Post on 26-Jul-2015
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI
1. PERNAFASAN PADA HEWAN (JANGKRIK)2. PERNAFASAN MENGHASILKAN
KARBONDIOKSIDAOLEH :
1. MUHAMMAD ABDI ZIL IKRAM2. I GEDE EKA SATRIA V.3. MUHAMMAD ALDIKA DAVIDSON4. ADHITYA HALIM PRAMATA5. GIUSTO HIDAYAT6. I PUTU MAS ADYAMANIKA
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 MATARAM 1/1/2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan Laporan Praktikum Biologi
Dasar dengan lancar.
Laporan ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas penelitian Biologi Dasar, yaitu
Penggunaan timbangan, 3 ekor jangkrik, kristal NaOH/KOH, Eosin atau tinta, vaselin atau
plastisin, kapas, respirometer, dan pipet atau syiring.
Oleh karena itu, pastinya Laporan ini tidak lupa dari kesalahan. Kami harap pada
rekan seperjuangan dapat memberikan kritik dan saran kepada kami dalam rangka
mencapai kesempurnaan. Agar nantinya dapat bermanfaat bagi rekan-rekan kita lainnya.
Hormat Kami,
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………....... ii
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI “ PERNAFASAN PADA JANGKRIK ”
1. PENDAHULUAN…………………………………………………………………………. 1
1. Latar Belakang…………………………………………………………………… 1
2. Maksud dan Tujuan…………………………………………………………… 1
3. Waktu dan Tempat……………………………………………………………. 1
2. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….………………………. 2
1. Respirasi ……………………………………………………………................ 2
2. Dasar Teori ……………………………………………………………............ 4
3. METODOLOGI…………………………………………………………………………… 6
3.1. Alat dan Bahan………………………………………………………………….. 6
3.2.Cara Kerja…………………………………………………………………........... 6
4. PEMBAHASAN……………………………………………………………………………... 7
4.1. Hasil Pengamatan …………………………………………………………… 7
4.2. Analisa Hasil Pengamatan……………………………………………..... 8
4.3. Jawab Pertanyaan……………………………………………………………. 8
4.4. Kesimpulan……………………………………………………………………… 10
4.5 Lampiran 1............................................................................ 11
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI “ PERNAFASAN MENGELUARKAN KARBONDIOKSIDA ”
A. Tujuan................................................................................ 13
B. Dasar Teori......................................................................... 13
C. Alat dan Bahan................................................................... 14
D. Cara Kerja.......................................................................... 14
E. Masalah.............................................................................. 14
F. Analisis Hasil Pengamatan.................................................. 14
G. Kesimpulan.......................................................................... 15
H. Saran.................................................................................... 15
I. Lampiran 2........................................................................... 16
J. Daftar pustaka..................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Respirasi merupakan proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan energi.
Respirasi dilakukan oleh semua makhluk hidup dengan semua penyusun tubuh, baik sel
tumbuhan maupun sel hewan, dan manusia. Respirasi ini dilakukan baik siang maupun
malam (syamsuri, 1980). Pada praktikum ini akan mempelajari respirasi pada hewan yaitu
“Jangkrik”
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi praktikan ini adalah bagaimana membuktikan jangkrik
membutuhkan O2 dalam respirometer.
1.3 Maksud dan Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah praktikan mampu mengetahui atau menghitung
penggunaan oksigen (O2) oleh hewan jangkrik .
1.4 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 06 Februari 2012 pukul 08.00
WITA. Praktikum ini dilakukan di laboratorium Biologi SMA Negeri 2 Mataram.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Respirasi
Yang dimaksud dengan respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang
menghasilkan energi. Respirasi dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel
tumbuhan maupun sel hewan dan manusia. Respirasi dilakukan baik siang maupun malam
(syamsuri, 1980).
Sebagaimana kita ketahui dalam semua aktivitas makhluk hidup memerlukan energi,
tumbuhan juga. Respirasi terjadi pada seluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan
tingkat tinggi respirasi terjadi baik pada akar, batang maupun daun dan secara kimia pada
respirasi aerobik pada karbohidrat (glukosa) adalah kebalikan fotosintesis. Pada respirasi
pembakaran glukosa oleh oksigen kan menghasilkan energi. Karena semua bagian
tumbuhan tersusun atas jaringan dan jaringan tersusun atas sel, maka respirasi terjadi pada
sel (jasin, 1989).
Kandungan katalis disebut juga enzim, sangat penting untuk siklus reaksi respirasi
(sebaik-baiknya proses respirasi ). Beberapa reaksi kimia membolehkan mencampur dengn
fungsi dari enzim memperbat enzim atau dengan mengkombinasi dengan sisi aktifnya.
Penggunaan ini akan dapat dilihat hasilnya pada inhibitor dari aktivitas enzim (mertens,
1966).
Sistem pernapasan adalah pertukaran gas O2 dan CO2 dalam tubuh organisme dan
bertujuan mendapatkan energi. Alat respirasi pada berbagai hewan berbeda-beda. Pada
hewan tingkat rendah O2 langsung berdifusi melalui permukaan tubuh, pada serangga
adalah trakea, kalajengking dengan paru-paru buku, ikan dengan insang, katak dengan paru-
paru, kulit dan rongga mulut, reptile dengan paru-paru, dll (panduan primagama).
Respirasi juga terjadi pada manusia yang disebut dengan pernapasan. Proses
menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Respirasi pada manusia bisa memiliki
gangguan seperti penyakit infeksi saluran pernapasan akut atau yang disebut juga (ISPA), hal
ini merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia karena masih tingginya angka
kejadian ISPA terutama pada anak balita. Untuk mencegahnya bisa digunakan sanitasi
rumah, yaitu usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan
terhadap struktur fisik, dimana orang menggunakan sebagai tempat berlindung yang
mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sarana tersebut antara lain ventilasi, suhu,
kelembapan, padatan hunian, penerangan alami, kontruksi bangunan, sarana pembuangan
sampah, sarana pembuangan kotoran manusia dan penyediaan air bersih ( nindya,
sulistyorini, 2005).
2. Dasar Teori
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai oleh tubuh
per satuan waktu (Seeley, 2002). Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena
respirasi merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada
adanya oksigen (Tobin, 2005). Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi
dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O + 38 ATP
(Tobin, 2005).
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang
dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari
bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan
energi yang dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup
diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur,
spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas (Tobin, 2005). Laju konsumsi oksigen dapat
ditentukan dengan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan mikrorespirometer,
metode Winkler, maupun respirometer Scholander.
Penggunaan masing-masing cara didasarkan pada jenis hewan yang akan diukur laju
konsumsi oksigennya. Mikrorespirometer dipakai untuk mengukur konsumsi oksigen hewan
yang berukuran kecil seperti serangga atau laba-laba.
Metode Winkler merupakan suatu cara untuk menentukan banyaknya oksigen yang
terlarut di dalam air (Anonim, wikipedia.org). Dalam metode ini, kadar Oksigen dalam air
ditentukan dengan cara titrasi. Titrasi merupakan penambahan suatu larutan yang telah
diketahui konsentrasinya (larutan standar) ke dalam larutan lain yang tidak diketahui
konsentrasinya secara bertahap sampai terjadi kesetimbangan (Chang, 1996).
Dengan metode Wingkler, kita dapat mengetahui banyaknya oksigen yang dikonsumsi
oleh hewan air seperti ikan.
Respirometer Scholander digunakan untuk mengukur laju konsumsi oksigen hewan-
hewan seperti katak atau mencit. Alat ini terdiri atas syringe, manometer,tabung spesimen,
dan tabung kontrol.
Pada serangga sistem trakea merupakan alat untuk mengambil oksigen dari luar,
mendistribusikannya ke seluruh tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida. Udara masuk ke
trakea dengan cara difusi melalui spirakel atau dibantu oleh ventilasi udara.
Sistem trakea pada jangkrik cukup khas seperti yang terdapat pada serangga dan
serangga pada umumnya. Trakea-trakea bermula pada lubang-lubang kecil pada
eksoskeleton (kerangka luar) yang disebut spirakel. Pada serangga yang lebih kecil atau
kurang aktif masuknya O2 melalui sistem trakea dengan fungsi yang sederhana. Sebaiknya
serangga yang berukuran beras dan aktif seperti jangkrik dengan gait melakukan pertukaran
udara dengan trakeanya.
Kontraksi pada otot jangkrik memipihkan organ-organ kendur, pernapasan ini dikenal
dengan pernapasan vital paru-paru dan pada titik ekspirasi maksimum kira-kira (udara
residu) tetap ada di paru-paru. Untuk mengerti respirasi hewan maka kita tidak hanya
memandang sifat dari alat pernapasanya saja tetapi mekanisme yang digunakan untuk
mengendalikan respirasi dan adaptasi terhadap lingkungan berbeda-beda. Bersama dengan
fungsi homoiostatik yang lain, respirasi hewan harus diintegrasikan dan dikoordinasikan
dengan kegiatan pengendalian yang lain.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan bahan :
1. Respirasi sederhana
2. Timbangan
3. 3 ekor jangkrik
4. Kristal NaOH/KOH
5. Eosin/tinta
6. Vaselin/plastisin
7. Kapas
8. Pipet/syiring
9. Stopawatch
10. Gelas Kimia
3.2 Cara kerja :
1. Bungkuslah Kristal NaOH/KOH dengan kapas, lalu masukkan dalam tabung
respirometer.
2. Masukkan jangkrik yang telah ditimbang beratnya ke dalam botol respirometer,
kemudian tutup dengan pipa berskala.
3. Oleskan vaselin/plastisin pada celah penutup tabung.
4. Tutup ujung pipa berskala dengan jari kurang lebih satu menit, kemudian lepaskan dan
masukkan setetes eosin dengan menggunakan pipet /syiring.
5. Amati dan catat perubahan kedudukan eosin pada pipa berskala setiap 5 menit
pertama dan Kedua .
6. Lakukan percobaan yang sama (langkah 1 sampai dengan 5) menggunakan jangkrik
lain dengan ukuran yang berbeda.
BAB VI
DATA DAN PEMBAHASAN
PERNAFASAN PADA HEWAN JANGKRIK
4.1 Hasil Pengamatan
N
O
Jumlah Jangkrik Pengamatan O2 dalam 5 menit
pertama
Pengamatan O2 dalam 5 menit
kedua
1. 1 ekor Eosin berjalan dari 0-0,2 ml Eosin berjalan dari 0,2 -0,33 ml
2. 2 ekor Eosin berjalan dari 0-0,38 ml Eosin berjalan dari 0,38-0,59 ml
3. 3 ekor Eosin berjalan dari 0-0,3 ml Eosin berjalan dari 0,3-0,54 ml
4.2 Analisis Hasil Pengamatan
a. Pada satu ekor jangkrik
Dengan waktu 10 menit, eosim mengalami pergesaran yang menunjukkan
seberapa besar penggunaan O2. Pada 5 menit pertama eosin bergeser dari 0 sampai
0,2, sehingga penggunaan O2 0,2 juga. Dan pada menit kedua mengalami
pergeseran dari 0,2 sampai 0,33 yang berarti penggunaan O2 sebesar 0,13.
b. Pada dua ekor jangkrik
Dengan waktu 10 menit, eosim mengalami pergesaran yang menunjukkan
seberapa besar penggunaan O2 . Pada 5 menit pertama eosin bergeser dari 0 sampai
0,38, sehingga penggunaan O2 0,38 juga. Dan pada menit kedua mengalami
pergeseran dari 0,38 sampai 0,59 yang berarti penggunaan O2 sebesar 0,21.
c. Pada tiga ekor jangkrik
Dengan waktu 10 menit, eosim mengalami pergesaran yang menunjukkan
seberapa besar penggunaan O2 . Pada 5 menit pertama eosin bergeser dari 0 sampai
0,3, sehingga penggunaan O2 0,3 juga. Dan pada menit kedua mengalami
pergeseran dari 0,3 sampai 0,54 yang berarti penggunaan O2 sebesar 0,24.
4.3 Jawab Pertanyaan
Soal Dan Jawaban :
1. Dari kegiatan yang kamu lakukan, tentukan
a. Variabel manipulasi
b. Variabel kontrol
c. Variabel respon
Jawab : a. Yaitu adanya perbedaanya jumlah media percobaan pada hewan jangkrik
b. Waktu dan oksigen (O2) merupakan variabel kontrol.
c. Variabel respon ditunjukan oleh adanya pergeseran eosin sebagai tanda
batas penggunaan oksigen (O2).
2. Apakah yang menyebabkan terjadinya oergeseran eosin dalam percobaan ini?
Jawab : Karena serangga (jangkrik) berusaha menghirup oksigen dari luar melalui
tabung kapiler besekala, sehingga setiang serangga (jangkrik) memperoleh
oksigen dan eosin akan bergerak.
3. Apa fungsi KOH dalam percobaan tersebut?
Jawab : Mengikat CO2, sehingga pergerakan dari eosin benar-benar hanya
disebabkan oleh konsumsi oksigen. Selain itu juga, KOH memiliki sifat
higroskopis yang mampu menyerap uap air (H2O) di udara. Selain itu KOH
juga merupakan basa kuat sementara CO2 adalah oksida asam sehingga
KOH juga dapat menyerap CO2 dari udara dengan reaksi:
2KOH + CO2 -> K2CO3 + H2O.
4.
5. Dari grafik yang diperoleh pada no. 3, jelaskan hubungan anatara variasi jumlah
jangkrik dengan konsumsi oksigen mengapa demikian ?
Jawab : Jumlah jangkrik dengan penggunaan O2 memiliki hubungan yang signifikan.
Dimana jumlah yang lebih banyak mengalami perubahan yang lebih banyak
dan peningkatan yang mengikat secara signifikan juga. Sedangkan jumlah
yang sedikit mengalami perubahan yang lebih sedikit tetapi
peningkatannya meningkat tetap secara signifikan atau teratur.
6. Apakah fungsi oksigen pada proses respirasi makhluk hidup? Tuliskan persamaan
reaksinya!
Jawab : Manfaat Oksigen Bagi Tubuh
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangat
mendasar dan mendesak. Tanpa oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh
akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian.
Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen.
Otak masih mampu menoleransi kekurangan oksigen antara tiga sampai
lima menit. Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit,
dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen (Kozier dan Erb 1998).
Oksigen merupakan suatu komponen yang sangat penting di dalam
memproduksi molekul Adenosin Trifosfat (ATP) secara normal. ATP adalah
sumber bahan bakar untuk sel agar dapat berfungsi secara optimal. ATP
membcrikan energi yang diperlukan oleh sel untuk melakukan keperluan
berbagai aktivitas untuk memelihara efektivitas segala fungsi tubuh. Bila
oksigen tersedia di dalam tubuh secara adekuat, maka mitokondria akan
memproduksi ATP. Tanpa oksigen, mitokondria tidak dapat membuat ATP.
Walaupun dalam kondisi kekurangan oksigen akan diproduksi ATP melalui
proses glikolisis di dalam sitosol, akan tetapi ATP yang dihasilkan tidak
sebanyak di dalam mitokondria. Oleh karena tidak adekuatnya oksigen, sel
akan kehilangan fungsinya dan selanjutnya akan mengakibatkan jaringan
dan organ tubuh juga kehilangan fungsinya. Hal tersebut menyebabkan
kehidupan seseorang berada dalam bahaya.
Persamaan Reaksi :
C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6 H2O + ATP
4.4 Kesimpulan :
Pada percobaan ini, dapat dipastikan bahwa hewan selama bernafas juga
membutuhkan oksigen (O2) yang digunakan sebagai pembakar bahan makanannya
dalam tubuhnya yang kemudian diperoleh energi. Dan dalam penggunaannya semakin
besar jumlah jangkrik semakin besar jumlah penggunaannya oksigen (O2).
Lampiran 1
Gambar Hasil Mengamatan
PERNAFASAN MEMBUKTIKAN KARBONDIOKSIDA (CO2)
A. Tujuan :
Membuktikan bahwa udara sisa pernafasan yang kita hembuskan mengandung
karbondioksida (CO2).
B. Dasar Teori :
Pernapasan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan dua proses yang
berbeda tapi saling berhubungan, yaitu pernapasan seluler dan pernapasan mekanik.
Pernapasan seluler adalah proses dimana sel memperoleh energi melalui pemecahan
molekul organik. Pernapasan mekanik adalah proses penyerapan oksigen untuk pernapasan
seluler yang diserap dari atmosfer ke dalam sistem vaskuler darah dan pengeluaran
karbondioksida ke atmosfer.
Pernapasan adalah proses pertukaran gas O2 dengan CO2 sebagai hasil
metabolisme normal dan zat yang dibutuhkan atau diperlukan dalam pernapasan itu sendiri.
Pernapasan merupakan pembakaran (metabolisme atau disimilasi) dimana energi yang
disimpan tadi dikembalikan lagi untuk mengembalikan proses-proses kehidupan atau
respirasi adalah proses pembokaran energi yang tersimpan untuk dimanfaatkan dalam
proses-proses kehidupan.
Sistem pernapasan memiliki komponen fungsional yaitu sistem konduksi untuk
mengangkut gas ekspirasi dan inspirasi antara atmosfer dan sistem sirkulasi, serta sebagai
permukaan untuk pertukaraan pasif gas antara atmosfir dan darah. Sistem konduksi pada
darahnya diawali sebagai saluran tunggal yang bercabang-cabang membentuk jalan
pernapasan yang diameternya semakin kecil. Percabangan terminal dari sistem konduksi
membuka ke dalam kantung berujung buntu yang disebut alveoli yang merupakan tempat
pertukaraan gas.
Respirasi atau oksigen glukosa adalah merupakan sumber energi yang utama untuk
kebanyakan sel. Pada waktu glukosa dipecah dalam suatu rangkaian reaksi enzimatis,
beberapa energi disebabkan dalam bentuk ikatan fosfat berenergi tinggi (ATP) dan sebagian
lagi hilang sebagai panas.
Proses utama respirasi adalah mobilisasi senyawa organik dan oksidasi senyaw. Senyawa
tersebut secara terkendali untuk membebaskan energi bagi pemeliharaan dan
perkembangan tumbuhan.
C. Alat dan Bahan :
- Gelas kimia
- Selang plastik
- Air kapur
- Fenoflialin (PP)
D. Cara kerja :
- Tuang cairan atau kapur kedalam gelas kimia
- Teteskan eosin dan fenoftialin (PP) kedalam air kapur
- Tiup air kapur yang telah dicampur eosin dan fenoftialin (PP)
- Hembuskan hingga terjadinya perubahan
- Amati !!
E. Masalah :
Apa sajakah yang dikeluarkan oleh tubuh dalam proses pernapasan ?
F. Analisis Hasil Pengamatan :
Pada percobaan ini, terlihat adanya perubahan warna air kapur yang awalnya
berwarna bening yang berubah menjadi keruh. Bahkan menghasilkan endapan didaerah
dasar gelas. Cairan berubah warna dari ungu menjadi merah muda (pink) sampai menjadi
putih susu.
Pada botol A yang hanya dituangkan air kapuur saja warnanya bening. Pada botol B
yang juga dituangkan air kapur warnanya bening tapi telah ditetesi larutan fenoftialin (pp)
warnanya berubah menjadi merah muda namun setelah kita hembuskan udara
pernafasan(CO2) secara perlahan-lahan warna air kapur tadi beruabh menjadi karuh dan
menjadi putih.
Pertanyaan :
1. Mengapa air kapur menjadi lebih keruh ?
2. Apa fungsi kapur pada percobaan ini ?
Jawaban :
1. Dalam percoaan, air kapur yang semula bening akan berubah menjadi keruh. Hal ini
dikarenakan air kapur bereaksi dengan karbondioksida yang ditiupkan.
Kejernihannya tidak sama, pada botol A warnanya bening namun pada botol B
warnanya keruh. Botol A lebih jernih dibandingkan botol B. Hal tersebut dapat
terjadi karena botol A hanya dituangkan air kapur saja sehingga warnanya tetap
bening sedangkan pada botol B air kapur kita tetesi larutan fenoftialin (PP) dan kita
hembuskan udara pernafasan (CO2) sehingga warnanya keruh.
2. Fungsi air kapur pada percobaan ini adalah sebagai indikator dalam percobaan ini.
Dimana kapur ini sebagai pembukti bahwa sistem respirasi mengeluarkan CO2.
G. Kesimpulan
Pada percobaan ini, kita dapat membuktikan bahwa udara pernafasan yang kita
hembuskan mengandung karbondioksida (CO2). Hal ini dapat dibuktikan dengan kondisi
keruhnya air kapur. Dimana karbondioksida (CO2) yang kita keluarkan saat bernafas akan
bereaksi dengan zat yang terkandung dalam air kapur. Air kapur yang jernih setelah ditetesi
larutan fenoftialin (PP) akan berubah warna menjadi pink (merah muda) dan setelah kita
hembuskan udara pernafasan (karbondioksida) akan berubah menjadi keruh karena air
kapur yang bening akan berubah warna menjadi keruh setiap jika terkena karbondioksida.
E. Saran
Pada kegiatan praktikum ini, sebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan di
persiapkan terlebih dahulu, agar praktikan dapat berjalan dengan baik. Dan untuk para
praktikan agar mempersiapkan diri materi-materi yang akan dipraktekkan, agar dalam
kegiatan praktikum tidak terhambat.
Lampiran 2
Gambar Hasil Pengamatan
Daftar Pustaka
http//www.laporan praktikum respirasi jangkrik « Irwanalyani's Blog.htm
http//www. Laporan Praktikum « Dani's Blog.htm
http//www. V3’s Blog » Blog Archive » Laporan praktikum Respirasi.htm
http://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Pembicaraan:Kalsium_hidroksida&action=edit&redlink=1