Post on 02-Nov-2021
1
SKRIPSI
DAMPAK FINANCIAL TECHNOLOGY (FINTECH) TERHADAP
PERKEMBANGAN PRODUK BANK SYARIAH DI KOTA
BUKITTINGGI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Strata
Satu (S1) Pada Program Studi S1 Perbankan Syariah
Oleh :
HASNATUN HANIFAH
3316.386
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)
INSTITUS AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
2021 / 1442 H
1
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Dampak Financial Technology Terhadap
Perkembangan Produk Bank Syariah di Kota Bukittinggi” yang disusun oleh
Hasnatun Hanifah NIM 331.386, Program Studi S1 Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.
Permasalahan dalam skripsi ini adalah berkembangnya perusahaan
financial technology yang cepat dan mudah membawa dampak yang begitu besar
terhadap perkembangan produk bank syariah, dimana pada bank syariah dalam
melakukan transaksi pinjam=meminjam masih banyak persyaratan yang harus
dilengkapi dan harus sesuai dengan regulasi yang ada. Sementara pada perusahaan
financial technology tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama, transaksi yang
diinginkan nasabah sudah bisa dinikmati oleh nasabah itu sendiri. melihat situasi
ini jika bank tidak bijak dalam mengambil langkah akan tertinggal jauh oleh
perusahaan financial technology ini. Bank_akan mengalami kemerosotan dari
Perusahaan financial technology mulai berkembang bebepa tahun belakangan ini.
Karena Kota Bukittinggi termasuk kota yang berkembang, tidak menutup
kemungkinan bahwa perusahaan financial technology ini akan cepat berkembang
di Kota Bukittinggi. Adapun Rumusan masalah dari penelitian ini adalah
bagaimana dampak financial technology terhadap perkembangan produk bank
syariah di kota Bukittinggi.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Dimana sumber data yang di dapat dari data sekunder. Teknik pengumpulan data
yaitu dengan cara dokumentasi, observasi, dan studi pustaka. Sedangkan teknis
analisis data yaitu menggunakan analisis deskriptif_yaitu dengan reduksi data,
penyajian data, dan menarik kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang penulis lakukan dapat
disimpulkan bahwa dengan adanya perusahaan financial technology ini membuat
bank ikut terpacu dan termotivasi untuk mengembangkan produknya. Disamping
itu bank syariah bisa bekerjasama dengan_perusahaan financial technology.
Seperti Bank BRIsyariah yang bekerjasama dengan perusahaan paytren dan Bank
Syariah Mandiri yang bekerjasama dengan Perusahaan Alami Fintek Syariah.
Kedua bank ini sama-sama mengalami peningkatan jumlah pendapatan dan juga
jumlah nasabah.
Kata Kunci: Financial Technology, Produk, Bank Syariah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, kebutuhan masyarakat Indonesia semakin hari kian
meningkat. Perkembangan zaman yang semakin maju, maka kebutuhan
sehari-hari akan terus bertambah. Sistem=keuangan pada dasarnya adalah
tatanan dalam perekonomian suatu negara yang memiliki peran, terutama
dalam menyediakan fasilitas jasa-jasa di bidang keuangan oleh lembaga-
lembaga keuangan dan lembaga-lembaga penunjang lainnya.
Lembaga keuangan adalah suatu perusahaan yang usahanya bergerak di
bidang jasa keuangan. Artinya kegiatan yang_dilakukan oleh lembaga ini
akan selalu berkaitan dengan bidang keuangan, apakah penghimpunan dana,
menyalurkan, dan/atau jasa-jasa keuangan lainnya. Bila lembaga keuangan
tersebut disandarkan kepada syariah, maka menjadi lembaga keuangan
syariah. Lembaga keuangan syariah adalah suatu perusahaan yang usahanya
bergerak dibidang jasa keuangan yang_berdasarkan pada prinsip-prinsip
syariah. Prinsip syariah yaitu prinsip yang menghilangkan unsur-unsur yang
dilarang dalam islam, kemudian menggantikannya dengan lembaga keuangan
syariah yang merupakan sistem norma yang didasarkan ajaran islam.
2
Lembaga yang merupakan organ masyarakat merupakan sesuatu yang
keberadaannya adalah untuk memenuhi_tugas sosial dan kebutuhan khusus
bagi masyarakat. Berbagai jenis lembaga_ada dan dikenal masyarakat yang
masing-masing mempunyai maksud dan tujuan dari tiap lembaga yang
bersangkutan.
Salah satu perkembangan teknologi di bidang keuangan adalah
financial technology (Fintech). Financial technology merupakan salah satu
inovasi dibidang financial yang mengacu_pada teknologi modern. Latar
belakang munculnya financial technology adalah ketika terjadi suatu masalah
dalam masyarakat yang tidak dapat dilayani oleh industri keuangan dengan
berbagai kendala.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No.19/12/PBI/2017 tentang
penyelenggaraan teknologi finansial_menimbang bahwa perkembangan
teknologi dan sistem informasi terus melahirkan berbagai inovasi, khususnya
yang berkaitan dengan teknologi untuk memenuhi berbagai kebutuhan
masyarakat termasuk akses terhadap layanan finansial dan pemrosesan
transaksi.
Keberadaan financial technology yang semakin berkembang sehingga
muncul financial technology yang_berdasarkan syariah serta memudahkan
nasabah tentu saja akan berpengaruh terhadap lembaga keuangan syariah
formal seperti Bank syariah, BPR Syariah, BMT dan lembaga keuangan
syariah formal lainnya dimana transaksi pada lembaga keuangan syariah
3
formal masih banyak menggunakan_bukti fisik dalam transaksinya dan belum
banyak menggunakan kemajuan teknologi yang semakin berkembang.
Sangat pesatnya perkembangan Financial technology terbukti dari
berkembangnya Financial technology diberbagai sektor mulai dari Start-Up
pembayaran, peminjaman (Lending), perencanaan keuangan (Personal
Finance), pembiayaan (Crowdfunding), financial technology lainnya. Konsep
Financial technology tersebut_mengadaptasi perkembangan teknologi yang
dipadukan dengan bidang finansial pada lembaga perbankan, sehingga
diharapkan dapat memfasilitasi proses transaksi keuangan yang lebih praktis,
modern, meliputi layanan keuangan berbasis digital yang saat ini telah
berkembang di Indonesia, yaitu payment channel system, digital banking,
online digital insurance, peer to peer (P2P) lending, serta crowd funding.
Penerapan Finansial Teknologi untuk meningkatkan efisiensi kegiatan
operasional dan mutu pelayanan_bank kepada nasabahnya, sebab
pemanfaatan Financial Technology tersebut sejalan dengan semakin
berkembangannya kebutuhan masyarakat akan layanan keuangan berbasis
online dan penggunaan media internet untuk akses data digital.
Karena kemudahan Financial Technology tersebut dapat membawa pula
ancaman bagi industri Perbankan_khususnya Perbankan Syariah dimana
dalam proses pinjam meminjam bank memberikan ketentuan-ketentuan
khusus pada nasabahnya dan proses administrasi perbankan yang terkenal
kaku dan berbelit yang membuat masyarakat lebih tertarik terhadap Financial
Technology. Maka dari itu bank syariah_diharapkan tidak hanya melakukan
4
perkembangan pada bidang teknologinya saja sebagai instansi dibidang jasa
yang melayani nasabahnya, akan tetapi bank syariah harus dapat
meningkatkan portofolio pembiayaannya sebagai sumber pendapatan bagi
bank syariah. Dengan meningkatkan_portofolio pembiayaan maka akan
meningkatkan profit bagi bank syariah, kemudian dengan meningkatnya
profit tersebut maka akan memperluas kesempatan bagi bank syariah untuk
memiliki investasi jangka panjang yaitu dengan menggunakan Financial
technology pada proses layanannya.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perusahaan financial
technology di Indonesia terbagi kepada beberapa sektor, yaitu:
1) Financial Planning
2) lending
3) crowdfunding
4) aggregator
5) payment
6) financial technology lainnya
Perusahaan financial technology di Indonesia didominasi oleh sektor
pembayaran (payment) sebesar 42,22%, sektor pinjaman (lending) 17,78%,
sektor aggregator sebesar 12,59%, sektor perencanaan keuangan (financial
planning) sebesar 8,15%, sektor crowdfunding sebesar 8,15%, dan sektor
lainnya sebesar 11,11%.
Berdasarkan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. 77 Tahun
2016 terdapat 164 perusahaan Financial Technology Lending yang sudah
terdaftar dan mendapat izin dari OJK. Sekitar 139 perusahaan lending sudah
terdaftar, 25 perusahaan berizin, 152 perusahaan konvensional dan 12
perusahaan sudah menerapkan prinsip syariah.
3
Perkembangan Financial Technology pada masa sekarang ini, memiliki
dampak positif dan negatif. Adapun dampak negatif yang ditimbulkan adalah
masih ada produk financial technology yang belum terdaftar di OJK atau
masih ilegal. Disebutkan, hingga akhir November 2019 Satuan Tugas
Waspada Investasi (SWI) menemukan lagi sebanyak 125 entitas yang
melakukan kegiatan fintech peer-to-peer (P2P) lending illegal yang tidak
terdaftar di OJK, sebelumnya pada Oktober 2019 ditemukan 133 entitas.
Sedangkan dampak positif yang ditimbulkan adalah dengan fasilitas
yang disediakan dapat mempermudah masyarakat dalam bertransaksi.
Dengan adanya fintech membuka peluang bagi masyarakat khususnya
masyarakat yang belum bisa dijangkau oleh layanan bank untuk melakukan
pinjaman berjangka tanpa agunan, namun dengan proses yang lebih mudah
dan cepat.
Melihat dua dampak di atas jika bank syariah tidak mampu berinovasi
dan memanfaatkan teknologi dalam mengembangkan produk, maka produk-
produk bank syariah yang ada sekarang ini akan tertinggal jauh oleh lembaga
keuangan yang telah mengeluarkan financial technology yang
perkembangannya sangat cepat. Dalam hal ini terdapat dampak financial
technology terhadap bank syariah. Maka dari itu dalam penelitian ini akan
dibahas mengenai apakah ada dampak financial technology terhadap
pengembangan produk bank syariah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin meneliti lebih
lanjut bagaimana dampak financial technology terhadap perkembangan
4
produk bank syariah. Oleh karena itu judul yang peneliti ambil dalam
penelitian ini adalah bagaimana Dampak Financial Technology Terhadap
Perkembangan Produk Bank Syariah di Kota Bukittinggi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pengamatan pada latar belakang, identifikasi masalah yang
dapat penulis ambil adalah:
1. Dengan segala kemudahan pelayanan pada financial technology membuat
Bank Syariah menjadi terpacu untuk mengembangkan produk yang ada.
2. Semakin berkembangannya kebutuhan masyarakat akan layanan yang
lebih mudah di akses dan lebih cepat bergerak tanpa menunggu regulasi,
sementara bank syariah yang merupakan organisasi formal setiap
perubahan apapun akan menunggu regulasi. Kenyataan seperti ini
membuat financial technology memicu bank untuk bergerak lebih cepat.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, agar penulis mempunyai
arahan yang jelas serta tidak keluar dari pokok permasalahan, maka penulis
membatasi masalah dan lebih fokus tentang menganalisa Dampak Financial
Technology terhadap Perkembangan Produk Bank Syariah di Kota
Bukittinggi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada pengamatan latar belakang dan identifikasi masalah,
maka peneliti merumuskan masalah yang akan dibahas adalah bagaimana
5
dampak Financial Techonology terhadap perkembangan produk pada Bank
Syariah di Kota Bukittinggi?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui dampak perkembangan
financial technology terhadap pengembangan produk pada Bank Syariah di
Kota Bukittinggi.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai macam kegunaan
di antaranya:
1. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai financial
technology yang ada di Bank Syariah serta sebagai persyaratan dalam
meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan S1 Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri
Bukittinggi.
2. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wacana bagi pembaca tentang financial technology yang ada pada Bank
Syariah.
3. Bagi Akademisi
Sebagai bahan kajian bagi kalangan akademisi yang tertarik
membahas topik mengenai dampak financial technology terhadap
perkembangan produk Bank Syariah.
6
G. Penjelasan Judul
Salah satu perkembangan teknologi di bidang keuangan adalah
financial technology (Fintech). Financial technology merupakan salah satu
inovasi dibidang financial yang mengacu pada teknologi modern. Keberadaan
financial technology yang semakin berkembang sehingga muncul financial
technology yang berdasarkan syariah serta memudahkan nasabah tentu saja
akan berpengaruh terhadap lembaga keuangan syariah formal.
Perkembangan financial technology pada masa sekarang ini, memiliki
dampak positif dan negatif. Melihat dua dampak di atas jika lembaga
keuangan syariah tidak mampu berinovasi dan memanfaatkan teknologi,
maka akan tertinggal jauh oleh lembaga keuangan yang telah mengeluarkan
financial technology yang perkembangannya sangat cepat.
Bukittinggi merupakan salah satu kota yang terbilang
perkembangannya sangat pesat, sehingga hal ini juga menyeret seluruh
sektor untuk berkembang, salah satunya di sektor perbankan. Pada awalnya di
kota Bukittinggi hanya terdapat bank konvensional, namun seiring
berjalannya waktu munculah inovasi-inovasi perbankan yaitu dengan lahirnya
Bank Syariah. Dan perkembangan Bank Syariah di Bukittinggi masih
terbilang lamban.
Berdasarkan penjelasan judul diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa peniliti akan menganalisis bagaimana dampak financial technology
ini terhadap perkembangan poduk bank syariah yang ada di Kota Bukittinggi.
H. Kajian Terdahulu
7
Sebelum melakukan penelitian, maka penulis terlebih dahulu
mengamati dan mencermati penelitian terdahulu yang relevan.
1. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Yulia Prastika dengan judul
“Pengaruh Financial Technology Terhadap Profitabilitas Perbankan
Syariah (Studi Komparasi Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, Dan
Bank Mega Syariah Periode 2016-2018). Hasil Penelitian Menunjukkan
bahwa pada Bank Syariah Mandiri variabel ROA, ROE, NIM,
berpengaruh Positif dan Signifikan sesudah bekerjasama dengan Start-Up
Financial technology dan untuk BOPO berpengaruh Negatif dan
Signifikan. Untuk Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah variabel ROA,
NIM, BOPO tidak berpengaruh signifikan dimana untuk varibel ROE
berpengaruh negatif dan signifikan. Untuk Bank Mega Syariah variabel
ROA, ROE, NIM berpengaruh negarif dan signifkan sedangkan untuk
variabel BOPO berpengaruh positif dan signifikan.
2. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Wildan, dengan
judul Pengaruh Persepsi Kemudahan Pengguna, Efektivitas dan
Risiko Terhadap Minat bertransaksi menggunakan Financial
Technology. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel Persepsi
Kemudahan Penggunaan memiliki nilai signifikan. Hal ini menunjukan
bahwa persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap minat bertransaski menggunakan financial
technology.. Deangan demikian variabel efektivitas berpengaruh positif
8
dan signifikan terhadap minat bertransaksi menggunkan Financial
technology.
3. Ketiga, penelitian yang dialkukan oleh Johana Destiya dengan judul
Peluang dan Tantangan Financial Technology bagi Perbankan
Syariah di Indonesia (Studi Kasus PT. Bank Syariah Mandiri.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat
kekuatan pada financial technology, kelemahan pada financial
technology, peluang pada financial technology dari sisi bank syariah
mandiri, dan ancaman atau tantangan financial technology bagi bank
syariah mandiri. Dengan melihat dari keempat faktor-faktor tersebut,
maka terdapat strategi yang perbankan khususnya bank syariah mandiri
lakukan untuk tetap meningkatkan market share dan pendapatan.
berdasarkan uraian diatas, terlihat perbedaan penelitian yang
penulis lakukan dengan penelitian terdahulu. Dimana pada penelitian
terdahulu membahas tentang pengaruh dan peluang serta tantangan dalam
menggunakan financial technology. Sementara pada penelitian ini
membahas tentang Dampak Financial Technology terhadap Perkembangan
Produk pada Bank Syariah di Kota Bukittinggi.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perbankan Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Menurut Undang-Undang Nomor_10 Tahun 1998 tanggal 10
November tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Pengertian lain bank adalah suatu lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran
dan peredaran uang.
Pengertian bank syariah atau bank Islam dalam bukunya Edy
Wibowo adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah Islam. Bank ini tata cara beroperasinya mengacu kepada
ketentuan-ketentuan al-Quran dan hadits.
Sedangkan menurut Sutan Remy Shahdeiny Bank Syariah adalah
lembaga yang berfungsi sebagai intermediasi yaitu mengerahkan dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada
masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan tanpa
berdasarkan prinsip bunga, melainkan berdasarkan prinsip syariah.
Jadi penulis dapat menarik kesimpulan bahwa bank syariah adalah
bank yang operasionalnya menghimpun dana dari masyarakat dan
10
menyalurkannya kepada masyarakat berupa pembiayaan dengan sistem
bagi hasil yang berdasarkan ketentuan-ketentuan syariat Islam.
2. Perkembangan Perbankan Syariah
Secara regulator, Bank Indonesia memberikan perhatian yang serius
dan bersungguh-sungguh dalam mendorong perkembangan perbankan
syariah. Semangat ini dilandasi oleh keyakinan bahwa perbankan syariah
akan membawa maslahat bagi peningkatan ekonomi dan pemerataan
kesejahteraan masyarakat. Pertama, bank syariah lebih dekat dengan sektor
riil karena produk yang ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan,
senantiasa menggunakan underlying transaksi sektor riil sehingga
dampaknya lebih nyata dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Kedua,
tidak terdapat produk-produk yang bersifat spekulatif (gharar) sehingga
mempunyai daya tahan yang kuat dan teruji ketangguhannya dari direct hit
krisis keuangan global. Secara makro, perbankan syariah dapat
memberikan daya dukung terhadap terciptanya stabilitas sistem keuangan
dan perekonomian nasional. Ketiga, sistem bagi hasil (profit-loss sharing)
yang menjadi ruh perbankan syariah akan membawa manfaat yang lebih
adil bagi semua pihak, baik bagi pemilik dana selaku deposan, pengusaha
selaku debitur maupun pihak bank selaku pengelola dana.
Sampai dengan bulan Februari 2012, industri perbankan syariah
telah mempunyai jaringan sebanyak 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24,
Unit Usaha Syariah (UUS), 155 BPRS dengan total jaringan kantor
mencapai 2.380 kantor yang tersebar di hampir seluruh penjuru nusantara.
11
Total aset perbankan syariah mencapai Rp 149,3 triliun (BUS dan
UUS Rp 145,6 triliun dan BPRS Rp 3,7 triliun) atau tumbuh sebesar
51,1% dari posisi tahun sebelumnya. Industri perbankan syariah mampu
menunjukkan akselerasi pertumbuhan yang tinggi dengan rata-rata sebesar
40,2% pertahun dalam lima tahun terakhir (2007-2011), sementara rata-
rata pertumbuhan perbankan nasional hanya sebesar 16,7% pertahun. Oleh
karena itu, industri perbankan syariah dijuluki sebagai “the fastest growing
industry”.
Akselerasi pertumbuhan perbankan syariah yang jauh lebih tinggi
dari pertumbuhan perbankan nasional menjadi 4,0%. Jika tren
pertumbuhan yang tinggi industri perbankan syariah tersebut dapat
dipertahankan, maka porsi perbankan syariah diperkirakan dapat mencapai
15%-20% dala kurun waktu 10 tahun kedepan.
3. Dasar Hukum Bank Syariah
Dasar hukum yang melandasi adanya perbankan syariah dengan
adanya peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait dengan
kegiatan usaha perbankan, yaitu:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, yang menyatakan dimana perbankan adalah segala sesuatu
yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
12
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, yang menyatakan bahwa perbankan syariah adalah
segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha
syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
4. Karakteristik Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang berdasarkan antara lain, pada azas
kemitraan, keadilaan, transparansi dan universal serta melakukan kegiatan
usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan bank syariah
merupakan implementasi dari prinsip ekonomi islam dengan karakteristik,
antara lain sebagai berikut:
a. Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya;
b. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time-value of money;)
c. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas;
d. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif;
e. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang;
f. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad.
Bank syariah beroperasi atas dasar konsep bagi hasil. Bank syariah
tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan
maupun membebankan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena
bunga merupakan riba yang diharamkan. Berbeda dengan bank non-syariah,
bank syariah tidak membedakan secara tegas antara sektor moneter dan
13
sektor riil sehingga dalam kegiatan usahanya dapat melakukan transaksi-
transaksi sektor riil, seperti jual beli dan sewa menyewa.
Belakangan ini para ekonom Muslim telah mencurahkan perhatian
besar guna menemukan cara untuk menggantikan sistem bunga dalam
transaksi perbankan dan keuanganyang lebih sesuai dengan etika islam.
Perbankan Syariah didirikan didasarkan pada alasan filosofis maupun
praktik.
Suatu transaksi sesuai dengan prinsip syariah apabila telah
memenuhi seluruh syarat berikut ini:
a. Transaksi tidak mengandung unsur kezdaliman;
b. Bukan riba;
c. Tidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain;
d. Tidak ada penipuan (gharar);
e. Tidak mengandung materi-materi yang diharamkan;
f. Tidak mengandung unsur judi (maisyir).
5. Prinsip-Prinsip Dasar Operasional Bank Syariah
Allah swt mewajibkan kepada umatnya untuk tolong menolong
dalam segala bentuk dan macam hal yang membawa kepada kemaslahatan
duniawi dan ukhrawi, serta mewajibkan kepada umatnya untuk tolong
menolong sebagai upaya untuk dapat menghindarkan bencana duniawi dan
ukhrawi. Sebagai umat manusia harus saling tolong menolong dalam hal
kebaikan. Seperti bank syariah yang operasionalnya ditujukan untuk
mencapai kesejahteraan dan kemaslahatan umat dan menjadi lembaga
14
intermeditiary antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yag
kekurangan dana.
Hubungan ekonomi berdasarkan syariah Islam tersebut ditentukan
oleh hubungan aqad yag terdiri dari lima konsep dasar aqad. Kelima
konsep tersebut ialah:
a. Prinsip Simpanan Murni (al-Wadiah)
Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh
Bank Islam untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang
kelebihan dana untuk menyimpan dananya dalam bentuk al-Wadiah.
Fasilitas al-Wadiah biasa diberikan untuk tujuan investasi guna
mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan dan deposito. Dalam
dunia perbankan konvensional al-wadiah identik dengan giro.
b. Bagi Hasil (Syirkah)
Prinsip ini adalah suatu konsep yang meliputi tata cara pembagian
hasil usaha antara penyedia dan pengelola dana. Pembagian hasil usaha
ini dapat terjadi antara bank dan penyimpan dana maupun antara bank
dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan
prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah. Prinsip mudharabah ini
dapat digunakan sebagai dasar baik produk pendanaan (tabungan dan
deposito) maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak
untuk pembiayaan dan penyertaan.
c. Prinsip Jual Beli (At-Tijarah)
15
Prinsip ini merupakan suatu konsep yang menerapkan tata cara
jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang
dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank dalam
melalukan pembelian barang atas nama bank. Bank menjual barang
tersebut kepada nasabah dengan sejumlah harga beli ditambah
keuntungan (margin). Implikasinya dapat berupa: Murabahah,
Salam, dan Istishna.
d. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)
Prinsip ini secara garis besar terdiri dari dua jenis. Pertama,
ijarah (sewa murni) seperti halnya penyewaan traktor dan alat-alat
produk lainnya. Secara teknik bank dapat membeli dahulu barang
yang dibutuhkan oleh nasabah, kemudian barang tersebut disewakan
dalam waktu yang telah disepakati oleh nasabah. Kedua, bai al-
takjiri atau ijarah muntahiya bitamlik, yang merupakan
penggabungan sewa dan beli dimana penyewa mempunyai hak untuk
memiliki barang pada akhir masa sewa.
e. Prinsip Jasa / Fee (Al-Ajr Walumullah)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non pembiayaan yang
diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara
lain: Bank Garansi, Kliring, Inkaso, Jasa, Transfer dan lain-lain.
6. Produk-Produk Bank Syariah
a. Penyaluran Dana
1. Prinsip Jual Beli (Ba’i)
16
Jual beli dilaksanakan karena adanya pemindahan
kepemilikan barang. Keuntungan bank disebutkan di depan dan
termasuk harga dari harga yang dijual. Terdapat tiga jenis jual beli
dalam pembiayaan konsumtif, modal kerja dan investasi dalam
bank syariah, yaitu:
a. Ba’i al-Murabahah yaitu jual beli dengan harga asal ditambah
keuntungan yang disepakati antara pihak bank dengan nasabah,
dalam hal ini bank menyebutkan harga barang kepada nasabah
yang kemudian bank memberikan laba dalam jumlah tertentu
sesuai dengan kesepakatan.
b. Ba’i As-Salam dalam jual beli ini nasabah sebagai pembeli dan
pemesan memberikan uangnya di tempat akad sesuai dengan
harga barang yang dipesan dan sifat barang telah disebutkan
sebelumnya.
c. Ba’i al-Istishna’ merupakan bagian dari Ba’i As-Salam namun
Ba’i al-Istishna’ digunakan dalam bidang manufaktur. Seluruh
ketentuan Ba’i al-Istishna’ mengikuti Ba’i As-Salam namun
pembayaran dapat dilakukan beberapa kali pembayaran.
2. Prinsip Sewa (Ijarah)
Ijarah adalah kesepakatan pemindahan hak guna atas barang
atau jasa melalui sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atau
barang yang disewa. Dalam hal ini bank menyewakan peralatan
17
kepada nasabah dengan biaya yang telah ditetapkan secara pasti
sebelumnya.
3. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Dalam prinsip ini terdapat dua macam produk yaitu:
a. Musyarakah yaitu salah satu produk bank yang mana terdapat
dua pihak ataulebih yag bekerja sama untuk meningkatkan aset
yang dimiliki bersama dimana seluruh pihak memadukan
sumber daya yang mereka miliki baik berwujud maupun tidak
berwujud.
b. Mudharabah adalah kerja sama dua orang atau lebih di mana
pemilik modal memberikan mempercayakan sejumlah modal
kepada pengelola dengan perjanjian pembagian keuntungan.
b. Penghimpun Dana
Produk penghimpunan dana pada bank syariah meliputi giro,
tabungan, dan deposito. Prinsip yang diterapkan dalam bank syariah
yaitu:
a. Prinsip Wadiah
Penerapan prinsip wadiah yang dilakukan adalah wadiah
yad dhamanah yang diterapkan pada rekening produk giro.
Berbeda dengan wadiah yad amanah, dimana pihak yang dititipi
(bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia
boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. Sedangkan pada
18
wadiah amanah harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang
dititipi.
b. Prinsip Mudharabah
Dalam prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan
bertindak sebagai pemilik modal sedangkan bank bertindak
sebagai pengelola. Dana yang tersimpan kemudian oleh bank
digunakan untuk melakukan pembiayaan, dalam hal ini apabila
bank menggunakannya untuk pembiayaan mudharabah, maka
bank bertanggung jawab atas kerugian yang mungkin terjadi.
c. Jasa Perbankan
Selain melakukan kegiatan menghimpun dan menyalurkan
dana, bank juga dapat memberikan jasa kepada nasabah dengan
mendapatkan imbalan berupa sewa atau keuntungan, jasa tersebut
antara lain:
a. Sharf (Jual Beli Valuta Asing)
Yaitu jual beli mata uang yang tidak sejenis namun harus
dilakukan pada waktu yang sama (spot). Bank mengambil
keuntungan untuk jual beli jasa tersebut.
b. Ijarah (Sewa)
Kegiatan ijarah ini adalah menyewakan simpanan (safe
deposit box) dan jasa tata laksana administrasi dokumen
(custodian), dalam hal ini bank mendapatkan imbalan sewa dari
jasa tersebut.
19
B. Financial Technology (Fintech)
1. Pengertian Financial Technology
Financial Technology (Financial technology) memiliki arti dan
pengertian yang luas. Sebuah lembaga riset NDRC (The National
Digital Research Centre) menyebutkan bahwa financial technology
adalah sebuah istilah untuk inovasi dalam jasa finansial, dimana
teknologi adalah kuncinya. Sementara menurut mantan Gubernur Bank
Indonesia Agus DW Martowardojo dalam sambutannya di acara
Indonesia Financial technology di acara Indonesia Financial technology
Festival and Conference 2016, di Jakarta mengatakan bahwa Financial
technology merupakan layanan keuangan yang berbasis teknologi
informasi seperti big data, cloud computing, dan distributed ledger
system.
Sementara menurut PWC pengertian Financial Technology
adalah segmen dinamis di persimpangan antara sektor jasa keuangan
dengan teknologi dimana start-up yang berfokus pada teknologi dan
merupakan pandangan pasar baru berinovasi pada produk dan layanan
yang saat ini disediakan oleh industri jasa keuangan tradisional.
Menurut Catradiningrat financial technology adalah entitas yang
memadukan teknologi dengan fitur jasa keuangan sehingga menjadi
creative discruption di pasar keuangan karena merubah tatanan yang
berlaku.
20
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan Financial
Technology (Financial technology) adalah suatu inovasi baru di jasa
keuangan yang mengadaptasi perkembangan teknologi untuk
mempermudah pelayanan keuangan dan sistem keuangan agar lebih
efisien dan efektif.
Financial Technology Syariah (Financial technology Syariah)
adalah penyelenggaraan jasa keuangan berdasarkan prinsip syariah.
Prinsip syariah yang dimaksud adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum islam tanpa adanya Riba, Gharar, Masyir, Tadlis, dan Dharar.
2. Dasar Hukum
Dasar hukum yang melandasi adanya Financial Technology
terdapat pada peraturan bank indonesia dan otoritas jasa keuangan
sebagai berikut:
a. Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016 tentang
Penyelenggaraan Pemprosesan Transaksi Pembayaran yang
menyatakan bahwa perkembangan teknologi dan sistem keuangan
informasi terus melahirkan berbagai inovasi, khususnya yang
berkaitan dengan Financial Teknology dalam rangka memenuhi
kebutuhan masyarakat, termasuk dibidang jasa sistem pembayaran,
baik dari sisi instrument, penyelenggara, mekanisme, maupun
infrastruktur penyelengaraan pemprosesan transaksi pembayaran.
b. Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 tentang
Penyelenggaraan Financial Teknology yang menyatakan Financial
21
Teknology adalah penggunaan teknologi dalam sistem keuangan
yang menghasilkan produk, layanan, teknologi, dan/atau model
bisnis baru serta dapat berdampak pada stabilitas moneter, stabilitas
sistem keuangan, dan/atau efisiensi, kelancaran, keamanan, dan
keandalan sistem pembayaran.
c. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi
yang menyatakan Layanan pinjam meminjam uang berbasis
teknologi informasi adalah penyelenggaraan jasa keuangan untuk
mempertemukan pemberi pinjaman dengan penerima dalam rangka
melakukan perjanjian pinjam-meminjam dalam mata uang rupiah
secara langsung melalui sistem elektronik dengan menggunakan
jaringan internet.
d. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor
13/POJK.02/2018 tentang Inovasi Keuangan Digital Di Sektor Jasa
Keuangan yang menyatakan Inovasi Keuangan Digital adalah
aktivitas pembaruan proses bisnis, model bisnis, dan instrumen
keuangan yang memberikan nilai tambah dari sektor jasa keuangan
dengan melibatkan ekosistem digital.
Selain itu, secara praktik dasar hukum tentang financial
technology telah diatur dalam :
1. Fatwa DSN-MUI No. 117/DSN-MUI/IX/2018 tentang Pembiayaan
Teknologi Informasi Berbasis Syariah
22
2. Fatwa DSN-MUI No.116/DSN-MUI/IX/2017 tentang Uang
Elektronik Syariah.
3. Perkembangan Financial Technology
Perkembangan financial technology di Indonesia yang merupakan
negara dengan populasi terbesar di Asia Tenggara dan keempat di dunia
merupakan pasar bagi financial technology. Menurut Indonesia’s
Financial technology Assosiation (IFA) jumlah pemain financial
technology di Indonesia tumbuh 78% pada tahun 2016. Kehadiran
financial technology di Indonesia diperkuat dengan momentum
pertambahan jumlah konsumen kelas menengah atas yang diprediksi
oleh Boston Consulting Group (BCG) akan melonjak dar 74 juta orang
pada 2013 menjadi 141 juta orang pada tahun 2020. Kelompok
masyarakat ini secara sosial ekonomi akan mulai menggunakan uang
antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, kendaraan dan layanan
keuangan.
Brodjonegoro memaparkan tiga prioritas pembangunan yang
dapat digerakkan melalui pemanfaatan financial technology, yang
terdiri dari:
a. Mobilisasi modal untuk meningkatkan aktifitas ekonomi kelompok
masyarakat yang kurang terlayani seperti Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) dan UKM;
23
b. Mobilisasi dana yang ada di masyarakat untuk membiayai
infrastruktur dasar seperti sanitasi dan listrik;
c. Mobilisasi dana untuk mendorong pembangunan infrastruktur yang
berkelanjutan, seperti pembiayaan inovasi penting untuk
meningkatkan produksi pertanian dan perikanan.
Perkembangan Financial Technology syariah ditandai dengan
kemunculan financial technology serta menjadi salah satu bukti
perkembangan teknologi berbasis digital dimana merupakan inovasi
baru dan berdampak pada semua kegiatan ekonomi. Tujuan dari adanya
financial technology harus selaras dengan tujuan dari transaksinya
untuk mendatangkan dan memelihara kemaslahatan (kebaikan)
sekaligus menghindari kemafsadatan (kerusakan) baik di dunia maupun
akhirat.
Menyadari besarnya potensi pangsa pasar muslim di dunia,
starup financial technology tidak menyia-nyiakan kesempatan dengan
membangun financial technology syariah. Financial technology syariah
memiliki criteria khusus diantaranya tidak mengandung unsure riba,
gharar (penipuan), mudharat (efek negatif), dan jahalah (tidak ada
transparansi) antara penjual dan pembeli.
Diawali oleh startup financial technology pertama Beehive di
Dubai pada tahun 2004. Financial technology yang mendapatkan
sertifikat syariah pertama kali di dunia ini menyediakan pembiayaan
murah untuk UMKM yang menggunakan pendekatan peer to peer
24
lending marketplace. Di Asia Tenggara, di tahun 2016 Finetch asal
singapura, Kapital Boost, telah mendapatkan_sertifikat kepatuhan
syariah dari financial Shariah Advisory Consultancy (FSAC) Singapura
dan dinamakan sebagai The First Islamic SME Crowdfunding Platform.
Financial technology Syariah pertama_yang mendapatkan
sertifikat halal MUI di Indonesia adalah Paytern di tahun 2017.
Meskipun Financial technology syariah mulai berkembang tetapi
jumlah financial technology konvensional masih jauh lebih banyak
dibandingkan dengan finetch syariah.
Teknologi financial saat ini masih didominasi oleh teknologi
financial konvensional, menurut data yang dipublikasikan dalam situs
resmi OJK per Juni 2019 terdapat 113 perusahaan penyelenggara
layanan teknologi financial yang mendapatkan izin OJK, yang mana
lebih dari setengah bagiannya adalah layanan berbasisi konvensional.
Layanan teknologi financial tersebut perlahan-lahan masuk ke sisitem
keuangan syariah. Hal ini diuktikan dengan bermunculannya stratup
yang menjalankan bisnisnya berdasarkan prinsip syariah dan sudah
terdaftar di OJK dan DSN-MUI.
Dengan begitu tentu sangat penting bagi para startup yang
menjalankan sistem bisnis berdasarkan syariah untuk menerapkan
ketentuan-ketentuan syariah mulai dari produk yang ditawarkan, akad
yag akan digunakan sampai rukun serta batasan hukumnya sesuai
25
ketentuan fatwa dan tidak bertentangan dengan prinsip perlindungan
konsumen.
MUI mengeluarkan fatwa untuk menjawab keraguan para
konsumen atau pengguna transaksi bisnis teknologi financial dalam
memahami ketentuan dan batasan hukum yang menjadi landasan
kesyariahan dari produk yang ditawarkan oleh starup di Indonesia.
4. Jenis-Jenis Financial Technology
Secara umum layanan keuangan berbasis digital yang saat ini
telah berkembang_di Indonesia dapat dibedakan kedalam beberapa
kelompok, yaitu:
a. Payment Channel/System
Merupakan layanan elektronik yang berfungsi menggantikan
uang kartal dan uang giral sebagai alat pembayaran, antara lain
pembayaran dengan menggunakan kartu dan e-money. Disamping itu
terdapat jenis alat pembayaran elektronik antara lain yang telah
digunakan sebagian masyarakat dunia, yaitu sistem pembayaran
berbasi kriptolografi (Blokchain) seperti Bitcoin.
b. Digital Banking
Merupakan layanan perbankan yang memanfaatkan teknologi
digital untuk_memenuhi kebutuhan para nasabah. Masyarakat di
indonesia sudah cukup lama mengenal perbankan elekronik seperti
ATM, internet banking, mobile banking, SMS banking, phone
banking, dan vidio banking. Selain itu beberapa bank juga telah
26
meluncurkan layanan keuangan tanpa kantor (Branchless Banking)
sesuai kebijakan OJK dengan nama Layanan Keuangan Tanpa
Kantor dalam rangka Keuangan Inklunsif (laku pandai) yang
utamanya ditunjukan kepada masyarakat yang belum memiliki akses
ke perbankan.
c. P2P Lending
Peer to peer (P2P) Lending adalah layanan keuangan yang
memanfaatkan teknologi digital untuk mempertemukan antar pihak
yang membutuhkan_pinjaman dan pihak yang bersedia memberikan
pinjaman. Layanan ini biasanya menggunakan website.
d. Online/Digital Insurance
Adalah layanan asuransi bagi nasabah dengan memanfaatkan
teknologi digital. Beberapa perusahaan asuransi, menerbitkan polis, dan
menerima laporan klaim. Disamping itu, banyak pula perusahaan yang
menawarkan jasa perbandingan premi (digital consultant) dan juga
keagenan (digital marketer) asuransi melalui website atau mobile
aplication.
e. Crowdfunding
Adalah kegiatan pengumpulan dana melalui website atau
teknologi digital lainnya untuk tujuan investasi maupun sosial.
5. Financial Technology Pada Perbankan Syariah
Finansial technology telah membantu bank syariah dalam
kecepatan dan akurasi dalam memproses data operasi bisnis dan
27
pemasaran produk. Penerapan sistem informasi sangat berpengaruh
pada industri perbankan, dimana penerapan sistem pada perbankan
mempunyai dampak yang luar biasa mengingat industri perbankan
merupakan salah satu industri yang paling tinggi tingkat
ketergantungannya pada aktivitas-aktivitas pengumpulan, pemprosesan,
analisa dan penyampaian laporan (informasi) yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan nasabah.
Persaingan antar bank ditandai oleh beberapa faktor pokok:
himpunan produk dan layanan yang ditawarkan kepada nasabah, dan
lokasi layanan, baik dalam bentuk kantor cabang dan kas atau ATM
saja. Layanan jasa keuangan di dunia sedang bergerak ke arah
konvergensi di antara keempat jenis produk tersebut.
Tantangannya adalah dukungan teknologi perbankan di meja
service representative yang dapat digunakan untuk memadukan semua
layanan jasa perbankan ini dan meraciknya secara individual untuk para
nasabah yang memerlukan layanan perbankan tersebut.
Meningkatkan pelayanan pelanggan merupakan suatu usaha
untuk menembus batasan-batasan ruang dan waktu yang hanya dapat
dilakukan dengan bantuan teknologi komputer dan telekomunikasi.
Pada saat yang bersangkutan untuk bersaing dengan bank-bank lain,
terutama dalam usahanya untuk menciptakan suatu produk pelayanan
yang lebih murah, lebih baik, dan lebih cepat. Berikut dijelaskan
beberapa teknologi layanan perbankan, antara lain:
28
a. Mobile Banking
Mobile banking adalah layanan_perbankan yang dapat diakses
langsung melalui jaringan telepon seluler/handphone GSM (Global
For Mobile Communication) atau CDMA.
Istilah Mobile Banking dianggap berkaitan erat dengan
pengertian berikut yang disingkat dengan M-Banking. Fasilitas
perbankan melalui komunikasi bergerak seperti handphone. Dengan
penyediaan fasilitas yang hampir sama dengan ATM kecuali
mengambil uang cash. Arti istilah SMS Banking merupakan layanan
yang disediakan Bank menggunakan sarana SMS untuk melakukan
transaksi keuangan dan permintaan informasi keuangan, misalnya
cek saldo, mutasi rekening dan sebagainya.
b. Internet Banking
Menurut Bank Indonesia, Internet Banking merupakan salah
satu pelayanan jasa Bank yang memungkinkan nasabah untuk
memperoleh informasi, melakukan komunikasi dan melakukan
transaksi perbankan melalui jaringan internet.
Menurut Turban Internet Banking adalah perbankan yang
menggunakan internet yang memungkinkan dilakukannya
pembayaran tagihan, mendapatkan pinjaman dari bank, atau
melakukan transfer antar rekening.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Internet Banking adalah salah satu jasa layanan
29
bank melalui jaringa internet yang memungkinkan nasabah untuk
mendapatkan jasa dan layanan perbankan_seperti memperoleh
informasi dan melakukan transaksi perbankan.
c. Phone Banking
Layanan Phone Banking merupakan jasa yang disediakan bank
untuk melakukan transaksi, antara lain:
1) Transaksi dimana dapat dilakukan selama waktu tertentu melalui
phone banking dengan bantuan seorang anggota karyawan Bank
yang menerima instruksi dengan menggunakan telepon;
2) Transaksi dimana dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan jasa otomatis dengan menggunakan telepon oleh
nasabah tanpa bantuan staf bank;
3) Transaksi yang lainnya yang dapat disediakan oleh bank dari
waktu ke waktu.
d. Automated Teller Machine (ATM)
Terminal elektronik yang disediakan lembaga keuangan atau
perusahaan lainnya membolehkan nasabah untuk melakukan
penarikan tunai dari rekening simpanannya di bank, melakukan
setoran, cek saldo, atau pemindahan dana.
e. Debit (or check) Card
Kartu yang digunakan pada ATM atau terminal point-of-sale
(POS) yang memungkinkan pelanggan memproleh dana yang
langsung didebet (diambil) dari rekening banknya.
30
f. Direct Deposit
Salah satu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh organisasi
(misalnya pemberi kerja atau instansi pemerintah) yang membayar
sejumlah dana (misalnya gaji atau pensiun) melalui_transfer
elektronik. Dana ditransfer langsung ke setiap rekening nasabah.
6. Faktor yang Mendorong Perkembangan Industri Fintech antara
lain:
a. Perubahan pola pikir konsumen
Konsumen di era sekarang ini cenderung menginginkan segala
sesuatu yang mudah dan cepat yang pada akhirnya mereka tidak
bergantung pada institusi keuangan konvensional yang terlampau
ketat dalam aturan-aturan (Industri perbankan, asuransi dan lain-
lain).
b. Kemajuan dunia digital dan perangkat smartphone
Teknologi yang memungkinkan siapa saja memiliki perangkat
mobile yang canggih dan melakukan transksi melalui perangkat
tersebut.
c. Perubahan trend yang sangat cepat
Inovasi dan adaptasi harus dilakukan secara terus menerus. Ini
mendorong terjadinya percepatan dalam perubahan trend.
d. Menurunnya loyalitas terhadap institusi atau merk.
31
Generasi milenial mampu menyerap pengetahuan dengan cepat
dan mereka lebih berhati-hati terhadap tawaran-tawaran produk/jasa
yang tersedia.
e. Akses yang semakin mudah
Transaksi antar negara bisa dilakukan dimana saja dan kapan
saja melalui perangkat mobile. Ini sangat membantu perkembangan
indutri kreatif berbasis teknologi untuk membuka pasar yang luas.
f. Penawaran produk/jasa keuangan yang lebih menguntungkan
Industri fintech menawarkan berbagai produk dan keuntungan
dalam menarik konsumen.
g. Kebijakan yang mendukung
Dukungan kebijakan strategis dari otoritas keuangan merupakan
kunci penting untuk mendorong dan memajukan industri fintech.
7. Dampak Financial Technology
Terdapat beberapa dampak perkembangan financial technology
terhadap para pelaku usaha, yaitu diantara sebagai berikut:
a. Kemudahan Pembayaran
Dengan kehadiran berbagai layanan yang lahir dari
perkembangan teknologi financial, pola transaksi jual beli antara
penjual dan pembeli menjadi lebih mudah. Pembeli tidak perlu lagi
menggunakan jasa perbankan dan bisa langsung membayar dengan
aplikasi tertentu yang digunakan bersama.
b. Kemudahan Mendapatkan Modal
32
Salah satu aplikasi financial technology yang bisa
dimanfaatkan oleh para pelaku usaha adalah modalku. Aplikasi ini
memungkinkan para pebisnis untuk_mendapatkan pinjaman tanpa
agunan dalam jumlah yang fantastis. Bagi para pelaku usaha yang
tidak memiliki akses ke layanan jasa perbankan tunggu.
c. Pasar yang Lebih Luas
Dengan metode pembayaran yang lebih beragam, potensi
keuntungan yang dapat diraup oleh pelaku bisnis tentu lebih besar.
Salah satu penyebabnya adalah pasar yang dijangkau lebih luas.
Masyarakat yang tidak memiliki akun bank bisa saja menggunakan
layanan teknologi financial untuk melunasi transaksi tersebut.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan studi pustaka yang diperoleh dari berbagai sumber.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang dilakukan secara ilmiah sesuai dengan kondisi
yang terjadi di lapangan tanpa adanya rekayasa dan jenis data yang
dikumpulkan berupa data deskriptif.
B. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai dari Bulan September 2020 sampai penelitian ini
dimunaqasahkan.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data dari penelitian ini hanya menggunakan satu jenis
data dalam membantu masalah yang di teliti yaitu:
a. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dari
instansi terkait). Data sekunder adalah jenis data dalam bentuk yang sudah
jadi melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan dari berbagai
organisasi atau perusahaan termasuk majalah yang dikeluarkan dan
lembaga-lembaga lainnya yang berkaitan dengan masalah yang penulis
teliti.
34
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
menganalisis buku-buku, dokumentasi, hasil penelitian, dan surat kabar
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah:
a. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, agenda, brosur dan
selebaran. Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data tertulis dan
catatan yang mempunyai ketertarikan dengan pemasalahan yang diteliti.
Dalam hal ini penulis mengumpulkan data dokumen-dokumen tertulis
yang diperoleh dari bahan pustaka buku-buku serta literatur-literatur
lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang berkaitan dengan penelitian
dan internet yang mendukung penelitian penulis.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik
secara langsung maupu tidak langsung dengan melibatkan semua indera (
penglihatan, pendengaran, penciuman, pembau dan perasa) untuk
memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Dalam
penelitian ini, pengamatan yang dilakukan dengan melihat buku-buku dan
jurnal yang berkaitan dengan masalah yang sedang peneliti teliti.
c. Studi Pustaka
35
Studi pustaka dilakukan untuk memperkaya pengetahuan mengenai
berbagai konsep yang akan digunakan sebagai dasar atau pedoman dalam
proses penelitian. Peneliti menggunakan studi pustaka dalam teknik
pengumpulan data. Studi pustaka dalam teknik pengumpulan data ini
merupakan jenis data sekunder yang membantu proses penelitian, yaitu
dengan mengumpulkan informasi yang terdapat dalam artikel, jurnal, surat
kabar maupun karya ilmiah dari peneliti sebelumnya.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari observasi, dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan
agar mudah dipahami.
Analisis deskriptif dilakukan menggunakan data kualitatif yang
dikumpul dari pengamatan dan telaah pustaka. Data yang muncul berupa data-
data yang tertulis maupun lisan orang atau prilaku yang diamati dan diproses
melalui catatan, kemudian disusun dalam teks perluasan. Data-data yang
diperoleh akan dianalisis dengan beraturan yang terdiri :
1. Reduksi data
Yaitu proses berfikir sensitive yang memerlukan kecerdasan,
keluasan, dan kedalaman wawasan yang tinggi, mereduksi data sama
dengan merangkum, memelih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting dan dicari tema serta , polanya dengan demikian data yang
36
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti mengumpulkan data selanjutnya.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah menyajikan
data dan bentuk data yang disajikan nantinya akan berupa teks naratif.
3. Menarik Kesimpulan
Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan, kesimpulan yang
ditarik masih bersifat sementara, kesimpulan ini diperoleh dari reduksi dan
penyajian data. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan-
temuan baru yang belum pernah ada, temuan ini berupa deskripsi yang
sebelumnya masih remang-remang sehingga nantinya akan lebih jelas.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Bank BRIsyariah
a. Sejarah Berdirinya Bank BRIsyariah KCP Bukittinggi
Berawal dari akuisisi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007. Setelah mendapatkan
izin_usaha dari Bank Indonesia melalui surat No.
10/67/Kep.GBI/DPG/2008 pada 16 Oktober 2008 BRI syariah resmi
beroperasi pada 17 November 2008 dengan nama PT Bank BRIsyariah
dan seluruh kegiatan usahanya_berdasarkan prinsip syariah islam.
Pada 19 Desember 2008, Unit Usaha Syariah PT Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk melebur ke dalam PT Bank BRIsyariah. Proses
spin off tersebut berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009 dengan
penandatangan yang dilakukan_oleh Sofyan Basir selaku Direktur
Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan Ventje Rahardjo
selaku Direktur Utama PT Bank BRIsyariah.
Melihat semakin berkembangnya kegiatan perbankan di Indonesia
maka didikirikanlah PT Bank Rakyat Indonesia Syariah Kantor Cabang
Padang yang kemudian pada_Minggu, 02 Desember 2012 pembukaan
Kantor Cabang Pembantu yang didirikan di salah satu kota terdapat di
Provinsi Sumatera Barat yakni Kota Bukittinggi. Sedangkan pertama
38
kali operational lifept. Bank Rakyat Indonesia Syariah Kantor Cabang
Bukittinggi dimulai pada Senin, 03 Desember 2012.
Dilihat dari lokasi kota Bukittinggi merupakan sebuah lokasi yang
sangat strategis untuk_melaksanakan kegiatan perbankan karena
termasuk pusat wisata di Provinsi Sumatera Barat. Selain itu tingkat
pendapatan penduduk juga cenderung lebih tinggi dibandingkan daerah
lainnya. Walaupun jumlah lembaga Perbankan Syariah yang berdiri di
daerah tersebut akan menjadi tantangan dalam mewujudkan
keinginannya dalam menjadi sebuah Kantor Cabang.
b. Visi dan Misi BRIsyariah
1) Visi
Menjadi Bank Ritel modern terkemuka dengan ragam layanan
finansial_sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah
untuk kehidupan lebih bermakna.
2) Misi
a) Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam
kebutuhan finansial nasabah.
b) Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
c) Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun
dan dimana pun.
d) Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas
hidup dan menghadirkan ketentaraman pikiran.
39
c. Layanan Bank BRIsyariah
1) SMS Banking
Dengan hanya mengetikkan SMS dan mengirimkan ke
3338, transaksi perbankan semakin mudah dilakukan kapan pun da
dimana saja. smsBRIS (smsBanking BRIS) adalah fasilitas layanan
perbankan bagi nasabah tabungan BRIS yang memudahkan kita
untuk_melakukan isi ulang pulsa, bayar tagihan, transfer sampai
pembayaran zakat, infaq, sedekah.
2) Mobile banking
MobileBRIS adalah layanan yang memungkinkan nasabah
memperoleh informasi perbankan dan melakukan komunikasi serta
transaksi perbankan melalui perangkat yang bersifat mobile seperti
telepon seluler/handphone menggunakan media menu pada aplikasi
mobileBRIS dengan menggunakan media jaringan internet pada
handphone_yang dikombinasikan dengan media Short Massage
Service (SMS) secara aman dan amanah.
3) Internet Banking
Internet Banking BRIsyariah adalah fasilitas layanan transaksi
perbankan melalui_jaringan internet yang dapat diakses selama 24
jam, kapan pun dan dimanapun nasabah berada menggunakan
Personal Computer, Laptop, Notebook, atau Smartphone.
4) Cash Management System
40
Cash Management System adalah salah satu produk unggulan
BRIsyariah, dalam rangka mengusung visinya sebagai bank ritel
modern yang terkemuka. Produk yang disegmentasikan bagi nasabah
dan monitoring arus kas korporat. CMS BRIsyariah iB sebagai
layanan elektronik yang menyajikan layanan berupa transaksi
finansial, antara lain_transfer antar rekening BRIsyariah atau ke
rekening bank lain, elektronik payroll systems, pembayaran tagihan
hingga sistem laporan pembayaran dan non finansial (informasi
saldo, laporan historis transaksi, dan download sebagai media
penyajian laporan keuangan).
2. Bank Syariah Mandiri (BSM)
a. Sejarah berdirinya Bank Mandiri Syariah (BSM) KC Bukittinggi
Lahirnya UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7
Tahun 1992 tentang perbankan. Pada bulan November 1998 telah
memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah
di Indonesia. Undang-undang tersebut memungkinkan bank beroperasi
sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus
syariah.
Bank Mandiri melakukan konsolisasi serta membentuk Tim
Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan
untuk mengembangkan layanan perbankan syariah dikelompok
perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No
41
10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani
transaksi syariah (dual banking system).
Bank Syariah Mandiri (BSM) KC Bukittinggi salah satu bank
syariah yang beroperasi di Indonesia, bank ini telah beroperasi sejak
tahun 2003 sampai sekarang. Bank Syariah Mandiri KC Bukittinggi
hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan
idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan
operasionalnya. Selain_meningkatkan pengetahuan berekonomi
masyarakat, Bank Syariah Mandiri KC Bukittinggi juga meningkatkan
pengetahuan spiritual masyarakat dengan menjadi promotor dalam
mengadakan acara-acara keagaman. Bank Syariah Mandiri Bukittinggi
juga bekerjasama dengan SMA di Bukittinggi agar para guru memberi
tugas rumah untuk mempelajari tentang perbankan syariah.
Seiring berjalannya waktu, Bank Syariah Mandiri KC Bukittinggi
terus mengalami perkembangan dan kemajuan, baik itu dari segi
produk-produk yang ditawarkan_kepada masyarakat, fasilitas
penunjang kegiata operasional maupun sumber daya manusia yang
memadai dan berkompeten dibidangnya.
b. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri KC Bukittinggi
1) Visi
Bank Syariah Terdepan, Moderen dan Menetramkan.
2) Misi
42
a) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan diatas industri yang
berkesinambungan.
b) Meningkatkan kualitas produk dan layanan yang berbasis
teknologi yag melampaui harapan nasabah.
c) Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran
pembiayaan pada segmen ritel.
d) Mengembangkan bisnis atas dasar nilai-nilai syariah universal.
e) Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang
sehat.
f) Meningkatkan kepeduliaan terhadap masyarakat dan
lingkungan.
c. Layanan Bank Syariah Mandiri KC Bukittinggi
1) Internet Banking
Layanan internet banking adalah layanan perbankan syariah
yang diberikan kepada nasabahnya_untuk mengakses rekening,
untuk sekedar cek saldo, lihat mutasi atau histori, transfer dana,
pembayaran tagihan, internet, PLN, isi ulang pulsa, dan sebagainya
cukup melalui jaringan internet dengan alamat
https://bsmnet.syariahmandiri.co.id.
2) Mobile Banking
Layanan mobile banking merupakan layanan melalui saluran
distribusi elektronik Bank untuk mengakses rekening yang dimiliki
nasabah di Bank melalui jaringan komunikasi dengan sarana
43
telepon seluler atau komputer tablet. Aplikasi Mandiri Syariah
Mobile dapat di download melalui Google Play Store dan Apps
Store dengan Keyword Mandiri Syariah Mobile.
3) SMS Banking
BSM SMS Banking merupakan produk layanan perbankan
berbasis teknologi seluler yang memberikan kemudahan melakukan
berbagai transaksi perbankan.
4) ATM
ATM BSM merupakan suatu layanan yang mempermudah
nasabah untuk melakukan transaksi perbankan secara otomatis
selama 24 jam dalam 7 hari termasuk hari libur. Di BSM sendiri ada
2 kartu ATM yaitu ATM reguler dengan limit transaksi tarik tunai
Rp 5 juta dan ATM Priority dengan limit transaksi tarik tunai Rp 10
juta.
B. Dampak Perkembangan Financial Technology Terhadap Perkembangan
Produk Bank Syariah di Kota Bukittinggi
Finansial teknologi merupakan sebuah inovasi di dalam bidang jasa
keuangan, inovasi yang ditawarkan fintech sangat luas dalam berbagai segmen,
baik itu B2B (Business to Business) hingga B2C (Business dan Consumer).
Finansial teknologi mempengaruhi_kebiasaan transaksi masyarakat menjadi
lebih praktis dadan efektif oleh karena itu FinTech pun sangat membantu
masyarakat untuk lebih mudah mendapatkan akses terhadap produk keuangan
dan meningkatkan literasi keuangan. Saat ini finansial_teknologi sudah
44
merambah ke dunia perbankan baik itu syariah maupun konvensional.
Beberapa di antaranya yaitu Bank BRISyariah dan Bank Syariah Mandiri yang
sudah bekerjasama dengan perusahaan start-up fintech.
Bank BRIsyariah mulai menjajaki kerjasama dengan industri pembayaran
digital yaitu Paytren. Kerjasama ini dalam rangka meningkatkan layanan
digital pengembangan bisnis finansial teknologi. Kerjasama_Paytren sebagai
penyedia jasa sistem pembayaran syariah berbasis server dengan BRIsyariah
akan meningkatkan potensi kedua belah pihak. Hal ini_di nilai dapat
mendorong perkembangan market share perekonomian syariah.
Dalam sambutannya_Direktur Utama BRIsyariah Moch Hadi Santoso
mengatakan BRIsyariah dan Paytren adalah penyedia jasa keuangan di bidang
keuangan syariah, semangat kita sama, alih-alih berkompetisi_baiknya kita
kolaborasi mengembangkan digital sharia economy. Jika kita berkolaborasi,
bukan mustahil market share keuangan syariah di Indonesia akan melesat.
Kerja sama yang dijalin yakni dengan menyediakan layanan_digital untuk isi
saldo elektronik Paytren. Ada pula On Boarding Rekening, transfer remitansi,
Payment Point Online Bank (PPOB) Co Branding kartu BRIsyariah,
pembayaran pendidikan hingga pengelolaan Floating Fund. Serta ada juga jasa
layanan perbankan syariah_lainnya bagi Paytren seperti pemanfaatan agen
Laku Pandai, fasilitas talangan haji dan umrah di BRIsyariah dan kerjasama
lainnya yang telah disepakati.
Dari penjelasan di atas_jelas dikatakan bahwa finansial teknologi
membawa dampak yang sangat baik bagi perbankan syariah, terutama pada
45
Bank BRIsyariah itu sendiri. Dengan dikembangkannya produk syariah
berbasis digital akan menguntungkan_semua pihak. Masa sekarang ini nasabah
lebih menginginkan layanan cepat, pasti, dan melalui teknologi yang dapat di
andalkan, disamping itu juga menghemat waktu dan biaya. Selain itu
kolaborasi Paytren dan BRIsyariah menyediakan layanan keuangan digital
antara lain untuk isi saldo uang elektronik Paytren, transfer dana ke rekening
Bank lain dan layanan remitansi. Pengguna Paytren=juga dapat membuka
rekening BRIsyariah melalui aplikasi.
Kota Bukittinggi yang mayoritas penduduknya adalah pedagang tentunya
membutuhkan inovasi keuangan digital seperti ini. Para pedagang yang
bergabung dengan Paytren akan bisa_membuka rekening BRIsyariah melalui
aplikasi, sehingga pengguna Paytren akan memiliki dua pilihan sumber dana
dalam aplikasi yaitu saldo Paytren dan saldo rekening BRIsyariah. Apabila
mitra Paytren bertransaksi dengan nominal lebih dari Rp 20 juta maka
pengguna Paytren dapat menggunakan_saldo rekening BRIsyariah. Hal ini
tidak hanya menguntungkan pihak Bank BRIsyariah dan Paytren, tetapi juga
memberikan keuntungan bagi masyarakat yang menggunakannya.
Selain kerja sama antara Bank BRIsyariah dengan Paytren, Bank Syariah
Mandiri juga melakukan kerjasama dengan_perusahaan start-up fintech yaitu
alami Fintek Syariah. Jika Bank BRIsyariah bergerak dibidang inovasi
keuangan digital, Bank Syariah Mandiri bekerja sama untuk penyaluran
pembiayaan syariah kepada UMKM.
46
Senior Executive Vice President (SEVP) Mandiri Syariah Wawan
Setiawan mengatakan, penandatanganan ini_merupakan bentuk sinergi dan
kolaborasi antara bank syariah dan lembaga fintek syariah dalam
menggerakkan roda perekonomian_melalui pembiayaan UMKM sebagai
penggerak utama perekonomian nasional. Dengan_memanfaatkan core
competence masing-masing perusahaan, kerjasama ini diharapkan menjadi
komitmen nyata dalam mendukung UMKM.
Hingga akhir Agustus 2020 beberapa indikator_kinerja Bank Syariah
Mandiri positif dan tumbuh, sehat dan sustain yaitu laba bersih tumbuh 26,58
persen, yoy menjadi Rp 76,66 triliun. Peningkatan laba bersih dan pembiayaan
Bank Syariah Mandiri tersebut ditopang pertumbuhan dana_pihak ketiga
(DPK) yang mencapai 13,17 persen, yoy menjadi Rp 99,12 triliun.
Melihat peningkatan laba bersih yang diterima oleh Bank Syariah Mandiri,
jelas membawa dampak yang_positif bagi Bank. Disamping peningkatan laba
bersih yang meningkat, tujuan yang_tak kalah penting dari sinergi ini adalah
untuk meningkatkan peranan bank dan lembaga syariah dalam peningkatan
literasi keuangan syariah sesuai amanah pemerintah sehingga berdampak
positif pada perekonomian nasional.
Sebagian masyarakat memandang prosedur pembiayaan yang dilakukan
oleh bank rumit dan berbelit-belit, sehingga akan menyita waktu mereka.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Bank Syariah Mandiri dan Alami
memberikan akses aplikasi mobile_Alami_yang bisa diunduh pada Playstore.
Aplikasi ini akan memberikan kenyamanan bertransaksi kepada UMKM untuk
47
mendapatkan pembiayaan yang cepat, mudah, aman dan sesuai dengan syariah
dan juga tidak menyita banyak waktu.
Teknik penyaluran dana pembiayaan syariah tersebut dilakukan melalui
skema anjak piutang (invoice financing) yang diberikan kepada nasabah yang
telah menjadi mitra Alami. Limit_pembiayaan masing-masing nasabah
maksimal Rp 2 miliar dengan_jangka waktu fleksibel sesuai dengan jangka
waktu jatuh tempo tagihan invoice. Sampai September 2020, perusahaan
fintech telah menyalurkan lebih dari Rp 200 miliar kepada ratusan UMKM di
seluruh Indonesia. Alami juga telah mempunyai lebih dari 8.000 pendana di
pltaformnya.
Tahun 2020 kita dilanda_dengan wabah Covid-19, yang membuat
perekonomian masyarakat menurun. Khususnya kota bukittinggi yang
mayoritas penduduknya adalah berdagang, karena adanya wabah ini membuat
penghasilan mereka mengalami_penurunan yang drastis. Banyak karyawan
yang dipulangkan atau diberhentikan karena situasi ini. Dengan adanya
program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) ini_disalurkan untuk usaha
masyarakat yang terdampak Covid-19 seperti sektor perorangan, perdagangan,
pertanian/perkebunan, makanan dan minuman, kebutuhan rumah tangga dan
sektor lainnya termasuk sektor padat karya home industry agar tidak terjadi
PHK.
Adanya penyaluran_dana pemerintah dari_program pemulihan ekonomi
negara yang disalurkan melalui Bank Syariah Mandiri ini diharapkan akan
membantu perekonomian masyarakat kota Bukittinggi. Disamping membantu
48
memulihkan perekonomian masyarakat, program ini juga akan meningkatkan
keuntungan tersendiri bagi bank.
49
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berikut merupakan kesimpulan dari dampak financial technology
terhadap perkembangan produk bank syariah yang penulis lakukan adalah
bentuk kerjasama yang dilakukan kedua bank dengan perusahaan fintech yaitu, Bank
BRIsyariah dengan Paytren dan Bank Syariah Mandiri dengan Alami Fintek Syariah
sama-sama membawa dampak yang positif_ bagi bank tersebut. Kemajuan teknologi
pada masa sekarang, mengharuskan bank juga mengupgrade teknologi yang sudah
ada di bank tersebut. Adanya kerjasama Bank dengan Perusahaan fintech akan
memudahkan bank dalam menarik nasabah. Karena_setelah menjadi nasabah pada
perusahaan fintech tersebut, nasabah yang bersangkutan_harus membuka rekening
pada bank yang sudah bekerja sama tersebut. Secara tidak langsung nasabah bank
menjadi bertambah.
B. SARAN
1. Bagi praktisi untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan bahwa meskipun
kerjasama yang dilakukan Bank dengan perusahaan Fintech membawa
pengaruh yang baik bagi bank, namun perlu dilakukan lagi penelitian lebih
lanjut mengenai hal ini.
2. Bagi Akademik penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
dokumentasi bagi pihak kampus sebagai bahan acuan penelitian yang akan
datang.
3. Bagi peneliti yang akan datang agar penelitian ini dapat membantu dan
menambah bahan referensi untuk penelitian yang akan dilakukan nantinya.
50
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Agustinova, Danu Eko 2015. Memahami Metode Penelitian Kualitatif,
Yogyakarta:Calpulis.
Burhanuddin S. 2010. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah.Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Imaniyati, Neni Sri. 2017. Pengantar Hukum Perbankan di Indonesia.Bandung:
Reika Aditama.
Kasmir. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Machmud,Amir dan Rukmana. 2010. Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi
Empiris di Indonesia. Jakarta:Penerbit Erlangga.
Mardani. 2015. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia.
Jakarta:Kencana.
Muhamad. 2015. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta:Rajawali Pers.
Muhammad. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah Edisi Revisi,
Yogyakarta: UII Press.
Nur Asnawi, Masyuri. 2011. Metodologi Riset Manajemen Pemasaran,
Malang:UIN Maliki Pers.
Nurastuti, Wiji. 2011. Teknologi Perbankan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sjahdeini, Sutan Remy. 2007. Perbankan Islam cet ke-3. Jakarta: PT Pustaka
Utama Grafiti.
Soemitra Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta:Kencana
Sugiyono. 2008 Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Supranto. 2010. Metode ramalan kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Wibowo, Edy, dkk. 2005. Mengapa Memilih Bank Syariah?.Bogor: Ghalia
Indonesia cet.I.
Ansori,Miswan. Perkembangan dan Dampak Financial technology (Financial
technology) terhadap Industri Keuangan Syariah di Jawa Tengah. (Jurnal
Ilmiah Vol 5 Nomor 1.2019).
51
Alamsyah, Halim, Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia: Tantangan
dalam Menyongsong MEA 2015, Milad ke-8 Ikatan Ekonomi Islam (IAEI).
Alwi, Achmad Basori. Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi (Financial
technology) yang Berdasarkan Syariah. (Jurnal Ilmiah Vol. 21, No. 2
2018).
Basrowi. Analisis Aspek dan Upaya Perlindungan Konsumen Financial
technology Syariah. (Vol. V, No. 2, 2019).
Destiya, Johana.“Peluang dan Tantangan Financial Technology (Financial
technology) bagi Perbankan Syariah di Indonesia, Studi Kasus: PT Bank
Syariah Mandiri.” (Universitas Muhamadiyah: Jakarta, 2019).
Fitriani, Hanik, Kontribusi Fintech Dalam Meningkatkan Keuangan Inklusif Pada
Pertanian, el Barka: Journal of Islamic Economics and Business, Volume
01, No. 01 Januari – Juni 2018.
Hakim, Abdurrahman dan Sadari. Revitalisasi Keuangan Inklusif dalam Sistem
Perbankan Syariah di Era Financial Technology. (Journal of Islamic
Economics, Finance, and Banking).
Nafiah, Rohmatun. Analisis Transaksi Financial Technology (Financial
technology) Syariah dalam Perspektif Maqashid Syariah.(Jurnal Ilmiah
Vol. 6 No. 2 2019).
Prastika,Yulia. 2019. Pengaruh Financial Technology (Financial technology)
Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah. Lampung: UIN Raden Intan.
Setyaningsih, Eka Dyah. Analisis SWOT Implementasi Financial Technology
Syariah Pada PT Telkom Indonesia, Vol 2. No. 2 November 2018.
Wildan, Muhammad. 2019. Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan,
Efektivitas Dan Risiko Terhadap Minat Bertransaksi Menggunakan
Financial Technology (Financial technology). (UIN Walisongo Semarang)
Ardie, Fintech Membawa Dampak Positif atau Negatif, dalam
http://blog.pinjammodal.id/fintech-membawa-dampak-positif-atau-
negatif/, 4 September 2019.
Yudi Prama Agustino, OJK Sumbar Ingatkan Masyarakat Waspada dengan
Fintech, dalam https://m.rri.co.id/bukttinggi/ekonoimi/755763/ojk-
sumbar-ingatkan-masyarakat-waspada-dengan-fintech/, 6 September 2019.
52
Zuli Istiqamah BRIsyariah Kerja Sama Fintech dengan Paytren, dalam
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://m.repu
blika.co.id/amp/pqk7y8383&ved=2ahUKEwjpKTugbnuAHW=AOvVaw1
66bsi8RVDM2GTIb&cf=1, 12 Januari 2021.
Ferrika Sari, Bank Syariah Mandiri Menggandeng Fintech Alami untuk
Menyalurkan Dana PEN, dalam https://www.google.co.id/amp/s/amp.
kontan.co.id/news/bank-syariah-mandiri-menggandeng-fintech-alami-
untuk-menyalurkan-dana-pen, 12 Januari 2021.