4 Tonggak Unesco

3
Tonggak Unesco EMPAT PILAR PENDIDIKAN MENURUT UNESCO Pendidikan menurut Unesco meliuti emat ilar! iaitu" #$ Learning to kno% &'ela(ar menngeta)ui* +$ Learning to do &'ela(ar melakukan sesuatu* ,$ Learning to 'e &'ela(ar men(adi sesuatu* -$ Learning to li.e toget)er &'ela(ar )idu 'ersama* A$ Learning to kno% &'ela(ar mengeta)ui* Pendidikan ada )akikatn/ameruakan usa)a untuk mencari agar mengeta)ui in0ormasi /ang di'utu)kan dan 'erguna 'agi ke)iduan$ 1ela(ar untuk mengeta)ui &learning to kno%* dalam rosesn/a tidaksekedar mengeta)ui aa /ang 'ermakna tetai (uga sekaligus mengeta)ui aa /ang tidak 'erman0aat 'agi ke)iduann/a$ Untuk mengimlementasikan 2learning to kno%3 &'ela(ar untuk mengeta)ui*! 4uru )arus mamu menematkan dirin/a se'agai 0asilitator$ Di saming itu guru dituntut untuk daat 'ereran ganda se'agai ka%an 'erdialog sis%an/a dalam rangka mengem'angkan enguasaan engeta)uan sis%a$ 1$ Learning to 'e &'ela(ar melakukan sesuatu* Pendidikan (uga meruakan roses 'ela(ar untuk 'isa melakukan sesuatu &learning to do*$ Proses 'ela(ar meng)asilkan eru'a)an dalam rana) kogniti0! eningkatan kometensi! serta emili)an dan enerimaan sadar ter)ada nilai! sika! eng)argaan! erasaan! serta kema)uan untuk 'er'uat atau mem'eri tindak'alas ter)adasuatu stimulus$ Pendidikan mem'ekal manusia tidak sekadar untuk mengeta)ui! tetai le'i) (au) untuk teramil 'er'uat atau menger(akan sesuatu se)ingga meng)asilkan sesuatu /ang 'ermakna 'agi ke)iduan$ Sekola) se'agai %ada) mas/arakat 'ela(ar se/og(an/a mem0asilitasi sis%an/a untuk mengaktualisasikan keteramilan /ang dimiliki! serta 'aka dan minatn/a agar 2Learning to do3 &'ela(ar untuk melakukan sesuatu* da

description

unesco

Transcript of 4 Tonggak Unesco

Tonggak UnescoEMPAT PILAR PENDIDIKAN MENURUT UNESCO

Pendidikan menurut Unesco meliputi empat pilar, iaitu;1.Learning to know (belajar menngetahui)2.Learning to do (belajar melakukan sesuatu)3.Learning to be (belajar menjadi sesuatu)4.Learning to live together (belajar hidup bersama)A.Learning to know (belajar mengetahui)Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk mencari agar mengetahui informasi yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan. Belajar untuk mengetahui (learning to know) dalam prosesnya tidak sekedar mengetahui apa yang bermakna tetapi juga sekaligus mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupannya.Untuk mengimplementasikan learning to know (belajar untuk mengetahui), Guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan ganda sebagai kawan berdialog bagi siswanya dalam rangka mengembangkan penguasaan pengetahuan siswa.

B.Learning to be (belajar melakukan sesuatu)Pendidikan juga merupakan proses belajar untuk bisa melakukan sesuatu (learning to do). Proses belajar menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif, peningkatan kompetensi, serta pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan, perasaan, serta kemahuan untuk berbuat atau memberi tindakbalas terhadap suatu stimulus. Pendidikan membekal manusia tidak sekadar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan.Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar seyogjanya memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) dapat terrealisasi. Walau sesungguhnya bakat dan minat anak dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh dan berkembangnya bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan. Seperti kita ketahui bersama bahwa keterampilan merupakan sarana untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan semata-mata.

C.Learning to be (belajar menjadi sesuatu)Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be).Hali ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Misalnya bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai kompas penunjuk arah sekaligus menjadi fasilitator sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan potensi diri siswa secara utuh dan maksimal.Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.

D.Learning to live together (belajar hidup bersama)pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah. Kondisi seperti inilah yang memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agamaDengan kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat