Post on 16-Apr-2017
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGUKURAN ANTROPOMETRI MAHASISWA D4 K3 FK UNS
Mohamad Dedy Nurwahid
R.0213039
PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta2014
PENGESAHAN
Laporan Praktikum dengan Judul :Pengukuran Antropometri Mahasiswa D4 K3 FK UNS
Mohamad Dedy Nurwahid, NIM : R0213039, Tahun : 2013
telah disahkan pada :
Hari ............. Tanggal .............. 20 .......
Asisten, Praktikan,
Ervansyah Wahyu Utomo, S.ST Moh. Dedy NurwahidNIM. R0213039
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Tujuan ........................................................................................ 2
C. Manfaat ....................................................................................... 3
BAB II. LANDASAN TEORI.......................................................................... 4
A. Tinjauan Pustaka......................................................................... 4
BAB III. HASIL .............................................................................................. 18
A. Gambar alat, Cara Kerja dan Prosedur Pengukuran ................... 18
B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan ............................................. 21
BAB IV. PEMBAHASAN .............................................................................. 23
A. Kesesuaian Tempat Duduk.......................................................... 23
B. Kesesuaian Meja.......................................................................... 24
C. Kegunaan Pengukuran Antropometris........................................ 25
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 27
A. Simpulan ..................................................................................... 27
B. Saran ........................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 28
LAMPIRAN..................................................................................................... 29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Faktor yang penting yang menunjukkan karakteristik masyarakat
industri yang hidup di negara maju adalah banyaknya orang yang hidup
dalam lingkungan fisik yang merupakan hasil budidaya manusia. Hal ini akan
kontras sekali dengan kehidupan masa lampau disaat kebanyakan dari mereka
masih hidup dalam lingkungan alam yang asli. Perubahan waktu secara
perlahan-lahan telah merubah manusia dan keadaan. Disini manusia berusaha
mengadaptasikan dirinya menurut situasi dan kondisi lingkungannya. Banyak
bukti yang menunjukkan perubahan manusia untuk menyesuaikan diri dengan
kondisi alam yang ada di sekitar lingkungannya serta ditunjukkan oleh
perkembangan kebudayaan dari waktu ke waktu. Manusia melakukan
perubahan rancangan peralatan-peralatan yang dipakai adalah untuk
memudahkan di dalam mengoperasikan penggunaannya.
Disiplin keilmuwan ini lahir dan berkembang pada sekitar
pertengahan abad ke - 20 yang berkaitan dengan perancangan peralatan kerja
serta memperhatikan aspek-aspek manusia sebagai pemakainya yang dikenal
dengan nama ergonomi. Didalam ergonomi ini akan dipelajari tentang
pengaruh kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan peralatan
(teknologi). Dalam ergonomi juga akan mempelajari akibat jasmani, kejiwaan
dan sosial dari produk buatan manusia serta lingkungan kerjanya untuk
mempelajari manusia sebagai faktor utama dalam merencanakan peralatan.
Dalam perencanaan peralatan ini, seperti bidang ilmu pendukung, yang
berupa antropometri, kedokteran, biologi, psikologi, dan lainnya. Semua ini
sangat membantu kita dalam merencanakan kenyamanan dalam bekerja.
Dalam bahasa sehari-hari sistem dikatakan ergonomis apabila
mencakup berbagai aspek fitness for purpose. Atau yang disebut human
centered design. Dimana di dalam ergonomi diberikan pondasi Scientific
1
2
untuk mendesain sistem yang ramah terhadap lingkungan sehingga
diharapkan bahwa performansi yang ditampilkan pekerja dapat lebih optimal
yang sangat berpengaruh pada nilai produktivitas secara keseluruhan.
Dalam perancangan suatu sistem kerja, pendekatan human centered
design akan berusaha mengakomodasi kebutuhan sebanyak mungkin
pengguna dari sistem kerja tersebut. Karenya, perancang harus
mempertimbangkan dimensi tubuh yang berkaitan dari populasi pengguna
sistem kerja tersebut agar rancangan yang dibuat sesuai dengan penggunanya.
Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan sebuah pengetahuan mengenai
pengukuran dimensi tubuh manusia yang relevan serta perancangan alat atau
benda yang berkaitan. Pengetahuan tersebut disebut juga sebagai
Antropometri.
Jika seseorang melakukan suatu pekerjaan, maka sangat banyak faktor
yang mempengaruhi keberhasilan pekerjaan itu. Secara garis besar faktor
yang mempengaruhi manusia tersebut dapat dibagi dua, yaitu faktor
individual dan faktor situasional. Faktor individual berasal dari diri orang itu
sendiri misalnya usia, pendidikan, motivasi, pengalaman. Faktor situasional
berasal dari luar diri pekerja misalnya : tata letak ruang kerja, kondisi mesin,
kondisi pekerjaan, karakteristik lingkungan. Berbeda dengan faktor-faktor
individual, faktor-faktor situasional ini dapat diubah untuk memberikan
pengaruh pada keberhasilan kerja.
B. Tujuan
Dari praktikum ini diharapkan praktikan mampu:
1. Mengaplikasikan metode pengukuran antropometri (antropometric
methods) dalam perancangan sistem kerja.
2. Mengidentifikasikan data-data dimensional manusia (termasuk
menentukan sampel) yang dibutuhkan dalam merancang stasiun kerja,
serta mampu menggunakan berbagai alat pengukuran antropometri untuk
pengambilan data-data tersebut.
3
3. Memahami pengaruh dari lingkungan fisik pada manusia dalam suatu
sistem kerja.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a) Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang antropometeri.
b) Memberikan pengalaman pada mahasiswa bagaimana langkah–
langkah mengukur bagian-bagian tubuh manusia.
c) Memberikan pengetahuan pada mahasiswa mengenai fungsi
antropometri dalam kehidupan sehari-hari.
2. Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a) Meningkatkan kemampuan dan kualitas mahasiswa dalam penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di dunia kerja
b) Menambah referensi kepustakaan untuk perkembangan ilmu
pengetahuan dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Antropometri
Istilah Antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia
dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat
dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi
tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran
(tinggi, lebar, dan sebagainya), berat dan lain–lain yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai
pertimbangan–pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi
manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan
secara luas antara lain dalam hal :
a) Perancangan areal kerja (Work station, interior mobil, dan
sebagainya).
b) Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas
(tools), dan sebagainya.
c) Perancangan produk–produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja,
dan sebagainya.
d) Perancangan lingkungan fisik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri
akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat yang berkaitan
dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan
mengoperasikan/menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan ini maka
perancang produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari
populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangan
tersebut. Secara umum sekurang–kurangnya 90% - 95% dari populasi
yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah
mampu menggunakannya dengan selayaknya. Rancangan produk yang
4
5
dapat diatur secara fleksibel jelas memberikan kemungkinan lebih
besar bahwa produk tersebut akan mampu dioperasikan oleh setiap orang
meskipun ukuran tubuh mereka akan berbeda–beda. Pada dasarnya
peralatan kerja yang dibuat dengan mengambil referensi dimensi tubuh
tertentu jarang sekali bisa mengakomodasikan seluruh range tubuh dari
populasi yang akan memakainya. Kemampuan penyesuaian
(adjustability) suatu produk merupakan suatu prasyarat yang amat
penting dalam proses perancangannya; terutama untuk produk–produk
yang berorientasi ekspor.
2. Data Antropometri dan Cara Pengukurannya.
Manusia pada umumnya akan berbeda–beda dalam hal bentuk
dan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya
seseorang perancang produk harus memperhatikan faktor–faktor tersebut
yang antara lain adalah :
a) Umur, dari suatu penelitian yang dilakukan oleh A. F Roche dan G.
H Davila (1972) di USA memperoleh kesimpulan bahwa laki–laki
akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun,
sedangkan wanita sampai usia 17,3 tahun ; meskipun ada sekitar
10% yang masih terus bertambah tinggi sampai usia 23,5 tahun
(laki–laki) dan 21,1 tahun (wanita). Setelah itu, tidak lagi akan
terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi
penurunan ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahun.
b) Jenis Kelamin (sex), Dimensi tubuh laki–laki pada umumnya lebih
besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian
tubuh tertentu seperti pinggul dan sebagainya.
c) Suku/Bangsa (ethnic), setiap suku bangsa ataupun kelompok ethnic
akan memiliki karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan
yang lainnya.
d) Posisi Tubuh (posture), sikap (posture atau posisi tubuh akan
berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh sebab itu posisi tubuh
6
standar harus diterapkan untuk survei pengukuran. Dalam kaitan
dengan posisi tubuh dikenal 2 cara pengukuran yaitu :
(1) Pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body dimension)
Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standar tidak
bergerak (tetap tegak sempurna). Istilah lain dari pengukuran
tubuh dengan cara ini adalah “static antropometri”. Dimensi
tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat
badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, ukuran
kepala, tinggi/panjang lutut pada saat berdiri/duduk, panjang
lengan dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan
percentile tertentu seperti 5th dan 95th persentil.
(2) Pengukuran dimensi fungsional tubuh (funcional body
dimensions)
Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada
saat berfungsi melakukan gerakan–gerakan tertentu yang
berkaitan dengan kegiatan yang harus dilakukan. Hal pokok
yang ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional tubuh ini
adalah mendapatkan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan
erat dengan gerakan–gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk
melaksanakan kegiatan–kegiatan tertentu. Cara pengukuran kali
ini dilakukan pada saat tubuh melakukan gerakan-gerakan kerja
atau dalam posisi yang dinamis. Cara pengukuran semacam ini
akan menghasilkan data “dynamic antropometry”. Antropometri
dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang dinamis akan
banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas
ataupun ruang kerja.
Selain faktor–faktor di atas masih ada pula beberapa faktor lain
yang mempengaruhi variabilitas ukuran tubuh manusia seperti :
1,96 X 1,96 X
X
2,5%
95%
2,5%
N(X, X)
2,5-th percentile 97,5-th percentile
7
a) Cacat tubuh, dimana data antropometri ini akan diperlukan untuk
merancangan produk bagi orang–orang cacat (kursi roda,
kaki/tangan palsu, dan sebagainya).
b) Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan, dimana faktor iklim
yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda–beda pula
dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian.
c) Kehamilan (pregnancy), dimana kondisi semacam ini jelas akan
mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khususnya perempuan).
3. Aplikasi Distribusi Normal Dalam Penetapan Data Antropometri.
Data antropometri jelas diperlukan supaya rancangan suatu
produk bisa sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya.
Permasalahan yang akan timbul adalah ukuran ukuran siapakan yang
nantinya akan dipilh sebagai acuan untuk mewakili populasi yang ada?
Mengingat ukuran individu yang berbeda–beda satu dengan populasi
yang menjadi target sasaran produk tesebut.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya problem adanya variasi
ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana kita mampu
merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu sesuai”
(adjustable) dengan suatu rentang ukuran tertentu.
Gambar 2.3. Distribusi Normal dengan Data
Antropometri 95-th Percentile
8
Untuk penetapan data antropometri ini, pemakaian distribusi
normal akan umum diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat
formulasikan berdasarkan harga rata–rata (mean,X ) dan simpangan
standarnya (standa deviation, sX) dari data yang ada. Dari nilai yang ada
maka “percentiles” dapat ditetapkan sesuai dengan tabel probabilitas
distribusi normal. Dengan percentile, maka yang dimaksud disini adalah
suatu nilai yang menunjukan persentase tertentu dari orang yang
memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh 95-th
percentile akan menunjukan 95% populasi akan berada pada atau
dibawah ukuran tersebut; sedangkan 5-th percentile akan menunjukan
5% populasi akan berada pada atau di bawah ukuran itu. Dalam
antropometri ukuran 95-th akan menggambarkan ukuran manusia yang
“terbesar” dan 5-th percentile sebaliknya akan menunjukan ukuran
“terkecil”. Pemakaian nilai–nilai percentile yang umum diaplikasikan
dalam perhitungan data antopometri dapat dijelaskan dalam tabel sebagai
berikut :
Percentile Perhitungan
1-st Χ - 2.325 sX
2.5-th Χ - 1.96 sX
5-th Χ - 1.645 sX
10-th Χ - 1.28 sX
50-th Χ90-th Χ + 1.28 sX
95-th Χ + 1.645 sX
97.5-th Χ + 1.96 sX
99-th Χ + 2.325 sX
Tabel 2.3 Macam Percentile dan Cara
Perhitungan Dalam Distribusi Normal
9
4. Perhitungan Data Antropometri dengan Menggunakan Rumus Persentil
Statistik.
Perhitungan data antropometri dalam menentukan persentil dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus dari statistik, Adapun langkah–
langkah dalam menentukan nilai persentil dalam statistik adalah sebagai
berikut yaitu :
Langkah yang pertama menentukan nilai yang terkecil sampai nilai
yang terbesar dari suatu distribusi kelompok. Nilai tersebut digunakan
untuk menentukan nilai range, adapun rumus dalam menentukan nilai
range adalah :
R = Dmax – Dmin
Dimana : R = Nilai range
Dmax = Data terbesar
Dmin = Data terkecil
Langkah yang kedua yaitu menentukan kelas interval atau biasa
disingkat dengan sebutan kelas, adapun rumus dalam menentukan kelas
adalah sebagai berikut:
K = 1 + 3,3 Log N
Dimana : K = Kelas
N = Jumlah data
Langkah yang ketiga yaitu menentukan nilai interval, adapun
rumus dalam menentukan nilai interval adalah sebagai berikut :
10
I= RK
Langkah yang terakhir yaitu menghitung nilai persentil. Adapun
dalam menentukan nilai persentil yang harus dilakukan terlebih dahulu
yaitu menentukan letak dari nilai LCB, adapun rumus dalam menentukan
letak persentil adalah sebagai berikut:
Pi= (ixN )100
Dimana : Pi = Letak persentil
i = Nilai persentil ke-n
N = Jumlah data
Setelah diketahui letak dari persentil, maka langkah selanjut
menghitung nilai dari persenti, adapun rumus dari nilai persentil adalah
sebagai berikut:
P=LCB+ I [ ( ixN100 )−F−1
fi ]Dimana : P = Nilai persentil
LCB = Lower Class Boundary
F−1 = Nilai komulatif frekuensi sebelum LCB
fi = Nilai frekuensi
Dalam menentukan banyaknya kelas (K) dilakukan secara trial and
error. Diusahakan agar setiap tidak ada yang mempunyai frekuensi nol (0)
Limit kelas (Class Limit)
a) Untuk batas bawah (Lower Class Limit) / LCL diambil dari data
terkecil suatu interval kelas tersebut.
11
b) Untuk batas atas (Upper Class Limit) / UCL diambil dari data terbesar
suatu interval kelas tersebut.
Batas Atas (Class Boundary)
a) Untuk batas kelas bawah (Lower Class Boundary) / LCB
LCB = LCL – ½ skala terkecil
b) Untuk batas kelas atas (Upper Class Boundary) / UCB
UCB = UCL – ½ skala terkecil
Titik Tengah Kelas
a) CM = (LCL + UCL) / 2
Dilanjutkan dengan membuat tabel distribusi frekuensi, dan untuk
mempermudah dalam mencari ukuran tendensi sentral sama dengan data
diskrit tetapi Xi pada data kontiniu diganti dengan titik tengah kelas (CM)
5. Aplikasi Data Antropometri Dalam Perancangan Produk / Fasilitas
Kerja.
Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai
macam anggota tubuh manusia dalam percentiler tertentu akan sangat
besar manfaatnya pada saan perancangan produk ataupun fasilitaas kerja
akan dibuat. Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan
ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip –
prinsip apa yang harus diambil di dalam aplikasi data antropometri
tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti diuraikan berikut ini :
a) Prinsip Perancangan Produk Bagi Individu dengan Ukuran yang
Ekstrim.
Disini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi dua sasaran
produk, yaitu :
12
(1) Bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang mengikuti
klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila
dibandingkan dengan rata–ratanya.
(2) Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain
(mayoritas dari populasi yang ada)
Agar bisa memenuhi kebutuhan pokok tersebut maka ukuran yang
diaplikasikan ditetapkan dengan cara :
(1) Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu
rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai percentile
yang terbesar seperti 95-th percentile.
(2) Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil
berdasarkan nilai percentile yang paling rendah (5-th) dari
distribusi data antropometri yang ada.
Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan produk
ataupun fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5-th percentile untuk
dimensi maksimum dan 95-th untuk dimensi minimumnya
b) Prinsip Perancangan Produk yang Bisa Dioprasikan di Antara Rentang
Ukuran Tertentu.
Disini rancangan bisa dirubah–rubah ukurannya sehingga
cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai
macam ukuran tubuh. Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan
yang fleksibel, semacam ini maka data antropometri yang umum
diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th sampai dengan 95-th
percentile.
c) Prinsip Perancangan Produk dengan Ukuran Rata–Rata
Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata–rata
ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini justru
13
sedikit sekali mereka yang berbeda dalam ukuran rata–rata. Berkaitan
dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses
perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa
rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah–langkah
sebagai berikut :
(1) Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh
yang mana nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan
rancangan tersebut.
(2) Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam perancangan
tersebut.
(3) Tentuka populasi terbesar yang harus di antisipasi,
diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan
produk tersebut.
(4) Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah
rancangan tersebut untuk individual yang ekstrim, rentang ukuran
yang fleksibel, ataukah ukuran rata–rata.
(5) Pilihlah persentase populasi yang harus diikuti ; 5%, 50% 95%
(6) Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan
selanjutnya tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri
yang sesuai.
Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri
untuk bisa diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk atau pun
fasilitas kerja, maka gambar berikut akan memberika informasi
tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur.
14
Gambar 2.5.3.2 Data Antropometri Kepala
Keterangan :
(1) Panjang Kepala.
(2) Lebar kepala.
(3) Diameter maksimum dari dagu.
(4) Dagu kepuncak kepala.
(5) Telinga kepuncak kepala.
(6) Telinga kebelakang kepala.
(7) Antara dua telinga.
(8) Mata kepuncak kepala.
(9) Mata kebelakang kepala.
(10)Antara dua pupil kepala.
(11)Hidung kepuncak kepala.
(12)Hidung kebelakang kepala.
(13)Mulut kepuncak kepala.
(14)Lebar mulut.
Gambar 2.5.3.3 Data antropometri yang diperlukan
Keterangan :
(1) Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung
kepala).
15
(2) Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
(3) Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
(4) Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
(5) Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri
tegak (dalam gambar tidak ditunjukan).
(6) Tinggi tubuh dalam posisi duduk (dukur dari atas tempat
duduk/pantat sampai dengan kepala).
(7) Tinggi mata dalam posisi duduk.
(8) Tinggi bahu dalam posisi duduk.
(9) Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
(10)Tebal atau lebar paha.
(11)Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut.
(12)Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan bagian
belakang dari lutut/betis.
(13)Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun
duduk.
(14)Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai
dengan paha.
(15)Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk).
(16)Lebar pinggul/pantat.
(17)Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak
ditunjukan pada gambar).
(18)Lebar perut
(19)Panjang siku yang diukur dari siku smpai dengan ujung jari–jari
dalam posisi siku tegak lurus.
(20)Lebar kepala.
(1) Panjang tangan diukur dari pergelangan tangan sampai dengan
ujung jari.
(2) Lebar telapak tangan.
(3) Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar–lebar
kesamping kiri–kanan (tidak ditunjukan dalam gambar).
16
(4) Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari
lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas
(vertikal).
(5) Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur
seperti halnya no 24 tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukan
dalam gambar).
(6) Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu
sampai ujung jari tangan.
Data antropometri dibuat sesuai dengan ukuran tubuh laki–laki
dan perempuan, harga rata–rata (Χ ), standar deviasi (sX) serta
percentile tertentu (5-th, 50-th dan 95-th).
B. Perundang – Undangan
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan
sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan
proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan
setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekuensi meningkatkan
intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di
lingkungan kerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih
tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk
maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan
pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No. 14 tahun
17
1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya
mengalami perubahan menjadi UU No. 12 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap
pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah
peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja
sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl
No. 406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan
dan perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja,
baik di darat, di dalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara,
yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Undang-Undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan
kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan bahan, barang produk teknis dan aparat produksi yang
mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
BAB III
HASIL
A. Gambar Alat, Cara Kerja, dan Prosedur Pengukuran
1. Gambar Alat
Gambar Keterangan
a. Antropometer set 1) Angka-angka penunjuk hasil
Fungsi : menunjukkan hasil pengukuran.
2) Statis
Fungsi : menyangga alat agar tetap tegak.
3) Tempat menggabungkan sliding
capiler
Fungsi alat : untuk mengukur bagian-bagian tubuh baik dalam posisi berdiri maupun duduk.
b. Pengukur diameter kepala Fungsi : mengukur diameter kepala.
c. Jangka sorong Fungsi : mengukur ketebalan obyek yang akan diukur.
18
19
d. Meteran gulung Fungsi : Untuk mengukur lingkar kepala, panjang, lebar dan tinggi kursi dan meja, dll.
e. Busur Fungsi : mengukur sudut sandaran kursi.
f. Meja dan kursi Fungsi : sebagai obyek pengukuran atau untuk peralatan kerja.
2. Cara Kerja
a) Antropometer set
1) Pasang antropometer pada bagian tubuh probandus yang akan
diukur pada posisi berdiri maupun duduk.
2) Lalu lihat angka pada skala yang tertera pada antropometer.
Ketentuan yang berlaku apabila dalam pengukuran
menggunakan bagian luar stik dan dalam stik dari antropometer
maka skala yang dibaca di dalam kotak bagian atas, apabila
menggunakan bagian dalam stik dan dalam stik dari
antropometer maka baca skala bagian bawah, dan apabila
menggunakan bagian luar dan luar dari antropometer maka skala
yang dibaca bagian atas ditambah 1 cm.
3) Kemudian catat hasil yang sudah dibaca tadi.
b) Pengukur diameter kepala.
20
1) Putar mur yang ada pada pegangan alat agar bisa disesuaikan
dengan kepala probandus yang akan di ukur.
2) Pasang pada kepala untuk mengukur diameternya.
3) Lalu kencangkan alat hingga hasil pengukuran akurat.
4) Kemudian catat hasilnya.
c) Jangka sorong
1) Pasang jangka sorong ke obyek yang diukur.
2) Kencangkan alat agar ukuran tidak berubah.
3) Lihat dan catat hasil pengukuran.
d) Busur
1) Letakkan busur di sudut kemiringan pada sandaran kursi.
2) Lihat berapa besarnya derajat kemiringan.
3) Kemudian catat hasilnya.
3. Prosedur Pengukuran
a) Desain Antropometri Statis Berdiri
1) Probandus siap.
2) Probandus dalam keadaan berdiri tegak dan menghadap lurus
ke depan.
3) Pengukuran yang dilakukan antara lain : Gidan, Gihu, Giku,
Gigul, Barhu, Bargul, Panleng, PL. Bawah, PL. Atas, Panpa,
Jangtas, Ling. Kpl, dan Dia. Kpl.
b) Desain Antropometri Duduk
1) Probandus siap.
2) Probandus dalam posisi duduk dan tegap.
3) Pengukuran yang dilakukan meliputi : Giduk, Gikuduk,
Gikulduk, Gitutduk, Pangkaitas, Pangkaiwah, dan Gibaduk.
c) Pengukuran kursi :
1) Tinggi kursi dari lantai sampai dengan permukaan atas bagian
depan alas duduk.
21
2) Panjang alas kursi pertemuan garis proyeksi permukaan depan
sandaran duduk sampai dengan permukaan alas duduk .
3) Lebar kursi diukur pada garis tengah alas duduk melintang.
4) Sandaran punggung diukur lebar dan panjang.
5) Sandaran tangan diukur panjang ,lebar dan tingginya.
6) Sudut alas duduk.
B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan
1. Hasil Pengukuran Postur Tubuh
Nama : Moh. Dedy Nurwahid Umur : 19 tahunJenis Kelamin : Laki-laki
a. Posisi Berdiri
Tinggi Badan 171,6 cm
Tinggi Bahu 146 cm
Tinggi Siku 109,1 cm
Tinggi Pinggul 100 cm
Lebar Bahu 45 cm
Lebar Pinggul 32,2 cm
Panjang Lengan 78,2 cm
Panjang Lengan Bawah 42,2 cm
Panjang Lengan Atas 36 cm
Panjang Depa 183 cm
Jangkauan Atas 215 cm
b. Antropometri Kepala
Panjang Kepala 16,1 cm
Lebar Kepala 15,5 cm
c. Posisi Duduk
22
Tinggi Duduk 87,3 cm
Tinggi Siku Duduk 21,8 cm
Tinggi Pinggul Duduk 18,1 cm
Tinggi Lutut Duduk 51,5 cm
Panjang Tungkai Atas 59 cm
Panjang Tungkai Bawah 45,4 cm
Tinggi Bahu Duduk 59,1 cm
2. Hasil Pengukuran Peralatan Kerja
a. Meja
Panjang Meja 105,5 cm
Lebar Meja 68,8 cm
Tinggi Meja 74,5 cm
Tebal Meja 1,3 cm
b. Kursi
Tinggi Kursi 45,5 cm
Lebar Kursi 50 cm
Panjang Kursi 47 cm
Tinggi Sandaran Tangan 69,2 cm
Sudut Sandaran Punggung 116°
Tinggi Sandaran Kaki 14,5 cm
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kesesuaian Tempat Duduk
Kriteria :
Probandus dengan sikap duduk mendapatkan sikap yang mantap dan
memberikan relaksasi otot, dan tidak mengalami penekanan-penekanan pada
bagian tubuh yang mengganggu sirkulasi darah dan sensitifitas bagian tubuh.
1. Tinggi Tempat Duduk
Dari lantai sampai dengan permukaan atas bagian depan alas duduk.
Kriteria : harus lebih pendek dari panjang lekuk lutut s/d telapak kaki.
Usulan : 40-48 cm
Hasil : Sudah sesuai dengan ukuran tinggi lutut duduk probandus.
Karena tinggi lutut duduk probandus adalah 51,50 cm. Sehingga
sesuai dengan kriteria bahwa tinggi tempat duduk lebih pendek
dari tinggi lutut probandus.
2. Panjang Alas Duduk
Pertemuan garis proyeksi permukaan daepan sandaran duduk sampai
dengan alas duduk.
Kriteria : lebih pendek dari lekuk lutut sampai dengan garis punggung.
Usulan : 40-48 cm
Hasil : Sudah sesuai dengan ukuran antropometri panjang tungkai atas
probandus. Karena panjang tungkai atas probandus adalah 59 cm.
Sehingga dari percobaan panjang alas duduk lebih pendek dari
lekuk lutut sampai dengan garis punggung probandus.
3. Lebar Tempat Duduk
Diukur pada garis tengah alas duduk melintang.
Kriteria : harus lebih lebar dari lebar pinggul.
Usulan : 40-45 cm
23
24
Hasil : Sudah sesuai dengan ukuran antropometri lebar pinggul probandus,
karena lebar pinggul probandus adalah 32,2 cm. Karena dalam
perancangan desain kursi nanti antara 40-45, probandus akan tetap
merasa nyaman karena sudah diiperhitungkan nilai kelonggaran.
4. Tinggi Sandaran Tangan
Diukur panjang, lebar dan tinggi
Kriteria :
a. Jarak tepi dalam kedua sandaran tangan lebih lebar dari lebar pinggul
dan tidak melebihi lebar bahu.
b. Tinggi sandaran tangan adalah setinggi siku.
Usulan :
a. 30-35 cm
b. 19,50 cm dari alas duduk
Hasil :
a. Sesuai dengan ukuran antropometri lebar bahu probandus. Karena lebar
bahu probandus adalah 45 cm, dan dalam desain seharusnya tidak
melebihi lebar bahu, karena lebar kursi adalah 47 cm.
b. Sudah sesuai dengan ukuran antropometri tinggi siku duduk probandus.
Karena tinggi siku duduk probandus adalah 21,8 cm.
5. Sudut Sandaran Punggung
Usulan : 101o
Hasil : Belum sesuai dengan hasil pengukuran yaitu 116° mungkin
dikarenakan kurang ketelitian saat melakukan pengukuran.
6. Tinggi Sandaran Kaki
Usulan : 20 cm
Hasil : Tidak sesuai karena tinggi kursi 45,50 cm jadi untuk sandaran
kaki 15 cm kurang tinggi.
B. Kesesuaian Meja
Kriteria :
Sesuai dengan antropometri tubuh probandus dan jenis pekerjaan.
25
1. Panjang Meja
Usulan : 105 cm
Hasil : Panjang meja sudah sesuai dengan panjang lengan probandus.
Karena sudah melebihi panjang lengan probandus, yaitu 78,20 cm.
Sehingga probandus tidak perlu melakukan gerakan paksa untuk
menjangkau sesuatu di area kerja.
2. Lebar Meja
Diukur dari probandus dari arah depan.
Usulan : 60-80 cm
Hasil : Sudah sesuai dengan ukuran panjang kenga probandus yaitu 78,20
cm.
3. Tinggi Meja
Usulan : 101 cm
Hasil : Belum sesuai dengan ukuran antropometri tinggi siku probandus.
Karena tinggi siku probandus adalah 109,1 cm. Sedangkan tinggi
meja hasil pengukuran terlalu rendah 74,5 cm. Sehingga perlunya
pembenahan meja menyesuaikan tinggi probandus.
4. Tebal Meja
Kriteria :
a. Dapat memberikan gerakan bebas pada kaki.
b. Terbuat dari bahan yang keras dan tidak mudah patah.
Hasil : Sudah sesuai dengan ukuran antropometri probandus dan sudah
ergonomis. Bahanya juga terbuat dari bahan yang keras dan tidak
mudah patah.
C. Kegunaan Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri dalam bidang K3 digunakan sebagai
pendukung prinsip perancangan fasilitas. Prinsip perancangan fasilitas
berdasarkan individu ekstrim (minimum atau maksimum). Prinsip ini
digunakan apabila kita mengharapkan agar fasilitas yang akan di rancang
26
tersebut dapat di pakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar orang-
orang yang akan memakainya. Contohnya: Ketinggian kontrol maksimum
digunakan tinggi jangkauan keatas dari orang pendek, ketinggian pintu di
sesuaikan dengan orang yang tinggi dan lain-lain.
Prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Prinsip digunakan
untuk merancang suatu fasilitas agar fasilitas tersebut dapat menampung atau
bisa dipakai dengan enak dan nyaman oleh semua orang yang mungkin
memerlukannya.Biasanya rancangan ini memerlukan biaya lebih mahal tetapi
memiliki fungsi yang lebih tinggi. Contohnya: Kursi kemudi yang bisa di atur
maju-mundur dan kemiringan sandarannya, tinggi kursi sekretaris atau tinggi
permukaan mejanya. Prinsip perancangan fasilitas berdasarkan harga rata rata
para pemakainya. Prinsip ini hanya di gunakan apabila perancangan
berdasarkan harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan dan tidak layak jika
menggunakan prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Prinsip
berdasarkan harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan bila lebih banyak rugi
dari pada untungnya, ini berarti hanya sebagian kecil dari orang-orang yang
merasa enak dan nyaman ketika menggunakan fasilitas tersebut.
Kenyataan menunjukan bahwa pengukuran kursi yang digunakan
dalam praktikum ini termasuk rancangan kursi yang ergonomis dan sesuai
dengan ukuran rata-rata orang Indonesia dengan tipe pekerjaan sebagai
mahasiswa maupun dosen. Akan tetapi kursi ini memiliki kelemahan yaitu
dengan adanya penahan siku (landasan), maka untuk orang yang memiliki
tinggi diatas 175 cm sedikit kurang nyamaan karena harus menekuk bagian
kaki. Selain itu untuk orang yang memiliki berat badan berlebih (gemuk)
kurang baik karena ukuran kursi terlalu kecil sehingga dapat mengakibatkan
terjepit, keram pantat, sakit pinggang dsb. Karena sebenarnya desain kursi ini
diperuntukkan untuk ukuran ideal orang Indonesia yang berprofesi sebagai
Mahasiswa.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Meskipun operator yang sehat sudah diseleksi secara ketat dan
diharapkan akan mampu beradaptasi dengan situasi lingkungan fisik
kerja yang bervariasi dalam hal temperatur, kelembaban, getaran,
kebisisngan dan lain–lain; akan tetapi stress akibat kondisi lingkungan
fisik kerja akan terus berakumulasi dan secara tiba–tiba bisa
menyebabkan hal yang fatal. Adanya lingkungan fisik kerja yang bising,
panas bergetar atau atmosfir yang tercemar akan memberikan danpak
negatif terhadap performans maupun moral/motivasi kerja operator.
2. Perancangan tempat kerja pada dasarnya merupakan suatu aplikasi data
antropometri, tetapi masih memerlukan dimensi fungsional yang tidak
terdapat pada data statis. Misalnya gerakan menjangkau, mengambil
sesuatu, mengoperasikan suatu alat adalah hal yang sukar untuk
didefinisikan.
B. Saran
Yang penulis sarankan pada praktikum kali ini yaitu adalah sebuah
himbuan agar praktikan pada saat melakukan praktikum ini benar-benar
memperhatikan ketelitian. Karena untuk mendapatkan hasil yang maksimal
diperlukan ketelitian pada saat melakukan pengukuran.
27
DAFTAR PUSTAKA
Bintoro, Ayub. 2012. Ergonomi Antropometri. http:// Gardu Ilmu Ergonomi
Antropometri.html.(23 April 2014)
Sjarifah, Ipop, dkk. Buku Pedoman Praktikum Semester II “Ergonomi 1”. 2013.
Surakarta : D4 K3 FK UNS.
Suma’mur, P.K., (1996). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. CV.
Hajimasagung. Jakarta.
Galer, I.A.R. 1989. Applied Ergonomics Handbook, Butterworths, London.
Mc. Cormick & Ernest J. 1993. Human Factors in Engineering and Design. New York. Mc Graw Hill.
Niebel,B.W.and Freivalds, A. 1999. Methods, Standards and Work Design, 9th Ed. New York : Mc Graw-Hill.
Laboratorium Perancangan Sistem Kerja & Ergonomi. 1994. Lokakarya I-III Methods Engineering . ITB : Teknik Industtri.
Roebuck, John. 1995. Anthropometric Methods : Designing to Fit the Human Body, Human Factors and Ergonomics Society.
Sutalaksana, Iftikar Z. 1979. Teknik Tata Cara Kerj. MTI-ITB.
Laboratory of Eastman Kodak Co. 1983. Antropometric Methods: The Human Factor Section Health, Safety & Human Factors, Ergonomic Design for People at Work. Vol.I. California : Lifetime Learning Publications.
Water, Thomas. 1994. Applications Manual for the Revised NIOSH Lifting Equation.
Nurmianto, Eko. 1991. Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Surabaya : Prima Printing.
28
LAMPIRAN
29