askep gout
-
Upload
roh-bungaria-n-garingging -
Category
Documents
-
view
93 -
download
8
Transcript of askep gout
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN GANGUAN SISTEM MUSKULOSKULETAL
DENGAN GOUT ARTHRITIS ( ASAM URAT )
Disusun Oleh :
KELOMPOK 5
Roh Bungaria Saragih (A.11.033) Silvia Simamora (A.11.038)
Rosefa Wati Sinaga (A.11.034) Susanti Telambanua (A.11.039)
San Mario Sihombing (A.11.035) Sutrisno Simamora (A.11.040)
Sediana Sagala (A.11.036) Teresia Simarmata (A.11.041)
Septika Sembiring (A.11.037) Tri suandi Brutu (A.11.042)
Progam Studi S1 Keperawatan
STIKes Santa Elisabeth Medan
T.A 2013/2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit asam urat atau biasa dikenal dengan penyakit GOUT merupakan suatu penyakit
yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh . Asam urat
merupakan hasil samping dari pemecahan sel yang terdapat di dalam darah, karena tubuh secara
berkesinsmbungan memecah dan membentuk sel yang baru. Kadar asam urat meningkat atau
abnormal ketika ginjal tidak mampu mengeluarkannya melalui urin, sehingga dapat
menyebabkan nyeri sendi, terbentunya benjolon-benjolan pada bagian tubuh tertentu (THOPI)
seperti pada jari kaki, serta gangguan pada saluran kemih. Oleh karena itu penyakit gout
terutama menyerang sendi maka dapat juga disebut GOUT ARTHRITIS merupakan penyakit
metabolic, yaitu penyakit yang disebabkan oleh gangguan metabolisme yang dalam hal ini ialah
gangguan metabolisme asam urat. (esther chang, 2010)
Penyakit asam urat ini terjadi terutama pada laki-laki mulai dari usia pubertas hingga
mencapai usia puncak 40-50 tahun. Sedangkan pada perempuan, persentasi gout arthritis mulai
didapati setelah memasuki usia menopause. Dan seiring dengan perkembangan zaman, dalam
beberapa dasawarsa terakhir ini kejadian asam urat baik di negera maju maupun berkembang
semakin meningkat terutama pada pria usia 40-50 tahun. Kadar asam urat pria cenderung
meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Ini disebabkan Karena pria tidak memiliki hormon
estrogen yang dapat membantu pembuangan asam urat. Sedangkan pada perempuan mempunyai
hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urin.
Kejadian atau prevalensi asam urat jumlahnya bervariasi pada tiap Negara. Di Amerika
Serikat, laki-laki yang berumur 18 tahun prevalensinya mencapai 1,5%. Di Selandia baru
didapatkan 1-18 perseribu penduduk menderita asam urat dan untuk di Indonesia sendiri asam
urat dapat dijumpai pada etnis Minahasa, Toraja dan Batak. Prevalansi tertinggi terdapat pada
penduduk pantai Manado Minahasa yang disebabkan karena kebiasaan mereka mengkonsumsi
alcohol dala jumlah yang besar. Angkah kejadian asam urat di minahasa sebesar 29,2% pada
tahun 2013. (http://maulanusantara.wordpress.com)
Seorang perawat mempunyai peranan sangat besar sehingga angka kejadian asam urat di
masyarakat dapat di tekan. Pemberian penyuluhan-penyuluhan lebih lanjut sangat efektif
dilakukan untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang penyakit asam urat. Perawat juga
menginformasikan hal-hal yang harus dilakukan yang tidak boleh dilakukan oleh masyarakat
agar nantinya tidak terkena gout. Mengingat penyakit asam urat ini dapat ditimbulkan salah
satunya karena pola makan yang tidak baik.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Mahasiswa mampu memahami konsep medis tentang penyakit gout/atritis meliputi:
a. Pengertian
b. Etiologi
c. Manifestasi kinis
d. Patofisiologi
e. Penatalaksanaan
f. Klasifikasi gout
g. Komplikasi
h. Pengobatan
1.2.2 Mahasiswa mampu memahami tentang konsep asuhan keperawatan mengenai gout,
meliputi:
a) Pengkajian
b) Diagnosa
c) Interfensi
d) Implementasi
e) evaluasi
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Anatomi Fisiologi
Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan baik,
juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang lainnya,
sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian yang
diperantarainya.
Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat dibagi menjadi
tiga tipe, yaitu:
a) Sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang dihubungkan dengan
jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitu sutura dan sindemosis;
b) Sendi kartilago dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin, disokong oleh ligament,
sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe yaitu sinkondrosis dan simpisis; dan
c) Sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami pergerakkan,
memiliki rongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi oleh kartilago hialin. Kapsul sendi
membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, tidak meluas tetapi terlipat sehingga
dapat bergerak penuh. Sinovium menghasilkan cairan sinovial yang berwarna kekuningan,
bening, tidak membeku, dan mengandung lekosit. Asam hialuronidase bertanggung jawab
atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh pembungkus sinovial. Cairan sinovial
mempunyai fungsi sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi.
( Dr,syarifuddin, 2012)
Sebagian besar sendi kita adalah sendi sinovial. Permukaan tulang yang bersendi
diselubungi oleh tulang rawan yang lunak dan licin. Keseluruhan daerah sendi dikelilingi sejenis
kantong, terbentuk dari jaringan berserat yang disebut kapsul. Jaringan ini dilapisi membran
sinovial yang menghasilkan cairan sinovial untuk “meminyaki” sendi. Bagian luar kapsul
diperkuat oleh ligamen berserat yang melekat pada tulang, menahannya kuat-kuat di tempatnya
dan membatasi gerakan yang dapat dilakukan.
Jenis sendi sinovial :
a. Ginglimus : fleksi dan ekstensi, monoaxis ;
b. Selaris : fleksi dan ekstensi, abd & add, biaxila ;
c. Globoid : fleksi dan ekstensi, abd & add; rotasi sinkond multi axial ;
d. Trochoid : rotasi, mono aksis ;
e. Elipsoid : fleksi, ekstensi, lateral fleksi, sirkumfleksi, multi axis. Secara fisiologis
sendi yang dilumasi cairan sinovial pada saat bergerak terjadi tekanan yang mengakibatkan
cairan bergeser ke tekanan yang lebih kecil. Sejalan dengan gerakan ke depan, cairan
bergeser mendahului beban ketika tekanan berkurang cairan kembali ke belakang. (Evelyn
Pearce, 2010)
Tulang rawan merupakan jaringan pengikat padat khusus yang terdiri atas sel kondrosit, dan
matriks. Matrriks tulang rawan terdiri atas sabut-sabut protein yang terbenam di dalam bahan
dasar amorf.
Berdasarkan atas komposisi matriksnya ada 3 macam tulang rawan, yaitu :
a. tulang rawan hialin, yang terdapat terutama pada dinding saluran pernafasan dan ujung-
ujung persendian;
b. tulang rawan elastis misalnya pada epiglotis, aurikulam dan tuba auditiva; dan
c. tulang rawan fibrosa yang terdapat pada anulus fibrosus, diskus intervertebralis, simfisis
pubis dan insersio tendo-tulang. Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menanggung
beban pada sendi sinovial. Rawan sendi tersusun oleh kolagen tipe II dan proteoglikan yang
sangat hidrofilik sehingga memungkinkan rawan tersebut mampu menahan kerusakan
sewaktu sendi menerima beban yang kuat. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan
proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau penambahan usia (Evelyn Pearce, 2010)
Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang mempunyai mempunyai fungsi ganda
yaitu untuk melindungi ujung tulang agar tidak aus dan memungkinkan pergerakan sendi
menjadi mulus/licin, serta sebagai penahan beban dan peredam benturan. Agar rawan berfungsi
baik, maka diperlukan matriks rawan yang baik pula. Matriks terdiri dari 2 tipe makromolekul,
yaitu :
a. Proteoglikan : yang meliputi 10% berat kering rawan sendi, mengandung 70-80% air, hal
inilah yang menyebabkan tahan terhadap tekanan dan memungkinkan rawan sendi elastic
b. Kolagen : komponen ini meliputi 50% berat kering rawan sendi, sangat tahan terhadap
tarikan. Makin kearah ujung rawan sendi makin tebal, sehingga rawan sendi yang tebal
kolagennya akan tahan terhadap tarikan
Disamping itu matriks juga mengandung mineral, air, dan zat organik lain seperti enzim.
(Evelyn Pearce, 2010)
Kebanyakan orang tahu bahwa asam urat menyebabkan rasa nyeri, kaku, dan kadang-
kadang pembengkakan pada sendi. Tapi, asam urat juga dapat mempengaruhi otot dan tendon
(tempat otot melekat), yang mungkin tidak bengkak tetapi tetap sakit.
2.2 Konsep Medis
2.2.1. Pengertian Asam urat berasal dari : Endogen : perombakan protein /nucleoprotein jaringan terutama
purin. Eksogen : Makanan yang mengandung sintesis nucleoprotein
Penyakit gout adalah salah satu tipe dari arthristis (rematik) yang disebabkan terlalu
banyaknya atau tidak normalnya kadar asam urat di dalam tubuh karena tubuh tidak bisa meng-
sekresikan asam urat secara normal/seimbang. Arthritis pirai adalah arthritis akut atau kronis
pada sendi yang disebabkan oleh gangguan pembentukan asam urat akibat adanya penyumbatak
Kristal asam urat pada sendi.(Suratum, 2008)
Gout merupakan penyakit metabolic yang disebabkan oleh kelebihan kadar senyawa urat di
dalam tubuh; baik karena produksi berlebihan, eliminasi yang kurang, atau peningatan asupan
urin. Penyakit gout merupakan gangguan metabolisme asam urat yang memuncak gengan
terjadinya endapan garam monosodium urat dalam sendi yang akhirnya dalam jaringan subkutan.
(Ester chang , 2010).
2.2.2. EtiologiPenyebab tingginya asam urat dalam darah hingga terjadi hiperurisemia ada beberapa yaitu:
1. Produki asam urat dalam tubuh meningkat disebabkan oleh:
adanya gangguan metabolisme purin bawaan
kelainan pembawa sifat atau gen
kelebihan mengkomsumsi makan berkadar purin tinggi seperti:
daging, jeroan, kepiting, kerang, keju, kacang tanah, bayam, bucis.
penyakit seperti: leukemia (kanker sel darah putih), kemoterapi, radioterapi.
2. Ekskresi asam urat sangat berkurang dari ginjal bisa disebabkan antara lain:
minum obat tertentu (anti TB/pirzinamid, diuretic, salisilat)
dalam keadaan kelaparan/ puasa, diet yang terlalu ketat
keracunan
olah raga terlalu berat
meningkatnya kadar kalsium darah akibat penyakit hiperparatiroid, mungkin juga
hipertiroid
hipertensi
gagal ginjal
3. Makanan yang banyak mengandung purin seperti : Jeroan, bayam, mentega, durian, daging,
makanan laut, melinjo / emping, jengkol, petai, tape, sarden, santan, alpukat, gorengan,
akohol.
4. Penyebab lainnya yang menyebabkan tingginya kadar asam urat dalam darah /
hiperurisemia: ras dan kegemukan / obesitas.
2.2.3. Patofisiologi
Penyakit gout merupakan gangguan metabolism asam urat yang memuncak dengan
terjadinya endapan garam monosodium urat dalam sendi dan akhirnya dalam jaringan subkutan.
Biasanya gout ditandai dengan inflamasi sendi yang sangat nyeri dan enapan urat disekitar sendi;
selain itu, sering disertai dengan kadar asam urat yang tinggi di dalam darah.Senyawa urat
berasal dari purin dalam makanan dan hasil daur ulang penguraian atau perbaikan jaringan.
Jenis makanan yang diangap banyak mengandung purin adalah ikan sardine, daging sapi,
kerang, daging itik dan sayuran seperti: asparagus dan kacang polong. Purin juga berasal dari
penguraia dan resintesis nukleotida.
Senyawa urat di ekskresikan melalui usus dan ginjal. Senyawa urat di filtrasikan oleh
glomerulus, kemudian diabsorbsi oleh tubulus kontortus froksimal. Jumlah sekresi dan
reabsorbsi ditempat ini menentukan kadar asam urat dalam serum. Diperkirakan 10% dari asam
urat yang difiltrasi glomerulus meninggalkan tubulus ginjal dan menjadi bangian dalam urin.
Sepertiga lainnya di ekskeresikan melalui usus, dimetabolisme oloh bakteri untuk membentuk
karbondioksida dan ammonia (urikolisis).
2.2.4 Manifestasi Klinis
1) Hiperurisemia (tingkat tinggi asam urat dalam darah)
2) Kristal asam urat dalam cairan sendi
3) Lebih dari satu serangan arthritis akut
4) Arthritis yang berkembang dalam 1 hari, menghasilkan sendi bengkak, merah, dan
hangat
5) Serangan arthritis hanya dalam satu sendi, biasanya jari kaki, pergelangan kaki, atau
lutut.
2.2.5 Penatalaksanaan
1. Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian oral), colchicines 1,0
- 3,0 mg (dalam NaCl intravena), phenilbutazonil (butazolidin), indomethacim
(indocin).
2. Sendi diistirahatkan
3. Diet rendah purin
4. Kompres dingin
5. Analgetik dan antipiretik
6. Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat menggunakan probenecid
(benemid) 0.5 gr/hari, atau sulfinpyrazone (anturane) pada pasien yang tidak tahan
terhadap benemid atau menurunkan atau mementukan asam urat dengan allopurinol
(zyloprim) 100mg 2 kali/hari.
7. Untuk hiperurisemia: allopurinol
8. Untuk arthritis gout: kolkisin, Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AOINS),
kortikosteroid, dan kompres.
9. Pengobatan tradisionil: daun salam, sirsak, buah pare, apel malang.
2.2.6. Klarifikasi Gout
Macam – macam Gout:
Gout primer
Merupkan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih atau akibat
penurunan ekresi asam urat
Gout sekunder
Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekresi asam urat yang
bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.
2.2.7. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi akibat gout arthritis antara lain :
a. Deformitas pada persendian yang terserang
b. Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih
c. Nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam interstisial ginjal
2.2.8. Pengobatan
Gout bergantung pada tahap penyakitnya. Serangan atritis gout yang akut diobati dengan
obat-obatan AINS atau kolkisin. Pengobatan gout kronik adalah berdasarkan usaha untuk
menurunkan produksi asam urat atau meningkatkan ekskresi asam urat oleh ginjal. Obat
allopurinol menghambat pembentukan asam urat dari prekursornya xantin dan hipoxantin. Obat-
obatan urikosurik dapat meningkatkan ekskresi asam urat dengan menghambat reabsobsi tubulus
ginjal supaya agen-agen urikosorik ini dapat bekerja dengan efektiv dibutuhkan fungsi ginjal
yang memadai. Kreatinin klirens perlu diperiksa untuk menentukan fungsi ginjal normal adalah
115-120 ml/menit.
Progenesik dan sulfinpirazon adalah dua jenis agen urikosorik yang banyak dipakai.
Perubahan diet yang ketat tidak diperlukan dalam pengobatan gout. Tetapi yang pasti makanan
yang mengandung purin yang tinggi dapat menimbulkan persoalan. Makanan ini termasuk
daging dari alat-alat dalaman seperti hepar, ginjal, pangkreas, dan otak dan demikian pula
daging-daging olahan. Minum alkohol berlebihan juga dapat memicu serangan.
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
2.3.1. Pengkajian
A. Identitas
Meliputi nama, jenis jenis kelamin ( lebih sering pada pria daripada wanita ), usia
( terutama pada usia 30- 40), alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, asuransi kesehatan, golongan darah, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit, dan diagnosis medis.
B. Keluhan Utama
Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi ibu jari kaki (sendi lain)
C. Riwayat Penyakit Sekarang
P (Provokatif) : kaji penyebab nyeri
Q (Quality / qualitas) : kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan klien
R (Region) : kaji bagian persendian yang terasa nyeri (biasanya pada pangkal
ibu jari)
S (Saverity) : Apakah mengganggu aktivitas motorik ?
T (Time) : Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan ? (Biasanya terjadi pada
malam hari)
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan pada klien apakah menderita penyakit ginjal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit yang sama
seperti yang diderita klien sekarang ini.
F. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
Psikologi : apakah klien mengalami peningkatan stress
Sosial : Cenderung menarik diri dari lingkungan
Spiritual : Kaji apa agama pasien, bagaimana pasien menjalankan ibadah menurut
agamanya
G. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1. Kebutuhan nutrisi
Makan : kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan makanan kaya protein)
Minum : kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol)
2. Kebutuhan eliminasi
BAK : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
BAB : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
3. Kebutuhan aktivitas
Biasanya klien kurang / tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri
akibat nyeri dan pembengkakan
H. Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum dan pemeriksaan
setempat.
a. B1 (Breathing)
Inspeksi : bila tidak melibatkan system pernafasan, biasanya ditemukan kesimetrisan
rongga dada, klien tidak sesak nafas, tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan.
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi : Suara resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : Suara nafashilang/ melemah pada sisi yang sakit, biasanya didapatkan suara
ronki atau mengi.
b. B2 (Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan keringat dingin dan pusing
karena nyeri. Suara S1 dan S2 tunggal.
c. B3(Brain)
Kepala dan wajah : Ada sianosis.
Mata : Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva anemis
Pada kasus efusi pleura hemoragi kronis.
Leher : Biasanya JVP dalam batas normal.
d. B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada system
perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami komplikasi ke ginjal berupa
pielonefritis, batu asam urat, dan gagal ginjal kronik yang akan menimbulkan perubahan
fungsi pada system ini.
e. B5 (Bowel)
Kebutuhan elimknasi pada kasus gout tidak ada gangguan, tetapi tetap perlu dikaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses. Selain itu, perlu dikaji frekuensi, kepekatan,
warna, bau, dan jumlah urine. Klien biasanya mual, mengalami nyeri lambung. Dan tidak
nafsu makan, terutama klien yang memakan obat alnagesik dan antihiperurisemia.
f. B6 ( Bone ). Pada pengkajian ini di temukan:
a. Look : Keluhan nyeri sendi yang merypoakan keluhan utama yang mendorong klien
mencari pertolongan (meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan
berubah bentuknya). Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit
berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang menimbulkan
nyeri yang lebih dibandingkan dengan gerakan yang lain. Deformitas sendi
(pembentukan tofus) terjadi dengan temuan salah satu sendi pergelangan kaki
secara perlahan membesar.
b. Feel : Ada nyeri tekan pda sendi kaki yang membengkak.
c. Move : Hambatan gerak sendi biasanya seamkin bertambah berat. Pemeriksaan
diasnostik. Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat perubahan yang berarti
dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan. Pada kasus lebih lanju, terlhat erosi
tulang seperti lubang-lubang kecil (punch out).
2.3.2. Diagnosa Keperawatan
Dp1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan adanya radang pada sendi
Dp2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi
Dp3. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh pada tulang dan sendi.
2.3.3. Intervensi KeperawatanDp1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya radang pada sendi.
NOC : Seyelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka diharapkah nyeri
berkurang atau hilang ditandai dengan Kriteria Hasil :
1. Menyatakan secara verbal nyeri berkurang
2. Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
3. Mengenali faktor yang meningkatkan dan melakukan tindakan pencegahan nyeri
4. Menggunakan alat pengurang nyeri analgesik dan non analgesik secara tepat
5. Tidak ada kegelisahan atau ketegangan otot
6. Tidak ada kehilangan nafsu makan
NIC :
Manajeman Nyeri :
1. Penatalaksanaan nyeri : meringankan atau mengurangi nyeri sampai tingkat kenyamanan
yang dapat di terima oleh pasien
2. Bantuan analgesia yang di kendalikan oleh pasien : memudahkan pengendalian pasien dalam
pemberian dan pengaturan analgesic.
Aktivitas Mandiri :
1. Kaji efek – efek penggunaan pengobatan jangka panjang.
2. Tawarkan tindakan pengurangan nyeri untuk membantu pngobatan nyeri ( misalnya:
umpan balik biologis , teknik relaksasi , masase punggung )
3. Bantu pasien dalam mengidentifikasi tingkat nyeri yang beralasan dan dapat diterima
4. Tingkatkan istirahat atau tidur yang adekuat untuk menfasilitasi pengurangan nyeri
5. Berikan pengobatan sebelum aktivitas untuk meningkatkan partisipasi
6. Bicarakan pada pasien bahwa pengurangan nyeri secara total tidak akan dapat di capai
Aktivitas Kolaborasi : 1. Pemberian analgesik secara tepat untuk mengurangi nyeri
Dp2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi
Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
NIC :
1) Perahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.
2) Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.
3) Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
4) Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu.
5) Kolaborasi pemberian Farmakologi.
Dp3. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh pada tulang dan sendi.Kriteria hasil : mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan Untuk
menghadapi penyakit, perubahan gaya hidup kemungkinan keterbatasan.
NIC :
1. Jelaskan pada pasien dan keluarga mengenai penyakit dan harapan masa depan.
2. Perhatikan perilaku menarik diri dan sikap yang terlalu memperhatikan perubahan
pada tubuh.
3. Rujuk pada konseling psikiatrik
4. Berikan farmokologi sesuai anjuran dokter.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Ny. A berusia 50 tahun , TB 155cm, BB 70kg. Ny. A memiliki usaha Catring yang cukup
ternama, ia mempunyai 2 putri dan suami pensiunan PNS. Setahun terakhir ini ia sering merasa
nyeri pada ke dua tungkai kaki dan jempol kakinya. Biasanya jika ny. A merasa nyeri maka ia
akan mengkonsumsi obat anti imflamasi dan mengompresnya dengan air hangat.
Beberapa hari terakhir ini ny. A mengalami nyeri yang semakin tak tertahan, ke dua
tungkai kaki membengkak dan terasa panas dan ia sulit berjalan karena sakit yang luar biasa
maka Ny. A pergi ke dokter dan disarankan untuk dirawat di RS. Dari hasil anamneses dengan
ahli gizi didapati hasil makannya sehari-hari adalah : minimal 1 kali seminggu ia makan soto
makasar kesukaannya yang isinya terdiri dari jeroan, paru, babat, hati, otak dan daging sapi.
Selain itu ia juga selalu mencicipi masakan untuk cateringnya, cemilan yang disukainya adalah
kacang, goreng, kripik dan black forest. Ia jarang mengkonsumsi sayur dan buah yang
disukainaya hanyalah jeruk dan papaya.
Dari hasil pengkajian di dapat orang tua Ny.a dan kakak Ny.a juga mengalami penyakit
asam urat, dan hipertensi, begitu juga dengan Ny.a. Hipertensi yang dideritanya sudah sejak 3
tahun yang lalu.
Dari hasil kliniks diketahui asam urat pasien 21mg/dl, TD 160/90mmhg, RR 20 x/I, P: 82
x/I, T 38 c . Terapi yang diberikan adalah tirah baring, obat analgesic, anti imflamasi dan obat
penurun asam urat.
Lampiran 1 : CP.1
KAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Nama Mahasiswa yang Mengkaji : KELOMPOK V NIM :
Unit : Internis Tgl. Pengkajian : 14-11-2012
Ruang/Kamar : St. ML/05 Waktu Pengkajian : 14.00 wib
Tgl. Masuk RS : 05-11-2013 Auto Anamnese :
Allo Anamnese :
1. IDENTIFIKASI
a. KLIEN
Nama Initial : Ny. A
Tempat/Tgl. Lahir (umur) : Pekan Baru, 24-12-1963 (52 Tahun)
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Jumlah Anak : 2 (Dua)
Agama/Suku : Protestan/Batak Karo
Warga Negara : Indonesia Asing
Bahasa yang Digunakan : Indonesia
Daerah
Asing
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat Rumah : Dusun V
√
−
- √
√ −
√
−
−
b. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. D
Alamat : Dusun V
Hubungan dengan klien : Suami
2. DATA MEDIK
a. Dikirim oleh : UGD ( namanya ) dr. A
Dokter praktek ( namanya )
b. Diagnosa Medik :
b.1 Saat Masuk : Gout Artritis
b.2 Saat Pengkajian : GOUT ARTRITIS
3. KEADAAN UMUM
a. KEADAAN SAKIT : Klien tampak sakit ringan* / sedang* / berat*
(*pilih esuai kondisi pasien )
Alasan : Tak bereaksi* / baring lemah* / duduk* / aktif* / gelisah*
/ posisi tubuh* / pucat* / Cyanosis* / sesak napas* /
penggunaan alat medik yang digunakan Infus R. AS 20 tetes/menit.
(* pilih sesuai kondisi pasien )
b. RIWAYAT KESEHATAN
1) Keluhan Utama :
Pasien mengatakan mengalami nyeri dibagian tungkai kiri dan kanan yang semakin menjadi-jadi, bengkak, terasa panas dan sulit berjalan karena sakit yang luar biasa, dan jika nyeri timbul mengakibatkan ssah bergerak, dan nyeri terasa saat melakukan aktifitas.
2) Riwayat kesehatan sekarang :
Pasien mengatakan sejak satu tahun terakhir ia sering merasa nyeri pada kedua kaki dan jempol kaki.
√
−
GOUT ARTRITIS
3) Riwayat Kesehatan masa lalu :
Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi dan Asam urat. Ayah dan kakak ny. A juga memiliki riwayat yang sama.
4. TANDA-TANDA VITAL
a. Kesadaran :
1) Kualitatif : Compos mentis Somnolens Coma
Apatis Soporocomatous
2) Kuantitatif :
Skala Coma Glasgow : > Respon Motorik : 6 Jumlah
> Respon Bicara : 5
> Respon Membuka Mata : 4
3) Kesimpulan : Pasien tidak coma
b. Flapping Tremor / Asterixis : Positif Negatif
c. Tekanan Darah : 160/90 mm Hg
MAP : 113,3 mm Hg
Kesimpulan : perfusi ginjal tidak memadai
d. Suhu : 380C Oral Axillar Rectal
e. Pernafasan : Frekuensi 26 X/menit
1) Irama : Teratur Kusmuall Cheynes-Stokes
√ − −
− −
15
− √
− √ −
√ − −
− √
2) Jenis : Dada Perut
5. PENGUKURAN
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 70 kg
IMT : 29,13 kg m2
Kesimpulan : berat badan berlebih
6. GENOGRAM : ( 3 Generasi / keturunan )
----------------------------------------------------------------------
5955 57
25 21
525252
Tn.D
56
-------------------------------------------------------------------------
KETERANGAN : ------- : Tinggal bersama
: Perempuan
: Laki – laki
: Keluarga Perempuan yang sudah meninggal
: keluarga laki – laki yang sudah meninggal
Kes : Terdapat penyakit keturunan pada Ayah dan kk px.
7. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN
A. PERSEPSI KESEHATAN – PEMELIHARAAN KESEHATAN
1) Riwayat Penyakit Yang Pernah Dialami :
(Sakit berat, dirawat, kecelakaan, operasi, gangguan kehamilan/persalinan, abortus, transfusi, reaksi alergi).
Kapan Catatan
Hipertensi 2010
Hanya pergi ke dokter praktek dan minum obat yang telah dianjurkan.
2) Data Subjektif
Pasien mengatakan mengalami penyakit hipertensi sejak 3 tahun dan asm urat sejak setahun lalu tetapi tidak pernah di opname.
Data Obyektif
- Kebersihan Rambut : bersih, rontok, tidak berbau.
- Kulit Kepala : bersih, tidak berketombe, tidak ada lesi.
- Kebersihan Kulit : kulit tampak fissula, ada erythema.
- Kebersihan rongga mulut : bersih, stomatitis, aptae.
- Kebersihan genitalia : bersih, tidak ditemukan adanya kelainan.
- Kebersihan anus : bersih, tidak ditemukan adanya kelainan.
B. NUTRISI DAN METABOLIK
1) Data Subyektif
a) Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit makan tiga kali sehari namun tidak suka makan buah dan sayur tetapi makanan kesukaan ny. A adalah soto makasar.
b) Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan pola makan masih seperti biasa tiga kali sehari dan masih makan soto makassar minimal satu kali dalam seminggu.
Data Obyektif
a) Pemeriksaan Fisik (Narasi)
- Keadaan nutrisi rambut : rambut hitam, mudah rontok, kering.
- Hidrasi kulit : tidak ditemukan finger print.
- Palpebrae : tidak terdapat edema.
- Conjungtiva : tidak anemik.
- Sclera : tidak icterus.
- Rongga mulut : berbau, tidak terdapat stomatitis.
- Gusi : merah muda.
- Gigi Geligi :
utuh
tidak utuh 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 atas
( beri tanda pada gigi yang tanggal ) 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 bawah
- Gigi Palsu :
tidak ada
ada gigi palsu 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 atas
( beri tanda pada gigi yang tanggal ) 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 bawah
- Kemampuan mengunyah keras : mampu mengunyah keras.
- Lidah : tidak coated.
- Tonsil : ada pembesaran T = 1
tidak ada pembesaran
Pharing : tidak ditemukan peradangan, tidak ada pembesaran adenoid.
- Kelenjar parotis : ada pembesaran
tidak ada pembesaran
- Kelenjar tyroid : ada pembesaran
√
−
√
−
√
−
−
√
−
√
tidak ada pembesaran
- Abdomen
= Inspeksi : Bentuk : datar.
= Auskultasi : Peristaltik 15 X/menit.
= Palpasi : Tanda nyeri umum : tidak ada rasa nyeri.
* Massa : tidak ada masa pada abdomen.
* Hidrasi kulit : terdapat hidrasi kulit.
* Nyeri tekan : R. Epigastrica
Titik Mc. Burney
R. Suprapubica
R. Illiaca
= Perkusi : Tympani.
* Ascites Negatif
Positif, Lingkar perut....../...../......Cm
- Kelenjar limfe inguinal teraba ada pembesaran
tidak teraba ada pembesaran
- Kulit :
= Uremic frost Negatif Positif
−
√ −
√
−
−
√
−
−
−
−
= Edema Negatif Positif
= Icteric Negatif Positif
= Tanda-tanda radang : tidak ditemukan adanya radang.
= Lain-lain ( yang ditemukan selain yang tertulis diatas)
.............................................................................................................
C. POLA ELIMINASI
1) Data Subyektif
a) Keadaan sebelum sakit : (Narasi)
Pasien mengatakan sebelum sakit biasanya pasien mampu BAB dan BAK sendiri 1x sehari, dengan konsistensi lembek, jumlah banyak, berbau khas feses, dan berwarna kuning. Saat BAB dan BAK tidak ditemukan keluhan pada saat berkemih maupun saat BAB.
b) Keadaan sejak sakit : (Narasi)
Pasien mengatakan sejak sakit tidak ada gangguan pada BAB dan BAK
Tidak ada rasa nyeri
2) Data Obyektif
a) Observasi
Pasien tampak memakai pispot pada saat BAB. Konsistensi lunak, berwarna kuning, banyak, berbau khas feses. Pasien juga tampak memakai pispot saat BAK, urine lancar jumlah urine sedikit (300/8 jam) urine berwarna kuning dan tidak berbau khas, tidak ada segmen yang tampak pada bag urine.
b) Pemeriksaan Fisik
- Palpasi Suprapubika : kandung kemih Penuh Kosong
- Nyeri ketuk ginjal :
= Kiri : Negatif Positif
= Kanan : Negatif Positif−√
√ −
− √
- √
√
0 : mandiri
1 : bantuan dengan alat
2 : bantuan orang
3 : bantuan orang dan alat
- Mulut Urethra : ....................................................................
- Anus :
= Peradangan : Negatif Positif
= Hemoroid : Negatif Positif
= Penemuan lain : tidak ditemukan kalainan pada anus.
.
D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
1) Data Subyektif
a) Keadaan sebelum sakit : (Narasi)
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien mampu melakukan aktivitasnya sehari-hari dengan baik menjalankan bisnis Catringnya.
b) Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan mengalami kendala karena kedua tungkai terasa nyeri dan bengkak.
2) Data Obyektif
a) Observasi
b) Aktivitas Harian
- Makan
- Mandi
- Berpakaian
- Kerapian0
0
2
0
√ −
√ −
- Buang air besar
- Buang air kecil
- Mobilisasi ditempat tidur
- Ambulasi
- Postur tubuh / gaya jalan : timpang
- Anggota gerak yang cacat : tidak ada anggota gerak yang cacat tetapi tungkai bengkak
sehingga sakit saat berjalan.
c) Pemeriksaan Fisik
- Perfusi pembuluh perifer kuku : kurang dari 3 detik.
- Thorax dan Pernafasan
= Inspeksi: Bentuk Thorax : simetris.
* Stridor Negatif Positif
* Dyspnea d’effort Negatif Positif
* Sianosis Negatif Positif
= Palpasi : Vocal Fremitus : kiri dan kanan sama.
= Perkusi : Sonor Redup Pekak
Batas paru hepar : tidak teraba.
Kesimpulan : tidak terdapat kelainan.
= Auskultasi :
Suara Napas : vesiculer.
√ − −
−√
−√
√ −
0
0
2
2
Suara Ucapan : sama kiri dan kanan.
Suara Tambahan : tidak terdengar suara tambahan.
- Jantung
= Inspeksi: Ictus Cordis : tampak denyutan dinding thorax.
= Palpasi : Ictus Cordis : teraba denyutan dinding thorax.
Thrill : Negatif Positif
= Perkusi ( dilakukan bila penderita tidak menggunakan alat bantu pada jantung )
Batas atas jantung : ICS 2 – 3.
Batas kanan jantung : linea sternalis kanan.
Batas kiri jantung : linea medio clavicularism kiri.
= Auskultasi :
Bunyi Jantung II A : linea sternalis kanan ICS 2.
Bunyi jantung II P : lines sternalis kanan ICS 2 dan ICS 3.
Bunyi Jantung I T : linea sternalis kiri ICS 4.
Bunyi Jantung I M : linea medio clavicularis kiri ICS 5.
Bunyi Jantung III Irama Gallop : Negatif Positif
Murmur : Negatif
Positif : Tempat : .............................
Grade : .................................
HR : 82 X.
- Lengan dan Tungkai
= Atrofi otot : Negatif Positif, lokasi di :...............√ −
−
√
√ −
√ −
= Rentang gerak : simetris.
* Mati sendi ditemukan tidak ditemukan
* Kaku sendi ditemukan tidak ditemukan
= Uji kekuatan otot : Kiri
Kanan
= Reflek Fisiologik: otot berkontraksi.
= Reflek Patologik: Babinski,
* Kiri : Negatif Positif
* Kanan: Negatif Positif
= Clubing Jari-jari : Negatif Positif
= varices Tungkai : Negatif Positif
- Columna Vertebralis
= Inspeksi : tidak ditemukan kelainan bentuk
ditemukan kelainan bentuk
= Palpasi :
* Nyeri tekan : Negatif Positif√ −
−
√
−√
−√
−√
√ −
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
− √
− √
* N. VIII Rombeng Test :
Negatif
Positif
tidak diperiksa, alasannya : pasien tidak bersedia.
* Kaku duduk : tidak ada kaku kuduk
E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
1) Data Subyektif
a) Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien mampu tidur sebanyak ≤ 6-7 jam/hari. Pasien lebih senang melaksanakan aktivitasnya dari pada tidur pada siang hari.
b) Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan sejak sakit pasien tidak mampu lagi sepenuhnya menjalankan aktivitasnya, pasien hanya mampu beristirahat siang hari, pada malam hari tidur hanya ≤ 2 – 3 jam/hari, karena nyeri pada tungkainya.
2) Data Obyektif
a) Observasi :
- Expresi wajah mengantuk : Negatif Positif
- Palpebrae Inferior berwarna gelap : Negatif` Positif
F. POLA PERSEPSI KOGNITIF-PERSEPTUAL
1) Data Subyektif
a) Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit biasanya jika sakit, pasien tidak pernah mengeluh akan sakitnya. Pasien selalu yakin bahwa penyakitnya akan segera sembuh.
√−
− √
√
−
−
b) Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan sejak sakit pasien sering mengeluh akan penyakitnya dan merasa tidak mampu menangani sakitnya.
2) Data Obyektif
a) Obervasi
Pasien tampak berbaring lemah diatas tempat tidur, wajah tampak cemas, mengeluh dan menangis.
b) Pemeriksaan Fisik
- Penglihatan
= Cornea : tampak jernih.
= Visus : tidak diuji..
= Pupil : bulat, sama besar (isokor).
= Lensa Mata : jernih.
= Tekanan Intra Ocular (TIO) : mata kanan dan kiri sama.
- Pendengaran
= Pina : simetris.
= Canalis : bersih, tidak berserumen.
= Membran Tympani : utuh, memantulkan refleksa cahaya politzer.
= Tes Pendengaran : rinne (+), weber (tidak ada lateralisasi), swabach (+).
- Pengenalan rasa nyeri pada gerakan lengan dan tungkai :
Pasien mampu menunjukkan lokasi nyeri pada saat diberi rangsangan pada lengan dan tungkai.
G. POLA PERSEPSI DIRI / KONSEP DIRI
( Perasaan kecemasan, kekuatan, atau penilaian terhadap dirinya mulai dari peran, ideal diri, konsep diri, gambaran diri dan identitas dirinya )
1) Data Subyektif
a) Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit biasanya pasien mampu melaksanakan perannya sebagai ibu dan istri dalam keluarga, tidak pernah cemas akan dirinya. Pada saat melaksanakan aktivitasnya, pasien mampu berkonsentrasi.
b) Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan sejak sakit pasien selalu cemas akan dirinya, merasa takut akan penyakitnya. Pasien juga mengatakan sering bertanya-tanya kenapa ia bisa menjadi sakit, dan mengalami kecelakaan.
2) Data Obyektif
a) Obervasi
- Kontak mata saat bicara : mampu mengadakan kontak mata dengan lawan
bicara, tetapi tidak bertahan lama.
- Rentang perhatian : perhatian penuh / ocus
: mudah terahlikan
: tidak ada perhatian/tidak focus
- Suara dan cara bicara : pelan dan jelas.
b) Pemeriksaan Fisik
- Kelainan bawaan yang nyata : tidak ditemukan.
- Penggunaan protesa : tidak ada
- Bila ada pada organ : hidung payudara
lengan tungkai
H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA
( berkaitan dengan pekerjaan klien, status pekerjaan, kemampuan bekerja, hubungan klien dengan keluarga, dan gangguan peran yang dilakukan )
−−
−−
√ −
−
√
−
1) Data Subyektif
a) Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit, hubungan pasien dengan lingkungan dan keluarga sangat baik dan lancar, selalu bergotong-royong dalam pekerjaan.
b) Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan sejak sakit, pasien tidak mampu lagi untuk bergontong-royong dalam menjalin hubungan kerja sama terhadap keluarga maupun sesama.
2) Data Obyektif
Observasi
Keluarga tampak memberi motivasi untuk pasien dan hubungan dengan keluarga tampak baik.
I. POLA REPRODUKSI – SEKSUALITAS
( masalah sexsual yang berhubungan dengan penyakit yang dideritanya )
1) Data Subyektif
a) Keadaan sebelum sakit :
Tidak dikaji.
b) Keadaan sejak sakit :
Tidak dikaji.
2) Data Obyektif
a) Observasi
Pasien tampak berbaring lemah diatas tempat tidur. Tampak tidak ada masalah seksual yang berhubungan dengan penyakitnya.
b) Pemeriksaan Fisik
Genitalia tampak bersih tidak ditemukan adanya lesi, atau peradangan pada sekitarnya.
J. MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRESS
1) Data Subyektif
a) Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit, pasien tidak pernah berpikiran tentang kesehatannya, hanya dia lebih senang menangani masalahnya sendiri.
b) Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan sejak sakit, pasien sangat sedih tentang sakit yang dialaminya, dia selalu bertanya pada keluarga tentang sakitnya tersebut.
2) Data Obyektif
a) Observasi
Pasien tampak sedih, cemas, dan menangis di tempat tidur.
b) Pemeriksaan Fisik
- Kulit : = Keringat dingin : pasien berkeringat.
: = Basah : tidak tampak basah pada kulit.
K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN / KENYATAAN
1) Data Subyektif
a) Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien mampu kegereja 1x seminggu dan rajin untuk kegiatan gereja.
b) Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan sejak sakit, pasien tidak mampu lagi untuk ke gereja, hanya berdoa sebelum tidur dan makan saja.
2) Data Obyektif
Observasi
Pasien tampak rajin berdoa sebelum makan dan sebelum tidur. Pasien senang bernyanyi rohani.
Tanda Tangan Mahasiswa Yang Mengkaji
KELOMPOK V
ANALISA MASALAH
NO DATA ETIOLOGI MASALAH1 DS :
Pasien mengatakan nyeri pada kedua tungkai serta bengkak, terasa panas dan sulit untuk berjalan karena sakit yang luar biasa.DO : - Skala nyeri 5-6- Tungkai tampak bengkak dan kemerahan, teraba hangat.- hasil observasi T : 38C, P : 98 X/i. RR : 26 x/I, TD : 160/90 mmHg
Agens cedera kimia
Nyeri akut
2 DS : Pasien mengatakan kaki dan seluruh tubuh terasa hangat.DO : - tubuh teraba hangat- keringat pasien berlebih- hasil observasi T : 38 C, P : 98 X/i. RR : 26 x/I, TD : 140/80 mmHgLeokosit:18000 mmol
Proses Inflamasi Hipertermi
3 DS : Pasien mengatakan sulit untuk berjalan karena nyeri hebat pada kedua tungkai, serta bengkak.DO :- kedua tungkai pasien tampak bengkak dan memerah.-saat berjalan pasien tampak meringis.
Gangguan muskuloskeletal
Hambatan mobilitas fisik
- hasil observasi T : 37,8C, P : 98 X/i. RR : 26 x/I, TD : 140/80 mmHg
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan1 Nyeri akut b/d agens cedera kimia d/d pasien mengatakan nyeri pada kedua
tungkai tungkainya, bengkak dan terasa panas, skala nyeri 5-6
2 Hipertermi b/d Proses Inflamasi d/d pasien mengatakan kaki terasa panas, T : 38 C, leokosit 18000 mmol
3 Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan muskuloskeletal d/d pasien mengatakan sulit berjalan karena sakit yang luar biasa pada tungkai, kaki tampak bengkak dan kemerahan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/ tangga
l
NO. DP
Hasil yang di harapkan( NOC )
RENCANA KEPERAWATAN ( NIC ) PARAF
Senin,5
agust2013
1 Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam maka pasien akan mampu mencapai tingkat kenyamanan dibuktikan indikator sbb: skala nyeri 0-1. Mengenali awitan nyeri, tidak ada gelisah dan meringis kesakitan
Tindakan Mandiri :1. lakukan pengkajian nyeri yang
komprehensif meliputi lokasi, karekteristik,
awitan dan durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau keparahan nyeri dan faktor
presipitasinya
2. observasi isyarat non verbal dari
ketidaknyamanan yang dirasakan pasien.
3. bantu pasien mengidetifikasi tindakan
kenyamanan yang efektif dimasa lalu,
seperti distraksi, menonton TV, relaksasi
spt Tarik Nafas dalam
4. lakukan perubahan posisi yang nyaman
bagi pasien dan relaksasi
5. kendalikan faktor lingkungan yang dapat
yang mempengaruhi respons pasien
terhadap ketidaknyamanan.
Tindakan Kolaborasi : 1. berikan analgetik sesuai resep dokter
KelV
Senin, 5
agustus 2013
2 Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam maka suhu pasien dalam rentang normal (36 – 37 0C).
- tekstur kulit baik
Tindakan Mandiri :1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
2. Kaji warna dan suhu kulit
3. Beri kompres hangat atau dingin sesuai
indikasi
4. Lepas pakaian yang mampu memicu
panas
5. Atur suhu lingkungan
6. Anjurkan pasien untuk banyak minun
Tindakan Kolaborasi : 1. Berikan antipiretik
2. Berikan terapi cairan
KelV
Senin, 5
agustus 2013
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam maka pasien mampu mencapai tingkat mobilitas dibuktikan indikator sbb: pergerakan otot dan sendi kuat, melakukan rentang pergerakan penuh seluruh sendi, menunjukkan penggunaan alat bantu yang benar
Tindakan Mandiri :1. Lakuka pengkajian mobilitas pasien secara
terus- menerus
2. Kaji tingkat inflamasi dan rasa sakit pada
sendi
3. Kaji kekuatan otot dan mobilitas sendi
4. Latih rentang pergerakan sendi aktif dan
pasif untuk memperbaiki kekuatan dan
daya tahan otot.
5. Bantu pasien saat mobilisasi di tempat
tidur
6. Pertahankan istirahat tirah baring atau
duduk k/p
Tindakan Kolaborasi:
KelV
- Gunakan ahli terapi fisik/fisioterapi
BAB 4
PEMBAHASAN
Gout arthritis merupakan penyakit gangguan system muskuluskeletal akibat kelainan
metabolic dan degenerative. Dimana ditemukan penimbunan Kristal pada membrane sinopial
dan tulang rawan artikular, dapat terjadi erosi tulang rawan, proliferasi sinipoal dan pembentukan
panus, erosi kistik tulang, serta perubahan osteoarthritis sekunder. Ditemukan penimbunan asam
urat pada jaringan lunak (yang dikelilingi reaksi inflamasi termaksud sel-sel raksasa) dan kapsul
dari jaringan penyambung. Penimbunan ditemukan pada ligament tendo dan bursa dapat
menyebabkan terbentuknya tofus yang besar dan menyebabkan kematian jaringan dan ditandai
dengan tinginya kadar purin.
Pada kasus juga ditemukan adanya noduler pada kedua tungkai bawah yang tampak
membengkak dan memerah serta teraba hangat. Pada kasus juga ditemukan tingginya kadar asam
urat. Sehingga muncul masalah keperawatan yaitu sebagai berikut :
1. Nyeri akut b/d agens cedera biologis d/d pasien mengatakan nyeri pada kedua tungkai
tungkainya, bengkak dan terasa panas, skala nyeri 5-6
2. Hipertermi b/d Proses Inflamasi d/d pasien mengatakan kaki terasa panas, T : 38 C
3. Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan muskuloskeletal d/d pasien mengatakan sulit
berjalan karena sakit yang luar biasa pada tungkai, kaki tampak bengkak dan kemerahan.
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Gout Artritis adalah kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal
monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat didalam cairan ekstraselular.
Riwayat keluarga atau genetic, asupan senyawa purin berlebih dalam makanan, konsumsi
alkohol berlebihan, berat badan berlebihan ( obesitas ), hipertensi, penyakit jantung, obat-obatan
tertentu ( terutama diuretika ), gangguan fungsi ginjal serta keracunan kehamilan dapat menjadi
faktor resiko dari arthritis pirai.
Tanda dan gejala dari arthritis pirai antara lain nyeri hebat yang tiba-tiba
menyerang sendi pada saat tengah malam pada ibu jari kaki ( sendi metatarsofalangeal pertama )
atau jari kaki ( sendi tarsal ), kulit berwarna kemerahan, terasa panas, bengkak, dan sangat nyeri,
demam, dengan suhu tubuh 38,30C atau lebih, tidak menurun lebih dari tiga hari walau telah
dilakukan perawatan, ruam kulit, sakit tenggorokan, lidah berwarna merah atau gusi berdarah,
bengkak pada kaki dan peningkatan berat badan yang tiba-tiba.
Penatalaksanaan dari gout antara lain memberikan obat-obatan, antara lain kolkisin, obat
anti inflamasi non steroid (OAINS), kortikosteroid, atau hormone ACTH untuk mengurangi
nyeri sendi dan peradangan. Kompres hangat, menghindari makanan kaya purin, olahraga teratur
da menghindari penggunaan alkohol dan obat diuretic berlebih juga dapat dilakukan untuk
mengurangi dan menghindari penumpukan asam urat yang dapat memicu penyakit gout.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, kelompok mempunyai beberapa saran, diantaranya:
a. Penderita gout sebaiknya mengurangi konsumsi makanan kaya purin untuk mencegah terjadinya
penumpukan asam urat dalam tubuh.
b. Lakukan tindakan kompres hangat sebagai langkah awal mengurangi pembengkakan dan nyeri
saat terjadi serangan gout.
c. Perbanyak minum air putih untuk mengeluarkan endapan asam urat pada saluran kencing,
hindari konsumsi alkohol dan lakukan olahraga secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Judith M . Wilkinson , 2009 . Diagnosis Keperawatan ( NIC & NOC ) . Jakarta . EGC
NANDA internasional . 2009 . Diagnosis Keperawatan . Jakarta . EGC
Lukman, Ningsih Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Suratun, Heryati dkk. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeleta. Jakarta : EGC