Akhlak Tasawuf Dalam Islam (Emmi)
-
Upload
kewin-harahap -
Category
Documents
-
view
35 -
download
0
Transcript of Akhlak Tasawuf Dalam Islam (Emmi)
BAB I
PENDAHULUAN
Akhlak Tasawuf adalah merupakan salah satu khazanah intelektual
muslim yang kehadirannya saat ini semakin dirasakan. Secara historis atau
teologis, Akhlak Tasawuf tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup
ummat agar selamat dunia dan akhirat. Tidak berlebihan misi utama Rasulullah
Saw adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Tasawuf merupakan
suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang
Islam dapat berada dekat dengan Allah Swt. Dalam bidang ilmu Tasawuf, yang
menjadi objeknya adalah ajaran-ajaran ulama sufi masa lampau, disamping itu
juga membahas tentang cara-cara pembersihan diri menuju Allah Swt. Tujuan
utama ajaran Tasawuf dalam Islam ialah memberikan pemahaman dan
membudayakan pengalaman sesuai dengan tingkat dan perkembangan ajaran
Islam.
Melalui ajaran Tasawuf ini diharapkan dapat mengetahui dan pandai
mengendalikan dirinya pada saat berinterakrsi dengan orang lain atau pada saat
melakukan berbagai aktivitas dunia yang menuntut kejujuran, keikhlasan,
tanggung jawab, kepercayaan, dan sebagainya.
Dengan mengetahui betapa penting dan betapa terkenalnya istilah tasawuf
ini, maka apakah sebenarnya ilmu Akhlak Tasawuf itu? Maka dalam makalah
yang sederhana ini penulis telah menyajikan berbagai pembahasan yang meliputi
pembahasan tentang tasawuf yang mengacu kepada berbagai referensi yang
dijadikan sebagai rujukan oleh penulis.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu
pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Dari
sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim masdar (bentuk
infinitif) dari kata akhlaqa yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan)
tsulasi madjid af’al, yuf’ilu if’alan yang berarti perangai, ath-thabi’ah (kelakuan,
tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kezaliman), al-maru’ah (peradaban yang
baik), dan al-din (agama).1
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagaimana tersebut di atas
nampaknya kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak tetapi
ikhlak. Berkenaan dengan ini maka timbul pendapat yang menyatakan bahwa
secara linguistik akhlak merupakan isim jami’ atau isim ghair mustaq, yaitu isim
yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian
adanya. Kata akhlak adalah kata jama’ dari kata khilqun atau khuluqun, yang
artinya sama dengan akhlak sebagaimana telah disebutkan di atas. Baik kata akhlak
atau khuluq kedua-duanya dijumpai pemakaiannya dalam al-Qur’an sebagai
berikut.
Artinya : “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(Q.S. al-Qalam, 68:4)
÷bÎ) !#x»yd wÎ) ß,è=äz tûüÏ9¨rF{$# ÇÊÌÐÈ
Artinya : (Agama kami) Ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu.”(Q.S. As-Syu’ara, 26 :137)
Sedangkan menurut istilah (terminologi) para ulama
mendefinisikan akhlak sebagai berikut :
1Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002) hlm. 1
2
1. Menurut Ibnu Maskawih akhlak adalah: sifat yang tertanam
dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan
tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan.
2. Menurut Imam Al-Gazali akhlak adalah: suatu sifat yang
tertanam dalam jiwa yang pertimbangan pikiran lebih dahulu.
3. Menurut Mu’jam al-Wasith: akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam
perbuatan, baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran
dan pertimbangan.2
Keseluruhan definisi akhlak tersebut di atas tampak tidak
yang bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara satu
dengan yang lainnya. Definisi-definisi akhlak tersebut secara
subtansial tampak saling melengkapi, dengan demikian kita
dapat menyimpulkan lima ciri yang terdapat dalam perbuatan
akhlak yaitu :
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat
dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi
kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
mudah dan tanpa melakukan pemikiran.
3. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari
dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan
atau tekanan dari luar.
4. Bahwa perbuatan adalah perbuatan yang dilakukan yang
sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.
5. Sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak
(khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang
2Ibid. hlm 2
3
dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan
karena keinginan dipuji orang atau kerana ingin mendapatkan
sesuatu pujian.3
B. Pengertian Tasawuf
Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubung-
hubungkan untuk menjelaskan kata-kata tasawuf. Misalnya Harun Nasution
menyebutkan sebagaimana dijelaskan dalam bukunya Rosihan Anwar, lima istilah
yang berkenaan dengan tasawuf. Yaitu al-Suffah (ahl al-Sufaah) yaitu orang yang
ikut pindah dengan Nabi ke Madinah, saf (barisan), sufi (suci), shofos (Bahasa
yunani): (khitmad), dan suf (kain wol).4
Keseluruhan kata ini bisa saja dihubungkan dengan tasawuf. Misalnya,
seperti dibawah ini :
1. Al-Suffah adalah orang yang ikut pindah dengan Nabi dari Mekkah ke
Madinah. Misalnya menggambarkan keadaan orang yang rela mencurahkan
jiwa dan raganya, harta benda, dan lain sebagainya hanya untuk allah.
2. Saf juga menggambarkan orang yang selalu berada dibarisan depan dalam
beribadah kepada allah dan melakukan amal kebajikan.
3. Sufi menggambarkan orang yang selalu memelihara dirinya dari perbuatan
dosa dan maksiat.
4. Suf menggambarkan orang yang hidup sederhana dan tidak mementingkan
kehidupan dunia.
5. Shofos yaitu bahasa yunani yang menggambarkan keadaan jiwa yang
senantiasa cenderung kepada kebenaran.
Dengan keterangan-ketarangan diatas dapat kita simpulkan bahwa tasawuf
adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, rela
3Ibid. hlm 1474Rosihon Anwar, dkk. Ilmu Tasawuf. (Bandung : Pustaka Setia, 2006). hlm 9-11
4
berkorban untuk kebaikan dan selelu bersikap bijaksana.sikap jiwa yang demikian
itu pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia.
Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah (terminologi) atau pendapat
para ahli amat bergantung kepada sudut pandang yang digunakan masing-masing.
Selama ini ada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan
tasawuf :
1. Manusia sebagai makhluk terbatas: dari sudut pandang ini maka tasawuf dapat
didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan
pengaruh kehidupan dunia, dan memusatkan dirinya kepada Allah Swt.
2. Manusia sebagai makhluk yang harus berjuang : dari sudut pandang ini maka
tasawuf ini dapat didefinisakan sebagai upaya memperindah diri dengan
akhlak yang bersumber dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah Swt.
3. Manusia sebagai makhluk yang berTuhan: dari sudut pandang ini maka
tasawuf dapat didefinisikan sebagai kesadaran fitrah (keTuhanan) yang
didapat mengarahkan jiwa agar tertunjuk kepada kegiatan-kegiatan yang dapat
menghubungkan diri kepada Tuhan.
Jika ketiga definisi ini digabungkan maka segera tampak bahwa tasawuf
pada intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat
membebaskan dirinya dari kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak mulia dan
dekat kepada Allah Swt.
C. Singkronisasi Penggabungan Nama
Setelah kita menguraikan akhlak dan tasawuf dimana akhlak adalah
perbuatan manusia baik dan buruknya, semua prilaku tersebut merupakan
tampilan luar dari anggota badan atau jasmani dan tampilan luar ini disebut
dengan dimensi raga. Sedangkan tasawuf ini merupakan tampilan dalam dan
disebut dimensi dalam yang dinamakan dengan jiwa.5
5Badawi A.R. Syatahat al-Syufiyah, (Kairo : Al-Misriyah, 1949), hlm.
5
Jadi Akhlak Tasawuf merupakan jiwa dan raga selalu berdampingan yang
tidak bisa dipisahkan. Dengan demikian keselarasan antara akhlak dan tasawuf
selalu berhubungan dengan jiwa dan raga.
D. Ruang Lingkup Akhlak
Ruang lingkup akhlak adalah sama dengan ruang lingkup ajaran islam,
khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan maka ruang lingkup akhlak
adalah sebagai berikut.
1. Akhlak Terhadap Allah
Akhlak Terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan
sebagai Khaliq. Ada beberapa alasan mengapa manusia perlu berakhlak
kepada Allah.
2. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan al-Qur’an berkaitan dengan
kelakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya
melakukan bentuk larangan hal-hal negatif, seperti membunuh, menyakiti
badan akan mengambil harta tanpa mengambil alasan yang benar, melainkan
juga sampai kepada menyakiti hati sampai kepada menyakiti hati dengan jalan
menceritakan aib seseorang dibelakangnya, tidak perduli aib itu benar atau
salah, walaupun sambil memberukan materi kepada yang yang disakiti
hatinya. 6
3. Akhlak Terhadap Lingkungan/alam
Yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang
disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda
yang tak bernyawa. Pada dasarnya akhlak yang diajarkan kepada lingkungan
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Khalifah mengandung arti
6Ali Hasan dkk. Agama Islam. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1995), hlm. 115-116.
6
pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai
tujuan penciptaannya.
Sering dengan adanya akhlak manusia terhadap
lingkungan \ alam maka perlu juga bagai mana hakekat
hubungan manusia dengan alam, makaq dengan demikian
dari berbagai aspek – aspek, baik ia dari segi pandangan
islam terhadap alam dan juga bagai mana kedudukan
manusia di alam ini, antara lain:
a. Pandangan Islam tentang alam.
Berpegang pada dalil-dalil Al-Quran yang ada, maka
alam semesta ini diciptakan oleh Allah adalah untuk
kepentingan manusia untuk di pelajari agar manusia dapat
menjalanjkan fungsi dan kedudukannya sebagai manusia
di muka bumi ini, firman nya Q.S Al-Mulk ayat 15, yang
berbunyi :
Artinya : “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan Hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”
b. Manusia sebangai pemanfaat dan penjanga kelesatarian
alam.
Tuhan telah melengkapi manusia dengan potensi–
potensi rohaniah yang lebih dari makhluk lainnya,
terutama dengan potensi akal, maka pada manusia juga di
benai tugas, di samping tugas dalam pemanfaatan alam ini
dengan sebaik-baiknya dan juga tugas untuk memelihara
7
dan melestarikannya dilarang merusaknya.firmannya, Q.S
Al-Jum’ah ayat 10 yang berbunyi.
Artinya: “Maka apabila telah selesai melaksanakan mengertjakan sembahyang, hendak lah kamu bertebaran di muka bumi ini dan carilah karunia Allah sebanyak- banyaknya, mudah- mudahan kamu memperoleh kemenangan”
c. Manusia sebagai makhluk yang paling tinggi dan paling
mulia.
d. Manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Manusia diberikan kedudukan oleh Allah sebagai
penguasa, pengatur kehidupan di muka bumi.
e. Manusia sebagai hamba Allah.
Sebagai hamba Allah ini memang menjadi tujuan Allah
menciptakan manusia dan makhluk lainnya . firmannya dalam
Q.S Ali-Imran ayat 83:
Artinya : “Apa adahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan”
f. Manusia sebagai makhluk yang bertanggung jawab
Setelah dengan kemampuan akalnya manusia meneliti
dunianya dan dirinya sendiri, dan kemudian mengerti bahwa
hakikatnya di ciptakannya manusia dasn alam semesdta ini
semata – mata utuk menyembah kepada Allah dan manusia
juga di berikan kedudukan yang istimewa oleh Allah. Maka
8
manmusia dituntut untuk bertanggung jawab terhadap apa-
apayang telah di perbuat di atas dunia ini kelak di akhirat7
E. Ruang Lingkup Tasawuf
Ruang lingkup tasawuf dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi materi dan
segi ilmiah.
Dari segi materi dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sebagai jalan atau cara yang ditempuh dalam membersihkan batin dari segala
macam akhlak mazmumah dan mengisinya dengan akhlak mahmudah,
menjauhkan diri dari segala macam penyakit hati dan mengobatinya dengan
rumus iman dan takwa.
2. Memberikan dorongan-dorongan agar berlomba-lomba dalam kebaikan
semaksimal mungkin serta menjauhi larangan-larangan Allah Swt. sehingga
dapat naik ke makam terpuji serta diridhai Allah Swt. akhirnya dapat
menikmati kebahagiaan yang sejati dan abadi.
Ruang lingkup tasawuf dari segi ilmiah berakar dari ilmu tauhid yang
berikan empat macam ilmu yaitu:
1. Metafisika: pengetahuan tentang alam gaib. Dalam tasawuf banyak sekali
terdapat hal-hal yang menyangkut metafisika yang tidak sanggup dilihat
dengan akal pikiran dan rumusan-rumusan fisika. Pembahasannya banyak
mengacu kepada masalah rasa (zaug) dan keyakinan akan adanya yang gaib.
Misalnya tentang keTuhanan, malaikat, alam arwah dan lain sebagainya.
2. Etika: yaitu ilmu tentang tingkah laku, kesopanan, budi pekerti dan
sebagainya. Disini jelaslah bahwa tasawuf berintikan ilmu akhlak, karena di
dalamnya dibahas tentang akhlak mazmumah yang wajib ditinggalkan dan
akhlakul mahmudah yang harus dimiliki, dihayati dan diamalkan dalam
kehidupannya karena tasawuf berisikan dengan mutiara-mutiara alam.
7Muzayyin Arifin. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara. 2008), hlm. 83-84
9
3. Psikologi: yaitu ilmu tentang jiwa yang berbeda dengan ilmu umum.
Psikologi tasawuf mempunyai karakteristik tersendiri yang selain menyelidiki
gejala jiwa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya juga berisi teori-teori
perawatan dan pengawasan agar selalu berjalan di atas rel yang benar menuju
ridho Allah Swt.
4. Estetika: yaitu tentang keindahan yang melahirkan seni. Dalam diri manusia
ada gharizah seni, suka kepada keindahan. Estetika tasawuf mendorong
manusia mengembangkan gharizah seni dan mempertinggi seni dan
mempertinggi rasa, untuk dijadikan sebagai sarana ma’rifah, wasilah
mengenal kebenaran.
F. Korelasi Akhlak Dan Tasawuf
Untuk mencapai kesempurnaan dan kesucian yang ditujukan oleh ajakan
Tasawuf, jiwa memerlukan pendidikan dan pelatihan mental yang panjang. Oleh
karena itu, pada tahap pertama amalan Tasawuf diformulasikan dalam bentuk
pengetahuan sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku yang ketat, dengan kata
lain, untuk berada di hadapan Allah dan sekaligus mencapai tingkat kebahagiaan
yang optimum. Manusia harus lebih dahulu mengidentifikasikan eksistensi
dirinya dengan ciri-ciri ke-Tuhanan melalui penyucian jiwa raga yang bermula
dari pembentukan pribadi yang bermoral sempurna atau berakhlak mulia.8
Dari penjelasan diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa Akhlak itu
adalah bahagian atau rangkaian dari Tasawuf, dan Tasawuf itu membina akhlak
seseorang itu menjadi baik, atau akhlakul karimah. Disinilah letak atau titik temu
antara Akhlak dengan Tasawuf. Hubungan tasawuf dengan akhlak, tasawuf
adalah proses pendekatan diri pada Tuhan dengan mensucikan hati sesuci-
sucinya. Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk
8Ibid, hlm. 55.
10
manusia.9 Jadi kaitan atau hubungannya yaitu bahwa orang yang suci hatinya
akan tercermin dalam air muka dan perilakunya yang baik.
G. Tujuan Mempelajari Akhlak Tasawuf
1. Akhlak
Tujuan mempelajari akhlak di antaranya adalah mengindari pemisahan
antara akhlak dan ibadah. Atau bila kita memakai istilah menghindari
pemisahan agama dengan dunia.
2. Ilmu Akhlak.
Bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia
dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan
yang baik ia berusaha melakukannya, dan terhadap yang buruk ia berusaha
untuk menghindarinya.
3. Tasawuf.
Tujuan tasawuf adalah fanaa’ untuk mencapai ma’rifatullah yaitu
leburnya pribadi pada kebaqaan Allah dalam keadaan dimana perasaan
keinsanan lenyap rasa keTuhanan dalam keadaan semua rahasia yang
membatasi diri dengan Allah tersingkap kasyaf atau terbuka. Ketika itu antara
diri dengan Allah menjadi satu dalam baqanya, bersatunya hamba dengan
penciptanya dimana seseorang telah sampai kepada hakikat fanaa’. Secara
filosofis: adalah meniadakan diri supaya ada. Dengan jalan tasawuf seseorang
dapat mengenal Tuhan dengan merasakan adanya, tidak sekedar mengenal
Tuhan itu ada.
4. Ilmu tasawuf.
Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa ilmu tasawuf adalah tuntunan
yang dapat menyampaikan manusia untuk mengenal Allah dengan sebenar-
benarnya (ma’rifah), oleh karena itu tasawuf merupakan jalan yang sebaik-
baiknya.
9http://tafany , wordpress,com/2007/11/15 etika-moral-akhlak-by-carina-dkk.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan. Dan adapun
kesimpulan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Tasawuf itu adalah usaha pembersihan diri, berjuang memerangi hawa nafsu,
mencari jalan kesucian dengan ma’rifat manusia keabadian, saling
mengingatkan antara manusia serta berpegang teguh kepada janji Allah dan
mengikuti syari’at dalam mendekatkan diri dan mencapai keridhannya.
2. Tentang sumber dari tasawuf adalah banyak pendapat yang masing-masing
memberikan pendapatnya, yaitu seperti ada yang menyatakan sumber tasawuf
adalah berasal dari kebiasaan-kebiasaan pemeluk agama kristen. Yang
menjadi objek pembahasan tasawuf adalah manusia terutama hati atau jiwa.
Tasawuf membahas tentang sikap mental manusia dalam berhubungan dengan
Allah dan berhubungan dengan makhluk.
3. Hubungan akhlak dengan tasawuf adalah Akhlak itu adalah bahagian atau
rangkaian dari Tasawuf, dan Tasawuf itu membina akhlak seseorang itu
menjadi baik, atau akhlakul karimah. Disinilah letak atau titik temu antara
Akhlak dengan Tasawuf.
12
B. Saran
Dalam pembahasan ini pemakalah berharap kepada kita semua setelah
mempelajari/mengetahui akhlak tasawuf supaya dapat merubah atau memperbaiki
akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari dan membersihkan diri dari segala sifat-
sifat yang tercela dan menghiasi/membina diri dari segala sifat-sifat yang terpuji.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Anwar, Rosihon dkk. Ilmu Tasawuf. Bandung : Pustaka Setia, 2006.
Arifin. Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2008.
Badawi A.R. Syatahat al-Syufiyah, Kairo : Al-Misriyah, 1949.
Hasan, Ali dkk. Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1995.
http://tafany, wordpress,com/2007/11/15 etika-moral-akhlak-by-carina-dkk.
13