Post on 26-Dec-2015
MAKALAH
INKUIRI TERBIMBING
Untuk memenuhi tugas mata kuliah strategi belajar mengajar
kimia
Yang diampu oleh:
Prof. Srini M. Iskandar, Ph.D
Disusun oleh:
Dini Zahrotul Wardah
Ferri Ferdiansyah
Holistiana Sasmitariji
Ilmiyah Nur Rahmatika
Siva Maulidya
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Oktober 2013
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan cabang ilmu pengetahuan alam
yang mempelajari tentang sifat, materi, perubahan dan
energi yang menyertai perubahan materi. Untuk mempelajari
ilmu kimia membutuhkan cara atau metode yang bisa
digunakan dalam pembelajaran kimia agar dapat dipahami
serta mempermudah mempelajarinya.
Inkuiri merupakan salah satu dari strategi pembelajaran
yang bisa membantu mempermudah penyampaian materi
kimia. Untuk menerapkan metode ini, guru harus dapat
memahami langkah-langkah dari model pembelajaran inkuiri
ini. Sehingga, para siswa akan dapat mengerti maksud dan
inti materi ilmu kimia dari penjelasan guru. Pembelajaran
yang berbasis inkuiri akan lebih mudah dipahami sehingga
akan menciptakan keaktifan dari siswa melalui keterampilan-
keterampilan dalam kelas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah
yang dimunculkan dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimanakah filosofi dan teori dasar dari inkuiri
terbimbing (Guided Inquiry) ?
2. Apakah definisi inkuiri ?
3. Bagaimana Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
(GuidedInquiry)
4. Apa saja keunggulan dan kelemahan dari metode inkuiri?
1
5. Bagaimanakah langkah-langkah dan aplikasi dari strategi
pembelajaran inkuiri terbimbing?
6. Bagaimana kombinasi dari strategi pembelajaan inkuiri
terbimbing dengan yang lain?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang
dimunculkan dalam makalah ini adalah:
1. Mengetahui filosofi dari inkuiri terbimbing (Guided Inquiry)
2. Mampu menjelaskan definisi secara umum mengenai
strategi inkuiri.
3. Mengetahui dan mampu menjelaskan Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing (GuidedInquiry).
4. Mampu menjelaskan dan mengetahui tentang keunggulan
dan kelemahan dari strategi inkuiri.
5. Mampu menjelaskan langkah-langkah dan aplikasi dari
strategipembelajaran inkuiri terbimbing.
6. Menjelaskan kombinasi dari strategi pembelajaan inkuiri
terbimbing dengan yang lain.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. FILOSOFI INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY)
1.Filosofi Inkuiri
Untuk mengajarkan suatu mata pelajaran secara efektif, yang harus
diketahui adalah semua tentang mata pelajaran dan tujuan dari
memperkenalkan mata pelajaran tersebut dalam kurikulum sekolah
(Obomanu, 1999). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka perlu diketahui
pengertian sains yang merupakan salah satu mata pelajaran yang di
dalamnya membahas tentang bidang kimia. Menurut Oguzor (2011), sains
adalah kesatuan dari pengetahuan dan proses untuk memperoleh suatu
pengetahuan. Sebagai metode untuk menyelesaikan masalah, metode sains
mencakup proses observasi, eksperimen untuk menjelaskan secara rasional
proses terbentuknya alam.
Untuk melakukan suatu observasi, eksperimen dan membuat suatu
kesimpulan yang dilakukan oleh siswa dibutuhkan peranan dari seorang
guru untuk menjadi motivator, moderator, dan fasilitator bagi
siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Proses
pencarian pengetahuan secara mandiri oleh siswa dikenal
sebagai proses pembelajaran secara inkuiri.
Ada beberapa teori belajar yang mendasari proses
pembelajaran secara inkuiri, antara lain teori belajar
kontruktivisme, teori belajar ausubel, dan teori belajar
penemuan dari Bruner.
a. Belajar menurut paham kontruktivisme
Menurut Brooks & Brooks (1993)”Constructivism is not an
instructional strategy to be deployed under appropriate conditions.
Rather, constructivism is an underlying philosophy or way of seeing
3
the world”. Maksud dari pernyataan tersebut adalah konstruktivisme
lebih merupakan suatu filosofi dan bukan suatu strategi pembelajaran.
Bahkan menurut Glasersfeld (1987) konstruktivisme sebagai "teori
pengetahuan dengan akar dalam “philosophy, psychology
andcybernetics". Von Glasersfeld mendefinisikan konstruktivisme
radikal selalu membentuk konsepsi pengetahuan. Ia melihat
pengetahuan sebagai sesuatu hal yang dengan aktif menerima apapun
melalui pikiran sehat atau melalui komunikasi. Hal itu secara aktif
terutama dengan membangun pengetahuan. Kognisi adalah adaptif
dan membiarkan sesuatu untuk mengorganisir pengalaman dunia itu,
bukan untuk menemukan suatu tujuan kenyataan (von Glasersfeld,
1987).
Teori belajar yang berbasis kontruktivisme
mempunyai tujuan dan visi dalam proses pembelajaran.
Tujuan dan visi menurut Brooks & Brooks (1993),
sebagai berikut:
1) Pembelajaran disajikan secara utuh menuju bagian-
bagian yang menekankan pada konsep-konsep
besar.
2) Menggali pertanyaan dari siswa.
3) Aktivitas pembelajaran dititikberatkan pada sumber
data utama dan manipulasi bahan-bahan atau alat
peraga.
4) Siswa dipandang sebagai pemikir dengan
memunculkan permasalahan.
5) Guru umumnya bertindak dengan interaktif dan
sebagai mediator lingkungan siswa.
6) Guru menggali konsep siswa, sehingga memahami
sajian konsepsi siswa untuk penggunaan dalam
pelajaran berikutnya.
7) Penilaian hasil belajar siswa terkait dengan
pembelajaran dan terjadi melalui pengamatan guru
4
terhadap hasil kerja dan penampilan siswa serta
portofolio.
8) Siswa sebaiknya bekerja dalam kelompok.
Berdasarkan tujuan diatas, konstruktivisme mempunyai anggapan
bahwa pengetahuan merupakan hasil konstruksi siswa-siswa sendiri.
Salah satu tokoh konstruktivisme yaitu Jean Piaget (1896-1980).
Berikut ini kutipan pendapat Piaget mengenai konstruktivisme:
“Children are actives builder s of their knowledge like little scientists, they
constantly construct and test their own theories of the world. Intelligence does
not by any means appear at once derived from mental development, like a higher
mechanism, and radically distinct from those which have preceded it.
Intelligence presents, on the contrary, a remarkable continuity with the acquired
on even inborn processes on which it depends and at the same time makes use
of .” (Piaget:1963:21)
Dari pendapat yang dikemukakan oleh Piaget dapat diketahui
bahwa dalam teori kosntruktivisme siswa mengkonstruksi
pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan objek,
fenomena, data-data, fakta-fakta, pengalaman dan lingkungannya..
Konstruktivisme juga beranggapan bahwa pengetahuan tidak dapat
ditransfer begitu saja dari seseorang kepada orang lain, tetapi harus di
interpretasikan sendiri oleh masing-masing individu. Artinya,
pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi, melainkan proses
yang berkembang terus menerus.
Selain Piaget, ahli konstruktivisme yang lain yaitu Vygotsky
(1896-1934). Perhatian utama dari Vygotsky adalah interaksi sosial
yang mempengaruhi perkembangan intelektual anak. Berikut adalah
kutipan pernyataan yang dikemukakan oleh Vygotsky:
"Every function in the child's cultural development appears twice: first, on the
social level, and later, on the individual level; first, between people
(interpsychological) and then inside the child (intrapsychological). This applies
5
equally to voluntary attention, to logical memory, and to the formation of
concepts. All the higher functions originate as actual relationships between
individuals." (Vygotsky, 1978:57).
Dari pernyataan yang dikemukakan oleh Vygotsky, dapat
diketahui bahwa perkembangan intelektual seorang anak yang sedang
mengalami proses pembelajaran selain dipengaruhi oleh faktor dari
dalam individu (intra psikologis) juga dipengaruhi oleh faktor
sosialnya (inter psikologis). Sehingga dapat dikatakan bahwa
perkembangan anak secara kognitif dipengaruhi oleh lingkungan
sosial dimana anak itu berada.
Pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar
dianggap sebagai proses untuk mengkonstruksi pengetahuan yang
dilakukan oleh siswa secara mandiri. Karena siswa diarahkan untuk
menjawab materi sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang
dimilikinya saat itu. Disamping itu, dalam konstruktivisme proses
belajar dipengaruhi oleh faktor pengalaman dan lingkungan yang
mendukung dalam memecahkan masalah, melakukan penyelidikan,
dan menarik suatu kesimpulan. Hal ini sejalan dengan rancangan
materi yang disesuaikan dengan masalah yang biasa dialami
dilingkungan sehari-hari. Dengan demikian teori konstruktivisme
berkaitan dengan penjelasan melalui metode inkuiri.
b. Belajar bermakna dari Ausubel
Belajar menurut Ausubel (Dahar,1996:111) ada dua jenis, yaitu:
1) Belajar bermakna (meaningful learning), dan
2) Belajar menghapal (rate learning).
Terpengaruh oleh Jean Piaget, Ausubel mempercayai jika
pemahaman konsep, prinsip-prinsip, dan ide-ide tercapai secara
deduktif. Dengan kata lain, beliau mempercayai bahwa ide-ide yang
diperoleh berasal dari proses belajar yang bermakna, dan menentang
pembelajaran dengan cara menghafal. Dalam bukunya (Educational
Psychology: A Cognitive View), beliau mengatakan bahwa:
6
“The most important single factor influencing learning is what the learner
already knows. As certain this and teach him accordingly” (Ausubel:1968)
Jadi, Belajar bermakna merupakan suatu proses dimana setiap
informasi atau pengetahuan baru dihubungkan dengan struktur
pengertian atau pemahaman yang sudah dimilikinya oleh siswa
sebelumnya. Belajar bermakna terjadi bila siswa mampu
menghubungkan setiap informasi baru kedalam struktur pengetahuan
mereka. Hal ini terjadi melalui pemahaman siswa terhadap sebuah
konsep, mampu mengubah konsep sehingga menyebabkan
peningkatan kemampuan untuk memecahkan masalah. Untuk itu dapat
dikatakan teori belajar bermakna dari Ausubel sesuai dengan metode
inkuiri. Karena siswa mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan
materi secara mandiri tanpa dibimbing oleh guru.
c. Belajar penemuan dari Bruner
Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh
ialah model dari Jerome Bruner. Bruner mengemukakan pendapatnya
dalam kutipan berikut:
“The purpose of education is not to impart knowledge, but instead to facilitate
a child's thinking and problem solving skills which can then be transferred to a
range of situations. Specifically, education should also develop symbolic
thinking in children”. (Bruner:1960)
Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa tujuan dari
pembelajaran bukanlah untuk menanamkan pengetahuan, tetapi untuk
memfasilitasi pemikiran siswa dan kemampuan dalam memecahkan
masalah. Jadi siswa disarankan berusaha sendiri untuk memecahkan
masalah yang berinteraksi dengan lingkungan, agar mereka
memperoleh pengalaman, melakukan eksperimen dan menemukan
konsep itu sendiri.
7
Sedangkan asumsi-asumsi yang mendasari metode inkuiri
(Hamalik, 2003 : 64) adalah sebagai berikut:
Ketrampilan berpikir kritis dan berpikir dedukatif sangat
diperlukan pada waktu mengumpulkan evidensi yang
dihubungkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan oleh
kelompok
Keuntungan para siswa dari pengalaman-pengalaman kelompok
di mana mereka berkomunikasi, berbagi tanggung jawab dan
bersama-sama mencari pengetahuan.
Kegiatan-kegiatan belajar yang disajikan dalam semangat berbagi
inkuiri menambah motivasi dan memajukan partisipasi aktif
2.Sejarah Inkuiri
Istilah inkuiri secara harfiah berarti “mencari pengetahuan”. Penemu
paling terkenal dari kurikulum berbasis inkuiri dapa sejarah awal
pendidikan adalah John Dewey. Pada satu abad yang lalu, Dewey
(Cracolice, 2009) menulis “science has been taught too much as
accumulation of ready-made material with which students are to be
familiar, not enough as a method of thinking, an attitude of mind, after the
pattern of which mental habits are to be transformed” yang memiliki
makna bahwa ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada siswa sudah terlalu
banyak karena akumulasi bahan siap pakai yang sudah dikenal oleh siswa,
tidak cukup hanya sebagai metode berpikir, sikap pikiran, kebiasaan
mental pun harus diubah. Namun, yang perlu disayangkan, pemberian
mata pelajaran kimia hanya memiliki pengetahuan akan beberapan bahan
sehingga dapat lebih mudah diingat di kemudia hari, bukan sebagai
pencarian pengetahuan.
Menurut Cracolice (2009) perbedaan utama antara pendekatan secara
inkuiri dan non-inkuiri adalah urutan instruksi. Secara umum, sebagian
besar mata pelajaran kimia meliputi tiga tahap per konsep utama:
1) menginformasikan siswa tentang konsep, biasanya melalui ceramah
dan/atau bacaan buku teks,
8
2) memverifikasi bahwa konsep ini memang benar, kadang-kadang
melalui latihan laboratorium, namun hampir selalu melalui informasi
yang dikirimkan melalui ceramah dan/atau buku pelajaran, dan
3) berlatih menjawab pertanyaan tentang konsep, biasanya melalui tugas
pada akhir bab. Urutan "tradisional" tersebut biasanya disebut
menginformasikan-memferifikasi-praktek.
Sebuah pendekatan inkuiri membalikkan urutan dua tahap pertama yang
dijelaskan di atas. Praktikum dilakukan pada tahap pertama. Siswa
mengumpulkan data sebelum mereka diberitahu tentang konsep. Jika
praktikum berjalan tidak praktis, guru dapat memberikan data kepada
siswa, idealnya dengan deskripsi instrumentasi yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi di mana data
dikumpulkan. Kemudian siswa menggunakan data tersebut untuk
membangun (mengkontruksi) konsep pengetahuan mereka sendiri. Konsep
yang kemudian disempurnakan melalui praktikum. Pada intinya
pendekatan secara inkuiri mengikuti aturan Verifikasi-Menginformasikan-
Latihan, namun pada tahap verifikasi dalam fase mempertimbangkan data
dan fase menginformasikan adalah fase membangun konsep dalam pikiran
siswa sendiri.
3.Definisi Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa inggris yaitu “inquiry” yang
secara harfiah berarti pertanyaan, atau pemeriksaan,
penyelidikan. Penyelidikan dimaksudkan dari kegiatan
siswa dalam kelas. Karena siswa diharapkan lebih aktif
misalkan dalam mengamati, mengumpulkan dan
mengorganisasikan data, mengidentifikasi dan mengontrol
variabel merumuskan, menguji hipotesis dan penjelasan
serta menyimpulkan sendiri dari data yang mereka
dapatkan. Inkuiri lebih menekankan pada proses keaktifan
siswa dalam proses belajar. Baik melalui sikap maupun
keterampilan dan aspek lainnya.
9
Inkuiri adalah “rangkaian pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan” (Sanjaya, 2006). Tujuan
utama model inkuiri adalah mengembangkan kemampuan
berpikir dan menitikberatkan serta memfokuskan terhadap
kegiatan atau aktifitas siswa. Sehingga model ini selain
berorientasi pada hasil belajar, juga berorientasi pada
proses belajar.
4.Macam-macam Strategi pada Pendekatan Inkuiri
Menurut Brown (1982), terdapat beberapa strategi
yang dapat digunakan untuk mengajarkan ilmu dengan
pendekatan inkuiri. Hal ini tergantung dari tiga jenis
strategi dalam pendekatan inkuiri.
1) Inkuiri terbimbing adalah benyuk inkuiri dimana guru
menyusun proses pembelajaran. Guru membuat suatu
masalah dan mengelompokkan menjadi pertanyaan
sederhana, serta memberikan nasehat tentang langkah-
langkah yang harus dilakukan siswa untuk menjawab
pertanyaan.
2) Inkuiri bebas adalah suatu bentuk inkuiri yang siswa
merumuskan permasalahan yang harus dipecahkan,
merancang metode dan teknik untuk memecahkan
masalah serta melaksanakan investigasi untuk
membuat suatu kesimpulan.
3) Inkuiri modifikasi adalah gabungan dari inkuiri
terbimbing dan inkuiri bebas. Guru memberikan
masalah dan siswa diminta untuk melaksanakan
penyelidikan (dapat dilakukan secara kelompok). Guru
bertindak sebagai narasumber yang memberikan
bantuan untuk menghindari ketidakmajuan dari siswa.
10
5.Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry)
Dalam keefektifannya “Pembelajaran inkuiri
terbimbing lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar
siswa, dibandingkan dengan inkuiri terbuka” (Sulistina, dkk
2010). Hal ini disebabkan karena pembelajaran inkuiri
terbimbing guru lebih banyak berperan dalam membantu
siswa untuk melakukan penyelidikan dan membimbing
siswa usaha menemukan konsep dan prinsip.
Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan
intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk
pengembangan emosional dan pengembangan
keterampilan. Namun, guru juga tidak hanya memberikan
masalah, guru juga memberikan pengarahan serta
bimbingan terhadap kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan siswa agar siswa dapat mengerti dan mengikuti
kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Guru juga merupakan
motivator, fasilitator, penanya, administrator, pengaruh,
manajer, atau rewarder (Trianto, 2007).
6.Keunggulan dan Kelemahan Strategi Inkuiri
Sebagai suatu model pembelajaran, inkuiri mempunyai
keunggulan dan kelemahan. Keunggulan yang dimiliki
model inkuiri berbeda dengan model-model pembelajaran
lain. Menurut Zuriyani (2007) strategi pembelajaran inkuiri
memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan.Keunggulan
Strategi Pembelajaran Inkuiri adalah sebagai berikut:
a. Strategi Pembelajaran Inkuiri merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
11
secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui
strategi ini dianggap lebih bermakna.
b. Strategi Pembelajaran Inkuiri dapat memberikan ruang
kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka.
c. Strategi Pembelajaran Inkuiri merupakan strategi yang
dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar modern yang mengaggap belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman
d. Strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan
siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus
tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam
belajar.
Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri
a. Jika Strategi Pembelajaran Inkuiri digunakan sebagai
strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol
kegiatan dan keberhasilan siswa.
b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran
oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam
belajar.
c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya,
memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru
sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan.
d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh
kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka
Strategi Pembelajaran Inkuiri akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru.
Sanjaya(2006) mengungkapkan keunggulan dari model
inkuiri sebagai berikut:
12
a. Merupakan model yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
dengan seimbang, sehingga akan lebih bermakna;
b. Mengembangkan keterampilan pemikiran kritis siswa
dan meningkatkan literasi ilmiah;
c. Membantu siswa menjadi pemikir ilmiah dan
merangsang minat siswa dalam meneliti isu-isu;
d. Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka;
e. Model yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman;
f. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata.
Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri
yang sering dihadapi terhadap proses pembelajaran baik
secara konsep maupun teknis, menurut Sanjaya(2006)
adalah:
a. Dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu
yang panjang sehingga guru sering kesulitan
menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan;
b. Memerlukan proses mental yang berbeda.
B. LANGKAH-LANGKAH STRATEGI INKUIRI TERBIMBING
Pembelajaran secara inkuiri akan menghasilkan pemahaman yang mendalam
pada berbagai aspek ilmu sains, hal ini bertolak belakang dengan
pembelajaran tradisional. Menurut Leonard (Rahayu, 2013), pada
pembelajaran inkuiri, siswa melakukan kegiatan berikut:
13
Melakukan pengamatan awal
Merespon atau mengajukan pertanyaan terhadap materi yang diajukan
(merumuskan masalah)
Menyusun hipotesis terhadap pertanyaan dalam percobaan
Merencanakan percobaan
Mengumpulkan, mengorganisasi dan menyajikan data
Menganalisis data untuk membuktikan hipotesis
Membagikan ide atau hasil analisis data kepada kelompok lain untuk
memperoleh balikan
Meninjau kembali, jika diperlukan menjajaki ulang data
Mendapatkan persetujuan umum dalam jawaban terhadap pertanyaan
percobaan
Terdapat beberapa langkah strategi inkuiri terbimbing menurut para ahli,
seperti yang tertera di bawah ini:
Selection of ‘topic’ or broad focus for an
inquiry
Importantly, the focus for the unit should be
selected with a ‘big picture’ in mind.
School and state curriculum documents
may assist. Foci will often be modified
through negotiation with students or in
conjunction with events or issues arising in
the local or global community.
Generative question/s
What’s the inquiry really about? What is
the key idea? What big question/s will we
explore? This question has generative
potential - it is open and often provocative.
(Imagine this question on your classroom
wall) In some cases, students help devise
the question. The question may be framed
as a problem, a provocation, a
wondering….
Understandings skills What do we want students to understand
more deeply by the end of the inquiry?
What is important to know about this?
(Link to big ideas) What key skills,
14
strategies, qualities and values will be
enriched through this inquiry? Link skills to
generic areas: thinking, communication,
selfmanagement, social, ICTs.
Tuning in (to students, not just the topic!)
Engagement and gathering prior
knowledge, pre assessment, questions for
inquiry, goal setting. Sometimes, students
will require some early immersion or
‘front loading’ in the topic if little is
known/experienced. Some questions may
emerge from students at this stage. What
theories do we have? How do we already
understand this? Ask students: how could
we find out more about this?
Finding out
Experiences and texts that add to
knowledge base – emphasis on gathering
data first hand and in a range of ways
(usually shared experiences)… linked to
understanding goals. Data gathering
through engaging with experts, surveys,
interviews, film, experiments, observations,
field work…
Sorting out
Organising, analysing and communicating
the information gathered using a range of
learningareas – eg: through maths, arts,
English, drama, music, technology, etc.
Reflective thinking work - revising original
theories and propositions. Reviewing the
big question…What meaning can we make
of this data? What are we learning?
Going Further (independent inquiry)
Raising or revisiting questions.
Opportunity for students to pursue
questions or issues/interests of their own or
in small groups. These questions may be
picked up from earlier in the inquiry or
have emerged from the shared inquiry
Drawing Conclusions Stating understandings – what do we think
and know now? How dowe feel? High
15
level thinking aboutthe topic. Identifying
avenues foraction and application.
Generalising(should be done throughout)
Reflecting and Acting
Now what? Taking action. Reflecting on
the unit –what how and why learning has
come about? What did I learn about this
topic? What did I learn about myself? What
should I do now? (Reflect all the way
through) Murdoch,(2007)
Berdasarkan tabel di atas, Murdoch (2007) berpendapat bahwa langkah-
langkah dalam strategi pembelajaran secara inkuiri terbimbing adalah sebagai
berikut:
Menentukan suatu topik untuk penyelidikan (inkuiri)
Menyusun pertanyaan
Keterampilan memahami
Menyesuaikan beberapa pengetahuan
Mencari pengetahuan (ilmu) yang relevan dengan permasalahan
Memilah pengetahuan (ilmu) yang relevan dengan permasalahan
Menyelidiki secara mandiri
Membuat kesimpulan
Merefleksikan dan mengaplikasikan ilmu yang didapat
Ada juga pendapat yang lain tentang langkah-langkah pembelajaran dengan
inkuiri terbimbing.
“Inquiry is a process. You can’t do everything all at once. At the beginning,
you need to ask questions and explore. Then you plan what you want to do and
research it, gathering the materials you need. Afterward, you create something,
following your plan. When you’ve completed your creation, you check it against
your goals to see how you can improve on what you have accomplished. In the end,
you present your work to the wide world. Here’s a visual to help you understand the
inquiry process
- Questioning
- Planning
- Researching
16
- Creating
- Improving
- Presenting(King, 2012: 236)”
Berdasarkan uraian di atas, King (2012: 236) berpendapat bahwa inkuiri
merupakan suatu proses yang tidak dapat melakukan segala langkahnya
secara bersamaan. Berikut proses inkuiri menurut King:
Membuat suatu pertanyaan
Membuat perencanaan
Melakukan percarian
Menciptakan sesuatu yang baru
Melakukan improvisasi
Mempresentasikan hasil kerja
Dari berbagai pendapat yang telah diuraikan di atas, dapat
diambil kesimpulan bahwa pembelajaran secara inkuiri
terbimbing merupakan proses yang harus melewati beberapa
langkah untuk mencapai hasil yang maksimal. Langkah-
langkah tersebut adalah:
1) Observasi untuk menemukan masalah
2) Merumuskan masalah
3) Mengajukan hipotesis
4) Merencanakan pemecahan masalah
5) Melaksanakan eksperimen
6) Melakukan pengamatan dan pengambilan data
7) Analisis data
8) Menarik kesimpulan dan penemuan (mempresentasikan
data)
C. APLIKASI STRATEGI INKUIRI TERBIMBING
Langkah 1: Observasi untuk menemukan masalah
Kegiatan guru Kegiatan siswa
17
Guru menyajikan kejadian-kejadian atau
fenomena yang memungkinkan siswa
menemukan masalah, misalnya saja dalam
hal ini digunakan contoh bab Laju Reaksi
khususnya mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi. Guru
memberikan fenomena apabila kita
mempunyai satu kotak garam grasak, dan
serbuk garam, apabila dilarutkan dalam air
maka garam yang serbuk akan lebih
mudah larut. Selain itu guru memberikan
contoh lainnya, apabila kita mempunyai
buah-buahan dan di letakkan dalam kulkas
akan lebih awet dari pada buah-buahan
diletakkan diudara terbuka. Dengan
pemberian fenomena yang sesuai dengan
kehidupan sehari anak-anak tersebut, maka
akan memunculkan suatu masalah bagi
pemikiran siswa.
Siswa menanggapi apersepsi
dari guru mengenai laju reaksi
yang dapat ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari dan
menambahkan manfaat lainnya,
seperti bisa melarutkan gula
pada air hangat.
Langkah 2: Merumuskan masalah
Kegiatan guru Kegiatan siswa
Guru membimbing siswa merumuskan
masalah penelitian berdasarkan kejadian
dan fenomena yang disajikan dengan guru
menunjuk 2 orang siswa untuk melakukan
demonstrasi sederhana mengenai pengaruh
laju permukaan terhadap laju reaksi
(dengan melarutkan Kristal garam dalam
air dan serbuk garam dalam air)
Dua orang siswa yang dengan
sukarela maju ke depan kela
untuk melakukan demonstrasi
kepada teman-temannya, guna
memahami konsep laju reaksi.
18
Langkah 3: Mengajukan hipotesis
Kegiatan guru Kegiatan siswa
Guru membimbing siswa untuk
mengajukan hipotesis terhadap masalah
yang telah dirumukannya dengan
memberikan pertanyaan apa yang dapat
diperoleh dari sedikit demonstrasi yang
telah dilakukan oleh dua orang temannya
tersebut.
Guru mempersilahkan siswa untuk
mengangkat tangan atau menunjuk siswa
guna mengungkapkan hipotesis dari
demontrasi tersebut.
Siswa mengungkapkan
hipotesisnya mengenai
demonstrasi yang telah
dilakukan oleh temannya
didepan kelas.
Langkah 4: Merencanakan pemecahan masalah
Kegiatan guru Kegiatan siswa
Guru membimbing siswa untuk
merencanakan pemecahan masalah,
membantu menyiapkan alat dan bahan
yang diperlukan dan menyusun prosedur
yang tepat yaitu dengan memberikan LKS
kepada siswa mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi, dimana
terdapat banyak soal-soal yang
mengharuskan siswa untuk melakukan
sebuah eksperimen lanjut, misalnya :
1) Direaksikan masing-masing
Larutan HCl 2 M, larutan HCl 1 M,
larutan HCl 0.5 M dengan Logam Mg
(Konsentrasi)
Siswa merencanakan rencana
percobaan yang akan dilakukan
untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai laju reaksi, jika
terdapat kesulitan bisa
ditanyakan kepada guru.
19
2) Direaksikan masing-masing Zn
padatan dan Zn serbuk dengan
larutan HCl 1 M (Luas permukaan)
3) Ditambahkan gula dalam air, pada
kondisi pertama gula dalam air
tersebut dibiarkan tanpa diaduk,
dan untuk gula dalam air yang lain
dipanaskan juga tanpa diaduk
(Temperatur)
Langkah 5: Melaksanakan eksperimen
Kegiatan guru Kegiatan siswa
Selama siswa bekerja, guru membimbing
dan menfasilitasi serta tetap mengawai
percobaan yang dilakukan siswa.
Siswa melakukan ekperimen
dari rencana percobaan yang
telah dibuat sendiri sebelumnya.
Langkah 6: Melakukan pengamatan dan pengumpulan
data
Kegiatan guru Kegiatan siswa
Guru membantu siswa melakukan
pengamatan tentang hal-hal yang penting
dan membantu mengumpulkan serta
mengorganisasi data
Siswa menulis data mengamatan
sesuai percobaan yang mereka
lakukan
Langkah 7: Analisis data
Kegiatan guru Kegiatan siswa
Guru membantu siswa untuk menganalisis
data supaya menemukan suatu konsep,
yaitu dari data yang telah diperoleh siswa
dibimbing untuk menemukan bagaimana
Siswa menanyakan mengenai
data pengamatan yang telah
mereka peroleh kepada guru,
dan kemudian dianalisa sendiri
20
faktor-faktor laju reaksi itu dari percobaan
yang telah siswa lakukan dalam percobaan
sesuai pemahaman siswa
Langkah 8: Menarik kesimpulan dan penemuan
(mempresentasikan data)
Kegiatan guru Kegiatan siswa
Guru membimbing siswa mengambil
kesimpulan berdasarkan data dan
menemukan sendiri konsep yang ingin
diitanamkan, dimana dari percobaan siswa
akan menyimpulkan sendiri apa saja faktor
dari laju reaksi, sehingga siswa
membentuk konsep mereka sendiri.
Siswa menemukan konsepnya
sendiri
D. INFORMATION AND COMMUNICATIONS TECHNOLOGY
(ICT)
1. Perngertian ICT
“ICT is technology that supports activities involving
information. Suchactivities include gathering, processing, storing and
presenting data. Increasingly these activities also involved
collaboration and communication. Hence IT has become ICT
(Information and Communications Technology).
Information and communication technology, or ICT, is
defined as the combination of informatics technology with
other, related technologies, specifically communication
technology. In this book, these three definitions have been
collapsed into a single, all encompassing, definition of ICT.
This definiton implies that ICT will be used, applied, and
integrated in activities
of working and learning on the basis of conceptual
understanding and methods of informatics(Gokhe).”
21
Berdasarkan uraian di atas, menurut Gokhe, ICT adalah
suatu teknologi yang mendukung aktivitas yang
berhubungan dengan informasi, seperti mengumpulkan,
memproses, menyimpan maupun mempresentasikan data.
Information and Communication Technology (ICT)
merupakan kombinasi dari teknologi informasi dengan
teknologi yang lain khususnya adalah teknologi
komunikasi.
2. Cakupan ICT dalam pendidikan
Menurut Surjono (2012), cakupan ICT dalam pendidikana
adalah sebagai berikut:
ICT sebagai subyek (ilmu komputer)
ICT sebagai alat administrasi (sistem informasi
akademik)
ICT sebagai alat produktivitas (pengolah kata,
angka, gambar)
ICT sebagai alat inovasi aktivitas belajar mengajar
(konten digital, multimedia)
ICT sebagai alat memperluas kesempatan belajar
(web pembelajaran, e-Learning)
3. Kondisi ICT di Sekolah Indonesia
Menurut Surjono (2012), kondisi ICT di sekolah Indonesia
adalah sebagai berikut:
1. ICT belum dimanfaatkan secara optimal terutama di
pelosok (tanpa listrik, tanpa skills, tidak cukup)
2. Banyak siswa menggunakan ICT di luar sekolah (main
games/PS), karena guru tidak menggunakannya di
kelas
3. Guru lahir di lingkungan non-ICT, tetapi siswa lahir di
lingkungan ICT
22
4. Kompetensi guru dan dosen dalam hal ICT masih
rendah
5. Guru mempersiapkan dengan pendekatan ‘teacher
centered’, tetapi mengajar dengan pendekatan ‘student
centered’
E. MODIFIKASISTRATEGI INKUIRI TERBIMBING DENGAN
ICT (Information and Communications Technology)
Berdasarkan pengertian dari ICT, yang merupakan suatu
teknologi yang mendukung aktivitas yang berhubungan
dengan informasi, seperti mengumpulkan, memproses,
menyimpan maupun mempresentasikan data. Hal tersebut
berkaitan dengan langkah-langkah dalam strategi inkuiri
terbimbing, sehingga ICT dapat memaksimalkan
pembelajaran dengan strategi inkuiri terbimbing.
Dalam strategi pembelajaran inkuiri, guru akan
menggunakan strategi ICT saat memperkenalkan awal suatu
topik yang akan dibahas lebih mendalam dan atau setelah
siswa menyimpulkan masalah yang diberikan oleh
guru.Tujuan dari metode ICT adalah memberikan konsep
yang lebih mendalam dengan mengetahui proses kimia
secara mikroskopis. Umumnya guru menggunakan animasi
dan atau gambar yang relevan dengan materi untuk
menunjang penjelasan dari topik yang dibahas.
23
DAFTAR RUJUKAN
Ausubel, D., Novak, J., & Hanesian, H. 1968. Educational Psychology: A
Cognitive View (2nd Ed.). New York: Holt, Rinehart & Winston.
Brooks, Jacqueline Grennon and Brooks, Martin G. (1993). The case for
constructivist classrooms. Alexandria, VA: ASCD
Brown, R.N., F.E. Oke and P. Brown. 1982. Curriculum and
Intstruction: An Introduction to Methods of Teaching.
Macmillan Publishers Ltd., London
Bruner, J. 1960. The Process of education. Cambridge, Mass.: Harvard
University Press.
Cracolice, Mark S. 2009. Chemist’s Guide to Effective
Teaching Volume II: Guided Inquiry and the Learning
Cycle. Upper Saddle River, New Jersey 07458:
Pearson Education, Inc.
Dahar, R.D. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Gokhe, Megha. TSECR, Concept of Information and
Communication Technology. Online.
http://www.tscermumbai.in/resources%20_paper_
%204/IV.1_information_and_communication_technolo
gy.pdfdiakses pada tanggal 13 September 2013
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakata :
Bumi Aksara.
Iskandar, Srini Murtinah. 2010. Strategi Pembelajaran
Konstruktivistik dalam Kimia. Malang: Universitas
Negeri Malang.
King, Robert; Erickson, Christoper; and Sebranek, Janae. 2012. Inquire A
Guide to 21st Century Learning. Thoughful Learning
Murdoch, Kath. 2007. A Basic Overview of the Integrated Inquiry Planning
Model. Online. http://www.inquiryschools.net/page10/files/Kath
%20Inquiry.pdfdiakses pada tanggal 9 Oktober 2013
24
Obomanu, B.J. and C.A. Okoro. 1999. Teaching Issues and Methods.
Omoku: Molsyfem United Services Publishing Unit
Oguzor, Nkasiobi Silas. 2011. Current Research Journal of Social Sciences
3: Inquiry Instructional Method and the School Science
Currículum. Omoku-Nigeria: Federal College of Education
(Technical)
Piaget, J. 1963. The Developmental Psychology. Princeton, NJ: Van Nostrand
Rahayu, Mike. 2013. Pengembangan modul elektrokimia dengan pendekatan
inkuiri terbimbing untuk siswa SMA RSBI kelas XII. Universitas
Negeri Malang: Malang
Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran. Bandung: Kencana Prenada Media
Sulistina, Oktaviana. 2010. Pengembangan Pembelajaran
Kimia dengan Model Inkuiri Terbimbing. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Surjono, Herman Dwi. 2012. Implementasi ICT dalam
Pembelajaran IPA. Online.
http://repo.unnes.ac.id/dokumen/Implementasi-ICT-
dlm-Pemb-IPA-rev-sm.pdfdiakses pada tanggal 13
September 2013
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
kontruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
von Glasersfield. 1987. A constructivist approach to teaching. Constructivism
in education.Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum
Vygotsky. 1978. Interaction between Learning and Development.
Cambridge, MA: Harvard University Press
Zuriyani, Elsy. 2007. Strategi Pembelajaran Inkuiri pada Mata Pelajaran
IPA. Palembang
25