Post on 22-Jul-2015
RASM USMANI
M A K A L A H
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Ulumul Qur’an 2”
Dosen Pengampu :
Afiful ikhwan, M.pd.I
Oleh :
Fiana Wulanndari
2013.4.047.0001.1.001678
PAI – SMT 3
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
CABANG CAMPURDARAT
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) MUHAMMADIYAH
Oktober 20114
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini
banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala
hormat kami sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIM) Tulungagung Bapak
Nurul Amin M.Ag
2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam
penyusunan makalah ini Bapak Afiful Ikhwan M.Pd I
3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam
penyelesaian makalah.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdo'a
dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi
amal soleh di mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan kritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki seperlunya.
Akhirnya kami tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir
amalan kami dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi seluruh
pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.
(PENYUSUN)
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………….…..… i
Kata Pengantar …………………………………………………..…. ii
Daftar Isi …………………………………………………..…. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………... 1
B. Rumusan Masalah …………………………………….. 2
C. Tujuan Masalah ……………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
MEMAHAMI RASM USMANI
A. Pengertian Rasm Usmani ……………………………… 3
B. Karakteristik Penulisan Mushaf Usmani ……………… 5
C. Hukum Menulis Al-qur’an Sesuai dengan Rasm Usmani 9
D. Penjelasan Rasm Usmani Mencakup Seluruh Tujuh Huruf 6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan …………………………………………………. 11
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Quran sebagai kitab suci terakhir dimaksudkan untuk menjadi petunjuk,
bukan saja bagi anggota masyarakat tempat kitab diturunkan, tetapi juga bagi
seluruh masyarakat manusia hingga akhir zaman.
Al-Quran juga merupakan salah satu sumber hukum islam yang menduduki
peringkat teratas. Autensitas serta orisinilitas Al-Quran benar-benar dapat
dipertanggung jawabkan. Karena ia merupakan kalam Allah baik dari segi lafadz
maupun dari segi maknanya.
Sejak awal hingga akhir turunnya, seluruh ayat Al-Quran telah ditulis dan
didokumentasikan oleh para tulis wahyu yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW.
Disamping itu seluruh ayat Al-Qur’an dinukilkan atau diriwayatkan secara
mutawattir baik secara hafalan maupun tulisan ditulis dan dibukukan dalam satu
mushaf.
Al-Quran yang dimiliki ummat Islam sekarang mengalami proses sejarah
yang unik penulisan untuk dikumpulkan dalam satu mushaf. Akan tetapi hanya
ditulis dalam kepingan-kepingan tulang, pelapah-pelapah kurma, dan batu-batu
sesuai dengan kondisi peradaban masyarakat pada waktu itu yang belum
mengenal adanya alat tulis menulis seperti kertas.
Untuk menfungsikan Al-Qur’an dan memahami isi serta kandungannya maka
diperlukan suatu ilmu yang terkait salah satunya adalah ilmu rasm Usmani.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan rasm usmani?
2. Apa karakteristik penulisan rasm usmani?
3. Bagaimana hukum menulis al-qur’an sesuai dengan rasm usmani?
4. Apakah penulisan rasm usmani mencakup seluruh tujuh huruf?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan rasm usmani.
2. Untuk mengetahui karakteristik penulisan rasm usmani.
3. Untuk mengetahui hukum menulis al-qur’an sesuai dengan rasm usmani.
4. Untuk mengetahui penulisan rasm usmani mencakup seluruh tujuh huruf.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Rasm Al-qur’an
Rasm berasal dari kata " "رسم_يرسم_رسما yang berarti menggambar
atau melukis.1 Kata rasm ini juga biasa diartikan sebagai sesuatu yang resmi atau
menurut aturan. Jadi rasm berarti tulisan atau penulisan yang mempunyai metode
tertentu. Adapun yang dimaksud rasm dalam makalah ini adalah pola penulisan
al-quran yang mengumpulkan dan membukukan dalam satu mushaf yang dikenal
dengan mushaf usmani. Karena pembukuan al-quran secara resmi pada masa
khalifah usman atas intruksi beliau sehingga dikenal dengan mushaf usmani. Ada
pula yang menyebutnya rasmul utsmani.
Ada ulama yang mempersempit pengertian rasm usmani yaitu apa yang
ditulis oleh para sahabat nabi menyangkut sebagian lafadz-lafadz al-qur’an dalam
mushhaf ‘usmani, dengan pola tersendiri yang menyalahi kaidah-kaidah penulisan
bahasa arab.2 Dan tulisan al-quran banyak berbeda dengan tulisan Arab biasa
karena masing – masing mempunya kaidah tersendiri. Misalnya dalam penulisan
kata “Bismillah” dalam rasm usmani “بسم” (tulisan huruf “ba” tidak disertai
dengan huruf “Alif”) tetapi menurut tulisan Arab biasa ”ba” harus disambung
dengan huruf “alif” (باسم).
Pemeliharaan rasm utsmani merupakan jaminan kuat bagi penjagaan al-
qur’an dari prubahan dan pergantian huruf-hurufnya.Mushaf usmanilah yang
mayoritas dipedomani oleh kaum mu’min dan muslim didunia.
1Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir (Yogyakarta: t.p 1954), hal. 533.
2Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya , (Jilid I; Cet. V; Jakarta: UI
Press, 1985), hlm. 28.
4
B. Karakteristik Rasm Usmani
Di dalam mushaf Ustmani yang telah ditulis oleh Zaid bin Tsabit dan tiga
orang sahabatnya yang ditunjuk dan diangkat oleh Ustman bin Affan terdapat
beberapa karakteristik sebagai berikut :
1. Kaidah Pertama: tentang membuang huruf ( حذف احلروف ).
Di antara pembahasan rumusan kaidahnya adalah bahwa semua lafal اب ت ك ditulis
dengan membuang huruf alif sesudah huruf ta‘, kecuali di empat tempat, yaitu:
- ك تاب أجل ل كل Q.S. Al-Ra’d (13) : 38.
- معلوم ك تاب Q.S. Al-Hijr (15) : 4.
- ن رب ك ك تاب م Q.S. Al-Kahfi (18) : 27.
- مب ي وك تاب Q.S. Al-Naml (27) : 1.
2. Kaidah Kedua: tentang penambahan huruf ( فو ر احل ة اد ي ز )
Di antara penambahan huruf yang dapat dirumuskan dalam suatu kaidah, yaitu
bahwa sesudah waw al-Jam’ diakhir fi’l, harus ditambah alif, kecuali و ت ع – و اء ج و ع س – و اء ب - yang terdapat dalam Q.S. Saba’ (34) : 5dan ب وءو .ت
3. Kaidah Ketiga: tentang penulisan Hamzah.
Di antara penulisan huruf yang dirumuskan dalam kaidah adalah bahwa huruf
hamzah al-Mutaharrikah pada akhir kata penulisannya dibuang(tidak ditulis)
5
misalnya ءىش – ء ف د , kecuali pada lafal ن وأ ت (Q.S. al-Qasas {28} :76) ل
dan أت ب و ن أ (Q.S. al-Maidah {5}: 29).
4. Kaidah Keempat: tentang penggantian huruf ( ل د الب )
Di antara penggantian huruf yang dirumuskan dalam kaidah adalah bahwa semua
alif pada lafal اة ك الز – اة ي احل dan ةل الص yang tidak di-mudaf-kan, diganti dengan
waw, ( menjadi – وة ي احل – –– وة ل الص وةك الز – ).
5. Kaidah Kelima: tentang wasl dan fasl.
Di antara wasl (disambung) dan fasl (terpisah) yang dirumuskan dalam kaidah
adalah bahwa:
- Semua lafal ا yang dibaca kasrah hamzahnya, ditulis dengan wasl kecuali إم
yang di Q.S. al-Ra’d (13) : 40, sebab ia ditulis fasl, yakni انر ي ن ك . وإن م
- Semua أين ما ditulis dengan fasl, kecuali yang terdapat pada Q.S. al-Naml (27) :
76 dan yang di Q.S. al-Baqarah (2) : 115.
6. Kaidah Keenam: tentang lafal yang mempunyai dua macam qira’at atau
lebih.
Di antara lafal/kalimah yang mempunyai dua qira’at atau lebih dan tidak termasuk
qira’at Syazzah, yang dirumuskan dalam sebuah kaidah, adalah: ك ل م pada surat
Al-Fatihah oleh karena mempunyai dua qiraat ( ك ل م dan ك ال م ) maka ditulis salah
satunya, yaitu dengan ك ل م (tanpa alif sesudah mim). Demikian juga ايدعون وم
6
oleh karena ada qiraat lain اياد عون maka ditulis salah satunya, yaitu dengan , وم
Perlu diketahui bahwa apabila disebut rasm .(’tanpa alif sesudah kha) نو ع د اي م و
Usmani, adalah sebuah tulisan tanpa titik dan tanda baca, seperti harakat fathah,
kasrah, dammah, sukun dan tasydid.3
C. Hukum Menulis Al-qur’an Sesuai dengan Rasm Usmani
Kedudukan rasm Usmani diperselisihkan para ulama, apakah pola
penulisan merupakan petunjuk Nabi atau hanya ijtihad kalangan sahabat. Adapun
pendapat mereka adalah sebagai berikut:
Kelompok pertama, (jumhur ulama) bahwa pola rasm Usmani
bersifat taufiqi dengan alasan bahwa para penulis wahyu adalah sahabat-sahabat
yang ditunjuk dan dipercaya Nabi SAW. Pola penulisan tersebut bukan
merupakan ijtihad para sahabat,Nabi, dan para sahabat tidak mungkin melakukan
kesepakatan (ijma) dalam hal-hal yang bertentangan dengan kehendak dan restu
Nabi.Pola penulisan tersebut juga dipertahankan para sahabat dan tabi’in.4
Mereka mengatakan bahwa Nabi pernah berkata kepada Muawiyah,
salah seorang petugas pencatat wahyu : “Ambillah tinta, tulislah huruf” dengan
qalam (pena), rentangkan huruf “baa”, bedakan huruf “siin”, jangan merapatkan
lubang huruf “miim”, tulis lafadz “Allah” yang baik, panjangkan lafadz “Ar-
Rahman”, dan tulislah lafadz “Ar-Rahim” yang indah kemudian letakkan qalam-
mu pada telinga kiri, ia akan selalu mengingat Engkau. Ibnu Mubarak termasuk
orang yang paling bersemangat mempertahankan pendapat seperti itu.
3Jalaluddin Abd al-Rahman Al-Suyuti, Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an (Kairo: Maktabat wa
Mathba’at Al-Masyhad al-Husaini, 1967), hal. 147-156. 4M.Quraish Shihab, dkk, Sejarah dan Ulum Al-Qur’an (Cet. III; Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2001), h. 95.
7
Dalam bukunya yang berjudul Al-Ibrizt ia mencatat apa yang dikatakan
oleh gurunya.Abdul Aziz Ad-Dabbagh, yang mengatakan sebagai berikut :
“Tidak seujung rambutpun dari huruf Qur’an yang ditulis oleh seorang
sahabat Nabi atau lainnya. Rasm Qur’ani adalah tauqif dari Nabi (yakni atas dasar
petunjuk dan tuntunan langsung dari Rasulullah SAW). Beliaulah yang menyuruh
mereka (para sahabat) menulis rasm qur’ani itu dalam bentuk yang kita kenal,
termasuk tambahan huruf alif dan pengurangannya, untuk kepentingan rahasia
yang tidak dapat dijangkau akal fikiran, yaitu rahasia yang dikhususkan Allah
bagi kitab-kitab suci lainnya”.5
Dengan demikian, menurut pendapat ini hukum mengikuti rasm Usmani
adalah wajib, dengan alasan bahwa pola tersebut merupakan petunjuk Nabi,
(taufiqi).
kelompok kedua, berpandapat, bahwa pola penulisan didalam rasm
Usmani tidak bersifat taufiqi, tetapi hanya bersifat ijtihad para sahabat. Tidak
ditemukan riwayat Nabi mengenai ketentuan pola penulisan wahyu. Taka ada
dalam nash-nash Al-Qur’an dan didalam nash hadist yang mewajibkan yang
demikian. Karena Rasulullah tidak menerangkan kepada para penulis cara yang
harus ditempuh dalam menulis mushaf tidak pula melarangnya.
Golongan ulama’ yang lain membantah bahwa seandainya itu petunjuk
Nabi, rasm itu akan disebut rasm Nabawi, bukannya rasm ‘Utsmani. Belum lagi
ummi Nabi diartikan sebagai buta huruf, yang berarti tidak mungkin petunjuk
teknis datang dari Nabi. Tidak pernah ditemukan suatu riwayat, baik dari Nabi
maupun sahabat bahwa pola penulisan Al Qur’an itu berasal dari Nabi.
Ringkasnya, segala orang yang mengatakan bahwa wajib atas manusia menempuh
rasm yang satu
5Subhi As Salih, Membahas Ilmu-Ilmu Al Qur’an, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1990), hal.
361-362.
8
rasm yang satu, wajiblah dia menegakkan hujjah untuk membuktikan
kebenaran dakwahnya.6
Ulama yang tidak mengakui rasm ‘Utsmani sebagai rasm tauqifi,
berpendapat bahwa tidak ada masalah jika Al Qur’an ditulis dengan pola
penulisan standar (rasm imla’i). Soal pola penulisan diserahkan kepada pembaca.
Kalau pembaca lebih mudah dengan rasm imla’i, ia dapat menulisnya dengan pola
tersebut, karena pola penulisan itu hanya simbol pembacaan, dan tidak
mempengaruhi makna Al Qur’an.
kelompok ketiga, mengatakan, bahwa Al-Qur’an dengan rasm imla’I
dapat dibenarkan, tetapi khusus bagi orang awam. Bagi para ulama atau yang
memahami rasm Usmani tetap wajib mempertahankan keaslian rasm tersebut.
Rasm imla’I diperlukan untuk menghindarkan ummat dari kesalahan membaca
Al-Qur’an, sedangkan rasm Usmani di perlukan untuk memelihara keaslian
mushaf Al-Qur’an.
Pendapat yang ketiga ini berupaya mengkompromikan antara dua
pendapat. Disatu pihak mereka ingin melestarikan rasm Usmani, sementara
dipihak lain mereka menghendaki dilakukannya penulisan Al-Qur’an dengan
rasm imla’I untuk memberikan kemudahan bagi kaum muslimin yang
kemungkinan mendapat kesulitan membaca Al-Qur’an dengan rasm Usmani.
Dan pendapat ketiga ini lebih moderat dan lebih sesuai dengan kondisi ummat.
Namun demikian, kesepakatan para penulis Al-Qur’an dengan rasm Usmani harus
diindahkan dalam pengertian menjadikannya sebagai rujukan yang keberadaannya
tidak boleh hilang dari masyarakat Islam. Demikian juga tulisan ayat-ayat Al-
Qur’an dalam karya ilmiah, rasm Usmani mutlak diharuskan karena statusnya
sudah masuk dalam kategori rujukan dan penulisannya tidak mempunyai alasan
untuk mengabaikannya.
6Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an: Media-media Pokok dalam Menafsirkan Al-
Qur’an (Cet, II; Jakarta: PT Bulan Bintang, 1998), h.163-164.
9
penulisan Al-Qur’an mulai dari zaman Rasulullah, zaman khalifah Abu Bakar
sampai khalifah Usman bin Affan yang penulisnya tidak pernah lepas dari Zaid
bin Tsabit yang merupakan sekertaris Rasulullah SAW. Secara historis ini
membuktikan bahwa Allah SWT tetap menjaga dan memelihara keotentikan Al-
Qur’an.
إ نا نن ن زلنا الذ كر وإ نا له حلاف ظون
“Sesunggunya kami telah menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya kami
akan melindunginya”.(Qs. Al-hijr : 9)7
D. Penjelasan Apakah Rasm Usmani Mencakup Seluruh Tujuh Huruf
Menurut penjelasan al-Qadhi, ketika daerah kekuasaan Islam makin luas dan
kaum muslimin tersebar di daerah dan kota besar Islam, setiap penduduk Syam
memakai qira’ah Ubay bin Ka’ab, penduduk Kufah memakai qira’ah Abdullah
bin Mas’ud dan seterusnya. Hal tersebut terjadi karena memang Alquran
diturunkan dengan macam-macam bacaan (sab’at ahruf). Maka wajar ketika umat
Islam baru bertemu mereka saling menyalahkan atau saling merasa benar. Apalagi
mereka belum tahu informasi Hadis Rasul, bahwa Alquran diturunkan dengan
macam-macam bacaan (sab’at ahruf).8
Apabila ditanya apakah al-Masahif al-Usmaniyyah itu mencakup keseluruhan
bacaan yang diturunkan oleh Allah swt. kepada Muhammad saw. yang sab’at
ahruf? Terhadap pertanyaan ini ada dua pendapat;
1. pertama, sekelompok kecil ulama yang dipelopori oleh Ibnu Jarir Al-
Tabari berpendapat bahwa al-Masahif al-Usmaniyyah ditulis hanya dalam
satu bentuk tulisan saja dari al-ahruf al- sab’ah, yaitu khusus huruf
Quraisy.
7Depag RI, Al-qur’an dan Terjemahannya,di terjemahkan oleh Yayasan Penyelenggara
Pentafsir Al-Qur’an,(Surabaya,Fajar Mulya,2012), hal. 262. 8 Abdul Fattah Al-Qadi, Tarikh al-Mushaf Al-Syarif,( Kairo: Maktabat wa Matba’at Al-
Masyhad al-Husaini, t.th.),hal.51.
10
Berdasarkan pesan Khalifah Usman ra. kepada panitia penulisan Alquran:
ن شيء ف ثاب ت بن وزيد أن تم اخت لفتم إ ذا ا ق ريش ب ل سان ه فاكتبو القرآن م م ب ل سان ن زل فإ ن
Jikalau kalian berbeda dengan Zaid bin Tsabit tentang sesuatu dalam
Qur’an, maka tulislah dengan lisan Quraisy. Sebab Qur’an itu diturunkan
dengan lisan mereka.9
2. Kedua, Jumhur ulama menyatakan bahwa al-Masahif al-Usmaniyyah
yang dikenal mempunyai dan memakai aturan penulisan yang khusus,
yaitu rasm Usmani, telah mencakup keseluruhan dari Sab’ah Ahruf serta
qira’at Mutawatirah yang dibaca oleh Rasulullah pada waktu al ‘Ardat
al-Akhirah. Rasm dari keseluruhan al-Masahif al-Usmaniyyah mencakup
al-Ahruf al-Sab’ah. Jadi Ahruf as Sab’ah terpencar di dalam al-Masahif
al-Usmaniyyah.
Pendapat Jumhur di atas mempunyai alasan sebagai berikut:
1. al-Masahif al-Usmaniyyah disalin dari suhuf yang dikumpulkan oleh Abu
Bakar al-Siddiq. Para ulama sepakat bahwa suhuf ini mencakup bacaan-
bacaan Alquran yang diturunkan dengan al-Ahruf al-Sab’ah yang
datangnya mutawatir dari Nabi, yakni yang ditetapkan pada ‘Ardat
Akhirah dan tidak dinasakh tilawahnya. Maka suhuf Abu Bakar al-Siddiq
tersebut dianggap asal dan sumber dari al-Masahif al-Usmaniyyah.
2. Tidak ada riwayat yang sahih maupun yang daif sekalipun, bahwa
Khalifah Usman memerintahkan kepada penulis-penulis al-Masahif al-
Usmaniyyah untuk hanya menulis dalam satu huruf (satu wajah bacaan),
dan meniadakan 6 huruf yang lainnya.
9Muhammad Abd al-Adhim Al-Zarqaniy, Manahil al-Irfan fi `Ulum al-Qur’an, (Kairo:
Dar al-Fikr, t.th.), hal. 168.
11
3. Sebagai dalil yang jelas dan meyakinkan adalah bahwa di antara al-
Masahif al-Usmaniyyah yang 6 buah itu, terdapat perbedaan di banyak
tempat, misalnya: ةر ف غ م لى إ و ع ار س و Q.S. Ali Imran ditulis pada sebagian al-
Masahif al-Usmaniyyah dengan tambahan waw sebelum sin, sedangkan
sebagian yang lain tidak ada waw sebelumnya; ( و ميح الر ز يز الع لى ع ل ك و ت )
dalam Q.S. al-Syu’ara, di sebagian al-Masahif al-Usmaniyyah ditulis:
م يح الر ز يز ع ى ال ل ع ل ك و ت ف (dengan fa‘); – الغىن و ه للا ن إ ف dalam Q.S. al-Hadid,
tertulis pada sebagian al-Masahif al-Usmaniyyah dengan tanpa هو , dan
masih banyak contoh yang lain. Maka andaikata al-Masahif al-
Usmaniyyah ditulis hanya dengan satu huruf atau satu lugat, yaitu huruf
Quraisy atau lugat Quraisy, tentu di antara al-Masahif yang 6 buah itu
tidak ada perbedaan penulisannya.
Andaikata benar apa yang didakwakan pendapat kelompok pertama yakni
bahwa Khalifah Usman memerintahkan Zayd bin Sabit dan kawan-kawan
untuk menulis dengan lugat Quraisy saja, maka dalam Alquran tidak akan
ditemui lugat-lugat selain lugat Quraisy, dan ini jelas tidak benar adanya,
sebab kenyataannya dalam Alquran ditemui lugat-lugat selain Quraisy.
Sebagai contoh:
adalah lugat Yaman : الرائ ك
adalah lugat Hawazin : أف لم ي يأس
Kelompok pertama beralasan dari qaul (pesan) usman kepada Zaid bin
Tsabit dan kawan-kawan tidak dapat diterima, sebab yang dimaksud khalifah
usman adalah ikhtilaf dalam segi rasm dan tulisan. Lagi pula Zaid dan kawan-
kawan tidak pernah terjadi ikhtilaf di antara mereka dalam penulisan Al-quran,
12
kecuali rasm dari satu kalimah saja, yaitu: التابوت di dalam firman Allah:
mereka minta pertimbangan khalifah Usman, apakah إ ن آية ملك ه أن يأت يكم التابوت
ditulis dengan ha’ atau ta’ ( التابوة/التابوت). Lalu khalifah Usman bin Affan
memerintahkan untuk ditulis dengan ta’: التابوت, sebab التابوت (dengan ta’) sebagai
lugat quraisy.Adapun pernyataan khalifah Usman bin Affan ra.bahwa al-quran
diturunkan dengan lisan quraisy,juga tidak bisa dijadikan hujjah, sebab al-quran
diturunkan pertama dengan lisan quraisy, kemudian Allah memberi kelapangan
dan kemudahan kepada umatnya dengan menurunkan lugat-lugat yang lain,
sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis-hadis sahih.10
Dengan demikian, pendapat Ibnu Jarir Al-Tabari di atas, sulit diterima,
sebab andaikata benar, tentu seluruh umat Islam di dunia dewasa ini memakai
bacaan dan mushaf Alquran yang sama. Pada kenyataannya, umat Islam di
Maroko, Tunisia, Aljazair, dan Afrika Barat, seperti Sinegal, Nigeria dan lain-lain,
bacaan mereka tidak sama dengan bacaan Alquran di Indonesia. Sebab negara
tersebut memakai versi bacaan yang biasa disebut riwayat Warsy. Demikian juga
Alquran umat Islam Libya, yang berbeda dengan bacaan umat Islam Sudan,
Maroko, dan Indonesia, sebab bacaan mereka biasa disebut dengan versi riwayat
Al-Dury.
10Al-Qadi, op. cit., h. 62-66.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan:
1. rasm adalah pola penulisan al-quran yang mengumpulkan dan membukukan
dalam satu mushaf yang dikenal dengan mushaf usmani. Karena pembukuan al-
quran secara resmi pada masa khalifah Usman atas intruksi beliau sehingga
dikenal dengan mushaf usmani.
2. Rasm Usmani mempunyai beberapa karakteristik antara lain :
a. Kaidah buang (Al_Hadzf)
b. Kaidah panambahan (Al-Ziyadah)
c. Kaidah hamzah (Al-Hamzah)
d. Kaidah penggantian (Al-Badal)
e. Kaidah sambung dan pisah (Washl Wa A-Fashl).
Beliaulah yang menyuruh mereka (para sahabat) menulis rasm qur’ani itu dalam
bentuk yang kita kenal, termasuk tambahan huruf alif dan pengurangannya yaitu
rahasia yang dikhususkan Allah bagi kitab-kitab suci lainnya
3. Untuk menjaga keotentikan Al-Qur’an tetap merujuk kepada penulisan mushaf
Usmani. Akan tetapi segi pemahaman membaca Al-Qur’an bisa menggunakan
penulisan yang lain berdasarkan tulisan yang diketahui ummat Islam.
4. Meskipun ada perbedaan terhadap rasm al-quran tidak hilang kesuciannya ,karena
baik itu satu huruf maupun tujuh ahruf itu sama-sama datangya dari Alloh, karena
Alloh lah yang menjaga kitabnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Al-Suyuti, Jalaluddin Abdur Rahman, 1967. Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an, Kairo:
Maktabat wa Matba’at Al-Masyhad al Husaini.
Al-Qadi, Abdul Fattah. Tarikh al-Mushaf Al-Syarif,( Kairo: Maktabat wa
Matba’at Al-Masyhad al-Husaini, t.th.)
Al-Zarqaniy, Muhammad Abd al-Adhim.Manahil al-Irfan fi `Ulum al-Qur’an,
(Kairo: Dar al-Fikr, t.th.)
As Salih, Subhi. 1990. Membahas Ilmu-Ilmu Al Qur’an. Jakarta : Pustaka Firdaus.
Ash Shiddieqy, Hasbi . 1998.Ilmu-Ilmu Al-Qur’an: Media-media Pokok dalam
Menafsirkan Al-Qur’an .Cet, II; Jakarta: PT Bulan Bintang.
Depag RI, 2012.Al-qur’an dan Terjemahannya,di terjemahkan oleh Yayasan
Penyelenggara Pentafsir Al-Qur’an.Surabaya,Fajar Mulya.
Munawir, Ahmad Warson. 1954.Kamus Al-Munawir Yogyakarta: t.p.
Nasution, Harun . 1985.Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya.Jilid I; Cet. V;
Jakarta: UI Press.
Shihab, Muhammad Quraish. 2001.dkk, Sejarah dan Ulum Al-Qur’an .Cet. III;
Jakarta: Pustaka Firdaus.