Post on 06-Jan-2017
SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW
PERIODE MADINAH
1. Arti Hijrah dan Tujuan Rasulullah SAW dan Umat Islam Berhijrah
Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat Islam. Pertama hijrah
berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah SWT untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang baik, yang disuruh Allah SWT dan diridai-Nya.
Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam), karena di negeri itu
umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan kekerasan, sehingga tidak memiliki
kebebasan dalam berdakwah dan beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu, berpindah
ke negeri Islam agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan beribadah.
Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan umat Islam, yakni
berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah, bertepatan
dengan tanggal 28 Juni 622 M.
Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah (negeri kafir) ke Yastrib
(negeri Islam) adalah:
Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan kaum kafri
Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW meninggalkan rumahnya di Mekah untuk
berhijrah ke Yastrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum Quraisy dengan
maksud untuk membunuhnya.
Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah, sehingga
dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di jalan Allah SWT, untuk
menegakkan dan meninggikan agama-Nya (Islam)
Artinya: “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami
akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. dan Sesungguhnya pahala di
akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya
kepada Tuhan saja mereka bertawakkal.” (Q.S. An-Nahl, 16: 41-42)
2. Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah
Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni dari
semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan wafatnya Rasulullah
SAW, tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.
Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain ajaran
Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran Islam
yang terkandung dalm 25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah. Adapaun ajaran Islam
periode Madinah, umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan.
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-orang yang
sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Ansar. Juga orang-orang yang belum
masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota Madinah yang
termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa Arab.
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk
seluruh umat manusia di dunia, Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.” (Q.S. Al-Anbiya’, 21: 107)
Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk Islam
(umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang diturunkan di
Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah
SAW dibantu oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan
sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di Madinah.
Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam bertujuan
agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran-ajarannya dan
mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa beriman dan beramal
saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji,
menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan
kemauan dan kesadarn sendiri. namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak bersedia
masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga
berusaha melenyapkan agama Isla dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir
Quraisy penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.
Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam surah
Al-Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka kemudian Rasulullah SAW dan para sahabatnya
menusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir yang tidak dapat
dihindarkan lagi
Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena
Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa
menolong mereka itu” (Q.S. Al-Hajj, 22:39)
Artinya: “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.” (Q.S. Al-Baqarah, 2:190)
Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya itu
tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta rampasan pernag, tetapi
bertujuan untuk:
Membela diri, kehormatan, dan harta.
Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang hendak
menganutnya.
Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan
Romawi.
Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu negar yang
merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha menyiarkan dan
memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap para penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga
keluar Jazirah Arabia, maka bangsa Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan
mereka akan tersaingi. Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia bertekad untuk
menumpas dan menghancurkan umat Islam dan agamanya. Untuk menghadapi tekad bangsa
Romawi Persia tersebut, Rasulullah SAW dan para pengikutnya tidak tinggal diam sehingga
terjadi peperangan antara umat Islam dan bangsa Romawi, yaitu :
a. Perang Mut’ah
Peperangan Mu’tah terjadi sebelah utara lazirah Arab. Pasukan Islam mendapat kesulitan
menghadapi tentara Ghassan yang mendapat bantuan dari Romawi. Beberapa pahlawan gugur
melawan pasukan berkekuatan ratusan ribu orang itu. Melihat kenyataanyang tidak berimbang
ini, Khalid ibn Walid, yang sudah masuk Islam, mengambil alih komando dan memerintahkan
pasukan untuk menarik diri dan kembali ke Madinah.
Selama dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam sudah menjangkau
seluruh Jazirah Arab dan mendapat tanggapan yang positif. Hampir seluruh Jazirah Arab,
termasuk suku-suku yang paling selatan, menggabungkan diri dalam Islam.
Hal ini membuat orang-orang Mekah merasa terpojok. Perjanjian Hudaibiyah ternyata
menjadi senjata bagi umat Islam untuk memperkuat dirinya. Oleh karena itu, secara sepihak
orang-orang kafir Quraisy membatalkan perjanjian tersebut.
b. Perang Tabuk
Melihat kenyataan ini, Heraklius menyusun pasukan besar di utara Jazirah Arab, Syria,
yang merupakan daerah pendudukan Romawi. Dalam pasukan besar itu bergabung Bani Ghassan
dan Bani Lachmides.
Untuk menghadapi pasukan Heraklius ini banyak pahlawan Islam yang menyediakan diri
siap berperang bersama Nabi sehingga terhimpun pasukan Islam yang besar pula. Melihat
besarnya pasukaDi sini beliau membuat beberapa perjanjian dengan penduduk setempat. Dengan
demikian, daerah perbatasan itu dapat dirangkul ke dalam barisan Islam. Perang Tabuk
merupakan perang terakhir yang diikuti Rasulullah SAW.
Peperangan lainnya yang dilakukan pada masa Rasulullah SAW seperti:
c. Perang Badar
Perang Badar yang merupakan perang antara kaum muslimin Madinah dan kaum
musyrikin Quraisy Mekah terjadi pada tahun 2 H. Perang ini merupakan puncak dari serangkaian
pertikaian yang terjadi antara pihak kaum muslimin Madinah dan kaum musyrikin Quraisy.
Perang ini berkobar setelah berbagai upaya perdamaian yang dilaksanakan Nabi Muhammad
SAW gagal.
Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313 orang dengan perlengkapan senjata sederhana
yang terdiri dari pedang, tombak, dan panah. Berkat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan
semangat pasukan yang membaja, kaum muslimin keluar sebagai pemenang. Abu Jahal,
panglima perang pihak pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi Muhammad SAW sejak awal,
tewas dalam perang itu. Sebanyak 70 tewas dari pihak Quraisy, dan 70 orang lainnya menjadi
tawanan. Di pihak kaum muslimin, hanya 14 yang gugur sebagai syuhada. Kemenangan itu
sungguh merupakan pertolongan Allah SWT (Q.S. 3: 123).
Artinya: “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, Padahal kamu
adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu
mensyukuri-Nya.”(Q.S. Ali-Imran: 123).
Orang-orang Yahudi Madinah tidak senang dengan kemenangan kaum muslimin. Mereka
memang tidak pernah sepenuh hati menerima perjanjian yang dibuat antara mereka dan Nabi
Muhammad SAW dalam Piagam Madinah.
Sementara itu, dalam menangani persoalan tawanan perang, Nabi Muhammad SAW
memutuskan untuk membebaskan para tawanan dengan tebusan sesuai kemampuan masing-
masing. Tawanan yang pandai membaca dan menulis dibebaskan bila bersedia mengajari orang-
orang Islam yang masih buta aksara. Namun tawanan yang tidak memiliki kekayaan dan
kepandaian apa-apa pun tetap dibebaskan juga.
Tidak lama setelah perang Badar, Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian dengan
suku Badui yang kuat. Mereka ingin menjalin hubungan dengan Nabi SAW karenan melihat
kekuatan Nabi SAW. Tetapi ternyata suku-suku itu hanya memuja kekuatan semata.
Sesudah perang Badar, Nabi SAW juga menyerang Bani Qainuqa, suku Yahudi Madinah
yang berkomplot dengan orang-orang Mekah. Nabi SAW lalu mengusir kaum Yahudi itu ke
Suriah.
d. Perang Uhud
Bagi kaum Quraisy Mekah, kekalahan mereka dalam perang Badar merupakan pukulan
berat. Mereka bersumpah akan membalas dendam. Pada tahun 3 H, mereka berangkat menuju
Madinah membawa tidak kurang dari 3000 pasukan berkendaraan unta, 200 pasukan berkuda di
bawah pimpinan Khalid ibn Walid, 700 orang di antara mereka memakai baju besi.
Nabi Muhammad menyongsong kedatangan mereka dengan pasukan sekitar 1000 (seribu)
orang. Namun, baru saja melewati batas kota, Abdullah ibn Ubay, seorang munafik dengan 300
orang Yahudi membelot dan kembali ke Madinah. Mereka melanggar perjanjian dan disiplin
perang.
Meskipun demikian, dengan 700 pasukan yang tertinggal Nabi melanjutkan perjalanan.
Beberapa kilometer dari kota Madinah, tepatnya di bukit Uhud, kedua pasukan bertemu. Perang
dahsyat pun berkobar. Pertama-tama, prajurit-prajurit Islam dapat memukul mundur
tentaramusuh yang lebih besar itu. Pasukan berkuda yang dipimpin oleh Khalid ibn Walid gagal
menembus benteng pasukan pemanah Islam. Dengan disiplin yang tinggi dan strategi perang
yang jitu, pasukan yang lebih kecil itu ternyata mampu mengalahkan pasukan yang lebihbesar.
Kemenangan yang sudah diambang pintu ini tiba-tiba gagal karena godaan harta
peninggalan musuh. Prajurit Islam mulai memungut harta rampasan perang tanpa menghiraukan
gerakan musuh, termasuk didalamnya anggota pasukan pemanah yang telah diperingatkan Nabi
agar tidak meninggalkan posnya.
Kelengahan kaum muslimin ini dimanfaatkan dengan baik oleh musuh. Khalid bin Walid
berhasil melumpuhkan pasukan pemanah Islam, dan pasukan Quraisy yang tadinya sudah kabur
berbalik menyerang. Pasukan Islam menjadi porak poranda dan tak mampu menangkis serangan
tersebut. Satu persatu pahlawan Islam gugur, bahkan Nabi sendiri terkena serangan musuh.
Perang ini berakhir dengan70 orang pejuang Islam syahid di medan laga.
Pengkhianatan Abdullah ibn Ubay dan pasukan Yahudi diganjar dengan tindakan tegas.
Bani Nadir, satu dari dua suku Yahudi di Madinah yang berkomplot dengan Abdullah ibn Ubay,
diusir ke luar kota. Kebanyakan mereka mengungsi ke Khaibar. Sedangkan suku Yahudi lainnya,
yaitu Bani Quraizah, Masih tetap di Madinah.
e. Perang Khandaq
Perang yang terjadi pada tahun 5 H ini merupakan perang antara kaum muslimin Madinah
melawan masyarakat Yahudi Madinah yang mengungsi ke Khaibar yang bersekutu dengan
masyarakat Mekah. Karena itu perang ini juga disebut sebagai Perang Ahzab (sekutu beberapa
suku).
Pasukan gabungan ini terdiri dari 10.000 orang tentara. Salman al-Farisi, sahabat Rasulullah
SAW, mengusulkan agar kaum muslimin membuat parit pertahanan di bagian-bagian kota yang
terbuka. Karena itulah perang ini disebut sebagai Perang Khandaq yang berarti parit.
Tentara sekutu yang tertahan oleh parit tersebut mengepung Madinah dengan mendirikan
perkemahan di luar parit hampir sebulan lamanya. Pengepungan ini cukup membuat masyarakat
Madinah menderita karena hubungan mereka dengan dunia luar menjadi terputus. Suasana kritis
itu diperparah pula oleh pengkhianatan orang-orang Yahudi Madinah, yaitu Bani Quraizah,
dibawah pimpinan Ka'ab bin Asad.
Namun akhirnya pertolongan Allah SWT menyelamatkan kaum muslimin. Setelah sebulan
mengadakan pengepungan, persediaan makanan pihak sekutu berkurang. Sementara itu pada
malam hari angin dan badai turun dengan amat kencang, menghantam dan menerbangkan kemah-
kemah dan seluruh perlengkapan tentara sekutu. Sehingga mereka terpaksa menghentikan
pengepungan dan kembali ke negeri masing-masing tanpa suatu hasil.
Para pengkhianat Yahudi dari Bani Quraizah dijatuhi hukuman mati.
Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzâb: 25-26.
Artinya: “Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang Keadaan mereka penuh
kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh Keuntungan apapun. dan Allah menghindarkan
orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa. Dan Dia
menurunkan orang-orang ahli kitab (Bani Quraizhah) yang membantu golongan-golongan yang
bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia memesukkan rasa takut ke dalam hati mereka.
sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan.” (Q.S. Al-Ahzâb: 25-26)
SUBSTANSI DAN STRATEGI DAKWAH RASULULLUAH SAW
PERIODE MADINAH.
Setelah Nabi hijrah ke Madinah, kota tersebut dijadikan pusat jamaah kaum muslimin, dan
selanjutnya menjadi ibukota Negara islam yang segera didirikan oleh Nabi, dengan dirubah
namanya Madinah, yang semula bernama Yastrib.
A. Adapun stategi dakwah Rasululullah SAW. Periode Madinah, yaitu :
1. PEMBINAAN MASJID
Masjid merupakan institusi dakwah pertama yang dibina oleh Rasulullah SAW. setibanya
baginda di Madinah. Ia menjadi nadi pergerakan Islam yang menghubungkan manusia dengan
Penciptanya serta manusia sesama manusia. Masjid menjadi lambang akidah umat Islam atas
keyakinan tauhid mereka kepada Allah SWT. Pembinaan masjid dimulakan dengan
membersihkan persekitaran kawasan yang dikenali sebagai ‘mirbad’ dan meratakannya sebelum
menggali lubang untuk diletakkan batu-batu sebagai asas binaan. Malah, Rasulullah SAW.
sendiri yang meletakkan batu-batu tersebut. Batu-batu itu kemudiannya disemen dengan tanah
liat sehingga menjadi binaan konkrit.
Masjid pertama ini dibina dalam keadaan kekurangan tetapi penuh dengan jiwa
ketaqwaan kaum muslimin di kalangan muhajirin dan ansar. Mesjid pertama yang dibangun
rasulullah SAW. adalah mesjid Quba’. Tanggla 16 Agustus Rasul dan para sahabat yang
berjumlah lebih kurang seratus orang menuju Madinah pada hari jumat. Ditengah jalan pada
suatu tempat yang bernama perkampungan lembah Bani Salim, Rasul mendapat perintah untuk
mendirikan shlat jumat, sebagai suatu isyarat sudah waktunya memproklamirkan berdirinya
Daulah Islamiyah. Di dalamnya, dibina sebuah mimbar untuk Rasulullah SAW. menyampaikan
khutbah dan wahyu daripada Allah. Terdapat ruang muamalah yang dipanggil ‘sirda’untuk
pergerakan kaum muslimin melakukan aktivitas kemasyarakatan. Pembinaan masjid ini
mengukuhkan dakwah baginda untuk menyebarkan risalah wahyu kepada kaum muslimin serta
menjadi pusat perbincangan di kalangan Rasulullah SAW. dan para sahabat tentang masalah
ummah.
2. MENGUKUHKAN PERSAUDARAAN
Rasulullah SAW mempersadarakan kaum Muhajirin dan Ansar. Jalinan ini diasaskan
kepada kesatuan cinta kepada Allah serta pegangan akidah tauhid yang sama. Persaudaraan ini
membuktikan kekuatan kaum muslimin melalui pengorbanan yang besar sesama mereka tanpa
membeda – bedakan pangkat, bangsa dan harta. Selain itu, ia turut memadamkan api
persengketaan di kalangan suku kaum Aus dan Khajraz. Sebagai contoh, Abu bakar
dipersaudarakan dengan Harisah bin Zaid, Jafar bin Abi Thalib dipersaudarakan dengan Mu’az
bin Jabal, dan Umar bin Khattab dipersaudarakan dengan Itbah bin Malik. Begitu seterusnya
sehingga tiap – tipa orang dari kaum Ansar dipersaudarakan dengan kaum Muhajirin.
3. PEMBENTUKAN PIAGAM MADINAH
Madinah sebagai sebuah Negara yang menghimpunkan masyarakat Islam dan Yahudi daripada
pelbagai bangsa memerlukan kepada satu perlembagaan khusus yang menjaga kepentingan
semua pihak. Rasulullah SAW. telah menyediakan sebuah piagam yang dikenali sebagai Piagam
Madinah untuk membentuk sebuah masyarakat di bawah naungan Islam.
Piagam ini mengandungi 32 pasal yang menyentuh segenap aspek kehidupan termasuk akidah,
akhlak, kebajikan, undang-undang, kemasyarakatan, ekonomi dan lain-lain. Di dalamnya juga
terkandung aspek khusus yang mesti dipatuhi oleh kaum Muslimin seperti tidak mensyirikkan
Allah, tolong-menolong sesama mukmin, bertaqwa dan lain-lain. Selain itu, bagi kaum bukan
Islam, mereka mesti berkelakuan baik kepada kaum islam di Madinah.
Piagam ini harus dipatuhi oleh semua penduduk Madinah Islam atau bukan Islam. Strategi ini
telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang adil, membangun serta disegani
oleh musuh-musuh Islam.
4. STRATEGI KETENTERAAN
Peperangan merupakan strategi dakwah Rasulullah di Madinah untuk melebarkan
perjuangan Islam ke seluruh pelosok dunia. Strategi ketenteraan Rasulullah s.a.w digeruni oleh
pihak lawan khususnya pihak musyrikin di Mekah dan Negara-negara lain. Antara tindakan
strategik baginda menghadapi peperangan ialah persiapan sebelum berlakunya peperangan seperti
pengitipan dan maklumat musuh. Ini berlaku dalam perang Badar, Rasulullah SAW. telah
mengutuskan pasukan berani mati seperti Ali bin Abi Talib, Saad Ibnu Waqqash dan Zubair Ibn
Awwam untuk bersiap-sedia menghadapi perang. Rasulullah SAW turut membacakan ayat-ayat
al-Quran untuk menggerunkan hati musuh serta menguatkan jiwa kaum Muslimin. Antara firman
Allah Taala bermaksud: “Dan ingatlah ketika Allah menjajikan kepadamu bahwa salah satu dari
dua golongan yang kamu hadapi adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak
mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan
yang benar dengan ayat-ayatNya dan memusnahkan orang-orang kafir.” (Surah al-Anfal: 7)
Rasulullah SAW. turut mengambil pandangan dari para sahabat dalam menyusun strategi
peperangan. Dalam perang Khandak, Rasulullah SAW. setuju dengan pandangan Salman al-
Farisi yang berketurunan Parsi berkenaan pembinaan benteng. Strategi ini membantu pasukan
tentera Islam berjaya dalam semua peperangan dengan pihak musuh.
5. HUBUNGAN LUAR
Hubungan luar merupakan orientasi penting bagai melebarkan sayap dakwah. Ini terbukti
melalui tindakan Rasulullah SAW. menghantar para dutanya ke negara-negara luar untuk
menjalin hubungan baik berteraskan dakwah tauhid kepada Allah. Negara-negara itu termasuk
Mesir, Iraq, Parsi dan Cina. Sejarah turut merekamkan bahwa Saad Ibn Waqqas pernah
berdakwah ke negeri Cina sekitar tahun 600 hijrah. Sejak itu, Islam bertebaran di negeri Cina
hingga saat ini. para sahabat yang pernah menjadi duta Rasulullah ialah Dukyah Kalibi kepada
kaisar Rom, Abdullah bin Huzaifah kepada kaisar Hurmuz, Raja Parsi, Jaafar bin Abu Talib
kepada Raja Habsyah. Strategi hubungan luar ini diteruskan pada pemerintahan khalifah Islam
selepas kewafatan Rasulullah SAW. Sebagai contoh, pasukan Salehuddin al-Ayubi di bawah
pemerintahan Bani Uthmaniah telah berjaya menawan kota suci umat Islam di Baitul Maqdis.
Penjajahan ke Negara-negara luar merupakan strategi dakwah paling berkesan di seluruh dunia.
6. MEMELIHARA DAN MEMPERTAHANKAN MASYARAKAT ISLAM DALAM
UPAYA MENCIPTAKAN SUASANA TENTRAM DAN AMAN AGAR MASYARAKAT
MUSLIM YANG DI BINA ITU DAPAT TERPELIHARA DAN BERTAHAN.
Rasulullah SAW membuat perjanjian persahabatan perdamaian dengan kaum Yahudi yang
berdiam di kota Madinah dan sekitarnya. Tindakan ini belum pernah dilakukan oleh nabi dan
rasul sebelumnya. Isi perjanjiannya sebagai berikut :
a) Kebebasan beragama bagi semua golongan dan masing-masing golongan mempunyai
wewenang penuh terhadap anggits golongannya.
b) Semua lapisan, baik muslim maupun Yahudi harus tolong menolong dan saling mebantu
untuk melawan siapa saja yang memerangi mereka. Semua wajib mempertahankan kota bila ada
serangan dari luar
c) Kota Madinah adalah ota suci yang wajib dihormati oleh mereka yang terikat dengan
perjanjian itu. Apabila terjadi perselisihan antara muslim dan Yahudi, maka urusan itu diserahkan
kepada Allah SWT dan rasul(Al Qur’an dan sunah).
d) Mengakui dan mentaati kesatuan pimpinan untuk kota Madinah yang disetujui dipegang oleh
Nabi Muhammad SAW.
1. Sholat Jum’at di padang Bani Salim
Kedatangan Rosulullah di madinah bertepatan dengan hari Jum’at. Ketika Nabi sampai di padang
Bani Salim, di pinggiran kota Madinah, waktu Zuhur telah tiba. Maka turunlah Nabi dari unta
dan bersama-sama kaum muslimin melakukan sholat Jum’at. Inilah sholat jum’at dan khotbah
jum’at yang pertama kali dilakukan Nabi dalam sejarah perkembangan Islam.
Setelah selesai, Nabi kembali menaiki untanya dan memasuki kota Madinah. Setiap rumah kaum
muslimin ingin mendapat kehormatan agar Nabi bermalam di rumah mereka
2. Mendirikan Masjid di Madinah
Ketika pertama kali Rosulullah datang di kota Madinah ( dalam hijrahnya ) kaum Ansor
mengajak beliau serta menawarkan rumah untuk istirahat. Namun Rosulullah Sholallahu Allaihi
Wasalam menjawab “Biarkan jalan onta ini karena dia diperintah “. Setelah sampai ditanah milik
kedua orang anak yatim yang bernama Sahal dan Suhail keduanya anak Amr dibawah asuhan
Muadz bin Afro maka onta tersebut berhenti, kemudian beliau dipersilahkan oleh Abu Ayub Al-
Ansuri untuk tinggal dirumahnya. Setelah beberapa waktu disitu maka Nabi merencanakan akan
mendirikan masjid diatas sebagian kebun milik As’ad bin Zuroroh, tanah milik kedua anak yatim
tadi dan sebagian tanah kuburan musrikin yang telah rusak. Tanah milik kedua anak yatim tadi
dibeli dengan harga sepuluh dinar dan yang membayarnya Abu Bakar.Waktu membangun masjid
Nabi meletakkan batu pertama selanjutnya oleh saaahabat Abu Bakar , Umar, Usman dan Ali,
kemudian dikerjakan secara bersama-sama oleh para sahabat sampai selesai. Pagarnya dari batu
tanah setinggi kurang lebih dua meter tiangnya dari batang kurma, atapnya dari pelepah pohon
kurma,halaman masjid ditutup dengan batu kecil kiblatnya memghadap Baitul Maqdis, karena
waktu itu belum turun perintah memghadap Baitullah. Pintunya tiga buah yaitu pintu kanan,
pintu kiri dan pintu belakang panjang masjid 70 hasta, lebar 60 hasta. Dengan demikian masjid
itu sederhana sekali, tanpa hiasan, tanpa tikar dan untuk penerangan dimalam hari menggunakan
pelepah kurma kering yang dibakar. Masjid itu dibuat pada tahun 1 hijriah.Membangun masjid
ini merupakan usaha pertama Rosulullah SAW. dalam membentuk masyarakat Islam Madinah.
Fungsi masjid di zaman Rosulullah SAW. adalah sebagai berikut :
1.Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah, ibadah dan ahlak.
2. Masjid menjad sarana ibadah, seperti sholat
3.Masjid menjadi temat belajar agama islam yang bersumberkan dari Al-qur’an dan Al-Hadish.
4.Masjid menjadi sarana tempat menyambung tali silaturahmi antara kaum muslimin
5.Menjadikan masjid menjadi sarana sosial.
6. Rosulullah menjadikan masjid menjadi tempat bermusyawarah.
7. Tempat menyusun strategi perang.
3. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Kaum Anshar
Kaum muslimin di Madinah saat itu terdiri dari banyak suku. Ada yang berasal dari suku Quraisy
di Mekah, ada juga yang termasuk dari suku Aus atau Khazraj di Madinah, dan masih banyak
lainnya.Sebelum Islam datang, orang-orang Arab hidup dalam persukuan dan terlalu fanatik
terhadap sukunya masing-masing. Semenjak islam datang, Nabi beusaha mempersatukan kaum-
kaum tersebut sehingga menjadi keluarga Islam. Nabi pun menyatukan kaum Mujahirin dan
kaum Anshar dalam ikatan yang sangat kuat.Di Madinah, Nabi mempersaudarakan Abu Bakar
dengan Khuraisy bin Zubair, Ja’far bin Abu Tholib dengan Muaz bin Jabal, Umar bin khottob
dengan Itban bin Malik Al-Khazraji, Usman Bin Affan dengan Aus Bin Tsabit, Abdurrohman bin
Auf dengan Sa’ad bin Rabi, demikian seterusnya.
Dengan cara ini Rosulullah SAW. berhasil mempersatukan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar
dan memperluas jaringan keluarga besar Islam.
4. Saling Membantu antara kaum Muslimin
Hubungan kaum Muhajirin dan kaum Anshar bener-benar sangat erat. Mereka saling membantu
dan menolong. Kaum Muhajirin yang tidak mampu diberikan sepetak lahan untuk bertani dari
kaum Anshar, ada pula yang memberikan modal untuk berdagang atau berkerja sama dalam
mencari mata pencaharian. Sedangkan kaum Muhajirin yang pandai berdagang dapat meneruskan
usaha kaum Anshar.Terdapat pula kaum Muhajirin yang tidak mempunyai keluarga dan
keadaannya miskin. Mereka tinggal di serambi masjid dan disebut “ Ahli Sufah ”.
7. TOLERANSI ISLAM TERHADAP KAUM YAHUDI SETEMPAT
A. Perjanjian dengan Kaum Yahudi
Kaum yahudi di Madinah tidak begitu banyak, tetapi Rosulullah SAW. telah menyadari
pentingan membuat perjanjian damai dengan mereka. Mereka dianggap baik selama tidak
mengganggu umat islam. Kemudian dibuatlah perjanjian dengan kaum yahudi yang berisi:
1. Bahwa orang Islam dan kaum yahudi harus hidup rukun dalam satu bangsa.
2. kedua belah pihak bebas menjalankan agamanya masing-masing dan tidak saling mengganggu.
3. Jika salah satu pihak diserang musuh, maka pihak lainnya harus membantu melawan musuh
tersebut.
4. Apabila kota Madinah diserang musuh, maka kedua belah pihak harus mempertahankannya.
5. Kalau terjadi perselisihan, maka Nabi Muhammad SAW. lah yang menjadi hakim dan
mendamaikan pihak tersebut. Sejak lama, orang yahudi di Madinah terdiri dari 3 golongan, yaitu
Bani Qainuka, Bani Nazir dan Bani Quraidah. Mereka lambat laun mulai tidak menghargai
perjanjian yang telah mereka buat bersama kaum Muslimin. Oleh karena itu, mereka hendak
menghalangi dakwah Nabi Muhammad SAW.
B. Toleransi Islam terhadap Agama Lain
1. Pengusiran Bani Qainuka
Tidak lama setelah kaum Muslimin mengadakan perjanjian damai dengan kaum yahudi,
kaum yshudi mulai tidak menghirukan perjanjian itu. Mereka menunjukkan rasa benci terhadap
kaum Muslimin. Awal peristiwa ini dimulai oleh Bani Qainuka. Atas apa yang mereka perbuat,
mereka berhak mendapatkan hukuman. Bani Qainuka diusir dari
Madinah setelah terjadi perang Badar.
2. Pengusiran Bani Nazir
Setahun kemudia, Bani Nazir melakukan penghianatan terhadap Rosulullah SAW. yaitu
dengan membunuh Beliau.Mereka hendak melakukannya ketika Nabi dan para sahabat
berkunjung ke kampung Bani Nazir kerena ada suatu keperluan. Karena atas pertolongan Allah
SWT. maka Rosulullah SAW. selamat dari pembunuhan itu. Setelah perang Uhud, Bani Nazir di
usir dari Madinah.
3. Hukuman terhadap Bani Quraidah
Hanya Bani quraidah yang tersisa di Madinah. Akan tetapi mereka jauh lebih jahat. Mereka
bergabung dengan suku-suku arab yang sedang mengepung Madinah pada perang Ahzab. Pada
perang ini, kaum Muslimin sangat menderita. Pertama-tama, Rosulullah SAW. berusaha bersikap
lunak terhadap Bani Quraidah. Beliau mengirim du utusan untuk berbicara dengan Bani
Quraidah, akan tetapi, mereka ditolak dengan kasar. Setelah kaum Muslimin terbebas dari
kepungan, mereka balik mengepung Bani Quraidah. Akhirnya Bani Quraidah menyerah dengan
syarat yang menghukum mereka adalah Saad bin Muaz. Persyaratan ini diterima oleh Rosulullah.
Saad bin Muaz memutuskan hukuman bunuh bagi yang laki-laki dan wanita dan anak-anak
ditawan. Hukuman ini pantas bagi mereka mengingat kejamnya mereka ketika perang.
Sejak saat itu, tidak ada yang menghalangi umat Islam di Madinah untuk beribadah dan
berdakwah.
3. Dakwah Rasulullah Periode Madinah
Penduduk kota Madinah terdiri dari 2 golongan yang berbeda jauh, yaitu:
- Golongan Arab yang berasal dari selatan yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj
- Golongan yahudi, yaitu orang-orang Israel yang berasal dari utara (Palestina)
Dengan hijrahnya kaum muslimin, terbukalah kesempatan bagi Nabi saw untuk
mengatur strategi membentuk masyarakat Islam yang bebas dari ancaman musuh baik dari luar
maupun dari dalam.
4. Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah saw Periode Madinah
Adapun substansi dan strategi dakah Rasulullah saw antara lain:
-Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan antara kaum Muhajjirin dengan
kaum Anshar
- Memelihara dan mempertahankan masyarakat Islam
- Meletakkan dasar-daar politik, ekonomi dan social untk masyarakat Islam
Dengan diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat dan pemerintahan Islam
dapat mewujudkan nagara “ Baldtun Thiyibatun Warabbun Ghafur “ dan Madinah disebut “
Madinatul Munawwarah ”.