Post on 04-Dec-2015
description
LABORATORIUM TEKNIK KIMIA
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015
MODUL : Pengadukan dan Pencampuran (Mixing)
PEMBIMBING : Emma Hermawati, Ir., MT
Oleh
Kelompok : VII
Nama : 1. Nisa Mardiyah 131424018
2.Wynne Raphaela 131424027
Kelas : 2A Teknik Kimia Produksi Bersih
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015
Praktikum : 06 Maret 2015Penyerahan : 13 Maret 2015(Laporan)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPengadukan (agitation) adalah pemberian gerakan tertentu sehingga menimbulkan reduksi
gerakan pada bahan, biasanya terjadi pada suatu tempat seperti bejana. Gerakan hasil
reduksi tersebut mempunyai pola sirkulasi. Akibat yang ditimbulkan dari operasi
pengadukan adalah terjadinya pencampuran (mixing) dari satu ayang atau lebih
komponen yang teraduk. Ada beberapa tujuan yang ingin diperoleh dari komponen yang
dicampurkan, yaitu membuat suspense, blending, disperse, dan mendorong terjadinya
transfer panas dari bahan ke dinding tangki.
Pada industry kimia seperti proses katalitik dari hidrogenasi, pengadukan mempunyai
beberapa tujuan sekaligus. Pada bejana hidrogenasi gas hydrogen disebarkan melewati
fasa cair dimana partikel padat dari katalis tersuspensi. Pengadukan juga dimaksudkan
untuk menyebarkan panas dari reaksi yang dipindahkan melalui cooling coil dan jaket.
Contoh lain pemakaian operasi pengadukan dalam industry adalah pencampuran pulp
dalam air untuk memperoleh larutan pulp. Larutan pulp yang sudah cukup homogeny
disebarkan ke mesin pembuat kertas menjadi lembaran kertas setelah filtrasi vakum dan
dikeringkan.
1.2 Tujuan
Menggambarkan pola aliran yang dibentuk oleh pengaduk dalam tangki
Menggambarkan pola aliran dalam berbagai kecepatan putaran pengaduk
Membjuat grafik bilangan Reynolds terhadap waktu yang diperlukan dalam pencampuran
sampai homogeny
Menentukan daerah rezim aliran dalam operasi pengadukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pengadukan dan Pencampuran
Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan dari bahan yang
diaduk seperti molekul- molekul, zat-zat yang bergerak atau komponennya menyebar
(terdispersi). Pencampuran adalah operasi yang menyebabkan tersebarnya secara acak suatu
bahan ke bahan yang lain dimana bahan-bahan tersebut terpisah dalam dua fasa atau
lebih. Pemilihan pengaduk yang tepat menjadi salah satu faktor penting dalam menghasilkan proses dan
pencampuran yang efektif. Pengaduk jenis baling-baling (propeller) dengan aliran aksial dan pengaduk
jenis turbin dengan aliran radial menjadi pilihan yang lazim dalam pengadukan dan pencampuran.
2.2 Bejana
Syarat tertentu bejana:
1. Biasanya bagian bawahnya (bottomend) berbentuk melengkung (bulat/lonjong)
untuk mencegah penumpukan disudut bejana (staghnasi), sehingga pengadukan
terjadi dengan sempurna.
2. Diameter bejana hampir sama dengan tinggi permukaan fluida. (h ≈ d)
3. Harus mempunyai ruang kosong yang tidak dipenuhi oleh fluida, hal ini untuk
mengatasi pergolakan fluida akibat adukan, khususnya untuk fluida yang cenderung
fuming (berbusa) bila diaduk. h = 2/3 ht atau h = 3/4 ht
4. Bahan bejana terbuat dari bahan inert dan cukup kuat.
2.3 Jenis-jenis Pengaduk
Secara umum, terdapat tiga jenis pengaduk yang biasa digunakan secara umum, yaitu
pengaduk baling – baling, pengaduk turbin, dan pengaduk dayung.
2.3.1 Pengaduk jenis baling-baling (propeller)
Ada beberapa jenis pengaduk yang biasa digunakan. Salah satunya adalah baling-
baling berdaun tiga.
Gambar 6
Baling-baling ini digunakan pada kecepatan berkisar antara 400 hingga 1750 rpm
(revolutions per minute) dan digunakan untuk cairan dengan viskositas rendah.
2.3.2 Pengaduk Dayung (Paddle)
Berbagai jenis pengaduk dayung biasanya digunakan pada kesepatan rendah
diantaranya 20 hingga 200 rpm. Dayung datar berdaun dua atau empat biasa digunakan dalam
sebuah proses pengadukan. Panjang total dari pengadukan dayung biasanya 60 - 80% dari
diameter tangki dan lebar dari daunnya 1/6 - 1/10 dari panjangnya.
Gambar 7
Pengaduk dayung menjadi tidak efektif untuk suspensi padatan, karena aliran radial
bisa terbentuk namun aliran aksial dan vertikal menjadi kecil. Sebuah dayung jangkar atau
pagar, yang terlihat pada gambar 6 biasa digunakan dalam pengadukan. Jenis ini menyapu
dan mengeruk dinding tangki dan kadang-kadang bagian bawah tangki. Jenis ini digunakan
pada cairan kental dimana endapan pada dinding dapat terbentuk dan juga digunakan untuk
meningkatkan transfer panas dari dan ke dinding tangki. Bagaimanapun jenis ini adalah
pencampuran yang buruk. Pengaduk dayung sering digunakan untuk proses pembuatan pasn
kanji, cat, bahan perekat dan kosmetik.
2.3.3 Pengaduk Turbin
Pengaduk turbin adalah pengaduk dayung yang memiliki banyak daun pengaduk dan
berukuran lebih pendek, digunakan pada kecepatan tinggi untuk cairan dengan rentang
kekentalan yang sangat luas. Diameter dari sebuah turbin biasanya antara 30 - 50% dari
diamter tangki. Turbin biasanya memiliki empat atau enam daun pengaduk. Turbin dengan
daun yang datar memberikan aliran yang radial. Jenis ini juga berguna untuk dispersi gas
yang baik, gas akan dialirkan dari bagian bawah pengadukdan akan menuju ke bagian daun
pengaduk lalu tepotong-potong menjadi gelembung gas.
Gambar 8
Pada turbin dengan daun yang dibuat miring sebesar 45o, seperti yang terlihat pada
gambar 8, beberapa aliran aksial akan terbentuk sehingga sebuah kombinasi dari aliran aksial
dan radial akan terbentuk. Jenis ini berguna dalam suspensi padatan kerena aliran langsung ke
bawah dan akan menyapu padatan ke atas. Terkadang sebuah turbin dengan hanya empat
daun miring digunakan dalam suspensi padat. Pengaduk dengan aliran aksial menghasilkan
pergerakan fluida yang lebih besar dan pencampuran per satuan daya dan sangat berguna
dalam suspensi padatan.
2.4 Kebutuhan Daya Pengaduk
2.4.1 Bilangan Reynold
Bilangan tak berdimensi yang menyatakan perbandingan antara gaya inersia dan gaya
viskos yang terjadi pada fluida. Sistem pengadukan yang terjadi bisa diketahui bilangan
Reynold-nya dengan menggunakan persamaan 3.
dimana :
Re = Bilangan Reynold
ρ = densitas fluida
µ = viskositas fluida
Dalam sistem pengadukan terdapat 3 jenis bentuk aliran yaitu laminer, transisi dan
turbulen. Bentuk aliran laminer terjadi pada bilangan Reynold hingga 10, sedangkan turbulen
terjadi pada bilangan Reynold 10 hingga 104 dan transisi berada diantara keduanya.
2.5 Laju dan Waktu Pencampuran
Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga diperoleh
keadaan yang homogen untuk menghasilkan campuran atau produk dengan kualitas yang
telah ditentukan. Sedangkan laju pencampuran (rate of mixing) adalah laju dimana proses
pencampuran berlangsung hingga mencapai kondisi akhir.
Pada operasi pencampuran dalam tangki berpengaduk, waktu pencampuran ini
dipengaruhi oleh beberapa hal :
1. Yang berkaitan dengan alat, seperti :
Ada tidaknya baffle atau cruciform vaffle
Bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propele, padel)
Ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
Laju putaran pengaduk
Kedudukan pengaduk pada tangki, seperti :
a. Jarak pengaduk terhadap dasar tangki
b. Pola pemasangan :
- Center, vertikal
- Off center, vertical
- Miring (inclined) dari atas
- Horisontal
Jumlah daun pengaduk
Jumlah pengaduk yang terpasang pada poros pengaduk
2. Yang berhubungan dengan cairan yang diaduk :
Perbandingan kerapatan atau densitas cairan yang diaduk
Perbandingan viskositas cairan yang diaduk
Jumlah kedua cairan yang diaduk
Jenis cairan yang diaduk (miscible, immiscible)
Faktor-faktor tersebut dapat dijadikan variabel yang dapat dimanipulasi untuk mengamati
pengaruh setiap faktor terhadap karakteristik pengadukan, terutama tehadap waktu
pencampuran.
Waktu pencampuran secara umum, diberikan oleh Norwood dan Metzner adalah :
f t=tT (nD
a2 )
2/3 g1/6
H1/2 Dt
=ntT [ DaDt
]2[ Dt
H ]1/2
[ gn2Da
]1/6
...........................(1)
Untuk pengaduk propeler,
f t=tT (nD
a2 )
2/3 g1/6
H1/2 Dt
=ntT [ DaDt
]3/2
[ DtH ]
1 /2
[ gn2 Da
]1/6
...............................(2)
Dimana :
Da = Diameter pengaduk (m) Dt = Diameter tangki (m)
H = Tinggi tangki (m) ntT = Mixing time faktor
g = Percepatan grafitasi (m/dt2) n = Kecepatan putar (rpm)
ft = Blending time factor
Mixing time faktor dapat diperkirakan dari gambar grafik dibawah
BAB III
PERCOBAAN
3.1. Susunan Alat dan Bahan yang Dipergunakan
Peralatan Penunjang
Stopwatch
Viscometer
Areometer
Termometer
Gelas Kimia 250, 1000 ml
Gelas Ukur 50 ml
Bahan
Tepung Kanji
Aquadest
NaOH 2M
Indikator PP
Kacang hijau
H2SO4 2 M
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Pola Aliran dari Pengadukan
3.2.2. Waktu Pengadukan
BAB IV
Memasukkan ± 15 liter air kedalam bejana/ tangki
a.
Memasukkan kacang hijau secukupnya (sedikit) dalam tangki
b. Menyalakan pengaduk dengan kecepatan putar pada skala 1
c.
Menggambar pola aliran yang terjadi dalam tangki
d. Menguangi langkah c dan d untuk kecepatan putaran lain sebanyak 7 variasi
e.
a. Menimbang 500 gram tepung kanji, kemudian
melarutkan dalam 2 liter air panas/mendidih ke dalam
ember.
b. Memasukkan ± 15 liter air ke dalam ember yang telah
berisi larutan kanji.
c. Menyaring larutan kanji dan menambahkan indikator
pp 5 ml.
d. Menentukan massa jenis (ρ), suhu (T) dan viscositas
larutan (μ.)
e. Menambahkan 30 ml NaOH 2M dan mengatur
kecepatan motor bersamaan dengan pengaduk pada 80
rpm.
f. Mencatat waktu bila perubahan campuran telah
merata.
g. Menetralkan campuran dengan menambahkan 30 ml
larutan H2SO4 2 M dan bersamaan dengan start stopwatch dihidupkan,
mencatat waktu penetralan.
h. Setelah itu menentukan harga massa jenis (ρ), suhu
(T) dan viscositas larutan (μ).
i. Mengulangi percobaan a-h dengan kecepatan
pengadukan 100, 120, 140, 160 rpm.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
4.1.1 Data peralatan
Pola Aliran Hasil Pengadukan
Diameter Tangki (Dt) = 30 cm = 0.3 m
Tinggi tangki = 90 cm = 0.9 m
Diameter Pengaduk (Da) = 20 cm = 0.2 m
Massa piknometer kosong (A) = 18.61 gr
RPM Pola Aliran (Tampak Atas) Pola Aliran (Tampak Samping)
128.60
124.46
115.30
4.2 Tabel Data Kalibrasi rpm
Skala Rpm
1,0 128.60
2,0 124.46
3,0 115.30
4,0 111.30
5,0 109.63
6,0 101.62
7,0 95.43
4.3 Tabel Data Pengamatan
RPMT, ρ, μ (Setelah
penambahan PP)t1
T, ρ, μ (Setelah
Penambahan
H2SO4)
t2
0
T= 25OC
ρ= gr/mlμ= 2.8 cp
0
T= 25OC
ρ= gr/mlμ= 2.8 cp
0
80
T= 25OC
ρ= 1.0196 gr/mlμ= 4,4 cp 60 S
T= 25OC
ρ= 1.020 gr/mlμ= 1.2 cp
185 s
100 T= 26 OC 55 s T= 25OC 82 s
ρ= 1.0148 gr/mlμ= 2.0 cp ρ= 1.0156 gr/ml
μ= 1.2 cp
120
T= 26OC
ρ= 1.0152 gr/mlμ= 3.2 cp 40 s
T= 25OC
ρ= 1.0164 gr/mlμ= 1.6 cp
13 s
140
T= 25OC
ρ= 1.0156 gr/mlμ= 1.6 cp 37 s
T= 25OC
ρ= 1.016 gr/mlμ= 1.6 cp
14 s
160
T= 25OC
ρ= 1.0160 gr/mlμ= 1.6 cp 46 s
T= 25OC
ρ= 1.0156 gr/mlμ= 2.4 cp
10 s
Keterangan :
t1 = Waktu pencampuran setelah ditambahkan NaOH
t2 = Waktu pencampuran setelah ditambahkan H2SO4
BAB IV
KESELAMATAN KERJA
a. NaOH dan H2SO4 bersifat korosif dan dapat mengiritasi. Apabila mengenai kulit
dapat menyebabkan luka dan bila terhisap dapat mengganggu pernapasan.
b. Gunakan jas praktikum, sarung tangan, masker yang dapat melindungi dari bahan
kimia.
c. Apabila terkena bahan tersebut harus segera dicuci dengan air sampai bersih.
d. Perhatikan MSDS, MSDS terlampir.
BAB V
PENGOLAHAN DATA
5.1. Perhitungan
a. Reynold Number (Nre = D2 Nρμ
) pengaduk
Kecepatan Putar (rpm)Reynold Number (NRe)
t 1 t 2
80 12358,78 45333,33
100 33836,67 56422,22
120 25380 50820
140 59243,33 59266,67
160 67733,33 45137,78
Keterangan :
t1 = Waktu pencampuran setelah ditambahkan NaOH
t2 = Waktu pencampuran setelah ditambahkan H2SO4
b. Menghitung waktu pengadukan dengan menggunakan grafik
Kecepatan
Putar (rpm)
Reynold Number (NRe) Mixing Time Factor (ntT)
t1 t2 t1 t2
80 104,1 104,65 102,14 = 138 102,13 = 134,89
100 104,53 104,75102,14 = 138 102,13 = 134,89
120 104,4 104,7102,14 = 138 102,13 = 134,89
140 104,77 104,77102,14 = 138 102,1 3= 134,89
160 103,82 104,65102,14 = 138 102,13 = 134,89
Keterangan :
t1 = Waktu pencampuran setelah ditambahkan NaOH
t2 = Waktu pencampuran setelah ditambahkan H2SO4
c. Blending time dengan pers 2
f t=tT (nD
a2 )
2/3 g1/6
H1/2 Dt
=ntT [ DaDt
]3/2[ Dt
H ]1 /2
[ gn2 Da
]1/6
Kecepatan Putar (rpm)Blending Time (ft)
t1 t2
80 19,25 18,81
100 17,87 17,47
120 16,82 16,44
140 15,98 15,61
160 15,28 14,93
Keterangan :
t1 = Waktu pencampuran setelah ditambahkan NaOH
t2 = Waktu pencampuran setelah ditambahkan H2SO4
5.2. Grafik Hasil Percobaan
a. Mengalurkan waktu pengadukan terhadap Reynold Number untuk t1 dan t2
Kecepatan
Putar (rpm)t 1 (s) t 2 (s)
Reynold Number (NRe)
t 1 t 2
80 60 185 12358,78 45333,33
100 55 82 33836,67 56422,22
120 40 13 25380 50820
140 37 14 59243,33 59266,67
160 46 10 67733,33 45137,78
Keterangan :
t1 = Waktu pencampuran setelah ditambahkan NaOH
t2 = Waktu pencampuran setelah ditambahkan H2SO4
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 800000
10
20
30
40
50
60
70
Grafik waktu pengadukan terhadap NRe pada t1
Reynold Number
wak
tu p
enga
duka
n (a
ekon
)
40000 42000 44000 46000 48000 50000 52000 54000 56000 58000 6000010
60
110
160
210
Grafik waktu pengadukan terhadap NRe pada t2
Reynold Number
Wak
tu p
enga
duka
n (s
ekon
)
b. Mengalurkan blending time terhadap Reynold Number untuk t1 dan t2
Kecepatan
Putar (rpm)
Reynold Number (NRe) Blending Time (ft)
t1 t2 t1 t2
80 12358,78 45333,33 19,25 18,81
100 33836,67 56422,22 17,87 17,47
120 25380 50820 16,82 16,44
140 59243,33 59266,67 15,98 15,61
160 67733,33 45137,78 15,28 14,93
Keterangan :
t1 = Waktu pencampuran setelah ditambahkan NaOH
t2 = Waktu pencampuran setelah ditambahkan H2SO4
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 800000
5
10
15
20
25
Grafik Blending Time terhadap Nre pada t1
Reynold Number
Blen
ding
tim
e (m
enit)
40000 42000 44000 46000 48000 50000 52000 54000 56000 58000 6000014
15
16
17
18
19
Grafik Blending Time terhadap Nre pada t2
Reynold Number
Blen
ding
tim
e (m
enit)
5.3. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan percobaan pencampuran dan pengadukan. Tujuan
dari praktikum ini adalah dapat mengetahui pola aliran yang dibentuk oleh pengaduk dalam
tangki, mengetahui pola aliran dalam berbagai kecepatan putar pengaduk, menentukan rezim
aliran dalam operasi pengadukan, dan mengetahui hubungan Nre terhadap homogenitas
pencampuran selama pengadukan.
Hal yang pertama dilakukan adalah kalibrasi kecepatan putar pengaduk
berdasarkan skala yang digunakan menggunakan tachometer. Pada kalibrasi rpm, diketahui
bahwa semakin besar skala pengaduk rpm yang dihasilkan semakin kecil.
Selanjutnya mengidentifikasi pola aliran pengaduk dengan menambahkan kacang
hijau ke dalam tangki.Pada praktikum dilakukan variasi putaran dari skala 1 hingga skala 7
atau dari 128,60 rpm hingga 95,43 rpm jika diukur dengan tachometer. Dari pengamatan
visual diketahui pola aliran adalah berputar sesuai arah jarum jam dan tidak menghasilkan
turbulensi. Selain itu, semakin besar skala putar yang diberikan maka putaran pada air dalam
tangki semakin lambat. Seluruh pola aliran yang terjadi pada masing-masing variasi adalah
anular atau pola aliran yang membentuk lingkaran. Berdasarkan literatur pola aliran anular
terbentuk karena menggunakan marinne propeller begitu juga pada saat praktikum dapat
terbukti bahwa pengaduk marinne propeller dapat menyebabkan pola aliran anular.
Setelah itu dilakukan pencampuran tepung kanji sebanyak 500gram yang
dilarutkan dalam 17 liter air. Tepung kanji dimasukkan dalam tangki,lalu ditambahkan
indicator pp sebagai indicator perubahan warna bila ditambahkan basa dan asam.
Percobaan dilakukan dalam lima variasi kecepatan putar pengaduk, yaitu 80 rpm,
100 rpm, 120 rpm, 140 rpm, dan 160 rpm. Dari berbagai variasi yang dilakukan didapat
kecenderungan bahwa Nre larutan semakin besar seiring bertambahnya kecepatan pengaduk.
Dari lima variasi juga didapat bahwa waktu sampai NaOH homogen dalam larutan cenderung
menurun. Artinya pada saat t1, semakin besar kecepatan pengaduk waktu yang didapat
NaOH homogen dalam larutan adalah semakin cepat. Hal ini dapat diketahui dari perubahan
warna larutan, yaitu dari warna putih menjadi ungu. Blending time factor pada saat t1 dari
lima variasi yang dilakukan diketahui semain besar kecepatan pengadukan, blending time
factor semakin cepat.
Pada saat penambahan H2SO4 sebagai penetralan, larutan dalam tangki yang
sebelumnya berwarna ungu akan berubah menjadi warna putih. Variasi kecepatan putar
pengaduk akan mempengaruhi lamanya waktu H2SO4 homogen dalam larutan, di mana
semakin besar kecepatan putar pengaduk yang diberikan maka semakin cepat waktu (t2) yang
dibutuhkan H2SO4 bercampur dengan larutan dan semakin cepat pula atau semakin kecil nilai
blending timenya. Selain pengaruh kecepatan putar pengaduk, terdapat pula pengaruh Nre
terhadap waktu pengadukan (t2) dan blending time. Namun pada pengolahan data, nilai Nre
tidak beraturan atau tidak menunjukan perubahan yang linear terhadap waktu pengadukan
dan blending time sehingga grafik yang didapatkan pun tidak bagus. Hal ini disebabkan
karena nilai dari viskositas dan massa jenis yang didapat pada masing-masing sampel tidak
menentu atau tidak berubah secara linier besarnya, sehingga mempengaruhi besarnya Nre
yang didapatkan. Berdasarkan kurva yang diperoleh didapat kecenderungan bahwa Nre
semakin besar seiring bertambahnya kecepatan pengaduk. Ketika Nre semakin besar, maka
waktu pengadukan (t2) dan blending timenya semakin cepat.
Dari hal tersebut diatas didapat kesimpulan bahwa Nre berbanding lurus dengan
kecepatan putar pengaduk. Waktu pengadukan dan blending time faktor berbanding terbalik
dengan kecepatan putar pengaduk. Blending time factor dan waktu pengadukan berbanding
terbalik dengan Nre.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Praktikum mixing kali ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
Nre berbanding lurus dengan kecepatan putar pengaduk.
Waktu pengadukan dan blending time faktor berbanding terbalik dengan
kecepatan putar pengaduk.
Blending time factor dan waktu pengadukan berbanding terbalik dengan Nre.
6.2. Saran
Hal yang disarankan pada saat praktikum berlangsung adalah sebagai berikut
Sebaiknya pastikan keran keluaran tangki dalam keadaan tertutup ketika akan
memasukkan larutan ke dalam tangki.
Sebaiknya larutan NaOH 2M dan larutan H2SO4 2M dalam keadaan baik atau
tidak rusak.
Sebaiknya jauhkan alat-alat yang berbahan kaca agar tidak pecah.
DAFTAR PUSTAKA
Djauhari, A., 2002,”Peralatan Kontak dan Pemisah Antar Fasa”, Diktat Kuliah, hal 55-59,
Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung.
Buku Petunjuk Praktikum Satuan Operasi, 2004 “Agitasi dan Pencampuran” Jurusan Teknik
Kimia, Politeknik Negeri Bandung.
McCabe, W. L., Smith J.C. and Harriot, P., 1993, “Unit Operation of Chemical Engineering”
5 rd., hal 257-260, McGraw-Hill, Singapore.
Anonim.Pola Aliran Air Penyaliran. http://www.genborneo.com/2011/01/pola-aliran-air-
penyaliran.html. [Diakses 11 April 2015]
LAMPIRAN
Penentuan Nre setelah penambahan NaOH
Kecepatan Putar 80 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,2 m)2( 80
60rps)(1019.6
kg
m3)
4.4 x10−3 kgms
¿12358.78
Kecepatan Putar 100 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,2 m)2( 100
60rps)(1014.8
kg
m3)
2x 10−3 kgms
¿33826.6 7
Kecepatan Putar 120 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,2 m)2( 120
60rps)(1015.2
kg
m3)
3.2 x 10−3 kgms
¿2538 0
Kecepatan Putar 140 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,2 m)2( 140
60rps)(1015.6
kg
m3)
1.6 x10−3 kgms
¿59243.3 3
Kecepatan Putar 160 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,2 m)2( 160
60rp s)(1016
kg
m3)
1.6 x10−3 kgms
¿67733.33
Penentuan Nre setelah penambahan H2SO4
Kecepatan Putar 80 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,2 m)2( 80
60rps)(1020
kg
m3)
1.2 x 10−3 kgms
¿45333.33
Kecepatan Putar 100 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,2 m)2( 100
60rps)(1015.6
kg
m3)
1.2 x 10−3 kgms
¿56422.22
Kecepatan Putar 120 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,2 m)2( 120
60rps)(1016.4
kg
m3)
1.6 x10−3 kgms
¿5082 0
Kecepatan Putar 140 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,2 m)2( 140
60rps)(1016
kg
m3)
1.6 x10−3 kgms
¿59266.67
Kecepatan Putar 160 rpm
Nre= D2 Nρμ
¿(0,2 m)2( 160
60rps)(1015.6
kg
m3)
2.4 x10−3 kgms
¿45137.7 8
Penentuan Blending Time larutan setelah ditambah NaOH
f t=tT (nD
a2 )
2/3 g1/6
H1/2 Dt
=ntT [ DaDt
]3/2[ Dt
H ]1 /2
[ gn2 Da
]1/6
Kecepatan Putar 80 rpm
Dik : Nre = 12358,78
10x = 12358,78xlog10 = log 12358,78
x = 4,1
10x = 104,1 diplotkan pada grafik ntT vs Nre
f t=ntT [ DaDt ]
3/2 [ DtH ]1/2
[ g
n2 Da]1 /6
¿1.38 x102[ 0,20,3 ]
32 [ 0,3
0,9 ]12 [ 9,8
802 x 0,2 ]16
¿19.25 menit
Kecepatan Putar 100 rpm
Dik : Nre = 33826,67
10x = 33826,67 xlog10 = log 33826,67
x = 4,53
10x = 104,53 diplotkan pada grafik ntT vs Nre
f t=ntT [ DaDt ]
3/2 [ DtH ]1/2
[ g
n2 Da]1 /6
¿1.38 x102[ 0,20,3 ]
32 [ 0,3
0,9 ]12 [ 9,8
1002 x 0,2 ]16
¿17,87 menit
Kecepatan Putar 120 rpm
Dik : Nre = 25380
10x = 25380 xlog10 = log 25380
x = 4,4
10x = 104,4 diplotkan pada grafik ntT vs Nre
f t=ntT [ DaDt ]
3/2 [ DtH ]1/2
[ g
n2 Da]1 /6
¿1.38 x102[ 0,20,3 ]
32 [ 0,3
0,9 ]12 [ 9,8
12 02 x0,2 ]16
¿16,82 menit
Kecepatan Putar 140 rpm
Dik : Nre = 59243,33
10x = 59243,33 xlog10 = log 59243,33
x = 4,77
10x = 104,77 diplotkan pada grafik ntT vs Nre
f t=ntT [ DaDt ]
3/2 [ DtH ]1/2
[ g
n2 Da]1 /6
¿1.38 x102[ 0,20,3 ]
32 [ 0,3
0,9 ]12 [ 9,8
14 02 x 0,2 ]16
¿15,98 menit
Kecepatan Putar 160 rpm
Dik : Nre = 67733,33
10x = 67733,33 xlog10 = log 67733,33
x = 3,82
10x = 103,82 diplotkan pada grafik ntT vs Nre
f t=ntT [ DaDt ]
3/2 [ DtH ]1/2
[ g
n2 Da]1 /6
¿1.38 x102[ 0,20,3 ]
32 [ 0,3
0,9 ]12 [ 9,8
16 02 x 0,2 ]16
¿15,28 menit
Penentuan Blending Time larutan setelah ditambah H2SO4
f t=tT (nD
a2 )
2/3 g1/6
H1/2 Dt
=ntT [ DaDt
]3/2
[ DtH ]
1 /2
[ gn2 Da
]1/6
Kecepatan Putar 80 rpm
Dik : Nre = 45333,33
10x = 45333,33 xlog10 = log 45333,33
x = 4,65
10x = 104,65 diplotkan pada grafik ntT vs Nre
f t=ntT [ DaDt ]
3/2 [ DtH ]1/2
[ g
n2 Da]1 /6
¿1.3489 x102[ 0,20,3 ]
32 [ 0,3
0,9 ]12 [ 9,8
802 x 0,2 ]16
¿18,81 menit
Kecepatan Putar 100 rpm
Dik : Nre = 56422,22
10x = 56422,22 xlog10 = log 56422,22
x = 4,75
10x = 104,75 diplotkan pada grafik ntT vs Nre
f t=ntT [ DaDt ]
3/2 [ DtH ]1/2
[ g
n2 Da]1 /6
¿1.3489 x102[ 0,20,3 ]
32 [ 0,3
0,9 ]12 [ 9,8
10 02 x 0,2 ]16
¿17,47 menit
Kecepatan Putar 120 rpm
Dik : Nre = 50820
10x = 50820 xlog10 = log 50820
x = 4,7
10x = 104,7 diplotkan pada grafik ntT vs Nre
f t=ntT [ DaDt ]
3/2 [ DtH ]1/2
[ g
n2 Da]1 /6
¿1.3489 x102[ 0,20,3 ]
32 [ 0,3
0,9 ]12 [ 9,8
12 02 x0,2 ]16
¿16,44 menit
Kecepatan Putar 140 rpm
Dik : Nre = 59266,67
10x = 59266,67 xlog10 = log 59266,67
x = 4,77
10x = 104,77 diplotkan pada grafik ntT vs Nre
f t=ntT [ DaDt ]
3/2 [ DtH ]1/2
[ g
n2 Da]1 /6
¿1.3489 x102[ 0,20,3 ]
32 [ 0,3
0,9 ]12 [ 9,8
1402 x 0,2 ]16
¿15,61 menit
Kecepatan Putar 160 rpm
Dik : Nre = 45137,78
10x = 45137,78 xlog10 = log 45137,78
x = 4,65
10x = 104,65 diplotkan pada grafik ntT vs Nre
f t=ntT [ DaDt ]
3/2 [ DtH ]1/2
[ g
n2 Da]1 /6
¿1.3489 x102[ 0,20,3 ]
32 [ 0,3
0,9 ]12 [ 9,8
16 02 x 0,2 ]16
¿14,93 menit
Dokumentasi visual pada saat praktikum
Gambar Keterangan
Kacang hijau yang digunakan untuk
mengidentifikasi pola aliran.
Tangki yang telah diisi air sebanyak ±15
liter.
Pola aliran pada skala 1
Pola aliran pada skala 2
Pola aliran pada skala 3
Pola aliran pada skala 4
Pola aliran pada skala 5
Pola aliran pada skala 6
Pola aliran pada skala 7
Larutan kanji sebelum disaring.
Larutan kanji setelah disaring dan
dimasukkan ke dalam tangki.
Larutan kanji setelah ditambahkan