[5] Penentuan Kreatinin Darah by Jhs[7]
-
Upload
riiena-arinda -
Category
Documents
-
view
25 -
download
3
description
Transcript of [5] Penentuan Kreatinin Darah by Jhs[7]
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KEPERAWATAN
PEMERIKSAAN KREATININ DARAH
Kelompok VI
Ema Dessy Naediwati I1B109006
Desy Ratna Sari I1B109013
Enny Zahratunnisa I1B109018
Elfanizar Yusandi I1B109201
Muhlisoh I1B109206
Adi Sucipto I1B109215
Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat
BANJARBARU
April, 2010
JUDUL PRAKTIKUM :
“ Pemeriksaan Kreatinin Darah”
TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan praktikum kali ini antara lain adalah sebagai berikut :
A. Tujuan Umum :
1. Memahami darah sebagai jaringan / cairan tubuh yang mempunyai fungsi
penting.
2. Mengenal kreatinin serta proses pembentukannya.
3. Memahani cara-cara pengujian fisika dan kimia darah.
B. Tujuan Khusus :
1. Menjelaskan susunan, sifat fisik dan fungsi umum kreatinin serta peranannya.
2. Menyebutkan proses terbentuknya kreatinin dan fungsinya.
3. Melakukan uji fisikan dan kimia kreatinin.
4. Menganalisa hasil pengujian fisika dan kimia kreatinin.
METODE PRAKTIKUM
A. Alat Praktikum
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Spektrofotometer
B. Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1
1. Reagen Na Tungstat
2. Reagen untuk membuat FBP cara Folin Wu
3. Larutan H2SO4
4. Serum Sampel
C. Cara Praktikum
Teknik membuat FBP cara Folin Wu
Gunakan tabung sentrifuga. Masukkan 1 ml serum atau darah dan tambahkan
aquadest 7 ml. Kemudian, tambahkan 1 ml Na-Tungstat 10%. Tambahkan 1 ml
H2SO4 0,66 N. Campur bahan-bahan tersebut selama 3 menit dan tunggu selama 5
menit.
Setelah itu sentrifuga selama 15 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Ambillah
filtratnya dengan hati-hati, jangan sampai keruh. Jika menggunakan serum
standar, buat FBPnya. Jika menggunakan standar murni, perlakukan sama tanpa
deproteinisasi karena standar murni tidak mengandung protein. Kemudian
sediakan 3 tabung uji dengan label B, S, dan St.
Pikrat alkalis dibuat dengan mencampur pikrat jenuh dengan NaOH 10 % 7:1.
Sampel dan standar dibaca dengan spektrofotometer pada 520 nm.
Reagen B=Blanko Standar Sampel
Fo 2 ml - -
FBP Serum Standar - 2 ml -
FBP Serum Sampel - - 2 ml
Fikrat Alkalis 1 ml 1 ml 1 ml
Rumus : C= As/Ast x Cst (Mg %)
Fo = Cara membuatnya : Air + Na-Tungstat + H2SO4 dengan
perbandingan 8:1:1. Tujuannya agar pH sama dengan sampel.
St = Nilai standar serum standar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
Sesuai hasil praktikum yang kami lakukan didapatkan :
Diketahui :
Absorbansi sampel = 0,044
Absorbansi standar = 0,002
C = As/Ast x Cst (Mg %)
= 0,044/0,002 x 2 Mg %
= 0,44
B. Pembahasan
Darah merupakan larutan berwarna merah gelap dan tidak tembus cahaya,
yang terdiri atas sel-sel dan cairan yang mengisi sirkulasi tertutup. Sirkulasi ini
mengalir dalam gerak teratur tanpa arah, didorong terutama oleh kontraksi ritmis
jantung [1,2]. Volume darah total adalah sekitar 8% dari 45-70% jumlah cairan
tubuh dari berat tubuh orang dewasa rata-rata dimana cairan tubuh tersebut
dibedakan dalam dua komponen, yaitu volume ekstraseluler (25% dari tubuh)
yang terdiri dari plasma, cairan intestinal, dan cairan transeluler dan volume
intraseluler sekitar 40% dari berat tubuh [1].
Darah juga merupakan salah satu komponen dalam tubuh yang memegang
peranan penting. Oleh karena itu perlu dilaksanakan praktikum analisis kualitatif
komponen darah, yang nantinya dapat berguna dalam berbagai kasus klinis.
Jaringan ini terdiri dua bagian, yaitu unsur-unsur padat seperti eritrosit, leukosit,
dan trombosit sebagai sel yang tersuspensi dan plasma darah sebagai bahan
interseluler [3].
Darah juga merupakan jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan
interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-
unsur padat yaitu sel darah [4]. Senyawa-senyawa penting yang terdapat dalam
plasma darah adalah protein seperti albumin, globulin, pseudoglobulin, fibrinogen
serta nukleoprotein; senyawa-senyawa anorganik seperti fosfat, klorida, karbonat
serta natrium klorida (paling dominan); glukosa; asam urat; lemak; asam-asam
amino; lesitin; kreatin; asam karbamat; ester; aseton; asam paralaktat; amonia;
gas-gas; senyawa berwarna; enzim; dan hormon [5].
3
Kreatinin merupakan hasil pemecahan keratin fosfat dalam otot, pada
pemecahan ini akan dihasilkan kreatinin dan energi fosfat (Pi). Jadi, keratin fosfat
merupakan salah satu senyawa karier energi. Karier energi yang lain 1,2
Bifosfogliserat, Fosfoenolpiruvat, dan Asetil KoA [6].
Kontraksi otot
Kreatin fosfat + ADP Kreatinin + ATP
Kreatin tergolong nonprotein nitrogen yang secara kontinyu diekskresi ke
urin. Jumlah ekskresi per 24 jam dipengaruhi oleh massa otot dan kontraksinya.
Pada keadaan normal tubuli ginjal aktif mengekskresi kreatinin dan jumlahnya
akan ditambah dengan kreatinin yang berasal dari darah. Jadi, peranan diagnostik
kreatinin darah berfungsi ganda, yakni terhadap faal ekskresi ginjal dan kontraksi
otot. Pada penelitian dengan menggunakan teknik radioisotop N15, kreatinin
berasal dari asam amino arginin, glisin, dan metionin [6].
Teknik pemeriksaan kreatinin yang sering digunakan adalah metode Jaffe.
Yaitu pembentukan kreatinin pikrat yang berwarna merah jika kreatinin
direaksikan dengan pikrat álcalis. Warna yang terbentuk diukur dengan fotometer
atau spektrofotometer pada 530 nm. Kalkulasi dihitung dengan membandingkan
absorbansi sampel dan standar yang telah diketahui kadarnya [6].
Harga normal untuk metode ini adalah 0,6-1,1 mg / 100 ml serum dan 0,7-
1,5 mg / 100 ml darah lengkap. Untuk pemeriksaan kreatinin harus dilakukan
deproteinisasi yaitu menggunakan Na-Tungstat dan H2SO4. Filtrat disebut dengan
bebas protein (FBP) atau lebih populer dengan filtrat Folin Wu. Filtrat juga bisa
digunakan untuk pemeriksaan asam urat [6].
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin di dalam tubuh.
Asam urat akan dioksidasi oleh senyawa oksigen reaktif membentuk allantoin.
Allantoin adalah produk oksidasi asam urat yang paling melimpah dan stabil serta
merupakan penanda stres oksidatif yang sensitif [7].
Korelasi antara kadar allantoin dan oksigen terapi pada sindrom distres
pernafasan dari penyakit paru kronik meyakinkan bahwa stres oksidatif
meningkatkan produksi allantoin. Meskipun demikian, kadar allantoin juga
4
dipengaruhi oleh beberapa faktor terkait produksi dan ekskresinya. Pada periode
postnatal, produksi allantoin akan menurun akibat penurunan asam urat.
Penurunan asam urat tersebut disebabkan kemampuan filtrasi glomerulus. Filtrasi
glomerulus juga secara langsung menurunkan kadar allantoin. Hal ini disebabkan
ketidakmampuan absorbsi pada tubulus renal[7].
Pada percobaan kali ini digunakan larutan atau serum standar. Larutan
standar adalah adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti
yang ditambahkan pada larutan lain yang tidak diketahui konsentrasinya secara
berangsur-angsur sampai terjadi reaksi antara kedua larutan tersebut [8].
Pada percobaan sering terjadi kesalahan setelah dilakukan pengecekan
perhitungan, misalnya nilai kreatinin dalam darah. Kesalahan tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain :
1. Kurang teliti dalam pengukuran. Kekurang telitian ini dapat menyebabkan
perbedaan hasil kreatinin yang dicari. Kekurang telitian pengukuran ini
dapat disebabkan oleh :
a. Penggunaan alat dengan tingkat ketelitian yang rendah
b. Sudut pandang dalam melihat batas larutan dalam buret tidak tepat
pada garis skala, atau kesalahan penglihatan (paralaks). Seharusnya
didasarkan pada meniskus yang dibentuk oleh larutan dalam
tabung reaksi.
2. Alat-alat yang digunakan masih belum bersih.
Apabila pada alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum masih
terdapat kotoran, ada kemungkinan larutan dimasukkan ke dalam alat itu
terlebih dahulu bereaksi dengan kotoran yang ada, sehingga konsentrasi
dari zat yang dicari tidak dapat diukur secara tepat.
5
Tekanan darah dikontrol dengan obat pelancar urine dan angiotensin
penghambat converting–enzyme, dengan atau tanpa kalsium penghalang agen
nondihydropyridine. Tidak ada agen angiotensin receptor–antagonist
dipergunakan. Patien dengan tekanan darah normal tidak menentukan angiotensin
penghambat converting–enzyme, sesuai dengan praktek di Taiwan di waktu dari
pembahasan. Tekanan darah, kolesterol, dan masukan protein orang sehat
terkontrol di semua pasien. Kalsium karbonat ditentukan untuk kontrol taraf fosfat
[9].
Kreatinin adalah satu bentuk amino asam dengan satu molekular
berkumpul dengan bebas yang disaring oleh glomerulus. Banyak pembahasan
mendukung persamaan dari pemeriksaan kreatinin ke Filtrasi rata- rata glomular
dan ini timbal balik hubungan dengan serum kreatinin. Kreatinin dikeluarkan
oleh sel berbentuk pipa proximal seperti halnya penyaring oleh glomerulus;
dengan demikian, pemeriksaan kreatinin melebihi Filtrasi rata- rata glomular
[10].
Pengeluaran berbentuk pipa dari kreatinin dibedakan antara dan diantara
orang perorangan, terutama di sini dengan satu mildto - lembutkan pengurangan
pada Filtrasi rata- rata glomular. Beberapa obat, meliputi trimethoprim dan
cimetidine, menghalangi pengeluaran kreatinin, kurang dengan demikian
pemeriksaan kreatinin dan mengangkat serum kreatinin tanpa mempengaruhi
Filtrasi rata- rata glomular [10].
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa hasil yang diperoleh dari percobaan yaitu nilai kreatinin darah
pada probandus 0,44 mg / 100 ml serum. Sedangkan menurut metode jaffe kadar
kreatinin normal adalah 0,6 – 1,1 mg / 100 ml serum. Dari data didapatkan bahwa
kreatinin dalam darah probandus di bawah kreatinin normal.
B. Saran
6
Pada dasarnya praktikum yang telah dilaksanakan berjalan dengan baik
apabila praktikan lebih teliti dalam melakukan percobaan tersebut.
Diharapkan percobaan-percobaan selanjutnya dilaksanakan dengan lebih
cermat dan hati-hati, serta penentuan sampel yang lebih teliti agar
praktikum yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
1) Widmann, F.K. 1989. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Edisi 2. Jakarta: EGC.
2) Murray, Robert K et al. 1999. Biokimia Harper Edisi 24. Jakarta:
EGC.Suhartono, Eko. Buku Ajar Kimia Kedokteran I. Bagian Kimia
Kedokteran Fk-Unlam, Banjarbaru. 2003
3) Tikekar, P.G. 1968. Practical Biochemistry for Medical Student’s 5 th
Edition. Bombay: Bharat Book Corporation Medical Booksellers and
Publisher’s.
4) Baron, D.N. 1995. Kapita Selekta Patologi Klinik edisi 4. Jakarta : EGC.
5) Anonymous . 2008. Modul Praktikum Biokomia Kedokteran I. Banjarbaru
: Bagian Biokimia Kedokteran FK UNLAM.
6) Staf Pengajar Biokimia Keperawatan. 2009. Modul Praktikum Biokimia
Keperawatan. Edisi 1. Banjarbaru : Bagian Biokimia Kedokteran FK
Unlam. Hal 34-36.
7) Suhartono, Eko., Hasyim, Fachir., Setiawan, Bambang. 2008. Stress
oksidatif dasar dan penyakit. Banjarbaru : Pustaka banua. Hal. 215.
8) Suhartono, Eko. 2003. Modul dan Penuntun Praktikum Kimia Kedokteran
I. Banjarbaru : Bagian Kimia Kedokteran FK UNLAM Banjarbaru.
9) Lin, Ja-Liang et al. Environmental Lead Exposure and Progression of
Chronic Renal Diseases in Patients without Diabetes. N Engl J Med
348;4. 277-287.
7
10) Stevens, Lesley A et al. Assessing Kidney Function — Measured and
Estimated Glomerular Filtration Rate. N Engl J Med 354;23. 2473-2484.
Banjarbaru, 29 April 2009
Ketua Kelompok Dosen Praktikum
Herry Setiawan Dra. Fujiati M. Si.
NIM. I1B108227 NIP 132092888
8