Askep Gastroeneritis

39
KUMPULAN KTI Sabtu, 14 Januari 2012 Askep Gastroenteritis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gastroenteritis adalah perubahan fungsi unsur yang besar yang ditandai dengan ekskresi tinja lebih dari 200 gram/hari, biasanya berkonsistensi cair, lunak atau setengah padat dengan frekuensi defekasi yang lebih banyak. Gastroenteritis adalah masalah klinis yang sering ditemukan dengan penyebab yang bermacam-macam, termasuk kelainan imunologis, infektif, hormonal (Nurgoho, 2000). Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa dehidrasi disertai muntah. Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasa (Sowdent, 2005).

Transcript of Askep Gastroeneritis

Page 1: Askep Gastroeneritis

KUMPULAN KTI

Sabtu, 14 Januari 2012

Askep Gastroenteritis

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

       Gastroenteritis adalah perubahan fungsi unsur yang besar yang ditandai dengan ekskresi

tinja lebih dari 200 gram/hari, biasanya berkonsistensi cair, lunak atau setengah padat dengan

frekuensi defekasi yang lebih banyak. Gastroenteritis adalah masalah klinis yang sering

ditemukan dengan penyebab yang bermacam-macam, termasuk kelainan imunologis, infektif,

hormonal (Nurgoho, 2000).

        Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang

memberikan gejala diare dengan atau tanpa dehidrasi disertai muntah. Gastroenteritis

diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan

frekuensi yang lebih banyak dari biasa (Sowdent, 2005).

         Adapun komplikasi dari gastroenteritis yaitu dehidrasi, syok hypovolemik yang

terdekompensasi, hipokalemia dengan gejala meteorisme, hipotermi, lemah, hipoglikemia

dan intoleransi laktosa selinder sebagai akibat deferensi enzim iktosa karena kerusakan

mukosa usus halus (Nursalam, 2005).

Angka kejadian gastroenteritis di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini

masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460

balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007 di

Indonesia, gastroenteritis merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3

Page 2: Askep Gastroeneritis

bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare

sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun (Piogama, 2008).

Gastroenteritis dianggap akut kalau berlangsung kurang dari 7 hingga 14 hari dan

kronik kalau berlangsung lebih dari 2 sampai 3 minggu. Gastroenteritis infeksius yang akut

dan tersebar diseluruh penjuru dunia menyebabkan lebih dari 4 juta kematian setiap tahunnya

pada balita, khususnya di negara berkembang dan menjadi penyebab utama malnutrisi kalori,

protein dan dehidrasi (Deven, 2007).

Kematian akibat gastroenteritis yang jumlahnya jutaan, mayoritas disebabkan oleh

hal sepele, yaitu habisnya cairan tubuh yang keluar karena buang air dan muntah. Hilangnya

cairan sedikit demi sedikit oleh banyak orang dianggap hal biasa. Di pelosok desa terutama di

daerah Jawa, bahkan ada yang menganggap bahwa anak gastroenteritis sebagai pertanda akan

bertambah pintar. Padahal jika kekurangan cairan lebih dari 10% dari berat badan anak atau

bayi akan menyebabkan kematian hanya dalam tempo tiga hari. Belakangan juga ditemukan

retrovirus yang menjadi biang keladi munculnya gastroenteritis anak-anak di bawah usia 2

tahun. Ironisnya, belum ada vaksinasi yang dapat memperkuat daya tahan bayi atau anak

untuk melawan kekuatan virus tersebut. Namun, ASI yang diisap bayi memiliki kemampuan

untuk mengikis habis virus tersebut asal anak tetap diberi cairan pengganti yang hilang

karena buang air dan muntah (Widjaja, 2002).

Diantara anak yang diperiksa di klinik perawatan setiap hari, gastroenteritis

infeksius akut umumnya terjadi dan penularan antar manusia organisme yang paling sering

terlibat dalam epidemic diare ditempat perawatan tersebut adalah Shigella, Giardia Lambia,

dan Cryptos Poridium. Angka serangan sekunder yang berkisar antara 10 dan 20 %

menggambarkan sumber infeksi yang penting bagi orang tua serta saudara sekandung

(Khalik, 2007).

Page 3: Askep Gastroeneritis

Data dari Direktorat Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan menyebutkan,

pada tahun 2001 angka kematian rata-rata yang diakibatkan gastroenteritis adalah 23 per

100.000 penduduk, sedangkan angaka tersebut lebih tinggi pada anak-anak berusia di bawah

lima tahun, yaitu 75 per 100.000 penduduk. Hasil survey pada tahun 2006 menunjukkan

bahwa kejadian gastroenteritis pada semua usia di Indonesia adalah 423 per 1000 penduduk

dan terjadi satu-dua kali per tahun pada anak-anak berusia di bawah lima tahun (Diah, 2008).

Berdasarkan data yang penulis dapat dari ruang anak Rumah Sakit Umum Daerah

Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara dinyatakan jumlah pasien di ruang anak dari Januari 2010

sampai dengan Juli 2011 adalah 353 orang. Diantaranya yang menderita gastroenteritis

adalah sebanyak 175 orang atau dengan persentase 23 %.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menjadikan kasus

Gastroentritis ini sebagai bahan studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada klien

An. SY dengan Gastroenteritis di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Cut

Meutia Kabupaten Aceh Utara”.

B.     Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman belajar secara nyata dalam melaksanakan

asuhan keperawatan pada klien “Gastroentritis” melalui perawatan yang komprehensif dan

dapat membuat laporan pelaksanaan pelayanan keperawatan dalam bentuk karya tulis ilmiah.

2. Tujuan Khusus

a.       Mendapatkan gambaran tentang pengkajian keperawatan secara komprehensif pada pasien

dengan Gastroenteritis.

Page 4: Askep Gastroeneritis

b.      Dapat mengindentifikasi serta mendiagnosa masalah yang timbul pada pasien dengan

Gastroenteritis.

c.       Dapat membuat rencana asuhan keperawatan.

d.      Dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif.

e.       Dapat melaksanakan evaluasi terhadap keberhasilan asuhan keperawatan yang telah

diberikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

f.       Dapat mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan yang diberikan.

C.    Metode Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu

menguraikan data secara nyata dan objektif dengan cara mengumpulkan data, merumuskan

masalah, memecahkan masalah dan mengevaluasi tindakan keperawatan.

Adapun teknik yang dilakukan untuk pengumpulan data yaitu : Studi kepustakaan

adalah data ataupun teori-teori yang dapat digunakan baik secara medis maupun keperawatan

yang berkaitan dengan “Gastroenteritis”. Studi kasus pengumpulan data yang didapat antara

lain : Anamnese penulis tunjukkan pada klien, keluarga, perawat serta tim kesehatan lainnya

yang berhubungan dengan pasien. Observasi yaitu pengamatan secara langsung terhadap

perkembangan pasien baik dari segi medis atau perawatan dan seluruh terapi yang diberikan.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dimana data-data didapatkan melalui

dokumentasi/pencacatan yang dilakukan berkaitan dengan pasien buku laporan perawatn

status pasien, catatan, register dan lain-lain.

D.    Sistematika Penulisan

Untuk lebih terarahnya penyusunan karya tulis ilmiah ini, maka penulis menyusun

dalam lima bab, antara lain : Bab satu adalah pendahuluan, membahas tentang latar belakang

Page 5: Askep Gastroeneritis

masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab dua adalah

tinjauan teoritis, membahas tentang konsep dasar yang  terdiri dari pengertian, etiologi,

patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan asuhan

keperawatan meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab tiga adalah

tinjauan kasus merupakan gambaran pelaksanaan kasus yang penulis rawat di Ruang

Perawatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara. Meliputi:

pengkajian diagnosa keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan dan evaluasi. Bab

empat adalah pembahasan, membahas tentang kesenjangan yang penulis dapatkan antara

tinjauan kasus dan teoritis. Bab lima adalah penutup merupakan kesimpulan dan saran-saran

dan juga mencatumkan daftar pustaka.

Page 6: Askep Gastroeneritis

1. Definisi

Gastroenteritis (GE) adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare,

dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare

yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali,

dan bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir).

2. Klasifikasi

Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan:

a. Lama waktu diare:

- Diare akut

- Diare kronik

b. Mekanisme patofisiologi:

- Diare osmotik

- Diare sekretorik

c. Penyebab infeksi atau tidak:

- Diare infektif

- Diare non-infektif

Page 7: Askep Gastroeneritis

3. Etiologi

a. Infeksi

a) Enteral

- Bakteri : Salmonella, Shigella, Campylobacter, Escherichia Coli, Yersinia, Aeromonas,

Clostridium difficile, Stapilococcus aureus, Streptococcus, Klebsiela, Pseudomonas,

Aeromonas, Proteus, dll.

- Virus : virus Norwalk dan virus Coxsackie, rotavirus, parvovirus, adenovirus, echovirus,

cytomegalovirus (CMV)

- Parasit : Giardia Lamblia, Entamoeba Histolytica, Strongyloides, Isospora Belli,

Microsporidium

- Worm : A. lumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichiura, cestodiasis, dll

b) Parenteral:

- Otitis media akut (OMA)

- Pneumonia

- Traveler's diarrhea: E.coli, Girdia lamblia, Shigella, Entamoeba histolytica, dll.

c) Makanan:

- Intoksikasi makanan: makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan mengandung

bakteri atau toksin

- Alergi : susu sapi, makanan tertentu

b. Terapi obat : antibiotic, kemoterapi, antacid, dll.

c. Faktor lingkungan

Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada musim penghujan, dimana air membawa

sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada waktu kemarau dimana lalat tidak dapat dihindari

apalagi disertai tiupan angin yang cukup besar, sehingga penularan lebih mudah terjadi.

Persediaan air bersih kurang sehingga terpaksa menggunakan air seadanya, dan terkadang

lupa cuci tangan sebelum dan sesudah makan.

d. Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi.

5. Manifestasi Klinis

a. Frekuensi BAB >3 kali sehari

b. Feses kadang disertai lendir atau darah

Page 8: Askep Gastroeneritis

c. Nafsu makan menurun

d. Malaise

e. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria)

f. Turgor kulit menurun

g. Membran mukosa kering

h. Bising usus meningkat

i. Kram abdomen

j. Adanya tenesmus

k. Penurunan BB

l. Nadi dan pernafasan cepat

6. Pemeriksaan laboratorium dan dignostik Penunjang

a. Pemeriksaan darah lengkap

Hb, Ht, leukosit, hitung jenis leukosit

b. Kadar elektrolit serum

pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

c. Ureum dan kreatinin

untuk mengetahui fungsi ginjal, untuk mengetahui adanya kekurangan cairan dan

mineral tubuh.

d. Pemeriksaan tinja

untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukkan adanya infeksi bakteri,

adanya telur cacing dan parasit dewasa.

e. Pemeriksaan ELISA

mendeteksi giardiasis dan test serologic amebiasis.

f. Rektoskopi atau sigmoidoskopi

pada pasien yang toksik, pasien dengan diare berdarah, pasien denga diare akut

persisten.

g. Kolonoskopi

pada pasien AIDS yang mengalami diare, kolonoskopi di pertimbangkan karena

kemungkinan penyebab infeksi atau limfoma di daerah kolon kanan.

7. Komplikasi Gastroenteritis

a) Bakteremia

Page 9: Askep Gastroeneritis

Spesies E.Coli Salmonella dan Shigella adalah semua organisme yang masuk ke aliran darah

menyebabkan penyebaran organisme lain dan infeksi sistemik. penting bahwa pasien demam

akut dengan diare telah dilakukan kultur darah. Jika pada awal apusan terlihat organisme

gram negative, diberikan terapi antibiotic.

b) Syok

kontrol syok berhubungan dengan kebutuhan yang tepat dari pengkajian masukan dan

keluaran dan penggantian cairan. Pada kejadian yang jarang, pasien dengan

ketidakseimbangan cairan berat membutuhkan perawatan di unit intensif dengan pemantauan

hemodinamik.

3. Tubular nekrosis akut dan gagal ginjal pada dehidrasi yang berkepanjangan.

Perhatikan pengeluaran urin <30 ml/jam selama 2-3 jam berturut-turut.

4. Artritis pasca ineksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena

compylobakter, shigella, salmonella, atau yersiniaspp.

5. Sindrom guillain-barre

6. Disritmia jantung berupa takikardia atrium dan ventrikel, fibralasi ventrikel dan

kontraksi ventrikel premature akibat gangguan elektrolit terutama olh karena

hipokalemia.

8. Penatalaksanaan Medis

a. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan

Hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:

1) Jenis cairan yang akan digunakan

cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan meskipun jumlah kaliumnya lebih rendah

dibandingkan dengan kadar kalium cairan tinja.

jika tidak tersedia RL, dapat diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul

Nabikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap 1L infus NaCl isotonik.

pada keadaan diare akut awa

l yang ringan, dapat diberikan bubuk oralit sebagai usaha awal agar tidak terjadi dehidrasi.

2) Jumlah cairan yang akan diberikan

pada prinsipnya jumlah cairan yang akan diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar

dari tubuh.

Page 10: Askep Gastroeneritis

kehilangan cairan dari tubuh dapat dihitung dengan memakai rumus:

- B.D. plasma dengan memakai rumus:

Kebutuhan cairan: BD plasma-1,025 x BB x 4 ml

0,001

b. Memberikan terapi simptomatik

Pemberian terapi simptomatik harus berhati-hati dan perlu pertimbangan karena lebih

banyak kerugiannya daripada keuntungannya.

Pemberian anti motilitas seperti Loperamid perlu dipertimbangkan karena dapat

memperbutuk diare. Jika memang dibutuhkan karena pasien amat kesakitan diberikan dalam

jangka pendek (1-2 hari saja) dengan jumlah sedikit.

Pemberian antiemetik seperti Metoklopropamid juga perlu diperhatikan karena dapat

menimbulkan kejang pada anak dan remaja akibat rangsangan ekstrapiramidal.

Pada diare akut yang ringan kecuali rehidrasi peroral, bila tidak ada kontraindikasi dapat

diberikan Bismuth subsalisilat maupun Loperamid dalam waktu singkat. Pada diare berat,

obat-obat tersebut perlu dipertimbangkan dalam pemberian waktu yang singkat dan

dikombinasikan dengan pemberian obat antimikrobial.

Pada penderita diare mungkin disertai dengan Lactose intolerance, oleh karena itu hindari

makanan/ minuman yang mengandung susu sapai diare membaik dan hindari makanan yang

pedas atau banyak mengandung lemak.

c. Memberikan terapi defenitif

Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:

Kolera eltor:

- Tetrasiklin 4x500 mg/ hari, selama 3 hari atau

- Kortimoksazol, dosis awal 2x3 tab, kemudian 2x2 tab selama 6 hari atau

- Kloramfenikol 4x500 mg/ hari, selama 7 hari atau gol. Fluoroquinolon

S.aureus: Kloramfenikol 4x500 mg/ hari

Salmonellosis:

- Ampisilin 4x1g/ hari atau

- Kortimoksazol 2x2 tab atau

- Gol. Fluoroquinolon seperti Siprofloksasin 2x500 mg selama 3-5 hari

Shigellosis:

- Ampisilin 4x1g/ hari, selama 5 hari atau

Page 11: Askep Gastroeneritis

- Kloramfenikol 4x500 mg/ hari, selama 5 hari

Injeksi Helicobacter jejuni Eritromisin 3x500 atau 4x500 mg/ hari selama 7 hari

Amubiasis:

- Metronidazol 4x500 mg/ hari selama 3 hari atau

- Tinidazol dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari atau

- Secnidazole dosis tunggal 2 g/ hari selama 3 hari atau

- Tetrasiklin 4x500 mg/ hari, selama 10 hari

Giardiasis:

- Quinacrine 3x100 mg/ hari selama 1 minggu atau

- Chloroquin 3x100 mg/ hari selama 5 hari atau

- Metronidazol 3x250 mg/ hari selama 7 hari

Balantidiasis: Tetrasiklin 3x500 mg/ hari, selama 10 hari

Kandidosis: Nystatin 3x500.000 unit selama 10 hari

Virus : simtomatik dan suportif

9. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Kaji riwayat penyakit yang mencakup:

Pernah/ tidak terpajan makanan atau air yang terkontaminasi

Pernah/ tidak mengalami infeksi lainnya, seperti infeksi saluran pernafasan atau saluran

kemih

2) Lakukan pengkajian fisik secara rutin

3) Observasi manivestasi klinis derajat dehidrasi, misalnya dehidrasi ringan:

Volume cairan yang hilang <50 ml/kg

Warna kulit pucat

Turgor kulit menurun

Membran mukosa kering

Urin output menurun

Tekanan darah normal

Nadi normal atau meningkat

4) Catat fekal output: jumlah, volume, karakteristik

5) Observasi dan catat munculnya tanda-tanda seperti: tenesmus, kram abdomen,vomitus.

Page 12: Askep Gastroeneritis

6) Bantu dengan prosedur diagnostik, kumpulkan spesimen yang dibutuhkan:

Feses: pH, darah, glukosa, frekuensi

Urin: pH, frekuensi

CBC

Elektrolit serum

Kreatinin

BUN

7) Kaji sumber infeksi.

b. Diagnosa Keperawatan

1) Defisit volume cairan tubuh b.d kehilangan cairan yang berlebihan, diare.

2) Resiko gangguan integritas kulit b.d iritasi akibat frekuensi BAB yang meningkat.

3) Gangguan keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d malabsorpsi usus,

mual, muntah.

4) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d diare lama, distensi abdomen,

hiperperistaltik.

c. Rencana Intervensi

1. Defisit volume cairan tubuh b.d kehilangan cairan yang berlebihan, diare.

Intervensi Keperawatan RasionalMandiri:Awasi masukan dan haluaran, karakter, dan jumlah feses.

Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan elektrolit.

Observasi tanda-tanda vital secara teratur.. Hipotensi, takikardia, demam, dapat menunjukkan respon terhadap efek kehilngan cairan.

Observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa, penurunan turgor kulit.

Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi.

Pertahankan pembatasan per oral, tirah baring, hindari kerja.

Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus.

Observasi perdarahan pada feses. Penurunan absorpsi dapat menimbulkan defisiensi vitamin K dan merusak koagulasi, potensial resiko perdarahan.

Catat kelemahan otot umum. Kehilangan usus berlebihan dapat menimbulkan

Page 13: Askep Gastroeneritis

ketidakseimbangan elektrolit.Kolaborasi:Berikan cairan parenteral, transfusi darah sesuai indikasi.

Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan/anemis.

Berikan obat sesuai indikasi:AntidiareAntiemetikAntipiretikVitamin K

Menurunkan kehilangan cairan dari usus.Mengontrol mual muntahMengontrol demamMenstabilisasi koagulasi dan menurunkan resiko perdarahan.

2. Gangguan keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d malabsorpsi

usus, mual, muntah.

Intervensi Keperawatan RasionalMandiri:Timbang berat badan tiap hari Memberikan informasi tentang

kebutuhan diet.Dorong tirah baring atau pembatasan aktivitas selama fase sakit akut.

Menurunkan kebutuhan metabolic untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi..

Anjurkan istirahat sebelum makan. Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan.

Lakukan oral hygiene. Mulut yang bersih dapat meningkatkab rasa makanan.

Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen.

Mencegah serangan akut.

Kolaborasi:Pertahankan puasa sesuai indikasi. Istirahat usus menurunkan

peristaltik.Berikan obat sesuai indikasi seperti antikolinergik.

Antikolinergik diberikan 15-30 menit sebelum makan memberikan penghilangan kram dan diare, menurunkan motilitas gaster, dan meningkatkan waktu untuk absorpsi nutrient.

Page 14: Askep Gastroeneritis

DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (2006). Jilid 1. Edisi 4. Jakarta : FKUI.Diyanti, G.W. (2007). Studi penggunaan antibiotik pada pasien gastroenteritis dewasa pada pasien

rawat inap di ruang penyakit tropik lnfeksi pria dan wanita RSU Dr. Soetomo Surabaya. Diperoleh tanggal 11 Maret 2010 dari http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2007-diyantigus-4467&node=359&start=196&PHPSESSID=735f99a341908093de36c5a6ffbdf67c,

Doenges., dkk. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien (M. Kariasa & N. M. Sumarwati, Terj.). Edisi 3. Jakarta: EGC. (Naskah asli dipublikasikan pada tahun 1993)

LAPORAN PENDAHULUANGASTROENTEROLOGI

Page 15: Askep Gastroeneritis

I.                   DEFENISIDiare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan / tanpa darah dan / atau lender dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.

II.                ETIOLOGIInfeksi : Virus (Rotavirus, Adenovirus, Norwalk , bakteri ( Shigella, Salmonella, E. colli, Vibrio) ;

parasit (protozoa : E. histolycia, G. lambli, Balantidium colli; cacing perut: Askaris, Trikuris, Strongiloideus,dan jamur : Kandida )

Malabsorpsi : Karbohidrat ( intoleransi laktosa ), lemak, atau proteinMakanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makananImunodefisiensiPsikologis : rasa takut dan cemas

Berdasarkan patofisiologinya, maka penyebab diare dibagi menjadi :1.      Diare sekresi, yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, kuman pathogen dan apatogen;

hiperperistaltik usu halus akibat bahan kimia atau makanan, gangguan psikis, gangguan saraf, hawa dingin, alergi; dan defisiensi imun terutama IgA sekretorik.

2.      Diare osmotic, yang dapat disebabkan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan kalori protein (KKP), atau bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.Pada diare akan kekurangan air (dehidrasi ), gangguan keseimbangan asam basa ( asidosis metabolic ), yang secara klinis berupa pernapasan kussmaul, hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi.

III.             MANIFESTASI KLINISAwalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemungkinan timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan / lender, warna tinja berubah menjadi kehijau – hijauan karena tercampur empedu. Anus dan sekitarnay lecet karena tinja menjadi asam.Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan / sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun – ubun besar cekung. Tonus dan turgorkulit berkurang. Selaput lendir mulut dan bibir kering.

IV.             PEMERIKSAAN PENUNJANG1.      Pemeriksaan tinja : makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula jika diduga ada

intoleransi gula (sugar intolerance ), biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).

2.      Pemeriksaan darah : darah perifer lengkap, analis gas darah dan elektrolit ( terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang )

3.      Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal4.      Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif

terutama pada diare kronik.

V.                PENATALAKSANAANPrinsip :

1.      Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi

Page 16: Askep Gastroeneritis

rehidrasi) kemudian mengganti cairan yang hilang sam pai diarenya berhenti ( terapi rumatan ).

Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/ atau muntah (previous water losses = PWL ); ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin, dan pernapasan (normal water losses = WNL); dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang melalui tinja dan muntah yang masih terus berangsung (concomitant water losses = CWL). Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan masing – maisng anak atau golongan umur.

a.       Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur <2 tahun (BB 3-10 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi

DEHIDRASI PWL NWL CWL JUMLAHRingan 50 100 25 175Sedang 75 100 25 200Berat 125 100 25 250

b.      Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur 2-5 tahun (BB 10-15 kg) sesuai dengan derajat dehidasi

DEHIDRASI PWL NWL CWL JUMLAHRingan 30 80 25 135Sedang 50 80 25 155Berat 80 80 25 185

c.       Jumlah cairan (mL) yang hilang pada anak umur >15 tahun (BB 15-25 kg) sesuai dengan derajat dehidrasi

DEHIDRASI PWL NWL CWL JUMLAHRingan 25 65 25 115Sedang 50 65 25 140Berat 80 65 25 170

2.      Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pda status gizi.

3.      Antibiotic dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk kebanyakan kasusu, termasuk diare dengan panas, kecuali pada :

-          Disentri, bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amoebiasis-          Suspek kolera dengan dehidrasi berat-          Diet persisten4.      Obat – obat antidiare meliputi antimotilitas (misal: loperamid, difenoksilat, kodein, opium),

adsorben (missal : norit, kaolin, attapulgit). Antimuntah termasuk prometazin dan klorpromazin. Tidak satupun obat – obat ini terbukti mempunyai efek yang nyata untuk diare akut dan beberapa malahan mempunyai efek yang membahayakan. Obat – obat ini tidak boleh diberikan pada anak <5 tahun.Table derajat dehidrasi

Penilaian A B CLihat :keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai, atau

Page 17: Askep Gastroeneritis

Mata

Air mata

Mulut dan lidah

Rasa haus

Periksa :Turgor kulit

Hasil pemeriksaan

Terapi

Normal

Ada

Basah

Minum biasa tidak haus

Kembali cepat

Tanpa dehidrasi

rencana terapi A

Cekung

Tidak ada

Kering

Haus, ingin minum banyak

Kembali lambat

Dehidrasi ringan/ sedang

Rencana terapi B

tidak sadar

Sangat cekung dan kering

Tidak ada

Sanat kering

Malas minum atau tidak bisa minum

Kembali sangat lambat

Dehidrasi berat

Rencana terapi C

Rencana terapi ADigunakan untuk :

1.      Mengatasi diare tanpa dehidrasi2.      Meneruskan terapi diare dirumah3.      Memberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi

Tiga cara dasar terapi dirumah adalah sebagai berikut :1.      Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi-          Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti cairan oralit, makanan cair (sup, air

tajin, minuman yoghurt) atau air matang. Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam kotak dibawah (catatan: jika anak berusia <6 bulan dan belum makan yang cair)

-          Berikan larutan ini sebanyak anak mau-          Teruskan pemberian larutan ini hinging diare berhenti2.      Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi-          Teruskan ASI atau susu yang biasa diberikan-          Untuk anak <6 bulan dan belum mendapat makanan padat dapat diberikan susu yang

dicairkan dengan air yang sebanding selama 2 hari-          Bila anak 6 bulan atau lebih mendapat makanan padat         Berikan bubur atau campuran tepung lainnya, bila mungkin dicampur dengan kacang –

kacangan, sayur, daging, atau ikan, tambahan 1 atau 2 sendok the minyak sayur tiap porsi         Biarkan sari buah segar atau pisang halus untuk menambah kalium         Berikan makanan yang segar, masak dan haluskan atau tumbuk dengan baik         Dorong anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari         Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan berikan tambahan setiap hari selama

2 mingguBahwa anak kepada petugas bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita

sebagai berikut :-          Buang air besar cair sering kali-          Muntah berulang – ulang

Page 18: Askep Gastroeneritis

-          Sangat haus sekali-          Makan atau minum sedikit-          Demam -          Tinja berdarah

Jika anak akan diberi larutan diare dirumah, tunjukan kepada ibu jumlah oralit yang diberikan setiap habis buang air besar dan berikan oralit yang cukup untuk 2 hari.Cara memberikan oralit :

1.      Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah umur 2 tahun2.      Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua3.      Bila anak muntah tunggulah 10 menit. Kemudian berikan cairan lebih sedikit (misalnya

sesendok tiap 1-2 menit)4.      Bila diare berlanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu untuk memberikan cairan lain

seperti dijelaskan dalam cara pertama atau kembali kepada petugas kesehatan untuk mendapatkan tambahan oralit.Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO, tiap 1 liter mengandung 3,5 g/l natrium klorida, 2,5 g/l natrium bikarbonat, 1,5 g/l kalium klorida, dan 20 g/l glukosa. Elektrolit yang dikandung meliputi natrium 90 mMol/l, klorida 80 mMol/l, kalium 20 mMol/l, bikarbonat 30 mMol/l, dan glukosa 111 mMol/l.

Rencana pengobatan BDalam 3 jam pertama berikan 75 ml/kgBB atau bila berat badan anak tidak diketahui dan atau memudahkan dilapangan, berikan oralit paling sedikit sesuai table.

Umur <1 tahun 1-5 tahun >5 tahun Dewasa

Jumlah oralit 300 mL 600mL 1200mL 2400mL

         Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah         Dorong ibu untuk meneruskan ASI         Untuk bayi <6 bulan yang tidak mendapatkan asi, berikan juga 100-200 ml air masak selama

masa iniAmati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit:

         Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan         Tunjukan cara memberikannya – sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak di bawah 2 tahun ,

beberapa teguk dari cangkir – untuk anak yang lebih tua.         Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah         Bila anak muntah tunggu 10 menit, kemudian teruskan pemberian oralit lebih lambat,

misalnya sesendok tiap 2-3 menit         Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI.

Beri oralit sesuai rencana A bila bengkak telah hilang.Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana A,B, atau C untuk melanjutkan pengobatan.

         Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana A. bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tidur.

         Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang, ulangi rencana B tetapi tawarkan makanan, susu, dan sari buah seperti rencana A

         Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan rencana C.Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana pengobatan B:

         Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam pengobatan 3 jam dirumah         Berikan bungkus oralit untuk rehidrasi dan untuk 2 hari seperti dijelaskan dalam rencana A         Tunjukkan cara menyiapkan larutan oralit.

Page 19: Askep Gastroeneritis

-          Memberikan oralit atau cairan lain hingga diare berhenti-          Member makan anak-          Membawa anak ke petugas kesehatan bila perlu

LAPORAN KASUSASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK “ M “ DENGAN

GASTROENTEROLOGI DI RUANG RAWAT INAP KEMALA RS. BHAYANGKARA PALEMBANG

I.                   Identitas AnakNama : Madina syawaliaTanggal lahir / umur : 6 oktober 2009Nama Ayah / Ibu : Suryadi / Pekerjaan Ayah / ibu : PNS / ibu rumah tanggaPendidikan Ayah / ibu : D3 / SMAAgama Ayah / ibu : IslamSuku bangsa : IndonesiaTanggal Masuk : 25 Juli 2011Diagnose Medis : GE dengan dehidrasi ringanTanggal pengambilan data : 25 Juli 2011

II.                Alasan Masuk / keluhan utamaOrang tua OS mengatakan bahawa anaknya sudah 4 hari ini anaknya mengalami mencret ( BAB lebih dari 3 kali dal sehari ), BAB nya berupa cairan kuning dan sangat cair seperti air seni, dan juga anaknya terlihat mual dan muntah dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari. Rewel dan susah tidur.

III.             Riwayat Penyakit saat iniTidak ada

IV.             Riwayat kesehatan masa laluTidak ada

V.                Genogram ( 3 generasi ) 

Keterangan :: perempuan: laki - laki: tinggal satu rumah

VI.             Kebutuhan Dasar1.      Makan yang disukai / tidak disukai

Nafsu makan : Baik Tidak Mual Muntah

Pola makan : 2x/hari 3x/hari >3x/hari

Page 20: Askep Gastroeneritis

2.      Pola tidur : siang 2 jam malam 8 jam

Kebiasaan sebelum tidur : perlu maianan bacakan ceritaDengan benda – benda kesayangan

3.      Pola kebersiha diriMandi : sendiri …x/hari dimandikan/lap 2x/hari

Gosok gigi : … x/ hari

Kebersihan diri : baik tidak

4.      Aktivitas bermain: Os terlihat lemas, tetapi kesehariannya Os adalah anak yang incah dan active.

5.      Eliminasi : BAB: 1x/ hari, BAK : >4x/hariMyconeum : ada tidak ada

VII.          Riwayat SosialYang mengasuh : orang tua Nenek/ Kakek

Pembantu Keluarga lain

Hubungan dengan anggota kelurga : Harmonis Tidak harmonis

Watak / kebiasaan anak : Suka tertawa Pendiam RamahSuka berteman sering menangis

VIII.       Pemeriksaan fisikTinggi badan / panjang badan : cm Berat badan : 9 kgTanda vital : S = 37,9oC N = 136x/menit P = 40x/menit

TD = mmHg

Kesadaran : komposmentis Apatis gelisah somnolentSupor koma

Kepala : Lingkar kepala = ……cm Bentuk : normal kelainan

Rambut : normal hitam tipis jarang merah

Mata : normal tidak simetris menonjolKelainan,…..

Hidung : normal bengkok beringusBerbau kelainan,….

Gigi : Normal Caries Kelainan,….

Telinga : normal keluar cairan berbau

Page 21: Askep Gastroeneritis

Kelainan,….

Dada : Normal Tidak simetris kelainan,..

Lingkar dada : ……. cm Lingkar perut : …….. cmAbdomen : Normal lemas kembung membuncit keras

Kelainan,…….

Tali pusat : Basah kering bau, sebutkan……

Pernafasan : Normal dispnea kelainan,….

Sirkulasi : Baik udema sianosis kelainan,….

Kulit : Turgor baik Turgor buruk

Kelembapan : Baik buruk Warna : merah muda pucat Lanugo : Ya Tidak

Kuku : Normal kotor panjang mudah patah

Kelainan,….

Gizi : Baik sedang kurang

Tonus otot : Baik sedang kurang

Ekstremitas : Normal kelainan, udema pada ekstremitas

Genetalia : Normal kelainan, udema pada skrotum

Anus : normal abnormal

IX.             Reflek – reflekSucking : kuat lemah sedang kelainan,……Rooting : kuat lemah sedang kelainan,……Grasp : kuat lemah sedang kelainan,……Babinski : kuat lemah sedang kelainan,……Moro : kuat lemah sedang kelainan,……Tonic neck : kuat lemah sedang kelainan,……

X.                Pola Tumbuh KembangRiwayat kehamilan:

Riwayat kelahiran :

Riwayat imunisasi : BCG Polio DPT Campak

Page 22: Askep Gastroeneritis

Hepatitis

Fisik miring usia 2 bulan, tengkurap : 4 bulan, merangkak : 5 bulan

Gigi pertama usia 6 bulan, duduk usia : 8 bulan, berdiri : 9 bulan

Jalan sendiri usia : 12 bulan, bicara usia : 14 Bulan

XI.             Data Penunjang

Pemeriksaan fecesFeces Hasil Nilai Normal

Makroskopi :        Warna        Konsitensi

Mikrosopi :        Eritrosit        Leukosit        Telur cacing        Amoeba        Jamur        Lain - lain

HijauLembek

1-22-3---

Lemak

<1/LPB<1/LPBNegativeNegativeNegativePositif

Pemeriksaan HematologiHematologi Hasil Nilai Normal

        Hb         Leukosit        Trombosit        Hematokrit

10,510.000363.000

38%

12-14 g/dL5.000

<20 mm/jam40-48%

XII.          Rumusan Masalah Keperawatan

-                      Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit-                      Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

XIII.       Analisa Data

No. DATA ETIOLOGI RUMUSAN MASALAH

1. DS : masuknya makanan/minuman yang Defisit volume

Page 23: Askep Gastroeneritis

Orang tua klien mengatakan, bahwa anaknya BAB lebih dari 5 kali, rewel atau sering menangis.

DO :KU : lemahKU : komposmentisTTV :

-    N : 138x/menit-    RR : 37x/menit-    T : 37,9oC

Mata : cekung dan anemisBibir : tampak keringTurgor kulit tdk elastic

terkontaminasi 

infeksi mukosa usus 

makanan/zat tidak dapat diserap 

tekanana osmotic dalam rongga usus meningkat

 

terjadi pergesaran air dan elektrolit ke dalam rongga usus

 

isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya 

diare

cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh

Page 24: Askep Gastroeneritis

2. DS :Orang tua klien mengatakan, bahwa anaknya tidak nafsu makan.

DO :KU : lemahKU : komposmentisTTV :

-    N : 138x/menit-    RR : 37x/menit-    T : 37,9oC

Mata : cekung dan anemisBibir : tampak keringTurgor kulit tdk elastic, terlihat malas dan lemas.Perut distensi, terdengar bising usus.

Rasa tidak nyaman di daerah abdomen

Terjadi peningkatan asam lambung 

Mual dan muntah 

Anoreksia (tidak nafsu makan)

Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

XIV.       Diagnosa Keperawatan

-          Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

output cairan yang berlebihan.

-          Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan

muntah.

XV.          Rencana Keperawatan

No. DATA TUJUAN INTERVENSI

Page 25: Askep Gastroeneritis

1. Hari, tanggal : senin, 25 juli

2011

Pukul : 10.45 WIB

DS :

Orang tua klien mengatakan

bahwa anaknya bab >5x,

mual dan muntah yang

berlebih.

DO :

TTV :

RR : 34x/menit

T : 37,2oC

N : 138x/menit

Mata terlihat sedikit cekung,

mukosa dan bibir terlihat

kering, dan terlihat

gelisah/rewel. Anak terlihat

dehidrasi.

Devisit cairan

dan elektrolit

teratasi

Kriteria

hasil:

Tanda-tanda

dehidrasi

tidak ada,

mukosa mulut

dan bibir

lembab, balan

cairan

seimbang

a.       Observasi tanda-tanda vital.

b.      Observasi tanda-tanda dehidrasi.

c.       Ukur input dan output cairan

(balance ccairan).

d.      Berikan dan anjurkan keluarga

untuk memberikan minum yang

banyak kurang lebih 2000 – 2500

cc per hari.

e.       Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian therafi cairan,

pemeriksaan lab elektrolit.

f.       Kolaborasi dengan tim gizi dalam

pemberian cairan rendah sodium.

2. Hari, tanggal : senin, 25 juli

2011

Pukul : 10.45 WIB

DS :

Orang tua klien mengatakan

bahwa anaknya bab >5x,

mual dan muntah yang

berlebih.

DO :

Gangguan

pemenuhan

kebutuhan

nutrisi teratasi

Kriteria hasil

:

Intake nutrisi

klien

meningkat,

diet habis 1

porsi yang

a.       Kaji pola nutrisi klien dan

perubahan yang terjadi.

b.      Timbang berat badan klien.

c.       Kaji faktor penyebab gangguan

pemenuhan nutrisi.

d.      Lakukan pemeriksaan fisik

abdomen (palpasi, perkusi, dan

auskultasi).

e.       Berikan diet dalam kondisi

hangat dan porsi kecil tapi sering.

f.       Kolaborasi dengan tim gizi dalam

penentuan diet klien.

Page 26: Askep Gastroeneritis

TTV :

RR : 34x/menit

T : 37,2oC

N : 138x/menit

BB : 9 kg

Mata terlihat sedikit cekung,

mukosa dan bibir terlihat

kering, dan terlihat

gelisah/rewel. Perut distensi,

tidak nafsu makan, terdengar

bising usus.

XVI.       Evaluasi

HARI, TANGGAL

JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN

CATATAN PERKEMBANGAN

TANDA TANGAN

PERAWATSelasa, 26 juli 2011

27 Juli 2011

28 Juli 2011

08.15WIB

19.45 WIB

15.00

Devisit cairan dan elektrolit teratasi

S : Orang tua klien mengatakan bab >5x dan fecesnya encer.

O : TTV tidak normal, lemas, pucat.

A: Masalah teratasi sebagianP : IVFD KA-EN 3A gtt

20x/menit.Oralit, zinkid syrup 1x5 mL, IV ceftriaxone 2x250 mg

S : orang tua klien mengatakan BAB mulai kental.

O : TTV mulai membaik, masih terlihat lemas, keadaan fisik masih belum baik.

A : masalah teratasi sebagianP : intervensi di lanjutkan

S : orang tua klien

Page 27: Askep Gastroeneritis

29 Juli 2011

WIB

07.43 WIB

mengatakan BAB 5x/hari dan feces kental.

O : TTV mulai membaik, keadaan masih lemah.

A : masalah teratasi sebagianP : intervensi di lanjutkan

S : orang tua klien mengatakan BAB mulai normal, feces mulai sedikit padat

O : TTV mulai normal, keadaan klien mulai membaik.

A : masalah teratasi sebagianP : intervensi stop. Besok

sudah boleh pulang.Selasa, 26 juli 2011

27 Juli 2011

28 Juli 2011

29 Juli 2011

08.15WIB

19.45 WIB

15.00 WIB

07.43 WIB

Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan muntah

S : orang tua klien mengatakan anaknya tidak nafsu makan.

O : klien masih mual dan muntah, keadaan lemah.

A : masalah belum teratasiP : intervensi diteruskan

S : orang tua klien mengatakan anaknya masih muntah dan tidak nafsu makan

O : klien masih terlihat lemas.

A : masalah belum teratasiP : intervensi diteruskan

S : orang tua klien mengatakan anaknya sudah mulai mau makan. Tapi sedikit.

O : klien tampak masih lemasA : masalah teratasi sebagianP : intervensi diteruskan

S : orang tua klien mengatakan nafsu makan

Page 28: Askep Gastroeneritis

anaknya mulai meningkat.O : keadaan klien tampak

mulai baikA : masalah teratasiP : intervensi di stop

DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, Marilyn E (2000). Diagnosa Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media

Aescullapius.