BAB I
DASAR TEORI
1.1 Dasar teori
Sendi temporo mandibula adalah persendian antara RA dan RB., terletak di
depan telinga disetiap sisi kepala. Sendi ini fleksibel dapat bergerak ke atas, ke
bawah dan ke samping serta memungkinkan untuk mengunyah, berbicara serta
menganga. Sendi temporomandibular ini unikkarena bilateral dan merupakan
sendi yang paling banyak digunakan serta paling kompleks.
Persendian memiliki sistem dua persendian yaitu persendian antara kondilus
mandibula dengan fossa artikularis yang berada pada tulang temporal. Diskus
artikularis merupakan merupakan jaringan fibrosa padat, memisahkan ruang sendi
atas dan bawah. Di ruang sendi atas terjadi gerakan meluncur dan bagian bawah
berfungsi sebagai sendi engsel. Selain itu juga terdapat kapsul dan ligamen sendi
yang membatasi pergerakan sendi ke depan dan ke bawah.
Sendi temporo mandibula di dukung oleh :
1. Prosesus kondiloideus
2. Ligamen Sendi Temporomandibula
3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula
4. Persarafan pada Sendi Temporomandibula
Prosesus kondiloideus
Kondiloideus mandibula adalah bagian yang menonjol dari mandibula
yang meluas ke arah superior dan posterior, berbentuk cembung dengan panjang
20mm medio-lateralis dan 8-10mm ketebalan anterior-porterior.
Permukaan artikulasi tulang temporal terdiri dari dua bagian yaitu fosa
artikularis dan eminensia artikularis. Fosa artikularis cekung dalam arah antero-
posterior medio-lateral. Eminensia artikularis membentuk batas anterior dari fosa
mandibularis yang meluas ke posterior dan dibatasi oleh linggir meatus akustikus
eksternus.
Meniskus berbentuk oval yang membagi sendi menjadi dua bagian yang
terpisah, yaitu bagian atas antara meniskus dan permukaan artikularis tulang
temporal dan bagian bawah di antara meniskus dan permukaan kondiloideus.
1
Bentuk permukaan atasnya cekung-cembung dari depan ke belakang yang
beradaptasi dengan permukaan artikulasi tulang temporal sedangkan bentuk
permukaan bawahnya cekung yang beradaptasi dengan kondiloideus mandibula.
Kapsul sendi di sebelah luar membentuk ligamen kapsular yang terdiri dari
jaringan ikat berserat putih yang melekat ke atas pada bagian pinggir fosa
artikularis dan tuberkulum artikularis, melekat ke bawah kolum mandibula.
Kapsul ini diperkuat oleh ligamen temporomandibula di sebelah lateral sedangkan
bagian depan diperkuat oleh muskulus pterigoideus.
Ligamen temporomandibula
Ligamen temporomandibula lebih luas di bagian atasnya dari pada di
bagian bawahnya. Perlekatannya ke permukaan lateralis dari arkus zigomatikus
dan ke tuberkulum artikularis pada bagian atas. Di bagian bawah melekat ke
kolum mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan kelenjar parotis dan kulit di
sebelah lateral, sedangkan di sebelah medial dengan ligamen kapsular.
Ligamen sphenomandibula bentuknya tipis dan pipih, melekat ke spina angularis
os sphenoidalis pada bagian atas, melekat di bagian bawah sebelah lingual dari
foramen mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan muskulus pterigoideus
eksternus di bagian atas, di bagian bawah dengan arteri dan vena alveolaris
inferior, lobus kelenjar parotis dan ramus mandibula. Di sebelah medial
berhubungan dengan muskulus pterigoideus internus.
Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula
Di belakang meniskus ada suatu kelompok jaringan ikat longgar yang
banyak berisi pembuluh darah dan saraf. Suplai darah yang utama pada sendi ini
oleh arteri maksilaris interna terutama melalui cabang aurikular. Arteri maksilaris
merupakan cabang terminal dari arteri karotis eksterna yang mensuplai struktur di
bagian dalam wajah dan sebagian wajah luar. Awalnya berada di kelenjar parotis,
berjalan ke depan di antara ramus mandibula dengan ligamen sphenomandibula,
kemudian ke sebelah dalam dari muskulus pterigoideus eksternus menuju fosa
pterigoideus.
Arteri ini terbagi atas 3 bagian yaitu: Pars mandibularis yang berjalan mulai dari
bagian belakang kolum mandibula sampai ke fosa infratemporalis, Pars
2
pterigoideus yang berada di dalam fosa infratemporalis, Pars pterygopalatinus
yang berada di dalam fosa pterigopalatina. Daerah sentral meniskus, lapisan
fibrous dan fibrokartilago umumnya tidak memiliki suplai darah sehingga
metabolismenya tergantung pada difusi tulang yang terletak di dalam dan cairan
synovial.
Persarafan pada Sendi Temporomandibula
Persarafan sensorik pada sendi temporomandibula yang terpenting
dilakukan oleh nervus aurikulotemporal yang merupakan cabang pertama
posterior dari nervus mandibularis. Saraf lain yang berperan adalah nervus
maseterikus dan nervus temporal. Nervus maseterikus bercabang lagi di depan
kapsul dan meniskus. Nervus aurikulotemporal dan nervus maseterikus
merupakan serabut-serabut proprioseptif dari impuls sakit nervus temporal
anterior dan posterior melewati bagian lateral muskulus pterigoideus, yang
selanjutnya masuk ke permukaan dari muskulus temporalis, saluran spinal dari
nervus trigeminus. Permukaan fibrous artikular, fibrokartilago, daerah sentral
meniskus dan membran sinovial tidak ada persarafannya.
Terdapat empat otot kunyah utama yaitu masseter, temporalis, pterygoideus
lateralis dan pterygoideus medialis. Saat berfungsi komponen komponen sendi
saling bekerja sama. Misalnya gerakan protrusi diawali kontraksi otot yang
menarik kondil dan menikus ke depan dan kebawah mengikuti eminensia sendi.
Gerak mandibula dalam hubungannya dengan rahang atas dapat
diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :
1. Gerak membuka
Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih
kecil daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus
lateralis berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia
artikularis. Pada saat bersamaan, serabut posterior muskulus temporalis harus
relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi muskulus masseter, serabut
anterior muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus medialis yang
berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula
3
berotasi di sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak
ke depan sedangkan angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan
terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang kuat
dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus
yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan pada
tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya mandibula
tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah
dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada keadaan istirahat) dari
prosessus kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis.
2. Gerak menutup
Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan
muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi,
dari menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus
kondiloideus berada pada posisi paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak
menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi muskulus pterygoideus
lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Caput mandibula
akan tetap pada posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup
retrusi, serabut posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan
muskulus masseter untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa
glenoidalis, sehingga gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal.
Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan
akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas.
Muskulus pterygoideus lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis
cenderung menghilangkan tekanan dari caput mandibula pada saat otot-otot ini
berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput selama gigi geligi
menggeretak.
3. Protrusi
Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke
depan dan ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada
kontak meluncur yang tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini adalah
muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis.
4
Serabut posterior muskulus temporalis merupakan antagonis dari kontraksi
muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus pterygoideus
medialis dan serabut anterior muskulus temporalis akan berupaya
mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula
yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga
akan menarik discus artikularis ke bawah dan ke depan menuju eminensia
artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari diskus ke fissura
tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi membatasi kisaran
gerak protrusi.
4. Retusi
Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya
akan meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior
muskulus temporalis. Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan
akan relaks pada keadaan tersebut. Otot-otot pengunyahan lainnya akan berfungsi
mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga agar gigi geligi tetap pada kontak
meluncur. Elastisitas bagian posterior discus articularis dan capsula articulatio
temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada
hubungan yang tepat terhadap caput mandibula ketika prosesus kondiloideus
bergerak ke belakang.
5. Gerak lateral
Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi
gerakan, akan tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput
mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak translasional ke depan. Mandibula
akan berotasi pada bidang horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas
melalui caput yang ‘cekat’, tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya,
caput ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral . Selain menimbulkan pergerakan
aktif, otot-otot pengunyahan juga mempunyai aksi postural yang penting dalam
mempertahankan posisi mandibula terhadap gaya gravitasi. Bila mandibula berada
pada posisi istirahat, gigi geligi tidak beroklusi dan akan terlihat adanya celah atau
freeway space diantara arkus dentalis superior dan inferior.
5
gbr. Perubahan posisi mandibula pada saat menutup dan membuka mulut
6
BAB II
HASIL PENGAMATAN
2.1 Tabel Hasil Pengamatan
2.1.1 Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi
Jenis Kelamin Orang
CobaGerakan STM (simetri/normal/terjadi hambatan/..)
Laki-laki Simetri, normal, tidak terjadi hambatan
Perempuan Simetri, normal, tidak terjadi hambatan
2.1.2 Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi
Jenis Kelamin Orang
CobaGerakan STM (sakit/krepitasi/kliking/poping/..)
Laki-laki Normal
Perempuan Normal
2.1.2.1 Pemeriksaan Gerakan Mandibula
Jenis Kelamin Orang
Coba
(A) JarakMaksimal
(mm)(B) Waktu maksimal (menit)
Laki-laki 4 cm 1 menit 41 detik
Perempuan 4,5 cm 3 menit 30 detik
Jenis Kelamin Orang
CobaGerakan Mandibula Perubahan Kondil
Pa
(C) Antero-
posteriorKondil ke depan, ke belakang
(D) LateralSaat bergerak ke kanan, kondil kiri terasa
menonjol, dan sebaliknya
(E) Koordinasi
Gerakan
Kondil disebelah kanan terasa lebih
menonjol serta garis median tampak tidak
simetris
7
Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut
Jenis Kelamin Orang
Coba
Lamanya membuka mulut secara
maksimal
Waktu sampai timbul
kelelahan (menit)
Pa
Waktu maksimal (ex. X menit) 4 menit 22 detik
Istirahat 10 menit
1/2 dari waktu maksimal (0.5 dari X
menit + pemijatan)5 menit 34 detik
Istirahat 10 menit
1/2 dari waktu maksimal (0.5 dari X
menit + pajanan sinar infra merah)5 menit 41 detik
2.1.3 Gerakan STM pada Beberapa Posisi Kepala
2.1.3.1 Pengaruh Posisi Kepala Terhadap Gerakan Mandibula
Jenis kelamin orang
cobaPosisi kepala Jarak kondil-tragus (mm)
Pa
Tegak lurus 15
Menunduk 17
Menengadah 16
Terlentang 14
Kesamping 13
Istirahat 11
2.2 Pertanyaan dan Jawaban
1. Apa yang menyebabkan bunyi sendi ?
Jawab : Pada susunan TMJ terdapat hubungan antara prosessus kondilaris
dengan fossa mandibula. Setiap sendi pasti memiliki ligamentum yan
mengelilinginya. Fungsi ligamentum ini adalah untuk melindungi dan
mempertahankan cairan sinovial. Cairan sinovial berfungsi sebagai pelumas agar
TMJ dapat bekerja normal. Namun akibat bertambahnya usia dapat
mengakibatkan ligamentum pelindung cairan sinovial semakin tipis, sehingga
8
cairan sinovial menjadi berkurang. Berkurangnya cairan sinovial mengakibatkan
bunyi kliking pada TMJ.
2. Apa perbedaan krepitus, clicking, dan popping ?
Jawab : Krepitus adalah bersifat difus, yang biasanya berupa suara yang
dirasakan menyeluruh pada saat membuka atau menutup mulut bahkan keduanya.
Krepitus menandakan perubahan dari kontur tulang seperti pada
osteoartrosis.Kliking adalah bunyi singkat ‘klik’ yang terjadi pada saat membuka
atau menutup mulut, bahkan keduanya. Sedangkan popping adalah bunyi yang
menyerupai letupan kecil.
3. Bagaimakah pola pergerakan kondil pada saat membuka dan menutup
mulut ?
Jawab : Pada kedudukan normal dan mulut tertutup dimana kepala kondil
berada pada bagian tengah diskus bagian yang tipis. Pada proses ini, otot masseter
akan berkontraksi dan meluncurkan kondilus ke posterior. Sedang, pada saat
proses membuka mulut, diskus artikularis dan kondil bersama-sama meluncur ke
bawah sepanjang eminensia artikularis dan diskus artikularis berputar pada kepala
kondil ke arah posterior.
4. Mengapa dapat imbul gerakan inkoordinasi mandibula ?
Jawab : Inkoordinasi mandibula terjadi karena kesalahan dari 4 otot
pembantu utama. Inkoordinasi diakibatkan kerja antagonis dari otot pembantu,
dimana otot pembantu tidak bekerja normal.
5. Apakah posisi tidur dapat berpengaruh pada kondisi mandibula ?
jelaskan mekanismenya !
Jawab: Posisi tidur yang salah dapat mempengaruhi kondisi mandibula.
Salah contohnya apabila kita terbiasa tidur dalam keadaan miring, otomatis
apabila berada pada posisi tidur yang miring maka mandibula akan tertekan ke
arah sebaliknya. Sehingga apabila proses ini berlangsung lama, maka posisi
mandibula akan berubah.
6. Mengapa membuka mulut maksimal menimbulkan kelelahan dan nyeri?
jelaskan mekanismenya !
9
Jawab : Membuka mulut maksimal dapat menimbulkan kelelahan dan
nyeri karena terjadi kontraksi otot yang berlebihan. Seperti halnya otot lain, otot
pada rongga mulut juga butuh waktu relaksasi agar tidak terjadi penuaan dini dari
otot akibat penggunaan otot terlalu banyak. Apabila otot itu terus beraktivitas
maka otomatis otot akan menjadi lelah bahkan menimbulkan rasa nyeri.
7. Apa fungsi pemijatan pada kelelahan ? jelaskan mekanismenya !
Jawab : Apabila otot terus berkontraksi nantinya otot akan lelah dan
membutuhkan waktu istirahat yang agak lama. Fungsi pemijatan merupakan salah
satu faktor yang dapat mengurangi kelelahan akibat dari kontraksi otot. Pemijatan
dapat membuat aliran darah normal kembali dan otot-otot relaksasi, sehingga
kelelahan dapat dengan cepat hilang.
8. Apa fungsi infra red pada kelelahan ? jelaskan mekanismenya !
Jawab : Kelelahan terjadi apabila terjadi suatu aktivitas berlebih dari suatu
organ tertentu. Infra red merupakan salah satu gelombang cahaya. Fungsi infra red
dapat juga membuat aliran darah lancar dan mempercepat proses kelelahan.
10
BAB III
PEMBAHASAN
1.1 Pengukuran Tekanan Darah
Berdasarkan percobaaan yang telah dilakukan yaitu pengukuran tekanan
darah menggunakan berbagai macam manometer menunjukkan perbedaan. Begitu
juga dengan pengukuran tekanan darah dengan perbedaan posisi. hal ini
dikarenakan ada efek gravitasi bumi. Pada saat berbaring gaya gravitasi pada
peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran tersebut horizontal sehingga
tidak terlalu melawan gravitasi dan tidak terlalu memompa. Pada saat duduk
maupun berdiri kerja jantung dalam memompa darah akan lebih keras karena
melawan gaya gravitasi sehingga kecepatan denyut jantung meningkat.
1.2 Pengukuran Denyut Nadi
Percobaan yang telah kita lakukan adalah mengukur denyut nadi pada A.
radialis, A. Brachialis dan A. Carotis pada posisi yang berbeda-beda. Hal ini
disebabkan karena ketika seseorang berbaring, maka jantung akan berdetak lebih
sedikit dibandingkan saat ia sedang duduk atau berdiri. Hal ini disebabkan saat
orang berbaring, maka efek gravitasi pada tubuh akan berkurang yang membuat
lebih banyak darah mengalir kembali ke jantung melalui pembuluh darah..
Jika darah yang kembali ke jantung lebih banyak, maka tubuh mampu memompa
lebih banyak darah setiap denyutnya. Hal ini berarti denyut jantung yang
diperlukan per menitnya untuk memenuhi kebutuhkan darah, oksigen dan nutrisi
akan menjadi lebih sedikit.
Namun detak jantung akan meningkat saat seseorang berdiri, karena darah
yang kembali ke jantung akan lebih sedikit. Kondisi ini yang mungkin
menyebabkan adanya peningkatan detak jantung mendadak ketika seseorang
bergerak dari posisi duduk atau berbaring ke posisi berdiri.
11
1.3 Pengukuran Suhu Tubuh
Berdasarkan tabel hasil percobaan yang telah dilakukan. Suhu tubuh ketika
diukur melalui oral dan aksial menunjukan perbedaan.Hal ini dikarenakan Suhu
ketiak tidak seakurat pengukuran oral, dan ini umumnya mengukur 1 derajat lebih
rendah dari suhu oral jika diukur secara bersamaan
1.4 Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan
Pengukuran BB dan TB ini digunakan untuk mengetahui IMT pada setiap
orang. BB dan TB setiap orang tentulah bervariasi hal ini disebabkan karena
asupan nutrisi setiap individu berbeda selain itu factor genetik juga dapat menjadi
salah satu pemicu BB dan TB setiap individu.
1.5 Frekuensi Nafas
Frekuensi nafas antara laki-laki dan perempuan berbeda. Pada laki-laki
frekuensi pernafasan setiap menitnya lebih banyak dari pada perempuan karena
laki-laki melakukan aktivitas lebih banyak dari pada perempuan sehingga
membutuhak oksigen yang lebih banyak juga.
12
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah kita lakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Faktor yang menyebabkan perbedaan pada pengukuran tekanan darah
adalah posisi tubuh, aktivitas fisik, temperature, usia, jenis kelamin, dan
usia.
2. Aktivitas fisik,posisi tubuh,suhu di sekitar tubuh, ukuran tubuh, obat yang
sedang dikonsumsi, sakit, trauma, emosi, umur, jenis kelamin dapat
mempengaruhi pengukuran denyut nadi
3. Berat badan serta tinggi dari masing-masing orang tergantung asupan
utrisi serta factor genetis dari orang tersebut
4. Frekuensi nafas laki-laki lebih banyak daripada perempuan karena laki-
laki lebih banyak melakukan sktivitas sehingga membutuhkan suplai
oksigen yang lebih banyak.
13
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Guyton.1995. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
14
Top Related