasan tersebut diperkirakan
dinikmati umat Islam sekitar abad ke-7 hingga ke-15. Setelah itu masa-masa tersebut
kejayaan peradaban ilmiah Islam mulai melayu dan statis, kalau tidak lebih tepat
dikatakan mundur, dan kemunduran itu berlanjut hingga abad ke-21 ini.11
Dunia Islam akhir-akhir ini tengah mengadapi berbagai permasalahan seputar
krisis pendidikan Islam. Masa depan Islam akan sangat tergantung pada bagaimana
dunia itu menghadapi tantangan ini. Inilah yang menuntut agar selalu dilakukan
pembaharuan (modernisasi) dalam hal pendidikan dan segala hal yang terkait dengan
kehidupan umat Islam.
Dari sudut pandang Islam, pendidikan menduduki posisi sangat urgen dan
prinsipil. Karena pendidikan merupakan sesuatu yang sangat inheren dalam
kehidupan umat manusia.12
Pendidikan berkembang dari yang sederhana (primitif),
yang berlangsung ketika manusia masih berada dalam ruang lingkup kehidupan yang
serba sederhana serta konsep tujuan yang amat terbatas pada hal-hal yang bersifatsurvival (pertahanan hidup terhadap ancaman alam sekitar), sampai pada bentuk
pendidikan yang sarat dengan metode, tujuan, serta model pendidikan yang sesuai
dengan masyarakat saat ini.13
Pendidikan Islam bukan sekedar proses penanaman nilai-nilai moral untuk
membentengi diri dari akses negatif globalisasi. Tetapi yang paling urgen adalah
bagaimana nilai-nilai moral yang telah ditanamkan pendidikan Islam tersebut mampu
berperan sebagai kekuatan pembebas (liberating force) dari himpitan kemiskinan,
10Abdul Halim Soebahar,Kebijakan Pendidikan Islam dari Ordonansi Guru sampai UU Sisdiknas ,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), cet ke-1, h. v11Abdur Rahman Assegaf,Pendidikan Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Suka Press, 2007), cet. ke-
1, h. vii12 Mohammad Tidjani Djauhari, Pendidikan untuk Kebangkitan Islam, (Jakarta: TAJ, 2008), cet.
ke-1, h. 4813Arifin, op.cit., h. 1
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
17/99
6
kebodohan, dan keterbelakangan budaya dan ekonomi. Kandungan materi pelajaran
dalam pendidikan Islam yang masih berkutat pada tujuan yang lebih bersifat
ortodoksi diakibatkan adanya kesalahan dalam memahami konsep-konsep pendidikan
yang masih bersifat dikotomis, yakni pemilahan antara pendidikan agama dan
pendidikan umum (sekular), bahkan mendudukkan keduanya secara diametral.14
Menindaklanjuti masalah ini, salah satu tokoh pendidikan Islam yang sangat
peduli terhadap eksistensi pendidikan Islam kontemporer, Syed Muhammad Naquib
Al-Attas yang berdedukasi dipertengahan abad ke-20, merupakan otoritas yang
sangat berpengaruh pada kebijakan Islam Melayu bahkan dunia internasional. Al-
Attas bukan hanya seorang ideator ulung maupun hanya teoritis semata, namun Al-
Attas telah merealisasikan dalam penerapan gagasan dan idenya pada Universitas
(ISTAC) dan sukses dengan hasil yang patut dibanggakan.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis termotivasi untuk menyusun
sebuah skripsi dengan judul Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas
tentang Pendidikan Islam.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka dapat
diidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Terdapat banyak perbedaan terhadap konsep pendidikan Islam
2. Perlu dirumuskan konsep pendidikan Islam yang ideal, sehingga dapat
menjawab kekurangan pada pendidikan Islam yang telah diterapkan selama
ini.
C.
Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang ada, terbatasnya waktu, biaya yang
diperlukan dan kemampuan berfikir penulis yang masih sangat terbatas, maka penulis
14Moh. Shofan, op.cit., h. 5-6
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
18/99
7
perlu membatasi masalah agar lebih terarah dan tidak menimbulkan kekeliruan dalam
pemahamannya.
Masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini tentang:
1. Mengenal sosok Syed Muhammad Naquib Al-Attas, latar belakang keluarga,
pendidikan dan pengalaman serta karyakaryanya.
2. Menguraikan konsep pendidikan Islam menurut Syed Muhammad Naquib Al-
Attas.
D. Perumusan Masalah
Dengan adanya pembatasan masalah di atas, penulis akan berusaha untuk
menjawab permasalahan tentang:
1. Bagaimana pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas tentang pendidikan
Islam?
2. Apa relevansi pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas tentang
pendidikan Islampada era sekarang?
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengkaji pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas tentang pendidikan
Islam.
2. Mengeksplorasi relevansi pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas
tentang pendidikan Islampada era sekarang.
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi di dunia
pendidikan pada umumnya, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah, dan peneliti
khususnya. Dengan adanya penelitian ini, terdapat kegunaan bagi:
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
19/99
8
1. Masyarakat sebagai tambahan bahan informasi tentang pemikiran Syed
Muhammad Naquib Al-Attas tentang pendidikan Islam.
2. Peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sama untuk ditindaklanjuti
dan dikembangkan lebih jauh tentang pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-
Attas tentang pendidikan Islam.
3. Peneliti sendiri agar memperoleh wawasan yang cukup luas dalam mengkaji,
menemukan dan menganalisa pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas
tentang pendidikan Islam.
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
20/99
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Dalam bahasa Indonesia, kata pendidikan terdiri dari kata didik yang
mendapat awalan pen- dan akiran an. Kata tersebut sebagaimana dijelaskan dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah perbuatan (hal, cara dan sebagainya)
mendidik.1 Pengertian ini memberi kesan bahwa kata pendidikan lebih mengacu
kepada cara melakukan sesuatu perbuatan dalam hal ini mendidik. Selain kata
pendidikan, dalam bahasa Indonesia terdapat pula kata pengajaran. Kata ini
sebagaimana dijelaskan Poerwadarminta adalah cara (perbuatan dan sebagainya)
mengajar atau mengajarkan. Kata lain yang serumpun dengan kata tersebut adalah
mengajar yang berarti memberi pengetahuan dan pelajaran.
1Js. Badudu dan Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1994), cet ke-1, h. 342
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
21/99
10
Kata pendidikan selanjutnya sering digunakan untuk menerjemahkan kata
education dalam bahasa Inggris. Sedangkan pengajaran digunakan untuk
menerjemahkan kata teachingjuga dalam bahasa Inggris.
Jika pengertian secara semantik (kebahasaan) dari kata pendidikan,
pengajaran (education atau teaching) sebagaimana disebutkan di atas diperhatikan
secara seksama, nampak bahwa kata tersebut lebih menunjukkan pada suatu kegiatan
atau proses yang berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan oleh seseorang
kepada orang lain. Pengertian tersebut belum menunjukkan adanya program, sistem,
dan metode yang lazimnya digunakan dalam melakukan pendidikan atau pengajaran.2
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti
bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia
menjadi dewasa.3 Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan
oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat
hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.4
Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek
kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain, pendidikan tidak
hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi berlangsung pula di luar kelas. Pendidikan
bukan sifat formal saja, tetapi mencakup pula yang non formal.5
Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan
anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah
kedewasaan. Atau lebih jelas lagi, pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan
2Abudin Nata,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), cet ke-1, h. 4-53Dewasa di sini dimaksudkan adalah dapat bertanggung jawab terhadap diri sendiri secara biologis,
psikologis, paedagogis, dan sosiologis.4Hasbullah,Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 15Zuhairini,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet ke-3, h. 149
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
22/99
11
sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan
rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat.6
Dari pengertian pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah usaha yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam mempengaruhi
orang lain yang bertujuan untuk mendewasakan manusia seutuhnya, baik lahir
maupun bathin. Artinya, dengan pendidikan, manusia bisa memiliki kesetabilan
dalam tingkah laku atau tindakan, kesetabilan dalam pandangan hidup dan
kesetabilan dalam nilai-nilai kehidupan dengan penuh rasa tanggung jawab.7
Di Indonesia, menurut UU No. 20 Th. 2003 dalam Hasbullah menyatakan
bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.8
Pengertian pendidikan saat ini sudah sangat beragam, sehingga banyak sekali
pakar pendidikan yang mendefinisikan pendidikan itu sendiri. Bukan hanya para
pakar yang mendefinisikan pendidikan itu sendiri, namun Islam (agama yang diridhai
oleh Allah SWT) mampu mendefinisikan pendidikan.
Pendidikan dalam Islam memiliki tiga istilah dalam bahasa Arab yaitu at-
tarbiyah, at-talim, dan at-tadib. Dari ketiga istilah ini, kata at-tarbiyahsering kali
digunakan pada saat ini. Namun kata at-talimdan at-tadibjarang sekali digunakan,
padahal kata at-talimdan at-tadibini sudah ada pada awal pertumbuhan pendidikan
Islam.9
6M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
t.t), h. 107 Armai Arief, Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau, (Jakarta: Suara ADI, 2009), cet
ke-1, h. 338Hasbullah, op.cit., h. 49Zuhairini, op.cit., h. 120
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
23/99
12
Istilah tarbiyahberakar dari tiga kata, yakni pertama dari kata rabbayarbu
yang berarti bertambah dan tumbuh, kedua kata rabiya yarba yang berarti
tumbuh dan berkembang, dan ketiga kata rabba yarubbu yang berarti
memperbaiki, menguasai, dan memimpin, menjaga dan memelihara. Kata al-Rabb,
juga berasal dari kata tarbiyah dan berarti mengantarkan sesuatu kepada
kesempurnaan secara bertahap atau membuat sesuatu mencapai kesempurnaannya
secara bertahap atau membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur.10
Kata pendidikan, yang dalam bahasa Inggris education dalam bahasa Arab
(bahasa persatuan Islam) disebut tarbiyah. Kata tarbiyah, berasal dari kata dasar
rabba yurabbi tarbiyah (
-
) yang berarti tumbuh dan
berkembang (Al-Munjid). Dalam Al-Mujam al-Wasith, terdapat penjelasan sebagai
berikut:
Mendidiknya, berarti menumbuhkan potensi jasmaniah, akliah (akal) serta
akhlak (budi pekerti).11
Abdurrahman al-Nahlawi yang menggunakan kata Tarbiyah dalam artipendidikan berpendapat bahwa istilah tarbiyahberarti :
a. Memelihara fitrah anak.
b. Menumbuhkan seluruh bakat dan kesiapannya.
c. Mengarahkan fitrah dan seluruh bakatnya agar menjadi baik dan
sempurna.
d. Bertahap dalam prosesnya.
Berdasarkan pengertian pendidikan di atas, al-Nahlawi menyimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan Tarbiyah adalah :
a. Pendidikan adalah proses yang mempunyai tujuan, sasaran, dan target.
10 Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik : Upaya Konstruktif Membongkar Dikotomi
Sistem Pendidikan Islam, (Jawa Timur: UMG Press, 2004), cet ke-1, h. 3811Zuhairini, op.cit., h. 120-121
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
24/99
13
b. Pendidik yang sebenarnya adalah Allah, karena Dialah yang
menciptakan fitrah dan bakat manusia. Dialah yang membuat dan
memberlakukan hukum-hukum perkembangan serta bagaimana fitrah
dan bakat itu berinteraksi. Dialah pula yang menggariskan syariat untuk
mewujudkan kesempurnaan, kebaikan, dan kebahagiaannya.
c. Pendidikan menghendaki penyusunan langkah-langkah sistematis yang
harus didahului secara bertahap oleh berbagai kegiatan dan pengajaran.
12
Tarbiyah dimaknai sebagai proses penanaman etika yang dimulai pada jiwa
anak yang sedang tumbuh dengan cara memberi petunjuk dan nasihat, sehingga ia
memiliki potensipotensi dan kompetensikompetensi jiwa yang mantap, yang dapat
membuahkan sifatsifat bijak, baik, cinta akan kreasi, dan berguna bagi tanah
airnya.13
Dari beberapa istilah di atas dapat disimpulkan bahwa kata tarbiyah berarti
upaya memelihara, mengurus, mengatur, dan memperbaiki sesuatu atau potensi atau
fitrah manusia yang sudah ada sejak lahir agar tumbuh dan berkembang menjadi
dewasa atau sempurna.14
Dalam pengertian tarbiyahini, terdapat lima kata kunci yang dapat dianalisis :
a. Menyampaikan (al-tabligh). Pendidikan dipandang sebagai usaha
penyampaian, pemindahan, dan transformasi dari orang yang tahu
(pendidik) pada orang yang tidak tahu (peserta didik) dan dari orang
dewasa pada orang yang belum dewasa.
b. Sesuatu (asy-syay). Maksud dari sesuatu di sini adalah kebudayaan,
baik material maupun non-material (ilmu pengetahuan, seni, estetik,
etika, dan lain-lain) yang harus dketahui dan diinternalisasikan oleh
peserta didik.
12Moh. Shofan, op.cit., h. 40-4113Rois Mahfud,Al-Islam : Pendidikan Agama Islam , (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 14414A. Fatah Yasin,Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 21
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
25/99
14
c. Sampai pada batas kesempurnaan (ila kamalihi). Maksudnya adalah
bahwa proses pendidikan itu berlangsung terusmenerus tanpa henti,
sehingga peserta didik memperoleh kesempurnaan, baik dalam
pembentukan karakter dengan nilai nilai tertentu maupun memiliki
kompetensi tertentu dengan ilmu pengetahuan.
d. Tahap demi tahap (syay fa syay). Maksudnya, transformasi ilmu
pengetahuan dan nilai dilakukan dengan berjenjang menurut tingkat
kedewasaan peserta didik, baik secara biologis, psikologis, sosial
maupun spiritual.
e.
Sebatas pada kesanggupannya (bi hasbi istidadihi). Maksudnya, dalam
proses transformasi pengetahuan dan nilai itu harus mengetahui tingkat
peserta didik, baik dari sisi usia, kondisi fisik, psikis, sosial, ekonomi
dan sebagainya, agar dalam tarbiyahitu ia tidak mengalami kesulitan.15
At talim secara etimologis berasal dari kata kerja allama yang berarti
mengajar. Jadi makna talim dapat diartikan pengajaran seperti dalam bahasa
Arab dinyatakan tarbiyah wa talimberarti Pendidikan dan Pengajaran, sedangkan
pendidikan Islam dalam bahasa Arabnya alTarbiyah al-Islamiyah. Kata talim
dengan kata kerja allamajuga sudah digunakan pada zaman Nabi, baik di dalam Al-
Quran maupun Hadis serta pemakaian sehari-hari pada masa dulu lebih sering
digunakan dari pada tarbiyah. Kata allama memberi pengertian sekedar memberi
tahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan kepribadian,
karena sedikit sekali kemungkinan ke arah pembentukan kepribadian yang
disebabkan pemberian pengetahuan.16
Kata talim adalah isim mashdar dari allama yuallimu taliiman.
Menurut al-Raghib al-Asfahani dalam Abudin Nata menyebutkan bahwa:
Kata al-talim adalah al-tanbih al-nafs littashawur al-maaniy yang artinya
memperingatkan jiwa untuk menggambarkan berbagai pengertian. Sedangkan kata at-
15Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. ke-2,
h. 1416Moh. Shofan, op.cit., h. 41-42
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
26/99
15
taallum berarti proses mengingatkan jiwa dengan tujuan untuk memperoleh
gambaran tentang berbagai makna. Kata talim terkadang digunakan juga untuk
pengertian memberitahukan, jika penggunaan kata talim tersebut dilakukan secaraberulang-ulang.17
Muhammad Rasyid Ridha mengartikan talim dengan proses transmisi
berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan
tertentu. Pengertian ini didasarkan atas firman Allah SWT. dalam QS. Al-Baqarah
ayat 31 tentang allamaTuhan kepada Nabi Adam as. Proses transmisi itu dilakukan
secara bertahap sebagaimana Nabi Adam menyaksikan dan menganalisis asma
(nama - nama) yang diajarkan oleh Allah kepadanya.18
Penunjukkan kata al-taliim pada pengertian pendidikan, sesuai denganfirman Allah SWT. :
: )
)
Dan Allah mengajarkan kepada Adam segala nama, kemudian Allah berkata
kepada malaikat : Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama semua itu, jika kamu
besar. (QS. Al-Baqarah : 31)19
Al-Quran tidak menyebutkan secara eksplisit kata talim. Rasyid Ridha
dalam Asrorun Niam Sholeh mendefinisikan:
Al-talim sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan kepada jiwa
individu tanpa adanya batasan dan ketentuan. Muhammad Naquib Al-Attas
mengartikan talim dengan pengajaran tanpa pengenalan secara
mendasar.20
Istilah talimmerupakan bagian kecil dari tarbiyah alaqliyahyang bertujuan
memperoleh pengetahuan dan keahlian berpikir, yang sifatnya mengacu pada
17Abuddin Nata,Pendidikan dalam Perspektif Al-Quran, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 9318Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, op.cit.,h. 1919 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001), cet ke-1, h. 8720Asrorun Niam Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam : Mengurai Relevansi Konsep Al-Ghazali
dalam Konteks Kekinian, (Jakarta: ELSAS Jakarta, 2008), cet ke-6, h. 94
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
27/99
16
dominan kognitif. Sebaliknya at tarbiyah tidak hanya mencakup domain kognitif,
tetapi juga domain afektif dan psikomotorik.21
Kata tadiibmerupakan mashdardari addabayuaddibutadiiban(
- ) yang dapat diartikan kepada proses pendidik yang lebih tertuju pada
pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik. Orientasi kata
tadiiblebih terfokus pada upaya pembentukan pribadi muslim yang berakhlak mulia.
Pengertian ini didasarkan pada sabda Nabi Muhammad SAW. :
(
) Tuhan telah mendidikku, maka Ia sempurnakan pendidikanku. (Al-Hadits)
22
Proses tadib harus didasarkan pada komitmen kuat untuk membangun
moralitas manusia dan dimulai diri sendiri. Dalam tadib, seorang pendidik harus
selalu sadar bahwa proses tadib tidak pernah lepas dari arahan Allah. Tuhan ikut
campur dengan mengarahkan langkah pendidik.23
Tadib, sebagai upaya dalam pembentukan adab (tata krama) terbagi atas
empat macam :a. Tadib adab al-haqq, pendidikan tata krama spiritual dalam kebenaran,
yang memerlukan pengetahuan tentang wujud kebenaran, yang di
dalamnya segala yang ada memiliki kebenaran tersendiri dan yang
dengannya segala sesuatu diciptakan.
b. Tadib adab al-khidmah, pendidikan tata krama spiritual dalam
pengabdian. Sebagai seorang hamba, manusia harus mengabdi kepada
sang Raja (Malik) dengan menempuh tata krama yang pantas.
c. Tadib adab al-syariah, pendidikan tata krama spiritual dalam syaria,
yang tata caranya telah digariskan oleh Tuhan melalui wahyu. Segala
21Rois Mahfud, op.cit., h. 14422Samsul Nizar, op.cit., h. 9023Asrorun Niam Sholeh, op.cit., h. 95
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
28/99
17
pemenuhan syariah Tuhan akan berimplikasi pada tata krama yang
mulia.
d. Tadib adab al-shuhbah, pendidikan tata krama spiritual dalam
persahabata, berupa saling menghormati dan berprilaku mulia di antara
sesama.24
Sedangkan istilah tadib menurut Daud (1987) dalam Rois Mahfud
menyatakan bahwa
Tadib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsurangsur
ditanamkan kepada manusia tentang tempattempat yang tepat dari segala
sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa untuk membimbing
manusia ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan
di dalam tatanan wujud dan keberadaannya.25
Hasil Konferensi Pendidikan Islam se-Dunia Kedua tahun 1980 di Islamabad,
Pakistan, merumuskan bahwa pendidikan Islam adalah suatu usaha untuk
mengembangkan manusia dalam semua aspeknya, baik aspek spiritual, intelektual,
imajinasi, jasmaniah, dan ilmiah baik secara individual maupun kolektif menuju ke
arah pencapaian kesempurnaan hidup sesuai dengan ajaran Islam.26
Menurut Dr. Muhammad Fadil Al-Djamaly dalam Muzayyin Arifin
menyatakan:
Pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada yang
baik dan yang mengangkat derajat kemanusiannya sesuai dengan kemampuan
dasar (fithrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar).27
Arifin dalam bukunyaIlmu Pendidikan Islam : Tinjauan Teoretis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner mengemukakan bahwa hakikat pendidikan
Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan
dan membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak
24Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, op.cit.,h. 20-2125Rois Mahfud, op.cit., h. 14426A. Fatah Yasin, op.cit., h. 2427Muzayyin Arifin,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), cet ke-5, h. 17-18
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
29/99
18
didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan
perkembangannya.28
Sedangkan menurut Armai Arief, pendidikan Islam adalah suatu proses
penanaman nilai-nilai Islam melalui pengajaran, bimbingan dan latihan yang
dilakukan dengan sadar dan penuh tanggung jawab dalam rangka pembentukan,
pembinaan, pendayagunaan, dan pengembangan pikir, zikir, dan kreasi manusia,
sehingga terbentuk pribadi muslim sejati, yang mampu mengembangkan
kehidupannya dengan penuh tanggung jawab dalam rangka beribadah kepada Allah
SWT. untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.29
Dari pengertian ini nampak penekanannya kepada usaha membimbing
pertumbuhan dan perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik ke tingkat
maksimal. Dalam pengertian ini terkandung makna usaha orang dewasa muslim yang
sadar (pendidik muslim), melalui ajaran Islam, menuju titik maksimal pertumbuhan
dan perkembangannya (sebagai tujuan pendidikan).30
Pendidikan Islam, sebelumnya hanya dipersepsi sebagai materi, sekarang
persepsi umat telah berubah, pendidikan Islam tidak hanya dipersepsi sebagai materi,
tetapi juga sebagai institusi, sebagai kultur dan aktivitas, dan sebagai sistem. Inilah
yang sekarang tercermin dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah yang secara operasional
mengatur pelaksanaan undang-undang tersebut. Dengan demikian, maka penyebutan
istilah Pendidikan Islam bisa mencakup empat persepsi tersebut: pertama,
pendidikan Islam dalam pengertian materi; kedua, pendidikan Islam dalam pengertian
institusi; ketiga, pendidikan Islam dalam pengertian kultur dan aktivitas; keempat,
pendidikan Islam dalam pengertian pendidikan Islam yang islami.
Pendidikan Islam menurut pengertian yang pertama, (pendidikan Islam dalam
pengertian materi), maka yang dimaksud pendidikan Islam adalah materi
28 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam : Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), cet ke-1, h. 2229Armai Arief, op.cit., h. 3630Moh. Shofan, op.cit., h. 51-52
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
30/99
19
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang wajib diberikan di semua jenis, bentuk, dan
jenjang pendidikan, baik di sekolah (SD, SMP, SMA, SMK, dan/atau yang sederajat),
di Madrasah sebagai sekolah umum berciri khas Islam (MI, MTs, MA, MAK,
dan/atau yang sederajat), dan di Madrasah Diniyah (Ula, Wusthadan Ulya), karena
sesuai dengan penegasan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
bahwa PAI adalah isi kurikulum yang wajib diajarkan di setiap jenis, jalur, dan
jenjang pendidikan. Perbedaan pokok antara materi PAI di Sekolah, di Sekolah
Umum Berciri Khas Islam, dan di Madrasah Diniyah adalah sebagai berikut: kalau di
Sekolah, PAI merupakan mata pelajaran dalam kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak (dengan sub mata pelajaran atau unsur pokok keimanan, ibadah, Al-Quran -
hadis, akhlak, muamalah, syariah, dan tarikh) dengan satu silabi, sedang di
Madrasah sebagai sekolah umum berciri khas Islam, PAI merupakan satu kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak (terdiri dari Quran, Hadis, Fikih, Akidah Akhlak,
SKI, dan bahasa Arab) dan setiap mata pelajaran memiliki silabi tersendiri.
Selanjutnya, di Madrasah Diniyah PAI menjadi materi inti dan tujuan institusional
lembaga adalah dalam rangka tafaqquh fiddin. Di Madrasah Diniyah ada variasi lagi,
kalau di Madrasah Salafiyah menggunakan referensi kitab kuning, sedang di Diniyah
Takmiliyah PAI bersifat pelengkap bagi peningkatan kompetensi keagamaan siswa
yang sedang belajar di Sekolah atau Sekolah Umum Berciri Khas Islam.
Pendidikan Islam menurut pengertian yang kedua, (pendidikan Islam dalam
pengertian institusi), maka yang dimaksud pendidikan Islam adalah institusi-institusi
pendidikan Islam seperti: pondok pesantren, madrasah diniyah, madrasah sebagai
sekolah umum berciri khas Islam, dan sebagainya. Berkembangnya bentuk institusi
pendidikan Islam seperti pondok pesantren, madrasah diniyah, madrasah sebagai
sekolah umum berciri khas Islam dan sekolah Islam itu, selain telah menunjukkan
keagamaan visi-misi perjuangan, sekaligus menunjukkan belum adanyagrand design
sistem kelambagaan pendidikan Islam. Karena itu, rekonstruksi sistem kelembagaan
sangat diperlukan agar muncul ghirah yang bisa menginisiasi format institusi
pendidikan Islam yang mampu mengatur dan mensintesakan berbagai bentuk
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
31/99
20
kelembagaan itu dalam sebuah kelembagaan yang integral, sistemik, dan holistik
serta mampu menjelma sebagai magnet school, yakni lembaga yang mampu
menyedot potensi dari partisipasi masyarakat karena reputasi kelembagaannya yang
menyajikan layanan pendidikan yang berkualitas.31
Pendidikan Islam menurut pengertian yang ketiga, (pendidikan Islam dalam
pengertian kultur dan aktivitas), maka yang dimaksud adalah budaya, kultur atau
nilai-nilai keislaman dan aktivitas yang tumbuh dan berkembang dan berpengaruh
terhadap iklim pendidikan Islam, citra pendidikan Islam, performance institusi
pendidikan Islam, dan aktivitas pendidikan Islam. Kultur pendidikan Islam, selama
ini kurang tergarap secara baik dan profesional, sehingga terjadi kesenjangan yang
begitu jauh antara idealitas ajaran Islam yang menekankan kebesihan dan citra
kelembagaan pendidikan Islam yang kerap disebut kumuh, ada kesenjangan antara
cita dan fakta, dan sebagainya. Kultur dan aktivitas pendidikan Islam seperti ini
penting digagas dan dikembangkan dalam rangka memberdayakan pendidikan Islam
sekaligus mengangkat pendidikan Islam dari keterpurukannya.
Yang terakhir, pendidikan Islam menurut pengertian yang keempat,
(pendidikan Islam dalam pengertian pendidikan yang islami), maka yang dimaksud
adalah sistem pendidikan yang islami. Pendidikan Islam, sebagaimana pendidikan
lainnya, memiliki komponen-komponen utama, seperti: dasar, tujuan, prinsip,
metode, evaluasi dan sebagainya. Konstruksi komponen-komponen utama tersebut,
menurut pengertian yang keempat, selalu mengacu pada ajaran normatif (Al-Quran
dan al-hadits) dan terapannya dalam pendidikan.32
Pendidikan Islam merupakan upaya pelayanan ataupun usaha secara sadar,
secara terencana bagi pengembangan optimalisasi potensi dasar yang ada dalam diri
setiap individu. Potensi dasar tersebut berupa potensi untuk mengakui Allah sebagai
Tuhan yang menciptakan alam semesta, potensi untuk menjadi manusia yang baik
31 Abd. Halim Soebahar, Kebijakan Pendidikan Islam dari Ordonansi Guru sampai UU
SISDIKNAS, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), cet ke-1, h. 2-432Ibid., h. 4-5
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
32/99
21
dan berbuat baik, potensi untuk mengembangkan naluri kekhalifahan, dan potensi
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan lain-lain.33
Jadi, pendidikan Islam adalah suatu upaya atau proses, pencarian,
pembentukan, dan pengembangan sikap dan perilaku untuk mencari,
mengembangkan, memelihara, serta menggunakan ilmu dan perangkat teknologi atau
keterampilan demi kepentingan manusia sesuai dengan ajaran Islam.34
2. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan adalah dunia cita, yakni suasana ideal yang ingin diwujudkan. Dalam
tujuan pendidikan suasana ideal itu nampak pada tujuan akhir (ultimate aims of
education). Tujuan akhir biasanya dirumuskan secara padat dan singkat.35
Sedangkan
tujuan umum dari pendidikan ialah membawa anak kepada kedewasaannya, yang
berarti bahwa ia harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab
sendiri.36
Secara umum, tujuan pendidikan Islam terbagi kepada: tujuan umum, tujuan
sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional. Tujuan umum adalah tujuan yang
akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan
cara lain. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi
sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. Tujuan
akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia
yang sempurna (insan kamil) setelah ia menghabisi sisa umurnya. Sementara tujuan
operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan
pendidikan tertentu.37
33 Saidan, Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Antara Hasan Al-Banna dan Mohammad
Natsir, (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2011), h. 4434Jusuf Amir Feisal,Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), cet. ke- 1,
h. 9635Zuhairini, op.cit., h. 16036M. Ngalim Purwanto, op.cit., h. 1937Armai Arief,Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h.
18-19
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
33/99
22
Ada yang memerinci tujuan pendidikan dalam bentuk taksonomi (sistem
klasifikasi) yang terutama meliputi:
a. Pembinaan kepribadian (nilai formil).
Sikap (attitude).
Daya pikir praktis rasional.
Obyektivitas.
Loyalitas kepada bangsa dan ideologi.
Sadar nilai-nilai moral dan agama.
b. Pembinaan aspek pengetahuan (nilai materiil), yaitu materi ilmu sendiri.
c.
Pembinaan aspek kecakapan, keterampilain (skill) nilai-nilai praktis.
d. Pembinaan jasmani yang sehat.38
Tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II, Pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta
bertanggung jawab.39
Sedangkan, tujuan pendidikan Islam adalah untuk mempersiapkan anak didik
atau individu dan menumbuhkan segenap potensi yang ada, baik jasmani maupun
rohani, dengan pertumbuhan yang terus menerus agar dapat hidup dan
berpenghidupan sempurna, sehingga ia dapat menjadi anggota masyarakat yang
berguna bagi dirinya dan umatnya.40
38Zuhairini, op.cit., h. 16139 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang
Pendidikan, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), h. 840Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press, 2005), cet ke-1, h. 21
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
34/99
23
Secara umum, tujuan pendidikan Islam itu adalah dengan mengacu pada QS.
51 : 56, yaitu menjadikan manusia sebagai insan pengabdi kepada Khaliqnya, guna
mampu membangun dunia dan mengelola alam semesta sesuai dengan konsep yang
telah ditetapkan Allah SWT.41
Rumusan tujuan ini diilhami oleh firman Allah sebagai berikut :
(: (
Dan Aku tidak menjadikan jin dan manusia melainkan supaya menyembah-Ku.
(QS. Adz-Dzariyat : 56)42
Dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam, paling tidak ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Tujuan dan tugas manusia di muka bumi, baik secara vertikal maupun
horizontal.
b. Sifat-sifat dasar manusia.
c. Tuntutan masyarakat dan dinamika peradaban kemanusiaan.
d. Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dalam aspek ini, setidaknya ada
3 macam dimensi ideal Islam, yaitu : (a) mengandung nilai yang berupaya
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di muka bumi. (b)
mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih
kehidupan yang baik, (c) mengandung nilai yang dapat memadukan antara
kepentingan kehidupan dunia dan akhirat (fi al-dunya hasanah wa fi al-
akhirat al-hasanah).
Menurut al-Syaibani dalam Samsul Nizar mengemukakan bahwa tujuan
tertinggi pendidikan Islam adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat.
Sementara tujuan akhir yang akan dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta
didik, baik ruh, pisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis, sehingga akan terbentuk
pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai khalifah fil
41Samsul Nizar, op.cit., h. 10542Abudin Nata, op.cit., h. 173
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
35/99
24
ardh. Pendekatan tujuan ini memiliki makna, bahwa upaya pendidikan Islam adalah
pembinaan pribadi muslim sejati yang mengabdi dan merealisasikan kehendak
Tuhan sesuai dengan syariat Islam, serta mengisi tugas kehidupannya di dunia dan
menjadikan kehidupan akhirat sebagai tujuan utama pendidikannya.43
Tujuan pendidikan dalam konsep Islam harus mengarah pada hakikat
pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya yaitu tujuan dan tugas hidup manusia,
memperhatikan sifatsifat dasar manusia, tuntutan masyarakat, dan dimensidimensi
ideal Islam.
Pertama, terkait dengan ontologi hakikat manusia sudah sangat jelas dalam
konsep Islam di mana manusia diciptakan bukan karena kebetulan atau sia sia, ia
diciptakan dengan membawa tujuan dan tugas hidup tertentu seperti dikatakan dalam
QS. Ali Imran [3] : 191. Tujuan diciptakan manusia adalah mutlak untuk Allah
SWT, mendedikasikan dirinya baik sebagai wakil-Nya di muka bumi maupun sebagai
abdAllah SWT.
Kedua, memperhatikan sifat sifat dasar manusia (nature of human) yang
oleh Allah SWT ditempatkan sebagai khalifah-Nya di muka bumi yang bertujuan
untuk mengabdi kepada-Nya sebagaimana dilukiskan dalam QS. Al-Dzariyat [51] :
56 :
:
(
)
Artinya :
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepadaKu.(QS. Adz-Dzariyat : 56)
Ketiga, tuntutan masyarakat baik berupa pelestarian nilai nilai budaya yang
telah melembaga dalam kehidupan suatu masyarakat, maupun pemenuhan terhadap
tuntutan kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi perkembangan dan tuntutan dunia
modern.
43Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, (Jakarta:
Ciputat Press, 2002), cet ke-1, h. 35-36
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
36/99
25
Keempat, dimensi kehidupan ideal Islam mengandung nilai yang dapat
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di dunia untuk mengelola dan
memanfaatkan dunia sebagai bekal kehidupan di akhirat, serta mengandung nilai
yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan di akhirat yang
membahagiakan sehingga manusia dituntut agar tidak terbelenggu oleh rantai
kekayaan duniawi atau material yang dimiliki. Namun demikian, manusia dituntut
untuk menempatkan secara selaras antara kebutuhan dunia dan akhirat secara
proporsional seperti yang direkomendasikan dalam QS. Al-Qashash [28] : 77 :
: )
)
Artinya :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orangorang yang berbuat kerusakan.(QS. AlQashash : 77)44
Menurut tugas dan fungsi manusia secara filosofis, tujuan pendidikan bisa
dibedakan sebagai berikut :
a. Tujuan individual yang menyangkut individu, melalui proses belajar
dengan tujuan mempersiapkan dirinya dalam kehidupan dunia dan akhirat.
b. Tujuan sosial yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat sebagai
keseluruhan, dan dengan tingkah laku masyarakat umumnya serta denganperubahan-perubahan yang diinginkan pada pertumbuhan pribadi,
pengalaman dan kemajuan hidupnya.
44Rois Mahfud, op.cit., h. 145-147
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
37/99
26
c. Tujuan profesional yang menyangkut pengajaran sebagai ilmu, seni, dan
profesi serta sebagai suatu kegiatan dalam masyarakat.
Dalam proses kependidikan, ketiga tujuan di atas dicapai secara integral, tidak
terpisah, sehingga dapat mewujudkan tipe manusia paripurna seperti dikehendaki
oleh ajaran Islam.45
Menurut al-Qabisy dalam A. Fattah Yasin menyatakan:
Tujuan pendidikan Islam itu adalah upaya menyiapkan peserta didik agar
menjadi muslim yang dapat menyesuaikan hidupnya sesuai dengan ajaran-
ajaran Islam. Dengan tujuan ini diharapkan peserta didik juga mampu
memiliki pengetahuan dan mampu mengamalkan ajaran Islam, karena hidup
di dunia ini tidak lain adalah jembatan menuju hidup di akhirat.46
Menurut Prof. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi dalam kajiannya tentang
pendidikan Islam dalam Muzayyin Arifin telah menyimpulkan 5 (lima) tujuan yang
asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam At-Tarbiyah Al-Islamiyah Wa
Falsafatuha, yaitu :
a. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan
bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam buitstu li
utammima makarimal akhlak dan bahwa mencapai akhlak yang
sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya. Dan bukanlah tujuan
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pemikiran Islam untuk mengisi
otak pelajar dengan informasiinformasi kering dan mengajar mereka
pelajaranpelajaran yang belum mereka ketahui. Dapat diringkaskan
tujuan asasi pendidikan Islam itu dalam suatu kata, yaitu keutamaan (al-
fadhilah). Menurut tujuan ini setiap pengajaran harus berorientasi pada
pendidikan akhlak, dan akhlak keagamaan di atas segalagalanya.
b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam
tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya
45Arifin, op.cit., h. 2946A. Fatah Yasin, op.cit., h. 110
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
38/99
27
segi keduniaan saja, tetapi ia menaruh perhatian pada keduaduanya
sekaligus dan ia memandang persiapan untuk kedua kehidupan itu sebagai
tujuan tertinggi dan terakhir bagi pendidikan.
c. Menumbuhkan ruh ilmiah (Scientific Spirit) pada pelajaran dan
memuaskan keinginan hati untuk mengetahui (curiosity) dan
memungkinkan ia mengkaji ilmu sebagai sekedar ilmu. Pada waktu
pendidikpendidik muslim menaruh perhatian kepada pendidikan agama
dan akhlak dan mempersiapkan diri untuk kehidupan dunia dan akhirat
dan mempersiapkan untuk mencari rezeki, mereka juga menumbuhkan
perhatian pada sains, sastra, kesenian dalam berbagai jenisnya, sekedar
sebagai sains, sastra dan seni.
d. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan tertentu,
supaya ia dapat menguasai profesi tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki
dalam hidup dan hidup dengan mulia di samping memelihara segi
kerohanian dan keagamaan. Pendidikan Islam, sekalipun menekankan segi
kerohanian dan akhlak, tidaklah lupa menyiapkan seseorang untuk hidup
dan mencari rezeki. Begitu juga ia tak lupa melatih badan, akal, hati,
perasaanperasaan, kemauan, tangan, lidah, dan pribadi.
e. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segisegi kemanfaatan.
Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau
spiritual sematamata, tetapi menaruh perhatian pada segi kemanfaatan
pada tujuantujuan, kurikulum, dan aktifitasnya.47
Menurut Ahmad D. Marimba dalam Moh. Shofan mengemukakan bahwa
suatu usaha tanpa tujuan tidak akan berarti apa-apa. Oleh karenanya, setiap usaha
mesti ada tujuan dan begitu pula dalam pendidikan Islam sangat penting adanya
tujuan pendidikan yang dilaksanakan. Ada empat fungsi tujuan dalam pendidikan
Islam, yaitu :
47Muzayyin Arifin,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. ke- 4, h. 164-166
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
39/99
28
Pertama, tujuan berfungsi mengakhiri usaha, dalam hal ini perlu sekali
antisipasi ke depan dan efisiensi dalam tujuan agar tidak terjadi penyimpangan.
Kedua, tujuan berfungsi mengerahkan usaha, dalam hal ini tujuan dapat menjadi
pedoman sebagai arah kegiatan.Ketiga, tujuan dapat merupakan titik pangkal untuk
mencapai tujaun lainnya, baik merupakan kelanjutan tujuan sebelumnya maupun bagi
tujuan baru, dalam hal ini ada tujuan yang lebih luhur, mulia daripada usaha lainnya.
Di samping itu tujuan bisa bersifat paralel ataupun garis lurus (linier), bisa juga
tujuan dekat, jauh dan lebih jauh atau tujuan sementara (antara) dan tujuan akhir.48
Tujuan pendidikan Islam pada hakikatnya sama dan sesuai dengan tujuan
diturunkannya agama Islam itu sendiri, yaitu untuk membentuk manusia muttaqin
yang rentangannya berdimensi infinitum (tidak terbatas menurut jangkauan manusia),
baik secara linear maupun secara algoritmik (berurutan secara logis) berada dalam
garis-garis mukmin muslim muhsin dengan perangkat komponen, variabel, dan
parameternya masing-masing yang secara kualitatif bersifat kompetitif.
Oleh karena itu, tujuan pendidikan Islam dapat dipecah menjadi tujuan-tujuan
berikut ini:
a. Membentuk manusia muslim yang dapat melaksanakan ibadah mahdhah.
b. Membentuk manusia muslim yang di samping dapat melaksanakan ibadah
mahdhah dapat juga melaksanakan ibadah muamalah dalam
kedudukannya sebagai orang perorang atau sebagai anggota masyarakat
dalam lingkungan tertentu.
c. Membentuk warga negara yang bertanggungjawab kepada masyarakat dan
bangsanya dalam rangka bertanggungjawab kepada Allah Penciptanya.
d. Membentuk dan mengembangkan tenaga profesional yang siap dan
terampil atau tenaga setengah terampil untuk memungkinkan memasuki
teknostruktur masyarakatnya.
48Moh. Shofan, op.cit., h. 55
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
40/99
29
e. Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu (agama dan ilmu-ilmu islami
lainnya).49
Tujuan umum dalam pendidikan Islam adalah mencapai kepribadian yang
sempurna dari segala aspek insaniah, seperti jasmaniah, ruhaniah, intelek, dan
sebagainya. Sedangkan tujuan akhir dalam pendidikan Islam adalah perwujudan
ketundukkan yang sempurna kepada Allah SWT.
3. Fungsi Pendidikan Islam
Pendidikan mempunyai peran dan fungsi ganda, pertama peran dan fungsinya
sebagai instrumen penyiapan generasi bangsa yang berkualitas, kedua, peran serta
fungsi sebagai instrumen transfer nilai. Fungsi pertama menyiratkan bahwa
pendidikan memiliki peran artikulasi dalam membekali seseorang atau sekelompok
orang dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan, yang berfungsi
sebagai alat untuk menjalani hidup yang penuh dengan dinamika, kompetisi, dan
perubahan. Fungsi kedua menyiratkan peran dan fungsi pendidikan sebagai instrumen
transformasi nilai nilai luhur dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kedua
fungsi tersebut secara eksplisit menandai bahwa pendidikan mengandung makna bagi
pengembangan sains dan teknologi serta pengembangan etika, moral, dan nilai nilai
spiritual kepada masyarakat agar tumbuh dan berkembang menjadi warga negara
yang beradab dan bermartabat, terampil, demokratis, dan memiliki keunggulan
kompetitif (competitive advantage) serta keunggulan komperatif (comperative
advantage).50
Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua
bentuk, yaitu:
49Jusuf Amir Feisal, op.cit., h. 9650Rois Mahfud, op.cit., h. 147
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
41/99
30
a. Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungkan tingkat-tingkat
kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan
nasional.
b. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi, dan perkembangan. Pada
garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan
skill yang dimiliki, serta melatih tenaga-tenaga manusia (peserta didik)
yang produktif dalam menemukan perimbangan perubahan sosial dan
ekonomi yang demikian dinamis.51
Dari batasan terminologis dan tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan
Islam, terlihat bahwa peranan pendidikan sangat besar dalam membangun peradaban
manusia. Artinya, peradaban dan kebudayaan manusia tumbuh dan berkembang
melalui pendidikan. Agar peradaban bisa terbentuk sesuai dengan yang diinginkan,
maka dalam konsep pendidikan harus didasari oleh nilai-nilai, cita-cita, dan falsafah
yang berlaku di suatu masyarakat atau bangsa.
Untuk mencapai konsep di atas, maka kesemuanya itu merupakan tanggung
jawab yang dibebankan dalam pendidikan yang ada. Maka dalam konteks ini, fungsi
pendidikan Islam dapat dilihat dari dua dimensi :
a. Dimensi mikro (internal), yaitu manusia sebagai subyek dan obyek
pendidikan. Pada dimensi ini, pendidikan yang dilakukan berfungsi
memelihara dan mengembangkan fitrah (potensi) insani yang ada dalam
diri anak didik seoptimal mungkin sesuai dengan norma agama.
Dengan upaya ini diharapkan pendidikan Islam mampu membentuk insan
yang berkualitas dan mampu melaksanakan kewajiban dan tanggung
jawabnya, baik sebagai pribadi, maupun kepada masyarakat. Dengan kata
lain, fungsi pendidikan Islam sebagai upaya menuju terbentuknya
kepribadian insan muslim seutuhnya.
51Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis: Filsafat Pendidikan
Islam, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005), h. 34
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
42/99
31
Dari batasan di atas, terlihat bahwa fungsi pendidikan dalam perspektif
Islam adalah proses penanaman nilai-nilai Ilahiyah pada diri anak didik,
sehingga mereka mampu mengaktualisasikan dirinya semaksimal
mungkin sesuai dengan prinsip-prinsip religius.
b. Dimensi makro (eksternal), yaitu perkembangan kebudayaan dan
peradaban manusia sebagai hasil akumulasi dengan lingkungannya. Pada
dimensi ini, pendidikan yang dilakukan berfungsi sebagai sarana
pewarisan budaya dan identitas suatu komunitas yang di dalamnya
manusia melakukan berbagai bentuk interaksi dan saling mempengaruhi
antara satu dengan yang lain.52
Untuk itu, pendidikan Islam harus mampu menjadi fasilitator bagi
pelaksanaan aktualisasi seluruh potensi peserta didik dan transformasi nilai-nilai
sosiokulturalnya dengan ruh islami. Upaya lintas sektoral ini, akan membuat
pendidikan Islam lebih proporsional dan mampu mengayomi seluruh kepentingan
manusia dengan segala karakteristik yang dimiliknya. Dengan pola ini akan
meletakkan pendidikan Islam sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan
kepentingan masyarakat di mana pendidikan Islam itu terlaksana. Bila fungsi
pendidikan Islam diatas telah dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya, maka otomatis
akan memungkinkan akan terlaksananya tugas pendidikan sebagai alat yang
membimbing dan mengarahkan seluruh potensi peserta didik untuk tumbuh dan
berkembang seoptimal mungkin terwujud dengan baik pula.53
Pendidikan Islam, dengan bertitik tolak dari prinsip iman islamihsan atau
akidahibadahakhlak untuk menuju suatu sasaran kemuliaan manusia dan budaya
yang diridhai Allah SWT, setidak-tidaknya memiliki fungsi-fungsi berikut ini:
a.
Individualisasi nilai dan ajaran Islam demi terbentuknya derajat manusia
muttaqin dalam bersikap, berpikir, dan berperilaku.
b. Sosialisasi nilai-nilai dan ajaran Islam demi terbentuknya umat Islam.
52Samsul Nizar, op.cit., h. 121-12253Ibid., h. 123
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
43/99
32
c. Rekayasa kultur Islam demi terbentuk dan berkembangnya peradaban
Islam.
d. Menemukan, mengembangkan, serta memelihara ilmu, teknologi, dan
keterampilan demi terbentuknya para manajer dan manusia profesional.
e. Pengembangan intelektual muslim yang mampu mencari,
mengembangkan, serta memelihara ilmu dan teknologi.
f. Pengembangan pendidikan yang berkelanjutan dalam bidang ekonomi,
fisika, kimia, arsitektur, seni musik, seni budaya, politik, olahraga,
kesehatan dan sebagainya.
g.
Pengembangan kualitas muslim dan warga negara sebagai anggota dan
pembina masyarakat yang berkualitas kompetitif.54
4. Kurikulum Pendidikan Islam
Secara etimologi, kurikulum dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya
pelari dan curereyang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Istilah ini pada
mulanya digunakan dalam dunia olahraga yang berarti a little racecourse (suatu
jarak yang harus ditempuh dalam pertandingan olahraga). Berdasarkan pengertian ini,
dalam konteksnya dengan dunia pendidikan, memberinya pengertian sebagai circle
of instruction yaitu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat di
dalamnya. Sementara pendapat lain mengemukakan bahwa kurikulum ialah arena
pertandingan tempat pelajar bertanding untuk menguasai pelajaran guna mencapai
garis penamat berupa diploma, ijazah atau gelar kesarjanaan.55
Kata kurikulum mulai dikenal sebagai istilahdalam dunia pendidikan sejak
kuranglebih satu abad yang lalu. Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinya
dalam kamus Webstertahun 1856. Pada tahun itu kurikulum digunakan dalam bidang
olahraga, yakni suatu alat yang membawa orang dari startsampai kefinish. Barulah
54Jusuf Amir Feisal,op.cit., h. 95-9655Samsul Nizar, op.cit., h. 55-56
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
44/99
33
pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan dengan arti
sejumlah mata pelajaran di suatu perguruan. Dalam kamus tersebut kurikulum
diartikan dua macam, yaitu :
a. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa di
sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
b. Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga
pendidikan atau jurusan.56
Di dalam kurikulum tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu yang harus
diajarkan oleh pendidik (guru) kepada anak didik, dan anak didik mempelajarinya,
tetapi juga segala kegiatan yang bersifat kependidikan yang dipandang perlu, karena
mempunyai pengaruh terhadap anak didik, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
Islam, misalnya olahraga, kepramukaan, widya wisata, seni budaya; mempunyai
pengaruh cukup besar dalam proses mendidik anak didik, sehingga perlu
diintegrasikan ke dalam kurikulum itu.57
Dasar-dasar kurikulum pendidikan Islam antara lain adalah :
a. Dasar agama.
Kurikulum diharapkan dapat menolong siswa untuk membina iman yang
kuat, teguh terhadap ajaran agama, berakhlak mulia dan melengkapinya
dengan ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat.
b. Dasar falsafah
Pendidikan Islam harus berdasarkan wahyu Tuhan dan tuntunan Nabi
SAW. serta warisan para ulama.
c. Dasar psikologis
Kurikulum tersebut harus sejalan dengan ciri perkembangan siswa,
tahap kematangan dan semua segi perkembangannya.
56Ahmad Tafsir,Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet. ke-7, h. 5357Muzayyin Arifin, op.cit., h. 77-78
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
45/99
34
d. Dasar sosial
Kurikulum diharapkan turut serta dalam proses kemasyarakatan
terhadap siswa, penyesuaian mereka dengan lingkungannya,
pengetahuan dan kemahiran yang akan menambah produktifitas dan
keikutsertaan mereka dalam membina umat dan bangsanya.58
Secara umum karakteristik kurikulum pendidikan Islam adalah pencerminan
nilai-nilai Islami yang dihasilkan dari pemikiran kefilsafatan dan termanifestasi dalam
seluruh aktivitas dan kegiatan pendidikan dalam prakteknya. Dalam konteks ini harus
difahami bahwa karakteristik kurikulum pendidikan Islam senantiasa memiliki
keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan dengan prinsip-prinsip yang telah diletakkan
Allah SWT dan Rasul-Nya, Muhammad SAW. Konsep inilah yang membedakan
kurikulum pendidikan Islam dengan kurikulum pendidikan pada umumnya.59
Dalam Islam, kurikulum pendidikan harus berdasarkan aqidah Islam. Apabila
aqidah Islam sudah menjadi asas yang mendasar bagi kehidupan seorang Muslim,
asas bagi negaranya, asass bagi hubungan antar Muslim, asas bagi aturan dan
masyarakat umumnya, maka seluruh pengetahuan yang diterima seorang Muslim
harus berdasarkan aqidah Islam pula, baik hal itu berupa antar Muslim, masalah-
masalah politik, dan kenegaraan, atau masalah apa pun yang ada kaitannya dengan
kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.60
Kurikulum pendidikan Islam seharusnya mempunyai ciriciri sebagai berikut:
a. Kurikulum pendidikan Islam harus menonjolkan mata pelajaran agama
dan akhlak. Agama dan akhlak itu harus diambil oleh Al-Quran dan
hadis serta contohcontoh dari tokoh terdahulu yang saleh.
b. Kurikulum pendidikan Islam harus memperhatikan pengembangan
menyeluruh aspek pribadi siswa, yaitu aspek jasmani, akal, dan rohani.
58Armai Arief, op.cit., h. 34-3559Samsul Nizar, op.cit., h. 6160Abdur Rahman Al-Baghdadi, Sistem Pendidikan Islam di Masa Khilafah Islam, (Surabaya: Al-
Izzah, 1996), cet. ke-1, h. 9
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
46/99
35
Untuk pengembangan menyeluruh ini kurikulum harus berisi mata
pelajaran yang banyak, sesuai dengan tujuan pembinaan setiap aspek itu.
c. Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan keseimbangan antara
pribadi dan masyarakat, dunia dan akhirat; jasmani, akal, dan rohani
manusia. Keseimbangan itu tentulah bersifat relatif karena tidak dapat
diukur secara objektif.
d. Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan juga seni halus, yaitu ukir,
pahat, tulis indah, gambar dan sejenisnya. Selain itu, memperhatikan
juga pendidikan jasmani, latihan militer, teknik, keterampilan, dan
bahasa asing sekalipun semuanya ini diberikan kepada perseorangan
secara efektif berdasar bakat, minat, dan kebutuhan.
Kurikulum pendidikan Islam mempertimbangkan perbedaanperbedaan
kebudayaan yang sering terdapat di tengah manusia karena perbedaan tempat dan
juga perbedaan zaman. Kurikulum dirancang sesuai dengan kebudayaan itu.61
5. Metodologi Pendidikan Islam
Metodologi pendidikan adalah suatu ilmu pengetahuan tentang metode yang
dipergunakan dalam pekerjaan mendidik. Asal kata metode mengandung
pengertian suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode berasal
dari dua perkataan yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui dan hodosberarti
jalan atau cara, bila ditambah dengan logi sehingga menjadi metodologi berarti
ilmu pengetahuan tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu
tujuan, oleh karena kata logiyang berasal dari bahasa Greek (Yunani) logosberarti
akal atau ilmu.62
Sementara itu, pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta
bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah
61Ahmad Tafsir, op.cit.,h. 65-66
62Arifin, op.cit., h. 65
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
47/99
36
kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka
pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim
yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan
merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT., baik kepada
Tuhannya, sesama manusia dan sesama makhluk lainnya. Pendidikan yang dimaksud
selalu berdasarkan kepada ajaran Al-Quran dan Hadits.
Oleh karena itu, yang dimaksud dengan metodologi pendidikan Islam adalah
cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan pendidikan Islam.
Metodologi Pendidikan Islam yang dinyatakan dalam Al-Quran
menggunakan sistem multi approachyang meliputi antara lain :
a. Pendidikan religius, bahwa manusia diciptakan memiliki potensi dasar
(fitrah) atau bakat agama.
b. Pendekatan filosofis, bahwa manusia adalah makhluk rasional atau
berakal pikiran untuk mengembangkan diri dan kehidupannya.
c. Pendekatan rasio-kultural, bahwa manusia adalah makhluk
bermasyarakat dan berkebudayaan sehingga latar belakangnya
mempengaruhi proses pendidikan.
d. Pendekatanscientific, bahwa manusia memliki kemampuan kognitif dan
afektif yang harus ditumbuhkembangkan.
Berdasarkan multi approach tersebut, penggunaan metode harus dipandang
secara komprehensif terhadap anak. Karena anak didik tidak saja dipandang dari segi
perkembangan, tetapi juga harus dilihat dari berbagai aspek yang mempengaruhinya.
63
An-Nahlawi mengemukakan beberapa metode yang paling penting dalam
pendidikan Islam, yaitu :
a. Metode hiwar(percakapan) Qurani dan Nabawi.
b. Mendidik dengan kisah-kisah Qurani dan Nabawi.
63Armai Arief, op.cit., h. 40-41
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
48/99
37
c. Mendidik dengan amtsal(perumpamaan) Qurani dan Nabawi.
d. Mendidik dengan memberi teladan.
e. Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengamalan.
f. Mendidik dengan mengambil ibrah (pelajaran) dan mauizhah
(peringatan).
g. Mendidik dengan targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat
takut).64
Metodologi pendidikan Islam sebagai perangkat ilmu yang bukan saja bicara
tentang metode pendidikan/pengajaran pendidikan (agama) Islam secara
konvemsional, tapi di dalamnya menyangkut pendekatan/prosedur, metode/strategi,
dan teknik/langkah-langkah operasional pelaksanaan pendidikan Islam secara
menyeluruh. Hal ini menyangkut metodologi pendidikan Islam sebagai ilmu yang
perlu dididikkan dan dipelajari sehingga dapat dipahami, dihayati, dan diamalkan,
juga Islam sebagai nilai normatif yang perlu tanamkan untuk dipedomani dan
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.65
B. Pemikiran Pendidikan Islam
Secara etimologi, pemikiran berasal dari kata dasar pikir yang berarti
proses, cara, atau perbuatan memikir, yaitu menggunakan akal budi untuk
memutuskan suatu persoalan dengan mempertimbangkan segala sesuatu secara
bijaksana. Dalam konteks ini, pemikiran dapat diartikan sebagai upaya cerdas dan
proses kerja akal dan kalbu untuk melihat fenomena dan berusaha mencari
penyelesaiannya secara bijaksana.
Secara terminologis, menurut Mohammad Labib An-Najihi dalam A. Susanto
mengemukakan:
64Samsul Nizar, op.cit., h. 7365A. Fatah Yasin, op.cit., h. 147
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
49/99
38
Pemikiran pendidikan Islam adalah aktivitas pikiran yang teratur dengan
mempergunakan metode filsafat. Pendekatan tersebut dipergunakan untuk mengatur,
menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan dalam sebuah sistem yang
integral.
Pemikiran pendidikan Islam adalah serangkaian proses kerja akal dan kalbu
yang dilakukan secara sungguh-sungguh dalam melihat berbagai persoalan yang ada
dalam pendidikan Islam dan berupaya untuk membangun sebuah paradigma
pendidikan yang mampu menjadi wahana bagi pembinaan dan pengembangan peserta
didik secara paripurna.
Tujuan dari pemikiran pendidikan Islam untuk mengungkap dan merumuskan
paradigma pendidikan Islam dan peranannya dalam pengembangan sistem pendidikan
di Indonesia. Pemikiran pendidikan Islam ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan
masukan dalam merekonstruksi pola atau model pendidikan yang lebih adaptik dan
integral dengan nuansa Islami terutama bagi pengembangan sistem pendidikan
nasional, serta ikut memperkaya khazanah perkembangan pemikirian ilmu
pengetahuan, baik pengetahuan keislaman maupun pengetahuan umum lainnya.66
C.
Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan judul penelitian yang peneliti teliti
sebagai berikut :
1. Miftah Faridl, NIM: 108011000024, jurusan Pendidikan Agama Islam, masuk
tahun 2008, lulus tahun 2013, dengan judul Konsep tadib Menurut Syed
Muhammad Naqib Al-Attas. Di dalam skripsinya, beliau menjelaskan dan
mengkaji tentang konsep tadibsaja tanpa menjelaskan pemikiran pendidikan
Islam yang lainnya menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Sehingga
peneliti tertarik untuk menjelaskan dan mengkaji lebih dalam tentang
pendidikan Islam menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas walaupun di
66A. Susanto,Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: AMZAH, 2009), cet ke-1, h. 3-5
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
50/99
39
dalam penjelasan, peneliti sedikit menyinggung konsep tadibdi dalam skripsi
ini. Karena Syed Muhammad Naquib Al-Attas, menggagas pendidikan Islam
dengan istilah tadibbukan tarbiyahmaupun talim. Dan beliau menjelaskan
tentang implementasi tadib dalam pendidikan formal dan informal.
Sedangkan peneliti menjelaskan pendidikan Islam pada Era sekarang.
2. Baharudin, NIM : 01.2.001.03.01.0068, jurusan Pasca Sarjana Pendidikan
Agama Islam, lulus tahun 2005, dengan judul Pemikiran Pendidikan Naquib
Al-Attas : Aktualisasinya dalam Konteks Pendidikan Islam Kontemporer. Di
dalam tesisnya, beliau menjelaskan dan mengkaji lebih rinci dan mendetail
tentang pendidikan Islam menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas
terutama dalam sistem pendidikan yang digagas Al-Attas dalam bentuk
universitas. Sedangkan peneliti lebih mengkaji tentang tujuan pendidikan dan
kurikulum pendidikan Islam yang digagas oleh Al-Attas.
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
51/99
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Iman Jama, Lebak Bulus.
2. Waktu Penelitian
Penelitian yang berjudul Pemikiran Pendidikan Islam menurut Syed
Muhammad Naquib Al-Attas ini dilaksanakan dengan pengaturan waktu sebagai
berikut : 26 Februari 2013 sampai dengan 30 September 2013 digunakan untuk
pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari buku, jurnal,
dan internet yang mendukung penelitian, terutama yang berkaitan dengan pendidikan
Islam.
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
52/99
41
B. Metode Penelitian
Skripsi ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah suatu pendekatan penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,
pemikiran orang secara individual atau kelompok.1
Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan library research
yaitu lebih menitikberatkan pada pengumpulan data dari berbagai sumber yang
relevan (seperti buku, jurnal, dan internet) yang terkait dengan judul. Guna menjawabpermasalahan Pemikiran Pendidikan Islam menurut Syed Muhammad Naquib Al-
Attas.
Peneliti menelusuri karya-karya atau tulisan Syed Muhammad Naquib Al-
Attas serta sumber-sumber berkaitan dengan kerangka berpikir yang membangun
gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh Syed Muhammad Naquib Al-Attas tentang
pendidikan Islam. Setelah data diperoleh, penulis menganalisis data tersebut dengan
pendekatan deskriptif analitik.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menuturkan
pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan datadata, jadi ia juga
menyajikan data, menganalisis, dan menginterpretasikan.2
Pendekatan deskriptif yaitu menjelaskan tentang pendidikan Islam.
Analisisnya yaitu menganalisis pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas tersebut
dengan berbagai dalil-dalil yang memiliki keterkaitan, baik dalil Al-Quran, Hadits,
dan juga beberapa disiplin ilmu pengetahuan lainnya.
Berkenaan dengan teknik penulisan, penulis merujuk pedoman penulisan
skripsi yang menjadi acuan bagi civitas akademika di lingkungan UIN Syarif
1Nana Syaodih Sukmadinata,Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), cet. ke-3, h. 602Chalid Narbuko dan Abu Achmadi,Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 44
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
53/99
42
Hidayatullah Jakarta. Buku yang dimaksud adalah Panduan Akademik Thn. Ajaran
2013-2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan untuk menunjang penelitian, karena
data yang digunakan adalah berbagai informasi, misalnya buku-buku yang berkaitan
dengan penelitian, ensiklopedi, dan internet.
Dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan teknik metode
dokumentasi.
Pemeriksaan dokumentasi (studi dokumentasi) dilakukan dengan meneliti
bahan dokumentasi yang ada dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian.3
Untuk memperoleh data dan informasi yang berhubungan dengan tujuan
penelitian, maka sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
a. Sumber Primer
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepadapengumpul data.
4Sedangkan yang dimaksud dari sumber primer dalam penelitian ini
adalah karya-karya yang ditulis sendiri oleh tokoh yang diteliti, dalam penelitian ini
adalah Syed Muhammad Naquib Al-Attas.
Sumber primer yang menjadi acuan utama dalam penelitian ini adalah karya
Syed Muhammad Naquib Al-Attas yang berjudul Konsep Pendidikan dalam Islam,
Terj. dari The Concept of Education in Islam: A Framework for an Islamic
Philosophy of Education, terbit di Bandung: Mizan, tahun 1996. Buku ini membahas
tentang pemikiran-pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas mengenai
pendidikan Islam.
3Anas Sudijono,Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 304 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2010), cet. ke-11, h. 193
7/25/2019 Skripsi Tentang Pendidikan Konsep Al-Attas
54/99
43
b. Sumber Sekunder
Top Related