Penatalaksanaan Asma - Stikes

Post on 15-Jan-2016

267 views 1 download

description

mkl

Transcript of Penatalaksanaan Asma - Stikes

Penatalaksanaan Asma

dr. Gandi Setyawan

Penatalaksanaan asma secara global oleh GINA (Global Initiative for Asthma) (Six Part Asthma Management Program). Program ini terdiri dari

1. Edukasi asma pada penderita dan keluarganya.

2. Penilaian derajat keparahan asma dengan menggunakan

gejala klinis dan tes obyektif faal paru.

3. Menghindari paparan dan faktor risiko

4. Penatalaksanaan terapi medikasi jangka panjang asma

5. Penatalaksanaan terapi medikasi saat terjadi eksaserbasi akut

6. Evaluasi perawatan asma secara reguler

 PENANGANAN ASMA JANGKA PANJANG

TUJUAN ASMA TERKONTROL

Kriteria asma terkontrol1.Gejala asma kronis sangat minimal / -

2.Eksasebasi sangat minimal/infrekuen.

3.Tidak ada kunjungan emergensi.

4.Penggunaan beta 2 agonis yang sangat minimal /-

5.Tidak ada keterbatasan aktivitas termasuk latihan fisik.

6.Variasi PEF circadian kurang dari 20 %

7.PEF mendekati normal.

8.Efek samping pengobatan sangat minimal / -

Penentu pilihan terapi asma

1. derajat keparahan asma

2. kondisi khusus pada pasien termasuk sosial

ekonomi

3. ketersediaan obat-obatan

4. sistem kesehatan masyarakat di daerah tersebut.

Jenis obat asma:

1. reliefer : secara cepat memperbaiki gejala simtomatik akut asma dengan cara sebagai bronkodilator. Pilihanbronkodilator aksi cepat.

2. Controller : digunakan setiap hari jangka panjang untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma supaya tetap terkontrol. Pilihan glukortikosteroid inhalasi dan sistemik, theofilin lepas lambat, beta 2 agonis long acting, leukotrien modifier, sodium kromoglikat. Glukokortikosteroid inhalasi sekarang ini merupakan controller yang paling efektif.

PENANGANAN ASMA EKSASERBASI AKUT  

Sebelum dilakukan terapi akan dilakukan penilaian awal berupa riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik awal dan tanda vital, dan pemeriksaan penunjang awal seperti spirometri, analisa gas darah pada pasien yang sangat berat dan penunjang lain

Klasifikasi derajat keparahan asma eksaserbasi akut :

serangan ringan

serangan sedang

Serangan berat

gagal nafas mengancam.

1.Beta agonis

Beta adrenergik inhalasi aksi cepat paling kuat dengan efek bronkodilator yang cepat (Evidence A) (GINA, 2002).

pemberian beta agonis secara inhalasi / nebuliser lebih baik daripada pemberian secara intravena ataupun oral

Pemberian intravena dapat dipertimbangkan bila tidak ada perbaikan dengan pemberian secara inhalasi dosis tinggi.

Dosis nebuliser salbutamol :

0,1 - 0,15 mg/kg ( 2,5 mg yang dilarutkan dalam 2 mL

cairan salin) tiap 20 menit selama 1 jam

maksimum : 15 mg/kg berat badan

efek samping beta agonis:

Efek samping akut berupa tremor merupakan efek samping yang sering terjadi , tetapi biasanya terjadi lebih banyak pada pemakaian oral daripada pemakaan secara inhalasi.

palpitasi dan kenaikan denyut jantung merupakan efek samping yang tergantung dosis (dose-dependent) dan jarang terjadi pada pemakaian beta 2 agonis yang selektif (seperti terbutalin dan albuterol) ( Lemanske, 2003 ).

2.Kortikosteroid sistemik

Glukokortikosteroid sistemik merupakan obat yang terbukti berguna sebagai terapi pada serangan asma dan diharapkan menjadi bagian yang integral pada terapi asma terutama bila pengobatan awal dengan beta 2 agonis inhalasi tidak memberikan hasil yang adekuat dan terdapat riwayat eksaserbasi sebelumnya yang membutuhkan steroid (Evidence A ) ( GINA, 2002 ).

Pemberian kortikosteroid pada beberapa RCT secara awal akan secara dramatis menurunkan kebutuhan untuk rawat inap dan juga menurunkan angka kematian karena asma.

Dosis glukortikosteroid sistemik:

metilprednisolon intravena sebesar 60-80 mg secara bermakna memperbaiki FEV1 (Boushey, 2003; GINA, 2002).

Kortikosteroid sistemik membutuhkan waktu sekitar 4 jam setelah pemberian untuk menimbulkan perbaikan klinis (GINA, 2002).

3.Terapi Oksigenasi

Tujuan: saturasi oksigen sebesar lebih dari 90%

Cara: kanula ataupun mask , box (bayi)

Evaluasi: dengan oksimetri (GINA 2002).

4.Ipratropium Bromida

Beberapa penelitian dan metaanalisis menyebutkan bahwa pemakaian ipratropium bromida dikombinasikan dengan beta 2 agonis akan mengurangi jumlah rawat inap (Hospital admission rate) (Evidence A) (GINA, 2002). Kombinasi kedua obat ini juga akan memperbaiki PEF dan FEV1 dan menyebabkan bronkodilatasi dan juga sebaiknya digunakan sebelum mempertimbangkan pemakaian Metilxantin ( Evidence B) (GINA, 2002).

5.Metilxantin

mulai dihindari karena banyaknya efek samping

Sebuah meta analisis yang merangkum 15 penelitian menunjukan bahwa aminofilin ketika ditambahkan pada terapi standar dengan β 2 agonis ternyata tidak menunjukan perbedaan yang bermakna untuk efek bronkodilatasinya pada penderita asma akut (Paresmawaran, 2003). Tetapi penelitian lain masih menunjukkan hasil yang beragam (Boushey, 2003).

Cara pemberian:

Bila pasien tidak mengalami perbaikan dengan penambahan Ipratropium bromida inhalasi, maka dapat diberikan aminofilin 5 mg/kg BB secara bolus intra vena pelan-pelan 20 menit bila 24 jam sebelumnya tidak mendapatkan terapi aminofilin (bila telah mendapatkan aminofilin sebelumnya, maka hanya digunakan dosis 2,5 mg/kg BB) dan diteruskan dosis pemeliharaan 0,5 mg/kgBB/jam.

Efek samping :

mual, muntah, takikardi, aritmia kordis dan kejang.

6.Epinefrin

Indikasi:

- pada pasien angioedema atau anafilaksi.

- Obat ini dapat diberikan bila beta 2 agonis inhalasi ataupun

injeksi tidak tersedia walaupun memiliki efek samping yang

lebih tinggi(GINA, 2002)

  Cara:

subkutan atau im

PNEUMONIA

Definisi

• Peradangan jaringan parenkim paru yg disebabkan oleh mikroorganisme virulen

(bakteri, virus, jamur, parasit)

Gejala Klinis

• Batuk-batuk dengan sputum berlebih

• Demam

• Sesak napas

• Sakit dada

Pemeriksaan Fisik

• Terdapat tanda-tanda Konsolidasi paru

(pekak) pada perkusi.

• Suara nafas bronkial

• Ronkhi basah nyaring

Kriteria Diagnosis

• 2 gejala dari : demam, batuk-batuk yang produktif, leukositosis

• Terdapat infiltrat paru atau infiltrat yg progresif pada foto paru

Etiologi

• Bakteri

• Virus

• Jamur

• Parasit

Pemeriksaan Penunjang

• Px Gram Sputum (+), jumlah leukosit >25/LPB, epitel <5/LPB

• Kultur sputum: mikroorganisme dan resistensi

• Foto Thoraks

• Analisis Gas Darah

Terapi

• Antibiotik sesuai kultur

• Sementara menunggu kultur, secara empirisCAP

• Rawat jalan : Amoksisilin, trimetropim/sufametoksasol, makrolid

• Rawat Inap : Ampisilin sulbactam, amoksisilin/asam klavulanat, sefalosporin generasi II

Hospital Acquired Pneumonia : sefalosporin generasi III, antipseudomonas: seftazidim, sefoperazon, imipenem, sefpirom, sefepime, siprofloksasin.