1Laporan Modul 3 FR

25

Click here to load reader

description

lapoarn praktikum analisa fluida reservoar di praktikum analisa fluida reservoar di institut teknologi bandung

Transcript of 1Laporan Modul 3 FR

Page 1: 1Laporan Modul 3 FR

MODUL III

PENGUKURAN VISKOSITAS DENGAN

REDWOOD VISCOMETER

LAPORAN

NAMA : HANIYYAH HASNA

NIM : 12212009

KELOMPOK : 5

DOSEN : TAUFAN MARHAENDRAJANA

TANGGAL PRAKTIKUM : RABU, 2 OKTOBER 2013

TANGGAL PENYERAHAN: RABU, 9 OKTOBER 2013

ASISTEN : 1. ARIS TRISTIANTO WIBOWO (12210022)

2. RENDRA SAPUTRA (12210072)

LABORATORIUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2013

Page 2: 1Laporan Modul 3 FR

I. TUJUAN

Menghitung nilai viskositas sampel minyak sebagai hasil dari fungsi waktu yang

diperoleh menggunakan Redwood Viskometer.

Menghitung nilai Viscosity Index (VI) sampel minyak.

II. ALAT DAN BAHAN

Alat:

Redwood Viskometer

Termometer

Heater

Gelas ukur

Picnometer

Valve

Stopwatch

Flask 50 cc

Bahan:

Jatibarang crude oil

Air

III. DATA PERCOBAAN

a. Sampel 1: Jatibarang heavy

Massa picnometer: 11.92 gram

Massa picnometer + air: 17.72 gram

Page 3: 1Laporan Modul 3 FR

Suhu

(°C)

Massa picnometer + sampel

(gram)

38 16.859

60 16.830

74 16.760

Tabel 3.1 Massa picnometer + sampel 1 pada percobaan pada suhu percobaan

Suhu

(°C)

Waktu pengaliran (detik)

38 53.42

60 32.81

74 29.90

95 28.78

Tabel 3.2 Waktu pengaliran 50 cc sampel 1 pada suhu percobaan

b. Sampel 2: Jatibarang light

Massa picnometer: 15.57 gram

Massa picnometer + air: 27.47 gram

Massa picnometer + sampel 2 (suhu ruang): 27.39 gram

Suhu (°F) Massa picnometer + sampel

(gram)

100 27.94

140 27.87

180 27.82

Tabel 3.3 Massa picnometer + sampel 2 pada suhu percobaan

Page 4: 1Laporan Modul 3 FR

Suhu (°F) Waktu pengaliran (detik)

100 27.89

140 26.42

180 24.31

210 23.30

Tabel 3.4 Waktu pengaliran 50 cc sampel 2 pada suhu percobaan

IV. PENGOLAHAN DATA

a. Sampel 1: Jatibarang heavy

1. Perhitungan Viskositas Kinematik

Untuk waktu pengaliran di atas 43 detik, digunakan persamaan

Redwood untuk menghitung viskositas kinematik.

v=0.00269 t−1.79t

c m2

s

Untuk waktu pengaliran di bawah 43 detik, digunakan persamaan

Engler untuk menghitung viskositas kinematik.

t e=1.8645t0.9923

v=0.00147 t e−3.74

t e

Suhu (°C) t (s) t e v (cm2

s)

v (cSt)

38 53.42 - 0.1102 11.02

60 32.81 59.5519 0.0247 2.47

74 29.90 54.3089 0.01097 1.097

Page 5: 1Laporan Modul 3 FR

95 28.78 52.2899 0.00534 0.534

Tabel 4.1 Perhitungan viskositas kinematik jatibarang heavy

2. Perhitungan Specific Gravity ( γ g )

γg=ρminyak

ρair

W air=W picno+air−W picno

¿17.72−11.92

¿5.8 gram

Volume picnometer=W air

ρair

¿ 5.8 gram

1 gramcm3

¿5.8 c m3

Massa picnometer kosong: 11.92 gram

Suhu (°C) Massa picnometer +

sampel (gram)

Massa sampel (gram)

38 16.859 4.939

60 16.830 4.910

74 16.760 4.840

Tabel 4.2 Massa sampel 2 dengan suhu percobaan

ρminyak=massa minyakvolumeminyak

Page 6: 1Laporan Modul 3 FR

Volume picnometer kosong: 5.8 mL

Suhu (°C) ρminyak (grammL )

38 0.8516

60 0.8466

74 0.8345

Tabel 4.3 Massa jenis sampel 2 dengan suhu percobaan

Asumsi ρair=1 gram /mL

γg=ρminyak

ρair

Suhu (°C) Specific gravity,γg

38 0.8516

60 0.8466

74 0.8345

Tabel 4.4 Specific gravity dengan suhu percobaan

3. Perhitungan Viskositas Dinamik

Untuk menghitung viskositas dinamik

μ=Vk × ρ sampel

Suhu (oC) v¿) v (cSt)ρminyak (

grammL )

µ (poise)

38 0.1102 11.02 0.8516 0.0938

60 0.0247 2.47 0.8466 0.0209

74 0.01097 1.097 0.8345 0.0092

Page 7: 1Laporan Modul 3 FR

95 0.00534 0.534

4. Perhitungan Viscosity Index (VI)

Untuk Viscosity Index (VI) dibawah 100 digunakan rumus:

VI= L−UL−H

x100

L = Viskositas kinematik pada 210°F untuk minyak dengan VI = 0

U = Viskositas kinematik minyak pada 100°F = 11.02 cSt

H = Viskositas kinematik pada 100°F untuk minyak dengan VI = 100

Y = Viskositas kinematik minyak pada 210°F = (data tidak diperoleh)

Karena viskositas kinematik pada 210°F dibawah 2 cSt, digunakan rumus:

L=Y (1.655+1.2665 Y )

H=Y (0.1725+0.34984 Y )

VI=4.195−(7.179 x10−2)4.195−1.895

x100

Karena data viskositas kinematik untuk suhu 99°C tidak berhasil diperoleh,

maka Viscosity Index (VI) tidak dapat dihitung.

b. Sampel 2: Jatibarang light oil

1. Perhitungan Viskositas Kinematik

Untuk waktu pengaliran di bawah 43 detik, digunakan persamaan

Engler untuk menghitung viskositas kinematik.

Persamaan Engler:

t e=1.8645t 0.9923

v=0.00147 t e−3.74

t e

cm2

s

Page 8: 1Laporan Modul 3 FR

Suhu (°F) t(s) t e v (cm2

s)

v (cSt)

100 27.89 50.0685 7.179 x 10-4 7.179 x 10-2

140 26.42 48.034 -7.252 x 10-3 -7.252 x 10-1

180 24.31 44.226 -1.955 x 10-2 -1.955

210 23.3 42.402 -2.587 x 10-2 -2.587

Tabel 4.5 Perhitungan viskositas kinematik jatibarang light oil

2. Perhitungan Specific Gravity (γ g)

γg=ρminyak

ρair

W air=W picno+air−W picno

¿27.47−15.57

¿11.90 gram

Volume picnometer=W air

ρair

¿ 11.90 gram1 gram/cm3

¿11.90cm3

Massa picnometer kosong : 15.57 gram

Suhu (°F) Massapicno + sampel (gram) Massasampel (gram)

100 27.94 12.37

140 27.87 12.3

Page 9: 1Laporan Modul 3 FR

180 27.82 12.25

ρminyak=massa minyakvolumeminyak

Volume minyak = volume picnometer = 11.9 cm3

Suhu (°F) ρminyak (gram/mL)

100 1.0395

140 1.0336

180 1.0294

Sesuai dengan asumsi awal yaitu ρair=1 gram/mL, sehingga specific gravity sama

dengan densitas minyak.

Suhu (°F) Specific gravity,γg

100 1.0395

140 1.0336

180 1.0294

3. Perhitungan Viskositas Dinamik

Untuk menghitung viskositas dinamik

μ=Vk × ρ sampel

Suhu (°F) v¿) v (cSt)ρminyak (

grammL )

µ (poise)

Page 10: 1Laporan Modul 3 FR

100 7.179 x 10-4 7.179 x 10-2 1.0395 7.4625 ×10−4

140 -7.252 x 10-3 -7.252 x 10-1 1.0336 −7.4956 ×10−3

180 -1.955 x 10-2 -1.955 1.0294 −0.02012

4. Perhitungan Viscosity Index (VI)

Untuk Viscosity Index dibawah 100 digunakan rumus:

VI= L−UL−H

x100

L = Viskositas kinematik pada 210°F untuk minyak dengan VI = 0

U = Viskositas kinematik minyak pada 100°F = 7.179 x 10-2 cSt

H = Viskositas kinematik pada 100°F untuk minyak dengan VI = 100

Y = Viskositas kinematik minyak pada 210°F = -2.587 cSt

Karena viskositas kinematik pada 210°F dibawah 2cSt,digunakan rumus :

L=Y (1.655+1.2665 Y )=4.195

H=Y (0.1725+0.34984 Y )=1.895

VI=4.195−(7.179 x 10−2)4.195−1.895

x100=179.27

Karena hasil VI yang didapat diatas 100, maka ulangi dengan rumus Viscosity

Index untuk VI diatas 100:

VI= (antiLogN )−10.00715

+100

Dimana :

N= logH−logUlogY

Page 11: 1Laporan Modul 3 FR

¿ log (1.895 )−log (0.07179 )log (−2.587 )

¿0.2888−0.9545i

VI= (antiLog (0.2888−0.9545 i ) )−10.00715

x100

¿−199.425−220.222 i

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

a. Asumsi dan Korelasi

Mengingat viskositas sampel minyak akan berubah seiiring perubahan temperatur,

disini kita mengasumsikan temperatur sampel minyak tidak berubah selama proses

pengaliran (dengan kata lain kita mengasumsikan viskositas minyak tidak berubah

selama proses pengaliran).

Tekanan ruangan tidak berubah selama percobaan , dan berkurangnya tekanan pada

orifice akibat berkurangnya volume sampel minyak pada oil cup bisa diabaikan

sehingga kita dapat mengasumsikan aliran sampel minyak pada orifice selalu konstan

selama pengaliran.

Sampel minyak bersifat homogen sehingga property sampel minyak pada setiap

titiknya sama.

Sampel minyak bersih dari kontaminasi yang dapat mengubah viskositas dan property

sampel minyak.

Masa jenis air 1 gr

cm3 . Sehingga kita lebih memilih mengkalibrasi volume picnometer

dibanding mengkalibrasi massa jenis air.

Galat pada pengukuran massa, waktu pengaliran, suhu sampel minyak tidak banyak

berpengaruh pada perhitungan sehingga diabaikan.

Redwood, picnometer, dan thermometer bersih dari kontaminasi.

b. Analisis Alat

Page 12: 1Laporan Modul 3 FR

Picnometer

Picnometer adalah labu/botol dengan stopper yang memiliki pipa kapiler,

sehingga gelembung udara dapat keluar dari pipa kapiler tersebut. Digunakan untuk

mengukur densitas suatu sampel liquid secara akurat.

Volume dari picnometer harus kita kalibrasi terlebih dahulu dengan

mengukur massa dari picnometer yang berisi air, dikurangi massa picnometer kosong

lalu dibagi dengan specific grafity dari air.

Spesific grafity sampel tersebut didapatkan dengan cara mengukur massa dari

picnometer yang berisi sampel, dikurangi oleh massa dari picnometer kosong lalu

dibagi dengan volume picnometer tersebut.

Volume dari picnometer harus kita kalibrasi terlebih dahulu dengan

mengukur massa dari picnometer yang berisi air, dikurangi massa picnometer kosong

lalu dibagi dengan specific grafity dari air.

Redwood Viscometer

Redwood viscometer adalah alat untuk mengukur viskositas berdasarkan

lama waktu pengaliran suatu fluida melewati orifice. Untuk melakukan analisa

perubahan viskositas minyak terhadap temperatur, redwood viscometer menggunakan

air yg dipanasi. Disini minyak tidak langsung dipanasi bertujuan untuk menghindari

kemungkinan minyak terbakar selama pemanasan. Alasan dari air digunakan sebagai

media pemanas karena air memiliki kapasitas kalor yang besar sehingga suhunya

stabil selama pemanasan lalu suhu air selama pemanasan di buat merata

menggunakan stirrer di sekeliling oil cup.

c. Analisis Data

Pada percobaan ini dilakukan pengukuran viskositas dengan menggunakan redwood

viscometer, yang diamati adalah waktu pengaliran minyak yang keluar dari orifice

menuju flask sampai 50cc. Selain itu juga di amati berat dari sampel menggunakan

picnometer. Percobaan ini menggunakan 2 sampel minyak, yaitu Jatibarang light oil dan

jatibarang heavy oil. Pengamatan terhadap waktu pengaliran sampel minyak dilakukan

pada temperatur 100oF, 140oF, 180oF, dan 210oF.

Pada sampel jatibarang light oil, waktu pengaliran saat temperatur 100oF adalah 27.89

detik, saat 140oF adalah 26.42 detik, saat 180oF adalah 24.31 detik, dan saat 210oF adalah

23.3 detik. Sedangkan data yang di dapat pada sampel jatibarang heavy oil saat

Page 13: 1Laporan Modul 3 FR

temperature 100oF adalah 53.42 detik, saat 140oF adalah 32.81 detik, saat 180oF adalah

29.90 detik, dan saat 210oF adalah 28.78 detik.

Dalam pengolahan data waktu pengaliran sampel minyak jatibarang light, didapatkan

3 data waktu yang memiliki nilai dibawah 43 detik, sehingga untuk mengukur

viskositasnya harus menggunakan persamaaan Engler. Namun saat dilakukan

perhitungan, diperoleh satu viskositas yang bernilai negatif. Menurut teori, nilai

viskositas tidak mungkin negatif. Hal ini disebabkan karena sebenarnya redwood

viscometer diperuntukkan untuk mengukur viskositas dari minyak fraksi berat, sedangkan

sampel yang digunakan adalah minyak fraksi ringan. Data lain menunjukkan nilai

viskositas yang positif. Pada percobaan ini, saat temperatur pengukuran aliran dinaikkan,

maka viskositas dari sampel akan turun. Hal ini sesuai dengan teori yang ada tentang

hubungan antara viskositas dan temperatur.

Dalam pengolahan data waktu pengaliran sampel minyak jatibarang heavy, data

pengaliran waktu yang didapatkan cukup bervariasi, sehingga untuk mengukur

viskositasnya dapat menggunakan persamaan Redwood untuk waktu pengaliran diatas 43

detik atau persamaan Engler untuk waktu pengaliran dibawah 43 detik. Hasil perhitungan

menunjukkan nilai viskositas yang positif karena sampel yang digunakan adalah minyak

dengan fraksi berat. Hal ini sesuai dengan kegunaan redwood viscometer itu sendiri ,

yaitu mengukur viskositas minyak dengan fraksi berat.

Setelah mendapatkan nilai viskositas sampel minyak, kita dapat mencari nilai

viscosity index (VI) dari sampel minyak tersebut. Untuk menghitung nilai viscosity index

awalnya di asumsikan nilainya berada di antara 0-100. Apabila pada perhitungan di dapat

nilai di atas 100 barulah menggunakan asumsi di atas 100. Untuk jatibarang light oil, saat

digunakan asumsi viscosity index bernilai 0-100, didapatkan nilai viscosity indexnya

sebesar 179.27. dapat diartikan asumsi yang digunakan tidak tepat, maka digunakan

asumsi bahwa nilai viscosity index diatas 100. Karena terdapat nilai viskositas yang

negatif, maka didapatkan nilai imajiner. Hal ini disebabkan karena pengukuran nilai

viskositas kinematik dari light oil tidak tepat menggunakan redwood viscometer. Untuk

jatibarang heavy oil, didapat nilai viscosity index negatif. Hal ini dikarenakan nilai

viskositas kinetic yang didapat pada suhu 210oF terlampau rendah sehingga tidak dapat

digunakan dalam persamaan VI=(L-U/L-H)x100

Untuk tiap temperatur, specific gravity dari sampel minyak dapat dihitung dengan

mengetahui berat sampel minyak dan volumenya dengan menggunakan picnometer

dengan cara menghitung densitas miyak tersebut lalu dibagi dengan densitas air. Namun,

volume yang tertera pada picnometer belum tepat, sehingga diperlukan kalbrasi.

Page 14: 1Laporan Modul 3 FR

Pada percobaan menggunakan jatibarang heavy, dari hasil perhitungan didapat

specific gravity rata-rata dari sampel, yaitu 0.84423 gr/mL dan SG dari sampel yang

nilainya dibawah SG air. Menurut teori hal ini sudah benar. Sedangkan pada percobaan

menggunakan Jatibarang Light, didapat dari perhitungan specific gravity rata-rata dari

sampel yaitu 1.034167 gr/mL. perhitungan yang didapat ini tidak sesuai dengan teori. Hal

ini dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, kesalahan pada kalibrasi volume

picnometer. Kedua, kesalahan asumsi densitas air yang bernilai 1 gr/mL. Ketiga, masih

adanya sisa-sisa sampel minyak pada picnometer pada percobaan sebelumnya yang dapat

menyebabkan kesalahan pembacaan massa picnometer. Karena kesalahan pada

pengukuran SG dari sampel Jatibarang light, maka tidak bisa ditentukan sampel mana

yang memiliki fraksi hidrokarbon berat yang lebih besar.

d. Analisis Grafik

100 140 165 180 2100

10

20

30

40

50

60

Waktu Pengaliran vs Temperatur

light oilLinear ( light oil)heavy oil

Temperatur (oF)

Wak

tu P

enga

liran

(s)

Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa waktu pengaliran berbanding terbalik

dengan temperatur untuk light maupun heavy oil. Jika temperatur naik maka

waktu pengalirannya semakin kecil, begitu juga sebaliknya. Penurunan waktu

pengaliran pada light oil hanya sedikit, sedangkan pada heavy oil lebih besar.

Page 15: 1Laporan Modul 3 FR

100 140 165 180 219

-4-202468

1012

Viskositas Kinematik vs Temperatur

light oilLinear (light oil)heavy oil

Temperatur (oF)

Vsik

osita

s Kin

emati

k (c

St)

Viskositas kinematik juga berbanding terbalik dengan temperatur untuk light

maupun heavy oil. Penurunan viskositas kinematik lebih besar pada heavy oil

dibandingkan light oil.

100 140 165 1800

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

Densitas Minyak vs Temperatur

light oilLinear (light oil)heavy oil

Temperatur (oF)

Dens

itas M

inya

k (g

r/m

l)

Untuk densitas, heavy oil dan light oil juga berbanding terbalik dengan

temperatur. Tetapidisini penurunan densitasnya sangat kecil sehingga pada grafik

hampir terlihat seperti linear.

Page 16: 1Laporan Modul 3 FR

VI. KESIMPULAN

1. Hasil pengukuran viskositas kinematik dan viskositas dinamis yang diperoleh

sebagai fungsi dari waktu pengaliran disajikan dalam tabel:

Temperatur Sampel: Jatibarang Light Sampel: Jatibarang Heavy

°F °C Waktu (s) v (cSt) µ (poise) Waktu (s) v (cSt) µ (poise)

100 38 27.89 7.179 x 10-2 7.4625 ×10−4 53.42 11.02 0.0938

140 60 26.42 -0.7252 −7.4956 ×10−3 32.81 2.47 0.0209

165 74 - - - 29.90 1.097 0.0092

180 82 24.31 -1.955 −0.02012 - - -

210 99 23.3 -2.587 - -

2. Karena data Viscosity Index dari sampel pertama memiliki jawaban yang asumsi

salah dan bilangan complex, dan sampel kedua tidak dapat dihitung, maka

viscosity index dibandingkan secara numerik.

Sampel minyak jatibarang light memiliki viscosity index yang lebih tinggi

dibandingkan sampel minyak jatibarang heavy.

VII. KESAN DAN PESAN

VIII. DAFTAR PUSTAKA

IX. JAWAB PERTANYAAN

Soal

1. Jelaskan mengapa kita perlu mengetahui nilai viskositas minyak dalam petroleum indsutry!

2. Sebutkan dan jelaskan parameter apa saja yang mempengaruhi nilai keekonomian minyak!

Bagaimana hubungan viskositas minyak terhadap parameter tersebut?

3. Manakah yang lebih baik, minyak dengan VI tinggi atau VI rendah? Jelaskan!

4. Gambarkan dan jelaskan grafik Z-factor vs. Pressure!

Page 17: 1Laporan Modul 3 FR

(oh iya ditambah kesan pesan praktikum modul 3 yaaaa..... sama perkembangan gosip yang lagi hot

terkini setengah halaman....(bonusnya gede))

Jawab

1. Viskositas adalah parameter penting yang memerlukan perhatian besar tentang aliran fluida.

Aliran fluida mempengaruhi kemampuan fluida untuk mengalir. Contohnya pada saat transportasi

minyak antara reservoir dan separator. Kekentalan fluida ini sangat mempengaruhi keekonomian

migas, dari manajemen produksinya, pengolahannya maupun nilai ekonomisnya.

Dari manajemen produksi, fluida yang lebih kental lebih memakan waktu lama dalam

produksinya karena alirannya lebih lama dibandingkan yang viskositasnya lebih kecil. Dari segi

pengolahan minyak, viskositas yang tinggi akan lebih sulit pengolahannya apabila diolah secara

dinamik yaitu dengan pengaliran fluida. Tetapi dalam beberapa hal tertentu, viskositas lebih tinggi

berguna dalam pengolahan minyak menjadi padat. Hubungan viskositas dengan nilai ekonomis

adalah viskositas fluida yang tinggi biasanya nilai ekonomisnya lebih rendah karena menjadi

bahan bahan pengolahan seperti aspal, vaseline dan sejenisnya dibandingkan yang viskositasnya

kecil yang biasanya diolah menjadi sumber energi tertentu.

2. Parameter yang mempengaruhi nilai keekonomian minyak adalah

Specific Gravity

Specific gravity adalah rasio densitas minyak dengan densitas air atau rasio densitas

gas dengan densitas udara diukur pada tekanan dan suhu yang sama. Minyak yang memiliki

specific gravity yang rendah lebih diinginkan karena semakin rendah specific gravitynya

berarti minyak banyak mengandung fraksi ringan, sehingga apabila minyak tersebut diolah

akan menghasilkan sumber energi (BBM). Hubungannya dengan viskositas pada umumnya

minyak yang memiliki viskositas rendah juga memiliki specific gravity yang rendah pula.

Minyak yang memiliki rantai carbon yang pendek akan memiliki specific gravity yang

rendah. Hal ini juga berpengaruh yang sama kepada viskositas

Gasoline and Kerosene Content

Minyak yang memiliki kandungan bensin dan minyak tanah yang tinggi lebih

diinginkan,karena produk utama yang ingin diperoleh dari minyak yang diolah adalah BBM.

Hubungannya dengan viskositas adalah Gasoline dan kerosene merupakan fraksi ringan yang

pada umumnya mempunyai specific gravity yang rendah dan viskositas yang rendah pula

Sulfur Content

Page 18: 1Laporan Modul 3 FR

Minyak yang memiliki kandungan sulfur lebih rendah lebih diinginkan, karena sulfur

menyebabkan korosi dan menyulitkan dalam proses pengolahan di kilang. Hubungannya

dengan viskositas sebenarnya secara tidak langsung berhubungan dengan pengaruh spesific

gravity terhadap viskositas. Dengan adanya kandungan sulfur yang lebih banyak, maka massa

jenis fluida tersebut akan lebih besar dan berimbas kepada spesific gravity yang lebih besar

dan membuat viskositas fluida semakin besar.

Asphalt content

Kandungan aspal yang rendah lebih diinginkan, karena kandungan yang diinginkan

adalah gasoline dan kerosene. Gasoline dan kerosene memiliki nilai jual lebih tinggi.

Hubungannya dengan viskositas adalah semakin banyak kandungan aspal pada suatu minyak,

maka specific gravity suatu minyak akan semakin tinggi, karena asphalt mempunyai

kandungan fraksi berat yang banyak. Hal ini akan berpengaruh terhadap viskositas yang

semakin tinggi pula.

Titik Tuang(pour point)

Titik tuang adalah temperatur terendah dimana minyak masih dapat mengalir. Titik

tuang berpengaruh dengan pengaliran minyak. Harga titik tuang yang lebih rendah lebih

diinginkan karena memberikan kesempatan minyak mengalir di suhu yang lebih rendah.

Hubungannya dengan viskositas adalah semakin rendah titik tuang suatu minyak maka

viskositas suatu minyak pada suhu yang lebih rendah akan semakin rendah pula.

Titik Kabut(cloud point)

Titik kabut adalah suhu saat mulai tebentuknya fasa padat jika minyak didinginkan.

Titik kabut yang rendah lebih diinginkan karena padatan dapat menyumbat peralatan.

Hubungannya dengan viskositas adalah semakin rendah titik kabut suatu minyak maka

viskositas suatu minyak pada suhu yang lebih rendah akan semakin rendah pula.

3. VI adalah Viscosity Index adalah nilai ketahanan viskositas fluida terhadap temperature. Semakin

tinggi VI maka semakin tahan viskositas fluida terhadap temperatur dan sebaliknya. Sebenarnya

tidak ada yang VI lebih baik dibandingkan lainnya. Semua ada sesuai kebutuhan. Dalam produksi

minyak pada awalnya akan lebih baik dengan VI yang lebih rendah karena memudahkan apabila

ada injeksi dalam membantu pengeluaran minyak ke permukaan. Sebaliknya fluida tertentu yang

berfungsi sebagai pelindung dan pelicin seperti oli mesin akan lebih baik dengan VI yang tinggi

karena lebih tahan terhadap temperatur yang berubah-ubah dalam piston di mesin bakar. Apabila

oli mesin mempunyai VI yang rendah maka apabila oli didinginkan akan membuat fluida lebih

kental dan menggangu kerja piston dalam mesin bakar dan sebaliknya apabila terlalu panas

Page 19: 1Laporan Modul 3 FR

didalam mesin bakar, maka oli akan lebih cair dan tidak bersifat melindungi piston dalam

kerjanya di mesin bakar.

4.

Grafik diatas adalah Z(compressibility factor) vs P (tekanan). Compressibility factor adalah

perbandingan antara Volume aktual dengan volume ideal dalam suatu keadaan. Garis diatas

menggambarkan perubahan compressibility factor terhadap pressure dalam suhu tertentu

(isothermal). Apabila tekanan mendekati nol, maka keadaan fluida akan sesuai dengan

persamaan gas ideal (PV=zRT). Pada Low-Pressure range, volume gas sebenarnya akan lebih

kecil dari volume gas ideal. Sebaliknya, pada High-Pressure range, volume gas sebenarnya

akan lebih tinggi dibandingkan volume gas ideal.