Post on 08-Feb-2020
PERILAKU BERAGAMA MAHASISWA IAIN
SALATIGA
(Studi atas Motif Shalat Berjamaah pada Mahasiswa
IAIN Salatiga Tahun 2015)
SKRIPSI
Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Oleh:
SITI ASIYAH
11111014
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2016
PERILAKU BERAGAMA MAHASISWA IAIN
SALATIGA
(Studi atas Motif Shalat Berjamaah pada Mahasiswa
IAIN Salatiga Tahun 2015)
SKRIPSI
Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Oleh:
SITI ASIYAH
11111014
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2016
MOTTO
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al
Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang
lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(Q.S. Al-‘Ankabut 29: 45).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk:
Pengukir akhlaq dan jiwa ragaku
Ayahanda dan Ibundaku
Tamam Mubirin dan Sholikhah
yang telah mencurahkan segala
pengorbanan untuk pendidikan anaknya.
Seluruh keluarga besarku
yang memberikan nasehat dan motivasi
hingga terselesaikannya skripsi ini
Terima kasih atas
cinta dan kasih sayang kalian.
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah, penulis haturkan kehadirat Allah Swt yang telah
memberikan rahmat, hidayah beserta ridho-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Perilaku Beragama Mahasiswa IAIN
Salatiga (Studi atas Motif Shalat Berjamaah pada Mahasiswa IAIN Salatiga Tahun
2015). Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan besar Nabi
Muhammad Saw yang selalu kita nanti-nantikan syafa’atnya besok di hari kiamat.
Amin Ya Rabbal Alamin.
Dalam penyusunan skripsi ini, ditujukan sebagai syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Islam di IAIN Salatiga. Dengan kerendahan hati dan
kesadaran penuh, penulis sampaikan bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan
tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya
kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara
khusus penulis sampaikan kepada:
1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
3. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
4. Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing, yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya, dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaannya
dalam memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen yang dengan tulus mendidik dan memberikan jasanya
dalam menuntut ilmu di IAIN Salatiga.
6. Karyawan dan Karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta
bantuannya.
7. Segenap keluarga, terutama Bapak, Ibu, Kakak dan Adik yang selalu
mencurahkan kasih sayang, perhatian, kesabaran, ketabahan serta untaian do’a
yang tulus sepanjang waktu demi keberhasilan penulis.
8. Sahabat-sahabat dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini,
sehingga dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima di
sisi Allah Swt.
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga hasil penelitian ini dapat
berguna bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya, terutama untuk
kemajuan dunia pendidikan.
Salatiga, 12 Januari 2016
Penulis,
SITI ASIYAH
NIM. 11111014
ABSTRAK
Asiyah, Siti. 2016. Perilaku Beragama Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif
Shalat Berjamaah pada Mahasiswa IAIN Salatiga Tahun 2015). Skripsi.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. H. Miftahuddin,
M.Ag.
Kata kunci: Perilaku Beragama, Motif-motif Shalat Berjamaah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perilaku beragama
dalam pelaksanaan shalat berjamaah pada mahasiswa IAIN Salatiga dan untuk
mengetahui berbagai bentuk motif perilaku mahasiswa tersebut dalam melakukan
shalat berjamaah. Pertanyaan utama yang ingin dijawab pada penelitian ini adalah,
(1) Bagaimana perilaku shalat berjamaah mahasiswa IAIN Salatiga? (2) Apa motif-
motif perilaku shalat berjamaah mahasiswa IAIN Salatiga? (3) Apa faktor-faktor
pendukung dan penghambat perilaku shalat berjamaah mahasiswa IAIN Salatiga?
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan pendekatan yang
digunakan penulis adalah kualitatif diskriptif. Dalam penelitian ini penulis
melalukan perencanaan, pelaksanan, pengumpulan data, analisis, penafsiran data
dan pada akhirnya penulis melaporkan hasil penelitiannya.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan: 1) Perilaku shalat berjamaah
mahasiswa IAIN Salatiga sangatlah beragam. Perilaku tersebut, dapat dilihat dari
segi kesiapan mahasiswa masih banyak yang kurang mempersiapkan diri dalam
mengikuti shalat berjamaah. Dari segi mengajak, perilaku mahasiswa IAIN Salatiga
seimbang, sebagian ada yang mengajak dan sebagian ada yang tidak mengajak. Dan
dari segi kedisiplinan (ajeg/istiqomah), perilaku mahasiswa IAIN Salatiga juga
sangat kurang disiplin dalam mengikuti shalat berjamaah. 2) Motif-motif perilaku
shalat berjamaah mahasiswa IAIN Salatiga memiliki banyak motif yang dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu: motif intrinsik dan ekstrinsik. Motif
intrinsik yang terdapat pada mahasiswa IAIN Salatiga yaitu: Motif ketenangan hati,
Motif karena Pahala yang Berlipat Ganda dan Motif terijabahnya semua doa dan
harapan, Motif akan adanya Rasa Takut dan Cemas, Motif Terijabahnya Semua
Doa dan Harapan (Pengalaman Religius), Motif Peningkatan Taqwa dan Perubahan
Sikap, Motif Kebutuhan untuk Beribadah, Rasa Solidaritas dan keingintahuan,
Motif Kesehatan Badan, Motif Rasa Ingin diperhatikan dan dihargai, Motif shalat
berfungsi sebagai ajaran atau yang membawa kebaikan dan Motif penyelamat.
Sedangkan motif-motif Ekstrinsik di antaranya yaitu: Motif Inspirasi dari orang
hebat, Motif Ajakan Keluarga, Motif Ajakan dari sahabat, Motif ingin diperhatikan
pacar dan Motif Keteladanan. 3) Perilaku mahasiswa IAIN Salatiga dalam
melakukan shalat berjamaah memiliki dua faktor yaitu: faktor pendukung yang
dapat memperlancar terlaksananya shalat berjamaah, dan faktor penghambat yang
dapat mempersulit terlaksananya proses shalat berjamaah. Faktor pendukung
tersebut adalah fasilitas dan sarana prasarana yang memadai yang berada di masjid
darul amal, faktor jarak atau letak masjid yang berada di lingkungan kampus,
kondisi kesehatan baik itu dari segi badan maupun pikiran dari individu mahasiswa
masing-masing dalam melakukan shalat berjamaah, dan faktor cuaca dan kondisi
yang terjadi pada masing-masing mahasiswa itu sendiri. Adapun faktor penghambat
tersebut adalah Lingkungan yang kurang mendukung seperti keluarga, masyarakat
atau teman yang membuat mahasiswa tidak melakukan shalat berjamaah, keamanan
yang kurang terjaga pada lingkungan masjid, letak tempat shalat yang berada
dilantai 3 (putri), saranan prasarana yang kurang memadai di kampus 2 dan belum
ada perbaikan sarana prasarana baik di kampus 1 maupun 2, proses pelaksanaan
shalat yang berlangsung lama dan membuat jamaah merasa jenuh, jam perkuliahan
yang belum disesuaikan dengan jadwal jamnya shalat, banyaknya dosen dan
karyawan yang juga tidak melakukan shalat berjamaah di masjid dan faktor
keterbatasan wanita pendapat tentang wanita terdahulu dengan wanita sekarang.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN BERLOGO ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
PENGESAHAN PENGUJI iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN v
MOTTO vi
PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
ABSTRAK x
DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL xvii
DAFTAR GAMBAR xviii
DAFTAR LAMPIRAN xix
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Fokus Penelitian 6
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 6
1. Manfaat Teoritis 6
2. Manfaat Praktis 7
E. Telaah Pustaka 7
F. Penegasan Istilah 12
G. Metode Penelitian 14
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian 14
2. Kehadiran Peneliti 15
3. Lokasi Penelitian 15
4. Sumber Data 15
5. Teknik Pengumpulan Data 18
6. Analisis Data 19
7. Pengecekan Keabsahan Data 21
8. Tahap-tahap Penelitian 22
H. Sistematika Penulisan 24
BAB II LANDASAN TEORI
A. Perilaku Beragama 26
1. Pengertian Perilaku Beragama 26
2. Konsep dan Teori Perilaku Beragama 28
a. Psikoanalisa (Sigmund Freud) 28
b. Behaviorisme (John Broadus dan B.F. Skinner) 30
c. Psikologi Humanistik (Abraham Maslow) 30
3. Bentuk-bentuk Perilaku Beragama 31
a. Ibadah Shalat 32
b. Kepedulian Sosial 34
c. Akhlak Sebagai Perilaku Keagamaan Mahasiswa 35
4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Beragama 36
a. Faktor Internal 36
b. Faktor Eksternal 38
c. Konvergensi 41
d. Fanatisme dan Ketaatan 42
B. Motivasi Beragama 42
1. Definisi Motivasi 42
2. Motif Perilaku Beragama 44
C. Shalat Berjamaah 56
1. Definisi Shalat Berjamaah 56
2. Manfaat dan Keistimewaan Shalat Berjamaah 58
a. Ditinjau dari Segi Spiritual 58
b. Ditinjau dari Segi Sosial 61
c. Ditinjau dari Segi Politis 62
d. Ditinjau dari Segi Etis dan Edukatif 62
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum IAIN Salatiga 65
1. Letak Geografis IAIN Salatiga 65
2. Sejarah Singkat IAIN Salatiga 66
3. Visi dan Misi IAIN Salatiga 67
4. Asas, Fungsi dan Tujuan 67
5. Program Pendidikan IAIN Salatiga 70
6. Sarana dan Prasarana IAIN Salatiga 75
7. Keadaan Dosen, Karyawan dan Mahasiswa
IAIN Salatiga 76
8. Struktur Organisasi IAIN Salatiga 77
B. Temuan Data Penelitian 79
1. Perilaku Shalat Berjamaah Mahasiswa IAIN Salatiga
Tahun 2015 79
a. Kesiapan (Kesungguhan) 79
b. Mengajak 81
c. Kedisiplinan (Ajeg/Istiqomah) 83
2. Motif-Motif Perilaku Shalat Berjamaah Mahasiswa
IAIN Salatiga Tahun 2015 86
a. Motif Intrinsik 87
b. Motif Ekstrinsik 95
3. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Perilaku
Shalat Berjamaah Mahasiswa IAIN Salatiga Tahun 2015 98
a. Faktor Pendukung 98
b. Faktor Penghambat 101
BAB IV PEMBAHASAN
A. Perilaku Shalat Berjamaah Mahasiswa IAIN Salatiga 107
1. Kesiapan (Kesungguhan) 107
2. Mengajak 109
3. Kedisiplinan (Ajeg/Istiqomah) 111
B. Motif-motif Perilaku Shalat Berjamaah Mahasiswa
IAIN Salatiga 114
1. Motif Intrinsik 114
2. Motif Ekstrinsik 125
C. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Perilaku
Shalat Berjamaah Mahasiswa IAIN Salatiga 127
1. Faktor Pendukung 128
2. Faktor Penghambat 129
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 132
B. Saran-saran 134
C. Penutup 135
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
DAFTAR TABEL
1. Tabel. 1 Sumber Data Primer 16
2. Tabel. 2 Sumber Data Sekunder 17
3. Tabel. 3 Data Mahasiswa IAIN Salatiga pada Ajaran 2015/2016 76
4. Tabel. 4 Daftar Anggota Senat IAIN Salatiga 78
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar. 1 Komponen dalam Analisis Data 20
2. Gambar. 2 Teknik Pengumpulan Data (Triangulasi 22
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Pengajuan Judul Skripsi
2. Lembar Konsultasi Skripsi
3. Lembar Pedoman Wawancara
4. Lembar Catatan Transkip Wawancara
5. Surat Keterangan Kegiatan (SKK)
6. Surat Permohonan Ijin Penelitian
7. Surat Pernyataan Bukti Penelitian
8. Foto-foto
9. Riwayat Hidup Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dilahirkan ke dunia dibekali oleh Tuhannya dengan akal yang
manakala akan membekali dirinya untuk menghadapi segala problematika
kehidupan. Di dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung banyak
aktifitas yang telah kita lakukan baik itu yang ada hubungannya antara makhluk
dengan pencipta, maupun hubungan antara makhluk dengan sesama makhluk.
Setiap manusia hidup di dunia pasti menginginkan kebahagiaan, baik itu
kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Namun, kebahagiaan yang dicari
setiap manusia bukan berarti bebas lepas seperti burung yang terbang kesana
kemari akan tetapi, manusia dalam mewujudkan kebahagiaannya pasti ada tata
aturan yang mendominasi kebahagiaan itu salah satunya yaitu agama.
Agamalah yang mengatur perjalanan hidup manusia hidup di dunia ini. Di sana
terkandung berbagai aturan yang mengatur pola hidup manusia. Manusia yang
segaris dengan aturannya merekalah manusia yang akan mengunduh
kebahagiaan baik didunia maupun di akhirat sedangkan manusia yang
melenceng dari aturannya merekalah manusia yang akan menyesal dan orang
yang akan merugi.
Langkah awal manusia untuk mencapai kebahagiaannya yaitu harus
mengetahui eksistensinya seorang manusia berada dimuka bumi ini. Allah telah
menunjukkan dalam kitab al Qur’an yang sebagai pedoman hidup setiap insan
yang ada di bumi tentang eksistensinya manusia berada di dunia ini
sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Swt:
Artinya: (Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan
dari Allah dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah
memasukkannya kedalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai,
sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. Dan
barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar
ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api
neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.
(Q.S. An-Nisa’ 4: 13-14).
Salah satu wujud dari ketaatan itu adalah shalat. Shalat merupakan suatu ibadah
yang sangat fundamental bagi umat muslim. shalat bukanlah sekedar kewajiban
namun, sebagai kebutuhan secara spiritualitas bagi manusia.
Secara Bahasa, shalat berarti doa atau berdoa memohon kebajikan (Usman,
2005: 81). Permohonan seorang hamba kepada tuhannya dalam suatu
pengharapan kebaikan bagi dirinya maupun orang yang terdekatnya. Wujud
permohonan tersebut merupakan suatu hubungan veritkal antara seorang hamba
kepada sang Kholik. Dimana manusia dapat mendekatkan diri kepada Allah,
bertaqorrub kepada- Nya dengan jiwa yang tenang dan pikiran yang lapang.
Hati yang tenang dan selalu ingat kepada Allah akan melahirkan kekuatan
rohaniah pada manusia, yang amat besar artinya dalam menghadapi masalah
hidup yang penuh dengan berbagai macam problema yang seringkali dirasakan
amat berat oleh manusia. Dengan kekuatan rohaniah itu, berbagai macam ujian
hidup akan dapat dihadapi dengan kesabaran. Pergolakan hidup akan dapat
ditanggapi dengan sikap tenang, rela dan hati yang tentram (Basyir, 2003: 51).
Shalat juga mengajarkan kita untuk hidup dengan kebersihan, kerapian dan
kerajinan. Shalat yang mensyaratkan harus suci badan, pakaian, dan tempat dari
najis, demikian pula dengan mensyaratkan bersuci dengan mandi atau
berwudlu, berfungsi mengajarkan kebersihan (Basyir, 2003: 55).
Islam menganjurkan agar shalat wajib lima waktu dilakukan secara
berjamaah. Semakin banyak anggota jamaahnya, semakin banyak faedah yang
kita terima saat ini dan faedah yang menunggu kita di akhirat kelak. Meskipun
sudah cukup hanya terdiri dari dua orang yaitu seorang makmum dan seorang
imam.
Shalat berjamaah mempunyai arti yang besar bagi kehidupan sosial,
memupuk rasa persaudaraan, persatuan, persamaan dan saling bertukar ide atau
pikiran dengan jamaah satu dengan jamaah yang lainnya. Ayat-ayat Allah telah
menjelaskan tentang berbagai keutamaan atau faedahnya orang yang
melakukan shalat berjamaah. Namun kebanyakan dari masyarakat tidak
mengetahui akan faedah-faedah yang terkandung dalam shalat berjamaah itu
sendiri. Fenomena yang ada saat ini jarang kita lihat anak-anak, remaja, bahkan
orang tua yang mengerjakan shalat berjamaah dimasjid. Mereka lebih memilih
shalat sendiri dengan berbagai alasan kesibukan yang sedang mereka kerjakan
dibanding memenuhi panggilan adzan guna melakukan shalat berjamaah di
masjid.
Shalat berjamaah hanya dilakukan oleh sebagian kecil dari masyarakat yang
mengerti tentang agama, Itupun tidak dilakukan secara terus menerus. Sering
kali penulis melihat shalat berjamaah hanya dilakukan pada waktu shalat
Maghrib dan Isya karena waktu itu adalah waktu yang paling longgar untuk
mengerjakan shalat berjamaah. Kalaupun ada seorang remaja yang berangkat
menuju masjid mungkin adanya dorongan atau motif-motif yang menyebabkan
mereka berjamaah.
Seringkali penulis dapati dari berbagai faktor-faktor anak-anak, remaja
bahkan mahasiswa dalam shalat, mereka sering kali kurang disiplin, mengulur
waktu, rasa malas dan keegoisan dalam diri ketika diajak keluarga atau
temannya dan sebagainya. Mereka beranggapan bahwa yang penting itu
mengerjakan shalat karena merupakan sebuah kewajiban. Seperti halnya
dikalangan mahasiswa, ada mahasiswa yang malas shalat berjamaah, ada
mahasiswa yang lebih mementingkan urusan dunia ketika sudah waktunya
shalat, bahkan ada pula mahasiswa yang enggan melaksanakan shalat. Alasan
yang sering terdengar oleh mahasiswa IAIN Salatiga kaitannya dengan shalat
berjamaah adalah karena letak shalat untuk jamaah putri yang berada dilantai
tiga membuat mereka lelah, atau sering penulis lihat mahasiswa lebih memilih
shalat sendiri di kos ataupun kontrakkannya yang lebih nyaman dan tidak antri
baik wudlu maupun mukenanya adapula bacaan Imam yang katanya terlalu
panjang dan lama membuat mereka malas untuk melaksanakan shalat
berjamaah.
IAIN merupakan perguruan tinggi yang menanamkan nilai-nilai keagamaan
yang lebih mendalam untuk mengantarkan mahasiswanya menjadi mahasiswa
yang berilmu dan berkepribadian yang baik. Tidak hanya dalam kurikulum yang
menjadi faktor pembentukan karakter atau perilaku yang baik, namun juga
didalamnya terdapat orang-orang yang mempunyai karakter yang baik dan
solidaritas yang tinggi.
Shalat berjamaah merupakan sarana pembentukan karakter mahasiswa yang
baik, untuk itu mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan shalat berjamaah
baik di masjid maupun tempat ibadah yang lain. Maka dengan adanya
pembiasaan mengikuti shalat berjamaah diharapkan mahasiswa mempunyai
perilaku keagamaan, mulai dari kedisiplinan, istiqomah, ketaatan, kebersamaan,
saling menghargai, melatih mengatur waktu, menambah persaudaraan yang
nantinya dapat mencegah diri dari permusuhan, dan lain sebagainya.
Penelitian ini penting sekali mengingat banyak terjadi problematika
rendahnya mahasiswa dalam melaksanakan shalat berjamaah yang berdampak
pada perilaku beragama pada mahasiswa, sehingga penelitian ini bisa menjadi
bekal para pendidik dalam setiap proses pembelajaran serta mengembangkan
ilmu pendidikan Islam terutama dalam hal penanganan perilaku.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis merasa tertarik dengan Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga untuk dijadikan sebagai obyek penelitian.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menyusun penelitian ini
dengan judul: “Perilaku Beragama Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif
Shalat Berjamaah pada Mahasiswa IAIN Salatiga Tahun 2015).”
B. Fokus Penelitian
Pada dasarnya penelitian kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang kosong,
tetapi dilakukan berdasarkan seseorang terhadap adanya suatu masalah, dan
masalah dalam penelitian kualitatif dinamakan Fokus. (Moleong, 2002: 92).
Berkaitan dengan konteks penelitian tersebut, maka yang menjadi fokus
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perilaku shalat berjamaah mahasiswa IAIN Salatiga?
2. Apa motif-motif perilaku shalat berjamaah mahasiswa IAIN Salatiga?
3. Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat perilaku shalat berjamaah
mahasiswa IAIN Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perilaku shalat berjamaah mahasiswa IAIN Salatiga.
2. Untuk mengetahui motif-motif shalat berjamaah mahasiswa IAIN Salatiga.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat mahasiswa
IAIN Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun
praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan agama Islam khususnya
pada tataran fiqh ubudiyah mengenai pentingnya perilaku beribadah
dalam melaksanakan shalat berjamaah.
b. Sebagai acuan dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai pendidikan
dan akidah khususnya perilaku beragama mahasiswa IAIN Salatiga
(studi atas motif shalat berjamaah).
c. Untuk lebih mendukung teori yang berhubungan dengan masalah yang
dibahas dalam penelitian, terutama psikologi agama.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh
IAIN Salatiga dalam pembimbingan perilaku beragama mahasiswa
(studi atas motif shalat berjamaah).
b. Bagi penulis lain yang sedang melakukan penelitian, dapat digunakan
sebagai bahan acuan dalam menyelesaikan penulisannya.
E. Telaah Pustaka
Penelitian-penelitian terdahulu tentang Perilaku Beragama (Studi atas Motif
Shalat Berjamaah), sepengetahuan penulis belum banyak dilakukan terutama
yang membahas tentang Motif-motif Perilaku Beragama. Beberapa hasil
penelitian yang terkait dengan Perilaku Beragama (Studi atas Motif Shalat
Berjamaah) antara lain:
1. Penelitian Nurhuda Sandi Utomo dengan judul “Hubungan Antara
Kedisiplinan dalam Keluarga Militer dengan Perilaku Keberagamaan pada
Remaja di Asrama Garnisun Kota Salatiga Tahun 2011,” adapun hasil
penelitiannya sebagai berikut:
a. Variasi kedisiplinan dalam keluarga militer pada remaja di Asrama
Garnisun Kota Salatiga tahun 2011 dengan sampel 44 responden dalam
kategori sangat rendah presentase 0% responden 0 orang, kategori
rendah presentase 0% responden 0 orang, kategori tinggi presentase
38,6% responden 17 orang, dan kategori sangat tinggi presentase 61,4%
responden 27 orang.
b. Variasi perilaku keberagamaan pada remaja di Asrama Garnisun Kota
Salatiga tahun 2011 dengan sampel 44 responden dalam kategori sangat
rendah presentase 0% responden 0 orang, kategori rendah presentase 0%
responden 0 orang, kategori tinggi presentase 86,4% responden 38
orang, dan kategori sangat tinggi presentase 13,6% responden 6 orang.
c. Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara kedisiplinan
dalam keluarga militer dengan perilaku keberagamaan pada remaja di
Asrama Garnisun Kota Salatiga tahun 2011, dibuktikan dengan
perolehan konsultasi rhitung dan rtabel pada taraf kesalahan 5% untuk
responden sejumlah 44 orang yaitu: rhitung < rtabel (0,012 < 0,297). Serta
perhitungan thitung lebih kecil dari ttabel pada taraf kesalahan 5% untuk
responden sejumlah 44 orang yaitu: 0.077 < 2,021. Kesimpulan
penelitian, dimungkinkan masih terdapat faktor atau penyebab hal lain
yang lebih dapat mendekati serta mempengaruhi perilaku keberagamaan
remaja di keluarga militer, selain dari faktor tingkat kedisiplinan.
2. Penelitian Masruri Saifurrohman dengan judul “Pengaruh Intensitas
Perilaku Keagamaan terhadap Sikap Sosial (Studi di MAN Salatiga Tahun
2010/2011),” adapun hasil penelitiannya sebagai berikut:
a. Dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa perilaku keagamaan
siswa yang yang merupakan kategori tinggi (A) Sebanyak 47 Siswa atau
(33,0 ℅) Kategori sedang (B) Sebanyak 92 Siswa atau (65℅). Adapun
kategori rendah (C) Sebanyak 3 Siswa atau (2.1℅).
b. Hasil dari sikap sosial siswa bahwa kategori tinggi (A) Sebanyak 88
siswa atau (62℅). Kategori sedang (B) Sebanyak 49 Siswa atau (34,5℅)
Adapun kategori rendah (C) Sebanyak 5 Siswa atau (3.5℅).
c. Untuk membuktikan signifikan atau tidaknya antar intensitas perilaku
keagamaan terhadap sikap sosial siswa kelas XI MAN Salatiga, maka
hasil atau nilai rxy atau r hitung (0,293) dicocokan dengan r tabel
product moment dengan taraf signifikansi 5℅ yaitu (0.159) dan taraf
signifikansi 1℅ yaitu (0.210). Maka hasil yang diperoleh yaitu rxy
sebesar (0.293) lebih besar dari r tabel 1℅ yaitu (0.210) atau {rxy
(0.293) > (0.210)}. sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa
dari hasil uji dinyatakan ada pengaruh signifikan antara intensitas
perilaku keagamaan terhadap sikap sosial siswa kelas XI di MAN
Salatiga tahun 2010/2011.
3. Penelitian Fuji Sugeharti dengan judul “Pengaruh Keaktifan Mengikuti
Kegiatan Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffadz (JQH) terhadap Perilaku
Keberagamaan Mahasiswa PAI Angkatan Tahun 2010 dan 2011,” adapun
hasil penelitiannya sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, keaktifan mengikuti
kegiatan JQH yang menunjukkan kategori tinggi ada 19 responden atau
63,33%, yang menunjukkan kategori sedang ada 11 responden atau
36,67% dan yang berada kategori rendah ada 0%
b. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, perilaku
keberagamaan mahasiswa yang menunjukkan kategori tinggi ada 17
responden atau 56,67%, yang menunjukkan kategori sedang ada 13
responden atau 43,33% dan yang berada kategori rendah ada 0%.
c. Dari penelitian yang dianalisis secara statistik diperoleh hasil bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara keaktifan mengikuti kegiatan JQH
terhadap perilaku keberagamaan mahasiswa PAI STAIN Salatiga
angkatan tahun 2010 dan 2011. Hal ini terbukti dengan koefisien
korelasi product moment dari hasil rxy hitung sebesar 0,398 sedangkan
rxy tabel 0,361 product moment pada taraf signifikansi 5% dengan N =
30. Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan diterima, bahwa
keaktifan mengikuti kegiatan JQH berpengaruh terhadap perilaku
keberagamaan mahasiswa PAI STAIN Salatiga angkatan tahun 2010
dan 2011 disebabkan dari hasil perhitungan data yang diperoleh di
lapangan menunjukan rxy hitung > rxy tabel.
4. Penelitian Anwar Sodikin dengan judul “Studi Komparasi Perilaku
Keagamaan Remaja Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua di Dusun
Karang Talun Desa Mlilir Kec. Bandungan Kab. Semarang Tahun 2014,”
adapun hasil penelitiannya sebagai berikut:
a. Tingkat pendidikan orang tua remaja di dusun Karang Talun desa Mlilir
Kecamatan Bandungan tingkat kelulusan MI/SD dengan prosentase
47%, MTS/SLTP dengan prosentase 22,5%, MA/SLTA dengan
prosentase 25%, dan PT/S1 dengan prosentase 5%.
b. Tingkat perilaku keagamaan remaja di dusun Karang Talun desa Mlilir
Kecamatan Bandungan tergolong sangat rendah dengan prosentase
32,5%, rendah dengan prosentase 30%, sedang dengan prosentase 25%,
dan tinggi dengan prosentase 12,5%.
c. Tidak ada perbedaan perilaku keagamaan remaja berdasarkan tingkat
pendidikan orang tua di dusun karang Talun ditunjukkan dengan x2hitung
= 10,651 dan harga x2tabel = 13,919 pada taraf signifikan 0,5%. Jadi x2
hitung
> x2
tabel maka ho diterima.
5. Penelitian Ahmad Zaidun dengan judul “Pengaruh Mengikuti Shalat
Berjama’ah terhadap Perilaku Keagamaan Santri di Pondok Pesantren
Roudlotus Sa’idiyyah Sukorejo Gunungpati Semarang Tahun 2010,”
adapun hasil penelitiannya sebagai berikut:
Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara
mengikuti shalat berjama’ah terhadap perilaku keagamaan dengan
koefisien product moment r = 0,771, pada taraf signifikansi 5% maupun
1% dengan nilai thitung = 10,15, sedangkan nilai ttabel 0,05 = 1,671 dan
ttabel 0,01 = 2,390, berarti hasilnya adalah signifikan karena thitung lebih
besar dari ttabel.
Dari penelitian-penelitian terdahulu tersebut belum penulis jumpai yang
secara spesifik membahas tentang Perilaku Beragama (Studi atas Motif Shalat
Berjamaah), sebagaimana yang penulis teliti yakni pada mahasiswa Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Tahun 2015.
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami makna istilah
dalam skripsi ini, maka di bawah ini penulis akan membatasi pengertian
beberapa istilah yang dipakai dalam judul skripsi ini, yaitu:
1. Perilaku Beragama
Perilaku sering disebut juga dengan tingkah laku. Perilaku sering
disebut juga dengan tingkah laku. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi
individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Alwi, 2007: 859). Perilaku
atau tingkah laku adalah kegiatan yang tidak hanya mencakup hal-hal
motorik saja, seperti berbicara, berjalan, berlari-lari, berolahraga, bergerak
dan lain-lain. Akan tetapi juga membahas macam-macam fungsi seperti
melihat, mendengar, mengingat, berfikir, fantasi, pengenalan kembali
emosi-emosi dalam bentuk tangis atau senyum dan seterusnya.
Agama adalah sistem atas prinsip kepercayaan kepada Tuhan atau juga
disebut dengan nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-
kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. (Sudarsono, 2004:
118). Beragama yaitu menganut (memeluk) agama (Sugono, 2008: 15).
Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa beragama adalah suatu
kepercayaan yang dimiliki oleh seseorang yang diwujudkan dalam
peribadatan kepada Tuhan sesuai dengan kaidah yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pengertian tersebut, perilaku beragama merupakan segala
aspek tingkah laku mahasiswa yang salah satunya ditinjau dari perilaku
shalat berjamaah dengan berbagai motif-motif mahasiswa melakukan shalat
berjamaah serta faktor penunjang dan penghambat mahasiswa melakukan
shalat berjamaah.
2. Studi
Studi adalah penelitian ilmiah, kajian maupun telaah (Sugono, 2008:
1342). Studi dalam hal ini, usaha menelaah secara mendalam atas fenomena
yang sering terjadi atau yang teraktual pada individu, keluarga, kelompok,
lembaga atau unit sosial lain.
3. Motif
Motif adalah dorongan yang menggerakan seseorang bertingkah laku
dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh
manusia. Motif juga dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan
di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai
suatu tujuan (Dister, 1982: 71). Motif merupakan penggerak, alasan, atau
dorongan dalam diri manusia dalam aktivitas-aktivitas tertentu untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Shalat Berjamaah
Secara Bahasa, shalat berarti doa atau berdoa memohon kebajikan.
Sedangkan menurut istilah fiqh, shalat adalah “ucapan-ucapan dan gerakan
gerakan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam”
(Usman, 2005: 81).
Berdasarkan pengertian tersebut, bahwa shalat berjama’ah adalah shalat
yang dilakukan sekelompok orang secara bersama-sama, yang diawali
dengan takbir dan diakhiri dengan salam, di mana satu orang menjadi imam
dan yang lainnya menjadi makmum yang dilakukan di tempat tertentu.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
teknis pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif berusaha berinteraksi
dengan subyek penelitiannya secara alamiah, dengan cara yang tidak
memaksa. Penelitian kualitatif tertarik untuk menyidik orang-orang
dalam latar alamiah tentang bagaimana mereka berfikir dan bertindak
menurut cara mereka (Moleong, 2009: 42). Dalam hal ini peneliti
mendapatkan sumber informasi secara langsung di IAIN Salatiga
melalui aktivitas mahasiswa yang berada di lokasi penelitian.
b. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan field research atau riset
lapangan. Riset lapangan merupakan penelitian di lapangan untuk
memperoleh data atau informasi secara langsung dengan mendatangi
responden yang berada di lokasi penelitian (Ruslan, 2004: 32).
Penelitian ini adalah penelitian lapangan, jadi untuk dapat memperoleh
data, peneliti dapat langsung terjun ke lapangan tersebut baik data itu
berupa dokumen, atau berbagai informasi yang dapat dipercaya.
2. Kehadiran Peneliti
Penelitian ini menerapkan teknik participant observe artinya bahwa
peneliti merupakan bagian dari kelompok yang ditelitinya (Nasution, 2006:
107). Jadi, dalam hal ini kehadiran peneliti merupakan salah satu mahasiswa
yang berada di kampus IAIN Salatiga ini dan dalam kehidupan sehari-hari
peneliti bergaul dengan obyek penelitian sehingga tahu betul bagaimana
perilaku sehari-hari mahasiswa tersebut.
3. Lokasi Penelitian
Peneliti menetapkan lokasi penelitian di IAIN Salatiga, karena di
kampus tersebut merupakan kampus Islam yang mana seluruh
mahasiswanya muslim, sehingga mayoritas menunjukkan perilaku
beragama yang unik dan beraneka ragam. Sehingga dapat mendukung
proses penelitian yang dilakukan peneliti.
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini, penulis memasuki situasi sosial tertentu yang
berupa lembaga pendidikan, melakukan observasi dan wawancara kepada
orang-orang yang tahu tentang situasi sosial tersebut. Dalam penelitian ini,
teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling.
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini misalnya orang tersebut
yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan atau mungkin
sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek
atau situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2006: 300). Melalui purposive
sampling ini, penentuan sampel sumber data atau instrumen yang dianggap
paling tahu untuk mendapatkan informasi dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama (Sugiyono, 2006: 112). Di
sini data primer berasal dari nara sumber yaitu mahasiswa IAIN
Salatiga.
Tabel. 1
Sumber Data Primer
No Nama Jurusan/Angkatan
1 TM (S1) PBA/2011
2 UNM (D3) PS/2011
3 AN (S1) PGMI/2013
4 IT
(S1) PBA/2010
5 MMD (S2) PAI/2014
6 CR (S2) PAI/2015
7 LNH (S1) PBA/2011
8 SW (S1) PAI/2011
9 AR (S1) PAI/2011
10 RR (S1) PAI/2011
11 KN (S1) HES/2012
12 SU (S1) PAI/2011
13 ARG (S1) PAI/2011
14 MCU (S1) PAI/2013
15 TM (S1) PAI/2011
16 IA (D3) PS/2012
17 BP (S1) PGMI/2014
18 AAI (S1) HES/2011
19 IST (S1) PS/2013
20 HND (S1) PAI/2011
21 NR (S1) PAI/2011
22 JSA (S1) PAI/2013
23 ZL (S1) PAI/2011
24 SS (S1) PAI/2011
25 DN (D3) PS/2015
26 YL (S1) HES/2011
27 NP (S1) TBI/2015
28 MH (S1) TBI/2015
29 KM (S1) PAI/2013
30 SH (S1) PAI/2015
b. Data Sekunder
Data sekunder atau data tangan kedua merupakan data yang
diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh dari subyek
penelitian (Subagyo, 1997: 92). Data sekunder diperoleh dari takmir
masjid, dosen, dan karyawan (Staff Kepegawaian). Untuk mengetahui
perilaku beragama dan motif shalat berjamaah mahasiswa IAIN
Salatiga.
Tabel. 2
Sumber Data Sekunder
No Nama Jabatan
1 BSR Petugas Perpustakaan
2 BYH Dosen FTIK PBA
3 MM Takmir Masjid MDA Salatiga
4 HH Karyawan Keuangan BMN
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah teknik yang dilakukan secara langsung dan
pencatatan secara otomatis terhadap fenomena yang diselidiki
(Singarimbun, 1989: 5). Observasi yang penulis lakukan disini adalah
observasi terus terang, artinya peneliti menyatakan terus terang kepada
sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian. Penulis juga
menggunakan observasi partisipasi pasif passive participation, yaitu
peneliti datang ditempat penelitian tetapi tidak ikut terlibat dalam
kegiatan di tempat penelitian.
b. Wawancara atau Interview
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan
makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2005: 72). Wawancara ini
dilakukan secara mendalam indepth interview untuk memperoleh
informasi atau data yang tepat dan obyektif, maka setiap interviewer
atau pewawancara harus mampu menciptakan hubungan yang baik
dengan interviewe atau mengadakan raport yaitu suatu situasi psikologis
yang menunjukkan bahwa interviewee bersedia bekerjasama dan
memberikan informasi sesuatu dengan keadaan yang sebenarnya
(Margono, 1007: 165).
Interview alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan
sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri
utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka antara
pencari informasi dan sumber informasi (Margono, 1996: 165).
Wawancara atau interview dilakukan untuk memperoleh data secara
detail dan mendalam dari mahasiswa IAIN Salatiga.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data mengenai
hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prestasi, notulen rapat dan sebagainya (Arikunto, 1993: 2). Metode
dokumentasi ini untuk memperkuat dan mendukung informasi-
informasi yang didapatkan dari hasil observasi dan interview.
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain (Muhadjir 2002: 104). Adapun analisis
datanya yaitu:
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Dengan reduksi maka peneliti merangkum, mengambil data yang
pokok dan penting, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian
data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya (Sugiyono, 2006: 338).
b. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif ini, penyajian data
dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif (Sugiyono, 2006: 341).
c. Verifikasi (Conclusion Drawing)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan, dan kesimpulan ini mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi mungkin juga tidak. Karena
seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah penelitian di lapangan (Sugiyono, 2006: 345).
Gambar. 1
Komponen dalam Analisis Data
Collection Data /
pengumpulan data
Data reduction
Data display
Verifikasi data
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam uji keabsahan data ini penulis menggunakan uji kredibilitas (uji
derajat kepercayaan) dengan beberapa teknik pemeriksaan sebagai berikut:
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan
penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai (Moelong,
2009: 330). Dalam hal ini peneliti memang telah tinggal di lapangan
penelitian karena penulis sendiri terlibat langsung dalam segala kegiatan
yang ada di sana. Jadi penulis tahu benar bagaimana situasi di dalamnya
dan siapa saja sumber-sumber informasi yang benar-benar terpercaya.
b. Ketekunan Pengamatan
Dalam hal ini peneliti tentunya mengadakan pengamatan dengan
teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang
menonjol. Kemudian ia menelaahnya secara rinci sampai pada suatu
titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau
seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa
(Moelong, 2009: 330). Jadi dalam hal ini penulis harus benar-benar
tekun dalam mengamati situasi yang ada di kampus IAIN Salatiga.
c. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada. Triangulasi teknik berarti penelitian menggunakan
teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data
dari sumber data yang sama. Penelitian menggunakan observasi
partisipatif wawancara mendalam dan dokumentasi untuk sumber data
yang sama secara serempak (Sugiyono, 2006: 330).
Gambar. 2
Teknik Pengumpulan Data (Triangulasi)
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Penelitian Pendahuluan
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu penulis mengkaji
referensi-referensi yang berkaitan tentang perilaku beragama, sekaligus
mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan motif sholat
berjamaah mahasiswa IAIN Salatiga.
b. Pengembangan Desain
Setelah tahap pendahuluan, penulis menyediakan waktu guna
mengembangkan desain penelitian, menyusun petunjuk guna
memperoleh data yang dibutuhkan, seperti petunjuk wawancara dan
pengamatan.
Yaitu, tahap memasuki situasi sosial ada tempat (place), pelaku
(actor), kegiatan (activities). Peneliti dalam hal ini melakukan
penjelajahan umum dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap
semua yang didengar, dilihat dan dirasakan. Pada tahap ini sering
Observasi Partisipatif
Dokumentasi
Wawancara Mendalam
Sumber Data
disebut grand tour observation dan peneliti menghasilkan kesimpulan
pertama.
c. Pelaksanaan Penelitian
Penulis melaksanakan peneltian secara langsung dilokasi peneltian
sekaligus melhat secara seksama, agar lebih mengetahu secara detail
berbagai hal yang berhubungan dengan peneltian dan untuk
memperoleh data-data yang dibutuhkan.
Yaitu tahapan penentuan fokus penelitian: memilih yang telah
dideskripsikan peneliti dalam hal ini melakukan analisis taksonomi
sehingga dapat menemukan fokus dalam penelitan, maka kesimpulan
yang kedua didapatkan.
d. Penulisan laporan
Tahapan penulisan laporan adalah tahap penyususnan data-data hasl
temuan penelitan secara sistematis. Dalam penulisan peneltan in
tentunya mencakup semua kegiatan penelitan mulai dari tahap awal
penelitian sampai tahap awkhir yaitu penarikan kesimpulan.
Yaitu tahap mengurai fokus penelitan menjadi komponen yang lebih
rinci pada tahap ini peneliti telah menemukan karakteristik, kontras-
kontras atau perbedaan dan kesamaan antar kategori lain. Dalam tahap
ini diharapkan peneliti telah dapat menemukan pemahaman yang
mendalam atau hipotesis.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi atau penelitian ini dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran serta garis besar dari masing-masing bagian atau yang
saling berhubungan, sehingga nantinya akan diperoleh penelitian yang
sistematis dan ilmiah. Untuk itu perlu adanya sistematika penulisan yang baik
dan terarah yang terdiri dari lima pembahasan sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan pendahuluan yang di dalamnya terdiri atas latar
belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab
pendahuluan ini dimaksudkan sebagai kerangka acuan dalam penulisan skripsi,
sehingga dapat dijelaskan secara sistematika sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan.
Bab kedua, membahas tentang sub bab yaitu: pertama membahas tentang
perilaku beragama yang meliputi pengertian perilaku beragama, konsep dan
teori perilaku beragama, bentuk-bentuk perilaku beragama, dan faktor yang
mempengaruhi perilaku beragama. Kedua motivasi beragama yang meliputi
definisi motivasi beragama dan motif perilaku beragama sedangkan yang ketiga
adalah shalat berjamaah yang meliputi definisi shalat berjamaah, serta manfaat
dan keistimewaan shalat berjamaah.
Bab ketiga, merupakan pembahasan tentang gambaran umum IAIN
Salatiga, sejarah IAIN Salatiga dan letak geografis IAIN Salatiga, visi misi
IAIN Salatiga, asas, fungsi dan tujuan IAIN Salatiga, program pendidikan IAIN
Salatiga, sarana dan prasarana IAIN Salatiga, keadaan dosen, mahasiswa dan
karyawan IAIN Salatiga, struktur organisasi kepengurusan IAIN Salatiga dan
temuan data penelitian.
Bab keempat, membahas tentang hasil penelitian dan memuat hasil
penelitian di lapangan sesuai dengan yang ada dalam fokus masalah. Perilaku
shalat berjamaah mahasiswa IAIN Salatiga, motif-motif perilaku shalat
berjamaah mahasiswa IAIN Salatiga dan faktor-faktor pendukung dan
penghambat perilaku shalat berjamaah mahasiswa IAIN Salatiga.
Bab kelima, merupakan bab penutup yang didalamnya berisi kesimpulan,
saran-saran dan kata penutup. Pada bab ini, diharapkan dapat menarik intisari
dari seluruh pembahasan pada bab-bab sebelumnya, agar diperoleh suatu
jawaban yang relevan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perilaku Beragama
1. Pengertian Perilaku Beragama
Perilaku sering disebut juga dengan tingkah laku. Perilaku adalah
tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Alwi,
2007: 859). Menurut behaviorisme dalam Sriyanti (2002: 31), “Perilaku
merupakan kumpulan reflex dan merupakan hubungan antara stimulus dan
respon”.
Perilaku atau tingkah laku adalah kegiatan yang tidak hanya
mencakup hal-hal motorik saja, seperti berbicara, berjalan, berlari-lari,
berolahraga, bergerak dan lain-lain. Akan tetapi juga membahas macam-
macam fungsi seperti melihat, mendengar, mengingat, berfikir, fantasi,
pengenalan kembali emosi-emosi dalam bentuk tangis atau senyum dan
seterusnya.
Keagamaan berasal dari kata agama yang berasal dari Bahasa
sansekerta yang tersusun dari a = tidak dan gam = tidak teratur. Agama
berarti tidak ocar-kacir atau jadi teratur. DR Franz Dahler dalam Sudarsono
(2004: 118) mengatakan “agama adalah hubungan manusia dengan suatu
kekuatan suci yang lebih tingg daripada dia, dari mana ia merasa tergantung
dan berusaha mendekatinya.” Sedangkan menurut Mulder sebagaimana
dikutip Sudarsono (2004: 118) memberikan definisi “agama adalah
keyakinan tentang adanya kenyataan lain daripada adanya kenyataan ini”.
Nasution dalam Jalaludin (1996: 12), berpendapat bahwa agama
mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi oleh manusia.
Ikatan mengandung arti kekuatan gaib yang tak dapat dengan pancaindera,
namun mempunyai pengaruh besar sekali terhadap manusia sehari-hari.
Secara esensial agama merupakan peraturan-peraturan dari Tuhan
Yang Maha Esa berdimensi vertikal dan horizontal yang mampu memberi
dorongan terhadap jiwa manusia yang berakal agar berpedoman menurut
peraturan tuhan dengan kehendaknya sendiri, tanpa dipengaruhi untuk
mencapai kebahagiaan kelak di akhirat (Sudarsono, 2004: 119).
Agama berasal dari ketidak berdayaan manusia melawan ketentuan-
ketentuan alami luar dan kekuatan naluri yang terdapat dalam dirinya
sendiri. Agama pada tahap perkembangan awal manusia, timbul tatkala
manusia belum mampu mempergunakan rasionya untuk menjelaskan
keuatan-kekuatan alam, sehingga mereka harus mempersepsikan dan
mengelolanya dengan bantuan kekuatan emosinya (Baharuddin, 2005:
116).
Menurut Hartati (2005: 88), perilaku beragama berarti perilaku yang
mengaitkan dirinya untuk menghambakan diri atau meyakini kepada tuhan
yang mempunyai sifat-sifat serba sempurna. Kepercayaan tersebut akan
membawa seseorang berbuat baik.
Menurut Elizabeth K. Nottingham dalam bukunya Jalaludin
(2009:179) yang berjudul: “Psikologi Agama”, Perilaku beragama adalah
usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaan
diri dan keberadaan alam semesta. Selain itu agama dapat membangkitkan
kebahagiaan batin yang sempurna. Meskipun perhatian melibatkan dirinya
dalam masalah-masalah kehidupan sehari-hari di dunia.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
beragama dapat diartikan sebagai praktek seseorang terhadap keyakinan
dan perintah-perintah Allah, sebagai manifestasi (perwujudan) keyakinan
tersebut. Seseorang yang mempunyai keyakinan yang kuat senantiasa akan
selalu melaksanakan perintah Allah (Agama) tanpa merasa bahwa
perbuatan tersebut merupakan suatu beban yang memberatkan, akan tetapi
melaksanakan perintah Allah tersebut berdasarkan kesadaran yang timbul
dari diri sendiri tanpa paksaan.
2. Konsep dan Teori Perilaku Beragama
Seiring berkembangnya zaman psikologi modern memberikan
kajian-kajian khusus tentang perilaku-perilaku keagamaan. Dengan
beberapa faktor yang sangat menarik sehingga perilaku keagamaan dibahas
oleh para psikologi modern dan kajian-kajian ini dapat kita temui dalam
buku-buku psikologi agama.
a. Psikoanalisa (Sigmund Freud)
Freud mengkaji tentang perilaku beragama bahwa agama
merupakan reaksi manusia atas ketakutannya sendiri. Dalam bukunya
Totem and Taboo (1913), Freud berpendapat bahwa Tuhan adalah
refleksi dari oedipus complex kebencian kepada ayah yang
dimanifestasikan sebagai ketakutan kepada Tuhan.
The future of an Illusion (1927) dalam Ancok dan Anshori (1994:
71) salah satu bukunya Freud mengatakan bahwa agama dalam ciri-ciri
psikologisnya adalah sebuah ilusi, yaitu kepercayaan yang dasar
utamanya adalah angan-angan (wishfull fillment). Manusia lari pada
agama karena ketidak berdayaannya mengahadapi bencana.
Tuhan dipandang sebagai sesuatu yang dapat memberikan
perlindungan, demikian juga sebaliknya dapat memberikan siksaan.
Agar Tuhan senantiasa memberikan perlindungan maka harus dicari
keinginan dan kehendak Tuhan dengan jalan melakukan ibadah atau
ritual. Juga dengan menjauhi larangan, sehingga Tuhan akan menjadi
senang dan akan memberi kenyamanan dan perlindungan bagi manusia
(Baharuddin, 2005: 118).
Perilaku beragama menurut Sigmund Freud dapat penulis simpulkan
bahwa perilaku beragama didorong oleh keinginan-keinginan
seseorang untuk menghindari bahaya yang akan menimpa dirinya,
maka manusia menciptakan Tuhan dari dalam pikirannya yang dapat
dinalar sehingga mereka meyakini akan hal itu. Sementara dalam
melaksanakan peribadatannya mereka melihat apa yang dilakukan oleh
leluhurnya.
b. Behaviorisme (John Broadus dan B.F. Skinner)
Skinner berpendapat tentang perilaku keagamaan bahwa manusia
belajar hidup di dunia ini dikuasai akan adanya hukuman (punishment)
dan hadiah (reward). Selain itu J.B. Watson mengatakan bahwa aksi
manusia terhadap suatu stimulus hanyalah dalam kaitannya dengan
prinsip reinforcement (reward and punishment). Manusia tidak
memiliki skill power, manusia hanyalah sebuah robot yang bereaksi
secara mekanistik atas pemberian hukuman dan hadiah, konsep tuhan
tidak masuk sama sekali dalam konteks Behaviorisme (Ancok dan
Anshori, 1994: 73).
Kesimpulan dari kedua tokoh behavorisme tersebut yaitu perilaku
keagamaan manusia dipengaruhi oleh adanya rangsangan dari
hukuman dan hadiah (punishment and reward) dari apa yang telah
diperbuat. Jika perbuatannya stimulusnya berupa hukuman
(punishment) maka perbuatannya tidak akan diulang atau bahkan tidak
dilakukan sama sekali, akan tetapi jika perbuatannya itu mendapatkan
hadiah (reward) maka perbuatan itu akan dilakukan berulang-ulang.
c. Psikologi Humanistik (Abraham Maslow)
Pandangan Maslow mengenai perilaku manusia dilihat dari
kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan diri.
Manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal yang dibawa
sejak lahir yang tersesusun dalam suatu tingkat, dari yang paling kuat
sampai yang paling lemah. Manusia mempunyai potensi untuk maju
dan berkembang. Manusia akan mengalami pematangan melalui
lingkungannya yang menunjang dan usaha aktif dari diri sendiri untuk
merealisasikan potensinya.
Manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan yang senantiasa
menggerakkan seseorang untuk berusaha mencapai tujuan. Kebutuhan
tersebut dibedakan menjadi dua yaitu basic needs atau kebutuhan dasar
meliputi lapar, kasih sayang, rasa aman, dan harga diri dan meta needs
meliputi keadlian, kesatuan, kebaikan, keteraturan dan keindahan
(Sriyanti, 2002: 82-84).
Berdasarkan pengertian di atas, perilaku beragama menurut
humanistik ialah sejumlah kebutuhan yang mendorong manusia untuk
berkeinginan menyempurnakan kehidupannya sehingga menyebabkan
timbulnya perilaku-perilaku tertentu sehingga keinginannya dapat
tercapai dengan baik.
3. Bentuk-bentuk Perilaku Beragama
Perilaku keagamaan dapat diwujudkan dalam berbagai kehidupan
manusia, bukan hanya sekedar melakukan ritual, namun juga segala
aktifitas yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bentuk daripada
perilaku keagamaan seseorang dapat diketahui dari pada praktek
agamanya, dimana ketaan dan hal-hal yang dilakukan sesuai dengan apa
yang diperoleh dari agamanya. Perilaku keagamaan adalah aktifitas
manusia dalam kehidupan berdasarkan atas nilai-nilai ajaran agama Islam
atau pelaksanaan dari seluruh ajaran agama Islam. Bentuk-bentuk perilaku
keagamaan seseorang diantaranya:
a. Ibadah Shalat
Manusia dari segi psikisnya tentu memerlukan adanya kebutuhan-
kebutuhan ruhaniyah atau spiritual yang dapat menentramkan jiwa dan
pikirannya menuju sang pencipta. Dengan kebutuhan spiritual yang
terpenuhi, maka akan membawa manusia pada perilaku yang baik
karena kenyamanan pada jiwa dengan segala aspek ketaatan dan sifat
penghambaan diri kepada Tuhannya membuat manusia merasa tidak
terbebani karena kebenaran yang sesuai dengan ketentuan dan tata
aturan yang ada pada agamanya.
Kebutuhan ruhaniyah yang bersifat spiritual dapat diwujudkan
dalam kebutuhan manusia beribadah. Kebutuhan beribadah ini
merupakan implementasi dari sifat quds (suci) yang bersumber dari
dimensi fitrah. Bentuk kebutuhan pada agama dalam hal ini diartikan
sebagai kebutuhan beribadah sebagai salah satu tugas manusia. Seperti
halnya dalam Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa manusia dan jin
diciptakan bertugas untuk beribadah (Baharudin, 2007: 247).
Mustafa dalam Ahmad dkk (2002: 49) berpendapat bahwa dasar
ibadah adalah pengakuan akan kenyataan manusia sebagai mahluk
(Allah) yang memiliki kewajiban untuk menghadap wajahnya kepada
Dzat-Nya.
Manusia perlu untuk menghadapkan wajahnya dengan Tuhannya
dengan pertemuan yang akrab dalam hasrat dan semangat berserah diri.
Pertemuan yang akrab dengan sang Pencipta yaitu dengan
melaksanakan Ibadah Shalat, Ibadah shalat adalah bentuk perwujudan
manusia untuk berkomunikasi dengan Allah pencipta alam semesta.
Ibadah shalat juga merupakan wujud penghambaan diri atau wujud
ketaatan manusia untuk bersyukur terhadap segala nikmat yang Allah
berikan kepada hambanya. Ibadah shalat tersebut berupa ibadah shalat
fardhu ataupun ibadah shalat sunah yang dapat memperkuat ibadah
fardhu.
Shalat adalah wujud penghambaan diri kepada Allah yang harus
dikerjakan oleh setiap Muslim kapanpun dan dimanapun berada.
Seperti halnya dalam firman Allah Swt dalam surat An-Nisa’ ayat 103
yang berbunyi:
Artinya: “Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang
ditentukan waktunya bagi orang-orang yang beriman.”
(Departemen Agama RI, 2007: 95).
Hadis Nabi riwayat At-Tabrani dari Abdullah bin Qarth menyatakan
bahwa amal seseorang yang mula-mula akan diperhitungkan (dihisab)
Allah pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik,
perbuatan-perbuatan lainnya akan menjadi baik, jika shalatnya tidak
baik, maka perbuatan-perbuatan lainnya pun menjadi tidak baik (Tono
dkk, 1998: 24).
Seorang Muslim mukmin dengan begitu akan mengerjakan shalat
dengan rasa ikhlas penuh kerelaan hanya mengharap ridho Allah Swt.
Mengerjakan shalat lima waktu secara teratur dan dengan berjamaah
sesuai waktu yang ditentukan oleh Allah Swt, akan membawa manfaat
bagi seseorang dalam berperilaku sosial, menanamkan rasa
persaudaraan dan persamaan antara umat islam.
b. Kepedulian Sosial
Setiap orang haruslah berinteraksi dengan masyarakat yang
melingkupinya. Setiap manusia haruslah membina hubungan dengan
manusia yang lain. Hal ini didasarkan atas dua alasan yaitu: Pertama,
manusia adalah mahluk sosial, mahluk yang diciptakan oleh Allah
untuk senantiasa bermasyarakat dalam kehidupan komunal. Manusia
adalah madaniyah bi al-thab, manusia adalah selalu terkait dengan
lingkungan masyarakat, manusia dalah zoon politicion. Secara naluriah
manusia memangmempunyai kecenderungan untuk bergaul dan
berbaur dengan sesamanya. Kedua, manusia tidak mungkin bisa hidup
tanpa bantuan dan pertolongan orang lain. Keterbatasan fisik dan psikis
manusia merupakan bukti nyata bahwa manusia harus mendapatkan
bantuan dari manusia lain. Maka secara realistis manusia tidak akan
bertahan dalam kesendirian (Tono dkk, 1998: 121-122).
Kepedulian sosial dapat kita awali dengan sikap tolong menolong
dengan orang-orang yang berada disekitar kita misalnya dengan teman,
keluarga, guru, karyawan, dosen, masyarakat sekitar dan orang-orang
yang membutuhkan pertolongan juga bisa dengan kita mengajak orang
lain dalam hal kebajikan-kebajikan. Seperti dalam firman Allah Swt
dalam surat al-Maidah ayat 2 yang berbunyi:
Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan
dan taqwa dan jangan tolong menolong kamu dalam dosa dan
permusuhan.” (Departemen Agama RI, 2007: 106).
c. Akhlak Sebagai Perilaku Keagamaan Mahasiswa
Secara etimologis kata akhlak berasal Bahasa Arab ( خالقا ) dalam
bentuk jama’, sedangkan mufradnya adalah khuluq (خلق) yang berarti
budi pekerti atau perangai atau tingkah laku. Akhlak bersinonim
dengan etika dan moral. Etika dan moral berasal dari Bahasa Latin,
yakni etos dan mores yang memiliki arti sama dengan kebiasaan.
Sedang budi pekerti dalam Bahasa Indonesia merupakan kata majemuk
dari kata budi dan pekerti. Kata budi berasal dari bahasa Sansekerta
yang berarti sadar, pekerti yang berasal dari Bahasa Indonesia sendiri
yang berarti kelakuan (Djatnika, 1996: 26).
Secara terminologis, budi pekerti merupakan perilaku manusia yang
didasari oleh kesadaran berbuat baik yang didorong keinginan hati dan
selaras dengan pertimbangan akal (Tono dkk, 1998: 86). Al-Ghazali
mengatakan khuluk atau akhlak yakni sifat yang tertanam dalam jiwa
yang mendorong lahirnya perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa
pertimbangan dan pemikiran mendalam (Ahmadi, 2004: 13).
Uraian-uraian di atas dapat dipahami bahwa perilaku beragama bisa
dilihat dari manusia yang dapat mengaplikasikan dari ajaran-ajaran
agama dalam hidupnya. Wujud dari aplikasi itu yaitu dengan beribadah
kepada Allah diimbangi dengan perilaku-perilaku manusia dalam
bersosial dengan sesama mahluk dengan penuh kerukunan.
4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Beragama
Tumbuh kembang manusia untuk menjadi seseorang yang semakin
baik atau hebat pasti ada faktor atau dorongan didalamnya. Faktor inilah
yang mempengaruhi manusia dapat berinteraksi dari sejak lahir sampai
akhir hayat. Dengan demikian faktor yang mempengaruhi perilaku
beragama adalah sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Faktor internal ini adalah faktor yang ada pada dari seseorang baik
itu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir. Faktor ini biasanya juga
disebut dengan aliran nativisme yaitu faktor pembawaan dari dalam
yang bentuknya dapat berupa kecenderungan bakat, akal dan lain-lain
(Nata, 2002: 165).
1) Hereditas (Genetika)
Adalah faktor yang mempengaruhi kepribadian atau perilaku
seseorang dari bawaan sejak lahir atau gen yang diturunkan oleh
orang tua. Jiwa keagamaan memang bukan secara langsung sebagai
faktor bawaan yang diwariskan secara turun-temurun, melainkan
terbentuk dari berbagai unsur kejiwaan lainnya yang mencakup
kognitif, afektif dan konatif. Namun dalam sebuah penelitian
menyebutkan bahwa perasaan ibu berpengaruh pada kondisi janin
yang dikandungnya. Demikian pula, Margareth Mead menemukan
dalam penelitiannya terhadap suku Mundugumor dan Arapesh
bahwa terdapat hubungan antara cara menyusui dengan sikap bayi.
Bayi yang disusukan secara tergesa-gesa (Arapesh) menampilkan
sosok yang agresif dan yang disusukan secara wajar dan tenang
(Mundugumor) akan menampilkan sikap yang toleran di masa
remajanya.
Selain itu Rasulullah Saw juga menganjurkan memilih
pasangan hidup yang baik dalam membina rumah tangga, sebab
menurut beliau keturunan berpengaruh pada siapa bapak dan
ibunya. Jika benihnya baik maka keturunannya juga akan baik,
begitu sebaliknya jika benihnya buruk, maka keturunannya akan
buruk pula (Jalaluddin, 2009: 293).
2) Tingkat Usia
Faktor usia sangat mempengaruhi perkembangan kejiwaan
maupun pola pikir manusia. Anak yang menginjak remaja bahkan
dewasa mengalami perubahan dalam berfikir. Mereka lebih kritis
pula dalam memahami agama.
Tingkat perkembangan usia dan kondisi yang dialami para
remaja menimbulkan konflik kejiwaan yang cenderung
mempengaruhi terjadinya konversi agama. Mereka yang
melakukan konversi agama bagi para remaja dewasa terlebih para
mahasiswa biasanya terpengaruh karena sugesti dan pemikiran
kritis yang menurut pemahaman mereka lebih nyaman dan lebih
baik (Jalaluddin, 2009: 296).
3) Faktor Kejiwaan
Kondisi jiwa ini terkait dengan kepribadian sebagai faktor
intern. Menurut Sigmund Freud ada beberapa model pendekatan
yang menunjukkan gangguan kejiwaan. Pertama; model
psikodinamik gangguan kejiwaan disebabkan oleh konflik yang
tertekan di alam ketidak sadaran manusia, kedua; pendekatan
biomedis gangguan jiwa terjadi dikarenakan fungsi tubuh yang
dominan (penyakit, genetik, kondisi sistem syaraf) yang dapat
mempengaruhi kejiwaan seseorang dan ketiga eksistensial yaitu
dominasi pengalaman kekinian manusia. Dengan demikian sikap
manusia juga disebabkan oleh dorongan keadaan lingkungan saat
itu (Jalaluddin, 1996: 218).
b. Faktor Eksternal
Manusia yang sering disebut dengan homoreligius (mahluk
beragama) yaitu memiliki potensi dasar yang dapat dikembangkan
sebagai mahluk beragama. Potensi itu berupa kesiapan seseorang
menerima rangsangan dari luar yang dapat membentuk rasa dan
perilaku keagamaan. Faktor eksternal yang dinilai berpengaruh dalam
perkembangan jiwa keagamaan dapat dilihat dari lingkungan dimana
seseorang itu hidup.
Faktor ini juga disebut dengan aliran empirisme yaitu pembentukan
diri seseorang berpengaruh pada lingkungan sosial, termasuk
pembinaan dan pendidikan yang diberikan (Nata, 2002: 165).
Pendidikan tersebut dapat didapat dari lingkungan keluarga,
institusional dan masyarakat.
1) Lingkungan Keluarga
Keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentukan
kepribadian anak. Karena keluarga dipandang lingkungan yang
dapat mengontrol kepribadian atau perilaku anak secara penuh.
Keluarga merupakan suatu lingkungan yang dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan anak seperti kebutuhan fisik-biologis
maupun sosio-psikologis. Perlakuan keluarga yang penuh kasih
sayang, pendidikan nilai-nilai kehidupan baik agama maupun sosial
budaya sangat berpengaruh pada kepribadian anak. Suasana yang
harmonis, agamis dan menyenangkan juga dapat berpengaruh baik
bagi diri anak (Yusuf dan Nurihsan, 2008: 27).
2) Lingkungan Institusional
Lingkungan Institusional yang ikut mempengaruhi
perkembangan keagamaan dapat berupa instutitusi formal seperti
sekolah ataupun non formal seperti berbagai perkumpulan atau
keorganisasian.
Sekolah atau institut memiliki pengaruh besar pada
pembentukan perilaku beragama seseorang. Menurut Sinngih D.
Gunarsa dalam Jalaluddin (2009: 300) pengaruh itu dapat dibagi
menjadi tiga kelompok. Pertama kurikulum dengan anak, kedua
hubungan guru dengan anak dan yang ketiga hubungan antar anak.
Dari ketiga kelompok tersebut dapat menopang pembentukan
seperti ketekunan, disiplin, kejujuran, simpati, sosiabilitas,
toleransi, keteladanan, kesabaran, dan keadilan.
Kurilukum yang berupa materi pengajaran, sikap pribadi
pendidik atau dosen serta pergaulan antar teman disekolah sangat
berperan penting dalam pembentukan karakter yang baik.
3) Masyarakat dan Kebudayaan
Kluckhohn berpendapat bahwa kebudayaan meregulasi
(mengatur) kehidupan kita dari mulai lahir sampai mati, baik
disadari maupun tidak disadari. Setiap kelompok masyarakat
memiliki tradisi, adat atau kebudayaan yang berbeda. Dan setiap
kebudayaan memiliki pola pikir, cara bersikap dan berperilaku yang
berbeda yang dapat berpengaruh pada perilaku seseorang (Yusuf
dan Nurihsan, 2008: 30).
Seperti halnya seorang mahasiswa yang hidup dilingkungan
masyarakat yang taat beragama dan sosial yang tinggi, maka
seorang mahasiswa akan mengikuti alur dalam lingkungannya.
Begitu pula seorang mahasiswa yang berkehidupan ditengah
masyarakat yang berbudaya tidak baik seperti lingkungan yang
banyak penjudi, perampok, pencuri dsb maka mahasiswa perilaku
beragamanya akan sangat minim sekali mereka cenderung
mengikuti apa yang dilihat dari masyarakat sekitarnya.
c. Konvergensi
Gabungan antara faktor internal dan faktor eksternal melahirkan
konvergensi yaitu aliran yang berpendapat pembentukan akhlak atau
perilaku oleh faktor internal yaitu pembawaan si anak dan faktor dari
luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus atau
melalui interaksi dalam lingkungan sosial (Nata, 2002: 165).
Pendidikan yang sempurna dapat kita lihat seperti dalam (Q.S.
Luqman ayat 31: 13-14). Ayat tersebut selain menggambarkan tentang
pelaksanaan pendidikan yang dilakukan luqman hakim juga berisi
materi tauhid (Tono dkk, 1998: 86).
Faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak pada anak ada dua
yaitu faktor internal dan eksternal. Dimana pembawaan dari diri
seseorang sejak lahir dan faktor dari luar seperti lingkungan sekitar baik
itu dari keluarga, sekolah (pendidik, dosen, dan teman) maupun
masyarakat (tokoh-tokoh masyarakat). Jika keduanya dapat
berkolaborasi secara baik maka aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik pada anak akan terbentuk dengan baik.
d. Fanatisme dan Ketaatan
Suatu tradisi keagamaan dapat menimbulkan dua sisi dalam
perkembangan jiwa keagamaan seseorang, yaitu fanatisme dan
ketaatan. Mengacu kepada pendapat Erich Fromm bahwa karakter
terbina melalui asimilasi dan sosialisasi, maka tradisi keagamaan
memenuhi kedua aspek tersebut.
Suatu tradisi keagamaan membuka peluang nagi warganya untuk
berhubungan dengan warga lainnya (sosialisasi). Selain itu juga, terjadi
hubungan dengan benda-benda yang mendukung berjalannya tradisi
keagamaan tersebut (asimilasi).
David Riesman melihat bahwa tradisi kultural sering dijadikan
penentu dimana seseorang harus melakukan apa yang telah dilakukan
nenek moyang. Kecenderungan mengikuti ajaran yang berebihan akan
menjurus kepada fanatisme. Sikap fanatisme merugikan bagi
kehidupan beragama. Sifat ini berbeda dengan ketaatan yang merpakan
upaya untuk menampilkan arahan dalam menghayati dan mengamalkan
ajaran agama (Jalaluddin, 2009: 302).
B. Motivasi Beragama
1. Definisi Motivasi
Kata motive memiliki arti the conscious reason which the individual
gives for his behavior artinya motif atau motivasi adalah alasan secara sadar
yang diberikan individu bagi perilakunya (Islamiyah, 2012: 15). Menurut
Mc Donald dalam Sadirman (1994: 73) motivasi adalah perubahan energy
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Senada dengan itu
Nico S. Dister (1982:71) mengartikan motivasi adalah penyebab psikologis
yang merupakan sumber serta tujuan dari tindakan dan perbuatan
seseorang.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa Motivasi
adalah dorongan yang menggerakan seseorang bertingkah laku
dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh
manusia. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam
dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan.
Motivasi menurut perspektif Islam adalah sebuah niat, sedangkan
didalam niat terdapat sebuah dorongan perintah yang merupakan kewajiban
yang harus dipenuhi oleh seorang Muslim. Disamping perintah dari agama
tentunya didalamnya juga terdapat janji-janji pahala, kenikmatan, serta
manfaat dari apa yang telah dikerjakan (Sopiatin dan Sohari, 2002: 173).
Dorongan-dorongan berupa keinginan mendapatkan petunjuk,
keselamatan, cinta, kekuasaan, balasan, pertolongan, keutuhan,
kebahagiaan, kemenangan dan keinginan mendalam untuk berjumpa
dengan Penciptanya merupakan dorongan-dorongan dasar dan luas dari
spiritualitas seseorang. Jika dalam pencapaian kebutuhan tertinggi benar-
benar sudah tercapai maka manusia akan menemukan kebaikannya di akhir
pencapaiannya.
2. Motif Perilaku Beragama
Menurut para pikolog ada empat motif perilaku beragama yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Agama Sebagai Sarana untuk Mengatasi Frustasi
Seringkali manusia dalam mengarungi kehidupannya mengalami
berbagai masalah atau cobaan. Frustasi Seperti yang dikatakan oleh
Sigmund Freud bahwa agama merupakan jawaban dari manusia atas
frustasi yang dialaminya diberbagai bidang kehidupnya. Manusia
bertindak religius karena mengalami frustasi dan untuk mengatasi
frustasi itu. Berawal dari keinginan manusia dalam pemuasaan dirinya
(Libido) tanpa henti yang akhirnya ada agama yang mengatur dan
melarang manusia untuk mengendalikan nafsu yang ada pada dirinya.
Ancaman siksaan, dipenjarakan bahkan ancaman kematian membuat
manusia takut akan adanya ancaman tersebut, sehingga mereka lebih
mendekatkan diri kepada Tuhannya (Dister, 1982: 75).
Oleh sebab itu, manusia membutuhkan sesuatu yang dapat
menenangkan jiwa dan pikirannya. Ketika manusia lain tidak dapat
membantunya untuk memecahkan masalahnya, maka manusia
membutuhkan adanya Tuhan untuk membantu permasalahannya. Tidak
heran ketika seseorang yang tiba-tiba menjadi aktif dalam perilaku
beragama setelah mengalami cobaan. Kondisi semacam ini telah
disebut dalam firman Allah dalam Surat Yunus ayat 12 sebagai beriku:
Artinya: Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa
kepada kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri, tetapi
setelah kami hilangkan bahaya itu dari padanya dia kembali melalui
(jalannya yang sesat) seolah-olah tidak dia tidak pernah berdoa
kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah
menimpanya. Demikianlah orang-orang yang melampaui batas itu
memandang baik apa yang telah mereka kerjakan. (Departemen
Agama RI, 2007: 208).
Dister dalam Islamiyah (2013: 16) mencatat empat macam frustasi
yang menyebabkan seseorang mendadak aktif melakukan dalam
berperilaku religious yaitu frustasi karena alam, frustasi sosial, frustasi
moral dan frustasi karena maut.
1) Frustasi karena Alam
Frustasi karena alam disini adalah dunia jasmani yang
dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup. Sigmund Freud dalam
karangannya The Future of an Illusion di samping frustasi sosial
juga ada frustasi alam yang menimbulkan seseorang dalam agama.
Menurutnya agama merupakan regresi kepada fase kanak-kanak
yang meminta sesuatu kepada bapak atau wajah yang ramah,
kepada manusia kemudian kepada alam dia menyerahkan dan
kemahakuasaannya akan tetapi ternyata dia tidak memilikinya. Dan
akhirnya manusia memindahkan kekeluhannya kepada Tuhan YME
yang dipercaya dapat membantu dalam segala permasalahannya.
2) Frustasi Sosial
Frustasi sosial yang dimaksudkan disini adalah konflik
antara individu dengan masyarakat yang mengakibatkan manusia
tidak merasa bahagia. Menurut Marx manusia merupakan suatu
mahluk yang dipebudak, diperas dan diasingkan dari dirinya
sendiri, manusia membayangkan martabatnya diakui oleh
Tuhannya, kemudian manusia berkhayal berkeyakinan bahwa
semua manusia dihadapan Tuhan adalah sama, namun pada
kenyataannya martabat didalam dunia nyata hanyalah sebuah ilusi.
Religi hanya dapat memberikan pengakuannya di surge bukan di
alam nyata seperti dunia. Manusia memerlukan pengakuan oleh
sesama manusia tanpa adanya kelas. Sedangkan menurut Sigmund
Freud masyarakat berarti frustasi bagi orang perseorangan dengan
mayarakat sedangkan agama diciptakan sebagai kompensasi
frustasi tersebut. Seseorang manusia hanyalah mengejar kepuasan
dan kebebasan meskipun harus melanggar hukum yang telah
mereka buat. Perseorangan memimpikan perdamaian dengan
masyarakat di akhirat yang memberikan keselarasan antara aspirasi
Individu dan hukum masyarakat.
3) Frustasi Moral
Frustasi moral adalah rasa bersalah menurut Sigmund Freud
praktek religius berfungsi sebagai obat penyembuhan orang dari
rasa bersalah. Seseorang yang bersalah akan mengalami rasa
tertekan, rasa gelisah, sesal, malu dan takut dan menyalahkan diri
akhirnya menimbulkan rasa kesepian yang berdampak dengan
depresi. Dengan rasa yang bercampur aduk seperti itu manusia
membutuhakan akan adanya sesuatu yang dapat menenangkan hati
dan pikirannya yaitu agama. Agama dapat membawa pemecahan
bagi kesulitan yang mereka alami. Sebab dengan magakui kesalan
dan menyatakan niatnya untuk bertobat di depan Tuhan, orang akan
diterima kembali oleh Tuhan. Maka dia kan merasa lega dan
terbebas dari beban yang menghantuinya selama ini.
4) Frustasi karena Maut
Manusia memang tidak dapat terlepas dari kematian atau
maut. Seseorang mendadak bertindak religius karena disebabkan
oleh maut. Sigmund Freud mengatakan untuk mnyelamatkan
manusia dari cengkrama maut, manusia menciptakan tokoh
mahakuasa yang dianggapnya Illahi. Kepada tokoh khayalan ini
dialihkan atau dipindakannya kemahakuasaannya oleh libido yang
ada pada diri manusia namun sayang tidak ada pada dirinya sebab
realitasnya memang lebih kuasa daripada manusia. Dari tokoh illahi
yang dipercayai itu dapat memberikan keselamatan dirinya dari
maut. Sama halnya dengan Carl Gustav Jung mengatakan bahwa
agama adalah sesuatu yang menyajikan jawaban yang jelas dan
tegas dari setiap permasalahan yang dialami oleh manusia, jika
seseorang yang mengalami penyakit dapat diobati dengan obat yang
paling mujarab yaitu agama, agama alah atu-satunya obat untuk
frustasi maut sebab iman akan Allah membawa serta iman akan
hidup kekal.
b. Agama Sebagai Sarana untuk Menjaga Kesusilaan dan Tata Tertib
Masyarakat
Motivasi kedua ini menggambarkan agama diabdikan kepada
tujuan-tujuan yang bukan religious melainkan bersifat moral dan sosial.
Max Weber menonjolkan pengaruh agama terhadap tata sosioekonomi
dan protestanime, lebih-lebih aliran protestanisme yang disebut
puritanisme. Aliran ini menganut predestinasi artinya setiap orang
ditakdirkan Allah untuk keadaan bahagia di surga atau keadaan
terkutuk di neraka. Weber mengasalkan system kapitalisme pada iman
kepercayaan puritanisme yang di duniakan atau yang dipandang dari
sudut konsekuensi yang ada di dunia, sehingga etikanya dititikberatkan.
Jadi, dalam pandangan ini nilai dan martabat manusia terletak pada
prestasi dalam teknik, yaitu manusia yang bekerja dan menghasilkan
kekayaan.
Yinger dalam Dister (1982: 103) berpendapat bahwa situasi
sosioekonomi dapat menentukan agama, dapat memberikan gaya dan
orientasi tertentu kepadanya. Menurutnya sosioekonomi seperti
konservatisme di dalam politik, nasionalisme, dan kepercayaan akan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknik merupakan suatu bentuk yang
dapat mempengaruhi seseorang berkelakuan agamis.
Sering kali manusia memberikan pendidikan agama anaknya tidak
bermotivasikan religious agar anak menjadi orang yang beriman dan
beramal kebaikan akan tetapi bermotivasikan moral dan sosial agar
anak menjadi orang yang bermoral ditengah-tengah masyarakat. Salah
satu bahaya dari pendidikan dari ilustrasi tersebut dikemukakan oleh
Dister dalam Islamiyah (2013: 17), yaitu:
Bahwa agama dan etika digabungkan sedemikian erat sehingga
masing-masing kehilangan intensitas dan kekhasan sendiri-sendiri.
Intensitas agama adalah bergaul dengan Tuhan. Pergaulan dengan
Allah tidaklah sama dengan hidup berperikemanusiaan. Nilai-nilai
moral bersifat otonom, artinya nilai-nilai seperti keadilan, kejujuran,
kesadaran, keteguhan hati, berlaku juga andaikan Allah tidak ada.
c. Agama Sebagai Sarana untuk Memuaskan Intelek yang Ingin
Tahu
Agama memang memberi jawaban atas kesukaran intelektual
kognitif sejauh ini kesukaran ini dilatar belakangi dan diresapi oleh
keinginan ekstensial dan psikologi yaitu keinginan dan kebutuhan
manusia akan orientasi dalam kehidupan untuk menempatkan diri
secara berarti dan bermakna di tengah-tengah kejadian alam semesta.
Seperti Seperti yang dikutip oleh H. Hamersma dengan pertanyaan aku
siapa? dari mana aku? apa tujuanku? Dan mengapa aku ada? Dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut mengartikan bahwa manusia harus
berorientasi pada peta kehidupan agar hidupnya dapat bertujuan dan
mempunyai arti.
Jawaban dari mereka yang tidak mengenal agama lebih menganggap
manusia sebagai hak yang biasa, karena pengetahuan mereka masih
dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat materi. Sigmund freud
menyimpulkan dari buku pelajaran agama Guidebook bahwa manusia
belum menyadari pengaruh psikologis yang dimilki agama padahal
banyak kebutuhan akan orientasi dalam kehidupan. Secara psikologis
manusia membutuhkan keterarahan dan susunan hierarkis untuk
hidupnya itu. Padahal agamalah yang dapat menjawab atas keinginan
dan kebutuhan manusia dan orientasinya dalam kehidupan. Agamalah
yang akan membawa manusia kepada tuhannya dan memberikan rasa
aman dan tentram dalam hidupnya (Dister, 1982: 103).
d. Agama Sebagai Sarana untuk Mengatasi Ketakutan
Soren Kierkegaard dan Martin Heidegger dalam Dister (1982: 110)
perasaaan takut yang mendalam merupakan sumber filsafat dimana
manusia mengalami jurang ketiadaan yang menganga bagi orang yang
menyadari kerapuhan serta kefanaannya sendiri.
Ketakutan ada dua macam yaitu ketakutan yang berobjek seperti
takut pada musuh, anjing, hantu dan sebagainya. Yang selanjutnya
ketakutan yang tak berobjek yaitu perasaan takut yang begitu saja tanpa
tahu apa yang ditakutkan. Sebenarnya ketakutan bukan merupakan
motivasi seseorang untuk melakukan perilaku Beragama akan tetapi,
jika ketakutan tersebut disertai dengan frustasi maka secara tidak
langsung ketakutan menjadi motivasi seseorang untuk melakukan
perilaku beragama (Islamiyah, 2013: 22).
Ketakutan yang ada pada manusia justru menguatkan fungsi agama
bagi hidup manusia. Karena rasa takut yang dialami manusia
membuktikan bahwa dirinya lemah karena dia membutuhkan
perlindungan dari Allah Swt. Seperti halnya dalam firman Allah dalam
surat Al-Quraisy ayat 4 yang berbunyi:
Artinya: Dan Dialah yang telah memberi makanan kepada
mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari
ketakutan. (Departemen Agama RI, 2007: 602).
Menurut Jalaluddin Rahmat (2009: 314) dalam buku karangannya yang
berjudul “Psikologi Agama” berpendapat tentang motif seseorang yang
beragama dalam kehidupan bermasyarakat yaitu:
a. Agama Berfungsi Edukatif
Para penganut agama berpendapat bahwa agama yang mereka anut
memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Disana terdapat
larangan dan perintah, dimana kedua unsur ini dapat mengarahkan
bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa yang
baik dengan ajaran agama masing-masing.
b. Agama Berfungsi Penyelamat
Di manapun manusia berada pasti mengingikan keselamatan baik itu
di dunia maupun di akhirat. Untuk mencapai keselamatan itu agama
mengajarkan pengenalan pada masalah sakral berupa keimanan kepada
Allah Swt. Dengan keimanan yang baik dan kuat dapat tercapainya
komunikasi yang baik antara mahluk dengan Tuhannya. Hal itu dapat
dilakukan dengan mempersatukan diri dengan Tuhan (Pantheisme),
oembebasan dan penyucian diri (penebusan dosa) dan kelahiran
kembali (reinkarnasi).
c. Agama Berfungsi Sebagai Perdamaian
Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat
mencapai kedamaian atin melalui tuntunan agama. Rasa berrdosa dan
rasa bersalah akan segera hilang dari batinnya apabila seeorang
pelanggar dapat menebus dosanyamealui tobat, penyucian diri, ataupun
penebusan dosa.
d. Agama Berfungsi Sebagai Social Control
Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga
dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial penganutnya dalam
bermasyarakat. Itu semua karena agama secara Instansi merupakan
norma bagi pengikutnya dan agama secara dogmatis (ajaran) berfungsi
kritis yang bersifat profetis (wahyu, kenabian).
e. Agama Berfungsi Sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas
Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan (iman dan kepercayaan). Rasa
kesatuan ini dapat memupuk penganutnya dalam bersolidaritas dengan
kelompoknya dan bahkan dapat membina persaudaraan yang kokoh.
f. Agama Berfungsi Sebagai Transformatif
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang
atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama
yang dianutnya. Kehidupan yang baru dapat mengubah kesetiannya
kepada adat atau norma kehidupan yang dianut sebelumnya.
g. Agama Berfungsi Kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk
bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi
juga kepentingan orang lain. Selain itu juga dengan agama yang
dianutnya dapat menuntut seseorang untuk menemukan inovasi dan
penemuan baru.
h. Agama Berfungsi Sebagai Sublimatif
Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja
yang bersifat agama ukhrawi, melainkan juga yang bersifat duniawi.
Segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma
agama, bila dilakukan atas niat yang tulus karena untuk mendapatkan
ridho Allah.
Dimensi atau bentuk religiusitas atau keberagamaan menurut Glock dan
Stark dalam Subandi (2013: 97) adalah:
a. Dimensi Keyakinan yaitu tingkatan sejauh mana seseorang
menerima hal-hal yang dogmatik dalam agamanya. Misalnya
dalam agama Islam, dimensi Islam mencakup keyakinan yang
tercakup dalam rukun iman.
b. Dimensi Ritual yaitu sebagaimana tingkatan seseorang
mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Dalam
agama Islam dimensi ini dikenal dengan Rukun Islam.
c. Dimensi Pengalaman dan Pengahayatan Agama yaitu perasaan
atau pengalaman keagamaan yang pernah dialami atau dirasakan.
Misalnya merasa dekat dengan Allah, merasa takut berbuat dosa,
atau merasa doanya dikabulkan merasa dilindungi oleh Allah dan
sebagainya. Dimensi ini dikenal dalam ilmu Tasawuf dengam
aspek Ihsan.
d. Dimensi Pengetahuan yaitu seberapa jauh seseorang mengetahui
t4entang ajaran-ajaran agamanya terutama kaitannya di dalam
kitab suci maupun yang lainnya.
e. Religious Effect yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana
perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agamanya di dalam
kehidupan sosial. Dimensi ini juga disebut dengan dimensi amal
yaitu dengan tolong-menolong terhadap sesama, menginfaqkan
sebagian hartanya dan lain sebagainya.
R.H Thouless faktor-faktor yang dapat menghasilkan perilaku beragama
sebagai berikut:
a. Faktor Sosial
Faktor yang yang mencakup semua pengaruh sosial dalam
perkembangan sikap keagamaan, seperti ajaran-ajaran, ornag tua,
tradisi dan opini lingkungan sekitar.
b. Faktor Pengalaman
Faktor pengalaman terbagi menjadi tiga macam menurut Thouless,
pengalaman tersebut ialah pengalaman natural, pengalaman moral dan
pengalaman afektif. Pengalaman natural ialah perasaan adanya
keindahan, keharmonisan, kebajikan-kebajikan dalam dunia eksternal.
Pengalaman moral merupakan sebuah pengalaman yang lebih bersifat
internal sebagai setiap individu seperti konflik kecenderungan, perilaku
dengan aturan yang bertentangan dsb. Pengalaman afektif yaitu
pengalam emosional secara batin yang erat hubungannya dengan Tuhan
atau objek-objek dari sikap keagamaan.
c. Faktor Kebutuhan
Kebutuhan yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan
perilaku beragama seperti kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa cinta,
rasa damai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan kematian yang tak bias
dielakkan.
d. Faktor Berpikir (Faktor Intelektual)
Manusia diberi kenikmatan oleh Allah berupa akal yang sempurna
dibandingkan dengan mahluk yang lainnya. Melalui akallah manusia
dapat berpikir mana yang baik dirinya maupun mana yang tidak baik
bagi dirinya. W.H Clark dalam Islamiyah (2013: 23-26)
mengemukakan Four wishes dalam membicarakan sumber-sumber dan
motivasi beragama.
Pertama security atau keinginan akan kesejahteraan dan perasaan
aman seperti makan, perlindungan atau hal-hal yang dapat memenuhi
kebutuhan. Keinginan ini menjadi hal yang esensial dalam pengalaman
beragama yang dapat mendorong manusia untuk mencoba
mengharmonisasikan kehidupannya dengan kehendak Tuhan. Kedua
Response atau keinginan untuk menanggapi mencakup kebutuhan
untuk berhubungan (dengan objek lain) yang dimiliki setiap orang
contoh kebutuhan menintai dan dicintai. Ketiga keinginan akan
pengakuan yaitu adanya sikap ingin dihargai dan dihormati dalam
bermasyarakat. Keempat new experience, keinginan dan pengalaman
baru Sebagaimana kepuasan yang dihasilkan oleh kebutuhan yang lain
peran agama juga memberikan kebutuhan atau keinginan terhadap
pengalaman baru intensitas yang khas dan lengkap.
Menurut pendapat sevilla dalam Wahyuni (2009: 23) motivasi beragama
seseorang dapat dibagi atas dua jenis yaitu:
a. Motivasi intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlundirangsang dari luar,
karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu.
Sedangkan Woolfolk dalam Wahyuni (2009: 23) faktor-faktor yang
berupa kebutuhan, dorongan, minat, nilai-nilai, kepercayaan adalah
factor-faktor internal yang ada dalam diri individu dan mempengaruhi
motivasi.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik, yaitu
motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari
luar. Sedangkan Woolfolk dalam Wahyuni (2009: 23) tekanan sosial,
hadiah, hukuman dsb dikategorikan sebagai faktor eksternal yang
berasal dari luar individu tetapi juga dapat mempengaruhi motivasi
disebut dengan motivasi ekstrinsik.
C. Shalat Berjamaah
1. Definisi Shalat Berjamaah
Secara bahasa, shalat berarti doa atau berdoa memohon kebajikan.
Sebagaimana tertera dalam firman Allah Swt:
Artinya: … “Dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (At-Taubah 9: 103).
Sedangkan menurut istilah syara’ adalah ibadah dalam bentuk
perkataan dan perbuatan tertentu dengan menghadirkan hati secara ikhlas
dan khusyuk, imulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut
syarat dan rukun yang ditentukan Syara’ (Nuhuyanan dkk, 2012: 19).
Basyir (2003: 46) mengatakan:
Kata shalat mempunyai bermacam arti yaitu do'a, rahmat, dan
istighfar (meminta ampun). Shalat dengan arti doa terdapat dalam
Q.S. At-Taubah [9], sedangkan shalat yang berarti rahmat dan doa
terdapat dalam Q.S. Al-Ahzab [33]: 56.
Pengertian Shalat berjamaah menurut penulis adalah sholat yang
dilakukan sekelompok orang secara bersama-sama, yang diawali dengan
takbir dan diakhiri dengan Salam, dimana satu orang menjadi imam dan
yang lainnya menjadi makmum yang dilakukan di tempat tertentu.
Shalat berjamaah adalah shalat yang dikerjakan bersama-sama
dengan paling sedikitnya adalah imam dan seorang makmum. Hukum
shalat berjamaah adalah fardhu kifayah. Namun sebagian ulama ada yang
berpendapat hukumnya sunah muakkadah bagi orang laki-laki yang
berakal, merdeka, muqim (bertempat tinggal tetap), menutupi aurat dan
tidak mempunyai halangan (uzur). Hukum fardhu kifayah tersebut didalam
shalat berjamaah shalat ‘ada (tepat waktu) maktubah (Abdurrahman dan
Bakhri, 2006: 142).
2. Manfaat dan Keistimewaan Shalat Berjamaah
Karunia Allah sangatlah besar tehadap hamba-Nya salah satunya
yaitu dengan memberi pahala yang besar bagi mereka yang melaksanakan
shalat berjamaah. Pahala diawali dari keterkaitannya dengan masjid,
perjalanan mereka meunuju masjid dan menunggu tibanya shalat jamaah
dilaksanakan sampai mereka beranjak meninggalkan masjid.
Karunia Allah tidak berhenti sampai disitu saja, Allah juga masih
memberikan pahala mereka sesampai mereka tiba di rumahnya masing-
masing. Lebih dari itu Allah juga mengkhususkan pahala bagi orang-orang
yang melakukan sholat berjamaah Ashar, Isya dan Subuh. Bukan hanya
sekedar pahala saja yang kita terima dari kita melakukan shalat berjamaah,
namun juga terdapat beberapa keuntungan-keuntungan, di antaranya:
a. Ditinjau dari Segi Spiritual
1) Keterkaitannya dengan masjid akan mendapatkan naungan dari
Allah pada hari kiamat.
Tujuh dari golongan orang yang mendapatkan naungan dari
Allah salah satunya orang yang hatinya selalu terikat dengan
masjid. Al-‘Aini menjelaskan “terdapat keutamaan bagi orang yang
selalu berada di masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah
karena masjid adalah rumah allah dan rumah orang-orang yang
bertakwa. Dan pantas bagi yang dikunjungi memuliakan orang yang
mengunjunginya, maka bagaimana dengan paling mulianya orang
yang termulia?” (Ilahi, 2010: 10).
2) Keutamaan Berjalan menuju masjid guna melaksanakan shalat
berjamaah.
Perjalanan menuju masjid merupakan aktifitas yang dapat
menjamin seorang hamba untuk mendapat kehidupan yang layak,
serta kematian yang indah pula. Diantara hikmahnya yaitu: Pertama
Orang yang keluar masjid dicatat pahala sesuai jejak kaki menuju
masjid, kedua Allah mengangkat kedudukan jejak-jejak kai orang
yang menuju masjid sehingga para malaikat berselisih dalam
mencatat amal hingga mereka membawa masalahnya naik ke langit,
ketiga berjalan kaki menuju masjid sebagai penghapus dosa dan
menaikkan derajat, keempat orang yang keluar dari rumah untuk
melaksanakan sholat akan dijamin masuk surga, kelima orang yang
eluar rumah guna melaksanakan solat berjamaah sampai pulang
kembali pahalanya akan dihitung seperti pahala sholat, keenam
orang yang berjalan kemasjid akan mendapatkan cahaya yang
sempurna pada har kiamat, ketujuh akan disediakan hidangan
disurga bagi orang yang pagi dan sorenya pergi kemasjid (Ilahi,
2010: 12-24).
3) Semakin Banyak Jamaah Semakin Berlipat Pahala yang didapat
Jumlah yang menghadiri shalat jamaah mempengaruhi
banyaknya pahala bagi shalat tersebut. Rasulullah bersabda,
“semakin banyak peserta shalat berjamaah, semakin dicintai
Allah”. Sebuah hadits yang menarik perhatian, menjelaskan
keutamaan shalat berjamaah. Terjemahannya demikian:
Jika makmum hanya satu orang, akan diberikan pahala
150 shalat. Jika dua orang, akan diberikan pahala 600 shalat.
Jika tiga orang pahala 1200 shalat. Jika empat orang pahala
2.400 shalat. Jika lima orang pahala 2.800 shalat. Jika enam
orang, pahala 9.600 shalat. Jika tujuh orang pahala 19.200
shalat. Jika delapan orang, pahala 36.400 shalat. Sementara
jika jumlah makmum samapai pada sepuluh orang, akan
diberikan pahala 72.800 shalat. Dan apabila jumlah
makmum melebihi atau meampaui sepuluh orang maka tidak
ada ang mengetahui hitungannya kecuali Allah Swt.
Rasulullah Saw bersabda, “Lebih menyenangkan bagiku berjamaah
shubuh dari pada beribadah sepanjang malam” (Qira’ati, 1996:
158).
4) Keutamaan Shaf Pada Bagian Pertama
Pertama shaf pertama (dalam sholat) seperti shafnya para
malaikat, kedua Allah Swt dan para malaikat bershalawat kepada
shaf pertama, ketiga nabi memberikan rahmat kepada shaf pertama
dan kedua (Ilahi, 2010: 28-31).
5) Keutamaan Shalat Isya, Subuh dan Ashar Berjamaah
Pertama shalat isya berjamaah seperti qiyam (shalat)
separuh malam, sedangkan shalat subuh dan isya berjamaah seperti
qiyamul lail (shalat malam) sepanjang malam, kedua malaikat
menyertai orang yang mula-mula (paling awal pergi ke masjid),
ketiga shalat subuh berjamaah dicatat dalam shalatnya kaum yang
berbakti, dan orang-orang yang mengerjakannya dicatat sebagai
utusan ar-Rahman, Keempat orang yang shalat subuh berjamaah
berada dalam jaminan Allah, kelima orang yang shalat subuh
berjamaah mendapatkan pahala haji dan umrah, jika ia duduk untuk
berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian shalat dua
rakaat dan yang keenam malaikat malam dan malaikat siang
berkumpul pada waktu subuh dan ashar serta mereka memohonkan
ampun untuk orang-orang yang melaksanakan keduanya dengan
berjamaah (Ilahi, 2010: 44-53)
6) Selain dari segi pahala secara psikis dari jiwa seseorang shalat dapat
menghadirkan pertama kesucian lahiriyah dan rohaniyah serta
ketentraman, kedua shalat menimbulkan keyakinan dan kekuatan
jiwa, ketiga menimbulkan keteguhan hati dan ketetapan pendirian,
dan keempat membina jiwa dinamis, bergairah dan bahagia
(Musbikin, 2007: 88).
b. Ditinjau dari Segi Sosial
Shalat Jamaah merupakan pendahuluan kesatuan barisan, kerapatan
hati dan pengokoh jiwa persaudaraan. Shalat jamaah merupakan sejenis
absensi non-formal, cara terbaik mengenali individu-individu. Shalat
jamaah adalah jenis perkumpulan terbaik, terbanyak, terbersih dan
terekonomis diseluruh dunia. Pertemuan tanpa modal. Menyadarkan
akan persoalan satu sama lain dan menyiapkan kerja sama sosial antar
pribadi muslim (Qira’ati, 1996: 160).
c. Ditinjau dari Segi Politis
Shalat jamaah menunjukkan kekuatan kaum muslimin, keterkaitan
dengan hati dan solidaritas barisan, menjauhkan perpecahan,
menanamkan rasa ketakutan dihati musuh. Menjadikan kaum munafik
putus asa. Menusuk mata mereka yang mengharapkan keburukan.
Shalat jamaah adalah maneuver kesiagaan dan ikatan imam dan umat
(Qira’ati, 1996: 160).
d. Ditinjau dari Segi Etis dan Edukatif
Pertama, dapat mendidik jiwa kita agar terhindar dari sifat-sifat
sombong, tinggi hati, dan sebagainya, serta mengarahkan kita agar
selalu tawakal dan berserah diri kepada Allah Swt. Shalat dapat
membina kejujuran, keikhlasan, kepatuhan kepada kebenaran dan
peraturan. Selain itu juga shalat dapat membangun karakter atau
Akhlak yang baik dan mempnyai tenaga, serta kedudukan yang baik
(Musbikin, 2007: 90).
Shalat erat kaitannya dengan pembentukan akhlak dan
pembangunan akhlak. Semakin baik shalatnya, semakin intens
(khusyu’) menjalaninya akan semakin baik perilakunya. Dengan kita
rajin melaksanakan shalat, menghadirkan seluruh jiwa dan sepenuh hati
tertuju hanya kepada sang Pencipta, maka tidak akan seseorang itu
berkepribadian buruk, sombong atau angkuh (Amin dan Zuhri, 1999:
104).
Kedua, menjadi penghalang dari mengerjakan kemungkaran dan
keburukan (Tono dkk, 1998: 32). Firman Allah Swt:
Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu,
yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Ankabut 29: 45).
Ketiga, dapat memperteguh persatuan, membangun tali
persaudaraan antara umat Islam. Shalat berjamaah mengajarkan
kesatuan dalam arah, tujuan, dan imam dan didalamnya terdapat tali
persaudaraan antara umat Muslim.
Rasa persaudaraan amat jelas terlukis ketika masjid terbuka untuk
siapapun. Setiap Muslim akan bertemu dengan muslim yang lain.
Mereka bersaudara, shalat dibelakang seorang imam, satu gerak
mengikuti komando imam menghadap kiblat dan menyembah tuhan
satu yaitu Allah Swt (Basyir, 2003: 61).
Keempat, mengajarkan bahwa semua manusia itu Sama derajatnya.
Shalat jamaah didalamnya terdapat nilai persamaan dalam barisan Shaf.
Coba kita lihat dalam satu barisan shaf terdapat berbagai macam ras,
suku, bangsa, golongan, Bahasa dan ekonomi yang berbeda, ini
menunjukkan didalam shalat berjamaah mengandung persamaan
bahwa dimata Allah kita semuanya Sama kedudukannya.
Kelima, melatih disiplin dan berpikir positif mengikuti imam dalam
semua takbir atau gerakan dalam shalat dan tidak mendahuluinya
memperlambat diri darinya, bersamaan dengannya atau berlomba-
lomba dengannya (Musbikin, 2007: 51).
Keenam, saling memberikan pertolongan dalam hal ibadah dan
kepentingan. Perasaan saling peduli, mengasihi dan tolongmenolong
akan hadir dalam shalat berjamaah, dapat kita lihat ketika seseorang
yang biasanya berjamaah namun suatu hari tidak mengikuti shalat
berjamaah pastinya menimbulkan rasa kepedulian bagi orang-orang
yang berjamaah lainnya. Kepedulian ini akan terpupuk dalam dirinya
dengan dia memperhatikan teman jamaahnya yang tidak berangkat,
apakah yang menyebabkan saudaranya tidak dapat mengikuti shalat
berjamaah. Pastinya akan timbul rasa saling mengasihi, peduli dan
tolong menolong.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa shalat di samping
merupakan ibadah yang wajib dan istimewa ternyata juga mengandung
manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidup
umat manusia terutama dalam berperilaku dengan sesama manusia,
sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa yang mampu
bersosialisasi dengan masyarakat sehingga menjadi masyarakat yang
harmonis dan hidup berdampingan.
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum IAIN Salatiga
1. Letak Geografis IAIN Salatiga
Institut Agama Islam merupakan satu-satunya perguruan tinggi negeri
yang ada di Salatiga. Perguruan ini terbagi menjadi tiga kampus. Meskipun
demikian, masing-masing tempat memiliki letak yang strategis. Mudah
dijangkau oleh siapapun. Kemudahan ini memberikan pointer sendiri
sehingga memberikan nilai tambahan bagi IAIN Salatiga.
Lokasi kampus 1 IAIN salatiga berada di jalan Tentara Pelajar Nomor
02 Salatiga. Sebelah barat SMK Kristen Salatiga. Selatan jalan Tentara
Pelajar. Sebelah Timur Polres Salatiga dan lapangan Pancasila yang
merupakan alun-alun Kota Salatiga atau tepat berada di sekitar masjid
Agung Darul Amal. Sedangkan sebelah utara jalan Kridanggo dan
pemukiman warga Kalicacing. Kampus 2 Terletak di Jl. Nakula Sadewa V
No. 9 Salatiga 50722. Tepatnya di sebelah timur Ma’had (asrama) putra
IAIN Salatiga yang dekat dengan lapangan Kembang Arum. Kampus 3
(Rencana Kampus Utama) Terletak di Pulutan, jalan Lingkar Selatan
Salatiga (Sumber: diambil dari buku OPAK IAIN Salatiga tahun 2015).
2. Sejarah Singkat IAIN Salatiga
Institut Agama Islam negeri (IAIN) salatiga berlokasi di jalan Tentara
Pelajar Nomor 2 Salatiga, Jawa Tengah. Lembaga ini pada awalnya
merupakan lembaga swasta yang kemudian dinegerikan dan menjadi bagian
dari IAIN Walisongo Semarang. Penegerian Fakultas tarbiyah IAIN
Walisongo di Salatiga tersebut berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Agama Nomor 30 tahun 1970 tanggal 16 April 1970.
Pada tahun 1997, Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Walisongo Semarang di Salatiga diubah menjadi Sekolah Tinggi Agama
Islam negeri (STAIN) Salatiga, yang berdiri sendiri langsung di bawah
Kementerian Agama RI. Peralihan status tersebut tertuang dalam keputusan
Presiden republic Indonesia Nomor 11 Tahun 1997, tanggal 21 Maret 1997.
Peralihan status menjadi STAIN ini telah membawa berbagai
peningkatan, baik dari segi fisik maupun non fisik. Sampai saat ini STAIN
Salatiga telah memiliki dua lokasi kampus, yaitu Jl. Tenatara Pelajar No.2
dan Jl. Nakula Sadewa, kembang Arum Salatiga. Sejak tahun 2010 STAIN
Salatiga telah melakukan penyiapan lahan kampus terpadu, diharapkan
seluas minimal 20 hektar di daerah Pulutan (Jalan Lingkar Selatan),
Salatiga. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan status kelembagaan
STAIN menjadi IAIN dan pada tahun 2015 ini akhirnya IAIN Salatiga
sudah resmi memulai pembangunan kampus terpadunya di daerah Pulutan
tersebut. Diharapkan nantinya peningkatan status kelembagaan IAIN dapat
terus berlanjut dan pada akhirnya dapat menjadi Universitas Islam Negeri
(UIN) Salatiga (Sumber: diambil dari buku OPAK IAIN Salatiga tahun
2015).
3. Visi dan Misi IAIN Salatiga
a. Visi
Tahun 2030 Menjadi Rujukan Studi Islam-Indonesia bagi Terwujudnya
Masyarakat Damai Bermartabat
b. Misi
1) Menyelenggarakan pendidikan dalam berbagai disiplin ilmu
keislaman berbasis pada nilai-nilai keindonesiaan.
2) Menyelenggarakan penelitian dalam berbagai disiplin ilmu
keislaman bagi penguatan nilai-nilai keindonesiaan.
3) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat berbasis riset
bagi penguatan nilai-nilai keindonesiaan.
4) Mengembangkan budaya masyarakat kampus yang mencerminkan
nilai-nilai Islam-Indonesia.
5) Menyelenggarakan pengelolaan pendidikan tinggi yang profesional
dan akuntabel (Sumber: diambil dari buku OPAK IAIN Salatiga
tahun 2015).
4. Asas, Fungsi dan Tujuan
a. Asas IAIN Salatiga
Dalam menyusun dan mengembangkan program, IAIN Salatiga
berdasarkan pancasila dan dasar operasionalnya adalah: Undang-
undang Dasar 1945.
1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan
Tinggi
4) Peraturan Presiden Nomor 143 Tahun 2014 tentang Perubahan
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga menjadi Institut
Agama Islam Negeri Salatiga
b. Fungsi Keberadaan IAIN Salatiga
1) Merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan program.
2) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan
agama Islam dan teknologi serta seni yang bernapaskan Islam.
3) Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan agama Islam dan teknologi serta seni yang bernapaskan
Islam.
4) Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.
5) Pelaksana pembinaan kemahasiswaan.
6) Pelaksana kegiatan sivitas akademika dan hubungan dengan
lingkungannya.
7) Pelaksana kerja dengan Perguruan Tinggi dan/atau lembaga-
lembaga lain.
8) Menyelenggarakan administrasi dan manajemen.
9) Pelaksana pengendalian dan pengawasan kegiatan.
10) Melaksanakan penilaian prestasi dan proses penyelenggaraan
kegiatan serta penyusunan laporan.
c. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan IAIN Salatiga
1) Mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten,
dan berbudaya untuk kepentingan bangsa;
2) Menghasilkan lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan
dan/atau Teknologi yang berbasis ilmu keislaman untuk memenuhi
kepentingan nasional dan peningkatan daya saing Bangsa;
3) Menghasilkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Penelitian
yang memperhatikan dan menerapkan nilai-nilai keislaman agar
bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan
kesejahteraan umat manusia;
4) Mewujudkan Pengabdian kepada Masyarakat berbasis ilmu
keislaman dan karya Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dalam
rangka mewujudkan masyarakat damai bermartabat (Sumber:
diambil dari buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Tahun
2014/2015).
5. Program Pendidikan IAIN Salatiga
Peralihan Konstitusional alih status dari STAIN Salatiga menjadi
IAIN Salatiga memberi peluang untuk mengembangkan lembaga sesuai
peraturan yang berlaku. Selain membuka program sarjana S2 dan S3, IAIN
Salatiga juga mengembangkan program pendidikan Fakultas dan
Jurusan/progam studi. Adapun Fakultas, jurusan dan program khusus yang
dikembangkan oleh IAIN Salatiga pada Tahun akademik 2015/2016
meliputi:
a. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan berfungsi untuk
menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesional. Tujuannya
adalah untuk membentuk sarjana pendidikan islam, yang memiliki
keahlian dalam pendidikan dan pengajaran Islam dengan keahlian
khusus dalam bidang studi Pendidikan Agma Islam, Bahasa Arab,
Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Guru Madrasah
Ibtidaiyyah, dan Guru Raudlatul athfal serta berkewenangan menjadi
guru atau mengajar dalam bidang studinya. Adapun gelar sarjana yang
diterimanya untuk alumni strata satu adalah S.Pd.I. atau sesuai peraturan
yang berlaku. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan memiliki Jurusan
yaitu:
1) Pendidikan Agama Islam (PAI)
2) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
3) Pendidikan Guru Raudhatul Atfal (PGRA)
4) Pendidikan Bahasa Arab (PBA)
5) Pendidikan Bahasa Inggris (TBI)
6) Tadris IPA (T. IPA)
7) Tadris Matematika (T. Matematika)
b. Fakultas Syari’ah
Fakultas Syariah berfungsi untuk menyelenggarakan pendidikan
akademik dan professional yang bertujuan untuk membentuk Sarjana
Hukum Islam yang memiliki keahlian dalam bidang hukum islam
maupun hukum positif dengan keahlian khusus dalam bidang Ahwal al-
Syakhshiyyah (Peradilan Agama), Siyasah (Hukum Tata Negara), dan
Muamalah (Ekonomi Islam). Gelar kesarjanaan yang diperolehnya
adalah S.Sy.S.E.Sy. dan fakultas Syariah memiliki Jurusan yaitu:
1) Hukum Perdata Islam (Ahwal Al-Syakhsyiyyah) (AS)
2) Hukum Ekonomi Syariah (Mu’amalah) HES
3) Hukum Tata Negara (Siyasah) (HTN)
c. Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam mempunyai tujuan sebagai
berikut:
1) Mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan dalam bidang
ekonomi dan bisnis Islam
2) Membentuk sarjana yang memiliki keahlian dalam bidang ekonomi
dan bisnis Islam
3) Menyiapkan lulusan menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik professional yang dapat diterapkan dan
mengembangkan bisnis ekonomi Islam
4) Menyiapkan lulusan untuk menjadi praktisi analisis di bidang
akonomi dan bisnis Islam, berkepribadian baik berpengetahuan luas
dan mutahir serta mampu menerapkan teori-teori ekonomi dan
bisnis Islam.
5) Menyiapkan calon inteprenur yang memiliki semangat
kewirausahaan Islami
6) Menghasilakan resert dibidang ekonomi dan bisnis Islam sehingga
menambah kemajuan dunia ekonomi dan bisnis
7) Menjadi salah satu fakultas termuka dalam bidang ekonomi dan
bisnis Islam dan menjadi rujukan bagi calon mahasiswa di Indonesia
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam memiliki Jurusan yaitu:
1) Perbankan Syari’ah (S1) (PS S.1)
2) D.3 Perbankan Syari’ah (PS D.3)
3) Ekonomi Syari’ah (ES)
d. Fakultas Dakwah
1) Fakultas dakwah berfungsi mengahsilkan lulusan yang memiliki
keunggulan kompetentif dibidang dakwah profetik dalam
persaingan global
2) Menghasilkan kualitas penelitian dan pengabddian masyarakat
dalam bidang ilmu dakwah profetik bagi kepentingan keilmuan dan
masyarakat
3) Menghasilkan kualitas pendidikan untuk mengembangkan dan
mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan kedalam
bingkai komunikasi dan informatika public relasion, penyiaran,
jurnalistik dan pengiklanan berkarakter Islami
4) Menghasilkan produk teknologi dalam menyebarluaskan nilai-nilai
keislaman dan keindonesiaan.
Fakultas Dakwah hanya memiliki satu jurusan yaitu: Komunikasi
dan Penyiaran Islam (KPI)
e. Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora (FUAH)
Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora (FUAH) merupakan
fakultas yang baru juga di IAIN Salatiga, yang mana bertujuan
menambah khasanah keilmuan yang nyata dan berguna untuk
mahasiswa yang ingin belajar tentang hadis, sejarah, ataupun tafsir Al-
Qur’an yang berguna untuk masyarakat nantinya. Tujuan yang lain
menyiapkan generasi yang siap berjuang dan melangkah dengan
ilmunya di era yang semakin modern. Fakultas Ushuluddin, Adab dan
Humaniora mempunyai jurusan yaitu:
1) Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
2) Bahasa dan Sastra Arab (BSA)
3) Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT)
4) Ilmu Hadits (IH)
5) Filsafat Agama (FA)
f. Program khusus Kelas Internasional (PKKI)
Program Khusus Kelas Internasional (KKI) mulai dibuka pada tahun
akademik 2010/2011, diikuti oleh 20 orang mahasiswa (satu kelas) yang
berasal dari berbagai program studi. Program ini dirancang untuk
memberikan suasana pembelajaran yang beratmosfer internasional, dan
memberikan pengalaman internasional (opportunity to get experience
on living or studying abroad). Dalam jangka panjang, kelas
internasional juga dirancang untuk menarik mahasiswa asing belajar
untuk Indonesia, Islam di Indonesia, indigenous culture, maupun
courses lainnya. Pembukaan kelas Internasional pada IAIN Salatiga
bertujuan untuk:
1) Memberikan layanan pendidikan dan pembelajaran yang lebih baik
kepada mahasiswa yang berpotensi, agar mereka terbiasa dengan
atmosfer internasional sehingga memiliki kesiapan untuk memasuki
era global.
2) Menyedaiakan kelas yang bias diikuti oleh mahasiswa dari Negara
lain.
3) Menjadi pemicu dan pemacu untuk melakukan kerja sama luar
negeri dan internasionalisasi IAIN Salatiga.
4) Khusus untuk Jurusan Tarbiyah, pembukaan kelas ini bertujuan
untuk menjadi pilot project Penyiapan Guru Sekolah/Madarasah
Bertaraf Internasional.
g. Program Pascasarjana
Selain program Sarjana, IAIN Salatiga mulai tahun akademik
2011/2012 juga menyelenggarakan Program Pascasarjana, Program
Studi Pendidikan Agama Islam. Saat ini PPs IAIN Salatiga telah
memiliki mahasiswa 4 angkatan, yaitu tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014
(Sumber: diambil dari buku OPAK IAIN Salatiga tahun 2015).
6. Sarana dan Prasarana IAIN Salatiga
a. Hospot Area
b. Native Speaker (Penutur Bahasa Asli Bahasa Arab dan Bahasa Inggris)
c. Ruang Kuliah Multimedia
d. Laboratorium (IPA, Peradilan, Ibadah, Komputer, Perbankan Syariah,
dan Pendidikan)
e. Studi Intensif Bahasa Asing (Arab dan Inggris)
f. Kerjasama dengan Perguruan Tinggi Asing: Amerika Serikat, India,
Singapura dan sebagainya.
g. Poliklinik IAIN Salatiga
h. Lembaga Konsultasi Psikologi TAZKIA
i. Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam (LKBHI)
j. Asrama Mahasiswa
k. Kerjasama dengan Kedutaan (Malaysia, Thailand dan lain-lain)
l. Kampus III yang sedang dibangun (Sumber: diambil dari buku Brosur
IAIN Salatiga tahun 2015).
7. Keadaan Dosen, Karyawan dan Mahasiswa IAIN Salatiga
Dosen IAIN Salatiga pada tahun 2015/2016 berjumlah 250 dosen,
terdiri dari 129 PNS dan 121 non PNS. Sedangkan karyawan/pegawai IAIN
Salatiga terdiri dari 102 karyawan/pegawai terdiri dari 51 yang sudah PNS
dan 51 yang belum. Adapun keadaan mahasiswa IAIN Salatiga pada tahun
2015/2016 adalah sebagai berikut:
Tabel. 3 Data Mahasiswa IAIN Salatiga pada Ajaran 2015/2016
No Fakultas Jurusan Jumlah Total
L P N Jumlah
1. Program
Pascasarjana
S2 Magister PAI 0 0 44 44
2.
Fakultas
Tarbiyah
dan lmu
Keguruan
S1 Pendidikan Agama Islam 404 916 0 1320
S1 Pendidikan Bahasa Arab 76 143 0 219
S1 Tadris Bahasa Inggris 149 537 0 686
S1 Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyyah
101 465 0 566
S1 Pendidikan Raudlatul
Athfal
2 111 0 113
S1 Tadris Ilmu Pengetahuan
Alam
7 50 0 57
S1 Tadris Matematika 9 80 0 89
S1 PAI Ekstensi 39 38 0 77
3. Fakultas
Dakwah
S1 komunikasi dan
Penyiaran Islam
40 86 0 126
4. Fakultas
Syari’ah
S1 Ahwal Al-Syakhsiyyah 116 121 0 237
S1 Hukum Ekonomi
Syari’ah
78 154 0 232
S1 Hukum Tata Negara
(Siyasah)
8 25 0 33
5. Fakultas
Ekonomi
dan Bisnis
Islam
S1 Perbankan Syariah 184 678 0 862
S1 Ekonomi Syari’ah 10 84 0 94
D3 Perbankan Syari’ah 35 138 0 173
6.
Fakultas
Ushuludin,
Adab dan
Humaniora
S1 Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir
26 37 0 63
S1 Sejarah dan Kebudayaan 30 42 0 72
S1 Bahasa dan Sastra Arab 4 17 0 21
S1 Ilmu Hadits 1 15 0 16
S1 Filsafat Agama 2 8 0 10
7. Fakultas
Progaram
Khusus
S1 Progaram Khusus Kelas
Internasional
19 37 0 56
(Sumber: diambil dari dokumen kepegawaian akademik IAIN
Salatiga, hari jumat 18 September 2015, pukul: 13: 08 WIB).
8. Struktur Organisasi IAIN Salatiga
Organisasi IAIN Salatiga terdiri dari:
a. Senat IAIN Salatiga
b. Unsur pimpinan yaitu: ketua, wakil dan kabag. Administrasi umum,
akademik dan keuangan.
c. Unsur pelaksanaan akademik: pascasarjana, jurusan, program studi,
pusat penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, pusat penjaminan
mutu, unit pengembangan Bahasa, unit pengembangan kompetensi
dasar keislaman, unit pengembangan informasi dan kerjasama, unit
rekrutmen mahasiswa dan pengembangan alumni, unit pembinaan
kemahasiswaan, pusat ilmiah dan penerbitan, satuan pengawas internal
dan kelompok dosen.
d. Unsur pelaksana administratif: bagian administrasi, subbagian
administrasi umum meliputi, subbagian perencanaan, keuangan, dan
akuntansi, dan subbagian akademik, kemahasiswaan dan alumni.
e. Unsur penunjang: unit pelaksana teknis perpustakaan, unit teknologi
informasi dan pangkalan data dan laboratorium.
f. Unsur badan non struktural: jurnal, pusat studi, senat mahasiswa
(SEMA), dewan eksekusif mahasiswa (DEMA), himpunan mahasiswa
jurusan (HMJ), himpunan mahasiswa program studi (HMPS), unit
kegiatan mahasiswa (UKM) dan unit kegiatan khusus (UKK) (Sumber:
diambil dari buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Tahun
2014/2015).
Tabel. 4
Daftar Anggota Senat IAIN Salatiga
No Jabatan Nama
1 Rektor Dr. Rahmat Hariyadi, M.pd
2 Wakil Rektor I Dr. Agus Waluyo, M.Ag
3 Wakil Rektor II Drs. Kastolani,
4 Wakil Rekor III Muh. Khusen, MA
5 Dekan FTIK Suwardi, M.Pd
6 Dekan Fak Syariah Siti Zumrotun, M.Ag
7 Dekan Fak Dakwah Dr. Mukti ali, M.Hum
8 Dekan FUAH Benny Ridwan, M.Hum
9 Dekan FEBI Dr. Anton Bawono, M.Si
10 Direktur Pascasarjana Dr. Zakiyuddin
11 Guru Besar FTIK Prof. Dr. Mansur, M.Ag
12 Guru Besar Syariah Prof. Muh Zuhri, M.Ag
13 Guru Besar FUAH Prof. Dr. Budiharjo, M.Ag
14 Anggota Senat FTIK Dr. Muh Saerozi, M.Ag
15 Anggota Senat FTIK Dr. Miftahuddin, M.Ag
16 Anggota Senat Fak Syariah Drs. Badwan, M.Ag
17 Anggota Senat Dakwah Dr. M. Zulfa M, M.Ag
18 Anggota Senat FUAH Drs. Imam Baihaqi, M.Ag
19 Anggota Senat FEBI Abdul Aziz NP,MM
20 Ketua LP2M Dr. Adang Kuswaya
21 Ketua LPM Roviin, M.Ag
(Sumber: diambil dari dokumen kepegawaian akademik IAIN
Salatiga, hari jumat 18 September 2015, pukul: 13: 10 WIB).
B. Temuan Data Penelitian
1. Perilaku Shalat Berjamaah Mahasiswa IAIN Salatiga Tahun 2015
Mahasiswa IAIN Salatiga dalam melakukan shalat berjamaah dapat
ditinjau dari aspek perilakunya, baik itu dari segi kesiapan (kesungguhan),
mengajak maupun disiplin (ajeg/istiqomah) dalam melakukan shalat
berjamaah.
a. Kesiapan (Kesungguhan)
Setiap Muslim ketika hendak melakukan shalat berjamaah pastinya
akan mempersiapkan dirinya dengan niat kesungguhan hati dan
jasmaninya dalam menghadap kepada Allah Swt. Namun, realitanya
sebagian besar mahasiswa IAIN Salatiga masih kurang kesiapan ketika
hendak melakukan shalat berjamaah. Berikut ini data yang penulis
himpun dari hasil wawancara dengan sejumlah mahasiswa, karyawan,
dosen dan takmir masjid Darul Amal IAIN Salatiga. Salah satu
mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan PBA S1 angkatan 2011, yang
bernama TM juga mengatakan bahwa:
“Saya tidak selalu melakukan shalat berjamaah, karena berbagai
situasi dan kondisi yang saya alami, terkadang saya melakukan shalat
berjamaah karena tidak ada pekerjaan atau urusan yang lain. Ketika
saya sedang ada pekerjaan atau urusan lain saya lebih mementingkan
urusan saya terlebih dahulu dan lebih memilih untuk shalat munfarid
karena lebih simpel dan lebih efektif dalam penggunaan waktu sehingga
saya bisa kembali dengan pekerjaan yang harus saya selesaikan.”
(Wawancara, 18 September 2015).
Saudara MM selaku takmir masjid Darul Amal IAIN Salatiga
menuturkan:
“Ketika mendengar adzan, mahasiswa IAIN Salatiga kurang
bergegas untuk melaksanakan shalat secara berjamaah. Mahasiswa
juga kurang disiplin dalam menggunakan waktunya, mereka lebih
mementingkan urusan duniawinya seperti halnya; ketika saya
mengumandangkan adzan, banyak mahasiswa IAIN Salatiga yang
terlihat masih santai dan ngobrol dengan teman-temannya.”
(Wawancara, 21 September 2015).
BYH, selaku dosen FTIK Jurusan PBA juga sependapat dengan takmir
masjid, yaitu:
“Mahasiswa IAIN Salatiga belum memiliki kesadaran dalam
melakukan shalat berjamaah. Ini terbukti ketika masuk waktunya shalat,
mereka masih berkumpul di tempat-tempat seperti: kantin, area
perpustakaan bahkan di tempat ibadahpun mereka masih berkumpul
dan sibuk berbincang-bincang dengan temannya meskipun telah
terdengar iqomah.” (Wawancara, 21 September 2015).
Selain itu, mahasiswa IAIN Salatiga tidak semuanya memiliki
ketidak siapan dalam melakukan shalat berjamaah, namun juga terdapat
mahasiswa yang memiliki kesiapan dan kesungguhan ketika hendak
melakukan shalat berjamaah. Seperti yang dituturkan oleh BS selaku
petugas perpustakaan IAIN Salatiga bahwa:
“Mahasiswa IAIN Salatiga menurut pandangan saya dalam
melakukan shalat berjamaah, mereka sudah antusias atau sudah
banyak yang memiliki kesadaran, itu terbukti ketika sudah masuk
waktunya shalat berjamaah, tidak ada mahasiswa yang masih ada di
dalam perpustakaan, dan saya juga melihat banyak mahasiswa yang
langsung bergegas ke masjid berwudlu untuk melakukan shalat
berjamaah, kemudian juga dilihat dari segi kwantitasnya, mahasiswa
IAIN Salatiga sudah banyak yang melakukan shalat berjamaah itu
terbukti dari banyaknya shaf atau barisan.” (Wawancara, 21 September
2015).
b. Mengajak
Ketika hendak melakukan shalat berjamaah setiap umat muslim
pastinya akan mengajak kepada umat muslim yang lainnya untuk andil
di dalamnya. Karena dengan mengajak disamping dalam mewujudkan
hal kebaikan juga memiliki manfaat dan pahala yang sangat besar.
Seperti halnya yang dilakukan oleh mahasiswa IAIN Salatiga dalam
melakukan shalat berjamaah. Salah satu mahasiswi IAIN Salatiga yang
bernama UNM dari Jurusan D3 Perbankan Syari’ah mengatakan bahwa:
“Setiap saya melakukan shalat berjamaah saya selalu mengajak
teman-teman di kampus maupun di pondok pesantren. Selain itu, ketika
di rumah saya juga mengajak orang tua maupun saudara untuk
melakukan shalat berjamaah dimasjid ataupun di rumah bersama
keluarga. Karena menurut saya mengajak orang lain dalam melakukan
suatu ibadah akan menambah pahala baik dari segi ajakan itu sendiri
maupun di dalam mengerjakan shalat.” (Wawancara, 19 September
2015).
Tidak semua orang dalam melakukan suatu kebaikan selalu
mengajak orang lain. Seorang mahasiswa dalam melakukan shalat
berjamaah ada juga yang terkadang mengajak bahkan ada juga yang
tidak mengajak teman, saudara maupun orang lain dalam melakukan hal
kebaikan sepertti halnya dalam melakukan shalat berjamaah. Seperti
yang dikatakan mahasiswi yang bernama AN dari Jurusan PGMI
mengatakan:
“Dalam melakukan shalat berjamaah terkadang saya mengajak
teman jika situasi yang memungkinkan. Akan tetapi jika keadaan dan
situasi yang tidak memungkinkan saya tidak menagajak teman atau
saudara untuk melakukan shalat berjamaah, seperti halnya ketika
pikiran tidak fresh saya memilih untuk langsung bergegas melakukan
shalat di masjid guna mendekatkan diri kepada Allah, selain itu saya
juga tidak mau ambil resiko untuk mengajak teman-teman ketika pikiran
saya sedang tidak fresh (suntuk) karena menurut saya teman yang saya
ajak, belum tentu memperhatikan dan mau mengikuti ajakan yang saya
tawarkan.” (Wawancara, 19 September 2015).
Seperti yang dituturkan BYH, selaku dosen FTIK Jurusan PBA:
“Saya sering melihat ketika waktu shalat jamaaah dzuhur, dosen
atau karyawan mengajak mahasiswa untuk melakukan shalat
berjamaah, akan tetapi mahasiswa seringkali menolaknya dengan
berbagai macam alasan, sehingga dosen atau karyawan sering
mengalami kejenuhan dalam mengajak mahasiswanya untuk shalat
berjamaah.”(Wawancara, 21 September 2015).
Sedangkan yang dituturkan oleh BS selaku petugas perpustakaan IAIN
Salatiga bahwa:
“Ketika waktu memasuki shalat, petugas perpustakaan sering
mengingatkan dan mengajak mahasiswa untuk membiasakan untuk
shalat berjamaah.” (Wawancara, 21 September 2015).
c. Kedisiplinan (Ajeg/Istiqomah)
Dalam melakukan shalat lima waktu secara berjamaah seringkali
seseorang lebih bisa tepat waktu dan disiplin dibandingkan shalat secara
munfarid. Selain itu, shalat yang dilakukan secara berjamaah dan tepat
waktu akan mendatangkan suatu keajegan/istiqomah. Sedangkan orang
yang sudah ajeg/istiqomah dalam melakukan shalat berjamaah itu lebih
baik dari seribu karomah. IT selaku mahasiswi IAIN Salatiga Jurusan
PBA angkatan 2010 mengatakan:
“Saya dalam melakukan shalat berjamaah selalu tepat waktu dan
disiplin ketika di rumah, karena setiap kali masuk waktu shalat selalu
ada yang mengingatkan, baik itu orang tua maupun saudara untuk pergi
bersama-sama ke masjid melaksanakan shalat berjamaah.”
(Wawancara, 18 September 2015).
MMD selaku mahasiswa IAIN Salatiga Pasca Sarjana Jurusan PAI
angkatan 2014 juga mengatakan:
“Setiap kali shalat saya melakukannya secara berjamaah dan tepat
waktu, karena saya merasa tidak nyaman dan tidak pantas ketika
orangtua dan masyarakat lingkungan di sekitar saya banyak yang pergi
ke mushola untuk melakukan shalat berjamaah. Untuk itu saya
termotivasi untuk disiplin melakukan shalat berjamaah. Selain itu, saya
juga sering ditunjuk untuk menjadi muadzin di mushola tersebut, karena
jarak ang berdekatan dengan rumah.” (Wawancara, 18 September
2015).
Sedangkan CR selaku mahasiswa IAIN Salatiga Pasca Sarjana Jurusan
PAI angkatan 2015 mengatakan:
“Menurut saya, shalat berjamaah di awal waktu lebih afdzol
dibandingkan di akhir waktu. Seseorang yang tepat waktu dalam
mengerjakan shalat berjamaah tentunya akan menduduki pada bagian
shaf-shaf terdepan dan saya pernah mendengar bahwa orang yang
shalat berjamaah pada barisan depan dia akan mendapatkan manfaat
yang banyak, misalnya Allah Swt dan para malaikat bershalawat
kepada shaf pertama juga pada shaf yang pertama Allah
menyamakannya pada shafnya para malaikat” (Wawancara, 18
September 2015).
Ada juga mahasiswa dalam melakukan shalat berjamaah kurang
disiplin bahkan malas dalam melakukan shalat berjamaah. LNH selaku
Mahasiswi IAIN Salatiga Jurusan PBA angkatan 2011, mengatakan:
“Saya kurang begitu disiplin dalam melakukan shalat berjamaah,
itu disebabkan karena jam kuliah yang tidak memungkinkan untuk
melakukan shalat berjamaah. Maka dari itu, saya lebih memilih untuk
melakukan shalat di kos-kosan dengan alasan tempat yang bersih,
nyaman dan tidak begitu ribet.” (Wawancara, 18 September 2015).
Sama Halnya yang dikatakan oleh SW mahasiswi IAIN Salatiga Jurusan
PAI S1 angkatan 2011 mengatakan:
“Saya tidak selalu mengerjakan shalat berjamaah karena kesibukan
saya terhadap aktifitas, namun saya lebih sering melakukan shalat
berjamaah pada shalat maghrib dan Isya, karena waktu yang longgar
dan kenyamanan shalat berjamaah adalah diwaktu shalat isya dan
maghrib, dan jujur saya lebih tenang dan khusyuk ketika melakukan
shalat dilakukan secara munfarid karena saya butuh waktu untuk
muhasabah diri saya.” (Wawancara, 18 September 2015).
HH selaku karyawan Kasubag Keuangan BMN menuturkan:
“Menurut saya, mahasiswa dalam melakukan shalat berjamaah
kurang disiplin, karena saya pribadi juga menyadari tidak semua
mahasiswa berasal dari kalangan keluarga yang agamis. Selain itu,
jadwal kuliah yang memungkinkan mahasiswa tidak bisa melakukan
shalat berjamaah.” (Wawancara, 21 September 2015).
MM salah satu takmir masjid Darul Amal IAIN Salatiga berpendapat
bahwa:
“Pendapat saya tentang kedisiplinan mahasiswa dalam melakukan
shalat berjamaah saya rasa kurang begitu disiplin, karena saya melihat
banyak mahasiswa yang menunda-nunda waktu. Mereka lebih
menggunakan waktunya untuk mengobrol dengan teman-temannya.
Selain itu, untuk yang mahasiswi disamping mengobrol mereka juga
lebih asyik menghabiskan makanannya dulu lebih mengakhirkan
jamaahnya. Ketidak disiplinan mahasiswa itu terbukti pada hari jum’at
yang lalu, ketika ada jamaah haji dari Kota Demak yang mampir di
masjid Darul Amal IAIN Salatiga untuk melakukan shalat jum’at.
Karena ketidak disiplinan mahasiswa dalam hal waktu, maka
pelaksanaan shalat jum’at terkendala disebabkan antrian di tempat
wudhu yang berdesakan.” (Wawancara, 21 September 2015).
2. Motif-Motif Perilaku Shalat Berjamaah Mahasiswa IAIN Salatiga
Tahun 2015
Shalat berjamaah memiliki berbagai macam motif ditinjau dari segi
pelakunya. Seseorang yang melakukan shalat berjamaah pasti memiliki
alasan-alasan tertentu baik berasal dari dalam dirinya sendiri maupun dari
luar. Tidak beda halnya dengan mahasiswa IAIN Salatiga dalam melakukan
shalat berjamaah pasti juga memiliki berbagai macam motif baik itu dari
dalam dirinya maupun dari luar.
a. Motif Intrinsik
Setiap orang pasti memiliki motif atau alasan dari dalam dirinya
untuk melakukan sesuatu hal yang dia kerjakan. Dalam melakukan
shalat berjamaahpun, mahasiswa IAIN Salatiga juga memiliki berbagai
macam motif yang tumbuh dari dalam dirinya. Diantarnya yaitu:
1) Motif Ketenangan Hati
Shalat merupakan sarana untuk menenangkan hati dan
pikiran ketika masalah dan cobaan yang datang tak kunjung henti
dan terkadang manusia sulit untuk menyelesaikan atau memecahkan
masalah tersebut. Seperti halnya pendapat AR selaku mahasiswa
IAIN Salatiga Jurusan PAI angkatan 2011 mengatakan:
“Menurut pendapat saya, shalat berjamaah merupakan
wujud dari ketenangan hati. Ketika saya sedang menghadapi
berbagai masalah yang sulit untuk dipecahkan, maka saya
termotivasi untuk melakukan shalat berjamaah, karena itu
merupakan pendekatan atau curahan hati kepada Allah Swt. Selain
itu, shalat berjamaah merupakan wujud rasa syukur saya atas
nikmat dan karunia Allah Swt, sehingga saya lebih tergugah untuk
melakukan shalat berjamaah.” (Wawancara, 18 September 2015).
Sedangkan yang dituturkan oleh BS selaku petugas perpustakaan
IAIN Salatiga bahwa:
“Motif mahasiswa IAIN Salatiga itu karena kesadaran
pribadi dan rasa kedekatan diri mereka kepada Allah Swt. Pada
umumnya mahasiswa IAIN Salatiga menurut saya itu sering
melakukan shalat berjamaah karena suatu problem-problem
tertentu yang sedang dihadapinya sebagai suatu solusi dan
ketenangan hati” (Wawancara, 21 September 2015).
2) Pahala yang Berlipat Ganda dan terijabahnya semua doa dan
harapan
Pahala merupakan salah satu motif yang sering digunakan
alasan kebanyakan dari seseorang dalam melakukan shalat. Seperti
yang dikatakan oleh RR juga selaku mahasiswi IAIN Salatiga
Jurusan PAI angkatan 2011 mengatakan:
“Anjuran shalat berjamaah sangat luar biasa. Di samping
itu shalat berjamaah lebih utama daripada shalat munfarid, karena
shalat berjamaah pahala berlipat 27 derajat yang selisihnya sangat
besar dibandingkan shalat sendirian. Dalam shalat berjamaah hati
lebih tenang tidak terburu-buru juga menimbulkan kebersamaan
yang menjadikan persaudaraan lebih melekat. Itulah yang
mendorong saya lebih rajin dan memilih untuk shalat secara
berjamaah.” (Wawancara, 18 September 2015).
3) Rasa Takut dan Cemas
Rasa takut dan cemas juga menjadi salah satu motif
seseorang dalam pendekatan dirinya kepada sang Khalik, rasa takut
itu dapat berupa kecemasan seseorang terhadap suatu hal, rasa takut
akan adanya dosa, maupun rasa takut ketika mendekati kematian dan
lain sebagainya. KN selaku mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan HES
angkatan 2012 mengatakan:
“Rasa takut dan ketidak sempurnaan dalam melakukan
shalat. Saya merasa lebih mantap hatinya dalam melaksanakan
shalat secara berjamaah. Di samping saya mendapatkan pahala
yang berlipat ganda, saya juga mendapatkan ilmu tajwid dari ayat-
ayat Al-Qur’an yang dibaca oleh imam. Oleh karena itu, saya
termotivasi untuk melakukan shalat berjamaah.” (Wawancara, 19
September 2015).
IT mahasiswi IAIN Salatiga Jurusan PBA S1 Angkatan 2010 juga
berpendapat bahwa:
“Rasa Takut akan dosa merupakan motif atau dorongan
yang membuat saya melakukan shalat berjamaah, mengingat bahwa
shalat merupakan amalan ibadah yang pertama kali dipertanyakan
besok di hari akhir, karena shalat yang saya lakukan sendiri belum
sempurna, maka saya lebih memilih shalat berjamaah meskipun
terkadang tidak ke masjid.” (Wawancara, 19 September 2015).
4) Motif Terijabahnya Semua Doa dan Harapan (Pengalaman Religius)
Sebuah harapan, permohonan atau doa seseorang terhadap
suatu hal, jika mendapatkan timbal balik yang terbaik sesuai yang
didinginkan atau harapannya juga merupakan fakto penyebab
seseorang sering dalam mengerjakan sesuatu. Begitu juga dengan
kita melakukan shalat yang didalamnya terdapat doa atau harapan
yang kita inginkan dan dengan keistiqomahan kita dalam berdoa dan
berikkhtiar doa kita terkabul pasti kita nantinya akan lebih giat
dalam melakukan shalat berjamaah agar permohonan dan keinginan
yang lain dapat tercapai. Hal itu telah terbukti dari mahasiswi IAIN
Salatiga, SW Jurusan PAI S1 Angkatan 2011 mengatakan:
“Sebuah pengalaman religius yang membuat saya lebih aktif
dalam melakukan ibadah shalat berjamaaah yaitu ketika keluarga
sedang mengalami permasalahan yang begitu berat salah satunya
ekonomi keluarga yang menurun membuat saya dan keluarga saya
bingung dan begitu gelisah, entah kenapa setiap kali saya selesai
melakukan shalat berjamaah, saya sering berdoa memohon agar
permasalahan ini segera terpecahkan, dan tidak lama kemudian
Allah mengabulkan doa saya, dan itulah alasan mengapa saya lebih
giat untuk melakukan shalat berjamaah.” (Wawancara, 18
September 2015).
JRW mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan PAI S1 angkatan 2011
mengatakan:
“Kejadian atau pengalaman yang saya alami dan
memotivasi saya untuk shalat berjamaah disebabkan karena rasa
sakit yang pernah saya alami dan keikhlasan saya ketika melakukan
shalat berjamaah berdampak pada kesehatan saya, rasa sakit yang
sering saya alami semakin hari semakin berkurang dan shalat
berjamaah menurut saya therapy bagi rasa sakit yang saya alami
sehingga saya melakukan shalat berjamaah.” (Wawancara, 1
November 2015).
Sama halnya yang dialami oleh SU Mahasiswi IAIN Salatiga
Jurusan PAI S1 angkatan 2011, dia mengatkan:
“Pengalaman Religius yang masih saya ingat sampai
sekarang dan membuat saya selalu mendekatkan diri kepada Allah
ialah ketika saya hendak bepergian saya selalu melakukan
kebiasaan mengucapakan kalimah Ya Hafidz terus sampai tempat
yang saya tuju, saya selalu berharap keselamatan agar terhindar
dari bahaya apapun ketika melakukan perjalanan, hingga suatu
ketika saya sepulang sekolah saya mengalami kecelakaan dan saya
bersyukur kepada Allah karena saya masih selamat dari bencana
maut yang akan menimpa saya, sejak itulah saya mulai rutin
melakukan ibadah diantaranya yaitu dengan shalat berjamaah.”
(Wawancara, 18 September 2015).
5) Motif Peningkatan Taqwa dan Perubahan Sikap
CR selaku mahasiswa IAIN Salatiga Pasca Sarjana Jurusan
PAI angkatan 2015 mengatakan:
“Saya melakukan shalat berjamaah karena dengan alasan
untuk menguji seberapa tinggi rasa ketaqwaan saya kepada Allah,
saya merasa dengan shalat berjamaah perubahan sikap dan pola
pikir saya semakin baik dari hari kehari, untuk itu saya ingin dengan
shalat berjamaah kualitas taqwa saya kepada Allah semakin
meningkat dan lebih dekat dengan Allah Swt.” (Wawancara, 18
September 2015).
6) Motif Kesegeraan untuk Beribadah, Rasa Solidaritas dan keingin
tahuan.
ARG selaku mahasiswi IAIN Salatiga Jurusan PAI S1
Angkatan 2011 mengatakan:
“Alasan saya kenapa saya melakukan shalat berjamaah
yaitu pertama karena ada rasa yang mendorong diri saya untuk
segera melakukan shalat berjamaah ketika mendengar adzan yang
kedua karena saya hidup dilingkungan perumahan shalat
berjamaah merupakan ajang bertemu dengan para tetangga yang
dapat memupuk rasa solidaritas antar sesama muslim dan yang
ketiga adalah dengan shalat berjamaah terkadang saya
mendapatkan ilmu-ilmu baru dari para jamaah mungkin tentang
keagamaan, berbisnis dan hal-hal yang saya tidak mengerti, karena
di dalam berjamaah terdapat banyak orang yang lebih
berpengalaman dan mempunyai intelektualitas yang bagus.”
(Wawancara, 18 September 2015).
7) Motif Kesehatan Badan, Rasa Ingin diperhatikan dan dihargai
MCU mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan PAI S1 angkatan
2013 mengatakan:
“Shalat subuh merupakan sarana untuk kesehatan jantung
dan paru-paru dengan gerakan-gerakan shalat juga dapat
memperlancar peredaran darah manusia, itu merupakan motif saya
kenapa saya melakukan shalat berjamaah subuh dan shalat lainnya.
Selain dari segi kesehatan saya merasakan setelah saya sering
melakukan shalat berjamaah yang berkumpul dengan orang-orang
banyak, saya merasa lebih dperhatikan dan diistimewakan karena
terkadang saya lebih disegani dan dihargai oleh masyarakat apa
yang saya lakukan dan apa yang saya katakana.” (Wawancara, 18
September 2015).
8) Motif shalat berfungsi sebagai ajaran atau ritual yang membawa
kebaikan
NP mahasiswa IAIN Salatiga jurusan TBI S1 angkatan 2015
mengatakan:
“Motif kenapa saya melakukan shalat berjamaah
disebabkan karena menurut saya shalat adalah suatu ajaran dari
Allah yang disampaikan oleh Rasullah yang kemudian diajarkan
kepada umat muslim yang harus dijalankan baik itu berupa
larangan atau perintah, manusia hanya menjalankan apa yang telah
ditetapkan oleh syariat, yang akhirnya ajaran-ajaran tersebut
secara tidak langsung dapat membawa pada pribadi yang baik dan
terbiasa untuk menjadi hamba yang lebih baik.” (Wawancara, 1
November 2015).
KM mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan PAI S1 angkatan 2013
mengatakan:
“Menurut saya shalat adalah suatu dimensi ritual setiap
muslim untuk berkewajiban mengerjakannya. Bagaimana seorang
muslim mengerjakan kewajiban-kewajiban tersebut secara rutin
yang kemudian tergantung seseorang tersebut apakah sudah
terbiasakah dalam mengerjakan shalat yang pada akhirnya seorang
muslim tersebut ingin menambah peningkatan ibadahnya dengan
shalat yang lebih khusyuk dan lebih baik yaitu dengan mendirikan
shalat berjamaah disetiap waktunya, jadi shalat berjamaah
merupakan dimensi ritual yang harus dikerjakan setiap muslim, dan
memberikan kesempatan dalam menigkatkan ritualnya tersebut
agar lebih dekat dengan Tuhannya.” (Wawancara, 1 November
2015).
9) Motif Keselamatan
MH mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan TBI S1 angkatan
2015 mengatakan:
“Shalat berjamaah merupakan penyelamat bagi saya untuk
menjalani kehidupan yang kekal yaitu akhirat, shalat merupakan
wujud pelampiasan dari dosa-dosa terdahulu, ini berarti bahwa
shalat merupakan penghapus dari dosa-dosa terdahulu yang
diawali dengan permintaan tobat seorang hamba kepada Tuhan-
Nya. Sehingga dapat mengembalikan manusia kembali menjadi
pribadi yang suci dan berbuat baik.” (Wawancara, 1 November
2015).
b. Motif Ekstrinsik
Selain motif atau alasan yang berasal dari dalam dirinya, mahasiswa
IAIN Salatiga juga memiliki motif-motif yang berasal dari luar untuk
melakukan shalat berjamaah.
1) Inspirasi dari Orang-Orang Hebat
TMH selaku mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan PAI
angkatan 2011 mengatakan:
“Saya melakukan shalat berjamaah karena ketika saya
berjamaah, saya melihat banyak orang-orang hebat yang
berkecimpung di dalamnya dan ketika saya bersalaman dengan
orang-orang tersebut timbul suatu keberkahan di dalamnya yang
dapat menginspirasi saya untuk lebih giat dalam melakukan shalat
berjamaah. Mereka bisa menjadi hebat karena lantaran sering
melakukan shalat berjamaah.” (Wawancara, 18 September 2015).
2) Motif Ajakan Keluarga
IA selaku mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan Perbankan
Syari’ah D3 angkatan 2012 berpendapat:
“Dalam mengerjakan shalat berjamaah, saya selalu
terdorong dari orang-orang terdekat terutama dari ibu saya yang
sangat rajin dalam melakukan ibadah ibu saya merupakan sosok ibu
yang sangat hebat dan tegar dengan kondisi dan masalah yang
terjadi setelah bapak saya meninggal. Saya sering mendengarkan
nasehat dan doa yang beliau panjatkan untuk kebaikan saya, untuk
itu saya ingin mewujudkan apa yang beliau harapkan kepada saya,
salah satunya dengan rajin beribadah untuk menjadi anak yang
sholikhah.” (Wawancara, 19 September 2015).
3) Motif Ajakan dari Sahabat
NR selaku mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan PAI angkatan
2011 mengatakan:
“karena mendapatkan pahala yang berlipat ganda mbak 27
derajat dibandingkan dengan shalat sendirian. Selain itu juga
karena ajakan dari sahabat-sahabat yang selalu memotivasi saya
baik dari segi ibadah dan lainnya.” (Wawancara, 19 September
2015).
4) Motif Ingin diperhatikan pacar
BP selaku mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan PGMI angkatan
2014 mengatakan:
“Saya lebih bersemangat dan sering melakukan shalat
berjamaah karena disamping mendapatkan pahala yang besar, saya
juga mendapatkan teman banyak yang selalu mengingatkan dalam
hal kebaikan terutama saat menjalankan kewajiban shalat secara
berjamaah. Akan tetapi yang lebih membuat saya semangat lagi
adalah dorongan, motivasi maupun nasehat yang diberikan teman
dekat (pacar) saya, entah itu ketika bersamanya ataupun ketika
tidak bersama dia, selain karna saya ingin lebih diperhatikan juga
karena motif ingin belajar agama yang lebih mendalam dengan
pacar saya karena menurut saya pacar saya memang bagus dalam
bidang agama Islam dan saya sering belajar agama setelah
melakukan shalat berjamaah.” (Wawancara, 19 September 2015).
5) Motif Keteladanan
HH selaku karyawan Kasubag Keuangan BMN IAIN
Salatiga menuturkan:
“Menurut saya, motif seseorang di dalam melakukan shalat
berjamaah pada mahasiswa IAIN Salatiga itu salah satunya berasal
luar diri seseorang. Dan dalam lembaga pendidikan tentunya
seorang yang menjadi tauladan entah itu dari guru atau dosen
maupun tenaga kependidikan sangat berpengaruh pada perilaku
beragama mahasiswanya terutama dalam hal rutinitas shalat
berjamaah.” (Wawancara, 21 September 2015).
SH Mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan PAI S1 angkatan 2015
mengatakan:
“Saya dulu sering melakukan shalat berjamaah karena
dorongan dari Kyai saya dahulu ketika saya nyantri, beliau
berpesan bahwa dalam keadaan apapun dan bagaimanapun sebisa
mungkin shalatlah dengan berjamaah, jangan pernah dtinggalkan
sekalipun, karena dengan melakukannya pasti akan membawa
keberkahan, dan benar saya rasakan saat ini, dulunya hidup saya
lebih nyaman dan teratur, tapi sekarang saya merasa hidup saya
gelisah (kemprungsung) karena saya sering meninggalkan shalat
berjamaah.” (Wawancara, 1 November 2015).
3. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Perilaku Shalat
Berjamaah Mahasiswa IAIN Salatiga Tahun 2015
Selain berbagai motif yang dimiliki oleh seseorang dalam
melakukan shalat berjamaah, ada juga beberapa faktor pendukung dan
penghambat seseorang ketika akan melaksanakan shalat berjamaah. Hal
tersebut tidak jauh berbeda yang dimiliki pada mahasiswa IAIN Salatiga.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Faktor Pendukung
Ketika akan melakukan shalat berjamaah, mahasiswa IAIN Salatiga
selain memiliki berbagai motif atau alasan-alasan tertentu, pasti juga
memiliki berbagai faktor salah satunya yaitu faktor pendukung. Seperti
yang dikatakan oleh AAI selaku mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan HES
Non Reguler angkatan 2011 bahwa:
“Saya sering melakukan shalat berjamaah di masjid, karena
fasilitas yang memadai, misalnya: tempat wudzu dan kamar mandi yang
bersih, ruangan yang luas dan ada kipas angin, dan lain sebagainya.
Sehingga fasilitas tersebut menimbulkan kenyamanan dan ketenangan
dalam beribadah.” (Wawancara, 19 September 2015).
SU selaku mahasiswi IAIN Salatiga Jurusan PAI angkatan 2011 juga
mengatakan bahwa:
“Menurut diri saya pribadi, saya sering melakukan shalat
berjamaah di masjid karena jarak antara rumah dengan masjid tidak
begiu jauh, sama halnya ketika saya di kampus, jarak antara kampus
dengan masjid sangat dekat. Hal tersebut merupakan salah satu faktor
pendukung seseorang untuk rutin melakukan shalat berjamaah.”
(Wawancara, 18 September 2015).
Sedangkan menurut IST mahasiswi IAIN Salatiga Jurusan PS S1
angkatan 2013 mengatakan:
“Mengerjakan suatu hal pasti akan lebih bersemangat dan lebih
rajin jika ada dorongan dari dalam diri ataupun dari orang lain, seperti
halnya dalam sholat, saya lebih bersemangat atau faktor yang paling
mendukung saya untuk lebih rajin mengerjakan shalat berjamaah
adalah karena dorongann sahabat-sahabat saya yang sering mengajak
saya dan melakukan shalat bersama-sama, selain sahabat juga ada
orang tua maupun dari lingkungan disekitar saya yang mendukung saya
untuk lebih bersemangat dalam berjamaah.” (Wawancara, 19
September 2015).
Seperti halnya dengan apa yang dikatakan oleh MCU mahasiswa IAIN
Salatiga Jurusan PAI S1 angkatan 2013 bahwa faktor kesehatan sangat
berpengaruh dalam pelaksanaan shalat berjamaah.
“Menurut saya kesehatan diri seseorang baik itu secara psikis
(jiwa) maupun jasmani seseorang sangat mendukung seseorang dalam
melakukan shalat berjamaah, seperti halnya ketika saya sedang sakit
saya lebih memilih shalat sendiri di rumah dari pada shalat jamaah
dimasjid.” (Wawancara, 18 September 2015).
Selain itu cuaca juga berpengaruh pada pelaksanaan shalat
berjamaah seperti yang dikatakan oleh HND mahasiswa IAIN Salatiga
Jurusan PAI S1 Angkatan 2011 berpendapat:
“Cuaca yang sangat baik misalnya cerah, tidak hujan atau Guntur
juga berpengaruh pada seseorang dalam melakukan shalat berjamaah,
misalnya ketika saya menjalankan shalat subuh, saya lebih
melaksanakannya dengan berjamaah di masjid karena udara yang
sangat baik dan sejuk, membuat saya lebih bersemangat untuk
berjamaah selain itu saya juga lebih senang berjalan kaki ke masjid
untuk membiasakan diri hidup lebih sehat.” (Wawancara, 18 September
2015).
BS selaku petugas perpustakaan IAIN Salatiga menuturkan bahwa:
“Melihat dari kondisi kampus IAIN Salatiga khususnya kampus 1
jarak antara masjid dengan kampus sangat mendukung dalam
menjalankan shalat berjamaah, selain itu fasilitas dan sarana
prasarana di masjid menurut saya juga sudah sangat memadai. Karena
semua fasilitas, sarana prasarana dan jarak yang sudah memadai itu
sangat mendukung mahasiswa untuk menjalankan shalat berjamaah,
tetapi semua itu tergantung kesadaran ataupun niat dari masing-masing
mahasiswa IAIN Salatiga.” (Wawancara, 21 September 2015).
b. Faktor Penghambat
Selain faktor-faktor pendukung yang dimiliki, mahasiswa IAIN
Salatiga juga memiliki faktor-faktor penghambat ketika hendak
melakukan shalat berjamaah. Faktor-faktor tersebut antara lain seperti
yang dikatakan oleh NR selaku mahasiswi IAIN Salatiga Jurusan PAI
S1 angkatan 2011 yaitu:
“Kendala bisa datang dari mana saja, dari teman misalnya, ada
teman yang diajak untuk untuk shalat berjamaah namun dia menolak.
Terkadang penolakan itulah yang menjadikan saya tidak ikut shalat
berjamaah di masjid kampus yang akhirnya saya memilih untuk shalat
sendiri.” (Wawancara, 18 September 2015).
JSA selaku mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan PAI S1 angkatan 2013
juga mengatakan:
“Penyebab mengapa saya tidak melakukan shalat berjamaah
dimasjid saat dikampus karena ketidaknyamanan saya terhadap
keamanan yang terjadi di masjid. Pernah suatu ketika saya berjamaah
di masjid saat itu saya masih semester awal, ketika saya selesai
menjalankan shalat berjamaah saya kehilangan barang, dan setelah
kejadian itu teman dekat saya juga mengalami hal yang sama. Dengan
kejadian-kejadian itu, saya merasa enggan untuk kembali menjalankan
shalat berjamaah di kampus.” (Wawancara, 18 September 2015).
Seperti halnya ZL mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan PAI S1 angkatan
2011 berpendapat:
“Kendala yang menyebabkan saya enggan melakukan shalat
berjamaah di kampus karena letak lantai 3 bagi jamaah putri yang
membuat saya malas dan capek, selain itu juga kamar mandi yang
kadang tersumbat dan antrian wudlu yang sangat panjang juga menjadi
kendala, ditambah lagi dengan kebersihan mukena dan antrian mukena
yang semakin membuat saya beralasan untuk tidak berjamaah dimasjid
kampus dan memilih shalat sendiri di rumah.” (Wawancara, 18
September 2015).
Begitu juga yang dikatakan oleh SS Mahasiswa IAIN Salatiga Jurusan
S1 angkatan 2011 mengatakan:
“Faktor yang menjadi kendala seseorang dalam melakukan shalat
berjamaah menurut saya kondisi fisik mungkin kalau dari diri saya
karena capek banyak kegiatan yang tidak memungkinkan untuk
berjamaah, kemudian faktor cuaca misalnya hujan yang sangat deras
dan kebersihan pada tempat ibadah atau masjid sedangkan yang saya
alami ketika saya berada dikampus yaitu proses pelaksanaan shalat
berjamaah yang begitu lama mungkin karena bacaan imam yang sangat
panjang membuat saya tidak ikhlas ketika menjalankan shalat
berjamaah, apalagi ditambah dengan keadaan saya yang saat itu
sedang capek karena aktifitas yang saya lakukan. Itulah yang menjadi
penyebab saya jarang melakukan shalat berjamaaah di kampus.”
(Wawancara, 18 September 2015).
Selain kendala yang ada dikampus 1, juga terdapat kendala yang ada
di kampus 2 yang menjadikan mahasiswa IAIN Salatiga tidak
brsemangat dalam menjalankan shalat berjamaah. DN Mahasiwi IAIN
Salatiga Jurusan PS D3 angkatan 2015 berpendapat:
“Keluhan yang saya dengar dari teman-teman terutama juga yang
saya alami mengapa saya lebih sering tidak melakukan shalat
berjamaah karena fasilitas yang kurang memadai seperti air yang
sering macet, tempat yang sempit, mukena yang sering antri, tempat
wudlu yang kurang dan ketidaknyamanan pada orang-orang yang
berada dalam mushola yang tidak berkepentingan untuk berjamaah
membuat suasana semakin sumpek dan sempit menjadikan saya tidak
melakukan shalat berjamaah di kampus.” (Wawancara, 18 September
2015).
Dari kendala-kendala di atas juga dituturkan oleh MM selaku Ta’mir
Masjid Darul Amal IAIN Salatiga, belaiu berpendapat:
Sarana prasarana sebenarnya sudah memadai, namun dalam
penggunaannya saja yang kadang kurang maksimal seperti toilet yang
kadang rusak, banyak yang kehilangan seperti sandal, tas, ataupun
barang-barang yang lain, semua itu disebabkan yang pertama karena
kekurangan personil pada pengurus masjid MDA ini, kemudian juga
karena dari mahasiswanya sendiri yang kurang menjaga fasilitas yang
ada di masjid ini. Selain dari fasilitas dan sarana prasarana saya juga
melihat dari lembaga dakwah yang ada di kampus ini yang kurang
maksimal dalam berdakwah, kebanyakan mereka berkecimpung dengan
organisasinya sendiri sehingga dalam hal shalat berjamaah pada
mahasiswa IAIN Salatiga kurang antusias, untuk itu saya berharap agar
organisasi tersebut dapat bekerjasama dengan kami (Ta’mir) untuk
meningkatkan mahasiswa dalam shalat berjamaah.” (Wawancara, 21
September 2015).
Sepeti halnya yang dituturkan oleh HH selaku karyawan Kasubag
keuangan BMN yang berpendapat tentang kendala mahasiswa IAIN
Salatiga belum antusias dalam mejalankan shalat berjamaah:
“Menurut saya yang menjadi kendala dari mahasiswa belum
antusias dalam mejalankan shalat berjamaah pertama yaitu belum
adanya aturan tentang jam kuliah yang disesuaikan dengan
pelaksanaan shalat berjamaah, kedua dari tauladan atau dari dosen
atau karyawan yang juga belum antusias atau bahkan tidak melakukan
shalat berjamaah, kemudian yang ketiga dari WR 1 yang seharusnya
lebih dapat mengkoordinasi bawahannya untuk mengajak melakukan
shalat berjamaah, selain itu juga kurangnya kesadaran dari diri kita
semua akan penerapan ilmu yang kita dapat salah satunya dalam shalat
berjamaah.” (Wawancara, 21 September 2015).
Selain beberapa faktor diatas, ada juga suatu faktor penghambat
mahasiswa IAIN Salatiga dalam melakukan shalat berjamaah. Seperti
halnya seorang muslimah memiliki alasan tersendiri mengapa mereka
terkendala dalam melakukan shalat berjamaah. Sama halnya yang
dikatakan mahasiswi IAIN Salatiga Jurusan AS Non Reguler YL
beranggapan bahwa seorang wanita tidak dianjurkan untuk melakukan
shalat berjamaah.
“Alasan yang menjadi kendala saya jarang melakukan shalat
berjamaah yaitu melihat kondisi saya seorang wanita yang setiap
bulannya mengalami menstruasi kemudian menurut saya seorang
wanita tidak dianjurkan untuk melakukan shalat berjamaah karena
mengingat bahayanya seorang wanita ketika keluar dari rumah tanpa
didampingi seorang suami atau keluarga, sedangkan seorang wanita
yang keluar dari rumahnya sendirian merupakan aurat bagi suaminya
juga dapat menimbulkan fitnah yang berdampak pada rumah tangganya
atau keluarganya.” (Wawancara, 19 September 2015).
Namun realitanya seiring perkembangan zaman, kondisi tersebut tidak
menjadikan seorang muslimah terkendala mengapa mereka tidak rutin
melakukan shalat berjamaah. Anggapan ini juga sependapat dengan
MM selaku Ta’mir Masjid Darul Amal IAIN Salatiga.
“Saya memaklumi wanita yang tidak melakukan shalat berjamaah
atas dasar sedang mengalami menstruasi, akan tetapi jika wanita tidak
melakukan berjamaah atas dasar alasan yang seperti orang terdahulu
yang yang mengatakan takut akan adanya fitnah, atau menyebabkan
syahwat bagi para lelaki, saya membantah akan anggapan itu
mengingat karena perkembangan zaman saat ini, yang menurut saya
nafsu seseorang pria dapat dikendalikan dan berbeda dengan orang-
orang terdahulu. Seorang wanita untuk saat ini sangat dianjurkan untuk
shalat berjamaah mengingat pada realitanya sekarang kebanyakan
wanita ketika masuk waktunya untuk beribadah shalat saya melihat
mereka sering keluar ke mal-mal untuk shopping atau sekedar berjalan-
jalan, daripada seperti itu lebih baik wanita-wanita tersebut pergi
kemasjid untuk melakukan shalat berjamaah dan hal itu lebih
bermanfaat.” (Wawancara, 21 September 2015).
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Perilaku Shalat Berjamaah Mahasiswa IAIN Salatiga
Perilaku merupakan suatu perwujudan keyakinan manusia kepada Sang
Pencipta yang diterapkan dalam bentuk-bentuk tingkah laku sesuai dengan
perintah dan larangan. Setiap orang ketika hendak melakukan sesuatu hal pasti
tidak bisa terlepas dari berbagai bentuk sikap dan perilaku yang mendasarinya.
Sama halnya dengan mahasiswa IAIN Salatiga dalam melakukan shalat
berjamaah pasti juga melahirkan berbagai bentuk perilaku sebagai wujud
mahasiswa dalam beribadah kepada Allah Swt. Adapun bentuk-bentuk dari
perilaku tersebut antara lain:
1. Kesiapan (Kesungguhan)
Kesiapan untuk memulai berbagai aktifitas sangat diperlukan,
karena sangat membantu melancarkan aktifitas yang kita lakukan. Begitu
juga dengan shalat berjamaah memerlukan kesiapan ketika hendak
melaksanakannya. Kesiapan tersebut umumnya dapat dilihat dari sebelum
melaksanakan shalat berjamaah yaitu dengan menyucikan diri baik itu dari
niatan yang tulus dalam hati, situasi, kondisi yang akan membantu dalam
proses pelaksanaanya maupun seusai pelaksanaan. Dalam hal ini,
mahasiswa memiliki berbagai motif perilaku yang sangat unik dalam hal
kesiapan dalam melaksanakan shalat berjamaah. Berikut ini data yang
penulis himpun dari hasil wawancara dengan sejumlah mahasiswa,
karyawan, dosen dan takmir masjid Darul Amal IAIN Salatiga.
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan kepada beberapa
mahasiswa IAIN Salatiga sebagian besar kurang mempersiapkan dan
minoritas yang mempersiapkan diri dalam melaksanakan shalat berjamaah.
Berikut ini alasan-alasan mahasiswa IAIN dalam kesiapan dalam
melaksanakan sahalat berjamaah.
Alasan dari mayoritas mahasiswa IAIN Salatiga yang kurang
mempersiapkan, mereka beralasan bahwa, mereka tidak selalu melakukan
shalat berjamaah, karena berbagai situasi dan kondisi yang sedang dialami,
terkadang mereka melakukan shalat berjamaah karena tidak ada pekerjaan
atau urusan yang lain. Ketika sedang ada pekerjaan atau urusan lain, mereka
lebih mementingkan urusannya terlebih dahulu dan lebih memilih untuk
shalat munfarid karena lebih simpel dan lebih efektif dalam penggunaan
waktu sehingga bisa kembali dengan pekerjaan yang harus mereka
selesaikan.
Mayoritas mahasiswa IAIN Salatiga memang dari segi kesiapan
sangat kurang namun, sebagian kecil dari mahasiswa ada yang
mempersiapkan dengan baik ketika hendak melakukan shalat berjamaah.
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan kepada salah satu petugas
perpustakaan IAIN Salatiga bahwa: Mahasiswa IAIN Salatiga dalam
melakukan shalat berjamaah, mereka sudah antusias atau sudah banyak
yang memiliki kesadaran, itu terbukti ketika sudah masuk waktunya shalat
berjamaah, tidak ada mahasiswa yang masih ada di dalam perpustakaan.
Mereka ada yang langsung bergegas ke masjid berwudlu untuk melakukan
shalat berjamaah, dan melakukan shalat-shalat sunah ataupun berdzikir
menunggu pelaksanaan shalat berjamaah dimulai.
Dari keterangan diatas dapat diambil suatu penjelasan bahwa
mayoritas mahasiswa IAIN Salatiga kurang mempersiapkan dirinya ketika
hendak melakukan shalat berjamaah, akan tetapi adapula sebagian dari
mahasiswa yang mempersiapkan dirinya dengan baik dalam melakukan
shalat berjamaah. Memang benar bahwa suatu kondisi dan situasi dapat
menyebabkan atau mempengaruhi seseorang dalam melakukan shalat
berjamaah, rasa malas dan kurangnya kesadaran pada diri mahasiswa perlu
dipupuk atau dibiasakan agar mahasiswa memiliki kesadaran dalam
mempersiapkan shalat berjamaah.
2. Mengajak
Perilaku mahasiswa IAIN Salatiga dalam melakukan shalat
berjamaah juga dapat dilihat dari segi mengajak, karena dengan mengajak
orang lain untuk melaksanakan shalat berjamaah merupakan suatu
kebajikan yang nantinya akan mendapatkan pahala di akhirat kelak.
Mengajak dalam hal kebaikan merupakan wujud kepedulian seorang
mahasiswa dengan saudara, teman maupun orang lain. Kepedulian
Mahasiswa IAIN Salatiga dalam segi ajakan melakukan shalat berjamaah
dapat penulis liput dari hasil wawancara dengan sebagian mahasiswa yang
antusias mengajak saudaranya untuk melakukan shalat berjamaah baik itu
di kampus, maupun di luar kampus. Karena menurut mereka terkandung
pahala yang berlipat di dalam mengajak sesama umat untuk melakukan
suatu kebajikan.
Namun ada juga sebagian mahasiswa IAIN Salatiga ada juga yang
kurang peduli untuk mengajak mahasiswa lainnya untuk melakukan shalat
berjamaah, karena menurut mereka belum tentu ajakannya itu diterima
dengan baik dan mereka lebih memilih untuk pergi sendiri menuju masjid.
Itulah salah satu alasan mahasiswa mengapa mereka belum bisa
membiasakan mengajak orang lain untuk melakukan shalat berjamaah.
Kepedulian dengan mengajak hal kebaikan terhadap sesama umat
islam didasarkan pada: Pertama, manusia adalah mahluk sosial, mahluk
yang diciptakan oleh Allah untuk senantiasa bermasyarakat dalam
kehidupan komunal. Manusia adalah madaniyah bi al-thab, manusia adalah
selalu terkait dengan lingkungan masyarakat, manusia dalah zoon
politicion. Secara naluriah manusia memang mempunyai kecenderungan
untuk bergaul dan berbaur dengan sesamanya.
Kedua, manusia tidak mungkin bisa hidup tanpa bantuan dan
pertolongan orang lain. Keterbatasan fisik dan psikis manusia merupakan
bukti nyata bahwa manusia harus mendapatkan bantuan dari manusia lain.
Maka secara realistis manusia tidak akan bertahan dalam kesendirian (Tono
dkk, 1998: 121-122).
Keterangan-keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
mahasiswa IAIN Salatiga dalam berperilaku mengajak ada sebagian yang
antusias namun ada juga sebagian yang kurang antusias kepeduliannya
terhadap sesama umatnya. Dalam hal ini, mengajak sama kaitannya dengan
manusia yang bersifat simbiosis mutualisme atau yang sering kita sebut
dengan makhluk sosial. Manusia sangat membutuhkan manusia yang lain
baik secara langsung maupun tidak. Mengajak untuk beribadah merupakan
suatu wujud kepedulian sosial manusia dengan sesamanya. Mereka peduli
dengan sesamanya agar mereka bersama-sama mewujudkan kehidupan
yang baik yaitu kehidupan yang kekal.
3. Kedisiplinan (Ajeg/Istiqomah)
Shalat berjamaah dapat memberikan dampak yang positif bagi
mahasiswa IAIN Salatiga untuk lebih menghargai waktu, kedisiplinan
mahasiswa dapat diketahui salah satunya ketika mahasiswa mengikuti
shalat berjamaah secara rutin lima waktu dalam sehari. Seperti yang penulis
wawancara di lapangan dengan beberapa mahasiswa, takmir, karyawan dan
dosen IAIN Salatiga beranggapan bahwa mahasiswa belum memiliki
kesadaran untuk melakukan shalat berjamaah sehingga kedisiplinan dalam
shalat berjamaahpun juga belum tertanam pada diri mahasiswa IAIN
Salatiga. Mereka masih menunda waktu shalat dengan urusan lain,
kebanyakan mereka lebih sering mengobrol dengan temannya dibandingkan
dengan memenuhi panggilan adzan. Jadwal kuliah di IAIN Salatiga yang
memang belum bisa menyesuaikan jadwal masuknya shalat fardhu secara
berjamaah membuat mahasiswa IAIN Salatiga belum dapat disiplin maupun
Istiqomah dalam mengerjakan shalat berjamaah. Selain jadwal kuliah,
faktor keluarga juga melatar belakangi mahasiswa dalam keajegan atau
keistiqomahan menjalankan shalat berjamaah, tidak semua mahasiswa
berada pada kalangan keluarga yang agamis dan memperhatikan ibadah dari
masing-masing mahasiswa tsb.
Mayoritas mahasiswa IAIN Salatiga memang belum begitu disiplin
dalam melaksanakan rutinitas shalat berjamaah, namun ada juga sebagian
dari mahasiswa yang disiplin mengikuti shalat fardhu berjamaah baik di
kampus maupun diluar kampus. Seperti yang penulis bahas dari keterangan
di atas bahwa faktor keluarga ataupun dari luar mahasiswa sangat berperan
dalam kedisiplinan mahasiswa IAIN Salatiga mengikuti shalat berjamaah.
Di samping faktor dari luar diri mahasiswa, faktor dalam diri mahasiswa
IAIN Salatiga juga sangat berpengaruh pada kedisiplinan mahasiswa dalam
menjalankan shalat berjamaah.
Faktor Internal adalah faktor yang ada pada dari seseorang, baik itu
segala sesuatu yang dibawa sejak lahir yang dapat membentuk seseorang
menjadi pribadi yang baik (Nata, 2002: 165). Salah satunya yaitu faktor
genetika yang diturunkan oleh orang tua yang memiliki jiwa keagamaan
yang dapat diwariskan secara turun temurun (Jalaluddin, 2009: 293).
Kemudian faktor eksternal juga dapat berpengaruh pada sikap
beragama manusia. Pendidikan tersebut dapat diperoleh dari lingkungan
keluarga, institusional dan masyarakat. Keluarga yang harmonis, agamis
dan menyenangkan dapat berpengaruh baik bagi diri anak (Yusuf dan
Nurihsan, 2008: 27).
Menurut Sinngih D. Gunarsa yang dikutip Jalaluddin (2009: 300)
pengaruh itu dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama kurikulum
dengan anak, kedua hubungan guru dengan anak dan yang ketiga hubungan
antar anak. Dari ketiga kelompok tersebut dapat menopang pembentukan
seperti ketekunan, disiplin, kejujuran, simpati, sosiabilitas, toleransi,
keteladanan, kesabaran, dan keadilan.
Kluckhohn berpendapat bahwa kebudayaan meregulasi (mengatur)
kehidupan kita dari mulai lahir sampai mati, baik disadari maupun tidak
disadari. Sama yang dikatakan oleh Yusuf dan Nurihsan (2008: 30) Setiap
kelompok masyarakat memiliki tradisi, adat atau kebudayaan yang berbeda.
Dan setiap kebudayaan memiliki pola pikir, cara bersikap dan berperilaku
yang berbeda yang dapat berpengaruh pada perilaku seseorang R.H
Thouless juga mengatakan bahwa faktor yang yang mencakup semua
pengaruh sosial dalam perkembangan sikap keagamaan, seperti ajaran-
ajaran, oranag tua, tradisi dan opini lingkungan sekitar.
Kedisipinan seseorang begitu juga mahasiswa IAIN Salatiga
memang dapat tercipta atau terbentuk baik itu dalam diri seseorang yang
tergugah untuk disiplin melakukan shalat berjamaah. faktor luar dari diri
mahasiswa sangat membantu mempertebal atau memperkokoh agar
perilaku tersebut terbiasa dan menjadi suatu hal yang tertanam pada
mahasiswa IAIN Salatiga. Tentunya dengan keluarga yang harmonis
memperhatikan, menyayangi dan menuntun perilaku mahasiswa agar
bertindak disiplin, dari lingkungan yang mendukung dan yang juga tidak
kalah pentingnya faktor yang paling mendukung setelah rumah adalah
lingkungan sekolah atau kampus peraturan, organisasi keteladanan dari
dosen dan teman-temannya juga sangat membantu dalam mewujudkan
sikap disiplin pada setiap mahasiswa.
B. Motif-motif Perilaku Shalat Berjamaah Mahasiswa IAIN Salatiga
Mahasiswa IAIN Salatiga memiliki berbagai bentuk, motif atau alasan
bahkan niat yang berbeda-beda dalam melaksanakan shalat berjamaah.
Keunikan yang beragam tersebut dapat dilihat dari motif inrinsik dan motif
eksternal.
1. Motif Intrinsik
Motif intrinsik merupakan motif yang berada dalam diri mahasiswa
IAIN Salatiga, ini berarti alasan-alasan yang dikemukakan oleh mahasiswa
yang terjadi dan dialami pada diri mahasiswa dalam melaksanakan shalat
berjamaah.
a. Motif Ketenangan Hati
Shalat berjamaah merupakan sarana untuk menenangkan hati dalam
mencurahan hati diri seseorang terhadap masalah yang dihadapinya.
Seperti yang dialami oleh AR dan BS ketika mereka mengalami
permasalan yang sulit untuk dipecahkan, maka mereka datang kepada
Allah Swt. Sigmund Freud mengatakan agama sebagai sarana untuk
mengatasi frustasi, ketika manusia mengalami berbagai masalah
manusia membutuhkan suatu yang dapat menenangkan jiwa dan
pikiran, dengan adanya Tuhan manusia dapat bergantung dan membantu
segala permasalahan yang dihadapinya (Islamiyah, 2013: 16).
Shalat berjamaah merupakan wujud komunikasi mahluk terhadap
Sang Pencipta, yang mana didalam shalat terdapat doa-doa yang dapat
menenangkan hati dan pikiran ketika mahasiswa mengalami frustasi
terhadap masalah yang dihadapi, manusia lari dan mencurahkan kepada
Tuhannya dengan beribadah dan berharap, meminta agar
permasalahnnya terpecahkan.
b. Pahala yang Berlipat Ganda
Pahala yang berlipat ganda dan terijabahnya segala keinginan
merupakan alasan yang paling sering didengar dan dikatakan dari
kebanyakan mahasiswa IAIN Salatiga dalam menjalankan shalat
berjamaah. RR mengatakan pahala dalam melakukan shalat berjamaah
begitu besar membuat dia sering melakukan shalat berjamaah.
Pahala merupakan suatu iming-iming atau balasan yang terbaik dari
perbuatan umat islam dalam beribadah. Dalam sebuah ilmu psikologi
juga mengatakan bahwa sesuatu perbuatan yang baik jika mendapatkan
suatu balasan yang baik maka perbuatan itu sering kali diulang atau
dilakukan, dan jika perbuatan yang baik tidak mendapat balasan,
seringkali perbuatan baik tersebut tidak selalu dilakukan bahkan tidak
sama sekali dilakukan seperti yang dikatakan Skinner tentang perilaku
keagamaan bahwa manusia belajar hidup di dunia ini dikuasai akan
adanya hukuman (punishment) dan hadiah (reward) dan J.B. Watson
mengatakan bahwa aksi manusia terhadap suatu stimulus hanyalah
dalam kaitannya dengan prinsip reinforcement (reward and
punishment) (Ancok dan Anshori, 1994: 73).
Penjelasan-penjelasan diatas memang benar adanya, mahasiswa
atau bahkan semua manusia mengatakan bahwa segala ibadah yang
mereka lakukan untuk mendapatkan pahala di akhirat kelak, keyakinan
tersebut merupakan suatu hasil tebaik yang kelak akan dipetik,
meskipun pahala tersebut masih dalam angan-angan dan belum pernah
terlihat berapa hasilnya. Begitu halnya dengan terijabahnya suatu doa
merupakan pemacu seseorang untuk lebih giat dalam melakukan shalat
berjamaah. Kesempurnaan, kehidupan yang bahagia dan tercapainya
suatu tujuan merupakan suatu reward atau timbal balik dari Allah Swt,
karena mahasiswa yang taat kepada-Nya. Dan wujud rasa syukur yang
dilakukan mahasiswa terkadang melebihi yang hanya sekedar
menjalankan ibadah yang dilakukannya setiap hari.
c. Rasa Takut dan Cemas
Seringkali mahasiswa merasa dekat dengan Tuhannya dan bertindak
religius ketika mereka mengalami kecemasan dan rasa takut akan
adanya suatu cobaaan atau suatu hal yang buruk yang menimpanya
suatu saat pada diri mereka. Seperti yang dialami KN dan IT ketika
mereka melakukan perbuatan dosa ataupun rasa takut karena suatu
keadaan atau tiba-tiba membuat mereka ingin lebih dekat dengan Allah
Swt. Dalam teori Psikoanalisa (Sigmund Freud) mengatakan bahwa
Tuhan dipandang sebagai sesuatu yang dapat memberikan
perlindungan, demikian juga sebaliknya dapat memberikan siksaan.
Maka manusia bertindak agar Tuhan memberikan kenyamanan dan
perlindungan bagi manusia (Baharuddin, 2005: 118).
Soren Kierkegaard dan Martin Heidegger perasaaan takut yang
mendalam merupakan sumber filsafat dimana manusia mengalami
jurang ketiadaan yang menganga bagi orang yang menyadari kerapuhan
serta kefanaannya sendiri (Dister, 1982: 110). Untuk itu perlu adanya
sesuatu yang dapat menenangkan jiwa dan pikirannya, Prof. Dr. H
Jalaluddin Rahmat Psikologi agama (2009: 314) Melalui agama
seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian atin
melalui tuntunan agama. Rasa berrdosa dan rasa bersalah akan segera
hilang dari batinnya apabila seeorang pelanggar dapat menebus dosanya
mealui tobat, penyucian diri, ataupun penebusan dosa.
Rasa takut dan cemas baik itu dengan sesuatu ataupun perasaan yang
tiba-tiba muncul merupakan penyebab keadaan seseorang atau
mahasiswa tiba-tiba bertindak religius. Mahasiswa merasa dirinya
sendiri, rapuh dan rasa bersalah yang mendalam sangat membutuhkan
akan adanya Tuhan. Ketika rasa bersalah dari perbuatannya yang
terdahulu dapat ditebus dengan perrbuatan yang lebih baik dengan
sesama atau Tuhannya, kerapuhan tersebut akan hilang dan akan
melahirkan jiwa yang berkepribadian baik.
d. Motif Terijabahnya Semua Doa dan Harapan (Pengalaman
Religius)
Pengalaman religius juga merupakan salah satu alasan mahasiswa
bertindak lebih religius, karena mahasiswa mengalami kejadian itu
sendiri yang begitu luar biasa dan mahasiswa juga mendapatkan hidayah
sehingga dapat dipetik hikmah dari kejadian yang telah terjadi.
Mahasiswa SW mengalami pengalaman yang luar biasa ketika
keluarganya mengalami permasalahan yang begitu rumit, JRW
mengalami permasalahan kesehatan yang kemudian dapat teratasi
dengan shalat berjamaah dan SU juga mengalami pengalaman religius
ketika Allah menunjukkan kasih sayangnya lewat SU dengan menjaga
dirinya dari setiap langkah kehidupannya. R.H Thouless Pengalaman
afektif yaitu pengalaman emosional secara batin yang erat hubungannya
dengan Tuhan atau objek-objek dari sikap keagamaan sama juga yang
dikatakan oleh Glock dan Stark dalam Subandi (2013: 97) Dimensi
Pengalaman dan Pengahayatan Agama yaitu perasaan atau pengalaman
keagamaan yang pernah dialami atau dirasakan. Misalnya merasa dekat
dengan Allah, merasa takut berbuat dosa, atau merasa doanya
dikabulkan merasa dilindungi oleh Allah dan sebagainya. Dimensi ini
dikenal dalam ilmu Tasawuf dengam aspek Ihsan.
Pengalaman Religius pada diri seseorang memang dapat
menimbulkan seseorang untuk dekat dengan Tuhannya. Hidayah yang
Allah berikan kepada mereka dengan mealui pengalaman atau kejadian
yang terjadi pada kehidupan mereka, merupakan cara Allah yang efesien
agar manusia selalu mengingat dan dekat dengan-Nya. Itu semua
dikarenakan, disamping mereka mengalaminya meraka pastinya juga
sulit untuk melupakan pengalaman tersebut.
e. Motif Peningkatan Taqwa dan Perubahan Sikap
Sebagian mahasiswa juga merasakan bahwa shalat merupakan salah
satu tolok ukur terhadap keimanan dan membawa perubahan pada
kehidupan mereka baik itu sikap, pola pikir dan rasa kedekatan dirinya
kepada Allah yang semakin bertambah. Begitu juga yang dikatakan CR
shalat berjamaah bagi dirinya merupakan sebuah alat yang dapat
meningkatan ketaqwaan kepada Allah dan dapat mengubah sikapnya
untuk lebih lagi.
Glock dan Stark dalam Subandi (2013: 97) mengatakan Religious
Effect yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang
dimotivasi oleh ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial. Dimensi
ini juga disebut dengan dimensi amal yaitu dengan tolong-menolong
terhadap sesama, menginfaqkan sebagian hartanya dan lain sebagainya.
Shalat merupakan suatu dimensi yang mengukur seseorang atau
mahasiswa dalam hal perilaku. Seseorang yang shalatnya baik pasti
akan berdampak pada perilakunya yang akan menjadi baik, karena
didalam shalat selain terkandung doa-doa yang baik juga terkandung
manfaat dan hikmah yang ada kaitannya dengan perilaku yang positif.
f. Motif Kebutuhan untuk Beribadah, Rasa Solidaritas dan
Keingintahuan
Kebutuhan akan beribadah kepada sang pencipta merupakan
ungkapan rasa syukur terhadap nikmat yang telah diberikan selama ini,
selain itu shalat berjamaah merupakan sarana untuk mempererat tali
persaudaraan, menjalin hubungan yang lebih harmonis dengan sesama
muslim. Mahasiswa AR memiliki alasan atau motif bahwa dia
melakukan shalat berjamaah atas dasar kesadaran pribadinya untuk
segera melakukan shalat berjamaah, selain itu juga dengan berjamaah
solidaritas antar muslim dapat terjalin dengan baik.
Sebagaimana W.H Clark (Islamiyah, 2013: 23-26) bahwa manusia
juga memerlukan adanya response atau keinginan untuk menanggapi
mencakup kebutuhan untuk berhubungan (dengan objek lain) yang
dimiliki setiap orang contoh kebutuhan menintai dan dicintai.
Seperti juga yang dikatakan oleh Prof. Dr. H. Jalaluddin Rahmat
Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan (iman dan kepercayaan). Rasa
kesatuan ini dapat memupuk penganutnya dalam bersolidaritas dengan
kelompoknya dan bahkan dapat membina persaudaraan yang kokoh.
Rasa solidaritas dari sesama muslim akan memunculkan rasa
keingintahuan satu sama lain, memahami dan menghormati sesama dan
yang paling terpenting didalam shalat berjamaah pengetahuan semakin
luas dengan orang-orang hebat dan memiliki ilmu yang luar biasa.
Selain rasa solidaritas antar umat muslim shalat berjamaah juga
mengandung rasa keingintahuan, atau kebutuhan intelektualannya
terhadap ilmu-ilmu baru yang dibutuhkan dari setiap muslim. AR juga
merasakan bahwa shalat berjamaah disamping memupuk rasa
solidaritas juga menimbulkan bertambahnya ilmu pengetahuan.
Prof. Dr. H. Jalaluddin Rahmat Ajaran agama mendorong dan
mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif bukan saja untuk
kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga kepentingan orang lain. Selain
itu juga dengan agama yang dianutnya dapat menuntut seseorang untuk
menemukan inovasi dan penemuan baru begitu juga dengan Glock dan
Stark dalam Subandi (2013: 97) keberagamaan seseorang dapat dilihat
dari Pengetahuan yaitu seberapa jauh seseorang mengetahui tentang
ajaran-ajaran agamanya terutama kaitannya di dalam kitab suci maupun
yang lainnya.
Disadari atau tidak disadari shalat berjamaah dapat menimbulkan
rasa persaudaraan yang sangat baik antara Muslim dengan Muslim
lainnya. Terbukti ketika seorang Muslim yang berhalangan hadir
melaksanakan shalat berjamaah, pastinya menimbulkan kepedulian bagi
Muslim lainnya, selain terjalinnya hubungan yang baik antar muslim
shalat berjamaah juga memberikan tambahan ilmu pengetahuan baik itu
ketika tausiyah setelah shalat berjamaah atau pengetahuan yang tinggi
dari sebagian jamaah.
g. Motif Kesehatan Badan, Rasa Ingin Diperhatikan dan Dihargai
MCU shalat berjamaah diwaktu subuh dan diwaktu lainnya
memiliki manfaat yang sangat besar bagi tubuh kita, selain itu semakin
seseorang itu rajin menjalankan shalat berjamaah rasa perhatian dari
orang-orang sekitar yang ditunjukkan begitu menakjubkan, rasa
dihargai dan dihormati membuat nyaman dan tenang dalam indahnya
persaudaraan.
Abraham Maslow (Sriyanti, 2002: 82-84) manusia dimotivasi oleh
sejumlah kebutuhan yang senantiasa menggerakkan dirinya untuk
mencapai tujuan yang lebih baik seperti kebutuhan lapar, kasih sayang,
rasa aman, harga diri, rasa ingin dihormati dan hargai dsb. W.H Clark
(Islamiyah, 2013: 23-26) berpendapat bahwa manusia berkeinginan
akan pengakuan yaitu adanya sikap ingin dihargai dan dihormati dalam
bermasyarakat.
Shalat berjamaah memang memiliki manfaat dan hikmah yang
banyak bagi kehidupan kita, salah satunya yaitu manfaat bagi kesehatan
tubuh. Kesegaran udara di waktu subuh dapat menyehatkan pernafasan
karena belum banyaknya kendaraan yang aktif dan dapat menyebabkan
polusi udara.
h. Motif Shalat Berfungsi sebagai Ajaran yang Membawa Kebaikan
Shalat adalah suatu ajaran atau perintah dari Tuhannya sebagai
wujud penghambaan mahluk terhadap Sang pencipta. Sama juga yang
dikatakan NP dan KM menurut mereka shalat adalah ajaran atau ritual
ibadah yang perlu dipatuhi dan dilaksanakan karena kodrat manusia
sebagai seorang hamba yang lemah sehingga membutuhkan adanya
Tuhan. Ritual tersebut dalam Islam disebut dengan rukun Islam,
pengaplikasian dari keimanannya kepada Sang Khalik.
Mustafa dalam Ahmad dkk (2002: 49) berpendapat bahwa dasar
ibadah adalah pengakuan pada kenyataan manusia sebagai mahluk
(Allah) yang memiliki kewajiban untuk menghadap wajahnya kepada
Dzat-Nya. Kemudian Glock dan Stark dalam Subandi (2013: 97)
mengatakan Dimensi Ritual ibadah yaitu sebagaimana tingkatan
seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya.
Dalam agama Islam dimensi ini dikenal dengan Rukun Islam.
Memang pada dasarnya manusia adalah mahluk Allah yang
ditugaskan untuk menyembah dan menyerahkan dirinya kepada Allah
Swt. Salah satu bentuk tugas dari Allah yaitu dengan beribadah kepada
Allah melalui shalat berjamaah. Lewat ritualnya dalam ibadah shalat
manusia dapat menunjukkan kualitas pada dirinya sejauh mana mereka
menjadi hamba yang baik dan bertaqwa.
i. Motif Penyelamat
Agama Islam merupakan rahmatan lil alamin penyelamat bagi
seluruh alam dan seisinya termasuk manusia didalamnya. Agama Islam
terkandung ajaran-ajaran berupa ritual ibadah yang sering kita sebut
dengan rukun Islam. Shalat jamaah adalah rukun Islam yang kedua yang
dapat memberikan keselamatan bagi dirinya baik itu berupa perbuatan
maupun keselamatan didunia dan akhirat.
Seorang manusia pasti menginginkan akan adanya keselamatan baik
itu keselamatan di dunia dan di akhirat yang menimbulkan kebahagiaan.
Seperti yang dikatakan SH bahwa shalat merupakan penyelamat bagi
dirinya karena shalat merupakan sesuatu yang dapat menghapus dosa-
dosa terdahulu melalui permintaan tobat yang sungguh-sungguh dari
seorang hamba. Yang kemudian melahirkan kembali manusia yang
berkepribadian baik.
Jalaluddin Rahmat dalam buku karangannya yang berjudul
Psikologi Agama (2009: 314) Dimanapun manusia berada pasti
menginginkan keselamatan. Dengan keimanan yang baik dan kuat dapat
tercapainya komunikasi yang baik antara mahluk dengan Tuhannya. Hal
itu dapat dilakukan dengan mempersatukan diri dengan Tuhan
(Pantheisme), pembebasan dan penyucian diri (penebusan dosa) dan
kelahiran kembali (reinkarnasi).
Di dalam shalat berjamaah memang mengandung penyelamat bagi
orang-orang yang melaksanakannya. Al-Qur’an juga menyebutkan
bahwa shalat mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar. Selain
perbuatan, shalat jamaah juga dapat memberikan keselamatan bagi
mereka karena mengingat salah satu amal yang dipertanggung jawabkan
pertama kalinya setelah kita mati.
2. Motif Ekstrinsik
Alasan atau niat mahasiswa IAIN dalam menjalankan shalat
berjamaah juga karena dorongan dari luar baik itu orang tua, sanak saudara,
lingkungan masyarakat, atau lingkungan teman yang sangat mendukung
perilaku mahasiswa menjadi lebih baik.
a. Inspirasi dari Orang-orang Hebat
`Suatu perkumpulan pasti terdapat orang-orang hebat yang hadir
ditengah-tengah mereka. Apalagi perkumpulannya orang-orang yang
sholih dalam shalat berjamaah tidak sulit untuk kita menemukan orang-
orang hebat yang dapat menginspirasi oleh para muslim awam untuk
membimbing kepada jalan yang lebih terang. Inilah salah satu motif
yang menjadikan mahasiswa TM menjalankan shalat berjamaah.
b. Ajakan Keluarga
beberapa mahasiswa mengerjakan shalat berjamaah juga dapat
terdorong dari orang-orang terdekat, misalnya adalah seorang ibu atau
bapak yang sangat dekat dengan anaknya yang memberikan petuah,
nasehat dan memiliki perilaku yang baik terhadap anaknya tentu seorang
anak akan terdorong dengan ucapan dari ibu atau bapak dan mencontoh
atau meniru perbuatan yang dia lihat dari sesosok ibu atau bapaknya.
Yusuf dan Nurihsan, (2008: 27) Keluarga sangat berpengaruh dengan
kelakuan anaknya dengan perlakuan keluarga yang penuh kasih sayang,
pendidikan nilai-nilai kehidupan baik agama maupun sosial budaya
sangat berpengaruh pada kepribadian anak. Suasana yang harmonis,
agamis dan menyenangkan juga dapat berpengaruh baik bagi diri anak
c. Ajakan dari Sahabat
Ajakan dari sahabat merupakan suatu motif yang memberikan
semangat yang berbeda dan lebih menggebu seperti yang dialami
mahasiswa NR motif ketika melakukan shalat berjamaah karena
dorongan dari sahabat yang hebat yang memberikan semangat baik itu
dari ibadah maupun pendidikannya.
d. Motif Ingin diperhatikan pacar
Motif ingin diperhatikan pacar juga merupakan salah satu motif
yang sangat mendukung mahasiswa untuk lebih bersemangat dalam
melakukan shalat berjamaah. Sama halnya yang dialami oleh BP, dia
lebih bersemangat dalam melakukan shalat berjamaah dan rutin
dikarenakan dorongan dari pacar, rasa ingin diperhatikan yang lebih
ketika melakukan shalat berjamaah dan belajar bersama tentang agama
Islam setelah melakukan shalat berjamaah.
e. Keteladanan
Keteladanan yang diberikan oleh seorang ustadz ataupun guru atau
didalam perkuliahan adalah seorang dosen beserta jajarannya
menjadikan salah satu dorongan tersendiri bagi para mahasiswa dalam
menjalankan shalat berjamaah begitu halnya yang sering penulis temui
dari sebagian mahasiswa diantaranya HH dan SH yang mengatakan hal
yang sama, bahwa keteladanan sangat berpengaruh pada perilaku diri
seseorang.
Menurut Singgih D. Gunarsa (Jalaluddin, 2009: 300) pengaruh itu
dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama kurikulum dengan anak,
kedua hubungan guru dengan anak dan yang ketiga hubungan antar
anak. Dari ketiga kelompok tersebut dapat menopang pembentukan
seperti ketekunan, disiplin, kejujuran, simpati, sosiabilitas, toleransi,
keteladanan, kesabaran, dan keadilan. W.H Calrk (Islamiyah, 2013: 23-
26) juga berpendapat bahwa faktor sosial merupakan faktor yang
mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap
keagamaan, seperti ajaran-ajaran, ornag tua, tradisi dan opini
lingkungan sekitar.
Perilaku seseorang dapat terbentuk dari dalam individu yang
kemudian dapat diperkuat oleh beberapa faktor dari luar individu seperti
keluarga yang mendukung dan selalu memperhatikan, masyarakat yang
peduli termasuk teman, dosen beserta karyawan yang memberikan
contoh-contoh yang baik. Jika lingkungan-lingkungan tersebut berjalan
dengan demikian maka akan sangat membantu mahasiswa untuk
menemukan jati dirinya menuju pribadi yang baik dan berkualitas.
C. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Perilaku Shalat Berjamaah
Mahasiswa IAIN Salatiga
Berbagai bentuk sikap ataupun perilaku yang dimiliki mahasiswa IAIN
Salatiga dalam melaksanakan aktifitas shalat berjamaah tentunya ada hal-hal
yang mendukung dan ada hal-hal yang menghambat. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan di lingkungan kampus IAIN Salatiga Penulis
mendapatkan gambaran sebagai berikut:
1. Faktor Pendukung
a. Fasilitas dan Sarana Prasarana
Fasilitas dan sarana prasarana yang ada di masjid Darul Amal IAIN
Salatiga sudah memadai dan terpenuhi sehingga memungkinkan
mahasiswa nyaman dalam melaksanakan shalat berjamaah. Seperti yang
dikatakan oleh mahasiswa AAI mengatakan bahwa sarana dan prasarana
yang ada di masjid kampus 1 sudah memadai namun fasilitas yang
memadai harus digunakan dengan sebaik mungkin.
b. Faktor Jarak
Keberadaan masjid Darul Amal yang berada di satu wilayah dengan
kampus IAIN Salatiga sangat mendukung mahasiswa dalam
melaksanakan shalat berjamaah. SU mengatakan faktor jarak sangat
berpengaruh seseorang rutin atau tidaknya dalam melakukan shalat
berjamaah dan saya melihat jarak kampus antara masjid sangatlah dekat,
sehingga sangat mendukung mahasiswa untuk melakukan shalat
berjamaah.
c. Faktor Kesehatan
Kesehatan badan maupun kesehatan psikis sangat membantu
mahasiswa dalam aktifitasnya termasuk dalam pelaksanaan shalat
berjamaah. Seperti halnya dengan yang dikatakan oleh MCU faktor
kesehatan sangat berpengaruh dalam pelaksanaan shalat shalat
berjamaah, jika jiwa atau badan tidak mengalami gangguan atau kurang
fit maka akan terhambat seseorang dalam melakukan shalat berjamaah.
d. Faktor Cuaca dan kondisi
Selain faktor kesehatan, faktor cauaca juga berpengaruh pada
pelaksanaan shalat berjamaah. HND berpendapat, cuaca yang sangat
baik (tidak Guntur ataupun hujan lebat) juga akan mendukung seseorang
dalam melaksanakan shalat berjamaah. Disamping itu, keadaan yang
ada pada diri mahasiswa IAIN juga berpengaruh dalam pelaksanaan
shalat berjamaah. Seseorang yang dalam keadaan tenang suasana juga
tenang akan menambah kekhusyukan dalam beribadah shalat.
2. Faktor Penghambat
a. Lingkungan yang Kurang Mendukung
Lingkungan seperti keluarga, masyarakat atau teman yang tidak
mendukung perilaku mahasiswa IAIN Salatiga akan menghambat
mahasiswa dalam melakukan shalat berjamaah. NR selaku mahasiswi
mengatakan penolakan perilaku mengajak dalam melaksanakan shalat
berjamaah membuat dia malas dalam melakukan shalat berjamaah.
b. Keamanan
Keamanan masjid juga menjadi alasan mengapa mahasiswa malas
dalam melaksanakan shalat berjamaah. Masjid yang berada di kampus
1 IAIN Salatiga memang sejauh ini belum terjaga keamanannya itu
terjadi pada mahasiswa JSA dan teman-temannya kehilangan barang-
barangnya. Hal ini disadari oleh pengurus takmir masjid bahwa memang
keamanan belum dapat terkendali dikarenakan oleh personil yang
kurang.
c. Letak Tempat Shalat dan Sarana Prasana yang Rusak
Bagi mahasiswa masalah letak pada tempat untuk shalat memang
tidak menjadi kendala, namun bagi mahasiswi tempat yang berada di
lantai 3 memang menjadi alasan mahasiswi salah satunya ZL kurang
bersemangat dalam melakukan shalat berjamaah. Selain itu,
penggunaan sarana dan prasarana yang kurang baik menyebabkan
kerusakan seperti toilet dan mukena juga sangat berpengaruh.
Sarana prasarana masjid kampus 1 memang sudah terpenuhi, namun
berbeda dengan kampus 2 yang belum lengkap sarana prasarananya.
Diantarnya Air yang terkadang macet, tempat yang sempit, terbatasnya
mukena dan tempat wudlu yang tidak begitu luas juga sangat
menghambat pelaksanaan shalat berjamaah. DN adalah salah satu
mahasiswi yang berpendapat demikian.
d. Pelaksanaan Shalat
Pelaksanaan shalat berjamaah yang ada di kampus memang
berlangsung lama. Mungkin disebabkan karena bacaan Imam sangat
panjang membuat mahasiswa di antaranya SS belum ikhlas dan malas
dalam melakukan shalat berjamaah. Maka dari itu, dalam shalat
berjamaah seorang imam memang harus melihat situasi dan kondisi
makmumnya agar makmumnya ikhlas dan pikirannya terfokus untuk
beribadah. Dengan demikian makmum akan merasa nyaman dan tidak
meninggalkan shalat berjamaah.
e. Faktor Jam Kuliah (Waktu) dan Keteladanan dari Dosen maupun
Karyawan
Jam perkuliahan di kampus IAIN Salatiga yang belum sesuai dengan
waktu pelaksanaan shalat berjamaah membuat mahasiswa tidak dapat
mengikuti shalat berjamaah. Selain itu juga dari sebagian dosen maupun
karyawan yang juga belum bisa melaksanakan shalat berjamaah
membuat mahasiswanya mencontoh untuk tidak melakukannya.
f. Faktor Keterbatasan Wanita (Mendapatkan ijin suami/orang tua)
Pada zaman dahulu memang seorang wanita dilarang beraktifitas di
luar rumah tanpa mendapatkan ijin dari suami bagi yang menikah dan
keluarganya (orang tua) bagi yang belum menikah, karena
dikhawatirkan akan menimbulkan fitnah. Meskipun aktifitas tersebut
berniat untuk beribadah. Namun pada zaman sekarang, kesetaraan
gender mengubah seorang wanita untuk bisa melakukan apapun tanpa
suatu keterbatasan. Untuk itu tidak ada keterbatasan wanita untuk rutin
melakukan shalat berjamaah di masjid (luar rumah) pada zaman modern
ini.
BAB V
PENUTUP
Dari penelitian di atas yang berjudul Perilaku Beragama Mahasiswa IAIN
Salatiga (Studi atas Motif Shalat Berjamaah pada Mahasiswa IAIN Salatiga Tahun
2015), maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Perilaku shalat berjamaah mahasiswa IAIN Salatiga sangatlah beragam.
Perilaku tersebut, dapat dilihat dari segi persiapan (kesungguhan), segi
mengajak dan segi kedisiplinan (keajegan/keistiqomahan). Dari segi
persiapan mahasiswa masih banyak yang kurang mempersiapkan diri dalam
mengikuti shalat berjamaah. Dari segi mengajak, perilaku mahasiswa IAIN
Salatiga seimbang, sebagian ada yang mengajak dan sebagian ada yang
tidak mengajak. Dari segi kedisiplinan (ajeg/istiqomah), perilaku
mahasiswa IAIN Salatiga juga sangat kurang disiplin dalam mengikuti
shalat berjamaah.
2. Motif-motif perilaku shalat berjamaah mahasiswa IAIN Salatiga memiliki
banyak motif yang dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu motif
intrinsik dan ekstrinsik. Motif intrinsik yang terdapat pada mahasiswa IAIN
Salatiga yaitu: motif ketenangan hati, motif karena pahala yang berlipat
ganda dan motif terijabahnya semua doa dan harapan, motif akan adanya
rasa takut dan cemas, motif terijabahnya semua doa dan harapan
(pengalaman religius), motif peningkatan taqwa dan perubahan sikap, motif
kebutuhan untuk beribadah, rasa solidaritas dan keingintahuan, motif
kesehatan badan, motif rasa ingin diperhatikan dan dihargai, motif shalat
berfungsi sebagai ajaran atau yang membawa kebaikan dan motif
penyelamat.
Selain Motif Intrinsik, berikut ini terdapat motif-motif Ekstrinsik
mahasiswa dalam melakukan shalat berjamaah diantaranya yaitu: motif
inspirasi dari orang hebat, motif ajakan keluarga, motif ajakan dari sahabat,
motif ingin diperhatikan pacar dan motif keteladanan.
3. Faktor-faktor pendukung dan penghambat mahasiswa IAIN Salatiga
Faktor pendukung shalat berjamaah mahasiswa adalah fasilitas dan
sarana prasarana yang memadai yang berada di masjid darul amal, faktor
jarak atau letak masjid yang berada di lingkungan kampus, kondisi
kesehatan baik itu dari segi badan maupun pikiran dari individu mahasiswa
masing-masing dalam melakukan shalat berjamaah, dan faktor cuaca dan
kondisi yang terjadi pada masing-masing mahasiswa itu sendiri.
Adapun faktor penghambat shalat berjamaah mahasiswa adalah
lingkungan yang kurang mendukung seperti keluarga, masyarakat atau
teman yang membuat mahasiswa tidak melakukan shalat berjamaah,
keamanan yang kurang terjaga pada lingkungan masjid, letak tempat shalat
yang berada dilantai 3 (putri), saranan prasarana yang kurang memadai di
kampus 2 dan belum ada perbaikan sarana prasarana baik di kampus 1
maupun 2, proses pelaksanaan shalat yang berlangsung lama dan membuat
jamaah merasa jenuh, jam perkuliahan yang belum disesuaikan dengan
jadwal jamnya shalat, banyaknya dosen dan karyawan yang juga tidak
melakukan shalat berjamaah di masjid dan faktor keterbatasan wanita
(mendapatkan ijin dari suami atau orang tua).
B. Saran-saran
Dari penelitian yang telah penulis lakukan, sekiranya ada beberapa saran
yang perlu penulis sampaikan sebagai bahan pertimbangan bagi perbaikan
perilaku beragama dan peningkatan dalam hal pelaksanaan shalat berjamaah
yang lebih baik khususnya pada:
1. Mahasiswa, lebih mempersiapkan diri dalam melaksanakan shalat
berjamaah serta menjaga dan memaksimalkan fasilitas yang ada di Masjid
Darul Amal IAIN Salatiga.
2. Karyawan atau dosen, hendaknya dapat memberikan contoh baik secara
teoritis maupun praktis.
3. Takmir Masjid, seharusnya lebih memaksimalkan personilnya agar
keamanan terjaga, lebih memperhatikan sarana prasarana (kebersihan
mukena dan toilet) dan hendaknya para imam memperpendek bacaan
shalatnya agar jamaah tidak merasa jenuh dan terciptanya kenyamanan pada
jamaah.
4. Pihak IAIN seharusnya dapat melengkapi sarana prasarana yang ada di
kampus 2 sehingga mahasiswa dapat berjamaah dengan nyaman.
5. Keluarga mahasiswa seharusnya memberikan bimbingan dan arahan kepada
putra-putrinya dalam mengerjakan shalat berjamaah.
6. Bagi peneliti, berkenaan dengan kepentingan ilmiah, maka dapat
dilanjutkan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan permasalahan
yang sama, dapat diusahakan untuk mengkaji masalah ini dengan jangkauan
yang lebih luas dan dengan menambah topik yang belum terungkap dalam
penelitian ini sehingga mampu memberikan sumbangan yang lebih besar
terhadap kajian perilaku beragama dan motif-motif perilaku shalat
berjamaah.
C. Penutup
Dengan mengucapkan puji syukur alhamdulillah, dengan rahmat dan
hidayah Allah Swt, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Itu semua
atas berkat hidayah, rahmat, dan izin Allah Swt. Oleh karena itu tidak ada kata
yang pantas penulis ucapkan dengan ketulusan hati kecuali hanya memanjatkan
puji syukur ke hadirat Allah Swt. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam
penulisan dan pembahasan skripsi ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Dengan kerendahan hati penulis
sangat mengharap kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membimbing, mengarahkan dan membantu terselesainya penulisan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan siapa saja yang
berkesempatan membacanya serta dapat memberikan sumbangan yang positif
bagi kemajuan pendidikan. Amin.
LAMPIRAN 3.1
Pedoman Wawancara
I. Pedoman Wawancara untuk Mahasiswa IAIN Salatiga
A. Identitas Informan
1. Nama : ……………………………………
2. Usia : ……………………………………
3. Jabatan / Progdi / Semester : ……………………………………
4. Wawancara hari / tanggal : ……………………………………
5. Tempat : ……………………………………
B. Sasaran Wawancara
1. Perilaku shalat berjamaah Mahasiswa IAIN Salatiga.
2. Motif-motif shalat berjamaah Mahasiswa IAIN Salatiga.
3. Faktor-faktor pendukung dan penghambat perilaku shalat berjamaah
Mahasiswa IAIN Salatiga.
C. Butir-butir Pertanyaan
1.1 Menurut anda apa yang dimaksud dengan shalat berjamaah?
1.2 Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu mulainya shalat,
pada waktu itu apa yang anda lakukan?
1.3 Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah anda juga
mengajak teman, saudara atau orang lain?
1.4 Jika tidak di kampus, apakah Anda juga melaksanakan shalat
berjamaah? Apa alasannya?
2.1 Apa motif atau faktor dalam diri anda ataupun dari luar yang
menjadikan anda melakukan shalat berjamaah?
2.2 Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda alami
sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan Allah Swt?
3.1 Menurut anda apakah yang menyebabkan atau fpendukung dan
penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri dalam
melakukan shalat berjamaah?
3.2 Menurut saya faktor yang menyebabkan anda enggan untuk
melakukan shalat berjamaah?
LAMPIRAN 3.2
Pedoman Wawancara
II. Pedoman Wawancara untuk Dosen, Karyawan dan Ta’mir Masjid
A. Identitas Informan
1. Nama : ……………………………………
2. Usia : ……………………………………
3. Jabatan : ……………………………………
4. Wawancara hari / tanggal : ……………………………………
5. Tempat : ……………………………………
B. Sasaran Wawancara
1. Perilaku shalat berjamaah Mahasiswa IAIN Salatiga.
2. Motif-motif shalat berjamaah Mahasiswa IAIN Salatiga.
3. Faktor-faktor pendukung dan penghambat perilaku shalat berjamaah
Mahasiswa IAIN Salatiga.
C. Butir-butir Pertanyaan
1.1 Menurut bapak, apa yang bapak lihat dari mahasiswa IAIN Salatiga
ketika memasuki adzan atau shalat?
1.2 Dari segi kedisiplinan atau ketertiban dalam mengikuti shalat
berjamaah, menurut bapak apakah mahasiswa sudah disiplin baik itu
dari segi persiapan, proses dan setelah mengikuti shalat berjamaah?
1.3 Apakah bapak pernah melihat mahasiswa sudah membudidayakan
mengajak dalam hal mengerjakan shalat berjamaah antara mahasiswa
satu dengan yang lain, atau bapak sering mengajak mahasiswa untuk
juga mengikuti shalat berjamaah?
2.1 Menurut pendapat bapak motif atau dorongan yang sering bapak lihat
dari mahasiswa IAIN Salatiga dalam melaksanakan shalat berjamaah
baik itu dari luar atau dari dalam mahasiswa itu apa saja ya?
3.1 Menurut Bapak apa sih penyebab mahasiswa IAIN Salatiga belum
memiliki kesadaran untuk melakukan shalat berjamaah?
3.2 Menurut bapak apakah faktor atau keadaan seorang wanita mengenai
pergi shalat berjamaah pada zaman dahulu dengan zaman sekarang,
apakah juga menjadi kendala seorang wanita untuk melakukan shalat
berjamaah?
3.3 Dalam hal kaitannya dengan prasarana kemudian faktor pendukung
dari masjid kampus ini, menurut bapak apakah sudah memadai?
LAMPIRAN 4.1
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Zulaikha Sri Wulandari
Tanggal/Waktu : 18 September 2015 (13.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PAI S1/2011
Tempat : Masjid kampus 1 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, begini saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga
ingin mendapatkan informasi dari anda seputar shalat
berjamaah untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku
Beragama Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam, ya silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
secara bersama dan mendapatkan pahala yang lebih berlipat
ganda.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Ya tergantung, jika di masjid atau tempat shalat maka saya
langsung menuju masjid namun jika tidak saya lebih
memilih melanjutkan aktifitas saya.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “Ya mengajak, agar teman sama-sama melakukan shalat
berjamaah.”
Peneliti : “Kemudian selain anda melakukan shalat berjamaah
dikampus apakah anda juga melakukan shalat berjamaah
diluar kampus?
Narasumber : “Kadang-kadang karena jarak antara rumah dan mushola
agak lumayan jauh.”
Peneliti : “Lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Pertama ya pahala, kemudian dengan berjamaah tu hati
lebih tenang dan senang karena dapat menjalin silaturrahmi
antara umat muslim.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Sampai saat ini belum ada mbak.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Kendala yang menyebabkan saya enggan melakukan
shalat berjamaah di kampus karena letak lantai 3 bagi jamaah
putri yang membuat saya malas dan capek, selain itu juga
kamar mandi yang kadang tersumbat dan antrian wudlu yang
sangat panjang juga menjadi kendala, ditambah lagi dengan
kebersihan mukena dan antrian mukena yang semakin
membuat saya beralasan untuk tidak berjamaah dimasjid
kampus dan memilih shalat sendiri di rumah.”
Peneliti : “Mungkin saya kira itu sudah cukup informasi yang saya
dapat dari anda,terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak saama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.2
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Yuliani
Tanggal/Waktu : 19 September 2015 (13.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : HES-S1/2011
Tempat : Mushola kampus 2 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga ingin
mendapatkan informasi dari anda seputar shalat berjamaah
untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku Beragama
Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, ya mbak silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
secara bersama disana terdapat imam dan makmum yang
mengerjakannya secara bersama-sama dan didalamnya
saling melengkapi dikala makmum atau imam memiliki
kesalahan atau sering kita sebut saling menyempurnakan.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Saat adzan berkumandang ya saya sebagai umat muslim
mendengar dan menjawabnya mbak, dan setelah itu saya
melanjutkan pekerjaan saya karena saya sebagai seorang ibu
rumah tangga.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber :”karena saya seorang ibu rumah tangga saya tidak berani
untuk keluar tanpa sepengetahuan suami saya, ya untuk hal
mengajak saya jarang untuk melakukan hal tersebut.”
Peneliti : “kemudian selain anda melakukan shalat berjamaah
dikampus apakah anda juga melakukan shalat berjamaah
diluar kampus?
Narasumber : “ya kadang-kadang, kalau suami saya berada di rumah,
kalau suami saya sedang bekerja saya lebih melkukan shalat
dengan munfarid.”
Peneliti : “lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Motif saya mengerjakan shalat berjamaah adalah
mendapatkan ridho allah, mendapatkan pahala yang berlipat
ganda dan yang paling penting rasa ketenangan hati yang
saya dapat tidak ternilai harganya.tapi bagaimana lagi
dengan keterbatasan saya”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Belum ada mbak.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber :”Alasan yang menjadi kendala saya jarang melakukan
shalat berjamaah yaitu melihat kondisi saya seorang wanita
yang setiap bulannya mengalami menstruasi kemudian
menurut saya seorang wanita tidak dianjurkan untuk
melakukan shalat berjamaah karena mengingat bahayanya
seorang wanita ketika keluar dari rumah tanpa didampingi
seorang suami atau keluarga, sedangkan seorang wanita
yang keluar dari rumahnya sendirian merupakan aurat bagi
suaminya juga dapat menimbulkan fitnah yang berdampak
pada rumah tangganya atau keluarganya.”
Peneliti : “Begitu ya mbak saya kira itu sudah cukup informasi yang
saya dapat dari anda,terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.3
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Ulya Ni’matul Maula
Tanggal/Waktu : 18 September 2015 (13.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PGMI S1/2015
Tempat : Mushola kampus 2 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, begini saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga
ingin mendapatkan informasi dari anda seputar shalat
berjamaah untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku
Beragama Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam, ya silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
secara bersama dan mendapatkan pahala yang lebih berlipat
ganda dan tersimpan beberapa hikmah bagi orang-orang
yang mau melaksanakannya.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Saya mendengarkan adzan namun sya jarang ke maushala
karena antrian yang banyak membuat saya agak malas untuk
mengerjakan shalat di kampus.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “Setiap saya melakukan shalat berjamaah saya selalu
mengajak teman-teman di kampus maupun di pondok
pesantren. Selain itu, ketika di rumah saya juga mengajak
orang tua maupun saudara untuk melakukan shalat
berjamaah dimasjid ataupun di rumah bersama keluarga.
Karena menurut saya mengajak orang lain dalam melakukan
suatu ibadah akan menambah pahala baik dari segi ajakan itu
sendiri maupun di dalam mengerjakan shalat
Peneliti : “kemudian selain anda melakukan shalat berjamaah
dikampus apakah anda juga melakukan shalat berjamaah
diluar kampus?
Narasumber : “Tidak karena terfokus pada kesibukan saya sehingga saya
hanya bisa melaksanakan secara munfarid, dan saya lebih
suka shalat di kos.”
Peneliti : “Lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Hal yang mendorong saya karena pahala yang dilipat
gandakan, kemudian mempererat persaudaraan, dan banyak
teman, selain itu merupakan perintah Allah dan suatu
kewajiban yang harus dipenuhi.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Sepertinya tidak ada pengalaman yang melatar belakangi
saya shalat berjamaah sih.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Menurut saya kalau di kampus airnya sulit, tempatnya
sempit dan tergantung situasi yang ada pada diri saya.”
Peneliti : “Ooo…begitu baiklah saya kira itu sudah cukup informasi
yang saya dapat dari anda, terimakasih banyak atas waktunya
dan selamat melanjutkan aktivitas kembali,
wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.4
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Sinta Widyaningrum
Tanggal/Waktu : 18 September 2015 (13.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PAI-S1/2011
Tempat : Masjid kampus 1 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, begini saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga
ingin mendapatkan informasi dari anda seputar shalat
berjamaah untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku
Beragama Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam, ya..ya mbak silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
secara bersama dua orang atau lebih dan jika dikerjakan akan
mendapatkan pahala yang lebih berlipat ganda dan tersimpan
beberapa hikmah bagi orang-orang yang mau
melaksanakannya.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Saya mendengar adzan saya melihat sikon terlebih dahulu
yang ada pada diri saya, jika saya dekat dengan tempat
ibadah, pastinya saya bergegas untuk melaksanakan shalat
berjamaah.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “Iya jika di kampus dan sedang bersama dengan teman
saya, namun kalau di rumah saya lebih sering diingatkan.”
Peneliti : “Kemudian selain anda melakukan shalat berjamaah
dikampus apakah anda juga melakukan shalat berjamaah
diluar kampus?
Narasumber : “Saya tidak selalu mengerjakan shalat berjamaah karena
kesibukan saya terhadap aktifitas, namun saya lebih sering
melakukan shalat berjamaah pada shalat maghrib dan Isya,
karena waktu yang longgar dan kenyamanan shalat
berjamaah adalah diwaktu shalat isya dan maghrib, dan jujur
saya lebih tenang dan khusyuk ketika melakukan shalat
dilakukan secara munfarid karena saya butuh waktu untuk
muhasabah diri saya.”
Peneliti : “Lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Motifnya ya saya terdorong karena banyak sekali
keutamaan di dalam melakukan shalat berjamaah tersebut
mbak, seperti pahala, memiliki banyak teman dsb.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Sebuah pengalaman religius yang membuat saya lebih
aktif dalam melakukan ibadah shalat berjamaaah yaitu ketika
keluarga sedang mengalami permasalahan yang begitu berat
salah satunya ekonomi keluarga yang menurun membuat
saya dan keluarga saya bingung dan begitu gelisah, entah
kenapa setiap kali saya selesai melakukan shalat berjamaah,
saya sering berdoa memohon agar permasalahan ini segera
terpecahkan, dan tidak lama kemudian Allah mengabulkan
doa saya, dan itulah alasan mengapa saya lebih giat untuk
melakukan shalat berjamaah.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber :”Menurut saya mungkin karena kesibukan, kemudian
bertabrakan dengan kegiatan lain, sedang bepergian jauh,
sakit, kalau dikampus sini ya,,karena kamar mandi yang
tersumbat dan mukena yang kotor.”
Peneliti : “Begitu saya kira itu sudah cukup informasi yang saya
dapat dari anda,terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.5
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Suci Himawati
Tanggal/Waktu : 1 November 2015 (14.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PAI-S1/2015
Tempat : Masjid kampus 1 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, begini mbak saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN
Salatiga ingin mendapatkan informasi dari anda seputar
shalat berjamaah untuk penelitian skripsi yang berjudul
Perilaku Beragama Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas
Motif shalat Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, silahkan mbak.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya suatu ibadah yang harus
dikerjakan bersama-sama oleh setiap muslim untuk
mendapat pahala 27 derajat yang dipimpin oleh imam dan
diikuti oleh makmum.dan ibadahnya ditanggung oleh imam
dan disana terdapat kepatuhan makmum kepada imamnya.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Berhenti mendengarkan adzan kemudian melanjutkan
aktifitas yang sedang dilakukan, seperti kuliah, jika sedang
tidak ada aktifitas maka terkadang saya langsung bergegas
ke masjid.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “Untuk saat ini saya belum berani mbak, karena saya masih
semester satu dan belum dapat beradaptasi, ya kalau yang
diajak itu mau dan tidak tersinggung kalau
tersinggung??..jadi saya belum berani untuk mengajak orang
lain untuk berjamaah.”
Peneliti : “Kemudian selain anda melakukan shalat berjamaah
dikampus apakah anda juga melakukan shalat berjamaah
diluar kampus?
Narasumber : “Jarang mbak, dulu saya sering berjamaah tepat waktu,
karena sekarang kondisi yang jauh dari masjid jadi saya
jarang untuk melaksanakan shalat berjamaah.”
Peneliti : “O.begitu lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam
diri anda ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan
shalat berjamaah?
Narasumber : “Saya dulu sering melakukan shalat berjamaah karena
dorongan dari Kyai saya dahulu ketika saya nyantri, beliau
berpesan bahwa dalam keadaan apapun dan bagaimanapun
sebisa mungkin shalatlah dengan berjamaah, jangan pernah
dtinggalkan sekalipun, karena dengan melakukannya pasti
akan membawa keberkahan, dan benar saya rasakan saat ini,
dulunya hidup saya lebih nyaman dan teratur, tapi sekarang
saya merasa hidup saya gelisah (kemprungsung) karena saya
sering meninggalkan shalat berjamaah.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Saya kira belum ada mbak sejauh ini.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Menurut saya rasa malas, dan kurangnya motivasi diri dan
mudah tersinggung itu juga dapat menjadi kendala mbak.”
Peneliti : “Gitu ya mungkin saya kira itu sudah cukup informasi yang
saya dapat dari anda, terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.6
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Setya Utami
Tanggal/Waktu : 18 September 2015 (11.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PAI-S1/2011
Tempat : Masjid Darul Amal IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga ingin
mendapatkan informasi dari anda seputar shalat berjamaah
untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku Beragama
Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, ya silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
bersama dan mendapatkan pahala yang lebih berlipat
ganda.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Saat adzan berkumandang saya berhenti sejenak
mendengarkannya, kemudian jika saya sedang tidak ada
suatu kepentingan saya bergegas ke masjid, namun saat
dikampus sering ada jam mata kuliah yang menyebabkan
saya tidak dapat mengkuti shalat berjamaah secara tepat
waktu.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “o..ya tentu mbak, saya selalu mengajak keluarga jika
dirumah dan teman jika dikampus, karena menurut saya
dengan kita mengajak seseorang maka pahala yang akan kita
dapat akan berlipat ganda.”
Peneliti : “Hmmmm..iya…kemudian selain anda melakukan shalat
berjamaah dikampus apakah anda juga melakukan shalat
berjamaah diluar kampus?
Narasumber : “Jadi malu mbak….jujur saja, selain dikampus saya jarang
untuk melakukan shalat berjamaahnamu, saya berusaha
memaksakan kemalasan yang ada pada diri saya.”
Peneliti : “Lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Motif kenapa saya melakukan shalat berjamaah
disebabkan karena menurut saya shalat adalah suatu ajaran
dari Allah yang disampaikan oleh Rasullah yang kemudian
diajarkan kepada umat muslim yang harus dijalankan kita
semua yang menyebabkan seseorang menjadi pribadi yang
baik.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Pengalaman Religius yang masih saya ingat sampai
sekarang dan membuat saya selalu mendekatkan diri kepada
Allah ialah ketika saya hendak bepergian saya selalu
melakukan kebiasaan mengucapakan kalimah Ya Hafidz
terus sampai tempat yang saya tuju, saya selalu berharap
keselamatan agar terhindar dari bahaya apapun ketika
melakukan perjalanan, hingga suatu ketika saya sepulang
sekolah saya mengalami kecelakaan dan saya bersyukur
kepada Allah karena saya masih selamat dari bencana maut
yang akan menimpa saya, sejak itulah saya mulai rutin
melakukan ibadah diantaranya yaitu dengan shalat
berjamaah.””
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Menurut saya faktor mahasiswa enggan untuk melakukan
shalat berjamaah termasuk saya adalah faktor malas yang
ada pada setiap individu mahasiswa masing-masing,
sedangkan sarana prasarana yang ada dikampus ini
khususnya kampus satu sudah sangat memadai dan
mendukung dalam melakukan shalat berjamaah.”
Peneliti : “hmmm…gitu saya kira itu sudah cukup informasi yang
saya dapat dari anda,terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali….wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.7
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Rini Riftiyani
Tanggal/Waktu : 18 September 2015 (14.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PAI-S1/2011
Tempat : Masjid kampus 1 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga ingin
mendapatkan informasi dari anda seputar shalat berjamaah
untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku Beragama
Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, ya mbak silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat berjamaah menurut saya adalah shalat yang
dikerjakan bersama-sama yang dipimpin oleh imam dan
diikuti oleh para makmum.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Saat adzan berkumandang saya dalam kondisi tidak dapat
langsung bergegas ke masjid untuk melakukan shalat
berjamaah, dikarenakan suatu hal yang menuntut saya harus
segera diseleaikan, kemudian juga karena faktor antri baik
itu wudlu, mukena membuat saya kurang bergegas untuk
melakukan shalat berjamaah, namun saya berusaha untuk
shalat berjamaah dengan teman-teman.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “Iya karena dengan mengajak orang lain kitapun akan
semnagat bersemangat dalam shalat berjamaah, selain itu
juga menambah ukhuwah Islamiyah namun, kadang-kadang
karena setiap dirumah ada yang diajak shalat berjamaah
apabila ibu dan saya dirumah, saya selalu berusaha
berjamaah dengan ibu meskipun bapak saya tidak selalu
dirumah.”
Peneliti : “Hmmmm..iya kemudian selain anda melakukan shalat
berjamaah dikampus apakah anda juga melakukan shalat
berjamaah diluar kampus?
Narasumber : “Iya dalam keadaan apapun, saya berusaha untuk
berjamaah.”
Peneliti : “Lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Anjuran shalat berjamaah sangat luar biasa. Di samping
itu shalat berjamaah lebih utama daripada shalat munfarid,
karena shalat berjamaah pahala berlipat 27 derajat yang
selisihnya sangat besar dibandingkan shalat sendirian.
Dalam shalat berjamaah hati lebih tenang tidak terburu-buru
juga menimbulkan kebersamaan yang menjadikan
persaudaraan lebih melekat. Itulah yang mendorong saya
lebih rajin dan memilih untuk shalat secara berjamaah.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Belum ada mbak.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Hambatan dari shalat berjamaah menurut saya adalah ya
pertama kalau di waktu subuh dingin, malas, kalau dhuhur
panas, sering menunda-nunda waktu sholat itu juga
hambatan, sedangkan kalau di kampus antri baik itu wudlu,
mukena dan tempat dilantai 3 yang terkadang saya malas
untuk melaksanakannya”
Peneliti : “hmmm…gitu saya kira itu sudah cukup informasi yang
saya dapat dari anda,terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.8
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Achmad Rifai
Tanggal/Waktu : 18 September 2015 (13.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PAI S1/2011
Tempat : Masjid kampus 1 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, begini saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga
ingin mendapatkan informasi dari anda seputar shalat
berjamaah untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku
Beragama Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam, ya mbak silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
secara bersama dan mendapatkan pahala yang lebih berlipat
ganda yang di dalam shalat jamaah tersebut terdapat
pemimpin yang disebut dengan imam dan pengikutnya
adalah makmum”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Ya tergantung situasi yang saya hadapi saat itu, tapi saya
lebih mementingkan kepentingan saya terlebih dahulu agar
shalat saya nantinya khusyuk.
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “Ya mengajak, agar teman sama-sama melakukan shalat
berjamaah agar saya juga mendapatkan pahala juga
tentunya.”
Peneliti : “Kemudian selain anda melakukan shalat berjamaah
dikampus apakah anda juga melakukan shalat berjamaah
diluar kampus?
Narasumber : “Ya kadang-kadang mbak, masalahnya tadi tergantung
kesibukan yang ada pada diri saya, namun kalau di waktu
maghrib dan isya saya lebih menyempatkan untuk berjamaah
karena waktu itu merupakan waktu yang longgar.”
Peneliti : “Lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Menurut pendapat saya, shalat berjamaah merupakan
wujud dari ketenangan hati. Ketika saya sedang menghadapi
berbagai masalah yang sulit untuk dipecahkan, maka saya
termotivasi untuk melakukan shalat berjamaah, karena itu
merupakan pendekatan atau curahan hati kepada Allah Swt.
Selain itu, shalat berjamaah merupakan wujud rasa syukur
saya atas nikmat dan karunia Allah Swt, sehingga saya lebih
tergugah untuk melakukan shalat berjamaah.
kemudian “Alasan saya kenapa saya melakukan shalat
berjamaah yaitu pertama karena ada rasa yang mendorong
diri saya untuk segera melakukan shalat berjamaah ketika
mendengar adzan yang kedua karena saya hidup
dilingkungan perumahan shalat berjamaah merupakan ajang
bertemu dengan para tetangga yang dapat memupuk rasa
solidaritas antar sesama muslim dan yang ketiga adalah
dengan shalat berjamaah terkadang saya mendapatkan ilmu-
ilmu baru dari para jamaah mungkin tentang keagamaan,
berbisnis dan hal-hal yang saya tidak mengerti, karena di
dalam berjamaah terdapat banyak orang yang lebih
berpengalaman dan mempunyai intelektualitas yang bagus.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Sampai saat ini belum ada mbak.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Ya mungkin karena sibuk pekerjaan, mungkin juga karena
sdang bepergian, dan yang terpenting dalam diri saya
memang saya belum dapat memprioritaskan diri bahwa
shalat berjamaah sangat penting dan menjadikannya untuk
biasa.”
Peneliti : “Saya kira itu sudah cukup informasi yang saya dapat dari
anda,terimakasih banyak atas waktunya dan selamat
melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak saama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.9
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Nur Rofiqoh
Tanggal/Waktu : 18 September 2015 (11.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PAI-S1/2011
Tempat : Masjid Darul Amal IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga ingin
mendapatkan informasi dari anda seputar shalat berjamaah
untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku Beragama
Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, ya silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
bersama dan mendapatkan pahala yang lebih berlipat
ganda.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Ya pertama yang pastinya saya mendengarkannya,
kemudian jika saya sedang bertemu teman atau seang
bersama teman saya mengajak bergegas ke masjid.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “O.ya tentu mbak, jka ada yang diajak dan jika ada yang
mau.”
Peneliti : “Kemudian selain anda melakukan shalat berjamaah
dikampus apakah anda juga melakukan shalat berjamaah
diluar kampus?
Narasumber : “jadi malu mbak.jujur saja, selain dikampus saya jarang
untuk melakukan shalat berjamaah..ya disebabkan rasa
malas dan jarak antara masjid dan rumah agak jauh sehingga
saya agak malas untuk melaksanakan shalat berjamaah.”
Peneliti : “lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Ya karena mendapatkan pahala yang berlipat ganda mbak
27 derajat dibandingkan dengan shalat sendirian. Selain itu
juga karena ajakan dari sahabat-sahabat yang selalu
memotivasi saya baik dari segi ibadah dan lainnya.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “selama ini saya rasa saya belum pernah mengalami.”
Peneliti : “menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Kendala bisa datang dari mana saja, dari teman misalnya,
ada teman yang diajak untuk untuk shalat berjamaah namun
dia menolak. Terkadang penolakan itulah yang menjadikan
saya tidak ikut shalat berjamaah di masjid kampus yang
akhirnya saya memilih untuk shalat sendiri.”
Peneliti : “mungkin saya kira itu sudah cukup informasi yang saya
dapat dari anda,terimakasih banyak atas waktunya dan
kerjasamanya selamat melanjutkan aktivitas anda
kembali….wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.10
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Nugraha Panji
Tanggal/Waktu : 01 November 2015 (11.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : TBI-S1/2015
Tempat : Masjid Darul Amal IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga ingin
mendapatkan informasi dari anda seputar shalat berjamaah
untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku Beragama
Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, ya silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
bersama dan mendapatkan pahala yang lebih berlipat
ganda.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Saat adzan berkumandang saya berhenti sejenak
mendengarkannya, kemudian jika saya sedang tidak ada
suatu kepentingan saya bergegas ke masjid, namun saat
dikampus sering ada jam mata kuliah yang menyebabkan
saya tidak dapat mengkuti shalat berjamaah secara tepat
waktu.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “O.ya tentu mbak, saya selalu mengajak keluarga jika
dirumah dan teman jika dikampus, karena menurut saya
dengan kita mengajak seseorang maka pahala yang akan kita
dapat akan berlipat ganda.”
Peneliti : “hmmmm..iya…kemudian selain anda melakukan shalat
berjamaah dikampus apakah anda juga melakukan shalat
berjamaah diluar kampus?
Narasumber : “jadi malu mbak….jujur saja, selain dikampus saya jarang
untuk melakukan shalat berjamaah..ya disebabkan rasa
malas dan jarak antara masjid dan rumah agak jauh sehingga
saya agak malas untuk melaksanakan shalat berjamaah.”
Peneliti : “lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “motif kenapa saya melakukan shalat berjamaah
disebabkan karena menurut saya shalat adalah suatu ajaran
dari Allah yang disampaikan oleh Rasullah yang kemudian
diajarkan kepada umat muslim yang harus dijalankan kita
semua yang menyebabkan seseorang menjadi pribadi yang
baik.”
Peneliti : “apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “selama ini saya rasa saya belum pernah mengalami.”
Peneliti : “menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “menurut saya faktor mahasiswa enggan untuk melakukan
shalat berjamaah termasuk saya adalah faktor malas yang
ada pada setiap individu mahasiswa masing-masing,
sedangkan sarana prasarana yang ada dikampus ini
khususnya kampus satu sudah sangat memadai dan
mendukung dalam melakukan shalat berjamaah.”
Peneliti : “hmmm…gitu saya kira itu sudah cukup informasi yang
saya dapat dari anda,terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali….wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.11
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Muhammad Mufid
Tanggal/Waktu : 18 September 2015 (14.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PAI-S2/2014
Tempat : Masjid Darul Amal IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga ingin
mendapatkan informasi dari anda seputar shalat berjamaah
untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku Beragama
Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, ya silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
bersama dan mendapatkan pahala yang lebih berlipat
ganda.dan di dalam shalat terdapat rasa saling
menyempurnakan antara sang imam dan sang makmum.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Saat adzan berkumandang saya berhenti sejenak
mendengarkannya, kemudian jika saya sedang tidak ada
suatu kepentingan saya bergegas ke masjid, namun saat
dikampus sering ada jam mata kuliah yang menyebabkan
saya tidak dapat mengkuti shalat berjamaah secara tepat
waktu.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “Setiap kali shalat saya melakukannya secara berjamaah
dan tepat waktu, karena saya merasa tidak nyaman dan tidak
pantas ketika orangtua dan masyarakat lingkungan di sekitar
saya banyak yang pergi ke mushola untuk melakukan shalat
berjamaah. Untuk itu saya termotivasi untuk disiplin
melakukan shalat berjamaah. Selain itu, saya juga sering
ditunjuk untuk menjadi muadzin di mushola tersebut, karena
jarak yang berdekatan dengan rumah.”.
Peneliti : “Hmmmm..iya…kemudian selain anda melakukan shalat
berjamaah dikampus apakah anda juga melakukan shalat
berjamaah diluar kampus?
Narasumber : “Selain di kampus saya juga selalu melaksanakan shaat
berjamaah, karena lingkungan, orang tua dan rumah saya
yang berada pada satu lokasi dengan mushala. Sehingga
memungkinkan saya selalu berjamaah.”
Peneliti : “lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “motif kenapa saya melakukan shalat berjamaah
disebabkan karena menurut saya disamping karena
keikhlasan hati juga drongan dari orang tua dari kecil
sehingga saya sudah terbiasa dalam melakukannya.”
Peneliti : “apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “selama ini saya rasa saya belum pernah mengalami.”
Peneliti : “menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “menurut saya faktor mahasiswa enggan untuk melakukan
shalat berjamaah termasuk saya adalah faktor malas yang
ada pada setiap individu mahasiswa masing-masing,
sedangkan sarana prasarana yang ada dikampus ini
khususnya kampus satu sudah sangat memadai dan
mendukung dalam melakukan shalat berjamaah.”
Peneliti : “hmmm…gitu saya kira itu sudah cukup informasi yang
saya dapat dari anda,terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali….wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.12
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Muhammad Hilmi
Tanggal/Waktu : 1 November 2015 (14.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : TBI-S1/2015
Tempat : Masjid kampus 1 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, begini mbak saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN
Salatiga ingin mendapatkan informasi dari anda seputar
shalat berjamaah untuk penelitian skripsi yang berjudul
Perilaku Beragama Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas
Motif shalat Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, silahkan mbak.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya suatu ibadah yang harus
dikerjakan oleh setiap muslim untuk mendapat pahala yang
banyak.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Berhenti mendengarkan adzan kemudian melanjutkan
aktifitas yang sedang dilakukan, jika sedang tidak ada
aktifitas maka terkadang saya langsung bergegas ke masjid.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “kadang-kadang mbak, kalau ada waktu ya kadang ngajak
kalau tidak ada waktu ya kadang tidak.”
Peneliti : “kemudian selain anda melakukan shalat berjamaah
dikampus apakah anda juga melakukan shalat berjamaah
diluar kampus?
Narasumber : “Jarang mbak, karena kadang kondisi saya yang tidak
memngkinkan, kadang karena kesibukan kadang juga karena
malas juga, hehehe…”
Peneliti : “O..begitu lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam
diri anda ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan
shalat berjamaah?
Narasumber : “Shalat berjamaah merupakan penyelamat bagi saya untuk
menjalani kehidupan yang kekal yaitu akhirat, shalat
merupakan wujud pelampiasan dari dosa-dosa terdahulu, ini
berarti bahwa shalat merupakan penghapus dari dosa-dosa
terdahulu yang diawali dengan permintaan tobat seorang
hamba kepada Tuhan-Nya. Sehingga dapat mengembalikan
manusia kembali menjadi pribadi yang suci dan berbuat
baik.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Saya kira belum ada mbak sejauh ini.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Kurang kedisiplinan mbak, terkadang karena kendala sakit
juga bisa mbak.”
Peneliti : “Gitu ya mungkin saya kira itu sudah cukup informasi yang
saya dapat dari anda, terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.13
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Muhammad Chairul Umam
Tanggal/Waktu : 18 September 2015 (14.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PAI-S1/2013
Tempat : Masjid kampus 1 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, begini mbak saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN
Salatiga ingin mendapatkan informasi dari anda seputar
shalat berjamaah untuk penelitian skripsi yang berjudul
Perilaku Beragama Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas
Motif shalat Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, silahkan mbak.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya suatu ibadah yang harus
dikerjakan bersama-sama oleh setiap muslim untuk
mendapat pahala 27 derajat yang dipimpin oleh imam dan
diikuti oleh makmum.dan ibadahnya ditanggung oleh imam
dan disana terdapat kepatuhan makmum kepada imamnya.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Berhenti mendengarkan adzan kemudian melanjutkan
aktifitas yang sedang dilakukan, seperti kuliah, jika sedang
tidak ada aktifitas maka terkadang saya langsung bergegas
ke masjid, tapi saya berusaha untukmelakukan shalat
berjamaah mbak dalam kondisi apapun.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “Tentu mbak saya mengajak teman saya untuk pergi
melaksanakan shalat berjamaah, disamping mendapat pahala
juga rasa persaudaraan yang semakin dekat.”
Peneliti : “Kemudian selain anda melakukan shalat berjamaah
dikampus apakah anda juga melakukan shalat berjamaah
diluar kampus?
Narasumber : “Ya mbak saya juga melaksanakan shalat berjamaah
dimanapun dan kapanpun, karena kalau saya meninggalkan
shalat jamaah rasanya hati saya hampa mbak.”
Peneliti : “O..begitu lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam
diri anda ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan
shalat berjamaah?
Narasumber : “Shalat subuh merupakan sarana untuk kesehatan jantung
dan paru-paru dengan gerakan-gerakan shalat juga dapat
memperlancar peredaran darah manusia, itu merupakan
motif saya kenapa saya melakukan shalat berjamaah subuh
dan shalat lainnya. Selain dari segi kesehatan saya
merasakan setelah saya sering melakukan shalat berjamaah
yang berkumpul dengan orang-orang banyak, saya merasa
lebih dperhatikan dan diistimewakan karena terkadang saya
lebih disegani dan dihargai oleh masyarakat apa yang saya
lakukan dan apa yang saya katakan.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Saya kira belum ada mbak sejauh ini.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Menurut saya kesehatan diri seseorang baik itu secara
psikis (jiwa) maupun jasmani seseorang sangat mendukung
seseorang dalam melakukan shalat berjamaah, seperti halnya
ketika saya sedang sakit saya lebih memilih shalat sendiri di
rumah dari pada shalat jamaah dimasjid.”
Peneliti : “Gitu ya mungkin saya kira itu sudah cukup informasi yang
saya dapat dari anda, terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.14
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Laili Nur Hikmah
Tanggal/Waktu : 18 September 2015 (13.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PBA S1/2011
Tempat : Masjid kampus 1 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, begini saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga
ingin mendapatkan informasi dari anda seputar shalat
berjamaah untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku
Beragama Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam, ya silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
secara bersama dan mendapatkan pahala yang lebih berlipat
ganda yang di dalam shalat jamaah tersebut terdapat
pemimpin yang disebut dengan imam dan pengikutnya
adalah makmum”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Ya tergantung, jika di masjid atau tempat shalat maka saya
langsung menuju masjid namun jika tidak saya lebih
memilih melanjutkan aktifitas saya.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “Ya mengajak, agar teman sama-sama melakukan shalat
berjamaah agar saya juga mendapatkan pahala juga
tentunya.”
Peneliti : “Kemudian selain anda melakukan shalat berjamaah
dikampus apakah anda juga melakukan shalat berjamaah
diluar kampus?
Narasumber : “Kadang-kadang karena jarak antara rumah dan mushola
agak lumayan jauh.sehingga tidak memungkinkan saya
untuk shalat berjamaah di masjid maupun di mushala saya
akui memang saya kurang begitu disiplin dalam melakukan
shalat berjamaah, itu disebabkan karena jam kuliah yang
tidak memungkinkan untuk melakukan shalat berjamaah.
Maka dari itu, saya lebih memilih untuk melakukan shalat di
kos-kosan dengan alasan tempat yang bersih, nyaman dan
tidak begitu ribet.””
Peneliti : “Lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Pertama ya pahala, kemudian dengan berjamaah tu hati
lebih tenang dan senang karena dapat menjalin silaturrahmi
antara umat muslim.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Sampai saat ini belum ada mbak.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Kendala yang menyebabkan saya enggan melakukan
shalat berjamaah di kampus karena letak lantai 3 bagi jamaah
putri yang membuat saya malas dan capek, selain itu juga
kamar mandi yang kadang tersumbat dan antrian wudlu yang
sangat panjang juga menjadi kendala, ditambah lagi dengan
kebersihan mukena dan antrian mukena yang semakin
membuat saya beralasan untuk tidak berjamaah dimasjid
kampus dan memilih shalat sendiri di rumah.”
Peneliti : Saya kira itu sudah cukup informasi yang saya dapat dari
anda,terimakasih banyak atas waktunya dan selamat
melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak saama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.15
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Sri Sulastri
Tanggal/Waktu : 18 September 2015 (13.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PAI-S1/2011
Tempat : Masjid kampus 1 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga ingin
mendapatkan informasi dari anda seputar shalat berjamaah
untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku Beragama
Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, ya mbak silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
secara bersama disana terdapat imam dan makmum yang
mengerjakannya secara bersama-sama dan didalamnya
saling melengkapi dikala makmum atau imam memiliki
kesalahan atau sering kita sebut saling menyempurnakan.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Saat adzan berkumandang saya langsung bergegas
mengambil air wudlu dan melaksanakan shalat berjamaah di
masjid
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “Saya selalu mengajak teman-teman saya, karena saya
dikampus selalu dengan teman-teman saya jadi sekalian
saling memngingatkan dalam hal kebaikan.”
Peneliti : “Kemudian selain anda melakukan shalat berjamaah
dikampus apakah anda juga melakukan shalat berjamaah
diluar kampus?
Narasumber : “Ya kadang-kadang, karena kalau selain di kampus tidak
ada yang diajak untuk berjamaah sedangkan jarak anatara
masjid dan kampus agak jauh sehingga memungkinkan saya
tidak dapat mengikuti shalat berjamaah.”
Peneliti : “Lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Motif saya mengerjakan shalat berjamaah adalah
mendapatkan ridho allah, mendapatkan pahala yang berlipat
ganda dan yang paling penting rasa ketenangan hati yang
saya dapat tidak ternilai harganya.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Belum ada mbak.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber :“Faktor yang menjadi kendala seseorang dalam melakukan
shalat berjamaah menurut saya kondisi fisik mungkin kalau
dari diri saya karena capek banyak kegiatan yang tidak
memungkinkan untuk berjamaah, kemudian faktor cuaca
misalnya hujan yang sangat deras dan kebersihan pada
tempat ibadah atau masjid sedangkan yang saya alami ketika
saya berada dikampus yaitu proses pelaksanaan shalat
berjamaah yang begitu lama mungkin karena bacaan imam
yang sangat panjang membuat saya tidak ikhlas ketika
menjalankan shalat berjamaah, apalagi ditambah dengan
keadaan saya yang saat itu sedang capek karena aktifitas
yang saya lakukan. Itulah yang menjadi penyebab saya
jarang melakukan shalat berjamaaah di kampus.”
Peneliti : “Begitu ya mbak saya kira itu sudah cukup informasi yang
saya dapat dari anda,terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.16
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Khairun Nisa
Tanggal/Waktu : 18 September 2015 (11.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : HES-S1/2012
Tempat : Mushola kampus 2 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga ingin
mendapatkan informasi dari anda seputar shalat berjamaah
untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku Beragama
Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, ya silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
secara bersama dan mendapatkan pahala yang lebih berlipat
ganda dan pahala yang berlipat ganda tersebut akan
mnyelematkan diri kita dia khir kelak ketika semua amal
ibadah di pertanggung jawabkan”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Pertama saya pastinya mendengarkan, dan saya langsung
bergegas untuk melaksanakannya, karena shalat merupakan
amalan yang pertama yang harus dipertanggung jawabkan
selain itu juga dengan berjamaah mendapatkan pahalala 27
derajat dari shalat sendirian.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “Iya karena dengan mengajak merupakan suatu kebaikan
dan tugas kita sebagai seprang muslim kepada muslim
lainnya.”
Peneliti : “Hmmmm..iya kemudian selain anda melakukan shalat
berjamaah dikampus apakah anda juga melakukan shalat
berjamaah diluar kampus?
Narasumber : “Ya,,dalam keadaan apapun saya selalu menyempatkan diri
untuk selalu berjamaah.”
Peneliti : “Lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Rasa takut dan ketidak sempurnaan dalam melakukan
shalat. Saya merasa lebih mantap hatinya dalam
melaksanakan shalat secara berjamaah. Di samping saya
mendapatkan pahala yang berlipat ganda, saya juga
mendapatkan ilmu tajwid dari ayat-ayat Al-Qur’an yang
dibaca oleh imam. Oleh karena itu, saya termotivasi untuk
melakukan shalat berjamaah.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Saya kira belum ada mbak.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Menurut saya itu tergantung pribadi dari masing-masing
individu, kalau menurut saya hal yang dapat menggugah
mendukung seseorang dalam melakukan shalat berjamaah
yaitu sarana prasarana, kondisi fisik, cuaca dan yang paling
penting adalah dorongan dari dalam takut akan dosa atau
mati, pasti dengan alasan tersebut pasti seseorang akan rajin
menjalankan ibadah shalat.”
Peneliti : “Hmmm…gitu saya kira itu sudah cukup informasi yang
saya dapat dari anda,terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.17
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Khairul Mujahidin
Tanggal/Waktu : 1 November 2015 (14.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PAI-S1/2013
Tempat : Masjid kampus 1 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, begini mbak saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN
Salatiga ingin mendapatkan informasi dari anda seputar
shalat berjamaah untuk penelitian skripsi yang berjudul
Perilaku Beragama Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas
Motif shalat Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, silahkan mbak.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya suatu ibadah yang harus
dikerjakan bersama-sama oleh setiap muslim untuk
mendapat pahala 27 derajat yang dipimpin oleh imam dan
diikuti oleh makmum.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Berhenti mendengarkan adzan kemudian melanjutkan
aktifitas yang sedang dilakukan, seperti kuliah, jika sedang
tidak ada aktifitas maka terkadang saya langsung bergegas
ke masjid.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “Ya saya mengajak yang namanya shalat berjamaah
membutuhkan orang yang banyak, dan jika jamaahnya
semakin banyak maka pahala yang di dapat semakin banyak
juga.”
Peneliti : “Kemudian selain anda melakukan shalat berjamaah
dikampus apakah anda juga melakukan shalat berjamaah
diluar kampus?
Narasumber : “Jarang mbak, karena kadang kondisi saya yang tidak
memngkinkan, kadang karena kesibukan kadang juga karena
malas juga dan jarak antara masjid dengan rumah juga
lumayan jauh.”
Peneliti : “Begitu lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri
anda ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan
shalat berjamaah?
Narasumber : “Menurut saya shalat adalah suatu dimensi ritual setiap
muslim untuk berkewajiban mengerjakannya. Bagaimana
seorang muslim mengerjakan kewajiban-kewajiban tersebut
secara rutin yang kemudian tergantung seseorang tersebut
apakah sudah terbiasakah dalam mengerjakan shalat yang
pada akhirnya seorang muslim tersebut ingin menambah
peningkatan ibadahnya dengan shalat yang lebih khusyuk
dan lebih baik yaitu dengan mendirikan shalat berjamaah
disetiap waktunya, jadi shalat berjamaah merupakan dimensi
ritual yang harus dikerjakan setiap muslim, dan memberikan
kesempatan dalam menigkatkan ritualnya tersebut agar lebih
dekat dengan Tuhannya.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Saya kira belum ada mbak sejauh ini.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Menurut saya rasa mala situ mbak yang paling mendasari,
kemudian karena aktifitas, lelah juga karena aktifitas
tersebut dsb.
Peneliti : “Gitu ya mungkin saya kira itu sudah cukup informasi yang
saya dapat dari anda, terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.18
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Jumico Randi Wirana
Tanggal/Waktu : 1 November 2015 (14.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PAI-S1/2011
Tempat : Masjid kampus 1 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, begini mbak saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN
Salatiga ingin mendapatkan informasi dari anda seputar
shalat berjamaah untuk penelitian skripsi yang berjudul
Perilaku Beragama Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas
Motif shalat Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, silahkan mbak.”
Peneliti :“Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya suatu ibadah yang harus
dikerjakan bersama-sama oleh setiap muslim untuk
mendapat pahala 27 derajat yang dipimpin oleh imam dan
diikuti oleh makmum.dan ibadahnya ditanggung oleh imam
dan disana terdapat kepatuhan makmum kepada imamnya.”
Peneliti :“Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu mulainya
shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Berhenti mendengarkan adzan kemudian saya langsung
bergegas ke masjid, tapi saya berusaha untukmelakukan
shalat berjamaah mbak dalam kondisi apapun.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “Tentu mbak saya mengajak teman saya untuk pergi
melaksanakan shalat berjamaah, disamping mendapat pahala
juga rasa persaudaraan yang semakin dekat.”
Peneliti : “Kemudian selain anda melakukan shalat berjamaah
dikampus apakah anda juga melakukan shalat berjamaah
diluar kampus?
Narasumber : “Ya mbak saya juga melaksanakan shalat berjamaah
dimanapun dan kapanpun, karena orangnya suka berjalan-
jalan dari masjid kemasjid”
Peneliti : “Lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Ya…karena ingin mendapat ridho Allah dan ingin selalu
dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Kejadian atau pengalaman yang saya alami dan
memotivasi saya untuk shalat berjamaah disebabkan karena
rasa sakit yang pernah saya alami dan keikhlasan saya ketika
melakukan shalat berjamaah berdampak pada kesehatan
saya, rasa sakit yang sering saya alami semakin hari semakin
berkurang dan shalat berjamaah menurut saya therapy bagi
rasa sakit yang saya alami sehingga saya melakukan shalat
berjamaah.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : Menurut saya itu tergantung dari dalam diri sendiri,
kemauan diri sendiri bagaimana caranya atau memotivasi
diri agar dapat selalu melakukan shalat berjamaah.”
Peneliti : “Gitu ya mungkin saya kira itu sudah cukup informasi yang
saya dapat dari anda, terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.19
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Ja’far Sodiq Abdullah
Tanggal/Waktu : 18 September 2015 (11.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PAI-S1/2013
Tempat : Masjid kampus 1 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga ingin
mendapatkan informasi dari anda seputar shalat berjamaah
untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku Beragama
Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, ya silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
secara bersama dua orang atau lebih yang satu untuk imam
dan yang satu menjadi makmum.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Pertama saya pastinya mendengarkan, dan saya langsung
bergegas untuk melaksanakannya, karena shalat merupakan
amalan yang pertama yang harus dipertanggung jawabkan
selain itu juga dengan berjamaah mendapatkan pahalala 27
derajat dari shalat sendirian.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “Iya karena dengan mengajak merupakan suatu kebaikan
dan tugas kita sebagai seorang muslim kepada muslim
lainnya.”
Peneliti : “Hmmmm..iya kemudian selain anda melakukan shalat
berjamaah dikampus apakah anda juga melakukan shalat
berjamaah diluar kampus?
Narasumber : “Ya kadang-kadang saya melaksanakan sahalat berjamaah
jika kondisi badan saya tidak capek.”
Peneliti : “Lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Rasa takut dan ketidak sempurnaan dalam melakukan
shalat. karena dengan shalat berjamaah saya dapat
mengetahui mana bacaan yang salah dan mana bacaan saya
yang benar.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Saya kira belum ada mbak.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Penyebab mengapa saya tidak melakukan shalat
berjamaah dimasjid saat dikampus karena ketidaknyamanan
saya terhadap keamanan yang terjadi di masjid. Pernah suatu
ketika saya berjamaah di masjid saat itu saya masih semester
awal, ketika saya selesai menjalankan shalat berjamaah saya
kehilangan barang, dan setelah kejadian itu teman dekat saya
juga mengalami hal yang sama. Dengan kejadian-kejadian
itu, saya merasa enggan untuk kembali menjalankan shalat
berjamaah di kampus.”
Peneliti : “Ya sudah mungkin saya kira itu sudah cukup informasi
yang saya dapat dari anda, terimakasih banyak atas waktunya
selamat melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.20
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Ivana Agestin
Tanggal/Waktu : 19 September 2015 (14.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PS-D3/2012
Tempat : Mushola kampus 2 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga ingin
mendapatkan informasi dari anda seputar shalat berjamaah
untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku Beragama
Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, ya mbak silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
secara bersama-sama untuk mendapatkan pahala yang lebih
besar.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Isya biasanya masih sering dengan kesibukan saya
sehingga saya berat untuk meninggalkannya..yaa saya tidak
shalat berjamaah.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “Saya tidak sering mengajak teman saya, palah saya yang
sering diajak teman atau ibu saya.”
Peneliti : “hmmmm..iya kemudian selain anda melakukan shalat
berjamaah dikampus apakah anda juga melakukan shalat
berjamaah diluar kampus?
Narasumber : “Tidak karena ya tadi disamping sesibukan saya, saya sring
malas-malasan dan lebih sering menunda waktu dalam
melakukan shalat, ya akhirnya saya shalat sendiri.”
Peneliti : “Lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber :”Motif saya meakukan shalat berjamaah ya karena
mendapatkan pahala biyar masuk surge, mendekatkan diri
kepada Allah, mendapat ridho Allah, kemudian lebih
khusyuk, hati serasa sejuk kemudian dalam mengerjakan
shalat berjamaah, saya selalu terdorong dari orang-orang
terdekat terutama dari ibu saya yang sangat rajin dalam
melakukan ibadah ibu saya merupakan sosok ibu yang
sangat hebat dan tegar dengan kondisi dan masalah yang
terjadi setelah bapak saya meninggal. Saya sering
mendengarkan nasehat dan doa yang beliau panjatkan untuk
kebaikan saya, untuk itu saya ingin mewujudkan apa yang
beliau harapkan kepada saya, salah satunya dengan rajin
beribadah untuk menjadi anak yang sholikhah.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Saya rasa belum ada mbak.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Hambatan dari shalat berjamaah menurut saya adalah
subuh mengantuk, kalau di kampus airnya tidak mengalir,
kemudian kebanyakan orang-orang yang berada di sana
tidak menggunakan mushala sebagaimana mestinya palahan
mereka lebih asyik mengobrol,,ya akhrinya membuat saya
malas untuk shalat di mushala.”
Peneliti : “Hmmm…gitu saya kira itu sudah cukup informasi yang
saya dapat dari anda,terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.21
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Istriyani
Tanggal/Waktu : 19 September 2015 (13.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PS-S1/2015
Tempat : Mushola kampus 2 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, begini saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga
ingin mendapatkan informasi dari anda seputar shalat
berjamaah untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku
Beragama Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam, ya silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
secara bersama dan mendapatkan pahala yang lebih berlipat
ganda dan tersimpan beberapa hikmah bagi orang-orang
yang mau melaksanakannya.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Saya mendengar adzan sya langsung bergegas karena
terburu oleh aktifitas selanjutnya.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “Iya jika di kampus dan sedang bersama dengan teman
saya, namun kalau di pondok saya lebih sering diingatkan.”
Peneliti : “Kemudian selain anda melakukan shalat berjamaah
dikampus apakah anda juga melakukan shalat berjamaah
diluar kampus?
Narasumber : “Ya arena selain di kampus saya berada di lingkungan
pondok pesantren, sehingga saya lebih rutin untuk
melakukan shalat berjamaah.”
Peneliti : “Lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Motifnya ya saya terdorong karena banyak sekali
keutamaan di dalam melakukan shlat berjamaah tersebut
mbak, seperti pahala, memiliki banyak teman dsb.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Sepertinya tidak ada pengalaman yang melatar belakangi
saya shalat berjamaah sih.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Mengerjakan suatu hal pasti akan lebih bersemangat dan
lebih rajin jika ada dorongan dari dalam diri ataupun dari
orang lain, seperti halnya dalam sholat, saya lebih
bersemangat atau faktor yang paling mendukung saya untuk
lebih rajin mengerjakan shalat berjamaah adalah karena
dorongann sahabat-sahabat saya yang sering mengajak saya
dan melakukan shalat bersama-sama, selain sahabat juga ada
orang tua maupun dari lingkungan disekitar saya yang
mendukung saya untuk lebih bersemangat dalam
berjamaah.”
Peneliti : “Begitu saya kira itu sudah cukup informasi yang saya
dapat dari anda,terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.22
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Isnaini Tursinia
Tanggal/Waktu : 19 September 2015 (11.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PBA-S1/2010
Tempat : Masjid Darul Amal IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga ingin
mendapatkan informasi dari anda seputar shalat berjamaah
untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku Beragama
Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, ya silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
bersama dan mendapatkan pahala yang lebih berlipat
ganda.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Saat adzan berkumandang saya berhenti sejenak
mendengarkannya, kemudian jika saya sedang tidak ada
suatu kepentingan saya bergegas ke masjid karena keluarga
selalu mendukung saya.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “o..ya tentu mbak, saya selalu mengajak keluarga jika
dirumah dan teman jika dikampus, karena menurut saya
dengan kita mengajak seseorang maka pahala yang akan kita
dapat akan berlipat ganda.”
Peneliti : “Kemudian selain anda melakukan shalat berjamaah
dikampus apakah anda juga melakukan shalat berjamaah
diluar kampus?
Narasumber : “Saya dalam melakukan shalat berjamaah selalu tepat
waktu dan disiplin ketika di rumah, karena setiap kali masuk
waktu shalat selalu ada yang mengingatkan, baik itu orang
tua maupun saudara untuk pergi bersama-sama ke masjid
melaksanakan shalat berjamaah.”
Peneliti : “lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Rasa Takut akan dosa merupakan motif atau dorongan
yang membuat saya melakukan shalat berjamaah, mengingat
bahwa shalat merupakan amalan ibadah yang pertama kali
dipertanyakan besok di hari akhir, karena shalat yang saya
lakukan sendiri belum sempurna, maka saya lebih memilih
shalat berjamaah meskipun terkadang tidak ke masjid.”
Peneliti : “apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “selama ini saya rasa saya belum pernah mengalami.”
Peneliti : “menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Menurut saya faktor mahasiswa enggan untuk melakukan
shalat berjamaah termasuk saya adalah faktor malas yang
ada pada setiap individu mahasiswa masing-masing,kemdian
kesibukan duniawi yang membutakan mereka tentang
pentingnya shalat berjamaah padahal sarana prasarana yang
ada dikampus ini khususnya kampus satu sudah sangat
memadai dan mendukung dalam melakukan shalat
berjamaah.”
Peneliti : “Ya mungkin saya kira itu sudah cukup informasi yang saya
dapat dari anda,terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali….wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.23
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Tri Mashudi
Tanggal/Waktu : 18 September 2015 (13.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PAI S1/2011
Tempat : Masjid kampus 1 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, begini saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga
ingin mendapatkan informasi dari anda seputar shalat
berjamaah untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku
Beragama Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam, ya silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
secara bersama dan mendapatkan pahala yang lebih berlipat
ganda dan tersimpan beberapa hikmah bagi orang-orang
yang mau melaksanakannya.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Jarang sekali, karena saya ebih sering menghabiskan topic
pembicaraan dulu dengan teman-teman saya.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “Ya karena bisa berjamaah bareng dan tentunya mendaat
pahala yang banyak.”
Peneliti : “Kemudian selain anda melakukan shalat berjamaah
dikampus apakah anda juga melakukan shalat berjamaah
diluar kampus?
Narasumber : “Jarang sekali, dan belum dapat menjadikan hal tersebut
menjadi hal yang biasa, ya..karena disamping kesibukan
saya juga karena saya hanya bisa menyempatkan diri di
waktu maghrib dan isya saja.”
Peneliti : “Lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Motif shalat berjamaah merupakan suatu kebutuhan,
selain itu motifnya adalah untuk mendapat ridho Allah
kemudian ketenangan hati, sosial dan yang pastinya
menerapkan ilmu yang kita dapatkan dimata perkuliahan”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Saya melakukan shalat berjamaah karena ketika saya
berjamaah, saya melihat banyak orang-orang hebat yang
berkecimpung di dalamnya dan ketika saya bersalaman
dengan orang-orang tersebut timbul suatu keberkahan di
dalamnya yang dapat menginspirasi saya untuk lebih giat
dalam melakukan shalat berjamaah. Mereka bisa menjadi
hebat karena lantaran sering melakukan shalat berjamaah.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Menurut saya belum menjadikan jamaah menjadi rutinitas
saja atau suatu kebutuhan dan kalau mengenai sarana
prasarana sudah cukup tinggal waktu situasi dan kondisi saja
dalam melaksanakannya.”
Peneliti : “Hmmm…gitu saya kira itu sudah cukup informasi yang
saya dapat dari anda,terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.24
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Handayani
Tanggal/Waktu : 01 November 2015 (11.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PAI-S1/2011
Tempat : Masjid Darul Amal IAIN Salatiga
Peneliti :“Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga ingin
mendapatkan informasi dari anda seputar shalat berjamaah
untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku Beragama
Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, ya silahkan.”
Peneliti :“Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber :“Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
bersama dan mendapatkan pahala yang lebih berlipat
ganda.”
Peneliti :“Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu mulainya
shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber :“Saat adzan berkumandang saya berhenti sejenak
mendengarkannya, kemudian jika saya sedang tidak ada
suatu kepentingan saya bergegas ke masjid, namun saat
dikampus sering ada jam mata kuliah yang menyebabkan
saya tidak dapat mengkuti shalat berjamaah secara tepat
waktu.”
Peneliti : Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber :“o..ya tentu mbak, saya selalu mengajak keluarga jika
dirumah dan teman jika dikampus, karena menurut saya
dengan kita mengajak seseorang maka pahala yang akan kita
dapat akan berlipat ganda.”
Peneliti : “hmmmm..iya…kemudian selain anda melakukan shalat
berjamaah dikampus apakah anda juga melakukan shalat
berjamaah diluar kampus?
Narasumber : “Jadi malu mbak….jujur saja, selain dikampus saya jarang
untuk melakukan shalat berjamaah..ya disebabkan rasa
malas dan jarak antara masjid dan rumah agak jauh sehingga
saya agak malas untuk melaksanakan shalat berjamaah.”
Peneliti : “Lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Motif kenapa saya melakukan shalat berjamaah
disebabkan karena menurut saya shalat adalah suatu ajaran
dari Allah yang disampaikan oleh Rasullah yang kemudian
diajarkan kepada umat muslim yang harus dijalankan kita
semua yang menyebabkan seseorang menjadi pribadi yang
baik.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Selama ini saya rasa saya belum pernah mengalami.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Cuaca yang sangat baik misalnya cerah, tidak hujan atau
Guntur juga berpengaruh pada seseorang dalam melakukan
shalat berjamaah, misalnya ketika saya menjalankan shalat
subuh, saya lebih melaksanakannya dengan berjamaah di
masjid karena udara yang sangat baik dan sejuk, membuat
saya lebih bersemangat untuk berjamaah selain itu saya juga
lebih senang berjalan kaki ke masjid untuk membiasakan diri
hidup lebih sehat.”
Peneliti : “Hmmm…gitu saya kira itu sudah cukup informasi yang
saya dapat dari anda,terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali….wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.25
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Duratun Nasiroh
Tanggal/Waktu : 18 September 2015 (11.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PS-D3/2015
Tempat : Mushola kampus 2 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga ingin
mendapatkan informasi dari anda seputar shalat berjamaah
untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku Beragama
Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, ya silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
secara bersama dan mendapatkan pahala yang lebih berlipat
ganda.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Saat adzan berkumandang saya berhenti sejenak
mendengarkannya, kemudian jika saya sedang tidak ada
suatu kepentingan saya bergegas ke masjid, namun saat
dikampus sering ada jam mata kuliah yang menyebabkan
saya tidak dapat mengkuti shalat berjamaah secara tepat
waktu.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “Terkadang saya mengajak teman saya, tapi terkadang saya
juga tidak mengajak karena saya juga terlambat dalam
meaksanakannya.”
Peneliti : “Hmmmm..iya kemudian selain anda melakukan shalat
berjamaah dikampus apakah anda juga melakukan shalat
berjamaah diluar kampus?
Narasumber : “Shalat merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim
namun, untuk melakukannya dengan berjamaah saya belum
dapat melaksanakannya dengan tertib dikarenakan ada
kepentingan yang terkadang tidak dapat di tinggalkan.”
Peneliti : “Lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Motif shalat berjamaah karena menurut saya shalat adalah
suatu kewajiban yang semata-mata mendapatkan ridho Allah
dan untuk menyemmpurnakannya saya melakukannya
dengan shalat berjamaah.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Selama saya hidup ini, pengalaman yang tak terlupakan
ketika saya mendapatkan musibah dan Allah mendengarkan
setiap doa saya, ya akhirnya saya selalu mendekatkan diri
dengan berusaha membiasakan diri untuk shalat secara
berjamaah.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Menurut saya faktor mahasiswa enggan untuk melakukan
shalat berjamaah yaitu Keluhan yang saya dengar dari
teman-teman terutama juga yang saya alami mengapa saya
lebih sering tidak melakukan shalat berjamaah karena
fasilitas yang kurang memadai seperti air yang sering macet,
tempat yang sempit, mukena yang sering antri, tempat wudlu
yang kurang dan ketidaknyamanan pada orang-orang yang
berada dalam mushola yang tidak berkepentingan untuk
berjamaah membuat suasana semakin sumpek dan sempit
menjadikan saya tidak melakukan shalat berjamaah di
kampus.”
Peneliti : “Hmmm…gitu saya kira itu sudah cukup informasi yang
saya dapat dari anda,terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.26
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Cahyo Riswanto
Tanggal/Waktu : 18 September 2015 (11.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PAI-S2/2015
Tempat : Masjid Darul Amal IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga ingin
mendapatkan informasi dari anda seputar shalat berjamaah
untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku Beragama
Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, ya silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
bersama paling sedikitnya dua orang, yang satu menjadi
imam dan yang lain menjadi makmum guna mendapatkan
pahala yang lebih berlipat ganda.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Saat adzan berkumandang saya berhenti sejenak
mendengarkannya. Menurut saya, shalat berjamaah di awal
waktu lebih afdzol dibandingkan di akhir waktu. Seseorang
yang tepat waktu dalam mengerjakan shalat berjamaah
tentunya akan menduduki pada bagian shaf-shaf terdepan
dan saya pernah mendengar bahwa orang yang shalat
berjamaah pada barisan depan dia akan mendapatkan
manfaat yang banyak, misalnya Allah Swt dan para malaikat
bershalawat kepada shaf pertama juga pada shaf yang
pertama Allah menyamakannya pada shafnya para malaikat”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “O.ya tentu mbak, saya selalu mengajak keluarga jika
dirumah dan teman jika dikampus, karena menurut saya
dengan kita mengajak seseorang maka pahala yang akan kita
dapat akan berlipat ganda.”
Peneliti : “Hmmmm..iya…kemudian selain anda melakukan shalat
berjamaah dikampus apakah anda juga melakukan shalat
berjamaah diluar kampus?
Narasumber : “Dalam keadaan apapun maupun dirumah di jalan dsb saya
berusaha untuk menjalankan shalat secara berjamaah.”
Peneliti : “Lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Saya melakukan shalat berjamaah karena dengan alasan
untuk menguji seberapa tinggi rasa ketaqwaan saya kepada
Allah, saya merasa dengan shalat berjamaah perubahan sikap
dan pola pikir saya semakin baik dari hari kehari, untuk itu
saya ingin dengan shalat berjamaah kualitas taqwa saya
kepada Allah semakin meningkat dan lebih dekat dengan
Allah Swt.
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “selama ini saya rasa saya belum pernah mengalami.”
Peneliti : “menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “menurut saya faktor mahasiswa enggan untuk melakukan
shalat berjamaah termasuk saya adalah faktor malas yang
ada pada setiap individu mahasiswa masing-masing,
sedangkan sarana prasarana yang ada dikampus ini
khususnya kampus satu sudah sangat memadai dan
mendukung dalam melakukan shalat berjamaah.”
Peneliti : “hmmm…gitu saya kira itu sudah cukup informasi yang
saya dapat dari anda,terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali….wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.27
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Bagus Prasetya
Tanggal/Waktu : 19 September 2015 (11.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PGMI/2014
Tempat : Mushola kampus 2 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, begini mbak saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN
Salatiga ingin mendapatkan informasi dari anda seputar
shalat berjamaah untuk penelitian skripsi yang berjudul
Perilaku Beragama Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas
Motif shalat Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, silahkan mbak.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
secara bersama, yang didalamnya terdapat makmum dan
imam dalam suatu kondisi, waktu yang sama guna untuk
beribadah kepada Allah swt.
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Berhenti mendengarkan adzan kemudian melanjutkan
aktifitas yang sedang dilakukan, jika sedang tidak ada
aktifitas maka saya langsung bergegas ke masjid.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “Kadang-kadang mbak, kalau ada waktu ya kadang ngajak
kalau tidak ada waktu ya kadang tidak.”
Peneliti : “Kemudian selain anda melakukan shalat berjamaah
dikampus apakah anda juga melakukan shalat berjamaah
diluar kampus?
Narasumber : “Ya mbak saya melakukan shalat berjamaah, karena ajakan
dari orang tua disamping itu juga jarak antara rumah dan
mushola yang berdekatan.”
Peneliti : “Lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Saya lebih bersemangat dan sering melakukan shalat
berjamaah karena disamping mendapatkan pahala yang
besar, saya juga mendapatkan teman banyak yang selalu
mengingatkan dalam hal kebaikan terutama saat
menjalankan kewajiban shalat secara berjamaah. Akan tetapi
yang lebih membuat saya semangat lagi adalah dorongan,
motivasi maupun nasehat yang diberikan teman dekat
(pacar) saya, entah itu ketika bersamanya ataupun ketika
tidak bersama dia, selain karna saya ingin lebih diperhatikan
juga karena motif ingin belajar agama yang lebih mendalam
dengan pacar saya karena menurut saya pacar saya memang
bagus dalam bidang agama Islam dan saya sering belajar
agama setelah melakukan shalat berjamaah.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Saya kira belum ada mbak sejauh ini.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Kurang kedisiplinan mbak sehingga terkadang mushala
menjadi penuh, dan air tempat wudlu yang terbatas.
Peneliti : “Gitu ya mungkin saya kira itu sudah cukup informasi yang
saya dapat dari anda, terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.28
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Ani Rahmani
Tanggal/Waktu : 18 September 2015 (13.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PAI S1/2011
Tempat : Masjid kampus 1 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, begini saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga
ingin mendapatkan informasi dari anda seputar shalat
berjamaah untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku
Beragama Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam, ya silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
secara bersama dan mendapatkan pahala yang lebih berlipat
ganda dan tersimpan beberapa hikmah bagi orang-orang
yang mau melaksanakannya.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Saya mendengar adzan ada perasaan ingin bergegas shalat
entah kenapa saya juga bgingung, tapi terkadang juga rasa
mala situ lebih mendominasi.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : Iya jika di kampus dan sedang bersama dengan teman saya,
namun kalau di rumah saya lebih sering diingatkan.”
Peneliti : “Kemudian selain anda melakukan shalat berjamaah
dikampus apakah anda juga melakukan shalat berjamaah
diluar kampus?
Narasumber : “Tidak karena terfokus pada kesibukan saya sehingga saya
hanya bisa melaksanakan secara munfarid, namun jika
kesibukan tersebut berhubungan dengan teman, maka saya
shalat berjamaah dengan teman tersebut.”
Peneliti : “Lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Pertama, Menurut pendapat saya, shalat berjamaah
merupakan wujud dari ketenangan hati. Ketika saya sedang
menghadapi berbagai masalah yang sulit untuk dipecahkan,
maka saya termotivasi untuk melakukan shalat berjamaah,
karena itu merupakan pendekatan atau curahan hati kepada
Allah Swt. Selain itu, shalat berjamaah merupakan wujud
rasa syukur saya atas nikmat dan karunia Allah Swt,
sehingga saya lebih tergugah untuk melakukan shalat
berjamaah.
Kedua, “Alasan saya kenapa saya melakukan shalat
berjamaah yaitu pertama karena ada rasa yang mendorong
diri saya untuk segera melakukan shalat berjamaah ketika
mendengar adzan yang kedua karena saya hidup
dilingkungan perumahan shalat berjamaah merupakan ajang
bertemu dengan para tetangga yang dapat memupuk rasa
solidaritas antar sesama muslim dan yang ketiga adalah
dengan shalat berjamaah terkadang saya mendapatkan ilmu-
ilmu baru dari para jamaah mungkin tentang keagamaan,
berbisnis dan hal-hal yang saya tidak mengerti, karena di
dalam berjamaah terdapat banyak orang yang lebih
berpengalaman dan mempunyai intelektualitas yang bagus.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Sepertinya tidak ada pengalaman yang melatar belakangi
saya shalat berjamaah sih.”
Peneliti :“Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Menurut saya mungkin karena kesibukan, menunda-nunda
shalat, mungkin pengaruh acara televise yang sedang asyik,
dan mungkin juga pengaruh dari teman dan lingkungan.”
Peneliti : “Hmmm…begitu saya kira itu sudah cukup informasi yang
saya dapat dari anda,terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.29
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Alvi Nirawati
Tanggal/Waktu : 19 September 2015 (11.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : PGMI/2012
Tempat : Mushola kampus 2 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, begini mbak saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN
Salatiga ingin mendapatkan informasi dari anda seputar
shalat berjamaah untuk penelitian skripsi yang berjudul
Perilaku Beragama Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas
Motif shalat Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : Waalaikumsalam mbak, ya mbak silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
secara bersama, yang didalamnya terdapat makmum dan
imam dalam suatu kodisi, waktu yang sama guna untuk
beribadah kepada Allah swt.
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber : “Kadang-kadang mbak, karena terkadang saya malas untuk
antri mukena dan wudlu di kampus 2 kadang pula tidak ada
air.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “Dalam melakukan shalat berjamaah terkadang saya
mengajak teman jika situasi yang memungkinkan. Akan
tetapi jika keadaan dan situasi yang tidak memungkinkan
saya tidak menagajak teman atau saudara untuk melakukan
shalat berjamaah, seperti halnya ketika pikiran tidak fresh
saya memilih untuk langsung bergegas melakukan shalat di
masjid guna mendekatkan diri kepada Allah, selain itu saya
juga tidak mau ambil resiko untuk mengajak teman-teman
ketika pikiran saya sedang tidak fresh (suntuk) karena
menurut saya teman yang saya ajak, belum tentu
memperhatikan dan mau mengikuti ajakan yang saya
tawarkan.”
Peneliti : “Hmmmm..iya kemudian selain anda melakukan shalat
berjamaah dikampus apakah anda juga melakukan shalat
berjamaah diluar kampus?
Narasumber : “Ya kadang-kadang mbak kalau di kampus tapi kalau
dirumah saya sering melaksanakan karena mushola dekat
dengan rumah dan yang sering saya laksanakan pada waktu
isya dan maghrib, karena waktunya yang sangat longgar.”
Peneliti : “Lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Motif saya melakukan shalat berjamaah yaitu disamping
itu merupakan anjuran dari allah yang disampaikan
Rasulullah, karena ada banyak hikmah dari kita melakukan
shalat berjamaah, dan yang paling penting adalah
mendapatkan pahala 27 kali lipat.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Saya kira belum ada mbak sejauh ini.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Yang menghambat saya untuk melakukan shalat
berjamaah disamping fasilitas kampus 2 yang sedemikian
rupa, juga dari teman-teman yang sulit untuk diajak
melakukan shalat berjamaah, kebanyakan dari mereka
menolak dan memilih shalat di tempat lain.”
Peneliti : “Hmmm…gitu saya kira itu sudah cukup informasi yang
saya dapat dari anda,terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.”
LAMPIRAN 4.30
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Agung Ari Irawan
Tanggal/Waktu : 19 September 2015 (11.00 WIB)
Jurusan/Angkatan : HES-S1/2011
Tempat : Mushola kampus 2 IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga ingin
mendapatkan informasi dari anda seputar shalat berjamaah
untuk penelitian skripsi yang berjudul Perilaku Beragama
Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas Motif shalat
Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, ya silahkan.”
Peneliti : “Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan shalat
berjamaah?”
Narasumber : “Shalat Berjamaah menurut saya shalat yang dikerjakan
secara bersama dan mendapatkan pahala yang lebih berlipat
ganda.”
Peneliti : “Kumandang adzan merupakan suatu tanda waktu
mulainya shalat, pada waktu itu apa yang anda lakukan?
Narasumber :”Saat adzan berkumandang saya berhenti sejenak
mendengarkannya, kemudian jika saya sedang tidak ada
suatu kepentingan saya bergegas ke masjid, namun saat
dikampus sering ada jam mata kuliah yang menyebabkan
saya tidak dapat mengkuti shalat berjamaah secara tepat
waktu.”
Peneliti : “Saat anda hendak melakukan shalat berjamaah, apakah
anda juga mengajak teman, saudara atau orang lain?
Narasumber : “Terkadang saya mengajak teman saya, karena rasa
kekeluargaan HES (NR) begitu baik, yaitu dengan
melakukan segala hal dengan bersama-sama.”
Peneliti : “Hmmmm..iya kemudian selain anda melakukan shalat
berjamaah dikampus apakah anda juga melakukan shalat
berjamaah diluar kampus?
Narasumber : “Shalat merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim
namun, untuk melakukannya dengan berjamaah saya belum
dapat melaksanakannya dengan tertib namun walau begitu
saya berusaha agar bisa melakukan shalat berjamaah dengan
sebaik mngkin.”
Peneliti : “Lalu sebenarnya apa sih motif atau faktor dalam diri anda
ataupun dari luar yang menjadikan anda melakukan shalat
berjamaah?
Narasumber : “Motif shalat berjamaah karena menurut saya shalat adalah
suatu kewajiban yang semata-mata mendapatkan ridho
Allah, mendapatkan pahala yang berlipat ganda dan untuk
menyemmpurnakannya saya melakukannya dengan shalat
berjamaah.”
Peneliti : “Apakah ada hal terpenting atau kejadian yang pernah anda
alami sehingga memungkinkan anda lebih dekat dengan
Allah Swt?”
Narasumber : “Selama hidup ini, saya belum pernah mengalami kejadian
atau pengalaman yang religius.”
Peneliti : “Menurut anda apakah yang menyebabkan atau pendukung
dan penghambat rendahnya mahasiswa atau anda sendiri
dalam melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Saya sering melakukan shalat berjamaah di masjid, karena
fasilitas yang memadai, misalnya: tempat wudzu dan kamar
mandi yang bersih, ruangan yang luas dan ada kipas angin,
dan lain sebagainya. Sehingga fasilitas tersebut
menimbulkan kenyamanan dan ketenangan dalam beribadah
dan yang menjadi kendala adalah mungkin karena faktor
malas dan fasilitas yang mungkin kurang memadai.”
Peneliti : “Hmmm…gitu saya kira itu sudah cukup informasi yang
saya dapat dari anda,terimakasih banyak atas waktunya dan
selamat melanjutkan aktivitas kembali, wassalamualaikum
Narasumber : “Iya mbak sama-sama Waalaikumsalam.
LAMPIRAN 4.31
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Henu Heriyanto
Tanggal/Waktu : 21 September 2015 (14.00 WIB)
Jabatan : Karyawan KASUBAG Keuangan BMN IAIN Salatiga
Tempat : Ruang KASUBAG Keuangan BMN IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum pak, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga ingin
mendapatkan informasi dari bapak seputar shalat berjamaah
mahasiswa di sini, untuk penelitian skripsi yang berjudul
Perilaku Beragama Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas
Motif shalat Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, o iya silahkan, insya Allah saya
bantu sebisa saya. Silahkan duduk mbak.”
Peneliti : “Terimakasih pak sebelumnya, maaf sebelumnya pak
Menurut bapak, apa yang bapak lihat dari mahasiswa IAIN
Salatiga ketika memasuki adzan atau waktu shalat?”
Narasumber : “Mahasiswa IAIN Salatiga menurut pandangan saya dalam
melakukan shalat berjamaah, mereka belum antusias atau
belum memiliki kesadaran, itu terbukti ketika sudah masuk
waktunya shalat berjamaah, ya sering saya lihat dari berbagai
mahasiswa bahkan karyawan ataupun dosennyapun yang
tidak melakukan shalat berjamaah.”
Peneliti : “Mmm…begitu, kemudian dari kedisiplinan atau
ketertiban dalam mengikuti shalat berjamaah, menurut
bapak apakah mahasiswa sudah disiplin baik itu dari segi
persiapan, proses dan setelah mengikuti shalat berjamaah?”
Narasumber : “Menurut saya, mahasiswa dalam melakukan shalat
berjamaah kurang disiplin, karena saya pribadi juga
menyadari tidak semua mahasiswa berasal dari kalangan
keluarga yang agamis. Selain itu, jadwal kuliah yang
memungkinkan mahasiswa tidak bisa melakukan shalat
berjamaah.”
Peneliti : “Menurut pendapat bapak motif atau dorongan yang sering
bapak lihat dari mahasiswa IAIN Salatiga dalam
melaksanakan shalat berjamaah baik itu dari luar atau dari
dalam mahasiswa itu apa saja ya?”
Narasumber : “Menurut saya, motif seseorang di dalam melakukan shalat
berjamaah pada mahasiswa IAIN Salatiga itu salah satunya
berasal luar diri seseorang. Dan dalam lembaga pendidikan
tentunya seorang yang menjadi tauladan entah itu dari guru
atau dosen maupun tenaga kependidikan sangat berpengaruh
pada perilaku beragama mahasiswanya terutama dalam hal
rutinitas shalat berjamaah.”
Peneliti : “Kemudian menurut anda apa sih penyebab mahasiswa
IAIN Salatiga belum memiliki kesadaran untuk melakukan
shalat berjamaah?”
Narasumber : “Menurut saya yang menjadi kendala dari mahasiswa
belum antusias dalam mejalankan shalat berjamaah pertama
yaitu belum adanya aturan tentang jam kuliah yang
disesuaikan dengan pelaksanaan shalat berjamaah, kedua
dari tauladan atau dari dosen atau karyawan yang juga belum
antusias atau bahkan tidak melakukan shalat berjamaah,
kemudian yang ketiga dari WR 1 yang seharusnya lebih
dapat mengkoordinasi bawahannya untuk mengajak
melakukan shalat berjamaah, selain itu juga kurangnya
kesadaran dari diri kita semua akan penerapan ilmu yang kita
dapat salah satunya dalam shalat berjamaah.”
Peneliti : “Menurut bapak apakah faktor atau keadaan seorang wanita
mengenai pergi shalat berjamaah pada zaman dahulu dengan
zaman sekarang, apakah juga menjadi kendala seorang
wanita untuk melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “kalau menurut saya seorang wanita tidak dianjurkan untuk
melakukan shalat berjamaah karena disalah satu sisi mereka
mengalami menstruasi dan disisi lain yang saya sering lihat
ya karena ribet dsb”
Peneliti : “Dalam hal kaitannya dengan prasarana kemudian faktor
pendukung dari masjid baik di kampus 1 ataupun 2 ini,
menurut bapak apakah sudah memadai?”
Narasumber : “Melihat dari kondisi kampus IAIN Salatiga khususnya
kampus 1 jarak antara masjid dengan kampus sangat
mendukung dalam menjalankan shalat berjamaah, selain itu
fasilitas dan sarana prasarana di masjid menurut saya juga
sudah sangat memadai. Karena semua fasilitas, sarana
prasarana dan jarak yang sudah memadai itu sangat
mendukung mahasiswa untuk menjalankan shalat
berjamaah, tetapi semua itu tergantung kesadaran ataupun
niat dari masing-masing mahasiswa IAIN Salatiga.”
Peneliti : “Bapak terimakasih atas informasinya, saya rasa informasi
yang saya dapat dari bapak sudah cukup, terimakasih bapak
sudah mau memberikan waktu dan informasinya kepada
saya, ini semua sangat membantu penyelesaian tugas akhir
saya silahkan bapak melanjutkan aktifitas kembali
terimakasih saya mohon pamit, Assalamualaikum Wr Wb
Narasumber : “Ya mbak sama-sama silahkan kalau suatu saat ada yang
masih kurang, silahkan dianyakan lagi dilain waktu
Waalaikumsalam Wr Wb.
LAMPIRAN 4.32
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Burhan Yusuf Habibi
Tanggal/Waktu : 21 September 2015 (13.00 WIB)
Jabatan : Dosen FTIK Jurusan PBA
Tempat : Ruang Dosen FTIK Jurusan PBA
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf pak sebelumnya mengganggu
waktunya bapak,”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, mari silahkan duduk di sini, ada
yang bisa saya bantu”
Peneliti : “Begini saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga ingin
mendapatkan informasi dari bapak seputar shalat berjamaah
mahasiswa di sini, untuk penelitian skripsi saya yang
berjudul Perilaku Beragama Mahasiswa IAIN Salatiga
(Studi atas Motif shalat Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN
Salatiga).”
Narasumber : “Baiklah,,,apa yang dapat saya bantu mbak?,
Peneliti : “Terimakasih pak sebelumnya, begini pak menurut bapak,
apa yang bapak lihat dari mahasiswa IAIN Salatiga ketika
memasuki adzan atau shalat?”
Narasumber : Mahasiswa IAIN Salatiga belum memiliki kesadaran dalam
melakukan shalat berjamaah. Ini terbukti ketika masuk
waktunya shalat, mereka masih berkumpul di tempat-tempat
seperti: kantin, area perpustakaan bahkan di tempat
ibadahpun mereka masih berkumpul dan sibuk berbincang-
bincang dengan temannya meskipun telah terdengar
iqomah.”
Peneliti : “Mmm…begitu, kemudian dari kedisiplinan atau
ketertiban dalam mengikuti shalat berjamaah, menurut
bapak apakah mahasiswa sudah disiplin baik itu dari segi
persiapan, proses dan setelah mengikuti shalat berjamaah?”
Narasumber : “Pendapat saya tentang kedisiplinan mahasiswa dalam
melakukan shalat berjamaah saya rasa kurang begitu
disiplin, karena saya melihat banyak mahasiswa yang
menunda-nunda waktu. Seperti yang saya katakana tadi
bahwa memang disaat sudah waktunya adzan memang
mahasiswa saya lihat masih asyik dalam urusan dunia seperti
mengobrol dengan teman, bermain hp bahkan terkadang
masih ada yang tidur-tiduran diserambi masjid.
Peneliti : “Untuk bapak sendiri apakah bapak pernah melihat
mahasiswa sudah membudidayakan mengajak dalam hal
mnegerjakan shalat berjamaah antara mahasiswa satu
dengan yang lain, atau bapak sering mengajak mahasiswa
untuk juga mengikuti shalat berjamaah?
Narasumber : “Saya sering melihat ketika waktu shalat jamaaah dzuhur,
dosen atau karyawan mengajak mahasiswa untuk melakukan
shalat berjamaah, akan tetapi mahasiswa seringkali
menolaknya dengan berbagai macam alasan, sehingga dosen
atau karyawan sering mengalami kejenuhan dalam mengajak
mahasiswanya untuk shalat berjamaah.”
Peneliti : “Menurut pendapat bapak motif atau dorongan yang sering
bapak lihat dari mahasiswa IAIN Salatiga dalam
melaksanakan shalat berjamaah baik itu dari luar atau dari
dalam mahasiswa itu apa saja ya?”
Narasumber : “kalau masalah itu, saya rasa itu pribadi dari mahasiswa
masing-masing, yang jelas saya melihat mahasiswa IAIN
Salatiga dalam hal berjamaah kurang memiliki kesadaran
dan saya belum dapat menyimpulkan, karena dari
mahasiwanya sendiri yang sulit untuk diarahkan, sehingga
perlu adanya motivasi yang intsentif sehingga mahasiswa
bersemangat dalam melakukan shalat berjamaah.”
Peneliti : “Kemudian menurut anda apa sih penyebab mahasiswa
IAIN Salatiga belum memiliki kesadaran untuk melakukan
shalat berjamaah?”
Narasumber : “ya kalau menurut saya faktor malas terutama, terus rasa
ego yang terdapat pada mahasiswa yang belum dapat
terkontrol, sehingga mahasiswa ketika diajak untuk hal
kebaikan belum memiliki kesadaran”
Peneliti : “Menurut bapak apakah faktor atau keadaan seorang wanita
mengenai pergi shalat berjamaah pada zaman dahulu dengan
zaman sekarang, apakah juga menjadi kendala seorang
wanita untuk melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “saya memaklumi jika wanita tidak melakukan shalat
berjamaah dikarenakan datangnya bulanan atau menstruasi,
tapi jika wanita tersebut tidak sedang dalam hal tersebut saya
lebih setuju jika wanita-wanita tersebut berjamaah di masjid
daripada di rumah dan sedang ada waktu luang.”
Peneliti : “Dalam hal kaitannya dengan prasarana kemudian faktor
pendukung dari masjid kampus ini, menurut bapak apakah
sudah memadai?”
Narasumber : sarana prasarana yang ada di kampusn 1 saya rasa sudah
sangat bmemadai tingkal personilnya saja dalam artian
personalnya saya yang memanfaatkannya dengan maksimal
dan menjaganya dengan baik.”
Peneliti : “Bapak terimakasih atas informasinya, saya rasa informasi
yang saya dapat dari bapak sudah cukup, terimakasih bapak
sudah mau memberikan waktu dan informasinya kepada
saya, silahkan bapak melanjutkan aktifitas kembali
terimakasih saya mohon pamit, Assalamualaikum Wr Wb
Narasumber : “Ya mbak sama-sama silahkan kalau suatu saat ada yang
masih kurang, silahkan dianyakan lagi dilain waktu
Waalaikumsalam Wr Wb.
LAMPIRAN 4.33
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Basori, SE., MM`
Tanggal/Waktu : 21 September 2015 (14.00 WIB)
Jabatan : Karyawan Perpustakaan IAIN Salatiga
Tempat : Ruang Perpus IAIN Salatiga Kampus 1
Peneliti : “Assalamualaikum pak, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga ingin
mendapatkan informasi dari bapak seputar shalat berjamaah
mahasiswa di sini, untuk penelitian skripsi yang berjudul
Perilaku Beragama Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas
Motif shalat Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, o iya silahkan, insya Allah saya
bantu sebisa saya. Silahkan duduk mbak.”
Peneliti : “Terimakasih pak sebelumnya, maaf sebelumnya pak
Menurut bapak, apa yang bapak lihat dari mahasiswa IAIN
Salatiga ketika memasuki adzan atau shalat?”
Narasumber : “Mahasiswa IAIN Salatiga menurut pandangan saya dalam
melakukan shalat berjamaah, mereka sudah antusias atau
sudah banyak yang memiliki kesadaran, itu terbukti ketika
sudah masuk waktunya shalat berjamaah, tidak ada
mahasiswa yang masih ada di dalam perpustakaan, dan saya
juga melihat banyak mahasiswa yang langsung bergegas ke
masjid berwudlu untuk melakukan shalat berjamaah,
kemudian juga dilihat dari segi kwantitasnya, mahasiswa
IAIN Salatiga sudah banyak yang melakukan shalat
berjamaah itu terbukti dari banyaknya shaf atau barisan.”
Peneliti : “Mmm…begitu, kemudian dari kedisiplinan atau
ketertiban dalam mengikuti shalat berjamaah, menurut
bapak apakah mahasiswa sudah disiplin baik itu dari segi
persiapan, proses dan setelah mengikuti shalat berjamaah?”
Narasumber : “Ketika waktu memasuki shalat, petugas perpustakaan
sering mengingatkan dan mengajak mahasiswa untuk
membiasakan untuk shalat berjamaah. sehingga menurut
saya mahasiswa sudah tergolong disiplin dalam melakukan
shalat berjamaah”
Peneliti : “Menurut pendapat bapak motif atau dorongan yang sering
bapak lihat dari mahasiswa IAIN Salatiga dalam
melaksanakan shalat berjamaah baik itu dari luar atau dari
dalam mahasiswa itu apa saja ya?”
Narasumber : “Motif mahasiswa IAIN Salatiga itu karena kesadaran
pribadi dan rasa kedekatan diri mereka kepada Allah Swt.
Pada umumnya mahasiswa IAIN Salatiga menurut saya itu
sering melakukan shalat berjamaah karena suatu problem-
problem tertentu yang sedang dihadapinya sebagai suatu
solusi dan ketenangan hati dan mereka seperti karena
keinginan atas dirinya untuk bertaqorrub kepada Allah Swt
untuk lebih dekat dengan-Nya”
Peneliti : “Kemudian menurut anda apa sih penyebab mahasiswa
IAIN Salatiga belum memiliki kesadaran untuk melakukan
shalat berjamaah?”
Narasumber : “Kalau menurut pendapat saya hal yang paling mendasari
mahasiswa enggan melakukan shalat berjamaah itu
disebabkan karena kemalasan yang ada dalam dirinya
kemudian lingkungan atau pengaruh dari teman-teman yang
juga tidak melakukan shalat jamaah bahkan tidak melakukan
shalat.”
Peneliti : “Menurut bapak apakah faktor atau keadaan seorang wanita
mengenai pergi shalat berjamaah pada zaman dahulu dengan
zaman sekarang, apakah juga menjadi kendala seorang
wanita untuk melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “kalau menurut saya seorang wanita tidak dianjurkan untuk
melakukan shalat berjamaah karena disalah satu sisi mereka
mengalami menstruasi dan disisi lain yang saya sering lihat
ya karena ribet dsb”
Peneliti : “Dalam hal kaitannya dengan prasarana kemudian faktor
pendukung dari masjid baik di kampus 1 ataupun 2 ini,
menurut bapak apakah sudah memadai?”
Narasumber : “Melihat dari kondisi kampus IAIN Salatiga khususnya
kampus 1 jarak antara masjid dengan kampus sangat
mendukung dalam menjalankan shalat berjamaah, selain itu
fasilitas dan sarana prasarana di masjid menurut saya juga
sudah sangat memadai. Karena semua fasilitas, sarana
prasarana dan jarak yang sudah memadai itu sangat
mendukung mahasiswa untuk menjalankan shalat
berjamaah, tetapi semua itu tergantung kesadaran ataupun
niat dari masing-masing mahasiswa IAIN Salatiga.”
Peneliti : “Bapak terimakasih atas informasinya, saya rasa informasi
yang saya dapat dari bapak sudah cukup, terimakasih bapak
sudah mau memberikan waktu dan informasinya kepada
saya, silahkan bapak melanjutkan aktifitas kembali
terimakasih saya mohon pamit, Assalamualaikum Wr Wb
Narasumber : “Ya mbak sama-sama silahkan kalau suatu saat ada yang
masih kurang, silahkan dianyakan lagi dilain waktu
Waalaikumsalam Wr Wb.
LAMPIRAN 4.34
CATATAN TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber : Muhammad Muhlisin
Tanggal/Waktu : 21 September 2015 (13.00 WIB)
Jabatan : Pengurus Takmir Masjid
Tempat : Ruang Transit Masjid Darul Amal IAIN Salatiga
Peneliti : “Assalamualaikum, maaf sebelumnya mengganggu
waktunya, saya Siti Asiyah mahasiswa IAIN Salatiga ingin
mendapatkan informasi dari bapak seputar shalat berjamaah
mahasiswa di sini, untuk penelitian skripsi yang berjudul
Perilaku Beragama Mahasiswa IAIN Salatiga (Studi atas
Motif shalat Berjamaah Pada Mahasiswa IAIN Salatiga).”
Narasumber : “Waalaikumsalam mbak, o iya silahkan, insya Allah saya
bantu sebisa saya.”
Peneliti : “Terimakasih pak sebelumnya, langsung saja ya pak
Menurut bapak, apa yang bapak lihat dari mahasiswa IAIN
Salatiga ketika memasuki adzan atau shalat?”
Narasumber : “Ketika mendengar adzan, mahasiswa IAIN Salatiga
kurang bergegas untuk melaksanakan shalat secara
berjamaah. Mahasiswa juga kurang disiplin dalam
menggunakan waktunya, mereka lebih mementingkan
urusan duniawinya seperti halnya; ketika saya
mengumandangkan adzan, banyak mahasiswa IAIN Salatiga
yang terlihat masih santai dan ngobrol dengan teman-
temannya.”
Peneliti : “Mmm…begitu, kemudian dari kedisiplinan atau
ketertiban dalam mengikuti shalat berjamaah, menurut
bapak apakah mahasiswa sudah disiplin baik itu dari segi
persiapan, proses dan setelah mengikuti shalat berjamaah?”
Narasumber : “Pendapat saya tentang kedisiplinan mahasiswa dalam
melakukan shalat berjamaah saya rasa kurang begitu
disiplin, karena saya melihat banyak mahasiswa yang
menunda-nunda waktu. Mereka lebih menggunakan
waktunya untuk mengobrol dengan teman-temannya. Selain
itu, untuk yang mahasiswi disamping mengobrol mereka
juga lebih asyik menghabiskan makanannya dulu lebih
mengakhirkan jamaahnya. Ketidak disiplinan mahasiswa itu
terbukti pada hari jum’at yang lalu, ketika ada jamaah haji
dari Kota Demak yang mampir di masjid Darul Amal IAIN
Salatiga untuk melakukan shalat jum’at. Karena ketidak
disiplinan mahasiswa dalam hal waktu, maka pelaksanaan
shalat jum’at terkendala disebabkan antrian di tempat wudhu
yang berdesakan.”
Peneliti : “Menurut pendapat bapak motif atau dorongan yang sering
bapak lihat dari mahasiswa IAIN Salatiga dalam
melaksanakan shalat berjamaah baik itu dari luar atau dari
dalam mahasiswa itu apa saja ya?”
Narasumber : “Menurut saya motif atau niatan dari dalam diri mahasiswa
saya rasa belum begitu terlihat itu dapat saya lihat ketika
mahasiswa kurang dalam mempersiapkan diri untuk
melakukan shalat berjamaah, nah kalau motif luarnya saya
rasa dari ajakan teman itu yang sering saya lihat.”
Peneliti : “Kemudian menurut anda apa sih penyebab mahasiswa
IAIN Salatiga belum memiliki kesadaran untuk melakukan
shalat berjamaah?”
Narasumber : “Kalau menurut pendapat saya hal yang paling mendasari
mahasiswa enggan melakukan shalat berjamaah itu
disebabkan karena kemalasan yang ada dalam dirinya
kemudian lingkungan atau pengaruh dari teman-teman yang
juga tidak melakukan shalat jamaah bahkan tidak melakukan
shalat.”
Peneliti : “Menurut bapak apakah faktor atau keadaan seorang wanita
mengenai pergi shalat berjamaah pada zaman dahulu dengan
zaman sekarang, apakah juga menjadi kendala seorang
wanita untuk melakukan shalat berjamaah?
Narasumber : “Saya memaklumi wanita yang tidak melakukan shalat
berjamaah atas dasar sedang mengalami menstruasi, akan
tetapi jika wanita tidak melakukan berjamaah atas dasar
alasan yang seperti orang terdahulu yang yang mengatakan
takut akan adanya fitnah, atau menyebabkan syahwat bagi
para lelaki, saya membantah akan anggapan itu mengingat
karena perkembangan zaman saat ini, yang menurut saya
nafsu seseorang pria dapat dikendalikan dan berbeda dengan
orang-orang terdahulu. Seorang wanita untuk saat ini sangat
dianjurkan untuk shalat berjamaah mengingat pada
realitanya sekarang kebanyakan wanita ketika masuk
waktunya untuk beribadah shalat saya melihat mereka sering
keluar ke mal-mal untuk shopping atau sekedar berjalan-
jalan, daripada seperti itu lebih baik wanita-wanita tersebut
pergi kemasjid untuk melakukan shalat berjamaah dan hal itu
lebih bermanfaat.”
Peneliti : “Dalam hal kaitannya dengan prasarana kemudian faktor
pendukung dari masjid MDA ini, menurut bapak apakah
sudah memadai?”
Narasumber : Sarana prasarana sebenarnya sudah memadai, namun dalam
penggunaannya saja yang kadang kurang maksimal seperti
toilet yang kadang rusak, banyak yang kehilangan seperti
sandal, tas, ataupun barang-barang yang lain, semua itu
disebabkan yang pertama karena kekurangan personil pada
pengurus masjid MDA ini, kemudian juga karena dari
mahasiswanya sendiri yang kurang menjaga fasilitas yang
ada di masjid ini. Selain dari fasilitas dan sarana prasarana
saya juga melihat dari lembaga dakwah yang ada di kampus
ini yang kurang maksimal dalam berdakwah, kebanyakan
mereka berkecimpung dengan organisasinya sendiri
sehingga dalam hal shalat berjamaah pada mahasiswa IAIN
Salatiga kurang antusias, untuk itu saya berharap agar
organisasi tersebut dapat bekerjasama dengan kami (Ta’mir)
untuk meningkatkan mahasiswa dalam shalat berjamaah.”
Peneliti : “Bapak terimakasih atas informasinya, saya rasa informasi
yang saya dapat dari bapak sudah cukup, terimakasih bapak
sudah mau memberikan waktu dan informasinya kepada
saya, silahkan bapak melanjutkan aktifitas kembali
terimakasih saya mohon pamit, Assalamualaikum Wr Wb
Narasumber : “Ya mbak sama-sama silahkan kalau suatu saat ada yang
masih kurang, silahkan dianyakan lagi dilain waktu
Waalaikumsalam Wr Wb.
SURAT KETERANGAN KEGIATAN
Nama : Siti Asiyah
NIM : 11111014
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Dosen PA : M. Farid Abdullah, S.PdI., M.Hum.
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Nilai
1 Orientasi Pengenalan Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK) Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Salatiga
20-22 Agustus 2011 Peserta 3
2 Membangun Mahasiswa Cerdas
Emosi, Spiritual dan Intelektual
melalui Achievement Motivation
Training (AMT) Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
23 Agustus 2011 Peserta 2
3 Orientasi Dasar Keislaman (ODK)
dengan tema “Menemukan Muara
Sebagai Mahasiswa Rahmatan Lil
Alamin” Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Salatiga
24 Agustus 2011 Peserta 2
4 Seminar Entrepeneurship dan Koperasi
oleh KOPMA dan KASEI Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Salatiga
25 Agustus 2011 Peserta 2
5 User Education (Pendidikan Pemakai)
UPT Perpustakaan Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
19 September 2011 Peserta 2
6 Surat Keputusan (SK) mengajar di KB
As-salam Yayasan Pendidikan As-
salam
21 September 2011 Pendidik 4
7 Seminar Regional, dengan tema
“Meningkatkan Nasionalisme di
Tengah Goncangan Disintegrasi dan
Pengikisan Ideologi Nasional” oleh
MENWA “KALIMOSODO” STAIN
Salatiga
15 Oktober 2011 Peserta 4
8 Seminar Keperempuanan Korps HMI-
WATI (KOHATI) Salatiga dengan
tema “Jilbab Perspektif Agama dan
Sosial” oleh HMI Cabang Salatiga
29 Oktober 2011 Peserta 2
9 Kegiatan Penerimaan Anggota Baru
(PAB) JQH dengan tema “
Membangun Pribadi Islami dengan
Nilai Qur’ani” STAIN Salatiga
2 Desember 2011 Peserta 2
10 Seminar Pendidikan HMI dengan tema
“Mennuju Pendidikan Indonesia yang
Ideal” Cabang Salatiga
28 Desember 2011 Peserta 2
11 Workshop Ustadz PAUD TPQ II di
Asrama Haji Transit Islamic Centre
Manyaran Semarang oleh BADKO
TPQ Provinsi Jawa Tengah
14-15 Januari 2012 Peserta 2
12 Seminar Nasional Entrepreneurship
2012 dengan tema “Tren Bisnis
Berbasis Multimedia dan Teknologi
Informatika Sebagai Wujud Pasar
Modern” oleh KOPMA “FATAWA”
STAIN Salatiga
21 April 2012 Peserta 8
13 Seminar Regional dengan tema “ Peran
Mahasiswa dalam Mengawal BLSM
(BLT) Tepat Sasaran” oleh DEMA
STAIN Salatiga
3 Mei 2012 Peserta 4
14 Bedah Buku Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) dengan judul “Sang
Maha-Segalanya Mencintai Sang-
Mahasiswa” di Pendopo POLRES Kota
Salatiga
15 Mei 2012 Peserta 2
15 Surat Keputusan (SK) mengajar di KB
As-salam Yayasan Pendidikan As-
salam
21 Mei 2012 Pendidik 4
16 Mengajar Mata Pelajaran (MAPEL) di
Bimbingan Belajar Generasi Cerdas
Salatiga
1 November 2012
s/d 23 Mei 2014
Pengajar 4
17 Dialog Publik dan Silaturahim
Nasional dengan tema “Kemanakah
Arah Kebijakan BBM? Mendorong
Subsidi BBM untuk Rakyat” oleh
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) di Auditorium Pemkot Salatiga
10 November 2012 Peserta 2
18 Syahadah (Penghargaan) Khatmil
Qur’an Bil nadzor Juz 30 Pondok
Pesantren Al-Azhar Tahfidz Qur’an
Sidoharjo Cebongan Argomulyo
Salatiga
24 November 2012 Peserta 2
19 Tabligh Akbar Bertajuk “Tafsir
Tematik dalam Upaya Menjawab
Persoalan Israel dan Palestina” oleh
Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffadz (JQH)
STAIN Salatiga
1 Desember 2012 Peserta 2
20 Workshop Kiat Jitu Pengembangan dan
Pengelolaan Manajemen PAUD oleh
KKG PAUD TPQ Kota Salatiga
27 Januari 2013 Peserta 2
21 Seminar Nasional dalam rangka
Pelantikan Pengurus Himpunan
Mahasiswa Islam Cabang Salatiga
Periode 2013-2014 dengan tema “
Kepemimpinan dan Masa Depan
Bangsa” di Ruang Sidang 2 Pemerintah
Kota Salatiga
23 Februari 2013 Peserta 8
22 Seminar Nasional dengan tema
“Ahlussunnah Waljamaah dalam
Perspektif Islam Indonesia” oleh
Dewan Mahasiswa STAIN Salatiga
26 Maret 2013 Peserta 8
23 Seminar Nasional dan Dialog Publik
dengan tema “Minimnya Pasokan
Energi dalam Negeri; Pembatasan
Subsidi BBM dan Peran Masyarakat
dalam Penghematan Energi” oleh
Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)
Tarbiyah dan Syari’ah STAIN Salatiga
20 April 2013 Peserta 8
24 Seminar Pencegahan Bahaya NAPZA
(Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif), HIV/AIDS Mewaspadai
Pergaulan Bebas untuk Membentuk
Remaja yang Tangguh dan Launching
PIK SAHAJASA STAIN Salatiga
29 April 2013 Peserta 2
25 Seminar Nasional Entrepreneurship
“Menumbuhkan Jiwa Entrepreneur
Generasi Muda” oleh KOPMA
“FATAWA” STAIN Salatiga
27 Mei 2013 Peserta 8
26 Seminar Ramadhan Bina Iman
Bersama oleh Ikatan Pemuda Remaja
Masjid Nurul Iman (Serambi
Ipramasni)
3 Agustus 2013 Peserta 2
27 Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan dan
Seminar Nasional, dengan tema “4
Pilar Kebangsaan untuk Mempertegas
Karakter Ke-Indonesiaan” di Aula
PEMKOT Salatiga
24 Oktober 2013 Peserta 2
28 Workshop Mutu Pendidik PAUD Kota
Salatiga dengan tema “Kreasi Ragam
Sentra, Brain Gym, Tari Nusantara,
Gerak dan Lagu di Aula STAIN
Salatiga oleh HIMPAUDI dan BnD
Pejuang Hak Anak Indonesia
10 November 2013 Peserta 2
29 Seminar Nasional MPR RI dalam
Kegiatan Sosialisasi Pancasila,
Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 di
Pendopo Kabupaten Semarang
27 November 2013 Peserta 8
30 Seminar Nasional Pendidikan “Sukses
Akademik dan Sukses Bakat (tanpa
stress dan nambah jam belajar) oleh
Talents Center Indonesia Cabang
Salatiga
8 Maret 2014 Peserta 8
31 Sarasehan Akbar Bersama Tokoh
Nasional, dengan tema “Komitmen
Politik Islam dalam Menata Arah Masa
Depan Bangsa Indonesia” di Aula
Pemerintah Kota Salatiga
15 Maret 2014 Peserta 2
32 Seminar Nasional Talk Show Spirit of
Global Entrepreneurship “How to be a
Successfull Creative Preneur to Face
ASEAN Economic Community 2015”
oleh KOPMA “FATAWA” STAIN
Salatiga
7 April 2014 Peserta 8
33 Seminar Nasional Entrepreneurship,
oleh Gerakan Pramuka Racana
Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi Gugus
Depan Kota Salatiga 02.237-02.238
Pangkalan STAIN Salatiga
16 November 2014 Peserta 8
34 Seminar Nasional Perlindungan
Hukum terhadap Usaha Mikro
Menghadapi Pasar Bebas ASEAN
8 Desember 2014 Peserta 8
35 Seminar Sehari “Bedah Kurikulum
PAUD” bagi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan PAUD Tingkat Kota
Salatiga oleh HIMPAUDI
22 Desember 2014 Peserta 2
36 Sosialisasi Peningkatan Pelayanan
Kesehatan dengan Peserta Guru PAUD
(KB/TK/SPS/TPA) Tingkat Kota
Salatiga di Aula RSUD Kota Salatiga
7 Februari 2015 Peserta 2
Jumlah 143
Salatiga, 6 November 2015
Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama
Achmad Maimun. M.Ag
NIP.19700510 199803 1 003
FOTO-FOTO
Suasana Shalat Berjamaah di Mushola Kampus 2 IAIN Salatiga
Suasana Adzan Berkumandang di Kampus 1 Masjid Darul Amal IAIN
Salatiga
Wawancara Penulis dengan Narasumber (Beberapa Mahasiswa IAIN
Salatiga)
Wawancara Penulis dengan Narasumber (Salah Satu Dosen IAIN Salatiga)
Wawancara Penulis dengan Narasumber (Salah Satu Takmir Masjid Darul
Amal IAIN Salatiga)
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Siti Asiyah
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga
Tempat Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 06 Agustus 1992
Alamat : Dsn. Randuacir RT. 004 RW. 002, Kel. Randuacir,
Kec. Argomulyo, Kota. Salatiga
Nama Ayah : Tamam Mubirin
Nama Ibu : Sholikhah
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan : SD N 01 Randuacir Argomulyo Salatiga LulusTahun 2005
MTs N Salatiga Lulus Tahun 2008
MAN Salatiga Lulus Tahun 2011
IAIN Salatiga Program S1 Reguler Lulus Tahun 2015
Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 12 Januari 2016
Penulis,
SITI ASIYAH
NIM. 11111014