4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

61
BAB II PEKATAN TEORETIS DAN HASIL PENELITIAN Pada Bab I penulis telah menguraikan gambaran umum tentang Jemaat Usi Apakaet Kuankobo. Selanjutnya dalam bab ini penulis akan memaparkan teori-teori mengenai Pendidikan Agama Kristen (PAK) dalam menjalankan pelayanan terhadap anak dan remaja. Dalam kegiatan pendidikan, tentunya murid, guru dan materi sangat penting dalam proses belajar mengajar dengan tujuan yang jelas dan operasional, yang semuanya termasuk bagian dari kurikulum. 1 Selanjutnya akan dipaparkan hasil penilitian, yaitu mengenai realita pelayanan anak dan remaja serta penggunaan unsur PAK dalam pelayanan anak dan remaja di Jemaat Usi Apakaet Kuankobo. Terakhir akan dibuat analisa dan kesimpulan. 2.1. Pendekatan Teoritis PAK 2.1.1. Pendekatan Teoritis PAK Pendidikan agama perlu dijaga dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, semua pihak, baik itu itu guru agama, orang tua, 1 Tabita Kartika Christiani, “Pendidikan Anak: Penting Tetapi disepelehkan?” dalam Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan: Kumpulan Karangan Seputar PAK, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999, hlm. 126-127. Page 1

description

ffff

Transcript of 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

Page 1: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

BAB II

PEKATAN TEORETIS DAN HASIL PENELITIAN

Pada Bab I penulis telah menguraikan gambaran umum tentang Jemaat Usi Apakaet

Kuankobo. Selanjutnya dalam bab ini penulis akan memaparkan teori-teori mengenai Pendidikan

Agama Kristen (PAK) dalam menjalankan pelayanan terhadap anak dan remaja.

Dalam kegiatan pendidikan, tentunya murid, guru dan materi sangat penting dalam proses

belajar mengajar dengan tujuan yang jelas dan operasional, yang semuanya termasuk bagian dari

kurikulum.1 Selanjutnya akan dipaparkan hasil penilitian, yaitu mengenai realita pelayanan anak

dan remaja serta penggunaan unsur PAK dalam pelayanan anak dan remaja di Jemaat Usi

Apakaet Kuankobo. Terakhir akan dibuat analisa dan kesimpulan.

2.1. Pendekatan Teoritis PAK

2.1.1. Pendekatan Teoritis PAK

Pendidikan agama perlu dijaga dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, semua pihak,

baik itu itu guru agama, orang tua, dan juga para nara didik, dalam hal ini anak dan remaja, perlu

memperhatikan bagaimana pentingnya pendidikan agama itu bagi kehidupan spiritualitas

mereka. Pokok-pokok yang akan dibicarakan dalam pendekatan teoritis PAK tersebut, antara

lain:

2.1.1.1. Pengertian PAK

Istilah PAK dari bahasa Inggris Christian Religious Education (Pendidikan

Agama Kristen), yang oleh beberapa ahli didefinisikan sebagai berikut:

1 Tabita Kartika Christiani, “Pendidikan Anak: Penting Tetapi disepelehkan?” dalam Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan: Kumpulan Karangan Seputar PAK, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999, hlm. 126-127.

Page 1

Karen Campbell-Nelson, 02/24/16,
Asri – sistem pernomoran dalam bab ini jauuuh terlalu kacau . . . sampai 2.1.1.1.2. dst. – itu terlalu. Coba disederhanakan. Saya berikan contoh s/d 2.1.5 (hal. 10), tetapi Asri butuh perbaiki sisa dari bab ini.
Page 2: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

a. Augustinus

PAK adalah pendidikan yang bertujuan menghantar para pelajarnya untuk

bertumbuh dalam kehidupan rohani, terbuka dengan Firman Tuhan dan memperoleh

pengetahuan akan perbuatan Allah melalui Alkitab dan bacaan rohani lain. Semuanya

itu untuk memperoleh hikmat dari Allah.2

b. Martin Luther

PAK adalah pendidikan yang melibatkan semua warga jemaat, khususnya

kaum muda, agar bisa belajar secara teratur dan tertib sehingga sadar akan dosa dan

kemerdekaan yang Allah kerjakan melalui Yesus Kristus. Di samping itu warga

jemaat perlu dilengkapi dengan berbagai sumber iman sehingga mampu mengambil

bagian secara bertanggung jawab dalam pelayanan terhadap masyarakat, negara, dan

gereja.3

c. E. G. Homrighausen

PAK adalah pendidikan yang melaluinya “segala pelajar”, yang tua dan

muda, memasuki persekutuan iman yang hidup dengan Tuhan sendiri dan dalam Dia

mereka terhisab pula pada persekutuan jemaatNya yang mengakui dan

mempermuliakan namaNya di segala waktu dan tempat.4

2.1.1.2. Hakikat PAK

Ada dua aliran pemikiran yang berbicara mengenai hakekat PAK. Aliran yang

satu mengutamakan aspek pengajaran dan aliran yang lain menitikberatkan aspek

2 Ibid, hlm. 128.3 Ibid, hlm. 342.4 E. G. Homrighausen & I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011, hlm 26.

Page 2

Page 3: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

pengajaran atau pendidikan itu hendak membangunkan kepercayaan Kristen dalam diri

para murid itu dengan jalan menyampaikan pengetahuan. Bagi guru PAR yang telah

menerima pengetahuan itu dari generasi yang lampau dan mereka pula telah

menerimanya dari orang tua dan pemimpin rohani mereka dan seterusnya. Inilah jalan

yang dikehendaki Tuhan, supaya FirmanNya yang mendatangkan keselamatan turun

temurun diserahkan dan disampaikan kepada generasi yang berikut. Gereja menjadi alat

Tuhan untuk memelihara dan membagikan harta benda rohani yang berharga kepada

umat manusia di segala waktu dan tempat, khususnya kepada ahli waris perjanjian Tuhan,

yakni jemaat Yesus Kristus. Aliran yang menekankan pengalaman keagamaan

menitikberatkan pengalaman rohani setiap orang Kristen. Segala perhatian mereka

dipusatkan kepada perkembangan pribadi murid-murid. Aliran ini berusaha untuk

mendidik anak-anak dan pemuda-pemuda supaya mereka hidup secara harmonis dan

supaya melayani masyarakat selaku pribadi yang jujur dan luhur.5

Pada hakekatnya tidak perlu seseorang dipaksa untuk memilih antara kedua

pandangan di atas, melainkan mempergunakan unsur-unsur yang baik dan benar dalam

kedua-duanya. Oleh karena itu, maka hakekat PAK adalah usaha yang dilakukan secara

berkelanjutan dalam rangka mengembangkan kemampuan pada nara didik agar dengan

pertolongan Roh Kudus mereka dapat memahami dan menghayati kasih Allah di dalam

Yesus Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari terhadap sesama dan

lingkungan hidupnya.6

5 Ibid, hlm. 35-36.6 Ibid, hlm. 37.

Page 3

Karen Campbell-Nelson, 02/23/16,
Asri – jalan keluar kalimat tak lengkap itu BUKAN untuk menghapus sesuatu yg penting untuk ditekankan, melainkan merubah penyusunan supaya mengoreksi kalimat tak lengkap itu. Beta telah membuatnya bagimu di sini . . .
Page 4: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

2.1.1.3. Tujuan PAK

Banyak ahli yang merumuskan tujuan PAK. Menurut Marthen Luther,

tujuan PAK adalah melibatkan semua warga jemaat, khususnya yang muda, dalam

rangka belajar secara teratur dan tertib agar semakin sadar akan dosa mereka. Selain itu

dapat bergembira dalam Firman Yesus Kristus yang memerdekakan mereka. Tujuan PAK

juga memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya pengalaman berdoa,

Alkitab, dan rupa-rupa kebudayaan. Dengan demikian mereka mampu melayani

sesamanya, termasuk masyarakat dan negara, serta mengambil bagian secara bertanggung

jawab dalam persekutuan Kristen, yaitu gereja.7

Menurut Calvin, tujuan PAK ialah mendidik warga gereja agar mereka dilibatkan

dalam penelaahan Alkitab secara cerdas yang dibimbing oleh Roh Kudus. Mereka

diajarkan untuk mengambil bagian dalam kebaktian.8

Dengan demikian, tujuan pokok Pendidikan Kristen, adalah memperlengkapi

warga jemaat, termasuk di dalamnya anak dan remaja, agar dapat mewujudkan tanda-

tanda kerajaan Allah dalam Yesus Kristus, sambil menantikan penggenapannya.9 Tujuan

pendidikan sering disebut juga dengan visi dan misi. Visi (dari bahasa Latin vissio yang

berarti melihat) berarti cara pandang atau melihat ke masa depan, kepada sesuatu yang

diharapkan akan terwujud. Sedangkan misi (dari bahasa Latin mission yang berarti

7 Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembagan dan Pemikiran PAK, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2000, hlm. 342.8 Ibid, hlm. 415. 9 Thomas H. Groome, Christian Religious Education: Sharing our Story and Vision, San Francisco: Harper & Row, 1980, hlm. 35.

Page 4

Page 5: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

pengutusan dan mittere yang berarti mengutus) berarti pengutusanNya. Karena itu, visi

dan misi tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Visi dan misi pendidikan (anak) adalah

Kerajaan Allah.10 Artinya bahwa kerajaan Allah itu telah datang di dalam Yesus Kristus;

zaman sekarang orang beriman dipanggil untuk hidup dalam kerajaan Allah itu sambil

menantikan kesempurnaanNya pada akhir zaman.

Dalam terang pemahaman di atas, maka tujuan tertinggi dari PAK adalah

membantu peserta didik belajar mengenal Allah di dalam Yesus Kristus dan melalui

FirmanNya. Mengenal Allah berarti memiliki relasi (diperdamaikan) dengan Allah oleh

Yesus Kristus. PAK tidak hanya membimbing murid mengetahui berbagai kebenaran

ilmiah dan mempelajari berbagai ketrampilan hidup, tetapi juga mengenal kebenaran

Allah di dalam dan melalui Yesus Kristus. Hal ini harus menjadi nilai yang mendasari

proses pendidikan dan pembelajaran. Upaya ini tidak cukup hanya melalui penjelasan

(pengajaran), tetapi juga harus melaui keteladanan hidup para guru. Etika dan estetika

pelayanan keguruan berlandaskan pada kasih Allah dan disampaikan melalui dialog,

diskusi, kegiatan-kegiatan bermakna, dan ibadah. Selain itu juga, tujuan PAK, dalam

kerangka keadilan, perdamaian, dan kutuhan penciptaan melalui perhatian gereja,

menjelaskan mengenai hubungan manusia dengan sesama dan juga dengan alam semesta.

2.1.1.4. Pelaku dan Tempat Pelaksanaan PAK

Pelaku dan tempat berlangsungnya PAK bagi anak dan remaja terdiri atas tiga

komponen, yaitu:

10 Tabita Kartika Christiani, “Pendidikan Anak: Penting Tapi Disepelekan?” dalam Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan: Kumpulan Karangan Seputar PAK, Jakarta: BPK Gounung Mulia, 1999, hlm. 130.

Page 5

Page 6: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

a. Keluarga

Keluarga merupakan komponen pertama dan utama dari PAK. Keluarga

adalah tempat pertama bagi anak, lingkungan pertama yang memberi penampungan

baginya, tempat anak akan memperoleh rasa aman. Keluarga inti terdiri dari orangtua

dan anak yang merupakan kelompok primer yang terikat satu sama lain karena

hubungan keluarga ditandai dengan kasih sayang, perasaan yang mendalam, saling

mendukung dan kebersamaan dalam kegiatan-kegiatan pengasuhan. Suami-istri yang

selanjutnya menjadi ayah-ibu merupakan anggota keluarga penting dalam

membentuk keluarga yang utuh dan sejahtera.11

Hal ini disebabkan karena adanya peranan dari orang tua dalam mengasuh

dan membimbing anaknya. Akan tetapi sesungguhnya bukan hanya anak yang belajar

dan mengalami pertumbuhan di dalam keluarga, tetapi sesungguhnya seluruh anggota

keluarga dapat saling belajar serta memahami satu sama lain dengan saling

berinteraksi.

Ketika orangtua menjalankan peranan pendidikannya terhadap anak, ia sendiri

belajar untuk bertumbuh dalam iman, tindakan atau sikap, bahkan pengetahuan yang

dimilki. Walaupun demikian pusat perhatian lebih dikhususkan kepada peranan orang

tua sebagai agen atau alat pendidikan bagi anak mereka.

11 Yulia Singgih, Asas-Asas Psikologi Keluarga Idaman, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002, hlm. 43-44.

Page 6

Page 7: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

Keluarga Kristen adalah pemberian Tuhan yang tak ternilai harganya.

Keluarga Kristenlah yang memegang peranan penting dalam PAK. Di seluruh Alkitab

terlihat betapa pentingnya keluarga yang dipakai oleh Tuhan sebagai saluran dan

jalan keselamatan yang dirancangkan Tuhan bagi umat manusia.12

Relasi yang penuh kasih, hangat, dan terpercaya merupakan landasan paling

penting. Untuk itu, kualitas waktu pada saat bersama anak sangat penting. Kesibukan

ayah dan ibu dalam membina karier akan mengurangi waktu berkumpul bersama

dengan anak. Oleh karena itu, orang tua hendaknya memiliki strategi dalam membina

relasi dengan anak.13

Orangtua mempunyai tanggung jawab untuk mendidik anak mereka di dalam

iman kepada Tuhan serta cara hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Tidak ada

lembaga lain yang melebihi hak orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Dengan

adanya pendidikan formal, maka perananan keluarga dalam pendidikan menjadi agak

tergeser. Dahulu, sebelum adanya sekolah, maka seluruh tanggung jawab mendidik

ada pada orang tua dan masyarakat melalui interaksi anak dan lingkungannya. Begitu

pula dengan adanya kegiatan pelayanan dan pendidikan iman, maka banyak orang tua

lebih suka mengirimkan anak ke gereja dan mengabaikan tugasnya dalam mendidik

anak. Kenyataan ini dapat dipahami karena pada satu sisi banyak orang tua tidak

12 E. G. Homrighausen dan I. H. Enklar, Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004, hlm. 128-129.13 Sawitri Supardi Sadarjoen, Pernak Pernik Hubungan Orang Tua-Remaja (Anak Bertingkah, Orang Tua Mengekang), Jakarta: Bulan Kompas, 2005, hlm. 9.

Page 7

Page 8: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

mempunyai pendidikan yang memadai serta karena kesibukan kerja, sehingga mereka

beranggapan bahwa sebaiknyalah anak mereka dididik oleh guru yang professional di

gereja atau di sekolah. Namun apapun alasannya, kenyataan di atas tidak dapat

dibenarkan secara teologis.14

b. Sekolah

Secara umum pendidikan merupakan pengalaman belajar yang berlangsung

dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Secara hukum pendidikan dapat

diartikan seperangkat konsep peraturan yang berlaku dan menjadi titik tolak atau

acuan dalam rangka praktek pendidikan dan studi pendidikan.15

Sekolah sebagai lembaga, harus menunjukkan peran sosialnya. Ada fungsi

sosialisasi dari pendidikan agama Kristen sesuai dengan ajaran Alkitab bahwa

manusia adalah makhluk sosial ciptaan Allah. Sekolah harus menjadi wakil gereja

dan wakil keluarga dalam membawa peserta didik berinteraksi secara sehat dengan

sesamanya. Untuk tujuan ini, maka sekolah harus memfasilitasi aktifitas dimana

peserta didik menerima dirinya sebagai makhluk sosial dan mengembangkan berbagai

ketrampilan sosialnya, termasuk berelasi, dan berkomunikasi dengan orang lain

secara efektif. Hidup bersama orang lain, dengan segala keunikannya, harus dipelajari

oleh peserta didik di sekolahnya. Bagaimana murid memperlakukan rekannya yang

berada dengan dirinya, demikian halnya guru juga patut memberi teladan dalam

14 Danial [tolong cek ejaan namanya!] Nuhamara, Pendidikan Agama Kristen (Suatu Pengantar Untuk Teori dan Praktek), Salatiga: Widya Sari Preses, 2004, hlm. 43-45.15 Fatmawati Widyansari, Modal Hukum dalam Pendidikan Berkualitas, 11 Juni 2015, diunduh dari http://eprints.

uny.ac.id/20249/

Page 8

Page 9: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

memperlakukan murid yang keyakinan, sikap, dan pandangan berbeda dengan dirinya

secara baik.

Berbagai program peningkatan ketrampilan sosial dan pembinaan karakter

peserta didik harus menjadi salah satu ciri khas dalam pendidikan Kristen. Untuk

mencapai tujuan itu, tentunya diperlukan pendidik atau guru Kristen yang sungguh-

sungguh mengenal Allah di landasan atau tolok ukur. Guru hendaknya memiliki

panggilan keguruan yang dipandangnya sebagai karunia Allah. Guru hendaknya

mengasihi dan mendoakan muridnya, dengan kasih Allah dan rindu membawa

mereka berjumpa dengan Allah. Selain itu juga guru mempunyai etos kerja yang

senantiasa diperbaharui oleh Roh Kudus sehingga mengijinkan dirinya digunakan

Allah sebagai saluran kuasa dan hikmat serta kasih.

c. Gereja

Tugas dan panggilan gereja adalah mewujudkan dan melanjutkan misi Yesus

Kristus. Salah satu tugas utama gereja adalah mengajar seperti Kristus. Dalam

pandangan Yesus, gereja dipanggil dari dunia, diutus ke dalamnya menjadi berkat

bagi banyak orang sehingga nama Allah dipermuliakan (Yohanes 17:16, 19). Dalam

Matius 28:19-20, Yesus memberi mandat agar gereja melaksanakan tugas

“menjadikan semua bangsa muridNya”. Tugas ini diwujudkan oleh gereja dengan

melaksanakan penginjilan, pembaptisan, dan pengajaran. Artinya, keseluruhan dasar

atau informasi dalam pelayanan gereja adalah terletak pada pembinaan atau

pendidikan warga jemaat, guna mendorong mereka bertumbuh menuju kedewasaan

dalam Yesus Kristus (Efesus 4:15-16).16

16 B. Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen, Yogyakarta: Yayasan Andi, 1999, hlm. 42-44.

Page 9

Page 10: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

Selanjutnya Iris V. Cully mengatakan bahwa:17

Persekutuan Kristen mendasarkan jaminan bagi pengajaran untuk mengingat bagaimana Allah telah memimpin dan mengajar umatNya di sepanjang sejarah. Memang tidak jelas bagi si anak, dan mungkin maknanya berbeda menurut si anak sendiri, perkembangannya, hubungan pribadinya, kaitannya dengan gereja dan hubungan sendiiri dengan Allah.

Gereja juga mengajar melalui hubungan-hubungan yang ada antara orang dewasa dan anak-anak di gereja. Ada gereja di mana anak-anak tidak merasa diterima. Hal ini tidak dengan sendirinya menunjuk pada kenyataan bahwa kelas mereka bertemu di dapur, meskipun itu mungkin merupakan gejala sikap masa bodoh orang-orang dewasa. Ini menunjuk pada sejauh mana pelayanan anak dan remaja anggota dewasa sungguh-sungguh menkimati kehadiran anak-anak di tengah mereka ataukah anak-anak sekedar ditolerir.

Karena itu, gereja perlu memperhatikan pelayananan terhadap anak dan

remaja. Perhatian ini sebagai suatu upaya gereja mengajar melalui partisipasi anak

dan orang dewasa dalam keseluruhan umat Kristen.18 Dari sudut pandang ini

wewenang dan fungsi mengajar dari gereja berbeda dengan pengertian umum. Gereja

digambarkan sebagai sebuah sekolah dengan guru-guru rohani yang mengajarkan

ajaran tentang Kristus.19

Pembekalan bagi guru dengan berbagai alat peraga juga menjadi sangat

penting dalam pendidikan mengingat perkembangan motorik anak-anak sehingga

mereka lebih cepat tangkap lewat alat peraga. Beberapa alat permainan dan alat

bermain yang sederhana seperti kertas koran, bola balok titian, dan tongkat dapat

17 Iris V. Cully, Dinamika Pendidikan Kristen, diterjemahkan oleh P. Siahaan dan Stephen Sulaeman, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009, hlm 95-97.18 Ibid, hlm. 98.19 N. K. Atmadja Hadinoto, Dialog dan Edukasi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993 hlm. 274.

Page 10

Karen Campbell-Nelson, 02/24/16,
Asri – beta ulangi komentar sebelumnya: Apakah Asri yakin ini kutipan langsung? sebab kurang masuk akal. Beta menambah: APA yang “memang tidak jelas bagi si anak?” TOLONG kembali kepada sumber asli (buku Iris V. Cully) dan cek tulisannya.
Page 11: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

dipakai untuk membantu memperkembangkan aspek motorik ini.20 Dengan demikian,

maka perhatian gereja pada pendidikan anak-anak tidak hanya sekedar program

pelayanan, tetapi perlu memperhatikan sarana dan prasarana yang ditunjang oleh

pendanaan yang memungkinkan demi terselenggaranya semua kegiatan pelayanan.

2.1.52. Unsur-unsur Penting dalam PAK

Pada bagian sebelumnya telah dibahas mengenai

pendekatan teoritis PAK (pengertian, hakekat, tujuan dan pelaku PAK) yang menyatakan

betapa pentingnya pendidikan dan pelayanan iman dalam kehidupan. Berkaitan dengan

hal tersebut, pelaksanaan PAK tidak terlepas dari unsur penting yang menunjang proses

tersebut, di antaranya:

2.1.2.1.a. Kurikulum

Kurikulim dalam bahasa Inggris dipakai kata curriculum, arti aslinya ialah

lapangan perlombaan. Jika diterjemahkan secara harafiah, tentu perlombaan dimulai

dari satu tempat yang tertentu dan berakhir pula pada tempat yang tertentu. Dalam

perlombaan tersebut tentu ada peraturan dan tata cara serta pedoman pelaksanaan

perlombaan. Hal inilah yang dikaitkan dengan kurikulum pelajaran. Sebuah

pendidikan diumpamakan sebagai perlombaan yang di dalamnya perlu ada bagian

yang mengantar guru dan murid sebagai peserta lomba hingga pada akhir

perlombaan.21

20 Ibid, hlm. 12.21E. G. Homrighausen & I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011, hlm. 48,49.

Page 11

Page 12: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

Menurut Hilda Taba, suatu kurikulum biasanya mengandung suatu pernyataan

mengenai maksud dan tujuan tertentu; ia memberi petunjuk tentang beberapa pilihan

dan susunan isinya; di dalamnya menyiratkan pola-pola belajar dan mengajar tertentu

yang dikehendaki oleh tujuan dan isinya.

Bagi seorang guru, kurikulum berarti kumpulan silabus yang tercetak, uraian

satu per satu mata pelajaran, disertai pengantar yang bersifat umum mengenai tujuan

masing-masing mata pelajaran. Dalam kurikulum terdapat pokok mengenai metode

mengajar dan sebagai guru yang professional diharapkan memahami semua maksud

dan tujuan yang terdapat dalam pengantar.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Dr. Eli Tanya. Kata kurikulum aslinya

berarti lapangan perlombaan yang harus dilalui oleh murid dan guru untuk mencapai

tujuan tertentu. Lazimnya kurikulum dipahami orang sebagai bahan-bahan tercetak

(buku, majalah) berisikan pelajaran, petunjuk-petunjuk, gambar-gambar, soal-soal,

dsb. Tetapi kurikulum sebenarnya mempunyai arti yang luas, yaitu sepanjang hidup

pelajar meringkas segala pengalaman dan pengaruh-pengaruh yang terdapat di

sekeliling murid. Jika dikaitkan dengan artian harafiahnya, maka kurikulum sendiri

merupakan sebuah susunan bahan ajar yang bertindak sebagai peraturan yang

mengatur dan membimbing jalannya perlombaan atau pelajaran dari awal hingga

akhir suatu pelajaran. Di dalamnya juga terdapat hal-hal yang mendukung peraturan

atau bahan ajar tersebut.22

22 Yonas Muanley, “Kurikulum dalam Alkitab,” Modul Bahan Kuliah PAK STT, 2012, hal. 4, diunduh dari http://www.slideshare.net/YonasMuanleyYonas/kurikulum-13711437.

Page 12

Page 13: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

Selain itu International Council of Religious Education mendefinisikan

kurikulum sbb: “Kurikulum PAK adalah segala pengalaman si pelajar di bawah

bimbingan.” Semua pengalaman murid dalam rumah tangga, gereja, dan sekolah

digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan gereja. Maka dapat disimpulkan bahwa

kurikulum PAK merupakan suatu wadah pelajaran yang di dalamnya terdapat unsur-

unsur pelajaran yang diatur guna membimbing pengajar dan pelajar mencapai suatu

tujuan dalam pendidikan gereja, yakni ajaran tentang Allah dan karyaNya.

2.1.2.2.b. Metode Pengajaran

Sara Little dalam buku Andar Ismail mengatakan bahwa seorang guru

haruslah merancang sebuah rencana mengajar yang memungkinkan pelajar untuk

secara bertahap tertarik pada pelajaran. Dengan demikian pengajar perlu memilih

pendekatan untuk memberikan pengertian bagi pelajar. Pendekatan ini berguna untuk

mengantarkan pelajaran agar dapat disampaikan melalui proses belajar mengajar.

Pendekatan ini biasa disebut sebagai metode.23

Selanjutnya Sara Litle mengatakan bahwa pengajaran membutuhkan

penggunaan berbagai macam metode yang dipilih secara baik dan tepat. Ragam

metode tersebut bertujuan membantu pribadi pengajar menumbuh-kembangkan

pengajarannya. Setiap metode tersebut akan menunjang pengajar berkreasi dengan

setiap pengajarannya.

Menurut Ruth Kadarmanto dalam buku Andar Ismail, metode yang digunakan

dalam mengajar, khususnya dalam lingkungan gereja, haruslah belajar dari Yesus,

23 Andar Ismail (ed.), Ajarlah Mereka Melakukan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012, hlm. 93.

Page 13

Page 14: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

sang guru agung, yang kreatif menggunakan metode dalam mengajar. Seorang

pengajar haruslah memilih metode yang paling tepat untuk memperoleh perhatian dan

mempertahankan minat dari murid. Setiap metode yang digunakan pengajar harus

dapat membangkitkan perhatian murid untuk mendengar, melihat, mengatakan, dan

mengerjakan apa yang diajarkan kepada mereka.24

Selanjutnya Tabita Kristiani juga menjelaskan mengenai metode yang

sebenarnya harus digunakan dalam pelaksanaan pengajaran. Metode cerita

merupakan metode yang biasa digunakan. Namun, seringkali dengan pemakaian

metode cerita, guru yang banyak berbicara di depan kelas tanpa alat bantu dan hanya

dipenuhi dengan banyak nasihat. Padahal cerita pada arti sesungguhnya adalah

membawa anak masuk dalam cerita dan terlibat dalam cerita tersebut sehingga cerita

itulah yang memberi pelajaran bagi anak. Adapula metode kreatif seperti seni musik

atau memahami Alkitab lewat lagu, tarian, atau lewat drama.25

Seorang guru yang menentukan metode mana yang harus digunakan dalam

pengajaran dan karena itu metode harus dipahami terlebih dahulu. Menurut Ruth

Kadarmanto dalam sebuah artikel “Ajarlah Mereka Melakukan”, masalah penting

bukan semata-mata memilih metode mengajar yang menarik, akan tetapi penting bagi

pengajar untuk terlebih dahulu mengenali kebutuhan nara didik dan kelompoknya:

usia, kebiasaan, serta dinamika kelompok tersebut. Metode dalam mengajar tidak

sekedar mengantarkan pokok bahasan dengan baik, akan tetapi lebih mengupayakan

24 Ibid, hlm 89-98.25 ibid. hlm 135-137.

Page 14

Page 15: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

terciptanya relasi dalam kelompok untuk menjadi dasar dan pengalaman berharga

guna membangun ketrampilan, perilaku, dan mengembangkan kualitas relasi dengan

sesamanya dan dengan Tuhan.26

Secara umum, metode mengajar dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama

disebut “metode otoriter”. Dengan metode ini guru memakai kuasa (otoritas) dari

atas. Metode kedua dinamai “metode kreatif”, yaitu metode yang hendak

menciptakan sesuatu. Metode otoriter menghendaki setiap anak menerima saja apa

yang disampaikan seperti dalam militer, sedangkan metode kreatif memberi

kebebasan bagi setiap anak untuk secara bebas berpikir sendiri.27 Jadi menurut penulis

penggunaan metode militer lebih bersifat monoton, atau dengan kata lain berpusat

pada pengajar sedangkan metode kreatif lebih menekankan keterlibatan semua pihak.

Baik itu pengajar maupun naradidik. Hal ini tentunya memupuk semangat tiap-tiap

naradidik dan pengajar untuk aktif.

Metode juga dapat dikelompokan dalam beberapa macam seperti yang

dikemukakan oleh E.G. Homrighausen dan I.H. Enklaar:28

Metode kuliah atau ceramah. Metode kuliah atau ceramah adalah cara mengajar sebagai pembentangan suatu pokok oleh guru.

Metode bercerita. Metode ini merupakan suatu cara tertua dalam sejarah manusia. Cerita mengandung kebenaran dan menyampaikan suatu pelajaran yang penting bagi pendengar.

Metode kelompok berbincang (30-40 menit). Seluruh peserta dibagi menjadi kelompok kecil (3-5). Dalam waktu singkat (5-7 menit) kelompok membahas secara bebas beberapa pertanyaan dan melaporkan hasilnya, yang kemudian oleh pemimpin dirangkumkan.

26 Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998, hlm. 91.27 E. G. Homrighausen dan I. H. Enklaar, Op. Cit, hlm 75.28 Ibid, hlm. 80-83.

Page 15

Page 16: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

Metode studi kasus (1-3 jam). Sebuah kisah atau uraian tentang suatu masalah disajikan kepada kelompok untuk dianalisa, diolah dan mengusulkan pemecahan yang terlebih dahulu diberikan pertanyaan sebagai penuntun.

Metode diskusi (1-2 jam). Dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 15 orang dalam formasi lingkaran. Peserta diharapkan turut ambil aktif ambil bagian.

Metode peragakan peran (60-90 menit). Beberapa orang yang telah dibagi dalam beberapa kelompok diminta untuk memperagakan suatu masalah, situasi, lingkungan, kebiasaan atau kegiatan tertentu sehubungan dengan pokok yang dibahas selama 10-15 menit.

Metode induktif (60-90 menit). Anggota kelompok aktif mencari arti dari bahan PA yang dibahas melalui pertanyaan seperti siapa, di mana, mengapa, kepada siapa dan apa arti bacaan tersebut.

Metode kunjungan lapangan (1 hari). Dengan metode ini peserta dapat mempelajari sesuatu melalui kunjungan lembaga sosial atau masyarakat tertentu.

c2.1.2.4. Media Pengajaran

Secara etimologis, kata “media” merupakan bentuk jamak dari “medium”,

yang berasal dari bahasa Latin medius yang berarti tengah. Sedangkan dalam bahasa

Indonesia, kata “medium” dapat diartikan sebagai “antara” sehingga pengertian media

dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi (pesan)

antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan.29 Media pengajaran adalah suatu

alat, bahan, atau berbagai macam unsur yang diperlukan dalam kegiatan belajar

mengajar untuk menyampaikan pesan dari pemberi pesan kepada penerima pesan

untuk mempermudah penerima pesan dalam menerima suatu konsep.30 Media

pengajaran berbeda dengan metode. Metode adalah cara/alat untuk

mengkomunikasikan pelajaran atau kebenaran kepada pelajar dan antara isi pelajaran

dengan pengalaman. Sedangkan media pengajaran adalah alat-alat atau fasilitas dan

perlengkapan lain untuk mendukung metode.

29 H. Asnawir, Media Pembelajaran, Jakarta: Delia Citra Utama, 2002, hlm. 68.30 Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif dan Menarik, Yogyakarta: Andi Offset, 2006, hlm. 124.

Page 16

Page 17: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

Agar proses transformasi pesan tersebut menjadi optimal, maka diperlukan

kesesuaian jenis media yang akan digunakan. Ada beberapa jenis media

pembelajaran, yaitu: alat bantu lihat (visual), alat bantu dengar (audio), dan alat bantu

lihat dan dengar (audio-visual).31

d2.1.2.5. Motivasi Belajar

Secara etimologis, kata motivasi berasal dari kata “motif” yang

berarti segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.

Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin “movere” yang bermakna bergerak. Istilah

ini bermakna mendorong dan mengarahkan tingkah laku manusia. Motivasi adalah

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan

reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung

tiga komponen pokok, yaitu menggerakan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku

manusia.32

Bagi seorang guru, tujuan motivasi berarti menggerakkan atau memacu para

siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi

belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan.

Secara umum, motivasi dibedakan menjadi dua jenis sebagai berikut:33

Motivasi Intrinsik

Motivasi instrinsik tercakup dalam keadaan belajar yang bersumber dari

kebutuhan dan tujuan siswa sendiri. Motivasi intrinsik adalah dorongan yang menjadi

aktif dan berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu

31 Sadirman, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006, hlm. 86.32 Baharudin, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta: Ar_Ruzz Media, 2007, hal 64-65.33 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Asdi Mahasatya, 2006, hlm. 200-201.

Page 17

Karen Campbell-Nelson, 02/24/16,
Asri – apakah bagian2 berikut ttg motivasi intrinsik dan ekstrinsik diambil langsung dari buku? Jika kutipan langsung, harus ditandai demikian!!!
Page 18: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

sudah ada dorangan untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain, individu terdorong

untuk bertingkah laku ke arah tujuan tertentu tanpa adanya faktor pendorong dari

luar. Nara didik yang memiliki motivasi intrinsik menunjukkan keterlibatan dan

aktivitas yang tinggi dalam belajar. Seseorang mempunyai motivasi intrinsik karena

didorong oleh rasa ingin tahu untuk mencapai tujuan menambah pengetahuan.

Motivasi intrisik muncul dari sendiri, bukan karena ingin mendapat pujian atau

pengajaran.

Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik berbeda dari motivasi intrinsik karena keinginan nara

didik untuk belajar sangat dipengaruhi oleh adanya dorongan atau rangsangan dari

luar dirinya. Dorongan dari luar tersebut dapat berupa pujian, celaan, hadiah,

hukuman, dan teguran dari guru. Motivasi ekstrinsik adalah motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya rangsangan atau dorongan dari luar. Motivasi ekstrinsik

juga sangat diperlukan oleh nara didik dalam pembelajaran karena adanya

kemungkinan perubahan keadaan nara didik dan juga faktor lain seperti kurang

menariknya proses belajar mengajar bagi nara didik. Motivasi ekstrinsik dan

instrinsik harus saling menambah dan memperkuat sehingga individu dapat mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.62.8. Pelayan PAR dalam PAK

Guru umum sangat berbeda dengan guru PAK. Guru PAK harus

mampu menanamkan nilai-nilai Etika Kristiani kepada anak didiknya. Hal itulah yang

Page 18

Page 19: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

menjadi letak perbedaan guru PAK dengan guru umum. Homrighausen dan Enklaar

mengatakan bahwa:

Guru PAK adalah seorang penginjil, yang bertanggung jawab atas penyerahan diri setiap orang pelajarnya kepada Yesus Kristus. Tujuan itu ialah supaya mereka sungguh-sungguh menjadi murid-murid Tuhan Yesus, yang rajin dan setia. Guru tak boleh merasa puas sebelum anak didiknya menjadi orang Kristen yang sejati.34

Sedangkan Boelkhe mengatakan: “Guru PAK adalah seorang penganjur,

pengalaman belajar yang siap memanfaatkan berbagai sumber buku, peralatan,

objek dan sebagainya guna menolong orang lain bertumbuh dalam pengetahuan

iman Kristen dan pengalaman percaya secara pribadi.”35 Dengan demikian seorang

guru PAK harus benar-benar memahami tugas dan panggilannya sebagai seorang

pengajar yang mampu memberikan dorongan bagi para nara didiknya sehingga

mereka memiliki keinginan untuk tetap belajar akan Firman Tuhan.

Guru PAK sangat berperan dalam mengelola proses belajar mengajar dan

harus bertindak sebagai motivator dengan berusaha menciptakan kondisi belajar

mengajar yang aktif dan mengembangkan bahan pengajaran yang baik dan dapat

dinyatakan dalam tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga yang

memegang peran sentral dalam proses belajar mengajar, maksudnya di sini adalah

seorang guru harus dapat memilih, menerapkan, memperhatikan, dan mengelola

kegiatan belajar mengajar dengan baik. Untuk itu, guru PAK dituntut untuk

professional.36

Dalam hal pengajaran, Marthen Luther mengatakan bahwa:

34 Homrighausen dan I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005 hlm. 164.35 R. Boelkhe, Sejarah Perkembagan dan Pemikiran PAK, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000, hlm. 698.36 Ibid, hlm. 5.

Page 19

Karen Campbell-Nelson, 02/24/16,
Coba cek ejaan nama!!!
Page 20: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

Tuhan sendiri yang menjadi pengajar utama. Tetapi perlu ditambah segera bahwa Tuhan pengajar utama itu jarang mendidik secara langsung. Dia cenderung mendidik secara efektif melalui usaha seorang guru yang berbakat mengajar dan yang rela membuka dirinya kepada perkembangan berkat tersebut, dan serentak dengan yang ingin dimanfaatkan demikian oleh Tuhan sendiri.37

Dari pemahaman di atas, tenaga pengajar bertindak selaku penghubung

antara pengajar utama, dalam hal ini Tuhan, dengan para murid. Menjadi seorang

pengajar merupakan salah satu bagian dari pekerjaan Tuhan untuk memberikan

pendidikan bagi para murid. Proses pekerjaan menetapkan tingkat dan jenis

pendidikan. Acuan bagi calon pengajar dapat datang dari berbagai macam sumber

intern gereja, seperti pemimpin dan pengurus gereja yang mengetahui bahwa

seorang pengajar dibutuhkan.38

Penetapan tingkat dan jenis pendidikan itu dipandang penting dalam

metode perekrutan tenaga pengajar atau guru karena pertama-tama pengajar atau

guru adalah penafsir iman Kristen.39 Seorang guru harus mempunyai pengetahuan

yang cukup tentang isi iman Kristen. Untuk itu, ia sendiri perlu didik dan dilatih

sebelum ia mengajar orang lain40 sebab dalam proses belajar mengajar, seorang

guru dipandang sebagai orang yang serta tahu dan serba mampu. Oleh sebab itu,

apa yang dikatakan guru dianggap selalu pasti dan benar.41

Apabila pemahaman yang berlaku bagi anak dan remaja demikian, maka

pemahaman guru dituntut untuk benar-benar menguasai materi sehingga apa yang

disampaikan adalah sungguh-sungguh benar dan pasti. Karena itu, sebelum menjadi

seorang tenaga pengajar perlu adanya persiapan dalam rangka membekali diri 37 Ibid, hlm. 11-12.38 Edgar Walz, Bagaimana Mengelola Gereja Anda, Jakarta: BPK gunung Mulia, 1996, hlm. 97-98.39 E. G. Homrighausen dan I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996, hlm. 164.40 Ibid, hlm. 165.41 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995, hlm. 113.

Page 20

Page 21: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

dengan berbagai keterampilan ilmu. Untuk menunjang tugasnya, para pengajar

perlu dibekali dengan pemahaman teologis, pedagogis, dan psikologis.

2.2. Realita PAK dalam PAR

Pendidikan agama Kristen (PAK) merupakan pendidikan yang berupaya menolong anak

dan remaja untuk hidup dalam terang Injil, menemukan kepribadian yang tepat, dan menerima

tanggung jawab bagi makna dan nilai yang menjadi jelas bagi mereka. Pendidikan ini bertujuan

untuk menjadikan anak dan remaja bertumbuh sebagai anak Allah dalam persekutuan Kristen

yang dinyatakan dalam pelayanan kepada mereka.

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa anak-anak yang aktif dalam kegiatan PAR

berjumlah 155 anak dengan jumlah pelayan PAR sepuluh orang. Penulis mewawancarai anak

PAR berjumlah 12 orang dan pelayan PAR berjumlah 5 orang.

2.2.1. Pengertian PAK menurut Jemaat Usi Apakaet Kuankobo

Dari hasil penilitian yang dilakukan oleh penulis, Jemaat Usi Apakaet

memberikan pendapat tentang apa yang mereka mengerti tentang Pendidikan Agama

Kristen (PAK). Mereka semua memiliki pendapat yang sama tentang PAK, yaitu ilmu

yang mempelajari tentang norma Kristen sesuai dengan apa yang tertulis dalam Firman

Tuhan.

2.2.2. Pelaksanaan PAK dalam PAR

Dalam proses pelaksanaan pendidikan dan pelayanan iman bagi anak dan remaja

diperlukan unsur-unsur pendidikan sebagaimana telah disajikan dalam teori PAK dan

asas-asas mengajar di atas. Unsur-unsur tersebut digunakan dalam proses pendidikan dan

pelayanan iman ataukah diabaikan. Berikut dipaparkan mengenai unsur-unsur pendidikan

Page 21

Karen Campbell-Nelson, 02/24/16,
betul, ko?
Page 22: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

yang berhubungan dengan realita pelayanan yang dilakukan oleh gereja terhadap PAR di

antaranya:

2.2.2.1. Kurikulum

Dari hasil wawancara dengan lima orang pelayan PAR, Usi Apakaet Kuankobo

yang sudah melayani selama dua tahun, tiga tahun, dan tujuh tahun, diperoleh informasi

bahwa sejauh ini pelayan PAR menyampaikan materi sesuai dengan keinginan mereka

masing-masing. Selama ini mereka belum menggunakan kurikulum yang baku yang

digunakan sebagai rancangan atau rencana pembelajaran.

Menurut pelayan PAR, ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

persiapan tidak berjalan secara maksimal. Tidak adanya susunan bahan ajar yang

diperlukan sehingga dapat digunakan.42 Selanjutnya sepuluh orang pelayan PAR

mengakui bahwa hal ini juga bisa dikatakan sebagai penyebab utama persiapan tidak

terlalu berguna dalam pelaksanaan pelayanan. Faktor ini akhirnya menyebabkan

pelayanan tidak terarah dan tidak mencapai tujuan yang jelas.

2.2.2.3. Metode

Berdasarkan hasil wawancara, jenis metode yang sering digunakan oleh para

pelayan PAR di setiap kelas (indria, tanggung, dan remaja) adalah cerita dan tanya jawab.

Pertama-tama pelayan PAR bertanya mengenai materi minggu lalu serta ayat hafalan

yang telah diberikan pada proses pendidikan dan pelayanan iman minggu sebelumnya.

Selain metode cerita dan tanya jawab, pelayan PAR kadang-kadang memberikan

permainan bagi nara didik.

Tabel 1

42 Empy Tifana Tsey (pelayan PAR), wawancara, Kuankobo, 16 Februari 2015.

Page 22

Karen Campbell-Nelson, 02/24/16,
ini tidak masuk akal sebab di atas kamu mengatakan hanya lima pelayan PAR yg diwawancarai . . . ???
Page 23: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

Tanggapan nara didik terhadap metode bercerita dan tanya jawab

NO. KELAS FREKUENSI JAWABAN

KATEGORI JAWABAN PERSENTASE (%)

L P SUKA KURANG SUKA

TIDAK SUKA

1. INDRIA 4 3 - - 7 472. TANGGUNG 2 3 - 5 - 333. REMAJA 1 2 3 - - 20

JUMLAH 7 8 100

Berdasarkan jawaban dari responden dalam tabel 1, diketahui bahwa 33% anak-

anak kurang suka dengan metode yang sering digunakan setiap minggu oleh karena

kebanyakan dari mereka menyukai permainan. Ada 20% di antara mereka yang suka

metode cerita dan tanya jawab karena mereka dapat mengetahui cerita Alkitab yang

mereka belum dengar sebelumnya dan juga mereka dapat menulis buku mingguan.

Sedangkan 47% di antara mereka memilih tidak suka metode tersebut oleh karena mereka

merasa bosan dan mengantuk karena hanya bisa mendengar.

2.2.2.4. Media Pengajaran

Media pengajaran yang digunakan bergantung pada metode apa yang digunakan

dalam proses penyampaian materi. Dalam pemberitaan Firman, ada beberapa media yang

dipersiapkan oleh pelayan PAR, yaitu batu, sapu tangan, gardus dan kertas putih. untuk

menunjang permainan. Namun ada pula pelayan yang tidak menggunakan media sama

sekali dalam pengajarannya. Hal ini terjadi karena seringnya mereka menggunakan

metode cerita sehingga jarang menggunakan media. Buku cerita bergambar pun tidak

dimiliki sebagai alat peraga visual. Mereka belum pernah memutarkan film, tetapi mereka

sudah merencanakan itu, hanya media yang diperlukan, yaitu LCD, belum tersedia.43

43 Heni Taneo (Koordinator PAR), wanwancara, Kuankobo, 16 April 2015.

Page 23

Page 24: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

2.2.2.5. Motivasi Belajar

Dalam pelayanan yang terjadi di Jemaat Usi Apakaet Kuankobo, terlihat dengan

jelas bahwa motivasi belajar yang diberikan oleh pelayan PAR terhadap nara didik belum

begitu membuahkan hasil yang maksimal. Mereka belum sepunuhnya menaruh perhatian

yang penting dalam membina nara didik yang sedang bertumbuh dalam rohani dan juga

jasmani. Hal ini terlihat dari masih banyaknya nara didik yang tidak mengambil bagian

dalam kegiatan pendidikan dan pelayanan iman. Dari hasil wawancara penulis kepada

anak PAR, ketidakhadiran mereka ini disebabkan karena mereka lebih memilih untuk

menonton televisi dan bermain bersama teman-teman mereka di rumah. Oleh karena itu

dapat dikatakan bahwa di satu pihak sebagian nara didik belum memiliki motivasi belajar

dari dalam dirinya sendiri dan di pihak lain para pelayan PAR juga belum memiliki

ketrampilan untuk menarik minat nara didik untuk mengikuti kegiatan penidikan iman

serta motivasi mereka untuk dapat belajar.44

2.2.2.6. Pelayan PAR

Pelayan PAR adalah anggota jemaat yang dipersiapkan sebagai pelayan yang

akan mendidik anak dan remaja sehingga dapat dewasa dalam iman, artinya bahwa

pelayan PAR berperan penting dalam pembentukan anak dan remaja ke arah yang lebih

baik.

- Rekrutmen44 Novita Banoet (pelayan PAR), wawancara, Kuankobo 21 Februari 2015.

Page 24

Page 25: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

Rekrutmen pelayan PAR di Jemaat Usi Apakaet tidak dilakukan setiap saat,

karena menurut Pdt. Niko Tulu, selaku ketua majelis, para pelayan PAR ini tidak

dipilih, namun mereka memberi diri secara sukarela untuk mengajar. Pelayan PAR

yang ingin masuk, direkrut dengan cara sukarela dari segala bidang tanpa ada

keahlian yang jelas; yang terpenting adalah kemauan mereka untuk melayani.45

45 Pdt. Niko Tulu, Wawancara Ketua Majelis Jemaat Usi Apakaet, Kuankobo, 29 Maret 2015.

Page 25

Page 26: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

- Kualifikasi

Tabel 2

Pelayan PAR dan Tingkat Pendidikan

No Nama Jenis Kelamin

JabatanUpp PAR

Pendidikan Lama Mengajar

1 Yati Lopo Perempuan Ketua S1 7 tahun

2 Empy Tifana Tsey Perempuan Wakil SMA 3 tahun

3 Yanti Liufeto Perempuan Sekretaris Pergurun tinggi

semester 3

3 tahun

4 Heni Taneo banik Perempuan Koodinator SMA 9 tahun

5 Novita Banoet Perempuan Bendahara SMA 3 tahun

6 Elim Alumpah Laki-laki Anggota SMA 2 tahun

7 Marisa Lopo Perempuan Anggota Perguruan tinggi

2 tahun

8 Alvian Banamtuan Laki-laki Anggota SMA 2 tahun

9 Susan Tuan Perempuan Anggota SMA 2 tahun

10 Sani Namah Perempuan Anggota Perguruan tinggi

semester 3

2 tahun

Dari kesepuluh pelayan PAR, lima orang memiliki latar belakang SMA, dan yang

sementara bersekolah di perguruan tinggi berjumlah tiga orang.

Sepuluh orang pelayan PAR ini Mereka sudah mengajar cukup lama. Ada yang

sudah mengajar selama sembilan, tujuh, empat, tiga, dan dua tahun.

Mereka Pernah ada pelayan PAR ini pernah mengikuti pelatihan pengajar PAR

sebanyak satu kali yang diselenggarakan di Hotel Cendana pada tahun 2014. Tidak

Page 26

Page 27: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

semuanya mengikuti pelatihan pelayan PAR ini karena persyaratannya hanya enam

orang yang diutus dari setiap jemaat. Pelatihan tersebut berisi caranya mengajar

secara kreatif dan inovatif, pelatihan menghafal Firmasn Tuhan, lagu, dan

penggunaan alat peraga secara kreatif. Kelima pelayan PAR yang diwawancarai

mengatakan bahwa pelatihan yang mereka dapatkan kurang mereka pahami karena

dijelaskan terlalu cepat. Selain itu pelatihan ini hanya bisa diterapkan pada kelas

tanggung dan remaja.46

- Motivasi mengajar

- Pelayan PAR di Jemaat Usi Apakaet memiliki motivasi pribadi masing-masing dalam

menjalankan pelayanannya. Beberapa pelayan mengakui bahwa motivasi mereka

untuk mengajar adalah karena kesukaan mereka terhadap anak-anak. Ada juga yang

memiliki motivasi untuk melayani dan mau belajar dari anak-anak.

- Persiapan Pelayan PAR Secara Umum

Persiapan pelayan PAR secara umum untuk membahas tentang susunan liturgi

dan pembagian tugas serta pemberitaan Firman hanya dilakukan sekali dalam satu

minggu dengan durasi waktu yang cukup cepat (15-20 menit). Pertemuan tersebut

dilaksanakan pada hari Minggu setelah selesai ibadah PAR. Peserta dalam pertemuan

itu hanya membahas tentang beberapa hal dalam ibadah yang baru saja selesai,

pengisian absen, penghitungan kolekte, dan kemudian berpisah. Hanya jika ada hal

terlalu mendesak, seperti ada hari raya gerejawi, baru ada pembicaraan tentang liturgi

dan pembagian tugas.

46 Marisa Lopo, wawancara, Kuankobo, pada tanggal 21 Februari 2015.

Page 27

Lodia Dubu, 02/24/16,
Tidak ada mama: itu sangat disesalkan dan memicu pertanyaan terkait keseriusan kamu sendiri menulis skripsi!!!
Karen Campbell-Nelson, 02/24/16,
Beta ulangi dari versi lalu. alangkah baik jika kamu dapat mengisi kutipan dari wawancara yg membuktikan ini!!! Apakah Asri memang tidak ada hasil dari wawancara yg bisa dikutip???
Page 28: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

Tidak adanya persiapan bersama disebabkan oleh tidak adanya koordianasi antara

pelayan PAR untuk dapat hadir. Tidak adanya komunikasi yang jelas antara

koordinator PAR degan pelayan PAR dan juga pelayan PAR dengan pelayan PAR.

Sehingga kegiatan sekolah minggu berjalan dengan tidak teratur. Tidak adanya

persiapan bersama ini membuat masing-masing pelayan mengajar dengan panduan

yang berbeda sehingga akhirnya pelayan PAR tidak bisa menyamakan persepsi. Tidak

adanya persiapan ini juga mengakibatkan adanya perbedaan pemahaman yang

dimiliki setiap anak di setiap kelas PAR karena setiap pengajar tidak

memperbincangkan materi yang dipersiapkan sebelumnya. Hal inilah yang

menyebabkan pelayanan menjadi kurang maksimal. Tidak adanya pertemuan para

pelayan mengakibatkan tidak ada pembagian petugas, dalam hal ini untuk

menjalankan liturgi pada hari minggu nanti. Tidak ada juga pembahasan bersama

antara para pelayan PAR seputar bahan yang diambil dan metode yang akan

digunakan untuk pemberitaan Firman.

Menurut pelayan PAR, persiapan secara bersama yang tidak ada ini juga

menganggu persiapan pribadi. Sebelum mengajar mereka sudah mempersiapkan

bahan ajar sejak malam, tetapi mereka terganggu oleh karena terkadang pagi-pagi

mereka baru mendapatkan sms dari ketua PAR tentang Firman yang akan diajarkan

kepada anak sekolah minggu.47

- Persiapan Pelayan PAR Secara Pribadi

Setiap pelayan PAR di Jemaat Usi Apakaet melakukan persiapan mengajarnya

masing-masing pada hari Sabtu malam. Persiapan tersebut meliputi pemilihan nats,

47 Elim Alunpah, wawancara, Kuankobo, 21 Februari 2015.

Page 28

Page 29: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

ayat hafalan, penyiapan pertanyaan sesuai dengan isi Firman, dan pembacaan buku

rohani Kristen yang menggali nats tersebut. Ada juga yang mengambil bahan dari

internet.

Selanjutnya ada pemilihan metode dan persiapan metode. Metode yang biasanya

digunakan di kelas indria adalah cerita, sedangkan pelayan PAR jarang menggunakan

gambar atau alat peraga yang lain. Sedangkan metode yang dipakai untuk kelas

tanggung dan remaja adalah cerita, tanya jawab, dan diskusi. Jika waktu masih tersisa,

kadang-kadang nara didik diberikan permainan sesuai dengan isi Firman yang sudah

disampaikan. Persiapan yang kurang seperti ini berdampak secara negatif

sebagaimana yang ditemukan oleh para pelayan PAR. Ketika nara didik diberikan

pertanyaan, ada yang tidak bisa menjawabnya dengan baik.

2.2.1.8. Tingkat Partisipasi

Pada bagian sebelumnya telah diuraikan mengenai bagaimana realita pelayanan

gereja terhadap anak dan remaja di Jemaat Usi Apakaet Kuankobo. Pada bagian ini akan

dilihat partisipasi nara didik dalam mengikuti kegiatan PAR yang juga merupakan

tanggung jawab orangtua dan pihak gereja sendiri.

2.2.1.8.1. Partisipasi Anak dan Remaja dalam Kegiatan PAR

Seluruh anak PAR Jemaat Usi Apakaet Kuankobo berjumlah 210 orang. Jumlah

kehadiran anak PAR dalam yang mengikuti kebaktian sekolah minggu akan

dipaparkan alam tabel sebagai berikut.

Page 29

Karen Campbell-Nelson, 02/24/16,
lihat perubahan yg telah dimulai di atas!
Page 30: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

Tabel. 3

Persentase kehadiran anak PAR dalam kegiatan sekolah minggu

(November 2014-Maret 2015)

No Tanggal Jumlah Kehadiran Persentase(%)

1 2 November 2014 21 orang 10

2 9 November 2014 30 orang 14

3 16 November 2014 27 orang 13

4 23 November 2014 37 orang 17

5 30 November 2014 22 orang 10

6 7 November 2014 20 orang 9

7 14 November 2014 24 orang 11

8 11 Januari 2015 80 orang 38

9 18 Januari 2015 77 orang 37

10 25 Januari 2015 67 orang 32

11 1 Februari 2015 82 orang 39

12 8 Februari 2015 79 orang 38

13 15 Februari 2015 78 orang 37

14 22 Februari 2015 60 orang 28

15 1 Maret 2015 55 orang 26

16 8 Maret 2015 58 orang 27

17 15 Maret 2015 73 orang 35

Sumber: data absen anak dan remaja, Jemaat Usi Apakaet, November 2014-Maret 2015

Berdasarkan Tabel 4 empat di atas dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi nara

didik dalam mengikuti kegiatan pelayanan anak dan remaja sangat minim. Kehadiran

Page 30

Lodia Dubu, 02/24/16,
Desember itu sudah berhenti sekolah minggu mama. Mereka sudah mulai berlatih untuk menyiapkan kegiatan natal. Sebaiknya info ini dimasukkan dalam catatan kaki!!!
Page 31: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

mereka tidak pernah melebihi 50%. Mengenai ketidakaktifan anak dan remaja dalam

mengikuti kegiatan PAR, sebagian telah dipaparkan pada bagian realita pelayanan.

2.1.2.9.2. Tanggapan Jemaat

PAR di Jemaat Usi Apakaet Kuankobo memiliki beberapa masalah, yaitu tidak

tersediannya buku panduan, tidak adanya kurikulum, dan kurangnya persiapan pengajar

yang mengakibatkan lemahnya pelayanan. Ketika masalah-masalah ini dibawa kepada

Ketua Majelis Jemaat Usi Apakaet Kuankobo untuk diminta tanggapanya, maka ia

berkomentar sebagai berikut. Pertama, telah lama ia menghibau kepada para majelis untuk

memperlengkapi pelayan PAR dengan buku panduan dan alat peraga, tetapi hingga saat ini

mereka belum menyediakannya. Ketika penulis mewawancarai majelis jemaat dan

menanyakan mengenai masalah ini, maka seorang majelis menjawab bahwa faktor dana

yang masih minim.48 Kedua, guru sekolah minggu kurang kreatif di dalam memilih metode

pengajaran dan daya imajinasi tidak tinggi.

Kendati demikian, Ketua Majelis Jemaat Usi Apakaet, juga mengakui bahwa ada

hal-hal yang belum diperhatikan oleh Jemaat Usi Apakaet Kuankobo sehubungan dengan

PAR, antara lain pelayan PAR belum memiliki kurikulum pengajaran PAR yang tetap. Hal

ini mengakibatkan tidak terarahnya pelayanan PAR di jemaat tersebut.49

Dalam rangka lebih menunjang PAR di jemaat tersebut, ketua majelis jemaat

mengatakan bahwa ke depan Jemaat Usi Apakaet akan melakukan sejumlah hal. hal

berikut: Pertama, majelis jemaat akan berupaya menambah anggaran pelayanan PAR di

tahun berikut untuk menunjang program-program UPP PAR Jemaat Usi Apakaet

Kuankobo, seperti perekrutan tenaga pengajar PAR baru, dan pengadaan kurikulum dan

48 Yosafat Nenobais, wawancara, Kuankobo, 14 Juni 2015.49 Pdt. Niko Tullu, wawancara, Kuankobo, 25 Maret 2015.

Page 31

Karen Campbell-Nelson, 02/24/16,
SIAPA yg membawanya dan minta tanggapan dari Ketua MJ?
Page 32: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

buku panduan. Kedua, pendeta akan memberikan pembekalan kepada pelayan PAR agar

mereka dapat mengetahui psikologi anak serta cara mengajar kreatif di setiap kelas. Ketiga,

ketua majelis dan anggota majelis akan mengadakan evaluasi atau penilaian tahunan

terhadap seluruh pelayanan jemaat sepanjang tahun, termasuk pelayanan PAR di jemaat

tersebut. Program dan kegiatan yang berjalan baik akan dilanjutkan dan ditingkatkan pada

tahun pelayanan berikutnya. Sedangkan, program-program atau kegiatan-kegiatan yang

tidak berjalan akan diberikan perhatian lebih serius pada tahun berikutnya sehingga dapat

dijalankan dengan baik. Keempat, Majelis Jemaat Usi Apakaet Kuankobo akan berusaha

semaksimal mungkin untuk melakukan pengawasan terhadap berbagai macam badan

pelayanan jemaat, termasuk UPP PAR Jemaat Usi Apakaet, untuk memastikan bahwa

program-program dan kegiatan-kegiatan pelayanan badan-badan tersebut dapat

dilaksanakan dengan baik.

2.2.3. Analisis

PAR adalah kegiatan gereja yang dilaksanaan pada hari Minggu. Para pelayan PAR

mengajar dan membimbing tentang pesan Alkitab untuk mendapatkan pengharapan

keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus.50 Tugas pelayan PAR yang paling utama ialah

mengajarkan Firman Allah sedemikian rupa sehingga anak itu

1) akan menyadari bahwa ia membutuhkan Kristus dan menerima Dia sebagai

Juruselamat Pribadinya (Roma 3:23; 10:9);

2) akan menerima pengajaran hidup suci berdasarkan Firman Allah (Kol. 3:17); dan

3) akan mengetahui bagaimana menuntut kuasa Kristus dalam kehidupan dan

pelayanannya (Roma 6:14; 1-17; 12:1).

50 Rianto. L, Kompetensi Guru Sekolah Minggu, Jakarta: UIN SUKA, 2010, hlm. 29.

Page 32

Page 33: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

Pelayan PAR merupakan agen pembelajaran yang mempunyai tugas berat

dalam mempersiapkan dan menentukan masa depan gereja. Mau menjadi gereja yang

bagaimana, seperti apa, dan sampai dimana, itu tidak terlepas dari peran pelayan PAR.

Gereja saat ini dan masa depan ditentukan oleh proses pendidikan dan pembelajaran yang

dilakukan oleh pelayan PAR saat ini.

Oleh karena itu pelayan PAR haruslah dilakukan dengan sebaik mungkin sehingga

pesan Alkitab yang disampaikan bisa sampai di tujuan dengan tepat. Untuk melakukan

penyampaian dengan baik, maka perlu ada persiapan yang baik pula. Pada pelaksanaannya,

pelayan PAR di Jemaat Usi Apakaet sedikit melupakan hal ini. Penyampaian pesan Alkitab

sudah dilakukan dengan usaha yang baik, namun terkadang belum dapat tiba pada sasaran

dengan tepat karena persiapan yang kurang. Baik liturgi maupun pemberitaan Firman

kurang begitu dipersiapkan dengan baik sehingga masih terdapat banyak kendala dalam

penyampaiannya.

Kita perlu menganalisa penyebab mengapa persiapan mengajar belum bisa dengan

sempurna memenuhi tugas penyampaian pesan Alkitab? Ada beberapa faktor yang menjadi

penyebab persiapan pelayan PAR di Jemaat Usi Apakaet sehingga belum bisa dengan

sempurna memenuhi tugas penyampaian pesan Alkitab. Faktor tersebut termasuk faktor

motivasi pengajar, pengaturan terkait bahan pengajaran, faktor dukungan jemaat terhadap

pelayanan PAR, dan faktor manajemen pelayanan.

1. Faktor Ketidakseriusan Pelayan PAR

Motivasi mengajar seperti yang diuraikan pada bagian sebelumnya menjadi

penting dalam rangka menjawab pertanyaan, mengapa para pelayan anak dan remaja di

Page 33

Page 34: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

Jemaat Usi Apakaet belum bisa dengan sempurna memenuhi tugas penyampaian pesan

Alkitab?

Bagi penulis Motivasi mengajar diperlukan karena pelayanan itu terkait dengan

panggilan menjadi pelayan anak dan remaja. Pelayan anak dan remaja Jemaat Usi

Apakaet perlu jiwa pengabdian/pelayanan sehingga memiliki kemampuan untuk

melaksanakan tugas pelayanannya dengan penuh kesungguhan dan tanggung jawab.

Pada pelaksanaannya, motivasi ini tidak ada dalam diri beberapa pelayan PAR.

Hal ini terlihat pada saat mengajar hanya beberapa orang saja yang memberi diri untuk

mengajar. Selain itu juga pada saat kebaktian sekolah minggu, tidak semua pelayan PAR

hadir oleh karena kesibukan yang mereka kerjakan di luar. Hal ini mencerminkan bahwa

belum adanya jiwa pengabdian/pelayanan yang dimiliki sebagai motivasi seorang pelayan

PAR.

Berdasarkan pengamatan penulis, ketidakseriusan pengajar juga disebabkan oleh

kurangnya koordinasi antara koordinator PAR dan anggota pengajar PAR. Komunikasi

yang sangat minim antara mereka mengakibatkan ketidakaktifan sebagian pengajar PAR.

Hal lain lagi ialah ketidakprihatinan gereja kepada para pengajar PAR dalam hal

daya dan dana. Artinya bahwa belum adanya pengembangan kepada pengajar, pengadaan

melalui buku-buku, dan pelatihan-pelatihan khusus, serta pengadaan biaya bagi para

pengajar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa program pengembangaan pada UPP Par belum

maksimal sehingga memberi pengaruh yang sangat kuat bagi dinamika pengajaran yang

ada dalam Jemaat Usi Apakaet Kuan Kobo.

Page 34

Karen Campbell-Nelson, 02/24/16,
disebabkan atau dapat dilihat dari?
Page 35: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

2. Faktor ketiadaan Bahan pengajaran dan berbagai sarana-prasarana pendukung.

Selain faktor motivasi, adapula faktor ketiadaan kurikulum yang cocok untuk

kebutuhan PAR di Jemaat Usi Apakaet Kuankobo. Kurikulum PAR yang telah

disediakan oleh badan pengurus (BP) PAR GMIT tidak dimiliki oleh BP PAR Jemaat

Usi Apakaet, apalagi digunakan. Walaupun ada asumsi bahwa bahan tersebut adanya

kurikulum tertentu di baiknya, tetapi dari segi topik, isi, metode pengajaran, maupun

teknik evaluasi yang digunakan, belum tentu cocok dengan karakteristik anak-anak di

masing-masing kelas di Jemaat Usi Apakaet Kuankobo. Keadaan ini dipersulit lagi

dengan bahan ajar dalam buku tersebut diambil begitu saja dan diajarkan tanpa melalui

pertemuan persiapan para guru.

Dengan demikian PAR di Jemaat Usi Apakaet belum bisa dengan sempurna

memenuhi tugas penyampaian pesan Alkitab karena bahan ajar yang dirasa merupakan

suatu jalan menuju tujuan pun belum cocok dengan karakteristik anak dan remaja,

antara lain karena disusun dan digunakan tanpa ada persiapan bersama pengajar yang

lebih intens terhadap bahan ajar tersebut.

Selain kurikulum dan bahan ajar, sarana dan prasarana pendukung isi materi dan

bahan pengajaran juga yang tidak memadai. Alkitab memang untuk semua golongan

umur, baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Namun, tidak semua bagian dari

Alkitab cocok untuk anak dan remaja. Oleh karena itu pelayan PAR semestinya

menyiapkan sarana dan prasarana penunjang sehingga mampu menjelaskan nats yang

sulit kepada anak dan remaja dengan pemahaman mereka. Sarana prasarana tersebut

meliputi gambar audio visual, seni musik, tari dan drama serta permainan yang

bermakna.

Page 35

Karen Campbell-Nelson, 02/24/16,
bahan = materi; sebelumnya konten pengajaran; konten tidak sama dgn bahan. coba belajar makna dan pakai istilah Indonesia yg tepat!!!
Karen Campbell-Nelson, 02/24/16,
tidak lagi ada buku tersebut . . . kamu mengambil jalan potong . . . kasihan sekali . . .
Karen Campbell-Nelson, 02/24/16,
Maaf Asri, tetapi saya akan jatuhkan nilai utk skripsimu. Di atas saya mohon kutipan dari orang-orang yang katanya diwawancarai, kamu mengatakan “tidak ada”. Di versi-versi sebelumnya saya mohon agar kamu memberi info sedikit ttg bahan yg dipakai dan disebutkan (katanya ada pelayan PAR yang menggunakan buku pedoman/bahan ajar), tetapi daripada mencari informasi yg penting dimasukkan, kamu hapus saja . . . sangat, sangat mengecewakan . . .
Karen Campbell-Nelson, 02/24/16,
Badan Pengurus ini pada tingkat jemaat, klasis, a/ Sinode?
Karen Campbell-Nelson, 02/24/16,
tolong membandingkan huruf besar kecil di sub judul ini dgn yg sebelumnya!
Page 36: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

Dalam pelaksanaan PAR di Jemaat Usi Apakaet, sarana prasarana penunjang

yang disebutkan di atas tidak disediakan. Pelayan PAR hanya mempersiapkan alat

bantu seperlunya dan jika tak ada alat bantu yang menunjang, maka pilihan terakhir

adalah metode cerita dan tanya jawab yang tidak perlu alat bantu yang rumit. Tarian

dan drama juga hanya ditampilkan jika ada hari raya gerejawi.

Dengan demikian salah satu faktor penyebab PAR di Jemaat Usi Apakaet belum

bisa dengan baik memenuhi tugasnya karena persiapan bantu dan sarana prasarana

pendukung belum dipersiapkan sehingga pesan Alkitab tidak terlalu cocok dengan

pemahaman dan karakteristik anak-anak disetiap kelas sehingga sulit dicerna dan

diresap oleh anak-anak.

3. Faktor Kurangnya Koordinasi Dalam Gereja

Penulis melihat bahwa salah satu hal penting yang menjadi faktor terhambatnya

pelayanan gereja terhadap anak Par ialah persoalan koordinasi dalam UPP Par. Padahal

menurut penulis Pembentukan UPP ini bertujuan agar setiap pelayanan gereja benar-

benar dirasakan oleh setiap kelompok/kategori dalam gereja. Tugas UPP ini, selain

bertanggung jawab kapada setiap kategori yang dipimpin, ia juga bertugas

menyampaikan dan menganalisa sejauah mana pelayanan bagi tiap kategoti untuk

kemudian disampaikan kepada pemimpin jemaat (ketua majelis). Yang terakhir ia juga

memiliki tugas untuk mengusulkan program-program pelayanan yang tepat bagi setiap

kategori dalam jemaat.

Secara khusus, bagi UPP PAR kepekaan UPP PAR dalam melihat dan

merealisasikan tiap kebutuhan anak sangatlah minim. Program pengembangan anak Par

Page 36

Karen Campbell-Nelson, 02/24/16,
Kenapa UPP PAR harus bertugas atas SETIAP kelompok dlm jemaat? Tak masuk akal . . .
Karen Campbell-Nelson, 02/24/16,
??? UPP PAR bertugas untuk melihat sejauh mana pelayanan disampaikan ke ketua majelis??? apa maksudmu???
Karen Campbell-Nelson, 02/24/16,
istilah bhs Indonesia?
Karen Campbell-Nelson, 02/24/16,
saya kira ini bukan tugas UPP PAR!
Page 37: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

tidaklah mengalami perkembangan sebab tidak didukung dengan oleh kesadaran akan

pentingnya kepekaan terhadap kebutuhan anak. Hal itu juga dipengaruhi oleh minimnya

koordinasi antara UPP dan BP PAR.

Selain koordinasi yang kurang antara UPP PAR dan BP PAR, penulis juga

melihat bagaimana peranan majelis jemaat dalam pelayanan anak. Jika dilihat

Ttugas majelis jemaat selain untuk melayani jemaat, ia juga berperan untuk

mengambil keputusan jika terdapat persoalan besar yang menghambat pelayanan.

Ketidaksadaran dan kepekaan terhadap tugas dan fungsi inilah yang berpengaruh

pada prinsip kerja dan pembiaran terhadap persoalan pengajaran PAR. Memang

berdasarkan pernyataan Ketua Majelis, pelayanan terhadap anak amatlah penitng,

namun semua pelayanan yang maksimal dapat terealisasi dengan baik dan benar

apabila adanya kerja sama yang baik pula dari UPP PAR, BP PAR, bahkan semua

majelis jemaat.

4. Faktor dukungan jemaat

Salah satu faktor lagi yang menjadi penyebab masalah PAR adalah faktor

dukungan Jemaat Usi Apakaet terhadap pelaksanaan PAR yang tidak kuat. Jemaat Usi

Apakaet tidak menfasilitasi pelayan PAR untuk mengikuti pelatihan atau pembekalan.

Selain itu jemaat tidak memperlengkapi badan pengurus PAR jemaat dan para pelayan

PAR dengan kurikulum dan bahan ajar, literatur penunjang, serta prasarana pelayanan

yang memadai. Padahal ketersediaan hal-hal ini dalam jumlah yang memadai

merupakan tanggung jawab jemaat. Ketua majelis jemaat telah brulang-ulang kali

Page 37

Karen Campbell-Nelson, 02/24/16,
tolong konsisten dgn huruf besar/kecil di sub judul . . .
Page 38: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

menghimbau kepada anggota majelis jemaat untuk menyediakan buku panduan, namun

yang terjadi sampai saat ini adalah buku panduan tersebut belum diberikan untuk

pelayan PAR. Sedangkan menurut KMJ seorang pelayan PAR harus kretif dalam

mengajar dan daya imajinasi yang tinggi. Menurut penulis, bagaimanakah seorang

pelayan PAR itu dapat mengajar dengan kreatif, sedangkan pelayan PAR tidak dibekali

dengan buku-buku panduan dan juga pelatihan? Jemaat kurang memberi perhatian

kepada pelayan PAR yang juga memiliki kelemahan-kelemahan dari segi motivasi dan

pendidikan. Dalam hal perekrutan dan pembagian tugas juga belum ada tindakan tegas

dari jemaat untuk mempertahankan pelayan PAR dan memberikan tugas yang jelas.

Dengan keadaan seperti ini kita perlu melihat akar masalah dengan bertanya:

Apakah dukungan seperti demikian sudah cukup untuk mendukung pelayanan PAR?

Dengan melihat keadaan dalam PAR di Jemaat Usi apakaet, maka dapat disimpulkan

bahwa Jemaat Usi Apakaet kurang mementingkan pelayanan terhadap anak dan remaja.

Selain itu manajemen pelayanan yang dikembangkan oleh jemaat belum begitu

memberikan efek positif bagi PAR Usi Apakaet. Pembahasan pelayanan yang bersifat

transformatif seperti perekrutan pelayan PAR, penggunaan kurikulum, dan pembagian

tugas pelaksanaan pelayanan hingga pada evaluasi pelayanan anak dan remaja tidak

menjadi pokok persidangan.

Page 38

Page 39: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

Keadaan ini berakibat pada jalannya pelayanan tanpa ada kejelasan. Misalkan

rekrutmen Pelayan PAR yang dilakukan tidak jelas kapan dan bagaimana sehingga

tenaga pelayan PAR selalu susah dicari. Kurikulum PAR yang tidak dibicarakan

mengakibatkan tenaga pengajar tidak membuat bahkan tidak menggunakan kurikulum

karena tidak ada dalam rencana program.

Akibat-akibat tersebut akhirnya berimbas pada PAR, khususnya yang berjalan

tanpa ada dukungan jemaat yang kuat sehingga pelayan anak dan remaja tidak bisa

dengan baik memenuhi tugas penyampaian pesan Alkitab.

Rangkuman

Setelah menguraikan teori pelaksanaan PAK dalam PAR, maka dipaparkan realita/

keadaan pelayanan anak dan remaja di Usi Apakaet. Ternyata terlihat bahwa pelayanan anak dan

remaja di Jemaat Usi Apakaet berjalan dengan segala kekurangan. Kekurangan inilah yang

mengakibatkan persiapan hingga pada tugas penyampaian pesan Alkitab pada nara didik, tidak

dapat dengan sempurna dilakukan.

Dari kekurangan-kekurangan yang telah dijabarkan diatas, maka penulis menganalisa

penyebab yang mengakibatkan kekurangan tersebut terus berlanjut. Beberapa akar masalah

ditemukan yang mengakibatkan persiapan hingga pada tugas penyampaian pesan Alkitab pada

anak, tidak dapat dengan sempurna dilakukan.

1. Akar masalah atau faktor penyebab tersebut adalah motivasi dari dalam diri pelayan PAR

itu sendiri terlihat kurang. Selain itu kualifikasi pelayan PAR yang tidak dikembangkan,

Page 39

Page 40: 4. BAB II Perbaikan 2_kcn(1)

baik oleh pelayan PAR. Kedua hal ini merupakan permasalahan yang timbul dari dalam

diri pelayan PAR itu sendiri.

2. Faktor ketiadaan kurikulum, buku panduan dan berbagai sarana-prasarana pendukung

yang berhubungan dengan konten dan isi pengajaran. Selain itu juga gereja jarang

memberikan pelatihan bagi pelayan PAR agar mereka dapat mengajar dengan kreatif.

Faktor inilah yang mengakibatkan pelayanan anak dan remaja Usi Apakaet berjalan tanpa

ada arah yang jelas, pelayanan anak dan remaja Usi Apakaet berjalan tanpa ada alat bantu

untuk menyampaikan pesan Alkitab dan berjalan dengan mengandalkan keterbatasan

kualifikasi dan motivasi pengajar.

3.

4. Faktor lain adalah kurang seriusnya dukungan jemaat terhadap PAR Usi Apakaet

Kuankobo.

5.

6.

Page 40