1.Isi
-
Upload
gladiola-nadisha -
Category
Documents
-
view
16 -
download
0
Transcript of 1.Isi
BAB I
DASAR TEORI
1.1 Dasar Teori
Dasar Teori Pengunyahan/Mastikasi
Pengunyahan merupakan hasil kerja sama antara peredaran darah, otot
pengunyahan, saraf, tulang rahang, sendi temporo mandibula, jaringan lunal
rongga mulut, dan gigi-gigi. Adapun organ tubuh yang terlibat dalam proses
pengunyahan ini antara lain : bibir, pipi, lidah, palatum, gigi-gigi, kelenjar saliva,
faring dan laring. Pada umumnya, otot pengunyahan dipersarafi oleh cabang
motorik N. Trigeminus khususnya saraf mandibularis yang dikontrol oleh nukleus
di batang otak.
Pergerakan yg terkontrol dari mandibula dipergunakan dalam mengigit,
mengunyah, dan menelan makanan dan cairan, serta dalamberbicara. Aktivitas
yang terintegrasi dari otot rahang dalam meresponaktivitas dari neuron eferen
pada saraf motorik di pergerakan mandibular yang mengontrol hubungan antara
gigi rahang atas dan bawah. Pergerakan rahang adalah suatu pergerakan yang
terintegrasi dari lidah dan otot lain yang mengontrol area perioral, faring, dan
laring.Pergerakan otot rahang, terhubung pada midline. Pengontrolan ototrahang
bukan secara resiprokal seperti pergerakan limb, tapi terorganisir secara bilateral.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembukaan dan penutupan rahang selama
penguyahan yang secara relatif merupakanpergerakan sederhana dengan
pengaturan pada limb sebagai penggerak. Bagaimanapun, pergerakan dalam
mastikasi adalah suatu yang kompleks dan tidak hanya berupa mekanisme
pergerakan menggerinda simple yang mana merupakan pengurangan ukuran
makanan. Selama mastikasi, makanan dikurangi ukurannya dan dicampur dengan
saliva sebagai tahap awal dari proses digesti.
Proses mengunyah disebabkan oleh refleks mengunyah yang berlangsung
secara terus menerus sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :
1.kehadiran bolus dari makanan di mulut pertama kali menginsias irefleks
penghambat dari otot mastikasi yang membuat rahangbawah turun.
1
2.penurunan rahang ini selanjutnya menginisiasi reflaksmelonggarkan otot
rahang memimpin untuk mengembalikan kontraksi.
3.secara otomatis mengangkat rahang untuk menutup gigi, tetapi juga
menekan bolus lagi, melawan lining mulut, yang menghambat otot
rahang sekali lagi, membuat rahang turun dan mengganjal(rebound) di
lain waktu. Hal ini berulang terus menerus.
4.pengunyahan merupakan hal yang penting untuk mencerna
semuamakanan, khususnya untuk kebanyakan buah dan sayuran berserat
karena mereka memiliki membrane selulosa yang tidaktercerna di
sekeliling porsi nutrisi mereka yang harus dihancurkan sebelum makanan
dapat dicerna.
Pengunyahan juga membantu proses pencernaan makanan denganalasan
sebagai berikut:
enzim pencernaan bekerja hanya di permukaan partikel makanan,sehingga
tingkat pencernaan bergantung pada area permukaankeseluruhan yang
dibongkar oleh sekresi pencernaan.
Penghalusan makanan dalam konsistensi yang baik mencegahpenolakan
dari gastrointestinal tract dan meningkatkan kemudahanuntuk
mengosongkan makanan dari lambung ke usus kecil,kemudian berturut-
turut ke dalam semua segmen usus.
Selama pengunyahan, rahang akan bergerak berirama, membuka dan
menutup. Pengulangan pergerakan pengunyahan berisikan jumlah kunyahan dan
penelanan. Selama mastikasi karakteristik pengunyahan seseorang sangat
bergantung pada tingkatan penghancuran makanan. Urutan kunyah dapat dibagi
menjadi tiga periode. Pada tahap awal, makanan ditransportasikanke bagian
posterior gigi dimana ini merupakan penghancuran dalam periode reduksi.
Selanjutnya bolus akan dibentuk selama final periode yaitu sebelum penelanan.
Pergerakan rahang pada ketiga periode inidapat berbeda tergantung pada bentuk
makanan dan spesiesnya. Selamaperiode reduksi terdapat fase opening, fast-
opening dan slow-opening. Pada periode sebelum penelanan terdapat tiga fase
selama rahang membuka dan dua fase selama rahang menutup. Selama penelanan
2
lidah memainkan peran yang penting di dalam mengontrol pergerakan makanan
dan pembentukan menjadi bolus. Untuk makanan yang dihancurkan, diposisikan
oleh lidah pada konjugasi dengan otot buccinators pada pipi diantara oklusal
permukaan gigi. Makanan yang padat dan cair ditransportasikan di dalam rongga
mulut oleh lidah. Selama fase slow-opening pada pengunyahan, lidah bergerak ke
depan dan memperluas permukaan makanan. Tulang hyoid dan badan lidah
kembali tertarik selama fase fast-opening dan fase-closing, membuat gelombang
yang dapat memindahkan makanan ke bagian posterior pada ronggamulut. Ketika
makanan sudah mencapai bagian posterior rongga mulut,akan berpindah ke
belakang di bawah soft palate oleh aksi menekan dari lidah. Lidah amat penting
dalam pengumpulan dan penyortiran makanan yang bisa ditelan, sementara
mengembalikan lagi makanan yang masihdalam potongan besar ke bagian oklusal
untuk pereduksian lebih lanjut.Sedikit yang mengetahui mengenai mekanisme
mendasar mengenai pengontrolan lidah selama terjadinya aktivitas ini.
1.1.1 Dasar Teori Penelanan
Menelan merupakan salah satu bagian dari proses makan. Menurut kamus
deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagaiproses memasukkan makanan
kedalam tubuh melalui mulut “the processof taking food into the body through the
mouth”.
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yangmemerlukan
setiap organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan
berkesinambungan. Dalam proses menelan ini diperlukan kerjasama yang baik
dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30 pasang otot menelan.
Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan darirongga mulut
ke dalam lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut
disfagia yaitu terjadi kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut
sampai ke lambung.
Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase volunter, fase
faringeal dan fase esophageal.
1. Fase Volunter
3
Makanan ditelan secara sadar. Makanan ditekan atau didorong ke bagian
belakang mulut oleh tekanan lidah yang bergerak ke atas dan ke belakang
terhadap palatum sehingga lidah memaksa bolus makanan masuk ke dalam
orofaring. Proses menelan pada fase ini seluruhnya atau hampir seluruhnya terjadi
secara otomatis dan biasanya tidak dapat dihentikan. Pada fase ini secara garis
besar bekerja saraf karanial N.V.2 dan N.V.3 sebagai serabut afferen (sensorik)
dan N.V, N.VII, N.IX, N.X, N.XI, N.XIIsebagai serabut efferen (motorik).
2. Fase Faringeal
Setelah makanan didorong ke belakang mulut, ia merangsang daerah
reseptor menelan yang semuanya terletak disekitar orofaring, khususnya tonsila.
Selanjutnya impuls berjalan ke batang otak untuk memulai serangkaian kontraksi
otot faring dengan jalan sebagai berikut:
1. Palatum molled didorong ke atas menutup nares posterior, untuk
mencegah refluks makanan ke rongga hidung
2. Arkus palato-faringeus pada tiap sisi faring tertarik ke tengah untuk
saling mendekati hingga membentuk celah sagital sebagai jalan masuk
makanan ke posterior faring.
3. Pita suara laring menjadi berdekatan dan epiglotis terdorong ke
belakang ke atas pintu superior laring. Kedua efek ini mencegah
masuknya makanan ke dalam trakea.
4. Seluruh laring ditarik ke bawah dan ke depan oleh otot-otot yang
melekat pada os.hyoid. pergerakan ini meregangkan pintu esophagus.
5. Bagian atas esophagus berelaksasi sehingga memungkinkan makanan
berjalan dari posterior faring ke dalam esophagus bagian atas. Pada
saat menelan sfingter tetap berkontraksi secara tonik dengan kuat
untuk mencegah udara masuk ke dalam esophagus saat bernafas.
6. Pada saat laring terangkat dan sfingter esophagus atas relaksasi, m.
Konstriktor faring superior berkontraksi sehingga menimbulkan
gelombang peristaltik dengan cepat yang berjalan ke bawah melewati
otot-otot faring dan masuk ke esophagus serta mendorong makanan
masuk ke esophagus bagian bawah.
4
3. Fase Esofageal
Fungsi utama esophagus yaitu menghantarkan makanan dari faring ke
lambung. Sfingter bagian bawah esophagus berelaksasi setelah melakukan
gelombang peristaltik dan memungkinkan makanan terdorong ke dalam lambung.
Sfingter kemudian berkontraksi untuk mencegah regurgitasi (refluks) isi lambung
ke dalam esophagus. Gelombang peristaltik esophagus hampir seluruhnya
dikontrol oleh refleks vagus, yang merupakan sebagian dari keseluruhan
mekanisme menelan. Gelombang ini berjalan dari faring ke lambung kira-kira
dalam waktu 5 sampai 10 detik. Refleks ini dihantarkan melalui serat aferen vagus
dari esophagus ke medula oblongata dan kembali ke esofagus melalui serat eferen
vagus.
Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :
1. Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring.
Gelombangperistaltik primer terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan
ototsirkuler dinding esofagus bagian proksimal. Gelombang
peristaltikpertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik kedua
yangmerupakan respons akibat regangan dinding esofagus.
2. Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf
pleksus mienterikus yang terletak diantara otot longitudinal dan
ototsirkuler dinding esofagus dan gelombang ini bergerak seterusnyasecara
teratur menuju ke distal esofagus.
5
Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turunkarena
gerak peristaltik dan berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time
bertambah pada lansia akibat dari berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut
untuk merangsang gelombang peristaltik primer.
1.1.2 Dasar Teori Refleks Muntah
Refleks muntah (gagging refleks) dianggap suatu mekanisme fisiologis
tubuh untuk melindungi tubuh terhadap benda asing atau bahan-bahan yang
berbahaya bagi tubuh, masuk ke dalam tubuh melalui faring, laring atau trakea.
Sumber refleks muntah secara fisiologis dapat diklasifikasikan dalam dua
kelompok yaitu :
1. Somatik (stimulasi saraf sensoris berasal dari kontak langsung pada
area sensitif yang disebut trigger zone, mis: sikat gigi, makanan,
meletakkan benda di dalam rongga mulut)
2. Psikogenik ( distimulasi di pusat otak yang lebih tinggi tanpa
stimulasi secara langsung, mis: penglihatan, bau, suara, perawatan
kedokteran gigi).
Letak trigger area pada setiap individu dilaporkan tidak sama / sangat
spesifik. Pada beberapa orang trigger zone dapat ditemukan di bagian lateral lidah,
posterior palatum, dinding posterior faring, dan lain-lain. Impuls saraf rangsangan
ini akan diteruskan ke otak melalui N. Glosso-faringeus, dan motoriknya akan
dibawa kembali oleh N. Vagus. Selain tempat tersebut, (gagging refleks) dapat
juga disebabkan karena hidung tersumbat, gangguan saluran pencernaan, perokok
berat, gigi tiruan, variasi anatomi dari palatum molle, perubahan posisi tubuh yang
sangat cepat dan atau pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.
Mekanisme reffleks muntah dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pada tahap awal dari iritasi gastro intestinal atau distensi yang berlebihan,
akan terjadi gerakan anti peristaltis (beberapa menit sebelum muntah)
2. Anti-peristaltis dapat dimulai dari ileum dan bergerak naik ke duodenum
dan lambung dengan kecepatan 2-3 cm/detik dalam waktu 3-5 menit.
6
3. Kemudian pada saat bagian atas traktus gastrointestinal, terutama
duodenum, menjadi sangat meregang, peragangan ini menjadi faktor
pencetus yang menimbulkan tindakan muntah.
4. Pada saat muntah, kontraksi intrinsik kuat terjadi pada duodenum maupun
pada lambung, bersama dengan relaksasi sebagian dari sfingter esophagus
bagian bawah, sehingga membuat muntahan mulai bergerak ke esophagus.
Selanjutnya kontaksi otot-otot abdomen akan mendorong muntahan
keluar.
5. Distensi berlebihan atau adanya iritasi duodenum menyebabkan suatu
rangsangan khusus yang kuat untuk muntah, baik oleh saraf aferen vagal
maupun saraf simpatis ke pusat muntah bilateral di medula. Reaksi
motoris ini otomatis akan menimbulkan efek muntah. Impuls-impuls
motorik yang menyebabkan muntah ditransmisikan dari pusat muntah
melalui saraf kranialis V,VII,IX,X, dan XII ke traktus gastro-intestinal
bagian atas dan melalui saraf spinalis ke diafragma dan otot abdomen
6. Kemudian datang kontraksi yang kuat dibawah diafragma bersama dengan
rangsangan kontraksi semua otot dinding abdomen. Keadaan ini memeras
perut diantara diafragma dan otot-otot abdomen, membentuk suatu
tekanan intragastik sampai ke batas yang lebih tinggi. Akhirnya, sfingter
esophagus bagian bawah berelaksasi secara lengkap, membuat
pengeluaran isi lambung ke atas melalui esofagus
7. Ketika reaksi muntah terjadi, timbul beberapa efek yang terjadi di dalam
rongga mulut yaitu bernafas dalam, naiknya tulang lidah dan laring untuk
menarik sfingter esophagus bagian atas hingga terbuka, penutupan glotis,
pengangkatan palatum molle untuk menutup nares posterior.
Cara mencegah refleks muntah yaitu dengan diberikanya es balok, karena
es balok memiliki suhu rendah sehingga dapat menghambat kerja saraf untuk
menyampaikan rangsang menuju pusat muntah, sehingga sensitifitas pasien dapat
berurang. Selain itu, beberapa cara dapat juga digunakan untuk menekan efek
gagging refleks antara lain relaksasi,mengalihkan perhatian, metode desensitisasi,
7
terapi psikologis dan perilaku, anastesi lokal, sedasi, general anestesi, terapi obat-
obatan, hipnotik dan akupuntur.
1.1.3 Koordinasi Gerakan Lidah
Lidah merupakan organ stomatognati berotot yang dilapisi oleh mukosa
yang memiliki reseptor pengecap. Lidah memiliki kemampuan untuk bergerak ke
segala arah. Selain memiliki fungsi sebagai alat pengecap, lidah juga membantu
proses pengunyahan makanan.
.
8
BAB II
HASIL PENGAMATAN
TABEL HASIL PENGAMATAN
2.3.1 Pengunyahan
2.3.1.1 Kekuatan Gigit Maksimal
2.3.1.2 Efisiensi Kunyah
Perhitungan Efisiensi Kunyah
Pengunyahan 20 kali
N = (N’ + S) – S η = N : berat nasi x 100%
N = (1 gr + 1 gr) – 1 gr = 1 : 2 x 100%
N = 2 gr – 1 gr = 50%
N = 1 gr
Pengunyahan 15 kali
N = (N’ + S) – S η = N : berat nasi x 100%
N = (3 gr + 1 gr) – 1 gr = 3 : 2 x 100%
N = 4 gr – 1 gr = 150%
N = 2 gr
Pengunyahan 10 kali
N = (N’ + S) – S η = N : berat nasi x 100%
N = (4 gr + 1 gr) – 1 gr = 4 : 2 x 100%
N = 5 gr – 1 gr = 200%
9
Jenis Kelamin GigiKedalaman Gigit
Kanan Kiri
Pa
Insisiv pertama 0.3 cm 0.3 cm
Kaninus 0.3 cm 0.5 cm
Molar pertama 0.4 cm 0.5 cm
Pi
Insisiv pertama 0.1 cm 0.1 cm
Kaninus 0.2 cm 0.3 cm
Molar pertama 0.5 cm 0.4 cm
N = 4 gr
Keterangan :
N= Berat sisa makanan
N’ = jumlah sisa makanan
S = berat saringan
η = efisiensi kunyah
Jenis Kelamin orang
coba
Efisiensi Kunyah
20 kali 15 kali 10 kali
Pi 50% 150% 200%
2.3.1.3 Kelelahan pada Otot Wajah
Jenis Kelamin orang
cobaWaktu Kunyah (Awal kunyah-lelah)
Pi 2 menit sebanyak 135 kunyahan
2.3.1.4 Gerakan Lidah Pada Saat Mengunyah
Jenis Kelamin
orang coba
Posisi
LidahBentuk
Ukuran
(normal/tidak)Warna Tekstur
Pi
Relaksasi Normal normal pink coral halus
Anterior mengecil normal pink coral kasar
Lateral
mengecil dan
menebal normal merah kasar
Posterior melebar dan pendek tidak pink coral halus
mengunyah Normal normal merah halus
2.3.2 Pemeriksaan Proses Menelan
2.3.2.1 Pemeriksaan Palpasi pada Saat Menelan
Jenis Kelamin orang
cobaPola Gerakan
Pi Kontraksi-Relaksasi
10
(Atas-Bawah)
2.3.2.2 Pengaruh Peningkatan Sekresi Saliva terhadap Penelanan
Perlakuan Respon orang coba
Dengan pemijatan Lancar +
Tanpa pemijatan Lancar +++
Kemudahan menelan : lebih mudah tanpa pemijatan
2.3.2.2 Pengaruh Jenis Makanan terhadap Penelanan
Jenis Kelamin orang
coba
Kemudahan menelan dan respon orang coba
1:0.5 1:1 1:2 1:3
Pi Lancar + Lancar ++ Lancar +++
2.3.3 Prosedur Percobaan Refleks (Gagging Reflexs)
2.3.3.1 Pengaruh Sentuhan Terhadap Refleks Muntah
Lokasi
Respon orang coba (refleks muntah)
Rasa pahit Stik es krimSuhu dan
sentuhan
Ujung lidah X x x
Dorsal lidah x
Lateral kiri X x x
Lateral kanan X x x
Anterior X x X
posterior X X
Posterior palatum
Uvula
Tonsil
faring atas (jika bisa) X x X
Yang paling sensitif adalah : Tonsil
11
PERTANYAAN
1. Apa ada perbedaan lebar permukaan rongga mulut antara laki-laki dan
perempuan? Jelaskan mengapa!
JAWAB : Ya. Ada perbedaan permukaan rongga mulut antara laki-laki
dan perempuan. Perbedaan ini terdiri dari perbedaan lengkung rahang
dimana bentuk rahang laki-laki lebih besar dari pada perempuan selain itu
kebiasaan laki-laki tertawa terlalu lebar juga mempengaruhi lebar dari
permukaan rongga mulut tersebut. lengkung rahang dipengaruhi oleh
faktor lokal baik oleh gigi geligi yang menyusun lengkung gigi itu sendiri,
hubungan antar gigi, maupun dengan gigi antagonisnya. Lengkung rahang
merefleksikan gabungan antara ukuran gigi, lidah, bibir, dan fungsi
dinding otot pipi.
2. Apa ada perbedaan kekuatan gigit maksimal laki-laki dan perempuan?
Jelaska mengapa!
JAWAB : Iya, kekuatan gigit maksimal pada laki-laki lebih kuat dari
perempuan. Karena laki-laki dapat menahan beban sedikit lebih besar
daripada perempuan, kecuali pada gigi anterior kekuatan untuk menahan
beban sama pada laki-laki dan perempuan. Serta ukuran gigi laki-laki lebih
besar daripada perempuan sehingga lebih kuat daya gigitnya.
3. Mengapa makanan ada yang mudah ditelan dan ada yang sukar? Jelaskan
mengapa!
JAWAB : Iya, kekuatan gigit maksimal pada laki-laki lebih kuat dari
perempuan. Karena laki-laki dapat menahan beban sedikit lebih besar
daripada perempuan, kecuali pada gigi anterior kekuatan untuk menahan
beban sama pada laki-laki dan perempuan. Serta ukuran gigi laki-laki lebih
besar daripada perempuan sehingga lebih kuat daya gigitnya.
4. Mengapa rasa pahit dapat merangsang refleks muntah?
JAWAB : Karena setiap makanan memiliki jenis, bahan, dan komposisi
yang berbeda. Pada makanan yang tergolong keras dan kasar akan lebih
sulit ditelan daripada makanan yang halus dan lembut. Sehingga makanan
12
yang halus dan lembut membutuhkan lebih sedikit pengunyahan daripada
yang keras dan kasar.
13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengunyahan
3.1.1 Kekuatan Gigit Maksimal
Hal ini dikarenakan lebar permukaan rongga mulut laki-laki lebih besar
daripada perempuan karena Jenis kelamin mempengaruhi ukuran gigi, dan ukuran
gigi mempengaruhi panjang lengkung gigi. Laki-laki menunjukkan pertumbuhan
yang meningkat dalam hal lengkung gigi. Rata-rata lebar mesio distal gigi insisif
anterior rahang atas dan rahang bawah laki-laki lebih besar daripada perempuan,
hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Desi pada tahun 2000 di
Universitas Airlangga. Rata-rata ukuran mesio distal gigi insisif rahang atas laki-
laki lebih besar dari perempuan. Ukuran gigi pria lebih besar dari ukuran gigi
wanita. Menurut Desi hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor kekuatan fungsional,
kebiasaan makan, sikap tubuh dan trauma.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan diketahui bahwa laki-laki
dan perempuan memiliki rata-rata panjang lengkung gigi yang hampir sama, yaitu
20,16 mm untuk laki-laki dan 20,20 mm untuk perempuan. Adapun tinggi
palatum laki-laki sebesar 18,40 mm dan untuk perempuan sebesar 17,83 mm.
Namun, perbedaan panjang lengkung gigi lebih cenderung disebabkan oleh karena
faktor ras dari pada jenis kelamin.
Kekuatan gigit maksimal pada laki-laki lebih kuat dari perempuan
karena laki-laki dapat menahan beban sedikit lebih besar daripada perempuan,
kecuali pada gigi anterior kekuatan untuk menahan beban sama pada laki-laki dan
perempuan. Serta ukuran gigi laki-laki lebih besar daripada perempuan sehingga
lebih kuat daya gigitnya. Daya kunyah maksimum (45-50 kg) diukur antara gigi
molar pertama dan sedikit demi sedikit berkurang untuk gigi disebelahnya,
semakin ke proksimal, daya kunyah mendekati 10 kg pada gigi incisivus.
Selain jenis kelamin, daya gigit juga dipengaruhi oleh pemakaian kawat gigi.
Untuk pengguna protesa gigi tiruan lengkap hanya mampu menahan beban
kunyah sekitar seperempat sampai sepertiga dari kemampuan menahan beban
14
kunyah orang dengan gigi geligi asli yang normal. Penguna protesa gigi tiruan
sebagian juga tidak mampu menggigit sekuat orang dengan gigi geligi yang masih
lengkap.
3.1.2 Efisiensi Kunyah
Dari percobaan yang telah kami lakukan didapatkan hasil efisiensi kunyah.
Berat sisa makanan yang telah dikunyah sama dengan jumlah sisa makanan dan
saringan dikurangi berat saringan. Dari sini akan didapatkan hasil efisiensi
dikunyah dengan cara membagi hasil berat sisa makanan tadi dengan berat nasi
dikali 100%. Pada pengunyahan 20 kali berat sisa makanan adalah 1 gr sehingga
didapat efisiensi pengunyahan sebesar 50%. Pengunyahan selanjutnya yaitu
dilakukan sebanyak 15 kali dengan berat sisa makanan 3gr dan efisiensi sebesar
150 %. Pengunyah ke tiga dilakukan sebanyak 10 kali. Berat sisa makanan 4 gr
dan efisiensi yang didapat sebesar 200 %.
Dari hasil tadi menunjukan bahwa semakin sedikit dilakukan pengunyahan
maka tingkat efisien kunyah semakin besar. Semakin besar efisiensi kunyah
berarti molekul makanan hasil pengunyahan semakin buruk yang ditunjukan
dengan bentuk dari hasil kunyahan tidak sehalus pada pengunyahan yang
dilakukan sebanyak 20 kali. Memperhatikan penguyahan pada saat memakan
sangat penting karena bila mengunyah dengan benar kita akan memproduksi lebih
banyak saliva atau cairan ludah. Saat mengunyah, nutrisi dan vitamin yang
terdapat di dalam makanan akan keluar dan bercampur dengan cairan ludah. Hal
ini membantu tubuh untuk mendapatkan energi tambahan.
Cara mengunyah yang benar juga memperbaiki system pencernaan. Hal ini
disebabkan karena cairan ludah dapat membantu menghancurkan partikel
makanan sehingga mempermudah saluran pencernaan untuk menyerap nutrisi
makanan. Enzim yang terkandung di dalam cairan ludah, yang diproduksi akibat
mengunyah dengan benar, juga berfungsi untuk memecah karbohidrat dan lemak.
Saat mengunyah dengan benar, cairan ludah juga membantu melawan
pembentukan plak gigi dan bau mulut. Karbonathidrogen yang terdapat pada
15
cairan ludah akan menetralisir pembentuk plak gigi. Selain itu cairan ludah juga
membunuh bakteri dan membersihkan sisa makanan yang terdapat di sekitar gigi.
3.1.3 Kelelahan pada Otot Wajah
Pada percobaan ini orang coba diinstruksikan untuk mengunyah permen
karet dengan kecepatan x/detik hingga otot mulut terasa benar-benar letih (terasa
kaku). Setelah itu dilakukan penghitungan,pencatatan waktu serta jumlah
kunyahan yang diperlukan sejak kunyahan awal hingga terasa benar-benar letih.
Dari percobaan ini didapatkan hasil bahwa waktu orang coba untuk
mengunyah permen karet sampai benar-benar letih dan otot terasa kaku yaitu 2
menit dengan 135 kali pengunyahan.
Semakin lama kecepatan orang coba dalam mengunyah semakin
melambat, hal ini dikarenakan pengunyahan jika dilakukan terus menerus akan
menyebabkan otot wajah mengalami kelelahan. Perlambatan tersebut menandakan
bahwa orang coba mengalami kelelahan pada otot wajah dimana otot wajah
tersebut merupakan otot yang berperan penting pada saat pengunyahan.
Kelelahan pada otot wajah ini menyebabkan penurunan performa kerja
atau meningkatnya tingkat kesalahan sebagai akibat dari waktu kerja yang
berlebihan. Selain itu, kelelahan pada otot wajah ini dapat mengurangi hampir
seluruh kemampuan fisik termasuk kekuatan, kecepatan, kecepatan reaksi,
koordinasi, dan keseimbangan.
3.1.4 Gerakan Lidah Pada Saat Pengunyahan
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui bentuk, ukuran, warna dan
tekstur lidah pada saat relaksasi, lidah pada posisi anterior, lateral, posterior, dan
pada saat mengunyah.
Dari percobaan ini didapatkan bahwa pada posisi relaksasi bentuk lidah
normal, begitu juga ukuranya normal dengan warna merah dan tekstur halus. Pada
posisi anterior didapatkan bentuk mengecil dan ukuran yang normal dengan warna
pink coral dan tekstur kasar. Posisi selanjutnya yaitu posisi lateral dimana pada
bentuk dan ukuran didapatkan hasil bentuk mengecil dan menebal , ukuran normal
16
dengan warna merah dan tekstur agak kasar, terjadi kontraksi yang kuat pada lidah
saat posisi ini. Pada posisi posterior, bentuk melebar dan memendek, ukuran
normal, serta warna lidah pink coral, namun pada tekstur lidah menjadi halus.
Pada posisi mengunyah didapatkan bentuk ukuran normal, serta warna yang
merah dengan tekstur halus. Pada saat mengunyah lidah bergerak dari dekster ke
sinister, ketika memindahkan makanan lidah bergerak ke atas ke arah palatum
untuk mendorong makanan ke oklusal gigi.
3.2 Pemeriksaan Proses Menelan
3.2.1 Pemeriksaan Palpasi pada Saat Menelan
Percobaan berikutnya yaitu pemeriksaan palpasi pada saat menelan. Pada
percobaan ini orang coba diinstruksikan untuk minum kemudian dilakukan
inspeksi dan palpasi pada leher bagian atas serta mengamati pola gerakan yang
terjadi.
Berdasarkan hasil yang didapat, terjadi gerakan naik turun pada leher atas.
Hal ini karena pada fase ini minuman ataupun makanan didorong ke bagian
belakang mulut oleh tekanan lidah ke atas dan belakang terhadap palatum
sehingga lidah memaksa bolus masuk ke orofaring.
3.2.2 Pengaruh Peningkatan Sekresi Saliva terhadap Penelanan
Saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu melicinkan dan membasahi rongga
mulut sehingga membantu proses mengunyah dan menelan makanan, membasahi
dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair sehingga
mudah ditelan dan dirasakan serta membantu proses pencernaan makanan melalui
aktivitas enzim ptyalin dan lipase ludah
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa
pengunyahan yang dilakukan dengan pemijatan terasa lebih sulit ditelan.
Sedangkan pengunyahan yang dilakukan tanpa menelan terasa lebih mudah untuk
ditelan.
Pemberian pijatan di sekitar kelenjar parotis memiliki efek fisiologis
meningkatkan sekresi saliva yang berdampak pada peningkatan fungsi sekresi
17
sehingga memberikan kemudahan dalam proses penelanan makanan di dalam
rongga mulut. Namun orang coba justru merasa lebih mudah menelan tanpa
pijatan. Hal ini dapat disebabkan oleh kurang ahli nya pemijat hingga justru
menimbulkan kelelahan otot bagi orang coba.
3.2.3 Pengaruh Jenis Makanan Terhadap Penelanan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada
nasi yang dengan rasio 1:0,5 orang coba mengalami kesulitan saat menelan, terasa
agak serat dan kecepatan mengunyahpun lambat. Pada nasi selanjutnya yaitu
dengan rasio 1:1 mudah untuk ditelan dan nasi dengan rasio 1:2 lebih mudah
ditelan. Jenis nasi yang terakhir yaitu nasi dengan rasio 1:3 sangat mudah ditelan.
Pada nasi pertama orang coba mengalami kesulitan untuk menelan, hal ini
disebabkan karena tekstur pada nasi pertama kasar sehingga lidah bekerja lebih
keras dalam menekan makanan ke bagian belakang mulut. Sedangkan pada nasi
kedua dan ketiga tekstur nasi lebih lembut sehingga lidah lebih mudah dalam
menekan makanan. Selain itu, saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu melicinkan
dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah dan
menelan makanan, membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan
setengah cair ataupun cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan serta membantu
proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin dan lipase ludah
3.3 Prosedur Percobaan Refleks (Gagging Reflexs)
3.3.1 Pengaruh Suhu dan Sentuhan Terhadap Refleks Muntah
Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan, terlihat pada tabel bahwa
lokasi yang paling sensitiv pada orang coba yaitu pada lokasi tonsil. Hal ini
dikarenakan adanya benda tertentu atau benda asing yang menyentuh area
pencetus muntah atau trigger zone sehingga merangsang untuk muntah. Pada
uvula dan tonsil saat dilakukan percobaan respon yang di dapat yaitu sudah akan
muntah. Trigger zone merupakan daerah sensitive yang berada ronggamulut yang
akan memicu gagging refleks. Apabila trigger zone tersentuh oleh benda asing
tentu akan menyebabkan refleks muntah. Trigger zone pada setiap individu
berbeda-beda.
18
Sama seperti pada percobaan sentuhan, pada percobaan suhu juga
didapatkan hasil bahwa daerah yang sensitif terhadap suhu panas dan dingin yaitu
pada daerah tonsil.
Percobaan selanjutnya adalah pengaruh rasa pahit terhadap refleks muntah.
Orang coba diinstruksikan untuk duduk tenang kemudian teteskan pada bagian
lidah yang paling sensitif terhadap gagging refleks dengan menggunakan obat
(rasa pahit) pada siring. Didapatkan hasil bahwa daerah yang sensitif terhadap
suhu panas dan dingin yaitu pada daerah tonsil.
Pemberian obat dengan rasa pahit ini dapat memicu muntah. Hal ini
dikarenakan rasa pahit rasa pahit merangsang saraf sensorik yang ada pada rongga
mulut dan kemudian diteruskan ke otak melalui N.Glossofaringeus dan kemudian
rangsangan motoriknya dibawa kembali oleh N.Vagus untuk memberi refleks
muntah.
19
BAB IV
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah kita lakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengunyahan merupakan hasil kerja sama antara peredaran darah, otot
pengunyahan, saraf, tulang rahang, TMJ, jaringan lunak RM, gigi yang
dipersarafi oleh cabang motorik N. Trigeminus.
2. Penelanan merupakan salah satu bagian dari proses makan yang terdiri
dari 3 fase, yaitu fase volunter, fase faringeal dan fase esofageal.
3. Refleks muntah merupakan mekanisme fisiologis tubuh untuk melindungi
tubuh terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh melalui faring,
laring atau trakea yang dapat bersumber dari somatik dan psikogenik.
4. Kekuatan gigit dipengaruhi oleh jenis kelamin, perawatan ortodontik, dan
juga penggunaan gigi tiruan.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunadi, Haryanto A; dkk. 1994. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian
Lepasan Jilid 2. Jakarta : Hipokrates.
2. Hamzah, Zahreni; dkk. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Manusia.
Jember : Bag. Biomedik Lab Fisiologi Manusia FKG Universitas Jember.
3. Hamzah, Zahreni drg, dkk. 2009. Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi Blog
Stomatognatik. Jember: Unej
4. Thomson, Hamish. 2007. Oklusi Edisi 2. Jakarta: EGC
5. Foster, T. D. 1997. Buku Ajar Ortodonsi, edisi ke 3. Jakarta: EGC. Hal 32-
35.
21