Post on 31-Oct-2021
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Penumpukan
Menumpuk (kan): menaruh; bersusun; menimbun(-nimbun)
meonggokkan. (W.J.S Poerwadarminta, 1984)
Penumpukkan/stacking adalah pekerjaan menyusun container di
container yard (CY)/ lapangan penumpukan atau tempat penumpukan
Menurut peneliti, penumpukan merupakan proses, cara, perbuatan
menumpuk. Penumpukan petikemas adalah proses/ cara menumpuk
petikemas dengan “stacking container” dalam waktu yang telah
ditentukan untuk mencapai target.
2. Lapangan Penumpukan (CY/Container Yard)
CY adalah lapangan yang digunakan untuk menumpuk (stacking)
container yang dimuat di kapal atau dibongkar dari kapal baik full
maupun empty. Untuk bongkaran container empty biasanya langsung
dipindahkan oleh pemilik container ke depo container, karena
menghindari biaya penimbunan di CY yang cukup tinggi dan progresif.
Untuk melayani reefer container (pendingin), di CY harus dilengkapi
dengan flag untuk penyambungan aliran listrik. Adapun pengertian lain
CY atau yang biasa disebut lapangan penumpukan merupakan suatu
tempat untuk penyimpanan sementara petikemas sebelum dimuat
maupun yang sudah dibongkar atau menimbun dan meletakan petikemas
di lapangan secara teratur. Pada CY ini terdapat system cara pengaturan
peti kemas atau yang biasa diistilahkan Access Liability terhadap
lapangan penumpukan. Pada lapangan penumpukan ini terdapat begitu
7
banyak tipe dan jenis petikemas serta memiliki kapasitas daya tampung
yang berbeda-beda.
Lapangan penumpukan pada terminal container biasanya terbagi
menjadi dua bagian yaitu:
a. Lapangan penumpukan petikemas untuk muatan ekspor (pemuatan
ke kapal)
b. Lapangan Penumpukan petikemas untuk muatan
impor(pembongkaran dari kapal)
(Banu Santoso, 1988:106)
3. Penanganan Muatan di Lapangan Penumpukan (CY)
Untuk memudahkan penempatan dan pengambilan petikemas di
lapangan penumpukkan, area lapangan penumpukkan diterapkan
Blocksystem. Block di sini dimaksudkan bahwa area lapangan
penumpukkan dibagi menjadi beberapa block dan setiap block diberi
nama sesuai urutan alphabetis (A,B,C dan seterusnya) setiap block
dibagi lagi menjadi beberapa slot.
a. Slot adalah barisan memanjang dari lapangan penumpukan pada
suatu block yang diberi nomor urut yang dimulai 01, 02, 03 dan
seterusnya, setiap slot dibagi menjadi beberapa row.
b. Row adalah barisan melintang dari slot yang di beri nomor urut 1, 2,
3 dan seterusnya, jumlah row tergantung jenis alat yang digunakan.
c. Tier adalah susunan petikemas yang dimulai dari bawah (grand slot)
lapangan penumpukan dimulai dari 1, 2 ,3 dan seterusnya,
tergantung alat yang digunakan.
1. Adapun Istilah – istilah di Area Kerja CY :
a. Gate in adalah letak pintu masuknya kendaraan menuju
area kerja.
b. Gate out adalah letak pintu keluarnya kendaraan menuju
area kerja.
8
c. Block adalah bagian dari container yard yang
dibatasi/dibagi untuk memudahkan pengaturan tata letak
container.
d. Line RTG (Rubber Tyred Gantry) adalah tempat/jalur batas
roda RTG bergerak/gantry.
e. Line truck adalah tempat/jalur arah truck berjalan.
2. Perhitungan – perhitungan di Lapangan Penumpukan (CY) :
a. TGS (Total Ground Slot), merupakan jumlah/total
keseluruhan petikemas (TEUs) pada tier terbawah (tier 1).
b. Kapasitas per-block, merupakan daya tampung maksimal
untuk petikemas (TEUs) di block CY.
c. Kapasitas (capacity), merupakan daya tampung untuk
petikemas yang menyinggahi CY dalam periode tertentu
berdasarkan dwelling time.
Keterangan
Dwelling time atau jumlah hari petikemas tersimpan di lapangan
penumpukan.
a. Troughput, merupakan jumlah petikemas yang menyinggahi CY.
TGS = Slot X Row
TGS = Slot x Row
Kapasitas per Block = TGS X Tier
Capacity = TGS X Jumlah hari dalam 1 bulan
Dwelling Time X Tier
Troughput = Produksi Bongkar + Produksi Muat
9
b. YOR (Yard Occupancy Ratio)/tingkat penggunaan lapangan
penumpukan merupakan perbandingan antara jumlah penggunaan
ruang penumpukan dengan ruang penumpukan yang tersedia (siap
operasi) yang dihitung dalam satuan ton/hari atau M3 hari
(Keputusan Dirjen Perhubungan Laut Nomor
UM.002/38/18/DJPL-11 tanggal 15 Desember 2011).
3. Hal – Hal yang Berpengaruh pada penggunaan CY
a. Slot Booking, merupakan pemesanan slot yang tersedia di CY
untuk stack container.
b. Yard Planning, merupakan perencanaan lapangan untuk semua
kegiatan di lapangan/CY atau merencanakan jadwal layanan
penanganan petikemas.
c. Open stack, merupakan suatu kegiatan waktu dibukanya
penerimaan container untuk di-stack di CY untuk dimuat ke
atas kapal berdasarkan tujuan dan biasanya sebelum 5 hari
kedatangan kapal (tergantung dari terminal petikemas itu
sendiri)
d. Yard allocation, merupakan dokumen sebuah gambaran
lapangan/CY yang berisikan block dan slot yang sudah di
booking/di jadwalkan untuk muatan kapal yang akan sandar.
e. Jadwal windows, merupakan jadwal kapal yang akan sandar di
dermaga dan jumlah kegiatan yang dilakukan kapal (bongkar
muat) dalam periode waktu (1 bulan) dan biasanya dirapatkan
(meeting) pada akhir bulan.
f. Closing time, merupakan waktu yang ditentukan sebagai batas
akhir penerimaan petikemas ekspor/muatan di lapangan
YOR = produksi TEUs
Capacity Teus X 100%
10
penumpukan Terminal Petikemas. Closing time digunakan
untuk efisiensi area penumpukan agar tidak mengganggu
proses perencanaa dan operasi.
4. Penentuan Alokasi Petikemas di CY
Penentuan alokasi petikemas di CY harus memperhitungkan
faktor-faktor yang mempengaruhi peletakan suatu petikemas,
antara lain:
a. Dimensi ukuran petikemas dalam (TEUs).
b. Jenis petikemas.
c. Muatan khusus/muatan berbahaya.
d. Berat petikemas
e. Tujuan pengiriman
f. Jadwal kapal pengangkut (closing time)
Dengan adanya faktor-faktor tersebut, petikemas tidak bisa
diletakkan begitu saja, namun juga membutuhkan perhitungan agar
tidak terjadi perpindahan petikemas yang sia-sia atau merugikan
(shifting) dan penempatan alokasi petikemas harus berupaya
mengoptimalkan penggunaan container yard.
5. Cara Tata Letak Container sesuai azas-azas penumpukan
Untuk mencapai penataan petikemas yang sesuai dan
sedekimian rupa, perlu suatu pengoptimalan CY dengan cara tata
letak container sesuai dengan azas berat, sedang, dan ringan.
Rinciannya sebagai berikut:
a. Untuk container 20ft:
1. Row 1 dan 2 untuk berat (24-30 ton).
2. Row 3 dan 4 untuk sedang (13-23 ton).
3. Row 5 dan 6 untuk ringan (empty – 15 ton).
b. Untuk container 40ft:
11
1. Row 1 dan 2 untuk berat (23-32 ton).
2. Row 3 dan 4 untuk sedang (16-22 ton).
3. Row 5 dan 6 untuk ringan (empty – 15 ton).
4. Container
a. Pengertian Container
Sesuai International Convention For Save Container (ICSC) dan
International Standart Organization (ISO). Container adalah sebuah
peti besar yang terbuat dari logam seperti alumunium atau logam
lainnya, serta memiliki pintu yang dapat dikunci dari luar.
Selain dua pengertian diatas sesuai dengan custom convention
on container 1972, Container adalah alat untuk mengangkut barang
dengan syarat:
1. Seluruhnya atau sebagian tertutup sehingga berbentuk peti atau
kerat dan dimaksudkan untuk diisi barang yang akan diangkut.
2. Berbentuk permanen dan kokoh sehingga dapat di pakai
berulangkali untuk pengangkutan barang.
3. Dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan
pengangkutan barang dengan suatu kendaraan tanpa terlebih
dahulu di bongkar kembali.
4. Langsung dapat diangkut khususnya pemindahan dari
kendaraan satu ke kendaraan lain.
5. Mudah diisi dan di kosongkan
6. Mempunyai isi (bagian dalam) minimal 1 m3
b. Sejarah Perkembangan Container
Sistem angkutan container di perkenalkan dan dimulai pada
tahun 1920 yaitu pengangkutan container dengan kereta api oleh
The New York Central Railway.
Pada tahun 1921 karena hasilnya sangat baik dikembangkan lagi
di kereta api Eropa. Setelah perang dunia kedua, di kembangkan
12
juga Peggy Back System dalam angkutan container – container di
pasang di atas chasis dan di angkut dengan kereta api dan jalan
raya (truck/trailer).
Pada tahun seribu sembilan ratus lima puluhan, dikembangkan
lagi suatu rencana yang berkaitan dengan peggy back system
dengan system angkutan laut. Pada tahun 1956 diadakan percobaan
pertama pengangkutan container diatas chasis/trailer antara kereta
api/jalan raya dengan sistem angkutan laut dengan kapal - kapal
roll on – roll off. Dengan berhasilnya integrasi angkutan container
antara kereta api, jalan raya dan angkutan laut, di kembangkan pula
otomatisasi dalam pelayanan container yaitu dengan di
kembangkannya alat-alat mekanik khusus dalam handling
container .
Pada mulanya ukuran container belum ada standart dan masih
disesuaikan dengan alat – alat serta kapal – kapal yang mereka
miliki sendiri, tetapi mengingat container harus disesuaikan dengan
berbagai alat angkutan melalui darat, laut dan kereta api dan kapal
pedalaman, maka kemudian para maskapai pelayaran sepakat
merumuskan International Standart Organization (ISO),
sedangkan untuk kapal-kapal container sendiri muncul dengan
modifikasi / perombakan dari kapal – kapal konvensional.
Di Indonesia yang pertama kali mengoperasikan kapal
container adalah PT. Djakarta Loyd pada tahun 1975 yang
kemudian di ikuti oleh perusahaan lainnya.
c. Ukuran Container
Agar pengoperasian container berjalan dengan baik, maka
semua pihak yang terlibat harus menyetujui agar ukuran dari
ukuran container harus sama dan sejenis serta mudah diangkut.
Ukuran container dibedakan
13
Berikut adalah penjelasan mengenai tipe dan ukuran container
yang bahwa dimensi container bisa bervariasi pada masing-masing
seri container, meski tidak terlalu signifika.
1. Dry container
Terdapat ukuran dan model/jenis container dry:
a. 20’ dengan payload (bisa memuat) sampai 28.3 metrik ton.
Tapi perlu diingat standar yang diperoleh pengelola
pelabuhan tidak sama masing-masing Negara. Untuk di
Indonesia, rata-rata untuk pengiriman internasional hanya
diperbolehakan sampai maksimum 20 ton, demikian juga di
wilayah sebagian besar Asia. Sedangkan di chili dan
sebagian besar Negara Amerika tengah maksimum 18 ton.
b. 40’- baik yang standart 8’6? Dan mampu 9’6? High Cube
dengan payload sampai 30.4 metrik ton. Batas muatan yang
diperbolehkan biasanya sampai 27-28 ton. Kalau di
wilayah Amerika Serikat malah hanya 25 ton.
c. 45’- dengan ukuran 9’6? High Cube dengan total kapasitas
86m3.
2. Reefer
Sedangkan untuk barang-barang perishable yang
membutuhkan perlakuan khusus misalnya ikan, sayur, buah
baik segar maupun beku, kita bisa menggunakan container
reefer yang dilengkapi dengan mesin pendingin yang bisa
kita atur suhu container sesuai kebutuhan. Detail
penanganan perishable cargo akan dijelaskan pada
kesempatan yang lain. Sehingga kualitas dan daya tahan
cargo tetap terjaga sampai diterima buyer dinegara tujuan.
3. Special Equipment Container
Untuk cargo-cargo khusus baik dimensi maupun beratnya
melebihi batas maksimal penggunaan container biasa,
14
terdapat container khusus yang disediakan untuk barang-
barang tersebut.
a. Flat rack dan artificial Tween Decks (ATD) baik 20’
dan 40’, yaitu container yang tidak memiliki dinding
atau atap permanen atau dinding proses pemuatan
barang dari atas maupun samping container, biasanya
b. Open top container, 20’dan 40’ yang atapnya bisa
terbuka atau ditutup dengan terpal.
d. Tanda Pengenal Container
Tanda pengenal container/ marking code dinyatakan dalam huruf
dan angka:
Kode Pemilik (owner code) : 4 huruf
Nomor Seri (serial code) : 6 angka
Nomor Periksa (check number) : 1 angka
Contoh : SPNU 281307-8
(Banu Santoso, 1998:103)
e. Jenis-jenis Container
1. General Cargo
General cargo adalah petikemas yang dipakai untuk
mengangkut muatan umum (general cargo)
2. Open Side Container
Open Side Container adalah container yang sampingnya
dapat dibuka untuk memasukkan dan mengeluarkan barang.
3. Open Top Container
Open Top Container yang bagian atasnya dapat di buka agar
barang dapat dimasukkan atau dikeluarkan lewat atas.
Contoh: alat berat (reach stacker)
4. Fentilated Container
15
Fentilated Container adalah container yang memiliki
ventilasi agar terjadi sirkulasi udara dalam container yang
diperlukan untuk muatan tertentu, khususnya muatan yang
mengandung kadar air tinggi.
5. Pen/livestock Container
Pen/livestock Container adalah container yang digunakan
untuk pengiriman binatang.
6. Car Container adalah container yang digunakan untuk
pengiriman barang yang tahan tanpa dinding.
7. Flat Rack Container (container tanpa dinding)
Flat rack container adalah container yang digunakan untuk
pengiriman barang yang tahan tanpa dinding.
8. Reefer Container
Reefer Container adalah container yang dilengkapi dengan
mesin pendingin untuk mendinginkan udara dalam container
dengan suhu yang diperlukan, suapaya muatan tidak mudah
busuk.
f. Status Petikemas (container)
Petikemas dari suatu Negara ke Negara lain, dalam
pengangkutann mempunyai 2 status (Capt. R. P. Suyono,
2003:188),yaitu:
1. Full Container Load (FCL)
Ciri-cirinya adalah:
a. Berisi muatan dari satu shipper dan dikirim untuk
satu consignee.
b. Petikemas diisi oleh shipper dan petikemas yang
sudah diisi diserahkan di container yard (CY)
pelabuhan muat.
c. Di pelabuhan bongkar, petikemas diambil oleh
consignee di CY dan distripping oleh consignee.
16
d. Perusahaan pelayaran tidak bertanggug jawab
atas kerusakan dan kehilangan barang yang
terdapat dalam petikemas.
2. Less than Container Load (LCL)
Ciri-cirinya adalah :
a. Petikemas berisi muatan dari beberapa shipper
dan dikirim ke beberapa consignee.
b. Muatan diterima dalam keadaan breakbull dan
diisi di Container Freight Stasion (CFS) oleh
perusahaan pelayaran dan diserahkan kebeberapa
dalam keadaan breakbull.
c. Perusahaan pelayaran bertanggung jawab atas
kerusakan dan kehilangan barang yang diangkut
dalam petikemas.
g. Keuntungan dan kelemahan system container(R.P.
Suyono,2007:282)
1. Keuntungan
a. Resiko kehilangan dan kerusakan lebih kecil.
b. Karena resiko yang lebih kecil, maka premi
asuransi relatif lebih kecil.
c. Waktu yang dibutuhkan untuk bongkar/muat lebih
cepat.
d. Biaya penumpukan lebih kecil.
e. Bill of lading lebih cepat diterima
f. mendapat pengurangan biaya pengapalan karena
biaya pelabuhan lebih kecil
g. biaya pengepakan lebih murah
h. kunjungan kapal container lebih teratur dan lebih
terpecaya karena tepatnya time schedule kapal.
i. Mengurangi mata rantai dalam angkutan atau
perpindahan barang dari pengirim dan penerima.
17
j. Biaya keseluruhan tiap ton lebih rendah daripada
diangkut dengan kapal konvensional.
2. Kelemahan
a. Perubahan Conventional System menjadi
container system membutuhkan modal yang besar.
b. Tidak semua pelabuhan dapat melayani
kontainerisasi
c. Tidak semua barang dapat di containerkan
d. Penggunaan buruh lebih sedikit berarti adanya
ancaman pengangguran
5. Prosedur Bongkar Muat
Dalam bukunya (R.P. Suyono, 2007: 349) prosedur bongkar muat di
mulai dari mempersiapkan dokumen – dokumen bongkar/muat yaitu:
1. Dokumen – dokumen muat barang
a. Bill Of Lading yang di sebut juga konosemen. Bagi pengangkut
merupakan kontrak pengangkutan sekaligus sebagai bukti tanda
terima barang.
b. Cargo List adalah daftar semua muatan yang di muat dalam kapal,
cargo list di buat oleh perusahaan pelayaran atau agennya di
serahkan kepada semua pihak yang terkait dengan pemuatan, yaitu
kapal, stevedore, gudang dan pihak-pihak lainnya.
c. Tally Muat yaitu untuk semua barang yang dimuat kedalam kapal
dicatat ke dalam tally sheet, tally sheet juga dibuat untuk mencatat
semua barang yang di bongkar. Tally sheet selain ditandatangani
oleh petugas yang mencatat juga harus discountersigned oleh
petugas kapal mungkin ada ketidaksesuaian (dispute) dari muatan
yang ada.
d. Mate ‘s Receipt adalah tanda terima barang yang akan di muat ke
dalam kapal. Mate’s receipt dibuat oleh agen pelayaran dan
18
ditandatangani oleh mualim kapal, jumlah koli dan kondisi barang
disesuaikan dengan data yang ada pada mate’s receipt.
e. Stowage plan adalah gambaran tata letak dan susunan semua
barang yang telah di muat ke dalam kapal. Untuk kapal peti kemas
stowage plan di sebut bay plan, stowage plan di buat oleh petugas
kapal/petugas tally sedangkan bay plan oleh ship planner.
2. Dokumen – dokumen bongkar barang
a. Landing Order adalah dokumen pemberitahuan dari agen
pelayaran kepada kapal tentang adanya perubahan pelabuhan
bongkar suatu partai barang dengan menyebutkan pelabuhan
bongkar sebelumnya dan pelabuhan bongkar tujuan.
b. Tally Bongkar adalah catatan jumlah colli dan kondisinya terhadap
barang yang dibongkar, tally sheet harus discountersign oleh
nahkoda/mualim yang berwenang.
c. Outturn Report adalah daftar dari semua barang dengan mencatat
jumlah colli dan kondisinya barang itu pada waktu di bongkar.
Barang yang kurang jumlahnya/rusak di beri tanda remark pada
outturn report.
d. Damaged Cargo List yaitu khusus untuk barang mengalami
kerusakan dibuat daftar sendiri berupa damaged cargo list.
e. Cargo Manifest adalah keterangan rincian mengenai barang –
barang diangkut oleh kapal, jadi ini adalah daftar barang di bill of
lading dari barang yang diangkut kapal dan di jabarkan secara
rinci. Lajur-lajur dalam cargo manifest adalah nomor urut, nomor
B/L, nama pengirim , nama dan alamat penerima, jumlah colli
dalam angka, keterangan mengenai barang patokan berat/ukuran
yang dikenakan tambang, jumlah berat barang,tarif satuan barang,
lajur kosong untuk catatan seperlunya, jumlah freight yang di bayar
menurut tiap B/L, jumlah OPP/OPT, lajur biaya tata usaha,lajur
jumlah keseluruhan yang dikenakan pada tiap B/L,lajur keterangan.
19
f. Special Cargo List adalah daftar dari semua barang khusus yang di
muat oleh kapal, misalnya barang berbahaya, barang berharga,
termasuk barang berat dan barang-barang yang membutuhkan
pengawasan khusus termasuk refrigerated cargo.
g. Dangerous Cargo adalah daftar muatan berbahaya baik yang
ditetapkan oleh IMO ataupun yang di tetapkan oleh pejabat yang
berwenang di pelabuhan.
h. Hatch List adalah rincian dari muatan yang ada pada tiap-tiap
palka, yang dibuat oleh pihak kapal.
i. Parcel List adalah barang kiriman yang bukan merupakan barang
dagangan yang dikirim melalui kapal laut sebagai barang titipan,
misalnya personal effect, maka barang tersebut di daftar dalam
suatu daftar yang di sebut dengan parcel list.
Setelah dokumen yang dibutuhkan dalam melaksanakan bongkar/muat
petikemas telah selesai kemudian mempersiapkan alat-alat mekanisme
bongkar/muat petikemas, adapun alat-alat bongkar muat petikemas
diantaranya:
a. Gantry Crane/Port Crane adalah crane untuk membongkar container
dari kapal keatas chasis di sisi lambung kapal atau sebaliknya dari
chasis di sisi lambung kapal ke atas kapal.
b. Transtainer adalah crane untuk menurunkan / menaikkan (lift on /lift
off) dari /ke chasis di CY/CFS.
c. Top Leader adalah alat untuk menaikkan/menurunkan container dari /
ke chasis di CFS dan CY.
d. Fork Lift adalah alat untuk stuffing / stripping di CFS biasa juga
digunakan untuk lift on/ lift off container kosong di CFS.
e. Trayler (chasis) adalah terdiri dari chasis dan head truck untuk kegiatan
haulage dan trucking container.
f. Spreader adalah alat bantu yang di pasang pada crane, top loader, super
stacker, untuk menghandle container.
20
Menurut (Banu Santoso, 2003: 112) dalam bukunya , gerakan –
gerakan container sebagai berikut:
a. Stevedoring adalah gerakan container dari palka keatas chasis diatas
dermaga dengan menggunakan gantry crane/port crane/ship crane atau
kegiatan sebaliknya.
b. Haulage adalah kegiatan container dari lambung kapal ke CY atau ke
Container Freight Station (CFS) dengan mengguanakan chasis dan
head truck/trailer atau kegiatan sebaliknya.
c. Lift On adalah gerakkan menaikkan container ke atas chasis dengan
menggunakan transtainer / top loader/ super stacker/ forklift / crane.
Kegiatan ini dikerjakan di CY atau dilapangan CFS.
d. Lift Off adalah gerakkan menurunkan container dari chasis dengn
menggunakan transtainer / top loader / super stacker/ forklift/ crane.
Kegiatan ini dikerjakan di CY atau dilapangan CFS.
e. Stripping adalah kegiatan mengosongkan atau mengeluarkan isi
container dengan menggunakan tenaga buruh atau alat forklift.
f. Stuffing adalah kegiatan mengisi atau memasukan barang kedalam
container dengan mengguanakan tenaga buruh atau alat forklift.
g. Angsur adalah gerakan memindahkan container di lapangan CFS
dengan tidak menggunakan trailer, kegiatan angsur terjadi pada
container CFS.
h. Relokasi adalah gerakan memindahkan container dalam suatu lapangan
CY. Kegiatan relokasi adalah kegiatan yang terpaksa dilakukan untuk
efisiensi lapangan, yang disebabkan karena pemilik barang tidak
mengeluarkan containernya pada waktu yang telah ditentukan dalam
dokumen. Untuk tidak memberatkan pemilik barang,kegiatan ini
dilakukan dengan tidak menggunakan trailer.
i. Lashing adalah merupakan bagian dari kegiatan stevedoring,
dikerjakan setelah semua container dimuat diatas kapal, agar
21
kedudukan satu dengan yang lainnya tidak bergerak, maka harus di
lashing.
6. Instansi – Instansi Terkait
Berdasarkan peraturan pemerintah No. 70 tahun 1996 tentang
kepelabuhan menyebutkan bahwa pelaksanaan kegiatan di pelabuhan
umumnya terdiri dari instansi pemerintah, penyelenggaraan pelabuhan dan
hokum Indonesia yang menyebutkan pelayanan jasa kepelabuhan
berkaitan dengan lalu lintas kapal penumpang dan barang.
Secara umum instansi-instansi pemerintah,penyelenggara pelabuhan
badan hukum Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Administrator Pelabuhan adalah kepala unit organic di lingkungan
department perhungan, melaksanakan tugas kepelabuhan dan
mengkoordinasikan instansi pemerintah lainnya,unit kerja dan BUMN
untuk kelancaran tugas kepelabuhanan yang diusahakan oleh badan
usaha pelabuhan.
2. Bea dan Cukai adalah instansi pemerintah yang melaksanakan fungsi
pembinaaan, pengaturan, dan pengawasan lalu lintas barang melalui
pelabuhan serta pengamanan keuangan Negara.
3. Syahbandar adalah badan yang melaksanakan port clearance, yaitu
pemeriksaan surat-surat kapal. Agar kapal dapat keluar masuk
pelabuhan. Syahbandar adalah penggerak hokum dalam ketertiban
Bandar dan pengawasan keselamatan pelayaran.
4. Imigrasi adalah badan yang berada dibawah departemen kehakiman.
Di pelabuhan, instansi ini mempunyai tugas untuk: mengawasi keluar
masuknya orang sesuai dari ketentuan keimigrasi,memeriksa awak
kapal atau penumpang asing apakah sudah memenuhi ketentuan dan
memberikan imigration clearance.
5. Dinas karantina dan Dinas kesehatan
Sesuai dengan KM 26/1998, dinas karantina disatukan dengan dinas
kesehatan. Adapun tugas dinas karantina di pelabuhan adalah
22
a) Melakukan pelayanan kesehatan
b) Memeriksa dan meneliti buku kesehatan, deratting certificate,
daftar awak kapal dan penumpang.
c) Memberikan health certificate dan healt clearance
d) Mengawasi tumbuh-tumbuhan dan hewan yang dibawa keluar
masuk pelabuhan melalui kapal.
e) Bila perlu melakukan karantina.
6. Dinas kesehatan di pelabuhan merupakan instansi yang berada di
bawah departemen kesehatan. Dinas kesehatan pelabuhan memiliki
tugas untuk:
a) Melakukan pelayanan kesehatan
b) Meneliti dan memeriksa buku kesehatan, deratting certificate
(sertifiast bebas tikus) daftar awak kapal dan penumpang.
c) Memberikan healt certificate dan healt cleareance
7. PT. Pelindo adalah BUMN yang diberi wewenang untuk
menyelenggarakan pengusahaan pelabuhan.
8. Perusahaan Pelayaran adalah perusahaan yang bergerak di bidang
penyelenggaraan angkutan laut dengan mempergunakan kapal sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
9. Bank Devisa adalah instansi pemerintahan maupun swasta yang
memiliki peranan penting dalam kelancaran arus transaksi ekspor-
impor.
10. Perusahaan Bongkar Muat adalah perusahaan yang bergerak dalam
kegiatan bongkar muat barang/petikemas dari/ke kapal.
11. Perusahaan Angkutan darat/trucking adalah perusahaan yang
menawarkan jasa pekerjaan di bidang angkutan darat.
12. Perusahaan Depo Container adalah perusahaan yang bergerak di
bidang penyediaan lapangan container kosong, bisa terletak dalam
pelabuhan.
23
2.2. Gambaran Umum Obyek Penulisan
A. Sejarah PT. Nilam Port Terminal Indonesia
PT. NPTI (Nilam Port Terminal Indonesia) adalah perusahaan dalam
bidang penyediaan dan pelayanan jasa operator terminal bongkar muat
barang dan petikemas pelabuhan yang merupakan perusahaan
konsorsium 6 perusahaan,yaitu:
1) PT. PBM Mitra Pasifik
2) PT. PBM Darma Lautan Nusantara
3) PT. PBM Toleran Permai
4) PT. PBM Siantan Windu
5) PT. PBM Mentari Jaya Sentratama
6) PT. PBM Benteng Jaya Stevedoring
Untuk saat ini PT. Nilam Port Terminal Indonesia menjalin
kerjasama dengan PT. Pelabuhan Indonesia III (PELINDO III), Untuk
mengoperasikan pelabuhan petikemas multipurpose (Serba guna) yang
dioperasikan menggunakan alat bantu 3 unit container crane (CC) ,5
unit Rubber Tyred Gantry (RTG), 30 Unit Headtruck /trailer,12 unit
headtruck dan trailer untuk kegiatan di dalam lapangan penumpukan
dengan lahan dermaga 320 meter dan lapangan penumpukan seluas 4
hektar dan didukung 18 Unit headtruck dan trailer relokasi depo
(REPO) untuk kegiatan TL container bongkar dan pelayanan depo.
PT. Nilam Port Terminal Indonesia didirikan berdasarkan Akte
Notaris Tri Avianti Merpatiningsih, SH No.13 tanggal 09 juli 2008 dan
disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM Indonesia.
Sesuai dengan akte didirikannya PT. Nilam Port Terminal Indonesia,
maksud dari perusahaan ini adalah untuk menyelenggarakan usaha
dibidang penyediaan dan pelayanan jasa operator terminal bongkar
muat barang dan petikemas serta segala kegiatan mengenai
kepelabuhan.
24
1. Tujuan PT. Nilam Port Terminal Indonesia
Adapun tujuan dari perusahaan ini adalah sebagai berikut :
a) Mengusahakan penyediaan dan pelayanan jasa kepelabuhan
dan jasa terkait dengan kepelabuhan serta usaha jasa terkait
dengan angkutan perairan.
b) Mengusahakan penyediaan dan pelayanan jasa operator
terminal bongkar muat barang dan petikemas di pelabuhan.
2. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut PT. Nilam Port
Terminal Indonesia melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut:
a) Menyelenggarakan usaha dibidang penyediaan dan pelayanan
jasa dermaga untuk bertambat kapal.
b) Menyelenggarakan usaha dibidang penyediaan dan pelayanan
jasa terminal bongkar muat curah cair dan curah kering.
c) Menyelenggarakan usaha dibidang penyediaan dan pelayanan
jasa distribusi dan konsilidasi barang.
d) Menyelenggarakan usaha dibidang penyediaan dan pelayanan
jasa bongkar muat barang dan petikemas meliputi
stevedoring,receiving/delivery,haulage,trucking,stuffing/strippi
ng,stacking dan jasa handling lainnya.
e) Menyelenggarakan usaha dibidang penyediaan dan pelayanan
jasa peralatan bongkar muat untuk semua jenis barang dan
petikemas serta peralatan pelabuhan.
f) Menyelenggarakan usaha dibidang penyediaan dan pelayanan
jasa dermaga untuk pelaksanaan kegiatan bongkar muat barang
dan petikemas
g) Menyelenggarakan usaha dibidang penyediaan dan pelayanan
jasa pengangkutan barang dan petikemas.
h) Menyelenggarakan usaha dibidang pelayanan jasa yang terkait
dengan kepelabuhan yang meliputi kegiatan usaha yang
menunjang kelancaran operasional pelabuhan antara lain
25
perkantoran, pelayanan bunker , tempat tunggu kendaraan
bermotor.
i) Menyelenggarakan usaha dibidang penyediaan dan pelayanan
jasa gudang dan tempat penimbunan barang dan petikemas.
j) Menyelenggarakan usaha dibidang penyediaan dan pelayanan
jasa penyaluran dan pengisian bahan bakar minyak (BBM) dan
air bersih.
B. Visi dan Misi PT. Nilam Port Terminal Indonesia Surabaya
1. Visi
Menjadi suatu perusahaan yang mampu memberikan pelayanan dan
kepuasan pelanggan dibidang jasa operator terminal bongkar muat
petikemas di Indonesia.
2. Misi
a) Menyediakan jasa pelayanan kepelabuhan yang berkualitas
sehingga memenuhi harapan pelanggan dan akan ikut serta dalam
meningkatkan kegiatan perdagangan di Indonesia.
b) Menjalankan proses bisnis yang efisien dan efektif dengan
memperhatikan K3L (Keselamatan,Kesehatan Kerja dan
Lingkungan).
c) Memberikan nilai tambah kepada para stakeholder.
26
C. Struktur Organisasi
Gambar: 1
STRUKTUR ORGANISASI
PT. NILAM PORT TERMINAL INDONESIA
Sumber : Human Resource Development PT. NPTI Tahun 2016
27
D. Tugas dan Wewenang Masing-Masing Bagian
Dalam melakukan usahanya, PT. Nilam Port Terminal Indonesia dibagi
menjadi beberapa devisi yaitu:
1. General Manager
General manager adalah manajer yang memiliki tanggung jawab
kepada seluruh bagian/fungsional pada suatu perusahaan atau
organisasi.
General manager memimpin beberapa unit di bidang fungsi
pekerjaan yang mengepalai beberapa atau seluruh manager
fungsional. General manager bertugas mengambil keputusan dan
tanggung jawab atas tercapainya tujuan perusahaan serta sebagai
pengendali seluruh tugas dan fungsi-fungsi dalam perusahaan.
Tugas dan wewenang general manager adalah menetapkan
kebijakan perusahaan dengan menentukan rencana dan tujuan
perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang,
mengkoordinasi dan mengawasi seluruh aktivitas yang dilaksanakan
dalam perusahaan, membantu menyusun peraturan intern perusahaan
yang tidak bertentangan dengan kebijakan perusahaan, memperbaiki
dan menyempurnakan segi penataan agar tujuan organisasi dapat
tercapai dengan efektif dan efisien, menjadi perantara dalam
mengkomunikasikan ide, gagasan , dan strategi antara pimpinan dan
staff,serta membimbing bawahan dan mendelegasikan tugas-tugas
yang dapat dikerjakan oleh bawahan secara jelas.
2. Divisi HRD (Human Resource of Development) & GA (General
Affair Supervisor)
a. HRD (Human Resource of Development)
Bertanggung jawab di dalam pengelolaan dan pengembangan
Sumber Daya Manusia , yaitu dalam hal perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan kegiatan
28
1. sumber daya manusia termasuk pengembangan kualitasnya
dengan berpedoman pada kebijaksanaan dan prosedur yang
berlaku di perusahaan.
2. Bertanggung jawab pada hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan –kegiatan pembinaan goverment & industrial serta
mempunyai kewajiban menjaga &memelihara citra
perusahaan.
Sedangkan uraian tugas dari HRD (Human Resource Development)
Manager adalah sebagai berikut:
1. Memasang iklan lowongan kerja, melakukan sortir lamaran,
melakukan tes psikologi dan interview awal untuk calon
karyawan yang sesuai
2. Merekomendasikan kandidat berdasarkan hasil tes psikologi
dan interview awal, serta mengatur jadwal interview lanjutan
(user,hd,presdir) agar proses rekruitmen berjalan dengan baik
sesuai dengan rencana
3. Menyiapkan perjanjian kerja dan kontrak kerja karyawan, serta
mengupdate masa berlakunya kontrak kerja.
4. Menginput data karyawan ke system agar semua terdata dengan
baik
5. Membuat laporan rekapitulasi mutasi, promosi dan status
karyawan (tambahan anak, menikah atau berhenti)
b. GA (General Affair Supervisor)
1. Mendukung seluruh kegiatan operasional kantor dengan
melakukan proses pengadaan seluruh peralatan kebutuhan
kerja (seperti: ATK, computer,meja/kursi kerja, AC,dst),
maupun sarana/fasilitas penunjang lain (seperti: kendaraan
operasional, office boy,satpam,operator telepon,dst) dengan
29
cepat,akurat/ berkualitas serta sesuai dengan anggaran yang
ditentukan
2. Membuat, menjalankan dan mengembangkan system kerja/
prosedur atas pengadaan dan pemeliharaan fasilitas
penunjang kinerja.
3. Melakukan survey tingkat kepuasaan atas pelayanan yang
diberikan kepada seluruh karyawan/unit dalam perusahaan
untuk tujuan peningkatan kualitas/mutu ketepatan dan
kecepatan pelayanan yang diberikan.
4. Membina hubungan dengan para vendor atau supplier barang
dan jasa fasilitas/prasarana kantor serta membantu dalam
menangani complain atas vendor/supplier termasuk tindak
lanjut atas penanganan nota pembayaran/invoice maupun
kontrak kerja dengan pihak terkait.
5. Melakukan analisa kebutuhan anggaran atas pengadaan dan
pemeliharaan seluruh fasilitas dan sarana penunjang aktifitas
kantor untuk kemudian diajukan kepada bagian keuangan dan
manajemen perusahaan untuk dianggarkan dan disetujui.
Melakukan aktifitas pemeliharaan atau seluruh fasilitas dan
sarana penunjang, serta melakukan proses penggantian atas
fasilitas atau sarana penunjang yang rusak.
6. Menyiapkan laporan bulanan untuk keperluan rapat anggaran,
laporan keuangan atas asset dan beban biaya kantor.
3. Divisi Teknik
Bertanggung jawab atas kinerja peralatan bongkar muat yang
dimiliki PT. Nilam Port Terminal Indonesia berupa 5 unit RTG
(Rubber Tyred Gantry) & headtruck haulage & 18 headtruck TL
untuk mendukung kinerja divisi operasional.
a. Unit RTG (Rubber Tyred Gantry) yang dimiliki PT. Nilam Port
Terminal Indonesia dibuat pada tahun 2008 merk ZMPC buatan
RRC yang mempunyai kapasitas angkat maksimal 60 ton (twin
30
spreader) dengan 8 roda sebagai penggeraknya dengan
kemampuan penanganan 5 + 1 tier container high cube & 6 + 1
row container.
b. Unit headtruck yang dimiliki PT. Nilam Port Terminal Indonesia
dibuat tahun 2009 merek Nissan Pk 260 CF Euro 2 dengan trailer
yang dapat memuat petikemas berukuran 45 feet.
c. Melakukan perawatan alat agar sesuatu yang tidak dinginkan tidak
terjadi saat jalannya operasi serta mengoptimalkan tingkat
pelayanan kepada pengguna jasa agar perusahaan mendapatkan
nilai lebih dari pengguna jasa menggunakan jasa terminal sebagai
perawatan pengoptimalan alat dilakukannnya beberapa cara yaitu:
1) Preventive Maintenance (PM) yaitu perawatan yang dilihat
dengan komponen-komponen alat dan ketangguhan alat saat
digunakan saat alat mulainya berhenti kerja untuk menjaga
alat agar tangguh dan tahan lama dalam penggunaannya
walaupun penggunaannya optimal, maka perlu diadakan
preventive maintenance setiap pagi & setiap penggantian shift
agar operator melalukan pengecekan alat, adapun perumusan
dalam pengecekan ketangguhan alat diantaranya:
- Utilisasi Alat ( Tingkat Pemakaian Alat )
- Availability ( Tingkat Kesiapan Alat )
- Meantime Between Failure ( MTBF )
- Meantime to Repair ( MTTR )
PT. Nilam Port Terminal Indonesia juga mementingkan
keselamatan kerja pada saat kegiatan kapal maupun
dilapangan dengan menerapkan safety operation yaitu cara
pengoperasian alat dengan mematuhi peraturan dan
mengutamakan aspek K3 ( Keselamatan, Kesehatan &
Keamanan ) baik alat, benda, diri, orang lain maupun
31
lingkungan. Beberapa tujuan safety operation PT. Nilam Port
Terminal Indonesia adalah meningkatkan :
1. Keselamatan Operator
2. Keselamatan Orang Lain
3. Keselamatan dan life time alat
4. Keselamatan Angkutan
5. Keselamatan barang atau benda
Dengan bermodalkan peralatan & minim pengalaman PT.
Nilam Port Terminal Indonesia mencoba memberikan
pelayanan yang terbaik & memuaskan.
4. Divisi Operasional
Bertanggung jawab atas semua kegiatan bongkar muat seperti
receiving, loading,delivery,stacking, dan lain-lain agar berjalan
sebagaimana mestinya sehingga dapat tercipta suatu system terminal yang
dapat meningkatkan produktifitas untuk perusahaan. Divisi operasional
terbagi menjadi beberapa bagian dengan job description sebagai berikut:
a. Asisten manajer operasional dan planner
Bertanggung jawab untuk membantu manajer operasional dalam
pengawasan pelaksanaan dan tugas-tugas lain dari manajer operasional
demi tercapainya tujuan perusahaan serta membuat perencanaan
kinerja operasional di perusahaan.
1. Adm coordinator
a) Rekapitulasi kegiatan operasional per unit yang meliputi lift
on/lift off, receiving/delivery, dan haulage/trucking untuk
bahan penagihan ke PT Pelindo III dan laporan bulanan.
b) Memeriksa dan membuat laporan absensi karyawan dan jam
kerja lembur karyawan.
32
c) Menginventarisasi barang-barang kebutuhan oprasional dan
membuat berita acara kerusakan aktiva sehingga aktiva dan
inventaris barang termonitor dengan baik.
d) Membuat permintaan barang untuk kebutuhan operasional
yang bersifat continue.
e) Menjalankan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja dalam
ruang lingkup tugasnya.
3. CY Coordinator
a. Mengecek kesiapan satu shift pekerjaan dengan melakukan
briefing sebelum bekerja , menerima laporan dari foreman,
dan memeriksa kesiapan dokumen untuk memastikan kesiapan
operator RTG dan Head Truck.
b. Memantau kegiatan bongkar muat dengan cara melakukan
work round, memantau kelncaran operasional, dan memantau
dari wkatu ke waktu progress operasional untuk menjamin
bahwa kegiatan telah dilakukan sesuai dengan prosedur,
pencapaian target dan keseimbangan operasi container yard
dengan dermaga.
c. Mengambil solusi dalam memecahkan masalah yang timbul
dari operasional terkait kapal, peralatan (RTG dan HT),
muatan dan faktor internal dan eksternal yang berpengaruh
pada satu shift, penyimpangan perencanaan, mengendalikan
ketidaksesuaian (termasuk pelanggaran dan
kecelakaan/insiden) yang timbul dan membuat laporan dengan
menggunakan prosedur yang telah ditetapkan agar operasional
dapat berjalan lancer dan setiap ketidaksesuaian tercatat dan
dapat ditindaklanjuti.
d. Memeriksa hasil kegiatan dan melakukan crosscheck hasil
produksi per-shift dengan PT. Pelindo dan menyusun laporan
dalam satu shift yaitu jurnal, rekap lembur kerja operasi,
absensi, dan monitoring kedisiplinan karyawan.
33
e. Memotivasi shift kerja dan menampung aspirasi bawahan
untuk menjaga dalam rangka mencapai target produksi.
4. Foreman kapal
a. Menerima dan melaksanakan instruksi dari kordinator shift
tentang rencana kegiatan bongkar muat untuk menjamin
bahwa kegiatan operasional berjalan sesuai dengan rencana.
b. Melaksanakan koordinasi dengan mualim jaga, shipping line,
dan tenaga kerja bongkar muat (TKBM) untuk menjamin
bahwa kegiatan operasional berjalan sesuai dengan rencana.
c. Melaksanakan kegiatan pengawasan operasional bongkar muat
dan memastikan container yang dibongkar atau dimuat dari/ke
kapal sesuai dengan daftar dari loading list/discharging list
untuk menjamin bahwa kegiatan sesuai dengan prosedur dan
target perusahaan.
d. Mengkoordinasi dan mengarahkan TKBM.
e. Mengarahkan dan memandu operator container crane untuk
pelaksanaan kerja bongkar muat.
f. Melakukan serah terima container yang tidak sesuai dengan
menerbitkan Container Damage Report (CDR), membuat
jurnal kegiatan, dan melaporkan adanya kendala – kendala
yang terjadi kepada coordinator shift , agar permasalahan
dapat segera mendapatkan solusi yang baik dan benar.
5. Foreman Lapangan (stackman)
a. Melaksanakan instruksi dari coordinator lapangan rencana
kegiatan di container yard untuk menjamin kegiatan sesuai
dengan rencana dan melakukan koordinasi dengan foreman
kapal.
b. Memberikan instruksi dan memeriksa hasil stacking kepada
operator RTG.
34
c. Memeriksa kondisi fisik container yang akan di-stack yaitu
nomor container dengan job order receiving serta kondisi seal
masih terpasang atau tidak.
d. Mencatat hasil stack container ke dalam bay block termasuk
shifting.
e. Melaporkan kendala-kendala yang terjadi kepada koordinator
lapangan agar permasalahan dapat segera mendapatkan solusi
yang baik dan benar.
6. Operator RTG
a. menerima dan melaksanakan instruksi kerja dari coordinator
lapangan tentang rencana kerja kegiatan lift on/lift off dengan
mengikuti rencana kerja yang ditetapkan dari coordinator
lapangan (stackman) untuk menjamin kegiatan kerja
operasional.
b. Memberitahukan Hour Meter (HM) awal hingga akhir
operasional dengan membaca alat dan menginformasikan ke
checker RTG untuk dicatat ke daily report.
c. Melaksanakan kegiata lift on/lift off container dari dan ke
chasis, mengikuti instruksi kerja operasional RTG, dan
mengikuti ketentuan/persyaratan K3 (kesehatan dan
keselamatan kerja) untuk menjamin target operasional harian.
d. Melaporkan adanya kendala-kendala operasional (teknis
peralatan atau insiden) yang terjadi kepada kordinator
lapangan dengan menggunakan alat komunikasi yang ada agar
permasalahan dapat segera mendapatkan solusi.
e. Melakukan pemeriksaan RTG saat serah terima dan
mencatatnya pada daily maintenance dengan mengacu pada
instruksi kerja (IK) operasional RTG untuk menjamin
peralatan dalam kondisi layak pakai sebelum dioperasikan.
7. Operator Head Truck
35
a. Menerima dan melaksanakan instruksi kerja dari coordinator
lapangan tentang rencana kegiatan haulage, dan mengikuti
rencana kerja yang di tetapkan Koor-lap.
b. Mencatat semua container ang di – haulage ke tally sheet dan
mengisi lembar kerja operasi unit.
c. Melakukan haulage ke dan dari lapangan menuju ked an dari
dermaga dengan mengikuti instruksi foreman lapangan, den
mengikuti instruksi kerja operasional herad truck.
d. Melaporkan adanya kendala-kendala operasional (teknis
peralatan atau insiden) yang terjadi kepada coordinator
lapangan dengan menggunakan alat komunikasi yang ada atau
melalui foreman lapangan agar permasalahan segera
mendapatakan solusi yang baik dan benar.
e. Memastikan armada yang akan digunakan dalam kondisi layak
pakai sebelum dipakai dengan ikut serta dalam Daily
Maintenance.
8. Asisten Manajer Operasional Repo dan planner
Bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional repo dan
perencanaan kegiatan operasional repo serta membantu tugas-
tugas dari manajer operasional.
a. Adm Repo
1) Meng-input, merekapitulasi, dan melampirkan semua
dokumen hasil kegiatan operasional relokasi dan bongkar
truck loosing ke dalam list sebagai dasar bukti penagihan
ke pengguna jasa.
2) Membuat laporan harian produksi repo yang disajikan
untuk management.
3) Memeriksa dan membuat laporan absensi dan jam kerja
lembur karyawan sesuai peraturan yang berlaku.
4) Membuat permintaan barang kebutuhan operasional yang
bersifat continue.
36
b. Foreman Repo
a. Melakukan kordinasi dengan pihak shipping line, koorlap,
foreman kapal, dan foreman lapangan.
b. Mengkordinir dan mengarahkan operator Head Truck
Repo,
c. Melakukan koordinasi dengan petugas depo pengguna jasa
untuk mengurangi hambatan-hambatan yang muncul agar
kegiatan relokasi dan bongkar truck loosing berjalan lancer
dalam target operasional.
c. Divisi Financial & Accounting
Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan financial dan
accounting guna mencapai sasaran organisasi. Bertanggung
jawab secara langsung untuk memastikan kegiatan financial
dan accounting dalam perusahaan yang dijalankan bersama
para anggota dari perusahaan.
d. Divisi Logistic & Workshop
Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan logistic dan
workshop guna mencapai sasaran organisasi. Bertanggung
jawab langsung untuk memastikan kegiatan logistic dan
workshop dalam perusahaan yang dijalankan bersama anggota
dari perusahaan tersebut.
E. Optimalisasi Container Yard PT Nilam Port Terminal Indonesia
PT NPTI memiliki container yard dengan luas 3,5 ha dengan 5 unit
Rubber Tyred Gantry (RTG) dan 12 unit Head Truck (HT) yang
beroperasi di container yard. Container yard NPTI di bagi menjadi 2
block, dengan rincian sebagai berikut:
1. Block bongkar (discharging)
37
a. Block A :memiliki 22 slot (nomer ganjil 1-41), 6 row, 5 tier, dan
kapsitas blok 550 TEUs.
b. Block D: memiliki 16 slot (nomer ganjil 1-31), 6 row, 5 tier, dan
kapasitas blok 400 TEUs.
2. Block muat (Loading)
a. Block B: memiliki 23 slot (nomer ganjil 1-45), 6 row, 5 tier, dan
kapasitas blok 575 TEUs.
b. Block C: memiliki 23 slot (nomer ganjil 1-45), 6 row, 5 tier, dan
kapasitas blok 575 TEUs.
c. Block E: memiliki 22 slot (nomer ganjil 1-43) ), 6 row, 5 tier, dan
kapasitas blok 550 TEUs.
d. Block F: memiliki 22 slot (nomer ganjil 1-43) ), 6 row, 5 tier, dan
kapasitas blok 550 TEUs
Berikut ini adalah indikator-indikator yang mempengaruhi container
yard,yaitu sebagai berikut:
1. Dokumen-dokumen perencanaan container yard PT NPTI
Dalam langkah-langkah optimalisasi container yard,
perencanaa container yard adalah hal yang terpenting sebelum
melaksanakan kegiatan jasa yang berada di container yard PT
NPTI. Berikut ini adalah dokumen-dokumen perencanaan
container yard untuk semua kegiatan jasa di container yard PT
NPTI, yaitu sebagai berikut:
a. Rencana Penetapan Tambat dan Operasi Bongkar Muat
Dalam pembuatan Rencana Penetapan Tambat dan Operasi
Bongkar Muat dilakukan meeting setiap harinya. Meeting adalah
rapat yang diadakan untuk penetapan jadwal tambat kapal dan
operasi kegiatan bongkar muat. Meeting ini dilakukan oleh Pusat
Pelayanan Satu Atap (PPSA) namun dalam hal ini Terminal Nilam
Multipurpose yang dihadiri oleh seluruh perwakialn dari agen
38
pelayaran yang beroperasi di Terminal Nilam Multipurpose, tetapi
Terminal Nilam Multipurpose tetap harus mengirimkan hasil
rapatnya ke PPSA
Berdasarkan permohonan container handling (PCH) maka
Terminal Nilam mengadakan dan memimpin meeting perencanaan
dan pengendalian (RENDAL) yang diikuti oleh :
1. Pelayaran/agen (PT SPIL, PT Meratus Line, PT Samudera
Indonesia, dan PT Tanto Line).
2. Supervisor perencanaan dan pengendalian.
3. Supervisor operasi.
4. Supervisor alat Bongkar/Muat.
5. Koordinator tally (JTI- Jasa Tally Indonesia).
6. Koordinator Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM).
Tujuan diadakannya meeting harian/bulanan dari rencana
penetapan tambat dan operasi bongkar muat pada Terminal Nilam
Multipurpose antara lain :
1. Urutan penyandaran kapal berdasarkan master cable.
2. Penentuan Estimated Time, Berthing (ETB) dan Estimated Time
Departure (ETD).
3. Posisi sandar kapal.
4. Posisi kade meter tempat sandar.
5. Penentuan waktu open stack.
6. Menetapkan lamanya sandar kapal.
7. Kesiapan dan kebutuhan peralatan bongkar/muat.
8. Penentuan closing time.
9. Estimasi bongkar muat.
10. Booking slot.
11. Permintaan TKBM
b. Slot booking
39
Slot Booking adalah pemesanan slot yang tersedia di container
yard PT NPTI untuk di-stack/ditimbun.
c. Open Stack
Open Stack adalah waktu dibukanya penerimaan (receiving)
container untuk ditimbun di container yard PT NPTI untuk dimuat
(loading) ke atas kapal dan open stack adalah 5 hari sebelum
kedatangan kapal di Terminal Multipurpose Nilam Timur.
d. Yard Allocation
Yard allocation adalah dokumen sebuah gambaran container
yard PT NPTI yang berisikan block, slot, dan row yang sudah
dibooking untuk muatan kapal yang akan sandar.
e. Jadwal Windows
Jadwal windows adalah dokumen kapal yang akan sandar di
Terminal Nilam Multipurpose dan jumlah kegiatan stevedoring
dalam periode 1 bulan dan dalam pembuatan jadwal windows
diadakan rapat (meeting) pada akhir bulan.
f. Closing Time
Closing Time adalah waktu yang ditentukan sebagai batas akhir
penerimaan petikemas di container yard PT NPTI . penentuan
closing time digunakan agar tidak mengganggu proses
perencanaan dan operasi di container yard PT NPTI.