Post on 06-Dec-2020
i
PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM MENGGUNAKAN AMPAS
TAHU, PUPUK KANDANG DAN SEKAM
PADI TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH
CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)
SKRIPSI
Oleh :
LATIFATUN NAFINGAH
NIM. TB. 131 065
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018
ii
PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM MENGGUNAKAN
AMPAS TAHU, PUPUK KANDANG DAN SEKAM
PADI TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH
CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu dalam Ilmu Pendidikan Biologi
Oleh :
LATIFATUN NAFINGAH
NIM. TB. 131 065
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Jl. Jambi – Ma. Bulian KM. 16 Simp. Sungai Duren Muaro Jambi 36363
PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku tgl No. Revisi Tgl. Revisi Halaman
In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-03 25-10-2013 R-0 1 dari 2
Hal :
Lampiran :
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di
Jambi
Assalamu’alaikum wr.wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa skripsi saudara;
Nama : Latifatun Nafingah
NIM : TB 131065
Judul Skripsi : Pengaruh Komposisi Media Tanam Menggunakan Ampas Tahu,
Pupuk Kandang dan Sekam Padi terhadap Pertumbuhan Benih
Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.)
Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan/Program
Studi Pendidikan Biologi UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Pendidikan Biologi.
Dengan ini kami mengharapkan agar skripsi/tugas akhir Saudara tersebut di atas
dapat segera dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Jl. Jambi – Ma. Bulian KM. 16 Simp. Sungai Duren Muaro Jambi 36363
PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku tgl No. Revisi Tgl. Revisi Halaman
In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05-03 25-10-2013 R-0 2 dari 2
Hal :
Lampiran :
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di
Jambi
Assalamu’alaikum wr.wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa skripsi saudara;
Nama : Latifatun Nafingah
NIM : TB 131065
Judul Skripsi : Pengaruh Komposisi Media Tanam Menggunakan Ampas Tahu,
Pupuk Kandang dan Sekam Padi terhadap Pertumbuhan Benih
Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.)
Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan/Program
Studi Pendidikan Biologi UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Pendidikan Biologi.
Dengan ini kami mengharapkan agar skripsi/tugas akhir Saudara tersebut di atas
dapat segera dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
v
vi
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi seluruhnya merupakan hasil karya
sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip
dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebahagian skripsi bukan
hasil karya saya sendiri atau terindikasi adanya unsur plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, saya bersedia menerima sangsi sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku.
vii
PERSEMBAHAN
Dengan Rahmat Allah yang Maha Pengasih Lagi MAha Penyayang…
Dengan ini saya persembahkan karya ini untuk :
Almarhum ayahanda Kasimin, Terimakasih atas limpahan kasih sayang,
bimbingan, nasehat, dukungan semangatnya, perjuangan menyekolahkan penulis
hingga perguruan tinggi, semasa hidupnya, dan memberikan rasa rindu yang
berarti. Tiada kata yang terindah tanda doa yang paling bermakna untuk
disampaikan kecuali permohonan kepada Allah SWT, agar ayahanda ditempatkan
ditempat terbaik di sisi Allah SWT, dan diberikan Anugrah yang setimpal atas
segala pengorbanan yang tulus semasa hidupnya.
Terimakasih yang tak terhingga kepada Ibunda Musinah yang telah dengan
sabar, tulus, dan ikhlas membesarkan, membimbing, mendampingi dalam keadaan
apapun, dan Menyekolahkan penulis hingga perguruan tinggi. Terimakasih atas
limpahan doa dan kasih sayang yang tak terhingga dan selalu memberikan yang
terbaik. Tiada kata terindah yang dapat ananda sampaikan, selain permohonan doa
kepada Allah SWT agar Ibunda diberi Balasan yang setimpal atas semua
pengorbanan yang tulus selama ini.
Kepada satu-satunya Saudariku Adinda Khurul „Aini Iklima yang tercinta,
Terimakasih telah menjadi Penyemangat dan sumber motivasi disaat mbakmu
letih menyelesaikan skripsi ini. Besar harapan mbak dapat menjadi contoh yang
baik bagimu.
Sahabat-sahabat yang tidak dapat saya sebutkan satu-satu, Terimakasih
atas dukungan, curahan hatinya, dan telah menemani selama ini. Bantuan kalian
tak akan ku lupakan dan kan kukenang sepanjang jalanku.
Teman-teman seperjuangan, Biologi B 2013 terimakasih telah
memberikan saran dan masukan hingga karya tulis ini selesai dam menjadikan
hari-hari semasa kuliah lebih berwarna.
Dan kepada orang-orang yang mencintai ilmu pengetahuan
Semoga Allah SWT membalas jasa budi kalian dikemudian hari dan
memberi kemudahan dalam segala hal. Aamiin………
viii
MOTTO
Artinya : Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada
Tuhanmu". orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh
kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-
orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
(Qs. Az-zumar : 10)
Artinya : Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(Qs. Ash-sharh : 5-6)
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha „Alim
yang kita tidak mengetahui kecuali apa yang diajarkannya, atas iradahnya hingga
skripsi ini dapat dirampungkan. Salawat dan salam atas Nabi SAW pembawa
risalah pencerahan bagi manusia.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada fakultas Tarbiyah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penyelesaian skripsi ini tidak banyak melibatkan pihak yang telah memberikan
motivasi baik moril maupun materil, untuk itu melalui kolom ini Penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, M.A, selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
2. Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
3. Ibu Reny safita, S.Pt, M.Pd selaku ketua jurusan Pendidikan Biologi Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Jamaluddin, M.Pd.I Selaku Pembimbing I dan Bapak Fery
Kurniawan, M.Si selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan
mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan Penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak/Ibu dosen, karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
6. Kedua orang tua saya Alm. Bapak Kasimin dan ibu Musinah yang selalu
mendoakan dan memberikan kasih saying semangat yang tiada henti hingga
menjadi kekuatan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Pendidikan Biologi angkatan 2013
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
8. Untuk semua pihak yang memberikan bantuan yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Akhirnya semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dan amal
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu.
x
ABSTRAK
Nama : Latifatun Nafingah
Jurusan : Pendidikan Biologi
Judul : Pengaruh Komposisi Media Tanam Menggunakan Ampas Tahu,
Pupuk Kandang Dan Sekam Padi Terhadap Pertumbuhan Benih
Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.)
Tanaman cabai adalah tanaman yang dalam teknik budidayanya tidak
ditanam langsung dilahan tetapi harus lebih dahulu disemai, setelah kecambah
berumur 7-12 hari bibit disapih yaitu dipindah kedalam kantong plastik kecil dan
dipelihara selama 2 minggu setelah itu baru bibit dipindah atau ditanam dilahan
(Mulyati, 2007 dalam Sunaryono, 2000). Dalam ampas tahu terkandung zat-zat
antara lain karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Menurut Anonymous
(1981) ampas tahu mengandung protein 26,6 % dan mempunyai kandungan serat
kasar 14%. Jika dalam kadaan basah kandungan kadar air sebesar 80%,
kandungan protein berkisar 3-4%. (Mufarrihah, 2009). Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak, sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan.
Penelitian menemukan bahwa penggunaan Komposisi media tanam menggunakan
Pupuk Kandang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan benih cabai rawit
(Capsicum Frutescens L.). Hasil penelitian ini menyarankan agar penanaman
benih cabai rawit (Capsicum Frutescens L.) menggunakan pupuk kandang.
Kata kunci : Komposisi Media tanam, benih cabai rawit, pertumbuhan
benih.
xi
ABSTRACT
Name : Latifatun Nafingah
Study Program/Departement : Biology Education
Title : Influence of Planting media composition using
tofu dregs, manure and rice husk to growth of
cayenne pepper (Capsicum Frutescens L.).
Chilli plants are cultivated plants that are not planted directly in the field
but must first sow, after the seeds 7-12 day seedlings weaned that is moved into a
small plastic bag and maintained for 2 weeks after that new seedlings removed or
planted in the field (Mulyati, 2007 in Sunaryono, 2000). In the dregs know
contained substances among other carbohydrates, proteins, fats, minerals and
vitamins. According to Anonymous (1981) the tofu waste contains 26.6% protein
and has a crude fiber content of 14%. If in wet conditions content of water content
of 80%, protein content ranges from 3-4%. (Mufarrihah, 2009). This research is
an experimental research using randomized complete group design, while data
collection is done by observation technique. The study found that the use of plant
media composition using Manure Manure significantly affected the growth of
cayenne pepper (Capsicum Frutescens L.). The results of this study suggest that
the planting of cayenne pepper (Capsicum Frutescens L.) using manure.
Key words : Composition Media planting, seeds of cayenne pepper,
seed growth.
xii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................................... v
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
MOTTO .............................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................................. x
ABSTRACT .......................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar belakang ................................................................................................ 1
B. Identifikasi masalah ........................................................................................ 6
C. Batasan masalah ............................................................................................. 6
D. Rumusan masalah ........................................................................................... 7
F. Manfaat penelitian .......................................................................................... 7
BAB II : KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 9
A. KAJIAN TEORITIK ...................................................................................... 9
1.1 Ampas Tahu ............................................................................................ 9
1.2 Kandungan ampas Tahu ....................................................................... 10
1.3 Pemanfaatan ampas Tahu ..................................................................... 11
1.4 Pupuk kandang ..................................................................................... 12
1.5 Macam-macam pupuk kandang ............................................................ 12
1.6 Kandungan pupuk kandang yang digunakan ........................................ 17
1.7 Sekam padi ........................................................................................... 17
1.8 Cabai rawit (Capsicum frutescens L.)................................................... 18
C. Kerangka Berfikir ......................................................................................... 31
xiii
BAB III : METODE PENELITIAN .................................................................. 33
A. Tempat dan Waktu penelitian ....................................................................... 33
B. Alat dan Bahan ............................................................................................. 33
C. Prosedur kerja ............................................................................................... 33
D. Rancangan penelitian ................................................................................... 34
E. Analisis data ................................................................................................. 35
F. Jadwal penelitian .......................................................................................... 36
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 37
A. HASIL .......................................................................................................... 37
1. Hasil Pengamatan Tinggi Benih Cabai Rawit ...................................... 37
2. Hasil Pengamatan Jumlah Daun ........................................................... 38
3. Hasil Pengamatan BioMassa Berat Basah ............................................ 39
B. PEMBAHASAN .......................................................................................... 41
BAB V : PENUTUP ............................................................................................. 44
A. KESIMPULAN ............................................................................................ 44
B. SARAN ........................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 45
LAMPIRAN ......................................................................................................... 47
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Kandungan Unsure Gizi dan Kalori Dalam Ampas Tahu ....................... 10
Tabel 2.Komposisi Unsur Hara Macam-Macam Pupuk Kandang ........................ 15
Tabel 3.Hasil analisis sekam padi ......................................................................... 17
Tabel 4. Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................................... 26
Tabel 5. Jadwal Penelitian..................................................................................... 36
Tabel 6. Tinggi benih cabai rawit (Capsicum frutescens L.) ................................ 37
Tabel 7. Hasil pengamatan jumlah daun ............................................................... 38
Tabel 8. Hasil pengamatan biomassa berat basah cabai rawit .............................. 39
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pupuk Sapi .......................................................................................... 13
Gambar 2. Pupuk Kambing ................................................................................... 13
Gambar 3.Pupuk Kuda .......................................................................................... 14
Gambar 4. Pupuk Guano ....................................................................................... 16
Gambar 5.Cabai rawit (Capsicum frutescens L) .................................................. 18
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Tinggi Benih Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) ............................ 37
Grafik 2. Jumlah Daun Benih Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) ................. 39
Grafik 3.Biomassa berat basah benih cabai Rawit ................................................ 40
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Analisis ragam Tinggi Tanaman ............................................ 47
Lampiran 2.Tabel Hasil uji Duncan Tinggi Tanaman .......................................... 47
Lampiran 3. Hasil Analisis ragam Jumlah daun ................................................... 48
Lampiran 4. Tabel Hasil UJi Duncan Jumlah Daun ............................................. 48
Lampiran 5.Tabel Hasil Analisis Ragam Biomassa Berat basah benih cabai ...... 49
Lampiran 6. Tabel Hasil Uji Duncan Biomassa Berat Basah ............................... 49
Lampiran 7. Gambar rumah jaring yang digunakan untuk penelitian .................. 50
Lampiran 8. Benih cabai rawit P0 (27 HST) ......................................................... 50
Lampiran 9. Benih Cabai Rawit P1 (21 HST) ....................................................... 50
Lampiran 10. Benih Cabai Rawit P2 (27 HST) ..................................................... 51
Lampiran 11. Benih Cabai Rawit P3 (27 HST) ..................................................... 51
Lampiran 12. Benih Cabai Rawit P4 (27 HST) .................................................... 51
Lampiran 13. Proses Penimbangan Biomassa Berat Basah benih Cabai Rawit ... 52
1 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Allah SWT berfirman dalam surat Al-an‟aam (6) ayat 95 :
Artinya : “Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan
biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati
dan mengeluarkan yang mati dari hidup, (yang memiliki sifat-sifat)
demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling? ”
Dalam ayat ini Allah SWT mengemukakan kekuasaanNya
menumbuhkan butir tumbuh- tumbuhan dan buah-buahan. Hanya Dia-lah
yang kuasa untu menumbuhkan yang hidup dari yang mati atau sebaliknya.
Butir-butir tumbuhan dan biji buah-buahan seperti tersebut dalam ayat suci
diatas, sekarang ini kita namakan dengan benih. Berapa banyak sekarang
benih sayuran, bunga-bungaan, dan lain-lain yang diperdagangkan secara
global. Benih dari negeri belanda, Taiwan, jepang, dan lain-lain, banyak
diperdagangkan dan dapat dibeli pula ditoko/kedai di Indonesia. Benih itu
dipak sebagai benda mati, apakah dengan kaleng, plastik dan sebagainya.
Disimpan dalam waktu yang lama tanpa supply oksigen, karena memang
masih benda mati. Sungguh maha kuasa Allah SWT yang menyebabkan
benda mati tersebut bisa menggeliat menjadi hidup berkecambah setelah
tersentuh dengan air. (Darwis.,2004).
Di Indonesia jelas sekali bahwa perkembangan perbenihan yang paling
pesat berlangsung untuk padi. Perkembangan dalam perbenihan palawija juga
berbeda antar jenisnya. Dalam hubungan ini pemerintah telah membuat suatu
estimasi peralihan tahapan perkembangan perbenihan yang dengan nyata pula
2
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
memperlihatkan keragaman perkembangan antar provinsi.(Mugnisjah dan
setiawan, 1995).
Masyarakat Indonesia hingga saat ini menyukai sambal sebagai
pendamping lauk makanan sehari-hari. Cita rasa pedas yang ditimbulkannya
mampu menambah nafsu dan selera makan. Sejak cabai dikenal luas oleh
masyarakat, hampir setiap makanan diindonesia menyertakan cabai sebagai
bumbu masak. (Syukur., dkk, 2012)
Cabai adalah jenis tanaman sayur mayur yang sangat digemari oleh
masyarakat, sehingga banyak tersedia di pasaran baik di pasar tradisional
maupun di swalayan atau supermarket. Cabai dapat hidup dengan baik di
Indonesia dikarenakan cabai mampu tumbuh dan berkembang baik didataran
rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian kira-kira 300-400 dpl.
(Astri,2015 dalam Prajnanta, 2012).
Tanaman cabai adalah tanaman yang dalam teknik budidayanya tidak
ditanam langsung dilahan tetapi harus lebih dahulu disemai, setelah
kecambah berumur 7-12 hari bibit disapih yaitu dipindah kedalam kantong
plastik kecil dan dipelihara selama 2 minggu setelah itu baru bibit dipindah
atau ditanam dilahan (Mulyati, 2007 dalam Sunaryono, 2000).
Mutu bibit dipersemaian diantaranya dipengaruhi secara langsung oleh
kondisi media tempat tumbuhnya. Media tumbuh mempunyai peranan
penting dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup tanaman yaitu memberi
dukungan mekanik menjadi tempat berjangkarnya akar, menyediakan ruang
untuk partum-buhan dan perkembangan akar, serta menyediakan udara untuk
respirasi, air dan hara yang dibutuhkan oleh tanaman (Suhaila, dkk, 2012
dalam Putri dan Djam‟an, 2004).
Kelemahan tanah sebagai media tumbuh adalah banyaknya kandungan
pathogen, sehingga sering dihadapi masalah penyakit seperti dumping off
(Suhaila, dkk,2012 dalam Schmidt, 2000). Tanah sebagai media tumbuh tidak
selalu memenuhi syarat sebagai media tumbuh yang baik. Alternatif
pemecahan masalah yaitu dengan mencari bahan-bahan selain tanah dan
tanpa membutuhkan lahan yang luas untuk bercocok tanam. Berbagai bahan
3
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
media tanam yang digunakan harus tetap mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sehingga dapat menjadi lebih baik.
Salah satu bahan pengganti tanah sebagai media adalah bahan organik
karena bahan-bahan organik mempunyai sifat-sifat fisik yang baik. Dimana
bibit yang berkualitas memerlukan media dengan komposisi bahan organik
dan unsur hara yang diperlukan bagi tanaman. Manfaat penggunaan media
organik mencegah semakin berkurangnya lapisan top soil yang subur dan
mengurangi penggunaan bahan yang dapat merusak lingkungan (Suhaila,
dkk, 2012 dalam Purwaka, 2009).
Media untuk persemaian tanaman cabai umumnya terdiri dari campuran
tanah, pasir dan pupuk kandang dengan komposisi tertentu tetapi biasanya
dengan perbandingan 1:1:1. Komposisi ini bertujuan agar akar tanaman dapat
berkembang dengan baik dan tidak rusak atau lebih mudah dicabut ketika
akan dipindah. Adanya kerusakan atau luka pada akar menyebabkan bibit
mudah terserang patogen yang berasal dari dalam tanah misalnya cendawan
S. rolfsii. (Mulyati, 2007).
Di Indonesia Tahu merupakan salah satu makanan kegemaran yang harus
tersedia dimeja makan. Hampir semua kalangan masyarakat Indonesia
menyukai makanan yang bernama Tahu.
Industri Tahu merupakan salah satu industri pengolah berbahan baku
kedelai yang penting di Indonesia. Tahu merupakan makanan yang sangat
dikenal dan dinikmati oleh banyak masyarakat Indonesia. Keberadaan
industri tahu, hampir tidak dapat dipisahkan dengan adanya suatu pemukiman
(Asmoro, dkk 2008 dalam Pusteklin, 2002). Industri tahu umumnya
dikerjakan secara tradisional dan dimiliki oleh pengusaha kecil dan
menengah. Disamping keberadaannya yang sangat penting, industri tahu juga
mempunyai dampak yang cukup penting terhadap lingkungan terutama
masalah limbahnya. (Lestari, dkk dalam Suprapti 2005).
Industri tahu dalam proses pengolahan menghasilkan limbah baik limbah
padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan
penggumpalan, limbah ini kebanyakan oleh pengrajin dijual dan diolah
4
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
menjadi tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah
menjadi tepung ampas tahu.
Jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media tanam
diantaranya sekam padi dan sekam bakar. Sekam padi mengandung beberapa
unsur kimia penting seperti kar-bon 1,33%, hidrogen 1,54%, oksigen 33,64%,
silika 16,98%, kadar air 9,02%, serat ka-sar 35,68%, dan abu 17,17% Riyanti
(2009). Arang sekam mengandung SiO2 (52%), C (31%), K (0.3%), N
(0,18%), F (0,08%), dan kalsium (0,14%). Selain itu juga mengandung unsur
lain seperti Fe2O3, K2O, MgO,CaO, MnO dan Cu dalam jumlah yang kecil
serta beberapa jenis bahan organik (Putra, A.B, 2017 dalam Marlina dan
Rusnandi, 2007).
Sekam padi adalah biji padi (Oryza sativa) yang sudah digilimg. Sekam
padi yang bisa digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah (tidak
dibakar). Sekam bakar dan sekam mentah memiliki tingkat porositas yang
sama. Sebagai media tanam, keduanya berperan penting dalam perbaikan
strukktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainase dimedia tanam menjadi
lebih baik penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak perlu
disterilisasi lagi karena mikroba patogen telah mati selama proses
pembakaran. Selain itu, sekam bakar juga memiliki kandungan karbon (C)
yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur. Namun,
sekam bakar cenderung mudah lapuk. Sementara kelebihan sekam mentah
sebagai media tanam yaitu mudah mengikat air, tidak mudah lapuk,
merupakan sumber kalium (K) yang dibutuhkan tanaman dan tidak mudah
menggumpal atau memadat sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan
sempurna. Namun, sekam padi mentah cenderung miskin akan unsure hara.
(Hakim, 2013). Adapun yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekam
bakar.
Pupuk kandang ialah olahan kotoran hewan, biasanya ternak yang
diberikan pada lahan pertanian untuk memperbaiki kesuburan dan struktur
tanah. Pupuk kandang adalah pupuk organik, sebagaimana kompos dan pupuk
hijau.
5
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Zat hara yang dikandung pupuk kandang terkandung dari sumber kotoran
bahan bakunya. Pupuk kandang ternak besar kaya akan nitrogen, dan mineral
logam, seperti magnesium, kalium, dan kalsium.
Kebanyakan pupuk kandang berupa feses yang dikeluarkan oleh hewan
ketika sedang berada dikandang maupun ketika sedang digembalakan dilahan
pertanian. Kualitas nutrisi yang terkandung di dalam pupuk kandang sangat
ditentukan oleh jenis hewan dan apa yang dimakan oleh hewan tersebut.
Di Desa Sungai bulian, sebagian masyarakatnya ada yang memelihara
ternak. Dari peternakan masyarakat inilah yang akhirnya menghasilkan pupuk
kandang. Sebagian besar pupuk kandang itu belum dimanfaatkan dengan
baik. Masyarakat yang berternak cenderung menumpuk kotoran hewan atau
pupuk kandang yang ada. Pupuk kandang hanya dimanfaatkan jika ada
beberapa masyarakat yang menanam palawija disekitar rumahnya, selebihnya
pupuk kandang hanya dibiarkan menumpuk begitu saja. Penggunaan pupuk
kandang berdasarkan kebiasaan masyarakat di Desa Sungai bulian,
masyarakat lebih sering menggunakan pupuk kandang dari kotoran kambing,
di bandingkan dengan pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi ataupun
kotoran ayam. Jadi, di Desa Sungai bulian pupuk yang biasa digunakan ialah
pupuk kandang dari kotoran kambing.
Sedangkan di Desa Bangun seranten, yang letaknya tepat bersebelahan
dengan desa Sungai bulian, di Desa Bangun seranten terdapat industri
rumahan yang memproduksi tahu. Namun, dalam pengolahan limbahnya
belum dimanfaatkan dengan baik. Industri tahu menghasilkan limbah padat
dan limbah cair. Biasanya limbah limbah padat hanya dimanfaatkan sebagai
pakan ternak.
Berdasarkan urain diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Pengaruh pemberian kombinasi limbah cair tahu dan
pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil panen cabai rawit
(Capsicum frutescens L.)”
6
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
B. Identifikasi masalah
1. Sebagian masyarakat sekitar industri tahu memanfaatkan limbah padat
atau ampas tahu sebagai pakan ternak.
2. Belum ada masyarakat disekitar industri tahu yang menggunakan
ampas tahu sebagai pupuk organik atau media tanam.
3. Kebiasaan masyarakat membiarkan kotoran ternak atau pupuk kandang
menumpuk begitu saja.
4. Tempat penggilingan padi yang lumayan jauh menyebabkan
masyarakat sekitar tempat penelitian belum menggunakan sekam padi
sebagai media tanam.
5. Rata-rata masyarakat disekitar tempat penelitian belum menggunakan
sekam padi sebagai media tanam cabai rawit (Capsicum frutescens L.)
C. Batasan masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Penelitian dilaksanakan di Desa Sungai Bulian, Kecamatan Tabir
Timur, Kabupaten Merangin.
2. Dalam penelitian ini limbah dari industri tahu yang digunakan hanya
limbah padat atau ampas tahunya saja.
3. Pupuk kandang yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pupuk
kandang yang berasal dari kotoran kambing yang telah lama disimpan
atau dibiarkan menumpuk.
4. Sekam yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekam bakar.
5. Benih yang digunakan dalam penelitian ini ialah benih cabai rawit
(Capsicum frutescens L.)
6. Dalam penelitian ini masa penyemaian benih cabai hingga selesai
diamati ialah 2 minggu sampai 1 bulan.
7
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
D. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana pertumbuhan benih cabai rawit (Capsicum frutescens L.)
tanpa menggunakan ampas tahu, pupuk kandang dan sekam padi?
2. Bagaimana pertumbuhan benih cabai rawit (Capsicum frutescens L.)
dengan menggunakan ampas tahu, pupuk kandang dan sekam padi?
3. Komposisi media tanam manakah yang terbaik untuk penyemaian
benih cabai rawit (Capsicum frutescens L.)?
E. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan benih cabai rawit
(Capsicum frutescens L.) tanpa menggunakan ampas tahu, pupuk
kandang dan sekam padi.
2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan ampas tahu, pupuk kandang,
dan sekam padi sebagai media tanam cabai rawit (Capsicum frutescens
L.).
3. Untuk mengetahui komposisi media tanam manakah yang terbaik
untuk penyemaian benih cabai rawit (Capsicum frutescens L.).
F. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Memberi informasi kepada masyarakat khususnya petani bahwa ampas
tahu, pupuk kandang dan sekam padi dapat dimanfaatkan sebagai
media tanam.
2. Member informasi kepada masyarakat khususnya petani cabai tentang
komposisi media tanam yang baik untuk penyemaian benih cabai rawit
(Capsicum frutescens L.)
3. Memberi informasi dan motivasi kepada mahasiswa pendidikan
biologi untuk melakukan penelitian lanjutan dan mengembangkan
8
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
kegiatan ilmiah tentang ampas tahu, pupuk kandang dan sekam padi
sebagai komposisi media tanam.
9 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORITIK
1.1 Ampas Tahu
Ampas tahu merupakan hasil samping dari proses pengolahan tahu.
Bentuknya berupa padatan berasal dari sisa-sisa bubur kedelai yang diperas.
Ampas tahu mengandung zat-zat antara lain karbohidrat, protein, lemak,
mineral, dan vitamin (Anonymous, 1997). Adiwuyono (2000) menambahkan
protein berfungsi untuk merangsang pertumbuhan miselia, sedangkan lemak
digunakan sebagai sumber energi untuk mengurai karbohidrat, protein,
mineral dan vitamin. Ervina (2000) menjelaskan bahwa ampas tahu dapat
memberikan hasil panen lebih awal, jumlah badan buah lebih banyak dan
menambah berat badan buah, sehingga pada waktu panen, hasilnya lebih baik
dan lebih menguntungkan. (Mufarrihah, 2009).
Ampas tahu mempunyai tekstur yang tegar walaupun kadar airnya tinggi.
Kekokohan itu akibat adanya serat kasar bersama-sama protein yang
mengikat air secara hidrofilik. Proses pembuatan tahu berpengaruh terhadap
kadar protein dan kadar air ampas tahu. Makin sempurna pembuatan tahu,
kadar protein ampas tahu semakin rendah. (Anonymous, 2007). Walaupun
demikian kandungan zat-zat makanan ampas tahu lebih komplek dan lebih
tinggi bila dibandingkan dengan bekatul. (Mufarrihah, 2009).
Saat ini, usaha tahu di Indonesia rata-rata dilakukan dengan teknologi
yang sederhana, sehingga tingkat efisiensi penggunaan sumber daya (air dan
bahan baku) dirasa masih rendah dan tingkat produksi limbah relatif tinggi.
Kegiatan industri tahu di Indonesia didominasi oleh usaha ini juga sangat
tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Sumber daya manusia yang terlibat
pada umumnya bertaraf pendidikan relatif rendah, serta belum banyak yang
melakukan pengolahan limbah. (Pujiastuti, 2012).
10
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
1.2 Kandungan ampas Tahu
Dalam ampas tahu terkandung zat-zat antara lain karbohidrat, protein,
lemak, mineral dan vitamin. Menurut Anonymous (1981) ampas tahu
mengandung protein 26,6 % dan mempunyai kandungan serat kasar 14%.
Jika dalam kadaan basah kandungan kadar air sebesar 80%, kandungan
protein berkisar 3-4%. (Mufarrihah, 2009).
Tabel 1.Kandungan Unsur Gizi dan Kalori dalam Ampas Tahu
No. Unsur Gizi Kadar/100g Ampas Tahu
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Energi (kal)
Air (g)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Mineral (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Zat besi (mg)
Vitamin A(mcg)
Vitamin B (mg)
393
4,9
17,4
5,9
67,5
4,3
19
29
4
0
0,2
Sumber : Suprapti, 2005
Limbah tahu mengandung N, P, K, Ca, Mg, dan C organik yang
berpotensi untuk meningkatkan kesuburan tanah. Berdasarkan analisis, bahan
kering ampas tahu mengandung kadar air 2,69%, protein kasar 27,09%, serat
kasar 22,85%, lemak 7,37%, abu 35,02%, bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN) 6,87%, kalsium 0,5%, dan fosfor 0,2%. Kandungan-kandungan
tersebut memiliki potensi untuk dapat meningkatkan kesuburan tanah dan
tanaman.
11
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
1.3 Pemanfaatan ampas Tahu
a) Tepung ampas tahu sebagai campuran tepung terigu sebagai bahan
pengikat terhadap mutu nugget wortel (daucus carota l)
Tingkat pencampuran tepung ampas tahu dan tepung terigu
memberikan pengaruh dalam peningkatan kadar protein, kadar lemak,
kadar abu, kadar karbohidrat, serat kasar dan kekerasan serta penurunan
kadar air dan serapan minyak. Namun, tidak berpengaruh terhadap
organoleptik (warna, aroma,rasa dan tekstur).
Berdasarkan SNI nugget ayam 01-6683-2002, nugget wortel untuk
semua perlakuan (A,B,C,D dan E) memenuhi standar mutu SNI kecuali
kadar protein, karena bahan baku utamanya adalah wortel dengan protein
yang rendah.
Nugget wortel dengan pencampuran tepung ampas tahu 30%
didapatkan sebagai produk terbaik, karena memenuhi standar mutu SNI
dan dari segi organoleptik juga diterima oleh panelis dengan nilai warna
3,7, aroma 3,5, rasa 3,1, tekstur 3,6. Komposisi kimia nugget dengan nilai
kadar air 53.35%, kadar abu 1,76%, kadar protein 10,06%, kadar lemak
3,59%, kadar karbohidrat 31,24%, serat kasar 6,17, daya serap minyak
12,89%, kekerasan sebelum digoreng 12,12%, sesudah digoreng 14,11%
dan lempeng total 1,1 x 103 – 2,3 x 103CFU/g. (Melisa, 2011)
b) Pemanfaatan ampas tahu sebagai bahan tambahan pembuatan kerupuk.
Ampas tahu bisa dijadikan sebagai bahan tambahan untuk pembuatan
kerupuk. Rata-rata kadar air pada karupuk ampas tahu yang dihasilkan
(kerupuk matang) yaitu 5,16%. Sedangkan rata-rata kadar air pada
kerupuk mentah yaitu 13,99%. Standar mutu kadar air pada kerupuk
mentah menurut Departemen Peindustrian 1990 yang berlaku di Indonesia
adalah 12%. Rata-rata uji organoleptik kesukaan terhadap rasa, warna dan
tekstur pada kerupuk ampas tahu yang dihasilkan yaitu 3,38 (agak suka),
3,51 (suka) dan 3,51 (suka). (Lewokeda, 2014)
12
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
c) Penggunaan Ampas Tahu untuk Meningkatkan Gizi Pakan Domba Lokal.
Pemberian ampas tahu kepada domba sapihan yang pakan utamanya
rumput, meningkatkan konsumsi bahan kering, protein, TDN, keefisienan
penggunaan pakan dan pertambahan bobot hidup. Pertambahan bobot
hidup yang tinggi dapat menghasilkan domba dengan kondisi tubuh yang
baik. (M. Duldjaman, 2004).
1.4 Pupuk kandang
Dari kondisi pupuk kandang itu sendiri kita dapat membedakan :
a) Pupuk kandang segar, biasanya merupakan kotoran-kotoran hewan yang
baru diturunkan oleh hewannya yang kadang-kadang tercampur pila oleh
urine dan sisa-sisa makanan dikandang.
b) Pupuk kandang busuk, biasanya merupakan pupuk kandang seperti diatas
yang telah disimpan atau digundukkan pada suatu tempat sehingga telah
mengalami pembusukan. (Sutejo.,1999)
Dari jenis hewan yang menurunkan kotoran-kotoran tersebut dapat
dibedakan pula macam pupuk kandang,seperti pupuk sapi, pupuk kerbau,
pupuk kuda, pupuk ayam dan lain sebagainya. Sehingga kita dapat
mengetahui mana pupuk kandang padat dan mana pula pupuk kandang cair,
mana pupuk kandang panas dan mana pula pupuk kandang dingin.
(sutedjo.,1999).
Pupuk kandang dianggap sebagai pupuk lengkap karena selain
menimbulkan tersedianya unsur hara bagi tanaman, juga mengembangkan
kehidupan jasad renik (mikroorganisme) di dalam tanah. Jasad renik sangat
penting bagi kesuburan tanah dan sisa-sisa tanaman yang dapat diubahnya
menjadi humus, senyawa-senyawa tertentu disintesisnya menjadi bahan-
bahan yang berguna bagi tanaman (Sutedjo, 1995).
1.5 Macam-macam pupuk kandang
Adapun macam-macam pupuk kandang menurut hewan yang
memproduksinya yaitu :
13
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
a) Pupuk sapi
Gambar 1. Pupuk Sapi
Pupuk sapi merupakan pupuk padat yang banyak mengandung air dan
lendir. Bagi pupuk padat yang keadaannya demikian bila terpengaruh oleh
udara maka cepat akan terjadi penggerakan-penggerakan sehingga keadannya
menjadi keras, selanjutnya air tanah dan udara yang akan melapukkan pupuk
itu menjadi sukar menembus/merembes kedalamnya. Dalam keadaan
demikian peranan jasad renik untuk mengubah bahan-bahan yang terkandung
dalam pupuk menjadi zat-zat hara yang tersedia dalam tanah untuk
mencukupi keperluan pertumbuhan tanaman mengalami hambatan-hambatan,
perubahan berlangsung secara perlahan-lahan. Pada perubahan-perubahan ini
kurang sekali terbentuk panas. Keadaan demikian mencirikan bahwa pupuk
sapi adalah : pupuk dingin.
b) Pupuk kambing
Gambar 2. Pupuk Kambing
14
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Pupuk kambing terdiri dari 67% bahan padat (faeces) dan 33% bahan cair
(urine). Sebagai pupuk kandang komposisi unsure haranya 0,95% N, 0,35%
P2O5 dan 1,00 % K2O. ternyata bahwa kadar N pupuk kambing cukup tinggi,
kadar airnya lebih rendah dari kadar air pupuk sapi. Keadaan demikian
merangsang jasad renik melakukan perubahan-perubahan aktif, sehingga
perubahan berlangsung dengan cepat. Pada perubahan-perubahan ini
berlangsung pula pembentukan panas, sehingga pupuk kambing dapat
dicirikan sebagai pupuk panas.
c) Pupuk kuda
Gambar 3.Pupuk Kuda
Pupuk kuda termasuk pupuk panas. Dengan demikian berlangsung
perubahan-perubahan akan sangat cepat mengingat keadaan kimiawi dan
fisiknya (pupuk uda terutama bahan cairnya banyak mengandung senyawa-
senyawa N yang memungkinkan bakteri-bakteri berkembang dengan aktif,
terbentuknya NH3 yang cukup banyak dikandang hewan ini dapat dijadikan
bukti).
d) Pupuk babi
Hewan babi biasanya diberi bahan makanan yang mudah dicerna
sehingga kurang menghasilkan pupuk. Apabila pupuknya dapat dikumpulkan,
hanya merupakan pupuk dingin. Perubahan berlangsung secara perlahan-
lahan. Kandungan unsure/zat dalam pupuk bagi ternyata lebih banyak asam
15
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
fosfat dan asam belerangnya disbanding pada pupuk kandang lainnya,
sedangkan kandungan zat kali, zat kapur ternyata rendah.(Sutejo,
M,M.,1999).
Tabel 2.Komposisi Unsur Hara Macam-Macam Pupuk Kandang
JENIS
PUPUK
Wujud Bahan
(%)
H2O
(%)
N
(%)
P2O5
(%)
K2O
(%)
Pupuk Kuda
Padat 80
Cair 20
TOTAL _
75
90
78
0,55
1,35
0,70
0,30
-
0,25
0,40
1,25
0,55
Pupuk Sapi
Padat 70
Cair 30
TOTAL _
85
92
86
0,40
1,00
0,60
0,20
0,20
0,15
0,10
1,35
0,45
Pupuk
Kambing
Padat 67
Cair 33
TOTAL _
60
85
69
0,75
1,35
0,95
0,50
0,05
0,35
0,45
2,10
1,00
Pupuk Babi
Padat 60
Cair 40
TOTAL _
80
97
87
0,55
0,40
0,50
0,50
0,10
0,35
0,45
0,45
0,40
Pupuk
Ayam TOTAL _ 55 1,00 0,80 0,40
Sumber: Sutejo, M,M.,1999
16
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
e) Pupuk Guano
Gambar 4. Pupuk Guano
Pupuk guano merupakan pupuk organik yang diperoleh dari kotoran
kelelawar, mengandung unsur hara makro sebesar 7,5% nitrogen (N), 8,1%
fosfor (P) dan 2,7% kalium (K) (Cornell University di dalam Prasetyo, 2002),
3% N, 10% P dan 1% K (Kristanto, dkk dalam Beck, 1959). Disamping itu
pupuk guano juga mengandung unsur hara mikro seperti Mg, Mn, Fe, Zn, Cl
dan Cu. Pupuk organik guano lama berada dalam tanah, meningkatkan
produktivitas tanah dan menyediakan makanan bagi tanaman lebih lama
daripada pupuk kimia buatan (Kristanto, dkk dalam Endrizal dan Bobihoe,
2000).
Manfaat pupuk guano menurut Seta (2009) adalah aktifator pembuatan
kompos, mengendalikan nematoda yang ada di dalam tanah, kaya unsur
makro fosfor (P) dan nitrogen (N), mengandung mikrobiotik flora dan bakteri
yang bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman, memperbaiki struktur tanah,
fungisida alami, daya kapasitas tukar kation (KTK) yang tinggi sehingga
tanaman mudah menyerap unsur hara, mengoptimalkan pertumbuhan daun
muda, dapat digunakan pada semua jenis tanaman yang berada di dalam atau
di luar ruangan, produk pupuk ramah lingkungan, baik digunakan untuk
pertumbuhan rumput, rendah kandungan mercuri dan zat berbahaya lain.
(Suningsih, 2012).
Syarat mutu pupuk guano menurut SNI 02-2871-1992 adalah memiliki
kadar air maksimal 10%, total N minimal 3.5%, Fosfat sebagai P2O5 minimal
17
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
10%, Kalium sebagai K2O minimal 6%, Cl minimal 0.5% dan berbau
khas.(Rahadi, 2008).
1.6 Kandungan pupuk kandang yang digunakan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pupuk kandang berupa
kotoran kambing. Unsur hara dalam pupuk kandang kambing N 2,10 %,
P2O5 0,66 %, K2O 1,97 %, Ca 1,64 %, Mg 0,60 %, Mn 233 ppm dan Zn 90,8
ppm (Sarindo dalam Semekto, 2006).
1.7 Sekam padi
a. Sekam padi sebagai pembenah tanah
Membenamkan atau mencampur sekam padi pada saat pengelolaan akan
memperbaiki struktur melalui peningkatan agregasi, perbaikan sifat tanah,
antara lain infiltrasi, retensi lengas, aerasi, pengatusan, penetrasi akar dan
temperatur. Penggunaan sekam padi menurunkan kepekaan tanah bertekstur
debuan terhadap pendispersian tanah, dan tanah lempungan (clayey)
menaikkan ketahanan masa tanah terhadap kerusakan plastisitas tanah.
Penggunaan sekam padi pada tanah lempung memberikan manfaat
karena mampu meningkatkan produksi tanaman. Sekam padi menduduki 7%
produksi total padi,biasanya hanya ditimbun dekat penggilingan padi sebagai
limbah sehingga mencemari lingkungan, kadang-kadang juga dibakar. Sekam
padi kadang-kadang digunakan sebagai pupuk, bahan tambahan pembenah
media tumbuh tanaman sayuran secara hidroponik.
Tabel 3.Hasil analisis sekam padi
Kandungan
lengas
9,02% Karbohidrat 33,71%
Protein jenuh 3,27% Serat jenuh 35,68%
Lemak 1,18% Abu 17,71%
18
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
b. Sekam padi dan sifat keterolahan tanah
Pemanfaatan tanah secara terus menerus tanpa memperhatikan sama
sekali kandungan bahan organik tanah akan menyebabkan terjadinya
kerusakan struktur tanah atau tanah menjadi keras (Jawa : Bantat). Adanya
sekam padi yang banyak apabila dimanfaatkan sebagai pembenah tanah akan
menurunkan pengaruh negative yang terjadi didalam tanah, dan memperlebar
kesediaan optimal lengas tanah. Ditanah yang bertekstur halus sekam padi
berpengaruh pada sifat fisik daripada sifat kimia, terutama keterolahan tanah.
Ditanah pasiran penggunaan sekam padi akan meningkatkan kemampuan
tanah mengikat air.
c. Sekam padi dan struktur tanah
Sekam padi secara nyata mempengaruhi sifat kimia, fisik dan biologi
tanah. Pemanfaatan sekam padi secara tidak langsung memperbaiki sifat fisik
tanah. Pengaruh utama terhadap struktur tanah adalah berhubungan dengan
pemadatan, aerasi, dan perkembangan akar. Apabila persentase kandungan
sekam padi menurun maka erapatan lindak tanah meningkat dan
konsekuensinya terjadi penurunan aerasi dan porositas. Kombinasi
peningkatan kerapatan dan penurunan aerasi akan menghambat
perkembangan akar, menurunkan kemampuan akar menyerap dan
menghambat aktivitas mikroorganisme. (Sutanto, 2002).
1.8 Cabai rawit (Capsicum frutescens L.)
Gambar 5.Cabai rawit (Capsicum frutescens L)
19
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
a. Morfologi
Secara morfologi, bagian-bagian atau organ-organ penting dari tanaman
cabai rawit dapat dideskripsikan sebagai berikut.
1. Batang
Batang tanaman cabai rawit memiliki struktur yang keras dan berkayu,
berwarna hijau gelap, berbentuk bulat, halus dan bercabang banyak. Batang
utama tumbuh tegak dan kuat. Percabangan terbentuk setelah batang tanaman
mencapai ketinggian berkisar antara 30 cm – 45 cm. cabang tanaman beruas-
ruas; setiap ruas ditumbuhi daun dan tunas (cabang).
2. Daun
Daun cabai rawit berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi
daun rata (tidak bergerigi/berlekuk). Ukuran daun lebih kecil dibandingkan
dengan daun tanaman cabai besar. Daun merupakan daun tunggal dengan
kedudukan agak mendatar, memiliki tulang dan menyirip, dan tangkai tunggal
yang melekat pada batang atau cabang. Jumlah daun cukup banyak sehingga
tanaman agak rimbun.
3. Bunga
Bunga tanaman cabai rawit merupakan bunga tinggal yang berbentuk
bintang. Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun, dengan mahkota bunga
berwarna putih. Penyerbukan bunga termasuk penyerbukan sendiri (self
pollinated crop), namun dapat juga terjadi secara silang, dengan keberhasilan
sekitar 56%.
4. Buah
Buah cabai rawit akan terbentuk setelah terjadi penyerbukan. Buah
memiliki keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna, dan rasa buah.
Buah cabai rawit dapat berbentuk bulat pendek dengan ujung runcing atau
berbentuk kerucut. Ukuran buah bervariasi, menurut jenisnya. Cabai rawit
yang kecil-kecil memiliki ukuran panjang antara 2 cm – 2,5 cm dan lebar 5
mm, sedangkan cabai rawit yang agak besar memiliki ukuran panjang
mencapai 3,5 dan lebar mencapai 12 mm.
20
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Warna buah cabai rawit bervariasi buah muda berwarna hijau dan putih,
sedangkan buah yang telah masak berwarna merah menyala atau merah
jingga (merah agak kuning). Pada waktu masih muda, rasa buah cabai rawit
kurang pedas, tetapi setelah masak menjadi pedas.
5. Biji
Biji cabai rawit berwarna putih kekuning-kuningan, berbentuk bulat
pipih, tersusun berkelompok (bergerombol), dan saling melekat pada
empulur. Ukuran biji cabai rawit lebih kecil (berukuran sangat kecil)
dibandingkan dengan biji cabai besar. Biji-biji ini dapat digunakan dalam
perbanyakan tanaman (perkembangbiakan).
6. Akar
Perakaran tanaman cabai rawit terdiri atas akar tunggang yang tumbuh
lurus kepusat bumi dan akar serabut yang tumbuh menyebar kesamping
(horizontal). Perakaran tanaman tidak dalam sehingga tanaman hanya dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, porous
(mudah menyerap air), dan subur. (Cahyono, 2003).
b. Anatomi
Cabe termasuk tanaman yang memiliki perakaran utama (primer) serta
lateral (skunder). Dimana akar lateralnya ditumbuhi akar serabut (tersier).
Batang tanaman cabai berkayu, batang tegak lurus serta kokoh, akan
berwarna coklat kehijauan setelah memasuki umur 60 HST (Hari Setelah
Tanam). Tunas baru tumbuh disetiap ketiak daun dengan pertumbuhan
kuncup tanaman secara terus-menerus. Cabang primer membentuk
percabangan skunder, sedangkan cabang skunder membentuk percabangan
tersier terus-menerus.
Daun tanaman cabai berwarna hijau muda sampai gelap, bunga
berbentuk terompet. Warna daun ini tergantungjenis varietas maupun
kecukupan unsure hara dalam tanah. Bunga tanaman cabai muncul disetiap
percabangan. Bisa muncul 2-3 sekaligus jika unsure P (fosfor) terpenuhi
dengan baik.
21
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
c. Klasifikasi
Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan, tanaman cabai rawit
diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua atau biji belah)
Ordo (bangsa) : Corolliforea
Famili (suku) : Solanaceae
Genus (marga) : Capsicum
Spesies (jenis) : Capsicum frutescens L. (Cahyono., 2003)
d. Syarat biji untuk benih
Tidak semua biji baik dijadikan benih. Syarat biji yang bisa dijadikan
benih adalah sebagai berikut.
a) Biji berasal dari buah yang sehat (buah yang tidak sait atau tidak sedang
diserang hama dan penyakit) dan bentuknya sempurna.
b) Buah yang sehat itu harus berasal dari tanaman yang sehat, produksinya
tinggi, tahan serangan hama dan penyakit, dan berumur panjang.
c) Biji diambil dari bagian tengah buah karena biji dari bagian ini biasanya
padat berisi (biji generatif).
d) Umur buah harus tua, lebih baik lagi buah ini sudah mongering sendiri di
tanaman.
e) Buah tersebut merupakan hasil petikan atau panenan yang ketiga,
keempat, atau seterusnya. Pada panenan tersebut umur tanaman sekitar 6
bulan. Tanaman cabai rawit pada umur tersebut merupakan saatnya untuk
berproduksi maksimal (produksi maksimal umur 6-24 bulan).
f) Di Brebes petani biasanya mengambil buah dari petikan ke 4, 5, dan 6.
Pilihan ini dilakukan sebab buah dari hasil petikan sebelumnya bijinya
masih jarang, sedangkan dari hasil petikan sesudahnya sangat banyak dan
kecil-kecil sehingga kurang cocok untuk benih. Mengenai soal ini tentu
masih perlu pengamatan lebih lanjut karena sedikit banyaknya biji buah
dipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya kesempurnaan penyerbukan dan
22
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
suhu udara setempat. Namun, terlepas dari soal ini, pengalaman petani
Brebes paling tidak bisa dijjadikan contoh baik buat petani lainnya.
1. Benih yang baik
Calon benih (biji yang padat) dijemur, tetapi tidak langsung kena sinar
matahari. Penjemuran dihentikan bila calon benih sudah kering atau kira-kira
3 hari (musim kemarau). Setelah itu, dilakukan seleksi. Calon benih yang
memenuhi syarat untuk dijadikan benih yaitu biji yang tampak tebal,
permukaannya bersih, bentuknya seragam, tidak keriput atau cacat, warna
permukaan jernih, dan tidak tampak kotor (warnanya tidak tampak tua).
2. Daya tumbuh benih
Daya tumbuh benih setelah disimpan lama masih bisa tinggi (mencapai
80%), tetapi benih baru akan bertunas setelah 14 hari ditanam. Adapun benih
baru akan bertunas setelah seminggu disemai bila waktu penyimpanannya
masih 2 bulan lagi.
Apabila nantinya dalam pembenihan ternyata daya tumbuh benih hanya
mencapai <50% maka benih ini sudah tidak memenuhi syarat untuk dijadikan
tanaman dalam usaha tani. Bila dipaksa ditanam maka akan merugikan karena
produktivitasnya rendah dan cepat terserang penyakit. Benih yang masih
ditolerir untuk ditumbuhkan bila daya tumbuhnya minimal masih mencapai
60-75%. (Setiadi, 2006)
e. Pembenihan
Sebetulnya pembenihan dilakukan sejak dimulai pembenahan lahan. Hal
ini mengingat umur benih siap ditanam dilahan pertanaman sekitar 1-1,5
bulan sejak disemaikan. Jadi, sambil membenahi lahan pertanaman, tempat
pembenihan perlu disiapkan. Kemudian saat melakukan pengolahan tanah,
benih-benih sudah disemai. Saat pemupukan dasar, benih-benih sudah
bertunas dan tumbuh menjadi tanaman muda yang memerlukan perawatan.
Ketika lahan siap ditanami, tanaman muda ini sudah tumbuh sempurna dan
siap tanam.
23
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
1) Tempat pembenihan.
Tenpat pembenihan atau penyemaian benih umumnya berupa bedengan
dan polibag (kantong plastik). Dari kedua tempat tersebut, yang banyak
digunakan petani yaitu penyemaian benih di bedengan.
(a) Pembenihan di polibag
Tanah yang digunakan untuk pembenihan di polibag harus subur,
umumnya tanah tersebut merupakan campuran dari tanah dan pupuk. Pupuk
yang digunakannya yaitu Urea, TSP, dan KCL. (Setiadi, 2006).
Namun, dalam penelitian ini tidak menggunakan pupuk Urea, TSP, dan
KCL, tetapi menggunakan ampas Tahu, pupuk kandang dan sekam padi
sebagai campuran tanah untuk media tanam.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Pada penelitian Lailatul Mufarrihah (2009) dengan judul “pengaruh
penambahan bekatul dan ampas tahu pada media terhadap pertumbuhan dan
produksi jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus )”
Dalam penelitiannya Lailatul Mufarrihah menggunakan metode eksperimen,
dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), faktorial
dengan tiga kali ulangan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah ANAVA Ganda dengan RAL, jika hasil ANAVA menunjukkan perbedaan
pengaruh antar perlakuan maka dilanjutkan dengan DNRT 5%.
Dari penelitian Lailatul Mufarrihah dapat disimpulkan bahwa :
a. Penambahan bekatul berpengaruh nyata pada pertumbuhan panjang
miselium, waktu maksimal miselium penuh, dan produksi jamur tiram
putih pada semua umur pengamatan. Pemberian nutrisi bekatul 20%
(B4) memberikan hasil yang terbaik.
b. Penambahan ampas tahu berpengaruh nyata pada pertumbuhan
miselium, waktu maksimal miselium penuh, dan produksi jamur tiram
putih pada semua pengamatan. Pemberian nutrisi ampas tahu 25%
(T4) memberikan hasil yang terbaik.
24
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
c. Interaksi dengan penambahan bekatul dan ampas tahu berpengaruh
nyata pada pertumbuhan miselium, waktu maksimal miselium penuh,
dan produksi jamur tiram putih pada semua umur pengamatan. Hasil
terbaik pada perlakuan B4T4 (Bekatul 20% dan Ampas tahu 25%).
Selanjutnya penelitian dari Yuliana Riyanti (2009) dengan judul “pengaruh
jenis media tanam terhadap pertumbuhan bibt sirih merah (Piper crocatum Ruiz
and pav.)”
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian Yuliana Riyanti yaitu
Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 1 faktor yaitu media
tanam yang terdiri dari 4 taraf percobaan dengan 3 ulangan. Hasil penelitian
dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (Uji F) dan dilakukan uji lanjut
DMRT 5% jika hasilnya berbeda nyata.
Dari penelitian Yuliana Riyanti dapat disimpulkan bahwa :
Perlakuan jenis media tanam berpengaruh nyata terhadap peubah waktu
muncul tunas daun, jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah buku, jumlah ruas,
panjang akar dan jumlah akar. Tanaman sirih merah berkembang lebih baik
pada media yang menggunakan campuran serbuk sabut kelapa, arang sekam,
pakis dan humus daun bambu 1:1:1:1 (v/v) dibandingkan dengan perlakuan
media lainnya. Media campuran serbuk sabut kelapa, arang sekam, pakis dan
humus daun bambu 1:1:1:1 (v/v) memberikan hasil jumlah daun, jumlah ruas,
jumlah buku, jumlah akar terbanyak dan tinggi tanaman.
Perlakuan media tanam yang memberikan hasil panjang akar terpanjang
dan waktu muncul tunas daun paling cepat adalah campuran media serbuk
sabut kelapa dan humus daun bambu dengan perbandingan 1:1 (v/v).
Selanjutnya penelitian dari Diky Arief Subaryanto (2011) dengan judul
“Pengaruh komposisi Media dan jumlah bibit terhadap pertumbuhan dan hasil
jamur merang”
Metode yang digunakan dalam penelitian Diky Arief Subaryanto yaitu
Rancangan Acak Kelompok yang disusun secara faktorial dan diulang 3 kali.
25
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Dalam penelitian ini terdapat dua faktor yaitu komposisi media (M) sebagai faktor
pertama, Faktor kedua adalah jumlah bibit yang ditebar (K).
Dalam penelitian Diky Arief Subaryanto dapat disimpulkan bahwa:
a. Tidak terdapat interaksi perlakuan antara komposisi media dengan
jumlah bibit terhadap pertumbuhan dan hasil jamur merang.
b. Komposisi media berpengaruh sangat nyata terhadap frekuensi panen
tubuh buah dan nyata pada kecepatan panen dimana M3 merupakan
perlakuan yang terbaik.
c. Perlakuan pemberian jumlah bibit berpengaruh tidak nyata terhadap
pertumbuhan dan hasil jamur merang.
26
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Tabel 4. Hasil Penelitian Yang Relevan
No
.
Nama / Judul
penelitian Hasil Persamaan Perbedaan
1. 1. Lailatul Mufarrihah
(2009) dengan
judul “pengaruh
penambahan
bekatul dan ampas
tahu pada media
terhadap
pertumbuhan dan
produksi jamur
tiram putih
(Pleorotus
ostreatus )”
Dari penelitian
Lailatul Mufarrihah
dapat disimpulkan
bahwa :
a. Penambahan
bekatul
berpengaruh
nyata pada
pertumbuhan
panjang
miselium,
waktu
maksimal
miselium
penuh, dan
produksi
jamur tiram
putih pada
semua umur
pengamatan.
Pemberian
nutrisi
bekatul 20%
(B4)
memberikan
hasil yang
terbaik.
Persamaan
penelitian
Lailatul
Mufarrihah
dengan
penelitian
yang
dilakukan
oleh penulis
ialah sama-
sama
menggunak
an ampas
tahu.
2. Pada
penelitian ini
penulis
3. menggunaka
n
4. benih/tanama
n cabai rawit
(Capsicum
frutescens L.)
sedangkan
pada
penelitian
Lailatul
Mufarrihah
menggunaka
n jamur tiram
putih
(Pleorotus
ostreatus )”
27
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
b. Penambahan
ampas tahu
berpengaruh
nyata pada
pertumbuhan
miselium,
waktu
maksimal
miselium
penuh, dan
produksi
jamur tiram
putih pada
semua
pengamatan.
Pemberian
nutrisi ampas
tahu 25%
(T4)
memberikan
hasil yang
terbaik.
c. Interaksi
dengan
penambahan
bekatul dan
ampas tahu
berpengaruh
nyata pada
pertumbuhan
miselium,
28
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
waktu
maksimal
miselium
penuh, dan
produksi
jamur tiram
putih pada
semua umur
pengamatan.
Hasil terbaik
pada
perlakuan
B4T4
(Bekatul 20%
dan Ampas
tahu 25%).
2. Yuliana Riyanti
(2009) dengan
judul “pengaruh
jenis media tanam
terhadap
pertumbuhan bibt
sirih merah (Piper
crocatum Ruiz and
pav.)”
Dari penelitian
Yuliana Riyanti
dapat disimpulkan
bahwa :
Perlakuan jenis
media tanam
berpengaruh nyata
terhadap peubah
waktu muncul tunas
daun, jumlah daun,
tinggi tanaman,
jumlah buku, jumlah
ruas, panjang akar
dan jumlah akar.
Tanaman sirih merah
Persamaan
penelitian
Yuliana
Riyanti
dengan
penelitian
yang
dilakukan
penulis
ialah sama-
sama
meneliti
tentang
media
tanam.
Pada
penelitian ini
penulis
menggunaka
n
benih/tanama
n cabai rawit
(Capsicum
frutescens L.)
sedangkan
pada
penelitian
Yuliana
Riyanti
menggunaka
29
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
berkembang lebih
baik pada media
yang menggunakan
campuran serbuk
sabut kelapa, arang
sekam, pakis dan
humus daun bambu
1:1:1:1 (v/v)
dibandingkan
dengan perlakuan
media lainnya.
Media campuran
serbuk sabut kelapa,
arang sekam, pakis
dan humus daun
bambu 1:1:1:1 (v/v)
memberikan hasil
jumlah daun, jumlah
ruas, jumlah buku,
jumlah akar
terbanyak dan tinggi
tanaman.
Perlakuan media
tanam yang
memberikan hasil
panjang akar
terpanjang dan
waktu muncul tunas
daun paling cepat
adalah campuran
media serbuk sabut
n sirih merah
(Piper
crocatum
Ruiz and
pav.)”
30
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
kelapa dan humus
daun bambu dengan
perbandingan 1:1
(v/v).
3. Diky Arief
Subaryanto dengan
judul “Pengaruh
komposisi Media
dan jumlah bibit
terhadap
pertumbuhan dan
hasil jamur
merang”
Dalam penelitian
Diky Arief
Subaryanto dapat
disimpulkan bahwa :
a. Tidak
terdapat
interaksi
perlakuan
antara
komposisi
media
dengan
jumlah bibit
terhadap
pertumbuhan
dan hasil
jamur
merang.
b. Komposisi
media
berpengaruh
sangat nyata
terhadap
frekuensi
panen tubuh
buah dan
Persamaan
penelitian
Diky Arief
Subaryanto
dengan
penelitian
penulis
ialah sama-
sama
meneliti
tentang
komposisi
media
tanam.
Dalam
penelitian ini
penulis
menggunaka
n
benih/tanama
n cabai rawit
(Capsicum
frutescens L.)
sedangkan
pada
penelitian
Diky Arief
Subaryanto
menggunaka
n jamur
merang.
31
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
nyata pada
kecepatan
panen
dimana M3
merupakan
perlakuan
yang terbaik.
c. Perlakuan
pemberian
jumlah bibit
berpengaruh
tidak nyata
terhadap
pertumbuhan
dan hasil
jamur
merang
C. Kerangka Berfikir
Masyarakat Desa Sungai bulian yang berternak cenderung menumpuk
kotoran hewan atau pupuk kandang yang ada. Pupuk kandang hanya
dimanfaatkan jika ada beberapa masyarakat yang menanam palawija disekitar
rumahnya, selebihnya pupuk kandang hanya dibiarkan menumpuk begitu
saja.
Di Desa Bangun seranten terdapat industri rumahan yang memproduksi
tahu. Namun, dalam pengolahan limbahnya belum dimanfaatkan dengan baik.
Industri tahu menghasilkan limbah padat dan limbah cair. Biasanya limbah
limbah padat hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Didesa Sungai Limau terdapat tempat penggilingan padi, ditempat
penggilingan padi ini limbah dari penggilingan padi atau sekam padi hanya
32
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
dibuang, dibiarkan menumpuk dibelakang penggilingan padi tersebut. Tidak
adanya tempat pembuangan khusus limbah sekam padi ataupun pemanfaatan
limbah sekam padi sehinga semakin hari limbah sekam padi tersebut makin
menggunung.
Untuk lebih jelas dapat dilihat dibawah ini:
Gambar II.2 Kerangka Fikir
Keterangan :
: Bagian Keseluruhan
: Bagian yang diteliti
Komposisi Media Tanam Benih Cabai Rawit
Limbah
Tahu
Pupuk
Kandang
Padat
Cair Pupuk Sapi
Pupuk kambing
Pupuk ayam
dll
Sekam padi
Sekam Mentah Sekam Bakar
Teknik penelitian
Rancangan
Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT)
Analisis Data
Analisis ragam (Uji F)
dilanjutkan dengan uji
wilayah berganda
Duncan.
33
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Desa Sungai Bulian, Kecamatan Tabir
Timur, Kabupaten Merangin. Untuk bahan penelitian yaitu pupuk kandang
akan diambil dari rumah warga yang memelihara kambing di Desa Sungai
Bulian, Sedangkan ampas tahu akan di ambil dari rumah salah satu warga
yang memproduksi tahu di Desa Bangun seranten, Kecamatan Muara tabir
Kabupaten Tebo. Sedangkan sekam padi akan diambil dari tempat
penggilingan padi disekitar tempat penelitian. Penelitian ini akan
dilaksanakan pada bulan Maret-April 2018.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu polibag ukuran 1515 cm,
cangkul, alat penyiram, penggaris, timbangan, dan kamera. Sedangkan bahan
yang digunakan pada penelitian ini yaitu tanah, ampas tahu yang telah
dikeringkan, pupuk kandang, sekam padi, air dan benih atau biji cabai rawit
(Capsicum frutescens L.).
C. Prosedur kerja
Adapun prosedur kerja dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut
1. Mempersiapkan tempat untuk meletakkan polibag
2. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian
3. Menyiapkan media tanam sesuai takaran/perlakuan yang telah
ditentukan.
4. Penyemaian Benih cabai rawit
Benih cabai rawit tersebut disemai pada polibag yang telah diisi
dengan media tanam sesuai perlakuan yang telah ditentukan dengan
membuat lubang kedalaman 2-3 cm pada media tanam dan jumlah
benih per lubang 1 benih.
34
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
5. Pemeliharaan
Benih cabai rawit yang telah ditanam harus dilakukan
pemeliharaan yang intensif, pemeliharaan ini bertujuan untuk
mendapatkan hasil pertumbuhan benih cabai rawit yang baik.
Pemeliharaan meliputi penyiraman dan penyiangan.
a. Penyiraman
Apa bila penyemaian dilakukan pada musim kemarau, maka
penyiraman harus diperhatikan. Penyiraman dilakukan antara
pukul 06.00-08.00, sedangkan pada sore hari dilakukan setelah
pukul 16.00 atau setelah matahari sudah tidak terik lagi. Pada
penelitian ini media tanam yang menggunakan campuran tanah
dan ampas tahu banyaknya air yang digunakan untuk menyiram
lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak menggunakan
ampas tahu. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir ampas tahu
busuk atau berjamur, selain itu ampas tahu dapat menyimpan air
lebih banyak dan lebih lama karena daya serapnya lebih baik
dibandingkan media tanam yang lain.
b. Penyiangan
Maksud dari penyiangan ini yaitu membersihkan rumput liar
yang tumbuh disekitar media tanam.
6. Pengamatan dan pengumpulan data,
Dalam penelitian ini parameter yang diamati ialah :
a. Tinggi tanaman
b. Jumlah daun
c. Biomassa berat basah
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat Eksperimental dengan
menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT), faktorial
dengan 3 ulangan. Penelitian dilakukan dengan 4 taraf perlakuan, yaitu :
P0 = Tanah 100% sebagai Kontrol
35
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
P1 = Tanah dan Ampas Tahu 1 : 1
P2 = Tanah dan Pupuk kandang 1 : 1
P3 = Tanah dan Sekam padi 1 : 1
P4 = Tanah, Ampas Tahu, pupuk kandang dan sekam padi 1 : 1 : 1 : 1
Adapun model matematika yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
Yij = μ + αi + βj + ε ij, dimana:
Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan media tanam ke-i terhadap ulangan
ke- j
μ = Nilai rataan umum
αi = Pengaruh perlakuan media tanam ke-i
βj = Pengaruh kelompok ke-j
ε ij = Pengaruh galat pada perlakuan ke-i terhadap kelompok ke-j
Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F)
dan dilakukan uji lanjut DMRT 5 % jika hasilnya berbeda nyata. (Riyanti,
2009).
E. Analisis data
Hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf
nyata (α) 5%. Apabila hasil uji F nyata, dilanjutkan dengan uji wilayah
berganda Duncan (Duncan’s Mutiple Range Test-DMRT). Transformasi
dilakukan jika asumsi analisis ragam tidak terpenuhi. Hasil uji yang memiliki
data dalam suatu gugus data adalah kecil (adanya angka nol) maka digunakan
transfomasi dengan (X + 0.5)1/2 dan apabila gugus data merupakan nilai-nilai
kecil (kurang dari 10) menggunakan transformasi log (X + 1), dimana X
adalah data aslinya. (Riyanti, 2009).
36
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
F. Jadwal penelitian
Tabel 5. Jadwal Penelitian
*Waktu penelitian dapat berubah-ubah sesuai situasi dan kondisi
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Pengajuan
judul
proposal
2Pembuatan
proposal
3
Pengajuan
dosen
pembimbing
4
Bimbingan
perbaikan
proposal
5Seminar
proposal
6Perbaikan
hasil seminar
7Pengurusan
izin riset
8Pelaksanaan
riset
9Pengolahan
data
10Penulisan
skripsi
11Perbaikan
skripsi
12 ACC Agenda
KegiatanNo.
Feb Maret April Mei
Tahun 2017 - 2018
Bulan
Agustus Sept Okt Nov Des JanFeb Maret April Mei Juni Juli
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh data
hasil pengamatan sebagai berikut.
1. Hasil Pengamatan Tinggi Benih Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)
Tabel 6. Tinggi benih cabai rawit (Capsicum frutescens L.)
PERLAKUAN
TINGGI TANAMAN (cm)
Jumlah
Rata
-
Rata 6
HST
9
HST
12
HST
15
HST
18
HST
21
HST
24
HST
27
HST
P0 0,98 1,41 1,91 2,47 3,11 3,77 4,49 5,06 23,20 2,90
P1 1,16 1,53 1,96 2,50 3,07 3,69 4,27 18,18 2,60
P2 1,26 1,97 2,76 3,58 4,51 5,59 6,66 7,97 34,30 4,29
P3 0,80 1,10 1,47 1,94 2,41 2,98 3,70 4,46 18,86 2,36
P4 1,07 1,66 2,29 3,04 3,88 4,80 5,40 6,70 28,83 3,60
Ket : P0 = Tanah (Kontrol)
P1 = Tanah dan Ampas Tahu (1 : 1)
P2 = Tanah dan Pupuk kandang (1 : 1)
P3 = Tanah dan Sekam padi (1 : 1)
P4 = Tanah, Ampas Tahu, pupuk kandang dan sekam padi (1 : 1 : 1 : 1)
HST = Hari Setelah Tanam
Berikut disajikan Hasil pengamatan Tinggi benih cabai rawit dalam bentuk
Grafik :
Grafik 1. Tinggi Benih Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)
18% 17%
27% 15%
23%
Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan Kontrol
P1
P2
P3
P4
38
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Ket : P0 = Tanah (Kontrol)
P1 = Tanah dan Ampas Tahu (1 : 1)
P2 = Tanah dan Pupuk kandang (1 : 1)
P3 = Tanah dan Sekam padi (1 : 1)
P4 = Tanah, Ampas Tahu, pupuk kandang dan sekam padi (1 : 1 : 1 : 1)
Sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 1 terlihat perbedaan Pertumbuhan
Tinggi benih cabai rawit dengan berbagai perlakuan. Perlakuan yang paling
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi Benih Cabai Rawit adalah P2
dengan komposisi media tanah dan pupuk kandang 1:1, dengan persentase
tinggi tanaman 27% dibandingkan yang lainnya.
2. Hasil Pengamatan Jumlah Daun
Tabel 7. Hasil pengamatan jumlah daun
PERLAKUAN JUMLAH DAUN
Jumlah Rata-
rata 6 HST 9
HST
12
HST
15
HST
18
HST
21
HST
24
HST
27
HST
P0 2 2 3 3 4 4 5 6 29 3,63
P1 2 3 3 4 4 4 4 24 3,43
P2 2 3 4 4 5 6 8 10 42 5,25
P3 2 2 3 3 3 4 4 4 25 3,13
P4 2 3 4 4 5 6 7 9 40 5
Ket : P0 = Tanah (Kontrol)
P1 = Tanah dan Ampas Tahu (1 : 1)
P2 = Tanah dan Pupuk kandang (1 : 1)
P3 = Tanah dan Sekam padi (1 : 1)
P4 = Tanah, Ampas Tahu, pupuk kandang dan sekam padi (1 : 1 : 1 : 1)
HST = Hari Setelah Tanam
Berikut disajikan Hasil pengamatan jumlah daun cabai rawit dalam bentuk
Grafik :
39
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Grafik 2. Jumlah Daun Benih Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)
Ket : P0 = Tanah (Kontrol)
P1 = Tanah dan Ampas Tahu (1 : 1)
P2 = Tanah dan Pupuk kandang (1 : 1)
P3 = Tanah dan Sekam padi (1 : 1)
P4 = Tanah, Ampas Tahu, pupuk kandang dan sekam padi (1 : 1 : 1 : 1).
Sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 2 terlihat perbedaan Jumlah daun
benih cabai rawit dengan berbagai perlakuan. Perlakuan yang paling
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun benih Cabai Rawit adalah P2 dengan
komposisi media tanah dan pupuk kandang 1:1 dengan persentase Jumlah
daun 26% dan lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
3. Hasil Pengamatan BioMassa Berat Basah
Tabel 8. Hasil pengamatan biomassa berat basah cabai rawit
Perlakuan Ulangan
TOTAL RATA-RATA I II III
P0 0,22 0,21 0,30 0,72 0,24
P1 0,07 0,08 0,08 0,23 0,08
P2 1,93 2,84 1,22 6,00 2,00
18% 17%
26% 15%
24%
Jumlah Daun
P0 (Perlakuan
Kontrol)
P1
P2
P3
P4
40
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
P3 0,16 0,18 0,18 0,52 0,17
P4 0,77 0,54 1,10 2,40 0,80
Ket : P0 = Tanah (Kontrol)
P1 = Tanah dan Ampas Tahu (1 : 1)
P2 = Tanah dan Pupuk kandang (1 : 1)
P3 = Tanah dan Sekam padi (1 : 1)
P4 = Tanah, Ampas Tahu, pupuk kandang dan sekam padi (1 : 1 : 1
: 1)
HST = Hari Setelah Tanam
Berikut disajikan Hasil pengamatan biomassa berat basah cabai rawit dalam
bentuk Grafik :
Grafik 3.Biomassa berat basah benih cabai Rawit
Ket : P0 = Tanah (Kontrol)
P1 = Tanah dan Ampas Tahu (1 : 1)
P2 = Tanah dan Pupuk kandang (1 : 1)
P3 = Tanah dan Sekam padi (1 : 1)
P4 = Tanah, Ampas Tahu, pupuk kandang dan sekam padi (1 : 1 : 1
: 1).
7% 3%
61% 5%
24%
Biomassa berat basah benih cabai rawit (gr)
P0 (Perlakuan
Kontrol)
P1
P2
P3
P4
41
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Sebagaimana ditunjukkan pada Grafik diatas terlihat perbedaan Jumlah
daun benih cabai rawit dengan berbagai perlakuan. Perlakuan yang paling
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun benih Cabai Rawit adalah P2 dengan
komposisi media tanah dan pupuk kandang 1:1 dengan persentase Biomassa
berat basah benih cabai rawit 61% dan lebih tinggi dibandingkan perlakuan
lainnya.
B. PEMBAHASAN
Parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
pertumbuhan benih cabai rawit dengan komposisi media tanam menggunakan
Ampas tahu, sekam padi dan pupuk kandang adalah jumlah daun, tinggi
tanaman, dan biomassa Berat basah.
a. Tinggi tanaman
Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan media tanam benih cabai
rawit berurutan dari yang tertinggi hingga yang terendah adalah P2, P4,
P0, P3 dan P1. Perlakuan P2 dan P4 memiliki tinggi pohon tertinggi
dikarenakan pada P2 menggunakan tanah dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1 : 1, sedangkan pada perlakuan P4 menggunakan media
tanam tanah, pupuk kandang, sekam padi dan ampas tahu dengan
perbandingan 1:1:1:1. komposisi unsure hara yang terdapat pada pupuk
kandang kambing yaitu, 0,95% N, 0,35% P2O5 dan 1,00 % K2O. ternyata
bahwa kadar N pupuk kambing cukup tinggi, kadar airnya lebih rendah
dari kadar air pupuk sapi. Keadaan demikian merangsang jasad renik
melakukan perubahan-perubahan aktif, sehingga perubahan berlangsung
dengan cepat.
Perlakuan P1 menggunakan komposisi media tanam tanah dan
Ampas tahu dengan perbandingan 1:1. Pada perlakuan P1 memiliki tinggi
pohon terendah, hal ini dikarenakan kurangnya unsure hara yang
terkandung dalam ampas tahu, meskipun demikian ampas tahu dapat
berperan sebagai pemelihara kelembapan tanah karena kandungan airnya
yang cukup tinggi.
42
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
b. Jumlah daun
Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah daun terbanyak terdapat
pada perlakuan P2 dan P4. Sama halnya pada Tinggi tanaman, jumlah
daun terbanyak adalah P2 dengan komposisi media tanam yang
menggunakan pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1:1. Pada
perlakuan P2, pupuk kandang mempunyai kadar N yang cukup tinggi dan
kadar airnya lebih rendah dari kadar air pupuk sapi. Hal tersebut
merangsang jasad renik melakukan perubahan-perubahan aktif, sehingga
pertumbuhan berlangsung cepat dan berpengaruh pada jumlah daun.
Tanaman yang terpenuhi kebutuhan unsur haranya, akan dapat
merangsang pertumbuhan daun baru. Menurut Sarwono Hardjowigeno,
2010:82), tanaman yang cukup mendapat nitrogen dalam tanah akan
tumbuh lebih hijau. (Helfi Gustia, 2013).
Selanjutnya pada perlakuan P4 jumlah daun juga cukup banyak,
pada perlakuan ini komposisi media tanam menggunakan tanah, ampas
tahu, pupuk kandang dan sekam padi.
Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembaban
daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan
ketersediaan unsur hara. Sekam bakar sebagai salah satu bahan organik
merupakan media tanam yang dapat menjaga kelembaban. Hal ini
disebabkan sekam bakar lebih porous karena memiliki pori-pori makro
dan mikro yang hampir seimbang, sehingga sirkulasi udara yang
dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi (Wuryan,
2008:2).
Sebagai media tanam, sekam bakar berperan penting dalam
perbaikan sifat fisik, sifat kimia, dan melindungi tanaman (Mahmudi,
1994 dalam Timbul P. Tumanggor, 2006:9 dalam Helfi Gustia 2013 ).
Hal ini berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan cabai rawit (Capsicum
frutescens L.) dimana perakaran akan berkembang dengan baik sehingga
pengambilan hara oleh akar akan optimal. Seperti terlihat pada perlakuan
P4, jumlah daun lebih banyak dibandingkan dengan P0, P1, dan P3.
43
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Ampas tahu memiliki kadar air yang cukup tinggi, dalam
pembenihan cabai rawit (Capsicum frutescens L.) ampas tahu dapat
membantu menjaga kelembapan tanah.
c. Biomassa berat basah
Pengamatan biomassa berat basah dilakukan setelah benih cabai
rawit berumur 27 HST. Pada pengamatan biomassa berat basah ini rerata
berat basah benih cabai rawit tertinggi ialah pada perlakuan P2 dengan
komposisi media tanam Tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan
1:1.
44
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa komposisi
media tanam yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan benih cabai rawit
adalah perlakuan P2 dengan komposisi media tanam tanah dan pupuk kandang 1 :
1. Namun, bukan berarti komposis media tanam yang menggunakan ampas tahu
tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan benih cabai rawit. Pada pembenihan
cabai rawit ampas tahu dapat membantu kelembapan tanah.
B. SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui perbandingan yang tepat
sebagai komposisi media tanam benih cabai rawit dengan pupuk kandang dan
ampas tahu.
45
DAFTAR PUSTAKA
Astri, R. (N.D.). Pengaruh campuran media tanam pasir (regosol) terhadap
pertumbuhan serta hasil produksi pada tanaman cabai rawit (capsicum
frutenscens linn.) Dalam polybag.
Cahyono, B. (2003). Teknik budidaya cabai rawit dan analisis usaha tani.
Kanisius. Yogyakarta.
Darwis, S. (2004). Dasar-Dasar Ilmu Pertanian Dalam Al-Qur’an. Ipb Press.
Duldjaman, M. (2004). Penggunaan ampas tahu untuk meningkatkan gizi
pakan domba lokal. Media Peternakan, 27(3).
Gustia, F. (2013). Pengaruh penambahan sekam bakar pada media tanam
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (brassica juncea l.).
E-Journal WIDYA Kesehatan Dan Lingkungan, Vol.1 No. 1
Hakim, B. S. (N.D.). Simulasi pengaruh media tanam sekam dan pupuk
kandang terhadap pertumbuhan tinggi tanaman wortel dengan
menggunakan metode fuzzy sugeno berbasis xl system.
La Sarido, A. (N.D.). Uji empat jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman cabai keriting (Capsicum annum l.). Agrifor, 12(1),
22–29.
Lewokeda, M. S. (2014). Pemanfaatan ampas tahu sebagai bahan tambahan
pembuatan kerupuk.
Melisa, N. (2011). Pengaruh pencampuran tepung ampas tahu dan tepung
terigu sebagai bahan pengikat terhadap mutu nugget wortel (daucus
carota l). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Andalas.
Padang.
Mufarrihah, L. (2009). Pengaruh penambahan bekatul dan amplas tahu pada
media terhadap pertumbuhan dan produksi jamur tiram putih (pleorotus
ostreatus).
Mugnisjah, W. Q., & Setiawan, A. (1995). Produksi benih. Bumi Aksara.
Jakarta, 130.
46
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Muhamad Syukur, S., Si, M., Rahmi Yunianti, S., Si, M., Rahmansyah
Dermawan, S., & Si, M. (2012). Sukses panen cabai tiap hari (Vol. 10).
Penebar Swadaya Grup.
Mulyati, S. (2009). Pengaruh kandungan pasir pada media semai terhadap
penyakit rebah kecambah (sclerotium rolfsii sacc) pada persemaian
tanaman cabai. Jurnal Agronomi, 13(1), 21–28.
Putra, A. B. (2017). Pengaruh komposisi media tanam dan konsentrasi
paklobutrazol terhadap keragaan tanaman cabai (capsicum annuum l.)
Cv. Candlelight pada budidaya tanaman secara hidroponik.
Riyanti, Y. (2009). Pengaruh jenis media tanam terhadap pertumbuhan bibit
sirih merah (piper crocatum ruiz dan pav.)(Skripsi).
Subaryanto, D. A. (N.D.). Pengaruh komposisi media dan jumlah bibit
terhadap pertumbuhan dan hasil jamur merang (volvariella volvaceae).
Suhaila, S., Zahrah, S., & Sulhaswardi, S. (2017). Perbandingan campuran
media tumbuh dan berbagai konsentrasi atonik untuk pertanaman bibit
(eucalyptus pellita). Dinamika Pertanian, 28(3), 225–236.
Suharja, S. (2009). Biomass, chlorophyll and nitrogen content of leaves of
two chili pepper varieties (capsicum annum) in different fertilization
treatments. Nusantara Biosc, 1, 9–16.
Sutanto, R. (2002). Penerapan pertanian organik: pemasyarakatan dan
pengembangannya. Kanisius.
Sutaryo, D. (2009). Penghitungan biomassa sebuah pengantar untuk studi
karbon dan perdagangan karbon. Wetlands international Indonesia
programme. Bogor.
Sutedjo, M. (1999). Pupuk dan cara pemupukan tanaman pertanian.
Sutejo, M. M. (1995). Pupuk dan pemupukan. Get Ke-5 Rineka Qpta. Jakarta
47
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Analisis ragam Tinggi Tanaman
Sumber Tipe III
Jumlah
Kuadrat
df Rata-
rata
Persegi
F Sig.
Model
Terkoreksi 122,745
a 11 11,159 51,814 ,000
Intercept 380,566 1 380,566 1767,131 ,000
perlakuan 23,520 4 5,880 27,304 ,000
TinggiTanaman 99,225 7 14,175 65,820 ,000
Kesalahan 6,030 28 ,215
Total 509,341 40
Total
Terkoreksi 128,775 39
R Kuadrat = ,953 (Disesuaikan R kuadrat = ,935)
Lampiran 2.Tabel Hasil uji Duncan Tinggi Tanaman
perlakuan N Subset
1 2 3 4
perlakuan 1 8 2,2725
perlakuan 3 8 2,3575
Perlakuan
Kontrol 8
2,9000
perlakuan 4 8 3,6050
perlakuan 2 8 4,2875
Sig. ,717 1,000 1,000 1,000
48
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Berarti untuk kelompok dalam himpunan homogen ditampilkan Berdasarkan
cara yang diamati.
Istilah kesalahannya adalah Rata-rata persegi (Kesalahan) =, 215.
a. Menggunakan sebuah Ukuran Sampel Harmonic Mean = 8,000.
b. Alpha =, 05.
Lampiran 3. Hasil Analisis ragam Jumlah daun
Sumber Tipe III
Jumlah
Kuadrat
df Rata-rata
Persegi
F Sig.
Model
Terkoreksi 130,950
a 11 11,905 14,461 ,000
Intercept 640,000 1 640,000 777,440 ,000
Perlakuan 35,750 4 8,938 10,857 ,000
TinggiTanaman 95,200 7 13,600 16,521 ,000
Kesalahan 23,050 28 ,823
Total 794,000 40
Total
Terkoreksi 154,000 39
a. R Kuadrat = ,850 (disesuaikan R Kuadrat = ,792)
Lampiran 4. Tabel Hasil UJi Duncan Jumlah Daun
Perlakuan N Subset
1 2
perlakuan 1 8 3,00
perlakuan 3 8 3,13
perlakuan
control 8 3,63
perlakuan 4 8 5,00
perlakuan 2 8 5,25
Sig. ,204 ,586
Berarti untuk kelompok dalam himpunan homogen ditampilkan.
Berdasarkan cara yang diamati.
Istilah kesalahannya adalah Mean Square (Error) =, 823.
a. Menggunakan sebuah Ukuran Sampel Harmonic Mean =
8,000.
49
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
b. Alpha =, 05.
Lampiran 5.Tabel Hasil Analisis Ragam Biomassa Berat basah benih cabai rawit
Sumber Tipe III
Jumlah
Kuadrat
df Rata-rata
Persegi
F Sig.
Model
Terkoreksi 7,774
a 6 1,296 7,499 ,006
Intercept 6,508 1 6,508 37,663 ,000
perlakuan 7,674 4 1,918 11,103 ,002
TinggiTanaman ,100 2 ,050 ,290 ,756
Kesalahan 1,382 8 ,173
Total 15,664 15
Total
Terkoreksi 9,156 14
a. R Kuadrat = ,849 (disesuaikan R kuadrat = ,736)
Lampiran 6. Tabel Hasil Uji Duncan Biomassa Berat Basah
Perlakuan N Subset
1 2
perlakuan1 3 ,0767
perlakuan 3 3 ,1733
perlakuan
control 3 ,2433
perlakuan 4 3 ,8033
perlakuan 2 3 1,9967
Sig. ,079 1,000
Berarti untuk kelompok dalam himpunan homogen ditampilkan.
Berdasarkan cara yang diamati.
Istilah kesalahannya adalah Mean Square (Error) =, 173.
a. Menggunakan sebuah Ukuran Sampel Harmonic Mean = 3.000.
b. Alpha =, 05.
50
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Lampiran 7. Gambar rumah jaring yang digunakan untuk penelitian
Lampiran 8. Benih cabai rawit P0 (27 HST)
Lampiran 9. Benih Cabai Rawit P1 (21 HST)
51
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Lampiran 10. Benih Cabai Rawit P2 (27 HST)
Lampiran 11. Benih Cabai Rawit P3 (27 HST)
Lampiran 12. Benih Cabai Rawit P4 (27 HST)
52
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Lampiran 13. Proses Penimbangan Biomassa Berat Basah benih Cabai Rawit
53
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
54
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
55
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CURRUCULUM VITAE)
Nama : Latifatun Nafingah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Wonosobo/ 08 Juli 1995
Alamat Asal : Jln. Kutilang, Rt.018, Rw.008, Desa Sungai bulian,
Kec. Tabir Timur, Kab. Merangin
Alamat Sekarang :Perum.Arza I, Ganga Apel Blok H-05, Mendalo
indah, Kec. Jambi Luar Kota, Kab. Muaro Jambi
Pekerjaan (Jika ada) : Staf Keuangan Kantor Desa, Desa Sungai Bulian
Alamat Email : latifatunnafingah87@ymail.com
No. Kontak : 0812-7203-1071
Riwayat Pendidikan :
1. TK , tahun tamat : Dharma Wanita Sungai Bulian, Tahun 2001
2. SDN/MI, tahun tamat : SDN. 269/VI Sungai Bulian, Tahun 2007
3. SMP/MTS, tahun tamat : SMP N 14 Tebo, Tahun 2010
4. SMU/SMA, tahun tamat : SMA N 1 Muaro Jambi, Tahun 2013