Post on 07-Jul-2018
8/18/2019 Kinetika Sel Dan Transformasi Keganasaan
1/2
KINETIKA SEL DAN TRANSFORMASI KEGANASAAN
Semu asel, baik yang normal mauoun sel kanker, memebelah dalam diri dalam suatu siklus sel.
Namun, sel-sel yang normal didalam tubuh berada pada keseimbangan antara kecepatan sel-sel
tersebut untuk memebelah dan membentuk sel-sel baru dengan kecepatan kematian sel.
Secara umum, sel-sel didalam tubuh terbagi menjadi 3 kelompok (Gambar 1):
• Kelompok sel yang akti berprolierasi
• Kelompok sel yang berdierensiasi
• Kelompok sel yang tidak akti berprolierasi (!") yang dapat masuk ke dalam siklus sel
dengan stimulasi tertentu.
Setiap sel memulai pertumbuhannya selama ase pasca-mitotik (!#) dimana en$im-en$im yang
penting untuk produksi %N&,'N&, dan protein lain diproduksi. ase ini diikuti ase sintesis
%N& (S). setelah sintesis %N& lengkap, sel memasuki ase pra-mitotik (! ) dimana terjadi
sintesis protein dan 'N& lebih kanjut. ase ini diikuti oleh ase mitosis (*) dimana pembelahan
sel terjadi, satu sel akan memebelah menjadi dua sel. Sel kemudian memasuki ase ! # kembali.Sel yang berada pada ase !# dapat memasuki ase istirahat (!").
Kanker muncul dari lesi genetic yang menyebabkan pertumbuhan atau pembelahan sel
yang berlebihan yang tidak diiringi dengan kematian sel yang adekuat. Kegagalan deerensiasi
selular menyebabkan perubahan posisi selular dan kapasitas untuk berprolierasi. Secara normal,
sle-sel akan dirangsang untuk memasuki siklus sel dari ! " atau tetap berada dalam siklus sel
diba+ah sinyal-sinyal tertentu seperti oleh actor pertumbuhan, sitokin dan hormone. Sel
kemudian memasuki ase !# dan ase S setelah melalui titik pemeriksaan untuk memastikan
bah+a gen-nya siap melakukan replikasi. n$im-en$im kinase tergantung siklin (cyclin-
dependent kinases,/%Ks) adalah en$im yang berperan mengatur siklus perjalanan sel memasuki
setiap ase dalam siklus sel. Salah satu titik pemeriksaan yang penting agar sel dapat memasuki
ase S adalah yang diatur oleh produksi dari gen pensupresi tumor p03. 1roduk gen ini
merupakan inhibitor dari /%K 2 dan . n$im /%K 2 dan yang terakti4asi akan
memosorilasi produk gen retinoblastoma (p'b). p'b yang terosorilasi akan melepaskan S
yang berperan dalam menyelesaikan replikasi %N& selama ase S. Selama ase !,/K%
bersama-sama dengan siklin & dan memastikan bah+a sintesis %Na yang benar telah lengkap.
Sel selanjutnya memasuki ase * diba+ah pengaruh /%K# dan siklin 5.
1rolierasi sel kanker juga diatur oleh proto-onkogen yang dalam keadaan akti akan
menyebabkan pertumbuhan sel. 1roto-onkogen merupakan produk dari onkogen. 6nkogen dapat
dibagi menjadi kelompok, #) 6nkogen yang bekerja di sitoplasma untuk mengganggu sinyalaktor pertumbuhan normal, seperti ras,raf, dan en$im tirosin kinase dari src, erbB, atau sis 7 )
onkogen inti, yang mengubah control transkripsi gen, seperti jum,fos,myc,dan myb. !en
pensupresi tumor seperti p03 dan p'b, bekerja menghambat atau mencegah terjadinya
pertumbuhan sel yang tidak teratur akibat akti4itas proto-onkogen tersebut.
Selanjutnya, kapasitas sel untuk membelah diatur oleh akti4itas telomerase yang
mengatur replikasi kromosom. Kapasitas in4asi dan metastasis dipengaruhi oleh kerjasama
8/18/2019 Kinetika Sel Dan Transformasi Keganasaan
2/2
antara metaloprotase matriks dan acti4ator plasminogen serta kapasitas untuk menarik sel stroma
pejamu pada tempat in4asi melalui tumor-induced angiogenesis.
DASAR BIOLOGI TERAPI SISTEMATIK PADA KANKER
6bat sitotoksik mempunyai eek primer pada sintesis atau ungsi makromolekul, yaitu
mempengaruhi %N&,'N&, atau protein yang berperan dalam pertumbuhan sel kanker, sehinggasel kanker menjadi mati. 6leh karena itu sebagian besar obat sitotoksik tidak eekti terhadap sel-
sel pada !", oleh karena sel-sel tersebut relati4e inakti, artinya tidak ada sintesis makromolekul.
Kematian sel tidak terjadi pada saat sel terpapar dengan obat. Seringkali, suatu sel harus
melalui beberapa tahap pembelahan sel sebelum kemudian mati. 6leh karena hanya sebagian sel
yang mati akibat obat yang diberikan, dosis kemotrapi yang berulang harus terus diberikan untuk
mengurangi jumlah sel kanker. 8erdapat hubungan terbalik antara jumlah sel dan kurabilitas
onbat kemoterapi. 5erdasarkan model pada tikus, eek sitotoksik dari obat antikanker bersiat
logaritmik. Secara umum, suatu obat diperkirakan membunuh sel tumor dalam raksi yang
konstan bukan dalam jumlah yang konstan. &rtinya, jika suatu obat membunuh sel kanker
sebanyak log 3, berarti akan mengurangi tumor dari #"#" menjadi #"9 sel. %osis yang sama juga
akan mengurangi #"0 sel tumor menjadi #" sel.
ika terapi gagal membunuh galur sel yang sensiti4e, hal ini disebabkan karena pada
a+alnya jumlah sel tumor asal terlalu tinggi untuk dosis kurati potensial dari obat tersebut. Sel-
sel kanker dapat terdeteksi secara klinis setelah berjumlah #" ; sel dan tidak akan menunjukan
respons terhadap terapi setelah berjumlah #"# sel.
Kemotrapi membunuh sel-sel yang akti membelah. *odel !ompert$ian menunjukan bah+a
pertumbuhan tumor tidak konstan, mula-mula akan tumbuh secara eksponensial kemudian
pertumbuhannya melambat secara eksponensial. raksi pertumbuhan puncak terjadi kira-kira
saat ukuran tumor 39< dari ukuran maksimum. 5erdasarkan model ini, maka jika kemotrapi
diberikan pada stadium lanjut dimana raksi pertumbuhannya rendah maka raksi sel yang
terbunuh menjadi kecil. adi, kemotrapi akan lebih eekti bila dimulai sedini mungkin.
*odel ini juga penting dalam pemberian terapi aju4an. &ngka ketahanan hidup dan masa
bebas penyakit tidak dipengaruhi oleh jumlah residu sel kanker, apakah populasinya # sel atau #
juta sel, karena pertumbuhan kembali populasi residu sel akan lebih cepat pada 4olum yang kecil
dibandigkan yang lebih besar.