3. Pengertian adzan dan iqamah

10
Pengertian Adzan dan Iqamah Secara bahasa adzan berarti pemberitahuan atau seruan. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat At Taubah ayat 3 yang artinya “dan ini adalah seruan dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia. Sedangkan secara istilah adalah seruan yang menandai masuknya waktu shalat lima waktu dan dilafazhkan dengan lafazh-lafazh tertentu. Iqamah secara istilah adalah pemberitahuan atau seruan bahwa shalat akan segera didirikan dengan menyebut lafazh-lafazh khusus, Iqamah bisa disebut juga sebagai Adzan kedua. B. Hukum Adzan dan Iqamah Ulama berselisih pendapat tentang hukum adzan. Sebagian ulama mengatakan bahwa hukum adzan adalah sunnah muakkad. Namun pendapat yang lebih kuat dalam masalah ini adalah pendapat yang mengatakan bahwa hukum adzan adalah fardu kifayah. Akan tetapi perlu diingat, hukum ini hanya berlaku bagi laki-laki. Wanita tidak diwajibkan atau pun disunahkan untuk melakukan adzan. Hukum iqamah sama dengan hukum adzan yaitu fardhu kifayah. C. Melafalkan Adzan dan Iqamah Lafal Adzan رَ بْ كَ ا هَ ر، اَ بْ كَ ا هَ ر، اَ بْ كَ ا هَ ر، اَ بْ كَ ا هَ ا ه ِ إَ هَ لِ اَ ْ نَ ده اَ هْ شَ ، أ ه ِ إَ هَ لِ اَ ْ نَ ده اَ هْ شَ أ

Transcript of 3. Pengertian adzan dan iqamah

Page 1: 3. Pengertian adzan dan iqamah

Pengertian Adzan dan Iqamah

Secara bahasa adzan berarti pemberitahuan atau seruan. Sebagaimana Allah

berfirman dalam surat At Taubah ayat 3 yang artinya “dan ini adalah seruan dari

Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia. Sedangkan secara istilah adalah

seruan yang menandai masuknya waktu shalat lima waktu dan dilafazhkan dengan

lafazh-lafazh tertentu.

Iqamah secara istilah adalah pemberitahuan atau seruan bahwa shalat akan

segera didirikan dengan menyebut lafazh-lafazh khusus, Iqamah bisa disebut juga

sebagai Adzan kedua.

B. Hukum Adzan dan Iqamah

Ulama berselisih pendapat tentang hukum adzan. Sebagian ulama

mengatakan bahwa hukum adzan adalah sunnah muakkad. Namun pendapat yang

lebih kuat dalam masalah ini adalah pendapat yang mengatakan bahwa hukum

adzan adalah fardu kifayah. Akan tetapi perlu diingat, hukum ini hanya berlaku

bagi laki-laki. Wanita tidak diwajibkan atau pun disunahkan untuk melakukan

adzan. Hukum iqamah sama dengan hukum adzan yaitu fardhu kifayah.

C. Melafalkan Adzan dan Iqamah

Lafal Adzan

الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر، الله اكبر

أشهده ان ال اله إالللاه ، أشهده ان ال اله إالللاه

Page 2: 3. Pengertian adzan dan iqamah

اشهده ان محمها رسهوله للا ، اشهده ان محمها رسهوله للا

الة حي على الص الة ، حي على الص

حي على الفالح ، حي على الفالح

Adapun untuk lafadz iqomah hampir sama seperti lafadz adzan, hanya saja

diucapkan tidak berulang-ulang namun hanya satu kali. Dan berikut adalah lafadz

iqomah

E. الله اكبر، الله اكبر

أشهده ان ال اله إالللاه

اشهده ان محمها رسهوله للا

الة حي على الص

حي على الفالح

الةه الةه ، قد قامت الص قد قامت الص

الله اكبر، الله اكبر

ال إله إالللا

F . Pengertian Shalat Jama’ah, Dalil, dan Hukumya

Shalat jama‟ah adalah mengerjakan shalat wajib ataupun shalat lainnya yang

dilakukan secara bersama-sama yang terdiri dari beberapa orang muslim baik

perempuan maupun laki-laki yang sekurang-kurangnya terdiri dari 2 orang dan

maksimal tidak terbatas. Shalat secara jama‟ah ini juga sering dikenal dengan

sebutan shalat makmum kemudian untuk mengerjakannya dapat dilakukan di

Page 3: 3. Pengertian adzan dan iqamah

manapun seperti masjid, rumah, dan tanah lapang dan lain-lain. Jamaah

yang terlambat datang maka disebut dengan masbuq.

Untuk hukum shalat jam‟ah bagi kaum laki-laki ataupun perempuan

hukumnya adalah sunah dan shalat memang lebih baik dilakukan dengan

berjama‟ah dari pada sendiri-sendiri, hal ini seperti sabda nabi Muhammad Saw

yang membahas tentang keutamaan shalat berjama‟ah seperti,” shalat berjama‟ah

itu lebih baik dan utama dari pada shalat sendirian. Dan manusia yang paling

besar pahalanya dalam shalat ialah yang paling jauh perjalananya, lalu yang

selanjutnya. Dan seseorang yang menunggu shalat hingga melakukannyasendirian

lalu tidur (HR. Muslim).

Diantara dalil-dalil tersebut adalah:

1. Perintah Allah Ta’ala untuk Ruku’ bersama orang-orang yang Ruku’

Berkata Al-Imam Abu Bakr Al-Kasaniy Al-Hanafiy ketika menjelaskan

wajibnya melaksanakan shalat berjama‟ah: “Adapun (dalil) dari Al-Kitab adalah

firman-Nya: “Dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’.” (Al-Baqarah:43).

Allah Ta‟ala memerintahkan ruku‟ bersama-sama orang-orang yang ruku‟,

yang demikian itu dengan bergabung dalam ruku‟ maka ini merupakan perintah

menegakkan shalat berjama‟ah. Mutlaknya perintah menunjukkan wajibnya

mengamalkannya.” (Bada`i‟ush-shana`i‟ fi Tartibisy-Syara`i‟ 1/155 dan Kitabush-

Shalah hal.66).

2. Perintah melaksanakan Shalat berjama’ah dalam keadaan takut

Tidaklah perintah melaksanakan shalat berjama‟ah dalam keadaan biasa

saja, bahkan Allah telah memerintahkannya hingga dalam keadaan takut. Allah

Page 4: 3. Pengertian adzan dan iqamah

berfirman: “Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu

kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah

segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang

senjata…”. (An-Nisa`:102).

Maka apabila Allah Ta‟ala telah memerintahkan untuk melaksanakan

shalat berjama‟ah dalam keadaan takut maka dalam keadaan aman adalah lebih

ditekankan lagi (kewajibannya). Dalam masalah ini berkata Al-Imam Ibnul

Mundzir: “Ketika Allah memerintahkan shalat berjama’ah dalam keadaan takut

menunjukkan dalam keadaan aman lebih wajib lagi.” (Al-Ausath fis Sunan Wal

Ijma‟ Wal Ikhtilaf 4/135; Ma‟alimus Sunan karya Al-Khithabiy 1/160 dan Al-

Mughniy 3/5).

3. Perintah Nabi untuk melaksanakan shalat berjama’ah

Al-Imam Al-Bukhariy telah meriwayatkan dari Malik bin Al-Huwairits:

Saya mendatangi Nabi dalam suatu rombongan dari kaumku, maka kami tinggal

bersamanya selama 20 hari, dan Nabi adalah seorang yang penyayang dan lemah

lembut terhadap shahabatnya, maka ketika beliau melihat kerinduan kami kepada

keluarga kami, beliau bersabda: “Kembalilah kalian dan jadilah bersama mereka

serta ajarilah mereka dan shalatlah kalian, apabila telah datang waktu shalat

hendaklah salah seorang diantara kalian adzan dan hendaklah orang yang paling

tua (berilmu tentang Al-Kitab & As-Sunnah dan paling banyak hafalan Al-

Qur`annya) diantara kalian mengimami kalian.” (Hadits Riwayat Al-Bukhari no.

628, 2/110 dan Muslim semakna dengannya no. 674, 1/465-466).

Page 5: 3. Pengertian adzan dan iqamah

Maka Nabi yang mulia memerintahkan adzan dan mengimami shalat

ketika masuknya waktu shalat yakni beliau memerintahkan pelaksanakannya

secara berjama‟ah dan perintahnya terhadap sesuatu menunjukkan atas

kewajibannya.

G. Syarat menjadi Imam dan Makmum

Syarat untuk menjadi imam adalah sebagai berikut:

1) Lebih banyak mengerti dan paham masalah ibadah shalat

2) Lebih banyak hafal surat-surat Alqur‟an

3) Lebih senior/tua daripada jama‟ah lainnya

4) Laki-laki, tetapi jika semua makmum adalah wanita, maka imam boleh

perempuan.

Sedangkan untuk syarat-syarat makmum adalah sebagai berikut:

1) Niat untuk mengikuti imam dan mengikuti gerakan imam

2) Berada satu tempat dengan imam

3) Laki-laki dewasa tidak syah jika menjadi makmum imam perempuan

4) Jika imam batal, maka seorang makmum menggantikan imam

5) Jika imam lupa jumlah raka‟at atau salah gerakan shalat, makmum

mengingatkan dengan membaca SubhanAllah dengan suara yang dapat didengar

imam. Untuk makmum perempuan dengan cara bertepuk tangan.

6) Makmum dapat melihat dan mendengar imam

7) Makmum berada di belakang imam

8) Mengerjakan ibadah shalat yang sama dengan imam

Page 6: 3. Pengertian adzan dan iqamah

9) Jika datang terlambat, maka makmum akan menjadi masbuq yang boleh

mengikuti imam sama seperti makmum lainnya, namun setelah imam salam

masbuq menambah jumlah raka‟at yang tertinggal. Jika berhasil mulai dengan

mendapatkan ruku‟ bersama imam walaupun sebentar maka masbuq mendapatkan

satu raka‟at. Jika masbuq adalah makmum pertama, maka masbuq menepuk

pundak imam untuk mengajak shalat berjama‟ah.

H. Tata cara membuat shaf (baris) dalam Berjama’ah

Dianjurkan bagi para jama‟ah untuk meluruskan shafnya didalam shalat,

tidak sebagiannya lebih maju dari sebagian lainnya (bengkok) dan tidak

meninggalkan celah didalamnya. Dianjurkan pula bagi seorang imam untuk

mengingatkan jama‟ahnya sebelum shalat ditegakkan dengan mengatakan

diantaranya:

“Luruskanlah shaf-shaf kalian maka sesungguhnya lurusnya barisan adalah

diantara kesempurnaan menegakkan shalat”.

Bagian dari kelurusan shaf jama‟ah shalat adalah mengisi penuh terlebih

dahulu shaf pertama baru kemudian shaf kedua begitu seterusnya. Tidak mengisi

shaf kedua sementara shaf pertama masih kosong, berdasarkan hadits yang

diriwayatkan oleh Abu Daud dari Anas bin Malik dia berkata: Rasulullah Saw.

bersabda sempurnakanlah shaf yang pertama, kemudian yang berikutnya.

Kalaupun ada shaf yang kurang, maka hendaklah dia dishaf belakang.

Adapun shaf dalam shalat jama‟ah yaitu dimulai dari tengah lurus dengan

imam kemudian isi sebelah kanan terlebih dahulu setelah itu kiri secara bergantian

Page 7: 3. Pengertian adzan dan iqamah

hingga satu shaf penuh. Kemudian ganti ke shaf berikutnya dengan cara yang

sama.

I. Pengertian Makmum Masbuq dan Cara Shalatnya

Adalah makmum yang terlambat satu raka‟at atau lebih bersama imam disaat

shalat berjama‟ah. Raka‟at disini adalah sampai ruku, jadi jika ada seorang

makmum yang terlambat ruku bersama imam dalam raka‟at pertama saat shalat

berjama‟ah maka dia di sebut makmum masbuq, (Pendapat jumhur Ulama).

Namun ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa makmum masbuq adalah

makmum yang tertinggal bacaan Al-fatihahnya dari imam. Sedangkan menurut

imam Syafi‟i adalah orang yang tidak mengikuti atau tidak mengetahui takbiratul

ihromnya imam maka dia di kategorikan makmum masbuq.

Cara shalat berjama‟ah makmum masbuq memiliki ketentuan-ketentuan

seperti,

a. Apabila makmum masbuq ketika takbiratul ihram mendapati imam mau atau

sedang melakukan ruku‟ maka dia harus membaca Fatihah sedapatnya (meskipun

tidak sempurna) dengan tanpa membaca ta‟awudz ataupun membaca bacaan

iftitah dan wajiblah bersegera melakukan rukuk bersama imam. Sebab bacaan Al-

fatihah yang tidak sempurna oleh makmum masbuq tadi sudah ditanggung imam.

Namun apabila menurut perkiraan jika dia membaca fatihah tapi telat rukuk

bersama imam, maka dia harus langsung ruku‟ setelah melakukan takbiratul

ihram.

Page 8: 3. Pengertian adzan dan iqamah

b. Apabila makmum masbuq ketinggalan satu raka‟at atau lebih dari imam, maka

ketika dia hendak menyempurnakan sholatnya harus mengikuti ketentuan-

ketentuan shalat yang berlaku dalam shalat itu (qunut dalam raka‟at ke dua shalat

subuh, tahiyyat awal di setiap dua raka‟at selain subuh dan tahiyyat akhir di setiap

akhir raka‟at shalat.

c. Apabila seorang musholli (orang yang shalat) terlambat satu raka‟at dalam shalat

subuh kemudian dia ingin menyempurnakaan raka‟at yang kedua, maka

hendaknya ia membaca qunut lagi meskipun pada raka‟at sebelumnya ia sudah

membaca qunut bersama imam.

d. Apabila ia ketinggalan dua raka‟at dalam shalat maghrib, lalu ia ingin

menyempurnakan dua raka‟at tersebut maka hendaknya ia membaca tahiyyat awal

pada raka‟at pertama (dari rakaat yang tertinggal) dan harus membaca tahiyyat

akhir pada raka‟at terakhir

J. Cara-cara mengingatkan imam yang lupa dan Batal

Jika imam lupa dalam bacaan atau ayat, cara mengingtkannya dalah dengan

meneruskan bacaan atau ayat tersebut yang benar, jika imam terus saja maka

makmum hendaknya tetap mengikuti imamnya.

Jika imam keliru dalam gerakannya maka hendaklah makmum

mengingatkannya, caranya adalah dengan makmum mengucapkan tasbih

(subhanAllah) bagi makmum laki-laki dan bagi makmum perempuan dengan

menepukkan punggung telapak tangan kiri pada bagian dalam telapak tangan

kanan. Kedua cara tersebut, baik ucapan tasbih ataupun tepuk tangan harus bisa

Page 9: 3. Pengertian adzan dan iqamah

terdengar oleh imam. Apabila kekeliruan itu adalah bacaannya hendaklah

makmum membenarkannya.

Bila imam lupa meninggalkan rukun salat seperti sujud dan ruku‟, dan

makmum telah mengingatkannya dengan tasbih, ia wajib segera melaksanakannya

dan setelah itu melaksanakan sujud sahwi.

Khusus pada masalah imam lupa melaksanakan tashyahud awal, bila imam

telah terlanjur berdiri tegak ketika makmum mengingatkannya, maka imam tidak

perlu kembali duduk, namun melanjutkan salat melakukan sujud sahwi. Namun

bila imam belum berdiri tegak, misalnya masih dalam keadaan jongkok, ia harus

kembali duduk dan melakukan sujud sahwi. Jadi hanya dalam masalah lupa

meninggalkan amalan sunnah shalat, imam boleh melanjutkan salat dan tidak

menggubris peringatan dari makmum.

Apabila dalam melaksanakan shalat tiba-tiba imam batal maka dapat

melakukan hal-hal sebagai berikut:

Imam dapat melakukan salah satu dari dua hal berikut, (1) imam mundur dari

barisan dan memegang tangan makmum yang ditunjuk supaya maju ke depan.

Inilah cara yang dilakukan Umar bin Khattab saat beliau ditusuk ditengah shalat,

kemudian ia memegang tangan Abdurrahman bin „Awf agar menggantikan beliau

berlaku sebagai imam (HR. Al- Bayhaqy).

(2) imam mundur dari tempatnyatanpa menunjuk pengganti, dalam situasi ini

maka makmum terdekat dapat mengambil inisiatif untuk maju atau menunjuk

teman di sampingnya untuk maju,

Page 10: 3. Pengertian adzan dan iqamah

(3) kalau ternyata imam ngeloyor pergi, sedangkan makmum tidak ada yang maju

mengganti imam, maka seluruh makmum harus niat mufaroqoh atau niat keluar

dari shalat jama‟ah dan shalat sendiri-sendiri. Apabila imam batal saat sujud,

maka ia mundur dan menunjuk pada makmum terdekat untuk menjadi imam dan

meneruskan shalat berjama‟ah. Makmum yang ditunjuk lalu maju dan mengulangi

sujud yang tidak sah. Pergantian imam oleh makmum disebut istikhlaf sedangkan

makmum yang mengganti imam disebut khalifah.