1.Isi

32
BAB I DASAR TEORI 1.1 Dasar Teori Dasar Teori Pengunyahan/Mastikasi Pengunyahan merupakan hasil kerja sama antara peredaran darah, otot pengunyahan, saraf, tulang rahang, sendi temporo mandibula, jaringan lunal rongga mulut, dan gigi-gigi. Adapun organ tubuh yang terlibat dalam proses pengunyahan ini antara lain : bibir, pipi, lidah, palatum, gigi-gigi, kelenjar saliva, faring dan laring. Pada umumnya, otot pengunyahan dipersarafi oleh cabang motorik N. Trigeminus khususnya saraf mandibularis yang dikontrol oleh nukleus di batang otak. Pergerakan yg terkontrol dari mandibula dipergunakan dalam mengigit, mengunyah, dan menelan makanan dan cairan, serta dalamberbicara. Aktivitas yang terintegrasi dari otot rahang dalam meresponaktivitas dari neuron eferen pada saraf motorik di pergerakan mandibular yang mengontrol hubungan antara gigi rahang atas dan bawah. Pergerakan rahang adalah suatu pergerakan yang terintegrasi dari lidah dan otot lain yang mengontrol area perioral, faring, dan laring.Pergerakan otot rahang, terhubung pada midline. Pengontrolan ototrahang bukan secara resiprokal seperti pergerakan limb, tapi terorganisir 1

Transcript of 1.Isi

Page 1: 1.Isi

BAB I

DASAR TEORI

1.1 Dasar Teori

Dasar Teori Pengunyahan/Mastikasi

Pengunyahan merupakan hasil kerja sama antara peredaran darah, otot

pengunyahan, saraf, tulang rahang, sendi temporo mandibula, jaringan lunal

rongga mulut, dan gigi-gigi. Adapun organ tubuh yang terlibat dalam proses

pengunyahan ini antara lain : bibir, pipi, lidah, palatum, gigi-gigi, kelenjar saliva,

faring dan laring. Pada umumnya, otot pengunyahan dipersarafi oleh cabang

motorik N. Trigeminus khususnya saraf mandibularis yang dikontrol oleh nukleus

di batang otak.

Pergerakan yg terkontrol dari mandibula dipergunakan dalam mengigit,

mengunyah, dan menelan makanan dan cairan, serta dalamberbicara. Aktivitas

yang terintegrasi dari otot rahang dalam meresponaktivitas dari neuron eferen

pada saraf motorik di pergerakan mandibular yang mengontrol hubungan antara

gigi rahang atas dan bawah. Pergerakan rahang adalah suatu pergerakan yang

terintegrasi dari lidah dan otot lain yang mengontrol area perioral, faring, dan

laring.Pergerakan otot rahang, terhubung pada midline. Pengontrolan ototrahang

bukan secara resiprokal seperti pergerakan limb, tapi terorganisir secara bilateral.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembukaan dan penutupan rahang selama

penguyahan yang secara relatif merupakanpergerakan sederhana dengan

pengaturan pada limb sebagai penggerak. Bagaimanapun, pergerakan dalam

mastikasi adalah suatu yang kompleks dan tidak hanya berupa mekanisme

pergerakan menggerinda simple yang mana merupakan pengurangan ukuran

makanan. Selama mastikasi, makanan dikurangi ukurannya dan dicampur dengan

saliva sebagai tahap awal dari proses digesti.

Proses mengunyah disebabkan oleh refleks mengunyah yang berlangsung

secara terus menerus sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :

1.kehadiran bolus dari makanan di mulut pertama kali menginsias irefleks

penghambat dari otot mastikasi yang membuat rahangbawah turun.

1

Page 2: 1.Isi

2.penurunan rahang ini selanjutnya menginisiasi reflaksmelonggarkan otot

rahang memimpin untuk mengembalikan kontraksi.

3.secara otomatis mengangkat rahang untuk menutup gigi, tetapi juga

menekan bolus lagi, melawan lining mulut, yang menghambat otot

rahang sekali lagi, membuat rahang turun dan mengganjal(rebound) di

lain waktu. Hal ini berulang terus menerus.

4.pengunyahan merupakan hal yang penting untuk mencerna

semuamakanan, khususnya untuk kebanyakan buah dan sayuran berserat

karena mereka memiliki membrane selulosa yang tidaktercerna di

sekeliling porsi nutrisi mereka yang harus dihancurkan sebelum makanan

dapat dicerna.

Pengunyahan juga membantu proses pencernaan makanan denganalasan

sebagai berikut:

enzim pencernaan bekerja hanya di permukaan partikel makanan,sehingga

tingkat pencernaan bergantung pada area permukaankeseluruhan yang

dibongkar oleh sekresi pencernaan.

Penghalusan makanan dalam konsistensi yang baik mencegahpenolakan

dari gastrointestinal tract dan meningkatkan kemudahanuntuk

mengosongkan makanan dari lambung ke usus kecil,kemudian berturut-

turut ke dalam semua segmen usus.

Selama pengunyahan, rahang akan bergerak berirama, membuka dan

menutup. Pengulangan pergerakan pengunyahan berisikan jumlah kunyahan dan

penelanan. Selama mastikasi karakteristik pengunyahan seseorang sangat

bergantung pada tingkatan penghancuran makanan. Urutan kunyah dapat dibagi

menjadi tiga periode. Pada tahap awal, makanan ditransportasikanke bagian

posterior gigi dimana ini merupakan penghancuran dalam periode reduksi.

Selanjutnya bolus akan dibentuk selama final periode yaitu sebelum penelanan.

Pergerakan rahang pada ketiga periode inidapat berbeda tergantung pada bentuk

makanan dan spesiesnya. Selamaperiode reduksi terdapat fase opening, fast-

opening dan slow-opening. Pada periode sebelum penelanan terdapat tiga fase

selama rahang membuka dan dua fase selama rahang menutup. Selama penelanan

2

Page 3: 1.Isi

lidah memainkan peran yang penting di dalam mengontrol pergerakan makanan

dan pembentukan menjadi bolus. Untuk makanan yang dihancurkan, diposisikan

oleh lidah pada konjugasi dengan otot buccinators pada pipi diantara oklusal

permukaan gigi. Makanan yang padat dan cair ditransportasikan di dalam rongga

mulut oleh lidah. Selama fase slow-opening pada pengunyahan, lidah bergerak ke

depan dan memperluas permukaan makanan. Tulang hyoid dan badan lidah

kembali tertarik selama fase fast-opening dan fase-closing, membuat gelombang

yang dapat memindahkan makanan ke bagian posterior pada ronggamulut. Ketika

makanan sudah mencapai bagian posterior rongga mulut,akan berpindah ke

belakang di bawah soft palate oleh aksi menekan dari lidah. Lidah amat penting

dalam pengumpulan dan penyortiran makanan yang bisa ditelan, sementara

mengembalikan lagi makanan yang masihdalam potongan besar ke bagian oklusal

untuk pereduksian lebih lanjut.Sedikit yang mengetahui mengenai mekanisme

mendasar mengenai pengontrolan lidah selama terjadinya aktivitas ini.

1.1.1 Dasar Teori Penelanan

Menelan merupakan salah satu bagian dari proses makan. Menurut kamus

deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagaiproses memasukkan makanan

kedalam tubuh melalui mulut “the processof taking food into the body through the

mouth”.

Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yangmemerlukan

setiap organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan

berkesinambungan. Dalam proses menelan ini diperlukan kerjasama yang baik

dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30 pasang otot menelan.

Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan darirongga mulut

ke dalam lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut

disfagia yaitu terjadi kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut

sampai ke lambung.

Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase volunter, fase

faringeal dan fase esophageal.

1. Fase Volunter

3

Page 4: 1.Isi

Makanan ditelan secara sadar. Makanan ditekan atau didorong ke bagian

belakang mulut oleh tekanan lidah yang bergerak ke atas dan ke belakang

terhadap palatum sehingga lidah memaksa bolus makanan masuk ke dalam

orofaring. Proses menelan pada fase ini seluruhnya atau hampir seluruhnya terjadi

secara otomatis dan biasanya tidak dapat dihentikan. Pada fase ini secara garis

besar bekerja saraf karanial N.V.2 dan N.V.3 sebagai serabut afferen (sensorik)

dan N.V, N.VII, N.IX, N.X, N.XI, N.XIIsebagai serabut efferen (motorik).

2. Fase Faringeal

Setelah makanan didorong ke belakang mulut, ia merangsang daerah

reseptor menelan yang semuanya terletak disekitar orofaring, khususnya tonsila.

Selanjutnya impuls berjalan ke batang otak untuk memulai serangkaian kontraksi

otot faring dengan jalan sebagai berikut:

1. Palatum molled didorong ke atas menutup nares posterior, untuk

mencegah refluks makanan ke rongga hidung

2. Arkus palato-faringeus pada tiap sisi faring tertarik ke tengah untuk

saling mendekati hingga membentuk celah sagital sebagai jalan masuk

makanan ke posterior faring.

3. Pita suara laring menjadi berdekatan dan epiglotis terdorong ke

belakang ke atas pintu superior laring. Kedua efek ini mencegah

masuknya makanan ke dalam trakea.

4. Seluruh laring ditarik ke bawah dan ke depan oleh otot-otot yang

melekat pada os.hyoid. pergerakan ini meregangkan pintu esophagus.

5. Bagian atas esophagus berelaksasi sehingga memungkinkan makanan

berjalan dari posterior faring ke dalam esophagus bagian atas. Pada

saat menelan sfingter tetap berkontraksi secara tonik dengan kuat

untuk mencegah udara masuk ke dalam esophagus saat bernafas.

6. Pada saat laring terangkat dan sfingter esophagus atas relaksasi, m.

Konstriktor faring superior berkontraksi sehingga menimbulkan

gelombang peristaltik dengan cepat yang berjalan ke bawah melewati

otot-otot faring dan masuk ke esophagus serta mendorong makanan

masuk ke esophagus bagian bawah.

4

Page 5: 1.Isi

3. Fase Esofageal

Fungsi utama esophagus yaitu menghantarkan makanan dari faring ke

lambung. Sfingter bagian bawah esophagus berelaksasi setelah melakukan

gelombang peristaltik dan memungkinkan makanan terdorong ke dalam lambung.

Sfingter kemudian berkontraksi untuk mencegah regurgitasi (refluks) isi lambung

ke dalam esophagus. Gelombang peristaltik esophagus hampir seluruhnya

dikontrol oleh refleks vagus, yang merupakan sebagian dari keseluruhan

mekanisme menelan. Gelombang ini berjalan dari faring ke lambung kira-kira

dalam waktu 5 sampai 10 detik. Refleks ini dihantarkan melalui serat aferen vagus

dari esophagus ke medula oblongata dan kembali ke esofagus melalui serat eferen

vagus.

Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :

1. Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring.

Gelombangperistaltik primer terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan

ototsirkuler dinding esofagus bagian proksimal. Gelombang

peristaltikpertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik kedua

yangmerupakan respons akibat regangan dinding esofagus.

2. Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf

pleksus mienterikus yang terletak diantara otot longitudinal dan

ototsirkuler dinding esofagus dan gelombang ini bergerak seterusnyasecara

teratur menuju ke distal esofagus.

5

Page 6: 1.Isi

Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turunkarena

gerak peristaltik dan berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time

bertambah pada lansia akibat dari berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut

untuk merangsang gelombang peristaltik primer.

1.1.2 Dasar Teori Refleks Muntah

Refleks muntah (gagging refleks) dianggap suatu mekanisme fisiologis

tubuh untuk melindungi tubuh terhadap benda asing atau bahan-bahan yang

berbahaya bagi tubuh, masuk ke dalam tubuh melalui faring, laring atau trakea.

Sumber refleks muntah secara fisiologis dapat diklasifikasikan dalam dua

kelompok yaitu :

1. Somatik (stimulasi saraf sensoris berasal dari kontak langsung pada

area sensitif yang disebut trigger zone, mis: sikat gigi, makanan,

meletakkan benda di dalam rongga mulut)

2. Psikogenik ( distimulasi di pusat otak yang lebih tinggi tanpa

stimulasi secara langsung, mis: penglihatan, bau, suara, perawatan

kedokteran gigi).

Letak trigger area pada setiap individu dilaporkan tidak sama / sangat

spesifik. Pada beberapa orang trigger zone dapat ditemukan di bagian lateral lidah,

posterior palatum, dinding posterior faring, dan lain-lain. Impuls saraf rangsangan

ini akan diteruskan ke otak melalui N. Glosso-faringeus, dan motoriknya akan

dibawa kembali oleh N. Vagus. Selain tempat tersebut, (gagging refleks) dapat

juga disebabkan karena hidung tersumbat, gangguan saluran pencernaan, perokok

berat, gigi tiruan, variasi anatomi dari palatum molle, perubahan posisi tubuh yang

sangat cepat dan atau pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.

Mekanisme reffleks muntah dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pada tahap awal dari iritasi gastro intestinal atau distensi yang berlebihan,

akan terjadi gerakan anti peristaltis (beberapa menit sebelum muntah)

2. Anti-peristaltis dapat dimulai dari ileum dan bergerak naik ke duodenum

dan lambung dengan kecepatan 2-3 cm/detik dalam waktu 3-5 menit.

6

Page 7: 1.Isi

3. Kemudian pada saat bagian atas traktus gastrointestinal, terutama

duodenum, menjadi sangat meregang, peragangan ini menjadi faktor

pencetus yang menimbulkan tindakan muntah.

4. Pada saat muntah, kontraksi intrinsik kuat terjadi pada duodenum maupun

pada lambung, bersama dengan relaksasi sebagian dari sfingter esophagus

bagian bawah, sehingga membuat muntahan mulai bergerak ke esophagus.

Selanjutnya kontaksi otot-otot abdomen akan mendorong muntahan

keluar.

5. Distensi berlebihan atau adanya iritasi duodenum menyebabkan suatu

rangsangan khusus yang kuat untuk muntah, baik oleh saraf aferen vagal

maupun saraf simpatis ke pusat muntah bilateral di medula. Reaksi

motoris ini otomatis akan menimbulkan efek muntah. Impuls-impuls

motorik yang menyebabkan muntah ditransmisikan dari pusat muntah

melalui saraf kranialis V,VII,IX,X, dan XII ke traktus gastro-intestinal

bagian atas dan melalui saraf spinalis ke diafragma dan otot abdomen

6. Kemudian datang kontraksi yang kuat dibawah diafragma bersama dengan

rangsangan kontraksi semua otot dinding abdomen. Keadaan ini memeras

perut diantara diafragma dan otot-otot abdomen, membentuk suatu

tekanan intragastik sampai ke batas yang lebih tinggi. Akhirnya, sfingter

esophagus bagian bawah berelaksasi secara lengkap, membuat

pengeluaran isi lambung ke atas melalui esofagus

7. Ketika reaksi muntah terjadi, timbul beberapa efek yang terjadi di dalam

rongga mulut yaitu bernafas dalam, naiknya tulang lidah dan laring untuk

menarik sfingter esophagus bagian atas hingga terbuka, penutupan glotis,

pengangkatan palatum molle untuk menutup nares posterior.

Cara mencegah refleks muntah yaitu dengan diberikanya es balok, karena

es balok memiliki suhu rendah sehingga dapat menghambat kerja saraf untuk

menyampaikan rangsang menuju pusat muntah, sehingga sensitifitas pasien dapat

berurang. Selain itu, beberapa cara dapat juga digunakan untuk menekan efek

gagging refleks antara lain relaksasi,mengalihkan perhatian, metode desensitisasi,

7

Page 8: 1.Isi

terapi psikologis dan perilaku, anastesi lokal, sedasi, general anestesi, terapi obat-

obatan, hipnotik dan akupuntur.

1.1.3 Koordinasi Gerakan Lidah

Lidah merupakan organ stomatognati berotot yang dilapisi oleh mukosa

yang memiliki reseptor pengecap. Lidah memiliki kemampuan untuk bergerak ke

segala arah. Selain memiliki fungsi sebagai alat pengecap, lidah juga membantu

proses pengunyahan makanan.

.

8

Page 9: 1.Isi

BAB II

HASIL PENGAMATAN

TABEL HASIL PENGAMATAN

2.3.1 Pengunyahan

2.3.1.1 Kekuatan Gigit Maksimal

2.3.1.2 Efisiensi Kunyah

Perhitungan Efisiensi Kunyah

Pengunyahan 20 kali

N = (N’ + S) – S η = N : berat nasi x 100%

N = (1 gr + 1 gr) – 1 gr = 1 : 2 x 100%

N = 2 gr – 1 gr = 50%

N = 1 gr

Pengunyahan 15 kali

N = (N’ + S) – S η = N : berat nasi x 100%

N = (3 gr + 1 gr) – 1 gr = 3 : 2 x 100%

N = 4 gr – 1 gr = 150%

N = 2 gr

Pengunyahan 10 kali

N = (N’ + S) – S η = N : berat nasi x 100%

N = (4 gr + 1 gr) – 1 gr = 4 : 2 x 100%

N = 5 gr – 1 gr = 200%

9

Jenis Kelamin GigiKedalaman Gigit

Kanan Kiri

Pa

Insisiv pertama 0.3 cm 0.3 cm

Kaninus 0.3 cm 0.5 cm

Molar pertama 0.4 cm 0.5 cm

Pi

Insisiv pertama 0.1 cm 0.1 cm

Kaninus 0.2 cm 0.3 cm

Molar pertama 0.5 cm 0.4 cm

Page 10: 1.Isi

N = 4 gr

Keterangan :

N= Berat sisa makanan

N’ = jumlah sisa makanan

S = berat saringan

η = efisiensi kunyah

Jenis Kelamin orang

coba

Efisiensi Kunyah

20 kali 15 kali 10 kali

Pi 50% 150% 200%

2.3.1.3 Kelelahan pada Otot Wajah

Jenis Kelamin orang

cobaWaktu Kunyah (Awal kunyah-lelah)

Pi 2 menit sebanyak 135 kunyahan

2.3.1.4 Gerakan Lidah Pada Saat Mengunyah

Jenis Kelamin

orang coba

Posisi

LidahBentuk

Ukuran

(normal/tidak)Warna Tekstur

Pi

Relaksasi Normal normal pink coral halus

Anterior mengecil normal pink coral kasar

Lateral

mengecil dan

menebal normal merah kasar

Posterior melebar dan pendek tidak pink coral halus

mengunyah Normal normal merah halus

2.3.2 Pemeriksaan Proses Menelan

2.3.2.1 Pemeriksaan Palpasi pada Saat Menelan

Jenis Kelamin orang

cobaPola Gerakan

Pi Kontraksi-Relaksasi

10

Page 11: 1.Isi

(Atas-Bawah)

2.3.2.2 Pengaruh Peningkatan Sekresi Saliva terhadap Penelanan

Perlakuan Respon orang coba

Dengan pemijatan Lancar +

Tanpa pemijatan Lancar +++

Kemudahan menelan : lebih mudah tanpa pemijatan

2.3.2.2 Pengaruh Jenis Makanan terhadap Penelanan

Jenis Kelamin orang

coba

Kemudahan menelan dan respon orang coba

1:0.5 1:1 1:2 1:3

Pi Lancar + Lancar ++ Lancar +++

2.3.3 Prosedur Percobaan Refleks (Gagging Reflexs)

2.3.3.1 Pengaruh Sentuhan Terhadap Refleks Muntah

Lokasi

Respon orang coba (refleks muntah)

Rasa pahit Stik es krimSuhu dan

sentuhan

Ujung lidah X x x

Dorsal lidah x

Lateral kiri X x x

Lateral kanan X x x

Anterior X x X

posterior X X

Posterior palatum

Uvula

Tonsil

faring atas (jika bisa) X x X

Yang paling sensitif adalah : Tonsil

11

Page 12: 1.Isi

PERTANYAAN

1. Apa ada perbedaan lebar permukaan rongga mulut antara laki-laki dan

perempuan? Jelaskan mengapa!

JAWAB : Ya. Ada perbedaan permukaan rongga mulut antara laki-laki

dan perempuan. Perbedaan ini terdiri dari perbedaan lengkung rahang

dimana bentuk rahang laki-laki lebih besar dari pada perempuan selain itu

kebiasaan laki-laki tertawa terlalu lebar juga mempengaruhi lebar dari

permukaan rongga mulut tersebut. lengkung rahang dipengaruhi oleh

faktor lokal baik oleh gigi geligi yang menyusun lengkung gigi itu sendiri,

hubungan antar gigi, maupun dengan gigi antagonisnya. Lengkung rahang

merefleksikan gabungan antara ukuran gigi, lidah, bibir, dan fungsi

dinding otot pipi.

2. Apa ada perbedaan kekuatan gigit maksimal laki-laki dan perempuan?

Jelaska mengapa!

JAWAB : Iya, kekuatan gigit maksimal pada laki-laki lebih kuat dari

perempuan. Karena laki-laki dapat menahan beban sedikit lebih besar

daripada perempuan, kecuali pada gigi anterior kekuatan untuk menahan

beban sama pada laki-laki dan perempuan. Serta ukuran gigi laki-laki lebih

besar daripada perempuan sehingga lebih kuat daya gigitnya.

3. Mengapa makanan ada yang mudah ditelan dan ada yang sukar? Jelaskan

mengapa!

JAWAB : Iya, kekuatan gigit maksimal pada laki-laki lebih kuat dari

perempuan. Karena laki-laki dapat menahan beban sedikit lebih besar

daripada perempuan, kecuali pada gigi anterior kekuatan untuk menahan

beban sama pada laki-laki dan perempuan. Serta ukuran gigi laki-laki lebih

besar daripada perempuan sehingga lebih kuat daya gigitnya.

4. Mengapa rasa pahit dapat merangsang refleks muntah?

JAWAB : Karena setiap makanan memiliki jenis, bahan, dan komposisi

yang berbeda. Pada makanan yang tergolong keras dan kasar akan lebih

sulit ditelan daripada makanan yang halus dan lembut. Sehingga makanan

12

Page 13: 1.Isi

yang halus dan lembut membutuhkan lebih sedikit pengunyahan daripada

yang keras dan kasar.

13

Page 14: 1.Isi

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengunyahan

3.1.1 Kekuatan Gigit Maksimal

Hal ini dikarenakan lebar permukaan rongga mulut laki-laki lebih besar

daripada perempuan karena Jenis kelamin mempengaruhi ukuran gigi, dan ukuran

gigi mempengaruhi panjang lengkung gigi. Laki-laki menunjukkan pertumbuhan

yang meningkat dalam hal lengkung gigi. Rata-rata lebar mesio distal gigi insisif

anterior rahang atas dan rahang bawah laki-laki lebih besar daripada perempuan,

hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Desi pada tahun 2000 di

Universitas Airlangga. Rata-rata ukuran mesio distal gigi insisif rahang atas laki-

laki lebih besar dari perempuan. Ukuran gigi pria lebih besar dari ukuran gigi

wanita. Menurut Desi hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor kekuatan fungsional,

kebiasaan makan, sikap tubuh dan trauma.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan diketahui bahwa laki-laki

dan perempuan memiliki rata-rata panjang lengkung gigi yang hampir sama, yaitu

20,16 mm untuk laki-laki dan 20,20 mm untuk perempuan. Adapun tinggi

palatum laki-laki sebesar 18,40 mm dan untuk perempuan sebesar 17,83 mm.

Namun, perbedaan panjang lengkung gigi lebih cenderung disebabkan oleh karena

faktor ras dari pada jenis kelamin.

Kekuatan gigit maksimal pada laki-laki lebih kuat dari perempuan

karena laki-laki dapat menahan beban sedikit lebih besar daripada perempuan,

kecuali pada gigi anterior kekuatan untuk menahan beban sama pada laki-laki dan

perempuan. Serta ukuran gigi laki-laki lebih besar daripada perempuan sehingga

lebih kuat daya gigitnya. Daya kunyah maksimum (45-50 kg) diukur antara gigi

molar pertama dan sedikit demi sedikit berkurang untuk gigi disebelahnya,

semakin ke proksimal, daya kunyah mendekati 10 kg pada gigi incisivus.

Selain jenis kelamin, daya gigit juga dipengaruhi oleh pemakaian kawat gigi.

Untuk pengguna protesa gigi tiruan lengkap hanya mampu menahan beban

kunyah sekitar seperempat sampai sepertiga dari kemampuan menahan beban

14

Page 15: 1.Isi

kunyah orang dengan gigi geligi asli yang normal. Penguna protesa gigi tiruan

sebagian juga tidak mampu menggigit sekuat orang dengan gigi geligi yang masih

lengkap.

3.1.2 Efisiensi Kunyah

Dari percobaan yang telah kami lakukan didapatkan hasil efisiensi kunyah.

Berat sisa makanan yang telah dikunyah sama dengan jumlah sisa makanan dan

saringan dikurangi berat saringan. Dari sini akan didapatkan hasil efisiensi

dikunyah dengan cara membagi hasil berat sisa makanan tadi dengan berat nasi

dikali 100%. Pada pengunyahan 20 kali berat sisa makanan adalah 1 gr sehingga

didapat efisiensi pengunyahan sebesar 50%. Pengunyahan selanjutnya yaitu

dilakukan sebanyak 15 kali dengan berat sisa makanan 3gr dan efisiensi sebesar

150 %. Pengunyah ke tiga dilakukan sebanyak 10 kali. Berat sisa makanan 4 gr

dan efisiensi yang didapat sebesar 200 %.

Dari hasil tadi menunjukan bahwa semakin sedikit dilakukan pengunyahan

maka tingkat efisien kunyah semakin besar. Semakin besar efisiensi kunyah

berarti molekul makanan hasil pengunyahan semakin buruk yang ditunjukan

dengan bentuk dari hasil kunyahan tidak sehalus pada pengunyahan yang

dilakukan sebanyak 20 kali. Memperhatikan penguyahan pada saat memakan

sangat penting karena bila mengunyah dengan benar kita akan memproduksi lebih

banyak saliva atau cairan ludah. Saat mengunyah, nutrisi dan vitamin yang

terdapat di dalam makanan akan keluar dan bercampur dengan cairan ludah. Hal

ini membantu tubuh untuk mendapatkan energi tambahan.

Cara mengunyah yang benar juga memperbaiki system pencernaan. Hal ini

disebabkan karena cairan ludah dapat membantu menghancurkan partikel

makanan sehingga mempermudah saluran pencernaan untuk menyerap nutrisi

makanan. Enzim yang terkandung di dalam cairan ludah, yang diproduksi akibat

mengunyah dengan benar, juga berfungsi untuk memecah karbohidrat dan lemak.

Saat mengunyah dengan benar, cairan ludah juga membantu melawan

pembentukan plak gigi dan bau mulut. Karbonathidrogen yang terdapat pada

15

Page 16: 1.Isi

cairan ludah akan menetralisir pembentuk plak gigi. Selain itu cairan ludah juga

membunuh bakteri dan membersihkan sisa makanan yang terdapat di sekitar gigi.

3.1.3 Kelelahan pada Otot Wajah

Pada percobaan ini orang coba diinstruksikan untuk mengunyah permen

karet dengan kecepatan x/detik hingga otot mulut terasa benar-benar letih (terasa

kaku). Setelah itu dilakukan penghitungan,pencatatan waktu serta jumlah

kunyahan yang diperlukan sejak kunyahan awal hingga terasa benar-benar letih.

Dari percobaan ini didapatkan hasil bahwa waktu orang coba untuk

mengunyah permen karet sampai benar-benar letih dan otot terasa kaku yaitu 2

menit dengan 135 kali pengunyahan.

Semakin lama kecepatan orang coba dalam mengunyah semakin

melambat, hal ini dikarenakan pengunyahan jika dilakukan terus menerus akan

menyebabkan otot wajah mengalami kelelahan. Perlambatan tersebut menandakan

bahwa orang coba mengalami kelelahan pada otot wajah dimana otot wajah

tersebut merupakan otot yang berperan penting pada saat pengunyahan.

Kelelahan pada otot wajah ini menyebabkan penurunan performa kerja

atau meningkatnya tingkat kesalahan sebagai akibat dari waktu kerja yang

berlebihan. Selain itu, kelelahan pada otot wajah ini dapat mengurangi hampir

seluruh kemampuan fisik termasuk kekuatan, kecepatan, kecepatan reaksi,

koordinasi, dan keseimbangan.

3.1.4 Gerakan Lidah Pada Saat Pengunyahan

Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui bentuk, ukuran, warna dan

tekstur lidah pada saat relaksasi, lidah pada posisi anterior, lateral, posterior, dan

pada saat mengunyah.

Dari percobaan ini didapatkan bahwa pada posisi relaksasi bentuk lidah

normal, begitu juga ukuranya normal dengan warna merah dan tekstur halus. Pada

posisi anterior didapatkan bentuk mengecil dan ukuran yang normal dengan warna

pink coral dan tekstur kasar. Posisi selanjutnya yaitu posisi lateral dimana pada

bentuk dan ukuran didapatkan hasil bentuk mengecil dan menebal , ukuran normal

16

Page 17: 1.Isi

dengan warna merah dan tekstur agak kasar, terjadi kontraksi yang kuat pada lidah

saat posisi ini. Pada posisi posterior, bentuk melebar dan memendek, ukuran

normal, serta warna lidah pink coral, namun pada tekstur lidah menjadi halus.

Pada posisi mengunyah didapatkan bentuk ukuran normal, serta warna yang

merah dengan tekstur halus. Pada saat mengunyah lidah bergerak dari dekster ke

sinister, ketika memindahkan makanan lidah bergerak ke atas ke arah palatum

untuk mendorong makanan ke oklusal gigi.

3.2 Pemeriksaan Proses Menelan

3.2.1 Pemeriksaan Palpasi pada Saat Menelan

Percobaan berikutnya yaitu pemeriksaan palpasi pada saat menelan. Pada

percobaan ini orang coba diinstruksikan untuk minum kemudian dilakukan

inspeksi dan palpasi pada leher bagian atas serta mengamati pola gerakan yang

terjadi.

Berdasarkan hasil yang didapat, terjadi gerakan naik turun pada leher atas.

Hal ini karena pada fase ini minuman ataupun makanan didorong ke bagian

belakang mulut oleh tekanan lidah ke atas dan belakang terhadap palatum

sehingga lidah memaksa bolus masuk ke orofaring.

3.2.2 Pengaruh Peningkatan Sekresi Saliva terhadap Penelanan

Saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu melicinkan dan membasahi rongga

mulut sehingga membantu proses mengunyah dan menelan makanan, membasahi

dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair sehingga

mudah ditelan dan dirasakan serta membantu proses pencernaan makanan melalui

aktivitas enzim ptyalin dan lipase ludah

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa

pengunyahan yang dilakukan dengan pemijatan terasa lebih sulit ditelan.

Sedangkan pengunyahan yang dilakukan tanpa menelan terasa lebih mudah untuk

ditelan.

Pemberian pijatan di sekitar kelenjar parotis memiliki efek fisiologis

meningkatkan sekresi saliva yang berdampak pada peningkatan fungsi sekresi

17

Page 18: 1.Isi

sehingga memberikan kemudahan dalam proses penelanan makanan di dalam

rongga mulut. Namun orang coba justru merasa lebih mudah menelan tanpa

pijatan. Hal ini dapat disebabkan oleh kurang ahli nya pemijat hingga justru

menimbulkan kelelahan otot bagi orang coba.

3.2.3 Pengaruh Jenis Makanan Terhadap Penelanan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada

nasi yang dengan rasio 1:0,5 orang coba mengalami kesulitan saat menelan, terasa

agak serat dan kecepatan mengunyahpun lambat. Pada nasi selanjutnya yaitu

dengan rasio 1:1 mudah untuk ditelan dan nasi dengan rasio 1:2 lebih mudah

ditelan. Jenis nasi yang terakhir yaitu nasi dengan rasio 1:3 sangat mudah ditelan.

Pada nasi pertama orang coba mengalami kesulitan untuk menelan, hal ini

disebabkan karena tekstur pada nasi pertama kasar sehingga lidah bekerja lebih

keras dalam menekan makanan ke bagian belakang mulut. Sedangkan pada nasi

kedua dan ketiga tekstur nasi lebih lembut sehingga lidah lebih mudah dalam

menekan makanan. Selain itu, saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu melicinkan

dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah dan

menelan makanan, membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan

setengah cair ataupun cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan serta membantu

proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin dan lipase ludah

3.3 Prosedur Percobaan Refleks (Gagging Reflexs)

3.3.1 Pengaruh Suhu dan Sentuhan Terhadap Refleks Muntah

Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan, terlihat pada tabel bahwa

lokasi yang paling sensitiv pada orang coba yaitu pada lokasi tonsil. Hal ini

dikarenakan adanya benda tertentu atau benda asing yang menyentuh area

pencetus muntah atau trigger zone sehingga merangsang untuk muntah. Pada

uvula dan tonsil saat dilakukan percobaan respon yang di dapat yaitu sudah akan

muntah. Trigger zone merupakan daerah sensitive yang berada ronggamulut yang

akan memicu gagging refleks. Apabila trigger zone tersentuh oleh benda asing

tentu akan menyebabkan refleks muntah. Trigger zone pada setiap individu

berbeda-beda.

18

Page 19: 1.Isi

Sama seperti pada percobaan sentuhan, pada percobaan suhu juga

didapatkan hasil bahwa daerah yang sensitif terhadap suhu panas dan dingin yaitu

pada daerah tonsil.

Percobaan selanjutnya adalah pengaruh rasa pahit terhadap refleks muntah.

Orang coba diinstruksikan untuk duduk tenang kemudian teteskan pada bagian

lidah yang paling sensitif terhadap gagging refleks dengan menggunakan obat

(rasa pahit) pada siring. Didapatkan hasil bahwa daerah yang sensitif terhadap

suhu panas dan dingin yaitu pada daerah tonsil.

Pemberian obat dengan rasa pahit ini dapat memicu muntah. Hal ini

dikarenakan rasa pahit rasa pahit merangsang saraf sensorik yang ada pada rongga

mulut dan kemudian diteruskan ke otak melalui N.Glossofaringeus dan kemudian

rangsangan motoriknya dibawa kembali oleh N.Vagus untuk memberi refleks

muntah.

19

Page 20: 1.Isi

BAB IV

KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah kita lakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengunyahan merupakan hasil kerja sama antara peredaran darah, otot

pengunyahan, saraf, tulang rahang, TMJ, jaringan lunak RM, gigi yang

dipersarafi oleh cabang motorik N. Trigeminus.

2. Penelanan merupakan salah satu bagian dari proses makan yang terdiri

dari 3 fase, yaitu fase volunter, fase faringeal dan fase esofageal.

3. Refleks muntah merupakan mekanisme fisiologis tubuh untuk melindungi

tubuh terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh melalui faring,

laring atau trakea yang dapat bersumber dari somatik dan psikogenik.

4. Kekuatan gigit dipengaruhi oleh jenis kelamin, perawatan ortodontik, dan

juga penggunaan gigi tiruan.

20

Page 21: 1.Isi

DAFTAR PUSTAKA

1. Gunadi, Haryanto A; dkk. 1994. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian

Lepasan Jilid 2. Jakarta : Hipokrates.

2. Hamzah, Zahreni; dkk. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Manusia.

Jember : Bag. Biomedik Lab Fisiologi Manusia FKG Universitas Jember.

3. Hamzah, Zahreni drg, dkk. 2009. Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi Blog

Stomatognatik. Jember: Unej

4. Thomson, Hamish. 2007. Oklusi Edisi 2. Jakarta: EGC

5. Foster, T. D. 1997. Buku Ajar Ortodonsi, edisi ke 3. Jakarta: EGC. Hal 32-

35.

21