Akhlak-Tasawuf

download Akhlak-Tasawuf

of 55

description

Agama

Transcript of Akhlak-Tasawuf

  • AKHLAK TASAWUF OLEH

    DRA. HJ. MARYATIN

  • URGENSI AKHLAK TASAWUF

    DALAM KEHIDUPAN MUSLIM MODERN Tasawwuf mempunyai dua makna: makna pertama lebih ditekankan pada

    usaha mensucikan jiwa, dan bersungguh-sungguh dalam mematuhi Allah dan meneladani Rasulallah SAW. hingga jiwa menjadi bersih dan memantulkan haqiqat dan rahasia ketuhanan

    Menurut HAMKA:1)Solusi alternatif terhadap kebutuhan spiritual dan mampu menjadi instrumen pembinaan moral mansuia modern, 2) Seorang penganut tasawuf modern tidak harus lari dari kehidupan duniawi tetapi justru harus terlibat aktif dalam masyarakat, (3) Mempraktekan tasawuf secara aktif dalam setiap aktifitas manusia modern, 4) Tasawuf dapat dipraktekan hanya dalam kerangka syari'ah.

    Tasawuf adalah program pendidikan yang focus pada penyucian jiwa dari segala penyakit yang menghalangi manusia dari Allah SWT . Khususnya pada kehidupan modern dengan ciri-ciri antara lain adalah :

    Disintegrasi ilmu pengetahuan, Jiwa yang terpecah (split personality), penyalah gunaan iptek, pendangkalan iman, pola hubungan materialistik, menghalalkan segala cara, stres dan frustasi, kehilangan harga diri dan masa depan.

  • PENGERTIAN

    AKHLAK TASAWUF Pengertian Akhlak:

    Secara bahasa akhlak berasal dari kata artinya perangai, kebiasaan, watak, peradaban yang baik, agama. Kata akhlak sama dengan kata khuluq. Dasarnya adalah:1. QS. Al- Qalam: 4: , 2. QS. Asy-Syuara: 137: 3. Hadis :

    Menurut Istilah, akhlak adalah: 1. Ibnu Miskawaih: sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melaksanakan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran danpertimbangan. 2. Imam Ghazali: sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

    Pengertian Tasawuf: Secara bahasa tasawuf berarti: - saf (baris), sufi (suci), sophos (Yunani: hikmah), suf (kain wol) - sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan bersikap bijaksana.

    Menurut Istilah: 1. Upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah Swt. 2. Kegiatan yang berkenaan dengan pembinaan mental ruhaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.

    Hubungan Akhlak dengan Tasawuf:

    Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertical antara manusia dengan Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak.

  • RUANG LINGKUP

    AKHLAK TASAWUF Ruang lingkup Kajian Ilmu Akhlak:

    @ Perbuatan-perbuatan manusia menurut ukuran baik dan buruk. @ Objeknya adalah norma atau penilaian terhadap perbuatan tersebut. @ Perbuatan tersebut baik perbuatan individu maupun kolektif.

    Kajian dalam Tasawuf bersumber pada: 1. Unsur Islam: - Al-Quran mengajarkan manusia untuk: mencintai Tuhan (QS. Al-Maidah: 54), bertaubah dan mensucikan diri (QS. At-Tahrim: 8), manusia selalu dalam pandangan Allah dimana saja (QS. Al-Baqarah: 110), Tuhan memberi cahaya kepada hamba-Nya (QS. An-Nur: 35), sabar dalam bertaqarrub kepada Allah (QS. Ali Imran: 3) - Hadis Nabi : tentang rahasia penciptaan alam adalah agar manusia mengenal penciptanya, praktek para sahabat seperti Abu Bakar Ash-shiddiq, Umar Ibn Khattab, Usman Ibn Affan, Ali Ibn Abi Talib, Abu Zar Al-Ghiffari, Hasan Basri, dll. 2. Unsur Non Islam: a. Nasrani: Cara kependetaan dalam hal latihan jiwa dan ibadah. b. Yunani: Unsur filsafat tentang masalah ketuhanan. c. Hindu/Budha: mujahadah, perpindahan roh dari satu badan ke badan yang lain.

  • TUJUAN

    MEMPELAJARI AKHLAK TASAWUF

    Untuk taqorub kpd Allah derajat taqwa

    Mendapatkan derajat muttaqin di hadapan Allah

    Untuk membersihkan jiwa dari hal-hal buruk

    Mematuhi semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya

    Berusaha selalu berakhlakul karimah

    Bersikap qanaah

    Mengerjakan sesuatu dengan dasar ikhlas

    Selalu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah

    Meneladani akhlak Rasulullah SAW.

    Faedah tasawwuf ialah membersihkan hati agar sampai kepada marifat terhadap Allah Taala

  • SEJARAH AKHLAK TASAWUF

    Masa Nabi : Tasawuf merupakan salah satu aspek esoteris/kebatinan Islam, sebagai perwujudan dari ihsan yang berarti kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung seorang hamba dengan tuhan-Nya. Pada masa rasulullah belum dikenal istilah tasawuf, yang dikenal pada waktu itu adalah nabi beruzlah/menyendiri di gua Hiro, istilah yang muncul zuhud/asketisme.

    Masa para sahabat: Dalam sejarah islam sebelum timbulnya aliran tasawuf, terlebih dahulu muncul aliran zuhud. Aliran zuhud timbul pada akhir abad I dan permulaan abad II H. Munculnya istilah tasawuf baru dimulai pada pertengahan abad III H oleh abu Hasyimal-Kufi (250 H) dengan meletakkan al-Sufi dibelakang namanya. Pada masa ini al muncul perbedaan pendapat antara Usman dan Ali.

    Masa Muawiyah muncul pertikaian yang menimbulkan perpecahan pada kubu umat islam menjadi 3 golongan yaitu khawarij, murjiah dan syiah. Demikian pula selanjutnya muncul 4 imam mazdab al ; SyafiI, Hambali, Hanafi & Maliki pada masa Umayyah. Dan perkembangan ilmu pengetahuan semakin canggih pada masa Abbasiyah sehingga banyak muncul masalah terkait dengan hablu minallah dan hablu minnas, Abdul Aziz. Perkembangan berikutnya sufisme tumbuh subur sejalan dengan peradaban semakin lemah.

  • Lanjutan

    Tasawuf muncul sebagai respon terhadap praktek kehidupan para raja yang

    penuh dengan kemewahan.

    Para sufi memperbanyak zikir, zuhud, tadarus al-Quran, salat sunnah dan

    sebagainya.

    Tasawuf menjadi pengajian yang dipimpin oleh guru sufi.

    Abad ke 3 H: muncul tasawuf yang menonjolkan pemikiran eksklusif

    (tasawuf falsafi) seperti Al-Hallaj dengan konsep hulul.

    Abad ke 5 H: muncul Al-Ghazali, yang mendasarkan tasawuf hanya pada al-

    Quran dan hadis dan bertujuan asketisme, hidup sederhana, pelurusan jiwa,

    dan pembinaan moral.

    Abd ke 6 H berkembang tarekat-tarekat untuk melatih dan mendidik para

    murid seperti yang dilakukan oleh Sayid Ahmad RifaI (w. 570 H), dan Sayid

    Abdul Qadir Jaelani (w. 651 M).

    Sejak abad ke 6 H muncul perpaduan antara tasawuf akhlaki dengan falsafi

    dengan tokoh seperti: Suhrawardi Al-Maqtul dan Ibn Arabi.

  • TASAWUF AKHLAKI

    Bagian terpenting tujuan tasawuf adalah memperoleh hubungan langsung

    dengan Tuhan sehingga merasa dan sadar berada dalam hadirat Tuhan.

    Semua sufi berpendapat bahwa satu satunya jalan yang dapat

    mengantarkan seseorang ke hadirat Allah hanyalah dengan kesucian jiwa.

    sejalan dengan tujuan hidup tasawwuf, para sufi berkeyakinan bahwa

    kebahagian yang pari purna dari langgeng bersifat spiritual.

    Para sufi berpendapat bahwa untuk merehabilitasi sikap mental yang tidak

    baik diperlukan terapi yang tidak hanya dari aspek lahiriah.

    Untuk itu, dalam tasawuf akhlaqi, sistem pembinaan akhlak disusun berikut

    ini :

    1. Takhalli: adalah usaha mengosongkan diri dari perilaku atau akhlak tercela.

    2. Tahalli: adalah upaya mengisi atau menghiasi diri dengan jalan

    membiasakan diri dengan sikap, prilaku dan akhlak terpuji.

  • Lanjutan

    Sikap mental dan perbuatan yang baik yang sangat penting diisikan kedalam jiwa manusia akan dibiasakan dalam perbuatan dalam rangka pembentukan manusia paripurna, antara lain sebagai berikut :

    a. Taubat: yaitu rasa penyesalan sungguh sungguh dalam hati yang disertai permohonan ampun serta berusaha meninggalkan perbuatan yang menimbulkan dosa.

    b. Cemas dan Harap (khauf dan raja):yaitu perasaan yang timbul karena banyak berbuat salah dan seringkali lalai kepada Allah.

    c. Zuhud: yaitu meninggalkan kehidupan duniawi dan melepaskan diri dari pengaruh materi.

    d. Al-Faqr: yaitu sikap yang tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dipunyai dan merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki sehingga tidak meminta sesuatu yang lain.

    e. Al-Sabru:yaitu suatu keadaan jiwa yang kokoh, stabil, dan konsekuen dalam pendirian. f. Ridha:yaitu menerima dengan lapang dada dan hati terbuka terhadap apa saja yang datang dari Allah.

    g. Muraqabah:yaitu sikap siap dan siaga setiap saat untuk meneliti keadaan diri sendiri.

    h. Tajalli adalah usaha pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui pada fase sebelu mnya untuk mencapai kesempurnaan kesucian jiwa.

  • TASAWUF SUNNI

    Tasawwuf sunni ialah aliran tasaawuf yang berusaha memadukan asapek hakekat dan syariat, yang senantiasa memelihara sifat kezuhudan dan mengkonsentrasikan pendekatan diri kepada allah, dengan berusaha sungguh-sugguh berpegang teguh terhadap ajaran al-Quran, Sunnah dan Shirah para sahabat.

    Tasawuf sunni banyak berkembang di dunia Islam, terutama di negara negara yang dominan bermazhab Syafii.

    Tasawuf ini sering digandrungi orang karena paham atau ajaran ajarannya tidak terlalu rumit.

    Ciri ciri tasawuf sunni antara lain : 1. Melandaskan diri pada Al-quran dan As-Sunnah. 2. Tidak menggunakan terminologi terminology filsafat sebagaimana terdapat pada ungkapan ungkapan Syahahat. 3. Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antara Tuhan dan manusia. 4. Kesinambungan antara hakikat dengan syariat. 5. Lebih terkonsentrasi pada pembinaan, pendidikan akhlak, dan pengobatan jiwa dengan cara riyadhah (latihan latihan) dan langkah takhalli, tahalli, dan tajalli.

  • Tokoh Sufisme Sunni;

    Adapun para tokohnya adalah:

    Hasan al-Basri ;keprihatinannya melihat gaya hidup dan kehidupan masyarakat yang telah terpengaruh oleh duniawi .Dasar pendiriannya yang paling utama adalah zuhud terhadap kehidupan duniawi sehingga ia menolak segala kesenangan dan kenikmatan duniawi. Prinsip kedua Hasan al-Bashri adalah al-khouf dan raja. Dengan pengertian merasa takut kepada siksa Allah karena berbuat dosa dan sering melalakukan perintahNya.

    Rabiah Al-Adawiyah ; bahwa sejak masa kanak-kanaknya dia telah hafal Al-Quran dan sangat kuat beribadah serta hidup sederhana. Cinta murni kepada Tuhan adalah puncak ajarannya dalam tasawuf yang pada umumnya dituangkan melalui syair-syair dan kalimat-kalimat puitis. Cinta kepada Allah adalah satu-satunya cinta menurutnya sehingga ia tidak bersedia mambagi cintanya untuk yang lainnya. Seperti kata-katanya Cintaku kepada Allah telah menutup hatiku untuk mencintai selain Dia.

    Dzu Al-Nun Al-Misri ; Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang silsilah keturunan dan riwayat pendidikannya karena masih banyak orang yang belum mengungkapkan masalah ini. Namun demikian telah disebut-sebut oleh orang banyak sebagai seorang sufi yang tersohor dan tekemuka diantara sufi-sufi lainnya pada abad 3 Hijriah.

    Abu Hamid Al-Ghazali; dia diberi gelar Hujjatul Islam, karyanya yang paling penting adalah Ihya Ulum al-Din. Dalam karyanya tersebut, dia menguraikan secara terinci pendapatnya tentang tasawuf, serta menghubungkannya dengan fiqh maupun moral agama.

  • TASAWUF FALSAFI

    tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional.Tasawuf ini menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya,yang berasal dari berbagai macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya.

    Konsep-konsep mereka yang disebut dengan tasawuf falsafi yakni tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat. ajaran filsafat yang paling banyak dipergunakan dalam analisis tasawuf adalah Paham emanasi neo-Plotinus.

    Perbedaan tasawuf sunni dan salafi lebih menonjol kepada segi praktis ( ), sedangkan tasawuf falsafi menonjol kepada segi teoritis ( ) sehingga dalam konsep-konsep tasawuf falsafi lebih mengedepankan asas rasio dengan pendektan-pendekatan filosofis yang ini sulit diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi orang awam, bahkan bisa dikatakan mustahil.

    Kaum sufi falsafi menganggap bahwasanya tiada sesuatupun yang wujud kecuali Allah, sehingga manusia dan alam semesta, semuanya adalahAllah. Mereka tidak menganggap bahwasanya Allah itu zat yang Esa, yang bersemayam diatas Arsy.

    Dalam tasawuf falsafi, tentang bersatunya Tuhan dengan makhluknya,setidaknya terdapat beberapa term yang telah masyhur beserta para tokohnya yaitu ; hulul,wadah al~wujud, insan kamil, Wujud Mutlak

  • Macam-macam tasawuf Falsafi

    1. Hulul

    Hulul merupakan salah satu konsep didalam tasawuf falsafi yang meyakini terjadinya kesatuan antara kholiq dengan makhluk. Paham hululini disusun oleh Al-hallaj

    2.Wahdah Al-Wujud

    Istilah wahdah Al-wujud sangat dekat dengan pribadi Ibnu Arabi,sehingga ketika menyebut pemikiran Ibnu Arabi seakan-akan terlintas tentang doktrin wahdah Al-wujud sebenarnya wihdatul wujud bukan penyebutan aari ibnu arbai sendiri melainkan sebutan yang dilontarkan oleh musuh bebuyutannya yaitu Ibnu taimiyah.

    3.Ittihad

    Pengertian ittihad sebagaimana disebutkan dalam sufi terminologi adalah; ittihad adalah penggabungan antara dua hal yang menjadi satu.Ittihad merupakan doktrin yang menyimpang dimana didalamnya terjadiproses pemaksaan antara dua ekssistensi. Kata ini berasal dari katawahd atau wahdah yang berarti satu atau tunggal. Jadi ittihad artinyabersatunya manusia dengan Tuhan.

    4. insan kamil.

    Al-jilli adalah seorang yang sangat terkenal di Baqhdat, riwayat hidupnya tidak banyak diketahui oleh sejrah tapi yang jelas ajran yang al-jilli ini ialah Insan kamil. Insan kamil menurut aljilli ialah manusia

    5. Wujud al mutlak Ibnu Sabin

    Disamping para sufi ia juga seorang filosof yang sangat terkenal dari Andalusia, ia adalah seorang penggagas paham tasawwuf yang lebih dikenal dengan kesatuan Mutlak

  • Lanjutan

    Ibnu Khaldun dalam karyanya Al-Muqaddimah, menyimpulkan bahwa ada empat objek utama yang menjadi perhatian para sufi filosof, antara lain :

    1. Latihan rohaniah dengan rasa, instiusi serta introspeksi diri yang timbul darinya.

    2. Iluminasi atau hakekat yang tersingkap dari alam gaib, seperti sifat sifat rabbani, arsy, kursi, malaikat dll.

    3. Peristiwa peristiwa dalam alam maupun kosmos yang berpengaruh terhadap berbagai bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.

    4. Penciptaan ungkapan ungkapan yang pengertiannya sepintas samar samar (syatahiyyat).

    Tasawuf Al-Ghazali

    Menurut Imam Ghazali, tasawuf adalah Jalan (thariq) ditempuh dengan mempersembahkan kegiatan mujahadah (perjuangan) dan menghapus sifat-sifat tercela dan memutuskan semua ketergantungan dengan makhluk, serta menyongsong esensi cita-cita bertemu Allah. Jika tujuan itu tercapai, maka Allah-lah yang menjadi penguasa dan pengendali hati hamba-Nya, dan Dia menerangi hamba-Nya dengan cahaya ilmu. Jika Allah berkenan mengurusi hati hamba-Nya, maka Dia akan menambahkan rahmat pada hati tersebut; cahaya hati tersebut akan bersinar cemerlang, dada menjadi lapang, terbuka baginya rahasia kekuasaan Allah, hijab yang menghalangi kemuliaan hati akan terbuka dengan kelembutan rahmat, serta hakikat masalah-masalah ketuhanan akan tersibak.

    Jika semua ini telah dicapai, maka seorang sufi telah mencapai derajat musyahadah yang menjadi tujuan tasawuf

  • TAUBAT

    Taubat adalah kembali kepada Allah setelah melakukan maksiat.

    surat Al Baqarah: 160 "Dan Akulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." surat Al-Baqarah: 222, "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.

    surat Ali Imran ayat: 133, "Bersegaralah kepada ampunan dari tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunan terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." surat At-Tahrim: 66, "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam sorga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya, sedang cahaya mereka memancar di depan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan 'Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kamidan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu'".

    Agar taubat seseorang itu diterima, maka dia harus memenuhi tiga hal yaitu:

    (1) Menyesal, (2) Berhenti dari dosa, dan (3) Bertekad untuk tidak mengulanginya.

  • Pengalaman Bertaubat;

    Taubat adalah ibadah yang amat besar nilainya dan akan menghapus dosa-dosa kita, sebagai mana nabi saw, mengatakan: Seseorang yang bertaubat seperti orang yang tanpa dosa.(Hasan -Diriwayatkan oleh Abu Ubaidah ibn Abdullaah & dikumpulkan oleh Ibn Majah Authenticated oleh al-Albani)

    Saya melakukan sebuah dosa besar,saya telah bertaubat,tetapi saya mengulangi lagi perbuatan dosa tsb, apakah jika saya bertaubat,taubat saya akan diterima oleh Allah? Saya termasuk orang yang rajin beribadah,sholat tidak pernah saya tinggalkan,tetapi ketika saya bertemu dengan pacar saya, saya bisa melakukan zina.Saya bertaubat,tetapi saya juga selalu mengulangi perbuatan dosa tsb. Saya adalah seorang murid yang pernah melakukan dosa besar,saya bertaubat secara lisan,hati dan perbuatan di depan Guru Ngaji saya di hadapan Allah bersumpah meninggalkan dosa yang pernah saya lakukan dan mengganti dengan amal ibadah yang banyak. Namun beberapa tahun kemudian saya melakukan kembali dosa yang sama..apakah saya masih akan diampuni Allah?

    pertama kali orang melakukan dosa karena tidak memahami akan dosa tsb, Allah masih memberikan adzab yang setimbal dengan dosanya. Akan tetapi ketika seseorang tahu itu sebuah dosa,tetapi dilakukan juga, adzab yang diberikan Allah lebih besar daripada ketika seseorang tidak memahami bahwa hal itu merupakan dosa.

    Perintah dari Allah supaya kita bertaubat dijumpai dalam banyak ayat Al-Quran. Namun taubat yang dimaksudkan adalah taubat yang sebenar-benarnya, yang disebuat Taubat Nashuha. Yaitu tidak kembali kepada kesalahan yang sebelumnya diperbuat dan mengganti dengan amal ibadah yang banyak.

  • Tanda-tanda Orang Yang Bertaubat;

    Taubat seseorang itu bisa dilihat dari beberapa hal: 1. Mengendalikan lisan dari ucapan yang tidak berguna 2. Jauh dari rasa iri,dengki dan sikap permusuhan 3. Menghindari lingkungan/teman yang buruk 4. Taat pada perintah Allah dan menjauhi laranganNya

    Tanda apa yang bisa diketahui bahwa taubat seseorang diterima? 1. Berkumpul dengan orang yang sholeh dan tidak bergaul dengan teman buruk. 2. Senantiasa menjauhi perbuatan dzalim dan rajin beribadah 3. Tidak terpancang hanya pada kepentingan dunia, sebaliknya selalu ingat akan adanya Akherat sehingga apa yang dilakukan di dunia adalah persiapan untuk hari akhir. 4. Tawakal atas rezeki yang diberikan Allah setelah berikhtiar

    Tingkatan Taubat menurut Imam Ghazali adalah sbb ;Pertama: bertaubatnya seseorang dan istiqomahnya ia di jalan Allah hingga akhir hayatnya. Kedua: Orang yang bertaubat dari dosa besar,tetapi dalam perjalanan taubatnya selalu mendapat ujian hingga tidak sengaja ia terjatuh dalam dosa,tetapi hatinya senantiasa sedih dan menyesal sehingga ia berusaha memperbarui tindakannya dengan memperbaiki niatnya. Ketiga: orang yang bertaubat untuk beberapa lama tapi kemudian hawa nafsu mengalahkannya sehingga ia berbuat dosa lagi.Namun demikian ia masih mau melakukan amal shaleh,ia masih meminta pertolongan Allah agar mampu mengendalikan hawa nafsunya. Keempat: orang yang bertaubat hanya sebentar saja,tapi kemudian berbuat dosa lagi tanpa dibarengi penyesalan sedikitpun,bagaikan orang lalai bahwa ia telah bertaubat.Pada tingkatan ini ditakutkan orang bisa meninggal dalam keadaan suul

  • SABAR

    Sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir Allah. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin(Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24) Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan.

    sedangkan macam-macam sabar ada 3 hal al;

    Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah; Sabar dalam menuntut Ilmu ,sabar dalam mengamalkan ilmu, sabar dalam berdakwah, sabar dan kemenangan.

    Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah; sabar menjauhi maksiat, sabar menerima takdir,.

    Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah yang dialaminya, berupa berbagai hal yang menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar kekuasaan manusia ataupun yang berasal dari orang lain; sabar dalam bertauhid. (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)

  • Ayat Al-Quran tentang sabar

    Ayat Al-Quran tentang sabar ; (QS. Al Baqarah [2]: 45), (QS. Ar Rad [13] : 24),

    Pertama: Sabar dalam melakukan ketaatan sampai seorang melaksanakannya. Hal ini dikarenakan seorang hamba hampir dapat dipastikan tidak dapat melakukan segala perkara yang diperintahkan kepadanya kecuali setelah bersabar, berusaha keras untuk bersabar dan berjihad melawan segenap musuh, baik yang tampak maupun yang tidak tampak.

    Kedua: Kesabaran terhadap segala perkara yang terlarang sehingga dirinya tidak mengerjakan berbagai larangan tersebut.

    Ketiga: Kesabaran terhadap musibah yang menimpanya.

    Urgensi Kesabaran

    Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya.

    kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian "nrimo", ketidak mampuan dan identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan.

    Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi.

  • Makna Sabar;

    Asal katanya adalah "Shobaro", yang membentuk infinitif (masdar) menjadi

    "shabran". Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah.

    Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah:

    Menahan diri dari sifat kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan

    lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang

    tidak terarah.

    Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad.

    Padahal jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah

    menggunakan senjata (perang). Artinya untuk berbuat seperti itu perlu

    kesabaran untuk mengeyampingkan keiinginan jiwanya yang menginginkan

    rasa santai, bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sabar dalam jihad juga

    berarti keteguhan untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari medan

    peperangan. Orang yang lari dari medan peperangan karena takut, adalah

    salah satu indikasi tidak sabar.

  • Sabar Sebagaimana Digambarkan

    Dalam Al-Qur'an 1. Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam

    QS.2: 153, Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat

    banyak terdapat dalam Al-Qur'an. Diantaranya adalah dalam QS.3: 200, 16: 127, 8: 46,

    10:109, 11: 115 dsb.

    2. Larangan isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS.

    Al-Ahqaf/ 46: 35):

    3. Larangan isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS.

    Al-Ahqaf/ 46: 35):

    4. Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3: 146)

    Allah SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."

    5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT senantiasa

    akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS. 8: 46) ; "Dan

    bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar."

    6. Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur'an (13: 23 -

    24);

  • Kesabaran Sebagaimana Digambarkan

    Dalam Hadits. 1. Kesabaran merupakan "dhiya' " (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap

    kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan, "dan kesabaran merupakan cahaya yang terang" (HR. Muslim)

    2. Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara optimal. Rasulullah SAW pernah menggambarkan: "barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar" (HR. Bukhari)

    3. Kesabaran merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW mengatakan, "dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran." (Muttafaqun Alaih)

    4. Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu'min, sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah; "Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya." (HR. Muslim)

    5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, "Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya." (HR. Bukhari)

    6. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas'ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan: Dari Abdullan bin Mas'ud berkata"Seakan-akan aku memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, 'Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui." (HR. Bukhari)

    7. Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah menggambarkan dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah." (HR. Bukhari)

    8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullan SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan h

    9. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian.

  • Bentuk-Bentuk Kesabaran

    1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.

    Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah diperlukan beberapa hal, (1) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya'. (2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya. (3) Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.

    2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, memandang sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan "menyenangkan". Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang "menyenangkan".

    3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta, kehilangan orang yang dicintai dsb.

    Aspek-Aspek Kesabaran sebagaimana yang Digambarkan dalam Hadits Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara spesifik menggambarkan aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seseroang diharuskan untuk bersabar. Meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan pembatasan pada bidang-bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh dan penekanan yang memiliki nilai motivasi untuk lebih bersabar dalam menghadapi berbagai permasalahan lainnya. Diantara kondisi-kondisi yang ditekankan agar kita bersabar adalah :

  • Macam-macam SABAR

    1. Sabar terhadap musibah. Sabar terhadap musibah merupakan aspek kesabaran yang paling sering dinasehatkan banyak orang. Karena sabar dalam aspek ini merupakan bentuk sabar yang Dalam sebuah hadits diriwayatkan, : Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah. Wanita tersebut menjawab, Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku. Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah SAW dan ia tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, (maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW. Rasulullah bersabda, Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama. (HR. Bukhari Muslim) 2. Sabar ketika menghadapi musuh (dalam berjihad). Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, Janganlah kalian berangan-angan untuk menghadapi musuh. Namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah (untuk menghadapinya). HR. Muslim. 3. Sabar berjamaah, terhadap amir yang tidak disukai. Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa yang melihat pada amir (pemimpinnya) sesuatu yang tidak disukainya, maka hendaklah ia bersabar. Karena siapa yang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal, kemudian ia mati. Maka ia mati dalam kondisi kematian jahiliyah. (HR. Muslim)

    4. Sabar terhadap jabatan & kedudukan. Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari kaum Anshar berkata kepada Rasulullah SAW; Wahai Rasulullah, engkau mengangkat (memberi kedudukan) si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi kedudukan kepadaku). Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku atsaratan (yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari yang lainnya), maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku pada telagaku (kelak). (HR. Turmudzi). 5. Sabar dalam kehidupan sosial dan interaksi dengan masyarakat. Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, Seorang muslim apabila ia berinteraksi dengan masyarakat serta bersabar terhadap dampak negatif mereka adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat serta tidak bersabar atas kenegatifan mereka. (HR. Turmudzi)

    6. Sabar dalam kerasnya kehidupan dan himpitan ekonomi Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat. (HR. Turmudzi).

  • Kiat-kiat Untuk Meningkatkan

    Kesabaran 1. Mengkikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya.

    Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah SWT.

    2. Memperbanyak tilawah (baca; membaca) al-Qur'an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan makna-makna yang dikandungnya. Karena al-Qur'an merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam kategori ini juga dzikir kepada Allah.

    3. Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.

    4. Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat dan maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, kikir, dsb.

    5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (isti'jal), memiliki prosentase yang cukup besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa sesungguhnya Allah akan melihat "amalan" seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat pada hasilnya. (Lihat QS. 9 : 105)

    6. Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.

    7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi'in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya. Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia.

  • ZUHUD

    Definisi Zuhud; Zuhud secara bahasa artinya lawan dari cinta dan semangat terhadap dunia. Ibnul Qayyim, berkata, Saya mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata,

    Zuhud adalah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat di akhirat, adapun wara adalah meninggalkan apa-apa yang ditakuti akan bahayanya di akhirat. Kemudian beliau mengomentarinya, Ini adalah definisi yang paling baik terhadap makna zuhud dan wara dan yang paling mencakupnya.

    Berkata Sufyan Ats-Tsauriy, Zuhud terhadap dunia adalah pendek angan-angan, dan bukanlah yang dimaksud zuhud itu dengan memakan makanan yang keras (buruk) dan memakai (baju) karung. Kesimpulannya bahwasanya hakikat zuhud yang ada di dalam hati adalah dengan mengeluarkan kecintaan dan semangat terhadap dunia dari hati seorang hamba, sehingga jadilah dunia itu hanya di tangannya sedangkan kecintaan Allah dan negeri akhirat ada di dalam hatinya.

    Imam Ahmad membagi zuhud menjadi tiga tingkatan: 1. Meninggalkan yang haram, yang merupakan zuhudnya orang-orang awwam, dan ini adalah fardhu ain. 2. Meninggalkan kelebihan-kelebihan dari yang halal, dan ini zuhudnya orang-orang yang khusus. 3. Meninggalkan apa-apa yang dapat menyibukkannya dari (mengingat) Allah, dan ini adalah zuhudnya orang-orang yang mendalam pengetahuannya tentang Allah.

  • Pengertian Zuhud dan tingkatannya

    Arti kata zuhud adalah tidak ingin kepada sesuatu dengan meninggalkannya. Menurut istilah zuhud adalah berpaling dan meninggalkan sesuatu yang disayangi yang bersifat material atau kemewahan duniawi dengan mengharap dan menginginkan sesuatu wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual atau kebahagiaan akherat.

    Zuhud dibagi menjadi tiga tingkatan al:

    Tingkat Mubtadi (tingkat pemula) yaitu orang yang tidak memiliki sesuatu dan hatinya pun tidak ingin memilikinya.

    Tingkat Mutahaqqiq yaitu orang yang bersikap tidak mau mengambil keuntungan pribadi dari harta benda duniawi karena ia tahu dunia ini tidak mendatangkan keuntungan baginya.

    Tingkat Alim Muyaqqin yaitu orang yang tidak lagi memandang dunia ini mempunyai nilai, karena dunia hanya melalaikan orang dari mengingat Allah. (menurut Abu Nasr As Sarraj At Tusi)

    Menurut AI Gazali membagi zuhud juga dalam tiga tingkatan yaitu:

    Meninggalkan sesuatu karena menginginkan sesuatu yang lebih baik dari padanya

    Meninggalkan keduniaan karena mengharap sesuatu yang bersifat keakheratan

    Meninggalkan segala sesuatu selain Allah karena terlalu mencintai-Nya

  • Hadits ttg Macam-macam zuhud

    Zuhud yang disyariatkan adalah meninggalan setiap hal yang tidak bermanfaat untuk kehidupannya di akhirat dan hati begitu yakin pada apa yang di sisi Allah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam At Tirmidzi,

    Zuhud terhadap dunia bukan berarti mengharamkan yang halal dan bukan juga menyia-nyiakan harta. Akan tetapi zuhud terhadap dunia adalah engkau begitu yakin terhadap apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tanganmu. Zuhud juga berarti ketika engkau tertimpa musibah, engkau lebih mengharap pahala dari musibah tersebut daripada kembalinya dunia itu lagi padamu.[1]

    Karena Allah Taala berfirman,

    Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. (QS. Al Hadid: 23) [2]. Ini menunjukkan bahwa zuhud di sini merupakan ciri-ciri zuhud dalam hati (batin).

    Adapun zuhud secara lahiriyah (zhohir) adalah dengan seseorang meninggalkan berlebih-lebihan dalam hal makanan, pakaian, harta dan lainnya yang tidak sebagai pengantar untuk taat pada Allah.

    Sebagaimana Imam Ahmad pernah katakan,

    ( Yang dimaksud zuhud secara lahir) adalah seseorang mengonsumsi makanan namun tidak secara berlebih-lebihan, mengenakan pakaian juga tidak secara berlebihan dan bersabar di hari-hari penuh kesulitan.

  • Macam-macam Zuhud

    Al-Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa zuhud itu bukanlah mengharamkan yang halal atau menyia-nyiakan harta, akan tetapi zuhud di dunia adalah engkau lebih mempercayai apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tanganmu. Keadaanmu antara ketika tertimpa musibah dan tidak adalah sama saja, sebagaimana sama saja di matamu antara orang yang memujimu dengan yang mencelamu dalam kebenaran.

    Di sini zuhud ditafsirkan dengan tiga perkara yang semuanya berkaitan dengan perbuatan hati:

    Bagi seorang hamba yang zuhud, apa yang ada di sisi Allah lebih dia percayai daripada apa yang ada di tangannya sendiri. Hal ini timbul dari keyakinannya yang kuat dan lurus terhadap kekuasaan Allah. Abu Hazim az-Zahid pernah ditanya, Berupa apakah hartamu? Beliau menjawab, Dua macam. Aku tidak pernah takut miskin karena percaya kepada Allah, dan tidak pernah mengharapkan apa yang ada di tangan manusia. Kemudian beliau ditanya lagi, Engkau tidak takut miskin? Beliau menjawab, (Mengapa) aku harus takut miskin, sedangkan Rabb-ku adalah pemilik langit, bumi serta apa yang berada di antara keduanya.

    Apabila terkena musibah, baik itu kehilangan harta, kematian anak atau yang lainnya, dia lebih mengharapkan pahala karenanya daripada mengharapkan kembalinya harta atau anaknya tersebut. Hal ini juga timbul karena keyakinannya yang sempurna kepada Allah.

    Baginya orang yang memuji atau yang mencelanya ketika ia berada di atas kebenaran adalah sama saja. Karena kalau seseorang menganggap dunia itu besar, maka dia akan lebih memilih pujian daripada celaan. Hal itu akan mendorongnya untuk meninggalkan kebenaran karena khawatir dicela atau dijauhi (oleh manusia), atau bisa jadi dia melakukan kebatilan karena mengharapkan pujian. Jadi, apabila seorang hamba telah menganggap sama kedudukan antara orang yang memuji atau yang mencelanya, berarti menunjukkan bahwa kedudukan makhluk di hatinya adalah rendah, dan hatinya dipenuhi dengan rasa cinta kepada kebenaran.

  • Tingkatan Zuhud

    Ada beberapa tingkatan zuhud sesuai dengan keadaan setiap orang yang melakukannya, yaitu:

    Berusaha untuk hidup zuhud di dunia; sementara ia menghendaki (dunia tersebut), hati condong kepadanya dan selalu menoleh ke arahnya, akan tetapi ia berusaha melawan dan mencegahnya.

    Orang yang meninggalkan dunia dengan suka rela, karena di matanya dunia itu rendah dan hina, meskipun ada kecenderungan kepadanya. Dan ia meninggalkan dunia tersebut (untuk akhirat), bagaikan orang yang meninggalkan uang satu dirham untuk mendapatkan uang dua dirham (maksudnya balasan akhirat itu lebih besar daripada balasan dunia).

    Orang yang zuhud dan meninggalkan dunia dengan hati yang lapang. Ia tidak melihat bahwa dirinya meninggalkan sesuatu apapun. Orang seperti ini bagaikan seseorang yang hendak masuk ke istana raja, terhalangi oleh anjing yang menjaga pintu, lalu ia melemparkan sepotong roti ke arah anjing tersebut sehingga membuat anjing tersebut sibuk (dengan roti tadi), dan ia pun dapat masuk (ke istana) untuk menemui sang Raja dan mendapatkan kedekatan darinya. Anjing di sini diumpamakan sebagai syaitan yang berdiri di depan pintu (kerajaan/surga) Allah, yang menghalangi manusia untuk masuk ke dalamnya, sementara pintu tersebut dalam keadaan terbuka. Adapun roti diumpamakan sebagai dunia, maka barangsiapa meninggalkannya niscaya akan memperoleh kedekatan dari Allah.

  • Hal-Hal yang Mendorong untuk Hidup

    Zuhud 1. Keimanan yang kuat dan selalu ingat bagaimana ia berdiri di hadapan Allah pada hari kiamat guna

    mempertanggung-jawabkan segala amalnya, yang besar maupun yang kecil, yang tampak ataupun yang

    tersembunyi. Ingat! betapa dahsyatnya peristiwa datangnya hari kiamat kelak. Hal itu akan membuat kecintaannya

    terhadap dunia dan kelezatannya menjadi hilang dalam hatinya, kemudian meninggalkannya dan merasa cukup

    dengan hidup sederhana.

    2. Merasakan bahwa dunia itu membuat hati terganggu dalam berhubungan dengan Allah, dan membuat seseorang

    merasa jauh dari kedudukan yang tinggi di akhirat kelak, dimana dia akan ditanya tentang kenikmatan dunia yang

    telah ia peroleh, sebagaimana firman Allah,

    Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia

    itu). (QS. At-Takaatsur: 6)

    Perasaan seperti ini akan mendorong seorang hamba untuk hidup zuhud.

    3. Dunia hanya akan didapatkan dengan susah payah dan kerja keras, mengorbankan tenaga dan pikiran yang

    sangat banyak, dan kadang-kadang terpaksa harus bergaul dengan orang-orang yang berperangai jahat dan buruk.

    Berbeda halnya jika menyibukkan diri dengan berbagai macam ibadah; jiwa menjadi tentram dan hati merasa

    sejuk, menerima takdir Allah dengan tulus dan sabar, ditambah akan menerima balasan di akhirat. Dua hal di atas

    jelas berbeda dan (setiap orang) tentu akan memilih yang lebih baik dan kekal.

    4. Merenungkan ayat-ayat Al-Quran yang banyak menyebutkan tentang kehinaan dan kerendahan dunia serta

    kenikmatannya yang menipu (manusia). Dunia hanyalah tipu daya, permainaan dan kesia-siaan belaka. Allah

    mencela orang-orang yang mengutamakan kehidupan dunia yang fana ini daripada kehidupan akhirat, sebagaimana

    dalam firman-Nya,

  • Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan

    dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (QS. An-Naaziat:

    37-39)

    Dalam ayat yang lainnya Allah berfirman,

    Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan

    akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Al-Alaa: 16-17)

  • KEKUATAN SEDEKAH

    Kekayaan Paling Hakiki Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah hati yang selalu merasa cukup. (HR. Bukhari dan Muslim)

    Dikisahkan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sbb: Tatkala Allah Taala menciptakan bumi, maka bumipun bergetar. Lalu Allah menciptakan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumipun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada gunung ? Allah menjawab, Ada, yaitu besi (kita mafhum bahwa gunung batupun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluh lantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).

    Para malaikat bertanya lagi Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada besi ? Allah yang Maha Suci menjawab, Ada, yaitu api (besi, bahkan bajapun bisa menjadi cair dan lumer setelah dibakar api). Para malaikat kembali bertanya Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada api ? Allah yang Maha Agung menjawab, Ada, yaitu air (api membara sedahsyat apapun niscaya akan padam jika disiram air). Para malaikatpun bertanya kembali Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada air ? Allah yang Maha Tinggi dan Maha Sempurna menjawab, Ada, yaitu angin (air disamudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tiada lain karena kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat). Akhirnya para malaikatpun bertanya lagi Ya Allah, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dahsyat dari itu semua ? Allah yang Maha Gagah dan Maha Dahsyat kehebatannya menjawab, Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya.

  • Pahala bersedekah

    Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita umatnya untuk memperbanyak

    sedekah, hal itu dimaksudkan agar rezeki yang Allah berikan kepada kita menjadi

    berkah. Allah memberikan jaminan kemudahan bagi orang yang bersedekah,

    ganjaran yang berlipatganda (700 kali) dan ganti, sebagaimana firman-Nya dan

    sabda Rasulullah SAW, sbb :

    Allah Taala berfirman, Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah)

    dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga) maka Kami

    kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. {Qs. Al Lail (92) : 5-8}

    Allah Taala berfirman, Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-

    orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir

    benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah

    melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah maha luas

    (kurnia-Nya) lagi maha mengetahui. {Qs. Al Baqarah (2) : 261}

    Rasulullah SAW bersabda, Setiap awal pagi, semasa terbit matahari, ada dua

    malaikat menyeru kepada manusia dibumi. Yang satu menyeru, Ya Tuhan,

    karuniakanlah ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya kepada Allah.

    Yang satu lagi menyeru musnahkanlah orang yang menahan hartanya.

  • Tolak Bala dengan Sedekah

    Orang-orang yang beriman sangat sadar dengan kekuatan sedekah untuk menolak bala, kesulitan dan berbagai macam penyakit, sebagaimana sabda RasulAllah SAW, sbb :

    Bersegeralah bersedekah, sebab yang namanya bala tidak pernah mendahului sedekah.

    Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah.

    Obatilah penyakitmu dengan sedekah.

    Selain itu bersedekah juga menghindarkan diri dari marabahaya.

    Ada sebuah kisah yang kalau tak salah saya dapat dari Pak Jalaluddin Rakhmat tentang seorang yang ditunda kematiannya karena bersedekah. Suatu ketika rasulullah sedang duduk bersama para sahabat. Lalu melintaslah seorang yang memanggul kayu bakar. Tiba-tiba Rasulullah berkata kepada para sahabat, "Orang ini akan meninggal nanti siang."

    Sorenya ketika Rasulullah duduk bersama para sahabat, melintaslah orang tersebut. Maka dipanggillah orang tersebut oleh rasul dan ditanya, "Aku diberitahu (malaikat) tadi pagi bahwa kamu akan menemui ajal siang tadi. Tapi kulihat kamu masih segar bugar. Apa yang telah kamu lakukan?" Kemudian orang itu berkisah bahwa tadi pagi dia membawa bekal makan siang. Lalu di tengah jalan bekal itu dia sedekahkan kepada orang yang membutuhkan. Selanjutnya, kata orang itu, saat kayu-kayu bakar diletakkan tiba-tiba seekor ular hitam keluar dari dalamnya. Rasulullah kemudian menjelaskan bahwa ular itulah yang sedianya akan mematuk orang tersebut, namun dia berpindah takdir karena sedekahnya menghidarkan dia dari bahaya tersebut.

  • manfaat dan nikmatnya bersedekah

    Berikut beberapa manfaat dan nikmatnya sedekah yang dapat ditemukan di

    dalam AL-Quran dan Hadist:

    1. Manfaat sedekah: Bertambahnya rezeki. Rasulullah saw

    bersabda: Bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya sedekah dapat

    menambah harta yang banyak. Maka bersedekahlah kalian, niscaya Allah

    menyayangi kalian. (Al-Wasail 6: 255, hadis ke 11)

    2. Keutamaan Keajaiban sedekah adalah mensucikan jiwa. Ambillah zakat

    dari sebagian harta mereka , dengan zakat itu kamu membersihkan dan

    mensucikan mereka , dan mendo`alah untuk mereka. Sesungguhnya dia kamu

    itu ( menjadi ) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah (menjadi) ketentraman

    jiwa bagi mereka, Dan Allah Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS At-

    Taubah: 103)

  • Pengalaman bersedekah

    Beberapa tips menjadi kaya dari masukan Ustad Yusuf Mansur:

    Shalat Dhuha 4 rakaat (dilaksanakan dalam 2 rakaat 2 rakaat) dapat membuka pintu rizqi

    Meminta pada Allah saat Shalat Tahajjud

    Memelihara dan memberi makan anak yatim

    Sedekah 10% dari penghasilan, karena 2,5% saja tidak cukup

    Sedekah 10% dari jumlah yang diinginkan. Dengan konsep ini, jika kita ingin membeli rumah seharga Rp 100 juta, maka kita harus bersedekah sekitar Rp 10 juta terlebih dahulu. Karena beginilah matematika sedekah menurut Ustad Yusuf Mansur10 1 = 19

    Dalam matematika biasa memang 10 1 adalah 9. Namun karena Allah menjanjikan balasan 10x lipat, maka minimal kita akan mendapatkan 19. Jika perhitungan dilanjutkan maka akan seperti ini:

    10 2= 28 10 3= 37 10 4= 46 10 5= 55 10 6= 64 10 7= 73 10 8= 82 10 9= 91 10 10= 100

    Jadi sekarang agak masuk akal kan jika ingin beli rumah Rp 100 juta maka harus bersedekah Rp 10 juta dulu

    Tambahan dari saya mungkin bisa dicoba. Saya selama ini bersedekah untuk sesuatu yang sifatnya dapat berlipat ganda. Misalnya, sedekah untuk pendidikan anak, sedekah untuk alat ibadah, dll, yang kemungkinan pahalanya dapat saya bawa hingga mati (karena terus mengalir).

  • KHAUF WA RAJA

    Pengertian Khauf.

    Khauf adalah reaksi atas munculnya kekhawatiran akan terjadi sesuatu yang membahayakan, menghancurkan atau menyakitkan.

    Dalil Yang Menjelaskan Khauf.

    Dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk). (QS.Al-Baqarah : 40)

    Janganlah orang-orang mu'min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).(QS.Ali Imran : 28)

    Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (QS.Ar-Rahman : 46)

    Dan sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain saling tanya-menanya. Mereka berkata: "Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab)". Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka. Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang. (Ath-Thuur : 25-28)

  • Pembagian Takut

    Takut Thabii ; seperti takutnya seseorang terhadap binatang buas, api, tenggelam dan lain-lain. Hal ini wajar bagi setiap manusia.

    Takut Yang Bernilai Ibadah; Yakni jika perasaan takut kepada Allah yang disembah ini hanya milik Allah, jika dipalingkan kepada selainNya, berarti seseorang telah melakukan syirik besar.

    Takut Terhadap Sesutau Rasa Ghaib; Seperti takut terhadap penghuni kubur, Takut yang berlebihan terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak berpengaruh sesuatu kepada dirinya, hal ini menurut ulama adalah termasuk syirik.

    Akibat rasa takut adalah;

    Takut kepada Allah adakalanya terpuji dan adapula yang tidak terpuji. Terpuji jika akhirnya membawa seseorang bisa menghindar dari maksiat, mengerjakan yang wajib dan dan meninggalkan yang haram.

    Jika takut tersebut menghasilkan sikap seperti itu maka hati merasa tenang, tentram dan gembira dengan nikmat Allah serta berharap akan pahalanya. Takut yang tidak terpuji adalah yang akhirnya menyebabkan timbulnya putus asa terhadap rahmat Allah dan patah semangat pada seseorang, sehingga ia tenggelam dalam kesedihan atau bahkan dalam kemaksiatan karena keputusasaan yang mendalam.

  • Ciri-ciri rasa takut

    Takut dari adzab Allah adalah rasa takut yang menjadi bukti sehatnya iman. Inilah rasa takut yang wajib oleh setiap muslim, tidak boleh tidak.Adapun kadar wajib dari rasa takut tersebut adalah hendaknya mengandung dua konsekuensi :

    1. Hendaknya rasa takut tersebut mendorongnya untuk melakukan kewajiban.

    2. Hendaknya rasa takut tersebut mencegahnya dari perbuatan haram.

    Sedangkan rasa takut yang tidak disertai satu diantara dua hal tersebut bukanlah rasa takut yang terpuji

    Takut Akan Makar Allah .

    Inilah yang membuat rasa aman lenyap dari jiwa orang-orang shalih, ini pula yang menyebabkan mereka mengalami keresahan yang berkepanjangan.

    Salah seorang diantara mereka ketika melakukan ketaatan dimalam hari takut jika mendapatkan pagi harinya Allah mentakdirkan dia berada dalam kondisi yang sebaliknya disore hari.

  • Pengertian Raja.

    Raja atau berharap adalah prasangka baik seorang hamba kepada Rabbnya disaat rasa takut lebih mendominasi. Para salaf memperbesar rasa harap ketika mendekati ajal yakni di saat mereka menghadapi rasa takut akan suul khatimah.

    Raja adalah keinginan seorang terhadap sesuatu yang mungkin diperolehnya dalam waktu dekat atau jauh tapi diposisikan sebagai sesuatu yang dekat. Raja mengandung sikap merendah dan hal ini hanya untuk Allah . Siapa yang memalingkan kepada selain Allah maka bisa mengakibatkan syirik kecil atau besar tergantung hati orang yang mengharapkannya.

    Allah berfirman,

    Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seseorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya.(QS.Al-Kahfi : 110)

    Rasa takut dan harap adalah dua sayap bagi hamba untuk terbang menuju keridhaan Allah. Telah disepakati oleh orang-orang bijak bahwa raja tidak sah kecuali jika disertai dengan amal. Adapun kondisi salaf dalam berharap kepada Allah adalah sebagai berikut:

    1. Mereka melebihkan Raja ketika mendapatkan kesulitan besar. Khususnya ketika sedang menghadapi ajal.

    2. Mereka melebihkan rasa takut disaat kondisi aman dan menjalani hidupnya.

    3. Mereka juga mengumpulkan antara rasa takut dan berharap ketika menghadapai dua hal diatas.

  • Jenis-jenis Raja;

    Ibnul Qayyim berkata, Jenis Raja ada tiga macam, dua diantaranya terpuji dan yang satu adalah tanda terpedaya dan tercela.

    Dua raja yang terpuji tersebut adalah seseorang yang melakukan ketaatan kepada Allah sesuai dengan petunjuk Allah maka dia adalah orang yang mengharap pahala Allah.

    Dan seseorang yang terlanjur melakukan dosa kemudianbertobat darinya maka dia adalah orang yang mengharap ampunan-Nya, maaf-Nya, kebaikan, kemurahan, kelembutan dan kemuliaan.

    Adapun jenis raja yang ketiga (yang tercela) adalah seseorang bergumul dengan keteledoran dan dosa dan lalu mengharap rahmat Allah tanpa beramal. Inilah orang yang terpedaya, berangan-angan dan berharap dusta.

    Mempertemukan Antara Khauf Dan Raja.

    Orang-orang shalih mendidik jiwa mereka dengan cara mengagumkan. Mereka berada diantara pintu Targhib (motivasi) dan pintu Tarhib (ancaman). Jika jiwanya menghadap Allah dengan ketaatan, mereka takut jika amalnya tidak diterima dan konsekuensi lainnya. Jika mereka mengikuti hawa nafsu mengambil dan condong kepadanya, maka segera menghentikannya dan timbul rasa takutnya.

  • Keutamaan Berharap Kepada Allah .

    : .

    .

    Dari Abu Hurairah dari Nabi beliau bersabda, Allah berfirman, Aku menurut persangkaan hambaku dan Aku senantiasa bersamanya selama ia mengingat Aku. Demi Allah, Allah lebih senang menerima tobat hambanya melebihi senangnya sesorang diantara kalian yang menemukan kembali barangnya yang telah hilang ditengah padang pasir. Siapa saja mendekat kepadaku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta dan siapa saja mendekat kepadaku sehasta maka aku akan mendekt kepadanya sedepa dan apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan maka aku datang kepadanya dengan cara berlari. (HR.Bukhari dan Muslim)

    :

    Dari Anas , Rasulullah bersabda, Hai anak adam selama kamu berdoa dan berharap kepadaku pastti Aku ampuni dosa yang telah kamu perbuat dan aku tidak peduli berapapun banyaknya. Hai anak Adam andaikan dosa-dosamu bagaikan awan dilangit kemudian kamu memohon ampun kepada-Ku pasti aku mengampunimu. Hai anak Adam, sesungguhnya andaikan kamu datang kepadaku dengan membawa dosa seisi bumi kemudian kamu menghadap Aku sedangkan kamu tidak menyekutukan Aku maka Aku akan mengampuni dosa yang seisi bumi banyaknya itu.(HR.Tirmidzi)

    : .

    Dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda, Tatkala Allah menciptakan makhluk, Ia menulis pada suatu kitab. Kitab itu berada disisinya di atas Arasy bertuliskan, Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului murka-Ku. (HR.Bukhari dan Muslim)

  • HUBB

    Cinta dunia adalah ujung dari segala bentuk perilaku menyimpang. Allah SWT berfirman " ketahuilah, bahwa sesugguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-bangga dengan banyaknya harta dan ank, seperti hujan yang membuat para petani terkagum-kagum dengan tanaman-tanamannya,kemudai tanaman itu menjadai kering dan kamu lihat warnanya menguning lalu hancur. dan diakhirat kelak ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhoanNya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Al-Hadid[57];20)

    Sifat orang cinta dunia 1. Tamak terhadap sesuatu 2. Tidak memberi peluang kepada orang lain 3. Suka salahkan orang apabila gagal 4. Menghalalkan segala cara dalam mencari rezeki 5. Sibuk dengan urusan dunia hingga melupakan akhirat 6. Tidak memiliki pendirian yang kuat dalam mencari kebenaran

    "Aku mencintaimu karena agama yang ada padamu, jika kau hilangkan agama dalam dirimu, hilanglah cintaku padamu."(Imam Nawawi)

  • Cinta akhirat

    Sabda Rasulullah : Barang siapa yang menjadikan akhirat harapannya, Allah akan menjadikan rasa cukup di dalam

    hatinya serta mempersatukannya, dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan menyerah diri. Tetapi barang

    siapa yang dunia menjadi harapannya, Allah akan menjadikan kefakiran berada di depan matanya serta mencerai-

    beraikannya, dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali dalam sekadar apa yang telah ditetapkan baginya.

    (Riwayat al-Tirmizi)

    Barang siapa yang menghendaki keuntungandi akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya. Dan barang

    siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, kami berikan kepadanya sebahagian dari keuntungan dunia dan

    tidak ada baginya suatu bahagian pun di akhirat. ( al-Syura 42:20)

    Mereka yang cinta akhirat diberi kemudahan menikmati dunia. Allah berfirman: Dialah yang menjadikan bumi itu

    mudah bagi kamu. Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian daripada rezekinya dan hanya

    kepadanya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (al-Mulk 67:15)

    Keuntungan cinta akhirat

    1. Siapa yang beramal untuk akhiratnya, Allah akan mencukupkan dunianya.

    2. Siapa yang memperbaiki hubungan antara dirinya dengan Allah, Allah akan memperbaiki hubungan dirinya

    dengan manusia lain.

    3. Siapa yang memperbaiki keadaan batinnya, Allah akan memperbaiki keadaan lahirnya.

    4. Siapa yang menjadikan aktivitinya untuk akhirat, maka tidak akan lewat satu haripun melainkan dia akan

    kembali

    Manfaat orang yang ingat akhirat

    1. Tidak melihat urusan dunia kecuali dia akan mengaitkan dengan akhirat

    2. Tidak berkumpul dengan keluarganya kecuali membayangkan akan berkumpul bersama penduduk syurga

    3. Tidak mengenakan pakaian kecuali teringat akan pakaian sutera milik penghuni syurga

    4. Tidak menyeberangi sebuah jambatan kecuali teringat akan titian sirat di atas neraka

    5. Tidak mendengar suara yang kuat melainkan mengingatkannya akan tiupan sangkakala

    6. Tidak pernah berbicara tentang suatu perkara, melainkan ada kaitannya dengan akhirat

  • FANA

    Pengertian Fana dan Baqa

    Fana ( ) artinya hilang, hancur. Fana adalah proses menghancurkan diri bagi seorang sufi agar dapat bersatu dengan Tuhan. Sedangkan Baqa ( )artinya tetap, terus hidup. Baqa adalah sifat yang mengiringi dari proses fana dalam penghancuran diri untuk mencapai marifat. Seorang sufi untuk marifat harus bisa menghancurkan diri terlebih dahulu, dan proses penghancuran diri inilah di dalam tasawuf disebut Fana yang diiringi oleh Baqa.

    Dalam Risalatul Qusyairiyah dinyatakan bahwa Fana adalah menghilangkan sifat-sifat yang tercela dan Baqa artinya mendirikan sifat-sifat yang terpuji. Barang siapa yang menghilangkan sifat tercela maka timbullah sifat yang terpuji. Jika sifat tercela menguasai diri maka tertutuplah sifat yang terpuji bagi seseorang.

    Dari segi bahasa Al-Fana berarti hilangnya wujud sesuatu, sedangkan Fana menurut kalangan sufi adalah hilangnya kesadaran pribadi dengan dirinya sendiri atau dengan sesuatu yang lazim digunakan pada diri. Menurut pendapat lain Fana berarti bergantinya sifat-sifat kemanusiaan dengan sifat-sifat ketuhanan dan dapat pula berarti hilangnya sifat-sifat yang tercela.

  • Konsep Fana dan Baqa

    Ibn Arabi

    Fana dalam pengertian mistik adalah hilangnya ketidaktahuan dan Baqa pengetahuan yang pasti/ sejati yang diperoleh dengan intuisi mengenai kesatuan esensial dari keseluruhan ini.

    Fana dalam pengertian metafisika adalah hilangnya bentuk-bentuk dunia fenomena dan berlanjutnya substansi universal yang tunggal. Hal ini ia simpulkan dengan hilangnya sesuatu bentuk pada saat Tuhan memanifestasikan (tajalli) diri-Nya dalam bentuk lain.

    E. A. Affifi ; Pemikiran tentang Fana dan Baqa dapat dibagi ke dalam tahapan-tahapan sebagai berikut:

    a. Si Sufi menjauhkan dirinya dari dosa (al-Fana an al-Maasi)

    b. Memfanakan dirinya dari semua perbuatan (afal) apapun, ia hanya menyadari bahwa Tuhan sendirilah satu-satunya pelaku segala perbuatan (afal) di alam ini.

    c. Memfanakan dirinya dari sifat-sifat dan kulitas wujud yang bersifat mungkin, sebab semuanya merupakan kepunyaan Allah.

    d. Memfanakan personalitas atau dzat dirinya sendiri, ia menyadari dengan sungguh-sungguh ketidakberadaan (non-eksistensi) dari fenomena dirinya serta baqa di dalam substansi yang tidak berubah dan tidak hancur yang merupakaan esensinya.

    e. Si Sufi melepaskan semua sifat-sifat Tuhan serta hubungannya, yaitu ia lebih memandang Tuhan sebagai esensi dari alam ini daripada sebagai sebab, sebagaimana pendapat para filosof. Maksudnya Si Sufi tidak menganggap alam ini sebagai akibat dari satu sebab, melainkan sebagai suatu realitas dalam pemunculan Tuhan (Al-Haqq fid dzuhur).

  • Al-Qusyairi; Fana adalah gugurnya sifat-sifat tercela, sedangkan Baqa adalah berdirinya sifat-sifat terpuji.

    Junaid al-Baghdadi; Tauhid bisa dicapai dengan membuat diri Fana dari dirinya sendiri dan alam sekitarnya, sehingga keinginannya dikendalikan oleh Allah.

    R. A. Nicholson dalam bukunya The Mystics of Islam.

    Ada tiga tingkat Fana yaitu perubahan moral, penghayatan jiwa, dan lenyapnya kesadaran. Dalam hal ini, Imam al-Ghazali membatasi sampai ke Fana tingkat dua, masih mempertahankan adanya perbedaan yang fundamental antara hamba yang melihat dengan Tuhan yang dilihatnya. Sebaliknya Husain bin Mansur al-Hallaj, yang menekankan pencapaian Fana tingkat tiga cenderung ke paham Manunggaling kawula-gusti. Dalam penghayatan ini manusia merasa mengalami sama dan jadi seperti Tuhan itu sendiri.

    Adapun salah satu jalan untuk mencapai penghayatan Fana fillah (ecstasy) disamping mendalamnya cinta rindu, adalah dengan meditasi (pemusatan kesadaran) dengan perantaraan zikir

  • Tujuan dan kedudukan Fana dan Baqa

    Tujuan Fana dan Baqa adalah mencapai penyatuan secara ruhaniyah dan

    bathiniyiah dengan Tuhan sehingga yang disadarinya hanya Tuhan dalam

    dirinya.

    Sedangkan kedudukan Fana dan Baqa merupakan hal, yang terjadi terus

    menerus dan juga karena dilimpahkan oleh Tuhan. Fana merupakan keadaan

    dimana seseorang hanya menyadari kehadiran Tuhan dalam dirinya, dan

    kelihatannya lebih merupakan alat, jembatan atau maqam

    menuju ittihad (penyatuan Rohani dengan Tuhan). Tatkala Fana dan Baqa

    berjalan selaras dan sesuai dengan fungsinya maka seorang Sufi merasa

    dirinya bersatu dengan Tuhan, suatu tingkatan yang mencintai dan dicintai

    telah menjadi satu.

  • Fana dan Baqa dalam pandangan Al-Quran

    Fana dan Baqa merupakan jalan menuju Tuhan, hal ini sejalan dengan firman

    Allah yang berbunyi:

    Artinya: Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka

    hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia

    mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.( Q. S. Al-

    Kahfi: 110)

    Artinya: Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat

    Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (Q. S. Al-Rahman: 26-

    27)

  • KEKUATAN DOA

    Tuhan.maafkanlah hambamu ini, yang banyak berbuat salah, kadang lupa

    kala Kau uji dengan nikmat dan menyesali-Mu kala Kau uji dengan petaka.

    Tuhan..semestinya takdir baik-Mu harus aku syukuri, yang buruk harus

    kuterima dengan sabar, karena hakekat keduanya adalah cobaan yang tidak

    lepas dari hikmah yang tersembunyi Tuhan..beri kekuatan tuk rela atas

    segala yang Kau beri, tetap menyembah-Mu kala suka dan duka agar

    kudatang pada-Mu dengan hati yang damai

    SULITNYA MENILAI KESUKSESAN DOA

    Banyak orang merasa doanya tidak/belum terkabulkan. Tetapi banyak pula

    yang merasa bahwa Tuhan telah mengabulkan doa-doa tetapi dalam kadar

    yang masih minim, masih jauh dari target yang diharapkan. Itu hanya kata

    perasaan, belum tentu akurat melihat kenyataan sesunggunya. Memang sulit

    sekali mengukur prosentase antara doa yang dikabulkan dengan yang tidak

    dikabulkan. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor berikut ;

  • Beberapa faktor doa terkabul/tidak;

    Kita sering tidak mencermati, bahkan lupa, bahwa anugrah yang kita rasakan hari ini, minggu ini, bulan ini, adalah merupakan jawaban Tuhan atas doa yang kita panjatkan. Karena keragu-raguan yang ada di hati kita, akan memunculkan asumsi bahwa hanya sedikit doa ku yang dikabulkan Tuhan.

    Doa yang kita pinta pada Tuhan menurut ukuran kita adalah baik dan ideal, akan tetapi apa yang baik dan ideal menurut kita, belum tentu baik dalam perspektif Tuhan. Tanpa kita sadari bisa saja Tuhan mengganti permohonan dan harapan kita dalam bentuk yang lainnya, tentu saja yang paling baik untuk kita. Ketidaktahuan danketidaksadaran kita akan bahasa dan kehendak Tuhan (rumus/kodrat alam), membuat kita menyimpulkan bahwa doa ku tidak dikabulkan Tuhan.

    Prinsip kebaikan meliputi dua sifat atau dimensi, universal dan spesifik. Kebaikan universal, akan berlaku untuk semua orang atau makhluk. Kebaikan misalnya keselamatan, kesehatan, kebahagiaan, dan ketentraman hidup. Sebaliknya, kebaikan yang bersifat spesifik artinya, baik bagi orang lain, belum tentu baik untuk diri kita sendiri. Atau, baik untuk diri kita belum tentu baik untuk orang lain. Maka kehendak Tuhan untuk melindungi dan menyelamatkan kita, justru dengan cara tidak mengabulkan doa kita. Akan tetapi, kita sering tidak mengerti bahasa Tuhan, lantas berburuk sangka, dan tergesa menyimpulkan bahwa doaku tidak dikabulkan Tuhan.

  • HAKEKAT DIBALIK KEKUATAN

    DOA Dalam berdoa seyogyanya menggabungkan 4 unsur dalam diri kita;

    meliputi; hati, pikiran, ucapan, tindakan. Dikatakan bahwa Tuhan berjanji akan mengabulkan setiap doa makhlukNya? tetapi mengapa orang sering merasa ada saja doa yang tidak terkabul ? Kita tidak perlu berprasangka buruk kepada Tuhan.

    Untuk hasil akhir, pasrahkan semuanya kepada kehendak Tuhan, tetapi ingat usahamewujudkan doa merupakan tugas manusia. Berdoa harus dilakukan dengan kesadaran yang penuh, bahwa manusia bertugas mengoptimalkan prosedur dan usaha, soal hasil atau targetnya sesuai harapan atau tidak, biarkan itu menjadi kebijaksanaan dan kewenangan Tuhan.

    Berdoa jangan menuruti harapan dan keinginan diri sendiri, sebaliknya berdoa itu pada dasarnya menetapkan perilaku dan perbuatan kita ke dalam rumus (kodrat) Tuhan. Kesulitannya adalah mengetahui apakah doa atau harapan kita itu baik atau tidak untuk kita.

    Berdoa secara spesifik dan detil dapat mengandung resiko.

    Doa yang ideal dan etis adalah doa yang tidak menyetir/mendikte Tuhan, doa yang tidak menuruti kemauan diri sendiri, doa yang pasrah kepada Sang Maha Pengatur.

  • tradisi spiritual Jawa terdapat suatu rumus

    Dalam tradisi spiritual Jawa terdapat suatu rumus misalnya :

    1. Siapa gemar membantu dan menolong orang lain, maka ia akan selalu

    mendapatkan kemudahan.

    2. Siapa yang memiliki sikap welas asih pada sesama, maka ia akan disayang

    sesama pula.

    3. Siapa suka mencelakai sesama, maka hidupnya akan celaka.

    4. Siapa suka meremehkan sesama maka ia akan diremehkan banyak orang.

    5. Siapa gemar mencaci dan mengolok orang lain, maka ia akan menjadi

    orang hina.

    6. Siapa yang gemar menyalahkan orang lain, sesungguhnya ialah orang

    lemah.

    7. Siapa menanam pohon kebaikan maka ia akan menuai buah kebaikan

    itu.

  • Rumus untuk mengevaluasi diri

    Berikut ini merupakan rumus agar supaya kita lebih cermat dalam mengevaluasi diri kita sendiri;

    Jangan pernah berharap-harap kita menerima (anugrah), apabila kita enggan dalam memberi.

    Jangan pernah berharap-harap akan selamat, apabila kita sering membuat orang lain celaka.

    Jangan pernah berharap-harap mendapat limpahan harta, apabila kita kurang peduli terhadap sesama.

    Jangan pernah berharap-harap mendapat keuntungan besar, apabila kita selalu menghitung untung rugi dalam bersedekah.

    Jangan pernah berharap-harap meraih hidup mulia, apabila kita gemar menghina sesama.

    Banyak mengucapkan syukur di bibir saja tidak cukup. Kami harus lebih pandai mensyukuri nikmat dan anugrah Tuhan. Rasa bersyukur serta doa-doa melebur dan mewujud ke dalam satu perbuatan. Rasa sukur termanifestasikan kedalam perbuatan yang bermanfaat untuk banyak orang. Demikian pula cara berdoa tidak sekedar terucap melalui mulut, namun lebih penting adalah mewujud dalam perbuatan nyata.