LTM 2 Akhlak Islam

32
Laporan Tugas Mandiri Akhlak Islam Istighfari Dzikri 1406530956 Focus Group 5 MPK Agama Fakultas Teknik Universitas Indonesia 1

description

Tugas MPK Agama

Transcript of LTM 2 Akhlak Islam

Laporan Tugas Mandiri

Akhlak Islam

Istighfari Dzikri

1406530956

Focus Group 5

MPK Agama

Fakultas Teknik Universitas Indonesia

A. Pendahuluan

Sejarah peradaban merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita akan membangun masa depan. Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat adalah merupakan Agama Islam pada zaman keemasan, hal itu bisa terlihat bagaimana kemurnian Islam itu sendiri dengan adanya pelaku dan faktor utamanya yaitu Rasulullah SAW. Kemudian pada zaman selanjutnya yaitu zaman para sahabat, terkhusus pada zaman Khalifah yang lebih terkenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin, Islam berkembang dengan pesat dimana hampir 2/3 bumi yang kita huni ini hampir dipegang dan dikendalikan oleh Islam. Hal itu tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam mempertahankan dan juga dalam menyebarkan islam sebagai agama Tauhid yang diridhoi. Perkembangan islam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan peradaban kearah yang lebih maju. Maka tidak heran para sejarawan mencatat bahwa islam pada zaman Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin merupakan islam yang luar biasa pengaruhnya.

Sampai abad ke-8 saja, pengaruh Islam telah menyebar ke seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, dan Spanyol. Kemudian pada masa dinasti Ummayah, pengaruh Islam mulai berkembang hingga Nusantara.Sejarah mencatat, kepulauan-kepulauan Nusantara terkenal sebagai penghasil rempah-rempah terbesar di dunia. Hal tersebut membuat banyak pedagang dari berbagai penjuru dunia, seperti Arab, Persia, dan Gujarat, untuk datang ke Nusantara dan membeli rempah-rempah. Selain berdagang, para pedagang muslim tersebut juga berdakwah untuk mengenalkan agama Islam kepada penduduk lokal. Sebelum pengaruh islam masuk ke Indonesia, di kawasan ini sudah terdapat kontak-kontak dagang, baik dari Arab, Persia, India dan China. Islam secara akomodatif, akulturasi, dan sinkretis merasuk dan punya pengaruh di arab, Persia, India dan China. Melalui perdagangan itulah Islam masuk ke kawasan Indonesia. Dengan demikian bangsa Arab, Persia, India dan China punya andil melancarkan perkembangan islam di kawasan Indonesia.

B. Isi

A.Masa Nabi Muhammad Saw

1.Islam Di Masa Nabi Muhammad SAW

a. Periode Makkah

1.Perkembangan Islam di Periode Makkah

Sebelum masa masuknya Islam kebanyakan kaum Arab beribadat dengan cara melakukan penyembahan berhala dan mereka menjadikan Kabah sebagai pusat peribadatan mereka, hal tersebut bisa dikatakan sudah cukup lama berlangsung sampai akhirnya Nabi Muhammad datang dan membawa keyakinan lain yaitu ketauhidan. Tentunya hal tersebut tidak semerta-merta dapat dengan mudah diterima bahkan ditolak habis-habisan oleh kaum kafir Quraisy. Banyak alasan bagi mereka untuk menolak keyakinan yang dibawa oleh Nabi Muhammad tersebut, salah satunya adalah apa yang mereka yakini adalah sesuatuyang telah lama mengakar dan menjadi keyakinan mereka serta nenek moyang mereka. Sehingga keyakinan tersebut sudah tertanam kuat dalam keyakinan mereka.

Para pemahat serta penjual atau patung merasa datangnya Islam akan menghalangi mata pencaharian mereka. Karena tentunya jika Islam menyebar maka mereka akan kehilangan mata pencaharian mereka, yang mana sangat bergantung pada apa yang diyakini masyarakat pada masa itu. Kemudian kaum Quraisy juga tidak setuju dengan seruan Nabi Muhammad Saw. tentang persamaan hak antara hamba sahayadan bangsawan. Intinya Nabi Muhammad Saw. ingin menghapuskan sistem perbudakan yang telah lama berjalan kaum Quraisy juga menolak ajaran tentang kebangkitan dan pembalasan hari akhir.

Karena reaksi keras dari kaum Quraisy itulah yang tentunya menghambat dakwah nabi Muhammad Saw. karena tentunya akan beresiko sekali dan bahkan mengancam keselamatan dan nyawa Nabi sehingga pada akhirnya Nabi harus melakukan sistem dakwah yag lain. DakwahNabiMuhammad Saw. dilakukan dengan dua cara pertama yaitu dengan cara sembunyi-sembunyi dan terbatas.

2.Periode Dakwah dengan Cara Rahasia dan Diam-diam

Awalnya Rasulullah berdakwah secara diam-diam di lingkungansekitarnya sendiri dan dikalangan rekan-rekan, orang yang pertama kali manerima serta mengikuti dakwahnya. Mula-mula istri Rasul sayyidatina Khadijah kemudian disusul imam Ali yang sekaligus juga menjadi pemeluk agama Islam termuda, imam Ali memeluk agama Islam pada usianya yang ke-10 tahun. Kemudian disusul oleh Abu Bakar , Zaid, Ummu Aimandan lain-lain. Dengan dakwah secara diam-diam ini belasan orang telah menyatakan diri memeluk agama Islam. Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara individual, turunlah perintah agar Nabi melakukan dakwah secara terang-terangan.

3.Periode Dakwah dengan Terang-terangan dan Terbuka

Setelahbeberapa lama melakukan secara sembunyi-sembunyi turunlah perintah atau firman untuk melakukan dakwah secara terbuka dan terang-terangan: Dan berilah peringatan kepada kaum kerabatmu yang terdekat.(Asy-Syuaraa). Dengan datang atau turunnya perintah itu Nabi mulai berdakwah secara terang-terangan, mula-mulanya nabi mengundang dan menyeru pada kerabat karibnya dari Bani Abdul Muthalib, tapi mereka semua menolak kecuali Ali.

Langkah berikutnya yang ditempuh Nabi adalah mulai menyeru pada masyarakat umum. Maka Rasulullah naik ke bukit Shafa dan memanggil orang Makkah, beliau bersabda Bagaimana bila aku mengatakan pada kalian bahwa dilembah sana ada seekor kuda yang akan menyerang kalian, apakah kalian akan mempercayai apa yang saya ucapkan? mereka menjawab ya , kami percaya karena kami belum pernah mendapatkan engkau berdusta maka Rasulullah bersabda Ketahuilah bahwa sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian tentang siksa yang sangat pedih. Lalu Rasul mengajak mereka untuk beriman kepada Allah.

Pada masa dakwah secara terang-terangan inilah Nabi mendapatkan perlakuan yang buruk dari umatnya. Karena setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah Rasul. Karena mereka juga melihat semakin bertambahnya jumlah pengikut Nabi, maka mereka pun semakin keras melancarkan serangan-serangan, baik pada Nabi ataupun pada para pengikut Nabi.

Berbagai cara dilakukan oleh pemuka-pemuka kaum Quraisy agar Nabi menghentikan dakwahnya, saat itu mereka tidak berani melukai Nabi karena perlindungan dari pamanya Abi Thalib yang sangat disegani dikalangan masyarakat saat itu. Para pengikut Nabi yang juga termasuk kalangan bangsawan terselamatkan dari siksa kaum Quraisy saat itu, dan bagi mereka yang tidak memiliki perlindungan, harus menahan siksa yang pedih dari kaum Quraisy saat itu. Nabi juga mendapatkan jalan buntu dalam dakwahnya. Intinya Nabi dan para pengikutnya mendapat hambatan serta siksaan baik secara fisik dan mental dari kaum Quraisy saat itu. Sehingga kemudian Nabi memutuskan untuk menyebarkan dakwahnya di wilayah lain dengan harapan dakwahnya akan berkembang dengan pesat alasan lainnya adalah untuk menghindari serangan dari pemuka-pemuka Quraisy saat itu.

4.Nabi Berdakwah ke Thaif

Setelah penyiksaan dan semua perlakuan yang didapat oleh Nabi dari kaum Quraisy di Makkah, Nabi kemudian berusaha menyebarkan Islam ke luar kota dengan harapan dakwah Nabi akan mendapatkan reaksi yang berbeda dari yang diterima Nabi di kota Makkah. Namun ternyata harapan dan perkiraaan Nabi salah besar, ketika Nabi memutuskan untuk menyebarkan Islam di Thaif, reaksi yang didapat sama dengan reaksi yang biasa nabi dapat di Makkah. Di Thaif Nabi diejek, disoraki, dan dilempari batu, akhirnya Nabi memutuskan kembali ke Makkah. Sampai-sampai ketika Nabi berjalan kembali ke Makkah orang Thaif membuntuti Nabi sambil melemparinya dengan batu sampai terluka di bagian kepala dan badannya. Ternyata apa yang diharapkan dan perkirakanNabi tidak terwujud dan ini semakin menyurutkan semangat Nabi, karena Nabi juga telah mengalami peristiwa yang cukup menyedihkan yaitu meninggalnya dua sosok penting dalam hidupnya yaitu pamanya Abu Thalib dan juga istrinya sayyidatina Khadijah.

b. Periode Madinah

Jibril datang menemui Rasulullah dan mengabarkan kepadanya tentang kesepakatan kaumnya. Dia menyuruh Rasulullah untuk segera hijrah. Orang-orang kafir berkumpul di sekeliling rumah rasulullah. Kemudian Rasulullah keluar sambil menebarkan debu di atas kepala mereka yang membuat mereka pingsan. Peristiwa pengepunan itulah yang menandai awal pergerakan (hijrah) Nabi menuju Madinah. Di kala kaumnya sudah benar-benar menentang dan ingin mebunuh Nabi, sebagai bukti tanda penolakan kebenaran yang dibawah oleh Nabi. Maka dimulailah hidup baru oleh umat Islam dengan harus hijrah.

Berbeda dengan Makkah, Madinah senantiasa mengalami perubahan sosial yang meninggalkan bentuk kemasyarakatan absolut model badui. Kehidupan sosial Madinah secara berangsur-angsur diwarnai oleh unsur kedekatan ruang daripada oleh sistem kekerabatan. Madinah juga memiliki sejumlah warga Yahudi, yang mana sebagian besarnya lebih simpatik terhadap monotheisme.

Penduduk Madinah yang terdiri dari kaum Muhajirin, Anshar, dan nonmuslim tersebut, merupakan sebuah keberagaman yang ada pada masa lalu dan sudah menjadi suatu hal yang tidak bisa lagi dipungkuri eksistensinya. Tapi bukan hal itu yang akan digaris bawahi, yang terpenting adalah jiwa sosialis masyarakat madinah sangat tinggi. Ini terbukti dari persaudaraan yang tinggi dan sangat kokoh. Tidak ditemukan konflik karena masalah perbedaan. Kalaupun ada masalah itu dengan cepat segara terselesaikan, karena nabi sangat bijak dalam hal itu dan sangat hati-hati terhadap peletakan sebuah nilai kemasyarakatan. Nabi berhasil membentuk sistem yang luar biasa bagus. Masyarakat Madinah merasa bahwa dirinya itu satu. Maka dari itu, apabilah ada satu yang sakit maka yang lain turut merasakan. Hal ini lebih khusus lagi pada umat Muslim sendiri, di mana sudah menjadi kewajiban di setiap Muslim sebagaimana dalam riwayat Nabi seringkali memerintahkannya. Ada beberapa tradisi yang yang perlu digaris bawahi: Silaturahim yang membudaya, gotongroyong sering diadakan demi kepentingan bersama, kepedulian yang tinggi, mengunjungi orang yang sedang sakit atau yang terkena musibah.

B.Masa Khulafaurrasyidin

Khilafah Rasyidah merupakan pemimpin umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, dimana sistem pemerintahan yang diterapkan adalah pemerintahan yang demokratis.

Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Saidah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Namun, dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar terpilih. Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.

MASA ABU BAKAR RA. ( 11-13 H / 632-634 M)

Nama aslinya adalah Abdul Kabah. Lalu Nabi Muhammad saw. mengganti namanya dengan Abdullah, lengkapnya Abdullah bin Abi Quhafah at-Tamimi. Ia terlahir dari pasangan Usman (Abu Quhafah) bin Amir dan Ummu Khoir Salma binti Sakhr, yang berasal dari suku Taim, suku yang melahirkan tokoh-tokoh terhomat. Sejak kecil ia terkenal sebagai anak yang baik. Perilakunya yang lemah-lembut, jujur, dan sabar, membuatnya disenangi masyarakat. Karena sifat-sifatnya yang mulia itulah sejak masa remajanya ia sudah bersahabat dengan Nabi Muhammad saw.

Ia dilahirkan dua tahun satu bulan setelah kelahiran Nabi Muhammad saw. kemudian terkenal dengan julukan Abu Bakar, sedangkan gelar Shiddiq diberikan oleh para sahabat, karena ia sangat membenarkan Rosulullah saw. dalam segala hal. Ialah yang menemani Nabi Muhammad saw. di gua Hira, dan yang pertama kali memeluk Islam dari kalangan orang tua terhormat. Tidaklah mengherankan jika sewaktu Nabi saw sakit, ia dipercaya oleh para sahabat menjadi Imam sholat. Juga pantaslah apabila kaum muslimin kemudian memilihnya sebagai kholifah/pemimpin setelah Rosulullah saw. wafat.

Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar disebut Khalifah Rasulillah (Pengganti Rasul) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.

Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad SAW, dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid adalah jenderal yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.

Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.

Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat jenderal yaitu Abu Ubaidah, Amr ibn Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke Syria.

Jasa-jasa dan peninggalan Abu Bakar diantaranya memberantas nabi-nabi palsu, memerangi orang-orang yang ingkar zakat, yang branggapan bahwa membayar zakat hanya kepada Nabi Muhammad, setelah wafat tidak ada lagi kewajiban, serta memberantas orang-orang yang murtad. Salah satu hal monumental pada era Abu Bakar ra adalah pengumpulan mushaf al Quran dari para sahabat-sahabat yang lain, yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit ra. Penghimpunan Al Quran atas usul Umar bin Kahtab dengan alasan banyak penghafal Al Quran yang gugur syahid dan tulisan yang ada di pelapah kurma, batu, tulang, di khawatirkan rusak dan hilang. Untuk menjaga kemurnian Al Quran, penulisan tersebut di serahkan kepada Zaid bin Tsabit dan di simpan oleh Khalifah Abu Bakar.

MASA UMAR IBN KHATAB RA. (13-23 H / 634-644 M)

Ia lebih muda tiga belas tahun dari Nabi Muhammad saw. Sejak kecil ia sudah terkenal cerdas dan pemberani. Tidak pernah takut menyatakan kebenaran di hadapan siapapun. Tidaklah mengherankan jika setelah Umar memeluk Islam, barisan kaum muslimin ditakuti oleh orang kafir Quraisy. Ia yang sebelum memeluk Islam paling berani menentang Islam, setelah memeluk Islam paling berani menghadapi musuh-musuh Islam. Kemudian terkenalah Umar sebagai Singa Padang Pasir yang sangat disegani.

Umar memiliki kepribadian yang sangat kuat, dan tegas memperjuangkan kebenaran. Oleh karena itu masyarakat menggelarinya Al Faruq, artinya yang dengan tegas membedakan yang benar dan yang salah.

Abu Bakar meninggal dunia, sementara barisan depan pasukan Islam sedang mengancam Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah. Ia diganti oleh tangan kanannya, Umar ibn Khattab. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Muminin (Komandan orang-orang yang beriman).

Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan Amr ibn Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Saad ibn Abi Waqqash. Iskandaria, ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Mosul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.

Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan menciptakan tahun hijrah.

Salah satu hal yang monumental pada era sayidina Umar ra adalah mengenai sholat tarawih. Berikut salah satu riwayatnya, yang menjadi pegangan umat islam di seluruh dunia sampai saat ini. Diriwayatkan oleh Yazid Ibn Khusayfah dari Sib Ibn Yazd bahwa semua orang mengerjakan sholat tarawih 20 rakaat dalam bulan ramadlan pada masa khalifah Umar Ibn Khatab ra. (Baihaqi dalam As Sunaul Kubra, vol.2 hal 496). Peganglah kuat-kuat sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin.(Abu Dawud vol 2 hal 635, Tirmidzi vol 2 hal 108, Sunan Darimi vol 1 hal 43 dan Ibn Majah hal 5).

Umar ra memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Luluah. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah.

Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Saad ibn Abi Waqqash, Abdurrahman ibn Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah, melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib.

MASA UTSMAN BIN AFAN RA. ( 23-35 H / 644-655 M)

Ia seorang saudagar kaya-raya, dan salah seorang penulis wahyu yang terkenal. Usianya lima tahun lebih muda dari Nabi Muhammad saw. Sejak muda Utsman dikenal sebagai seorang pendiam, dan memiliki budi pekerti yang terpuji. lalah yang membeli sumur Roumah untuk dijadikan sumur umum. Sedemikian banyak amal kebajikannya, sehingga masyarakat menggelarinya Ghoniyyun Syakir (orang kaya yang banyak bersyukur kepada Allah SWT).

Sekalipun kaya-raya, Utsman tidak pernah menjaga jarak dengan masyarakat kelas bawah, bahkan ia tidak segan-segan untuk turut serta berperang. Karena kebaikannya itulah, ia dinikahkan dengan putri Nabi bernama Ruqoyyah. Setelah Ruqoiyah meninggal dunia, ia dikawinkan dengan putri Nabi lagi bernama Ummu Kultsum. Oleh sebab itu masyarakat menggelarinya Dzun Nurain (yang mempunyai dua cahaya)

Di masa pemerintahan Utsman (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristall berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini.

Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini mungkin karena umumnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya pada tahun 35 H 1655 M, Utsman wafat pada usia 82 tahun, setelah memerintah selama 12 tahun. Ia menemui ajal saat membaca Al Quran oleh tikaman pedang Humron, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa itu.

Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat kecewa terhadap kepemimpinan Usman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam. Dialah pada dasarnya yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Usman hanya menyandang gelar Khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Usman laksana boneka di hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh karabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Usman sendiri.

Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pada masanya tidak ada kegiatan-kegjatan yang penting. Usman berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah.

Penulisan Al Quran dilakukan kembali pada masa sayidina Utsman ra. Ini terjadi pada tahun 25 H. Dan al Quran yang kita pegang saat ini adalah mushaf Utsman. Khalifah Usman juga mengadakan penulisan dan penggandakan al Quran yang di kenal denagn sebutan mushaf usmani atau mushaf al imnai. Panitia pengandaan terdiri dari zaid bin tsadit sebagi ketua dan beranggotakan Abdullah bin zubair, said bin ash, abdurrahman bin haris bin hisyam . Hasil sebanyak lima mushaf, satu disimpan oleh Khlifah Usman , satu dikirim ke mekkah , satu ke syiria, satu ke Basra dan satunya ke khufa alsa tulisan dan alsan penggandaan Al quran adalah para penghafal Quran ( khufad) banyak yang gugur sahyid dalam pertempuran, daerah kekuasan islam semakin meluas, sehingga masing- masing daerah memperlukan dasar hukum Al quran, mempermudah para imam di berbagai wilayah untuk mencocokkan bacaan tentang Al Quran tanpa harus pergi ke madinah.

MASA ALI BIN ABI THALIB ( 35-40 H / 655-660 M)

Sejak masa pemerintahan Khalifah Ali inilah, Islam mulai mengalami kemunduran. Bermula dari banyaknya pihak yang menuntut dendam atas terbunuhnya Utsman bin Affan ra., terutama dari golongan Bani Umaiyyah dari kelompok Aisyah ra., janda Nabi Muhammad saw. Suasana tersebut semakin memanas dengan adanya kebijaksanaan Khalifah Ali mengganti sebagian besar pejabat pemerintah yang telah diangkat oleh Utsman.

Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan diantara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.

Tidak lama setelah itu, Ali bin Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.

Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus, Muawiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Muawiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama perang shiffin.

Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Muawiyah, Syiah (pengikut) Ali, dan al-Khawarij (oran-orang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok al-khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Muawiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij.

Jasa dan peninggalan masa Ali Bin Abi Thalib salah satunya adalah mengganti para gubernur yang di angkat khalifah Usman yang kebanyakan dari berasal dari keluarga Usman serta menarik kembali tanah milik negara dan harta Baitul Mal yang di bagikan kepada pejabat pada kalifah Usman. Selain itu, Pada masa pemerinthan Ali, wilayah islam mencakup Tigris bahkan sampai ke india, untuk menghindari kesalahan dalam membaca teks Al Quran dan hadist, maka khalifah memerintahkan kepada Abul-Duah untuk mengarang buku tentang pokok-pokok ilmu Nahwi untuk mempermudah orang membaca dan memahami sumber ajaran islam. Peninggalan yang terakhir adalah menjadikan kota Kufah sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan.

Seminar Sejarah Masuknya Islam Di Indonesia

Setiap seminar mengadakan siding-sidangnya mulai hari ahad 21 s/d 24 syawal 1382 H, ( 17 s/d 20 Maret 1963) di Medan, yaitu seminar sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Dari hasil seminar dapat disimpulkan:

1. Bahwa menurut sumber-sumber yang kita ketahui, islam untuk pertama kalinya telah masuk ke Indonesia pada abad pertama hijrah (abad ke 7/8 M) dan langsung dari Arab.

2. Bahwa daerah yang pertama didatangi oleh Islam ialah pesisir Sumatera dan bahwa setelah terbentuknya masyarakat Islam, maka raja Islam yang pertama berada di Aceh.

3. Bahwa mubaliq-mubaliq Islam pertama yang datang ke Indonesia merangkap sebagai saudagar.

4. Bahwa penyiaran itu di Indonesia dilakukan secara damai.

5. Bahwa Kedatangan Islam membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia dalam menahan penderitaan dan perjuangan melawan penjajahan bangsa asing.

Dr. Hamka memberi kesimpulan:

a. Agama Islam telah berangsur datang ke tanah air kita ini sejak abad pertama (abad ke-7M) dibawa oleh saudagar-saudagar Islam yang intinya adalah orang-orang Arab diikuti oleh orang Persia dan Gujarat.

b. Oleh karena penyebaran Islam itu tidak dijalankan dengan kekerasan dan tidak ada penaklukan negeri, maka jalannya itu adalah berangsur-angsur.

c. Mazhab SyafiI telah berpengaruh sejak semula perkembangan itu, sampai Raja Islam Pasai Samudera itu adalah seorang alim ahli fiqih Mazhab Syafii.

d. Kedatangan ulama-ulama Islam dari luar negari ke Aceh memperteguh odeologi Mazhab SyafiI yang telah ditanam raja-raja Pasai.

e. Saya mengakui bahwa ulama luar yang datang kemari, disamping ada ulama kita belajar ke Mekkah, Syam, Yaman, Aden, dan lainnya.

Tapi semua itu bukanlah menghilangkan kepribadian Muslim Indonesia dalam rangka umat Islam sedunia, tetapi mengesankan kebesaran Salafussalihin Indonesia, sehingga Aceh menjadi Serambi Mekkah.

Haji Abubakar Aceh membuat kesimpulan:

a. Islam masuk ke Indonesia mula pertama di Aceh, tidak mungkin di daerah lain.

b. Penyiar Islam pertama di Indonesia tidah hanya terdiri dari saudagar India dari Gujarat, tetapi juga terdiri dari mubaligh-mubaligh Islam dari bangsa Arab.

c. Diantara mazhab pertama yang dipeluk di Aceh ialah Syiah dan Syafii.

Maka setelah 15 tahun sesudah seminar di Medan berlangsung atau tepatnya pada tanggal 10-16 juni 1978, majelis ulama propinsi daerah istimewa Aceh memprakarsai pula seminar serupa yaitu tentang sejarah masuk dan berkembangnya Islam di daerah istimewa aceh yang diadakan di Banda Aceh. Seminar ini dihadiri oleh para sarjana dan cendekiawan yang berada di Aceh khususnya. Dari hasil seminar tersebut dapat disimpulkan:

1. Pada abad pertama hijrah islam sudah masuk di Aceh

2. Kerajaan-kerajaan Islam yang pertama adalah perlak, lamuri dan pasai

3. Islam berkembang di Aceh melalui cara hikmah kebijaksanaan

Sebenarnya apa yang telah disimpulkan dalam ke-2 seminar tersebut diatas terutama yang menyangkut dengan proses islamisasi di Indonesia adalah juga seirama dengan pendapat 2 sarjana barat yaitu Prof. Gabriel Ferrand dan Prof. Paul Wheatly. Bersumber pada keterangan para musafir dan pedagang Arab tentang Asia Tenggara, maka ke-2 sarjana tersebut menyebutkan bahwa sudah sejak abad ke-8, pelabuhan-pelabuhan yang terkenal di Asia Tenggara pada masa itu, telah dikunjungi oleh para pedagang dan musafir-musafir Arab. Dan bahkan pada kota-kota dagang itu telah terdapat Fondasi-fondasi para pedagang Islam. Jadi dapat ditafsirkan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia sejak awal ke-8 M, langsung dibawa oleh para pedagang dan musafir Arab.

Secara teperinci golongan penyebar agama Islam di Indonesia ada 3 yaitu:

Golongan Mubaligh atau guru agama Islam (sufi). Gologan ini adalah orang yang mempunyai orientasi bedakwah dan masuk ke Indonesia kira-kira abad ke-13 M yang berasal dari Arab dan Persia.

Golongan Pedagang. Golongan pedagang pertama kali masuk Indonesia adalah orang Arab, disusul orang Mesir, Persia dan Gujarat.

Golongan Wali. Wali yang terkenal memperkenalkan ajaran Islam di Indonesia adalah Wali songo, antara lain: Sunan Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maghribi (Gresik), Sunan Ngampel atau Raden Rahmat (Ngampel Surabaya), Sunan Bonang atau Radem Maulana Makdum Ibrahim (Bonang Tuban), Sunan Drajat atau Syarifudin (Sedayu Surabaya), Sunan Giri atau Prabu Satmata atau Sultan Abdul Fakih (Giri Gresik), Sunan Kalijaga (Kadilangu Demak), Sunan Kedus atau Jafar Sodiq (Kudus), Sunan Muria atau Raden Umar Said (Gunung Muria Kudus), Sunan Gunung Jati (Gunung Jati Cirebon).

Di samping itu, penyiaran agama Islam dilakukan dengan berbagai cara yaitu:

Perdagangan. Proses Islamisasi melalui perdagangan sangat menguntungkan dan lebih efektif cara-cara lain. Apalagi yang terlibat bukan hanya masyarakat dari golongan bawah melainkan juga dari golongan atas seperti kaum bangsawan atau para raja.

Perkawinan. Para pedagang Islam dalam melakukan perdagangan memerlukan waktu yang lama, sehingga harus menetap di suatu daerah tertentu. Keadaan ini mempercepat hubungan dengan kaum pribumi/bangsawan. Terkadang juga sampai dengan perkawinan, sehingga melalui perkawinan terlahir seorang muslim.

Politik. Pengaruh kekuasaan seorang raja berpengaruh besar dalam proses Islamisasi. Setelah raja memeluk Islam, maka rakyatnya mengikuti jejak rajanya. Setelah tersosialisasi dengan agama Islam, maka kepentingan politik dilaksanakan melalui perluasan wilayah kerajaanyang diikuti dengan penyebaran agama Islam.

Pendidikan. Para ulama, guru agama atau para kyai juga memiliki peran penting dalam penyebaran Islam. Dengan mendirikan pondok pesantren sebagai tempat pengajaran agama Islam bagi para santri.

Kesenian. Melalui kesenian penyebaran agama Islam dapat dilakukan seperti melakukan pertunjukan wayang dan gamelan. Kesenian tersebut sangat digemari masyarakat. Dengan bercerita atau berdakwah para ulama dapat menyisipkan ajaranagama Islam.

Tasawuf. Para ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian yang dapat membantu rakyat, seperti menyembuhka penyakit dan lain-lain. Penyebaran agama Islam yang mereka lakukan disesuaikan dengan kondisi, alam pikiran dan budaya masyarakat pada saat itu, sehingga ajaran Islam dengan mudah diterima masyarakat.

Pengaruh Islam terhadap Peradaban Bangsa Indonesia dan Perkembangannya

Islam sebagai agama baru yang dianut sebagian masyarakat Indonesia, telah banyak memainkan peranan penting dalam berbagai kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan. Peranan itu dapat dilihat dari perkembangan Islam dan pengaruhnya di masyarakat Indonesia sangat luas, sehingga agak sulit untuk memisahkan antara kebudyaan local dengan kebudayaan Islam.

Masuknya kebudayaan Islam dalam kebudayaan nasional, meliputi bahasa, nama, adat istiadat dan kesenian.

a.Pengaruh Bahasa dan Nama

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional banyak terpengaruh dari bahasa Arab. Bahasa ini sudah begitu menyatu dalam lidah bangsa Indonesia. Tidak hanya dalam bahasa komunikasi sehari-hari, bahakan dipergunakan pula dalam bahasa surat kabar, dan sebagainya.

Pengaruh Islam dalam bidang nama, sungguh banyak sekali. Banyak tokoh dan bukan tokoh masyarakat menggunakan nama berdasarkanpada bahasa Arab,yang merupakan bahasa simbol pemersatu Islam. Semua itu bukti adanya pengaruh Islam dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia.

b.Pengaruh Adat Istiadat

Adat istiadat yang ada dan berkembang di Indonesia banyak dipengaruhi oleh peradaban Islam. Diantara pengaruh itu adalah ucapan salam kepada setiap muslim yang dijumpai, atau penggunaannya dalam acara-acara resmi pemerintahan.

Pengaruh lainnya adalah berupa ucapan-ucapan kalimat penting dalam doa. yang merupakan pengaruh dari tradisi Islam yang lestari.

c.Pengaruh Dalam Kesenian dan Bangunan Ibadah

Pengaruh kesenian yang paling menonjol dalam hal ini terlihat dalam irama qasidah dan lagu-lagu yang bernafaskan ajaran Islam. Syair pujian yang mengagungkan nama-nama Allah yang sering diucapkan oleh umat Islam, merupakan bukti pengaruh ajaran Islam terhadap kehidupan beragama masyarakat Islam Indonesia.

Begitu pula pengaruh dalam bidang bangunan peribadatan. Banyak bangunan mesjid yang ada di Indonesia, terpengaruh dari bangunan mesjid yang ada di Negara-negara Islam, baik yang ada di Timur Tengah ataupun di tempat-tempat lainnya di dunia Islam.

d.Pengaruh Dalam Bidang Politik

Ketika kerajaan-kerajaan Islam mengalami masa kejayaannya, banyak sekali undur politik Islam yang berpengaruh dalam system politik pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam tersebut. Misalnya tentang konsep khalifatullah fil ardi dan dzilullah fil ardi. Kedua konsep ini diterapkan pada masa pemerintahan kerajaan Islam Aceh Darussalam dan kerajaan Islam Mataram.

C. Penutup

Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat adalah merupakan Agama Islam pada zaman keemasan, hal itu bisa terlihat bagaimana kemurnian Islam itu sendiri dengan adanya pelaku dan faktor utamanya yaitu Rasulullah SAW. Kemudian pada zaman selanjutnya yaitu zaman para sahabat, terkhusus pada zaman Khalifah yang lebih terkenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin, Islam berkembang dengan pesat dimana hampir 2/3 bumi yang kita huni ini hampir dipegang dan dikendalikan oleh Islam. Hal itu tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam mempertahankan dan juga dalam menyebarkan islam sebagai agama Tauhid yang diridhoi. Perkembangan islam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan peradaban kearah yang lebih maju.

Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijrah atau abad ke tujuh/ke delapan masehi. Ini mungkin didasarkan pada penemuan batu nisan seorang wanita muslimah yang bernama Fatimah binti Maimun di Leran dekat Surabaya yang bertahun 475 H atau 1082 M. Perkembangan Islam dan pengaruhnya di masyarakat Indonesia sangat luas, adapun pengaruhnya yaitu dalam bahasa dan nama, adat istiadat, kesenian dan Bangunan Ibadah, serta dalam bidang politik.

Daftar Pustaka

1. HD, Kaelany. 2014. Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma Press

2. ____.2014. Pribadi Muslim. Jakarta: Midada Rahma Press

3. Suminto, Aqid., Politik Islam Hindia Belanda, Jakarta: Pustaka LP3ES.

4. Thohir, Ajid., Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

5. Hasjmy, A., Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia, cet.1, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990.

6. Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1994.

7. Supriadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung:Pustaka Setia

8. Yatim, Badri. 2007.Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta: RajaGrafindo Persada

2