Post on 12-Jul-2015
Al Mal “ Harta”
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.LATAR BELAKANG
Dalam Al-Qur’an harta disebutkan dalam 25 surat dan 46 ayat. Sedang kaya atau
kekayaan disebutkan dalam 9 surat dan 11 ayat. Menurut Muhammad Abdul Baqi, al-mal
disebutkan 86 kali dalam Al-Qur’an.
Dalam kehidupan dunia, kita dikelilingi oleh hal-hal atau benda-benda yang kita
klaim sebagai milik kita. Keluarga, rumah, pekerjaan, panca indera, harta, ilmu pengetahuan,
keahlian, dan lain sebagainya semua kita sebut sebagai milik kita. Tapi benarkah itu semua
milik kita? Sejak kapan semua itu menjadi milik kita?
Manusia dengan sifat fitrahnya amat suka kepada harta dan mengumpulnya. Mereka
tidak pernah merasa puas dalam mengejar harta kekayaan. Tidak ada sesuatu yang dapat
menghalang kecintaan mereka mengejar harta kecuali kematian. Allah telah merakamkan
sifat kecintaan manusia kepada harta benda dalam firman-Nya yang bermaksud:
"Dan kamu cintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan"(al-Fajr 20).
Al-Quran menggambarkan bahawa manusia mencintai harta kekayaan melebihi
kecintaan kepada anak-anak dan keluarga dengan firman-Nya:
"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi, amalan-amalan yang kekal
lagi soleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi
harapan" (al-Kahfi, 46).
Ayat ini mendahulukan perkataan harta daripada perkataan anak-anak yang
menunjukkan manusia amat mencintai harta kekayaan. Malahan manusia sanggup berkelahi
dan berperang demi untuk mendapatkan harta.
Al Mal “ Harta”
2
I.2.RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan Al Mal (Harta)?
2. Sebutkan pembagian Al Mal (Harta)?
3. Apakah tujuan dari Al Mal tersebut?
I.3.TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Al Mal (Harta).
2. Untuk mengetahui pembagian Al Mal (Harta).
3. Dapat Mengetahui tujuan dari Al Mal (Harta).
Al Mal “ Harta”
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFENISI HARTA
Secara etimologi, harta dalam bahasa Arab disebut al-Mal, berasal dari kata
mempunyai arti condong, cenderung atau miring. Karena manusia cenderung ingin
memiliki dan menguasai harta. al-Mal juga diartikan segala sesuatu yang menyenangkan
manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi maupun dalam bentuk manfaat.
Di dalam kamus Lisan al-’Arab karya Ibnu Manzur diterangkan bahwa kata
berasal dari kata kerja . Jadi, didefinisikan sebagai “segala
sesuatu yang dimiliki”. Berkata Sibawaihi, diantara bentuk imalah yang asing dalam bahasa
Arab ialah (mal) yang bentuk jamaknya (amwal). Dalam Mukhtar al-Qamus, kata
al-mal berarti ’apa saja yang dimiliki’, kata tamawwalta ( ) berarti ’harta kamu banyak
karena orang lain’, kata multahu ( ) berarti “kamu memberikan uang pada seseorang”.
Secara terminologi, pengertian al-Mal menurut ulama Hanafiyah:
“Segala yang diinginkan oleh tabiat manusia dan memungkinkan untuk disimpan
hingga saat dibutuhkan.”
Menurut Jumhur ulama, al-Mal (harta): Segala sesuatu
yang mempunyai nilai, dan dikenakan ganti rugi bagi orang yang merusak atau
melenyapkannya.
Menurut Hanafiyah: Harta adalah segala sesuatu yang dapat diambil, disimpan, dan
dapat dimanfaatkan. Menurut definisi ini, harta memiliki dua unsur, yaitu:
1. Harta dapat dikuasai dan dipelihara secara nyata. Sesuatu yang tidak bisa disimpan atau
dipelihara secara nyata, seperti ilmu, kesehatan, kemuliaan, kecerdasan, udara, panas
matahari, cahaya bulan, tidak dapat dikatakan harta.
2. Dapat dimanfaatkan menurut kebiasaan. Segala sesuatu yang tidak bermanfaat seperti
daging bangkai, makanan yang basi, tidak dapat disebut harta; atau bermanfaat, tetapi
menurut kebiasaan tidak diperhitungkan manusia, seperti satu biji gandum, setetes air,
Al Mal “ Harta”
4
segenggam tanah, dan lain-lain. Semua itu tidak disebut harta sebab terlalu sedikit sehingga
zatnya tidak dapat dimanfaatkan, kecuali kalau disatukan dengan sesuatu yang lain.
Salah satu perbedaan dari definisi yang dikemukakan oleh ulama Hanafiyah dan
jumhur ulama adalah tentang benda yang tidak dapat diraba, seperti manfaat. Ulama
Hanafiyah memandang bahwa manfaat termasuk sesuatu yang dapat dimiliki, tetapi bukan
harta. Adapun menurut ulama selain hanafiyah (jumhur), manfaat termasuk harta, sebab yang
penting adalah manfaatnya dan bukan zatnya.
Jadi, perbedaan esensi harta antara ulama Hanafiyah dan Jumhur: 1. Bagi jumhur
ulama harta tidak saja bersifat materi, namun juga nilai manfaat yang terkandung di
dalamnya. 2. Adapun menurut ulama mazhab Hanafi harta hanya menyangkut materi,
sedangkan manfaat termasuk ke dalam pengertian hak milik.
Sementara menurut T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, 1yang dimaksud dengan harta ialah:
1. Nama selain manusia yang diciptakan allah untuk mencukupi kebutuhan hidup
manusia, dapat dipelihara pada suatu tempat, dan dikelola (tasharruf) dengan jalan
ikhtiar.
2. Sesuatu yang dapat dimiliki oleh setiap manusia, baik oleh seluruh manusia maupun
oleh sebagin manusia
3. Sesuatu yang sah untuk diperjualbelikan
4. Sesuatu yang dapat dimiliki dan mempunyai nilai(harga)
5. Sesuatu yang berwujud, Sesutu yang tidak berwujud meskipun dapat diambil
manfaatnya tidak termasuk harta,
6. Sesuatu yang dapat disimpan dalam waktu yang lama atau sebentar dan dapat diambil
manfaatnya ketika dibutuhkan.
1 Lihat, Pengantar Ilmu muamalah, Bulan Bintang, Jakarta,th.1984 hlm. 140.
Al Mal “ Harta”
5
2.2.PEMBAGIAN AL MAL
Menurut fuqaha,harta dapat ditinjau dari beberapa segi.Harta terdiri dari beberapa
bagian ,tiap-tiap bagian memiliki ciri khusus dan hukumanya tersendiri . Pembagian jenis
harta ini sebagai berikut:
1. Mal Mutaqawwim dang hair mutaqawwin
a. Harta Mutaqawwin ialah
“Sesuatu yang boleh diambil manfatnya menurut syara.”
Harta yang termasuk mutaqawwin ini ialah semua harta yang baik jenisnya maupun
cara memperoleh dan penggunaanya.
b. Harta ghair mutaqawwin ialah
“Sesuatu yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut syara”.
Harta ghair mutaqawwin ialah kebalikan dari harta mutaqawwin yakni yang tidak
boleh diambil manfaatnya,baik jenisnya,cara memperolehnya maupun cara
penggunaanya.
2. Mal Mitsli dan Harta Qimi ialah:
a. Mal Mitsli ialah
“Benda-benda yang ada persamaan dalam kesatuan-kesatuannya,dalam arti dapat
berdiri sebagiannya ditempat yang lain,tanpa ada perbedaan yang perlu dinilai.”
b. Harta Qimi ialah
Al Mal “ Harta”
6
“Benda-benda yang kurang dalam kesatuan-kesatuanya,karenanya tidak dapat berdiri
sebagian ditempat sebagian yang lainya tanpa ada perbedaan”.
c. Dengan perkataan lain, harta yang ada imbangannya (persamaannya) disebut mitsli dan
harta yang tidak ada imbangannya secara tepat disebut qimi.
3. Harta Istihlak dan harta Isti’mal
a. Harta Istihlak ialah:
”Sesuatu yang tidak dapat diambil kegunaanya dan manfaatnya secara biasa ,kecuali
dengan menghabiskanya”.
Harta Istihlah terbagi dua: harta Istihlak haqiqi dan Istihlak huquqi:
Harta Istihlak haqiqi ialah suatu benda yang menjadi harta yang jelas (nyata)
zatnya habis sekali digunakan.
Harta istihlak huquqi ialah harta yang sudah habis nilainya bila telah digunakan,
tetapi zatnya masih tetap ada.
b. Harta Isti’mal ialah:
”Sesuatu yang dapat digunakan berulang kali dan materinya tetap terpelihara.”
Perbedaan dua jenis harta ini ,harta istihlak habis satu kali digunakan sedangkan harta
isti’mal tidak habis dalam satu kali pemanfaatanya.
4. Harta manqul dan harta ghair manqul
a. Harta manqul ialah
”Segala harta yang dapat dipindahkan (bergerak)dari satu tempat ke tempat lain.”
b. Harta ghair manqul ialah
”Sesuatu yang tidak bisa dipindahkan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang
lain”.
Al Mal “ Harta”
7
5. Harta ain dan harta Dayn.
a. Harta ’ain ialah harta yang berbentuk benda.
Harta ain terbagi menjadi dua:
Harta ’ain dzati qimah yaitu benda yang memiliki bentuk yang dipandang sebagai
harta karena memiliki nilai.
Harta ’ain ghayr dzati qimah yaitu benda yang tidak dapat dipandang sebagai harta
karena tidak memiliki hara misalnya sebiji beras.
b. Harta dayn ialah:
”Sesuatu yang berada dalam tanggung jawab”.
6. Mal al-’ain dan mal al-naf’i(manfaat)
a. Harta ’aini ialah benda yang memiliki nilai dan bernentuk (berwujud)
b. Harta nafi’ ialah a’radl yang berangsur-angsur tumbuh menurut perkembangan
masa,oleh karena itu mal al-naf’i tidak berwujud ,tidak mungkin untuk disimpan.
Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa harta ’ain dan harta naf’i ada perbedaan.
7. Harta Mamluk, Mubah, dan Mahjur
a. Harta mamluk ialah
”Sesuatu yang masuk ke bawah milik,milik perorangan maupun milik badan
hukum,seperti pemerintahan dan yayasan.”
Harta ini dibagi menjadi dua:
1. Harta perorangan (mustaqil) yang berpautan dengan hak bukan milik, seperti
rumah yang dikontrakan. Harta Perorangan yang tidak berpautan dengan hak bukan
pemilik, seperti seseorang yang mempunyai sepasang sepatu dapat digunakan kapan
saja.
2. Harta Perkongsian (masyarakat) antara dua pemilik yang berkaitan dengan hak
yang bukan pemiliknya, seperti dua orang yang berkongsi memiliki sebuah pabrik dan
lima buah mobil, salah satu mobil disewakan selama satu bulan disewakan kepada
orang lain. Harta yang dimiliki oleh dua orang yang tidak berkaitan dengan hak bukan
Al Mal “ Harta”
8
miliknya, seperti dua orang yang berkongsi memiliki sebuah pabrik, pabrik tersebut
diurus bersama.
b. Harta Mubah ialah
”Sesuatu yang pada asalnya bukan milik seseorang,seperti air pada mata
air,binatang buruan darat,pohon-pohonan dihutan dll.
Tiap-tiap manusia memiliki harta mubah sesuai dengan kesanggupannya, orang yang
mengambilnya maka ia menjadi pemiliknya sesuai dengan kaidah.
Islam mengakui kepemilikan individu, dengan satu konsep khusus, yakni bahwa
manusia adalah khalifah di muka bumi yang diberi kekuasaan dalam mengelola dan
memanfaatkan segala isi bumi dengan syarat sesuai dengan segala aturan dari Pencipta harta
itu sendiri.
Harta dinyatakan sebagai milik manusia, sebagai hasil usahanya. Al-Qur’an
menggunakan istilah :
“Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan”.
(QS. Al-Lahab: 2)
Ternyata untuk menunjukkan kepemilikan individu dan dengan pengakuan hak milik
perseorangan, Islam juga menjamin keselamatan harta serta perlindungannya secara hukum
negara.
c. Harta mahjur ialah
”Ialah sesuatu yang tidak dibolehkan dimiliki dan memberikan kepada orang lain
menurut syariat adakalanya benda itu benda wakaf ataupun benda yang dikhususkan untuk
masyarakat umum, seperti jalan raya, masjid-masjid, kuburan-kuburan dan semua harta
yang diwakafkan”
Al Mal “ Harta”
9
Dalam prespektif hukum negara, pengawasan harta wakaf berwenang melakukan
perkara-perkara yang dapat mendatangkan kebaikan harta wakaf dan mewujudkan
keuntungan-keuntungan bagi tujuan wakaf, dengan memperhatikan syarat-syarat yang
ditentukan wakif.
Jaminan perwakafan di Indonesia dinyatakan dalam Undang-Undang Pokok Agraria
No.5 tahun 1960 pasal 49 ayat 3 yang menyatakan bahwa perwakafan tanah milik dilindungi
dan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
8. Harta yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi:
a. Harta yang dapat dibagi(mal qabil li al-qismah) ialah harta yang tidak menimbulkan
suatu kerugian atau kerusakan apabila harta itu dibagi-bagi.
b. Harta yang tidak dapat dibagi(mal ghair qabil li al qismah) ialah harta yang
menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan apabila harta tersebut dibagi-bagi.
9. Harta pokok dan harta hasil (buah)
Harta pokok ialah
”Harta yang mungkin darinya terjadi harta yang lain”.
Harta hasil ialah
”Harta yang terjadi dari harta yang lain”.
10. Harta khas dan harta ’am
a. Harta khas ialah harta peribadi,tidak bersekutu dengan yang lain,tidak boleh diambil
manfaatnya tanpa disetujui pemiliknya.
b. Harta ’am ialah harta milik umum (bersama)yang boleh diambil manfaatnya.
Harta yang dapat dikuasai(ikhraj)terbagi menjadi dua, yaitu :
Harta yang termasuk milik perseorangan.
Harta-harta yang tidak dapat termasuk milik perseorangan.
Harta yang dapat masuk menjadi milik perseorangan dibagi menjadi dua:
Harta yang bisa menjadi milik perorangan,tetapi belum ada sebab pemilikan.
Harta yang bisa menjadi milik perorangan dan sudah ada sebab pemilikan.
Al Mal “ Harta”
10
2.3 KEDUDUKAN HARTA
Kedudukan harta bagi manusia sangat. Harta termasuk salah satu keperluan pokok
manusia dalam menjalani kehidupan didunia ini, sehingga para ulama ushul fiqh
memasukkan persoalan harta dalam salah satu adh-dharuriyat al-khamsah (lima keperluan
pokok). Yang terdiri atas agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Dalam ayat-ayat al-Qur’an, harta memiliki kedudukan antara lain:
1. Harta sebagai amanah (titipan) dari allah SWT manusia hanyalah pemegang amanah
untuk mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuan-Nya. Sedangkan
pemilik harta sebenarnya tetap pada Allah SWT.
Artinya:
“Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari
hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang
beriman diantara kamu dan menafkahkan (sebagian) hartanya mendapatkan pahala
yang besar”. (Q.S. al-Hadid:7)
2. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia menikmatinya dengan
baik dan tidak berlebih-lebihan. Manusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk
memiliki, menguasai dan menikmati. Firman-Nya:
Artinya:
“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu : wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,perak,kuda pilihan,
binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan di sisi
Allahlah tempat kembali yang baik”.(Q.S. Ali Imron:14)
3. Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini terutama menyangkut soal cara mendapatkan
dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran islam ataukah tidak Allah
berfirman:
Artinya:
Al Mal “ Harta”
11
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan dan di sisi Allahlah
pahala yang besar (al-Taghabun:15)
Berkenaan dengan harta pula, dalam Alqur’an dijelaskan larangan – larangan yang
berkaitan dengan aktivitas ekonomi. Dalam kaitan ini dijelaskan bentuk – bentuk larangan
tersebut sebagai berikut :
a. Perkara – perkara yang merendahkan martabat dan akhlak manusia, meliputi :
1) Memakan harta sesama manusia dengan cara yang batal, firman Allah :
Artinya:
“Dan janganlah sebagian kamu memakan sebagian yang lain di antara kamu dengan
jalan yang batil” (Al-Baqarah:188).
2) Memakan harta dengan jalan penipuan, firman Allah :
Artinya:
“Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan
petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaanNya. kamu tidak memikul
tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul
tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak)
mengusir mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim)”.(Al-An’am:52)
3) Dengan jalan melanggar janji dan sumpah, firman Allah :
Artinya:
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang
sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah
(perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan
yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah Hanya
menguji kamu dengan hal itu. dan Sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya
kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu”.(An-Nahl:92)
4) Dengan jalan pencurian, firman Allah :
Artinya:
“ Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.
dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.(Al-Maaidah:38)
Al Mal “ Harta”
12
b. Perkara – perkara yang merugikan hak perorangan dan kepentingan sebagian atau
keseluruhan masyarakat, firman Allah :
Artinya:
“Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda
dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung”. (Ali Imran:130).
c. Penimbunan harta dengan jalan kikir, firman Allah :
Artinya:
“Dan orang – orang yang menyimpan mas dan perak dan tidak menafkahkan pada jalan
Allah, maka berilah mereka kabar gembira dengan siksa yang pedih”. (At-Taubat:34)
d. Aktivitas yang merupakan pemborosan (mubazir), firman Allah :
Artinya:
“Dan berilah kerabat, orang – orang miskin, dan ibn sabil akan haknya, dan janganlah
kamu menghambur – hamburkan hartamu secara boros”. (Al – Isra:26)
e. Memproduksi, memperdagangkan, dan mengonsumsi barang – barang yang terlarang.
Selain yang dilarang, semua kegiatan yang dilakukan dalam memfungsikan harta pada
prinsipnya dibolehkan, baik dalam rangka pemenuhan kebutuhan individual maupun dalam
rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat
Al Mal “ Harta”
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Harta yang kita miliki ini sebenarnya hak Allah. Hak kita hanyalah sebagai
"pengurus" yang pastinya akan ditanya dari mana harta itu kita peroleh dan ke mana harta itu
dibelanjakan. Janganlah kita mengaggap bahwa harta yang kita miliki itu adalah hak mutlak
kita dan karena itu kita berbelanja sesuka hati, apalagi membelanjakannya dalam perkara
maksiat dan kemungkaran.
Dan lagi kekayaan seseorang itu tidaklah dapat diukur dari seberapa banyak dia
memiliki harta, namun seberapa banyak dia memiliki kekayaan dalam hati (ketenangan dan
ketentraman). Hal ini sesuai dengan hadits Nabi yang berbunyi:
Al Mal “ Harta”
14
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur`an wa al Ilmi al Hadits, Musthofa Shodiq Al Rofi`i.
Arief, Abdussalam. 2006. Al-Mal (Harta) dalam Perspektif Islam. Tidak
dipublikasikan.
Ash-Shiddiqy, Hasbi. 1997. Pengantar Fiqh Mu’amalah, Semarang: Pustaka Rizki
Putra.
Suhendi, Hendi. 2008. Fiqih Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Lathif,Azharudin. 2005. Fiqih Muamalat, Jakarta: UIN Jakarta Press.