Avi_skripsi_p11-p36

26
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Persalinan Normal Konvensional a. Definisi Partus biasa atau partus normal atau partus spontan adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2002). Menurut Winkjosastro (2002), partus dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. kala I dinamakan pula kala pembukaan. Kala II disebut pula kala pengeluaran oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong ke luar sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam. Dalam kala-kala itu diamat- amati, apakah tidak terjadi perdarahan postpartum. Berikut ini penjabaran kala-kala persalinan menurut Winkjosastro (2002): 1) Kala I Kala I dimulai ketika timbul his dan seorang wanita mengeluarkan lender yang bersemu darah (bloody show). Lendir yang ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai

description

SKTNJJHHGGVCF

Transcript of Avi_skripsi_p11-p36

Page 1: Avi_skripsi_p11-p36

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Persalinan Normal Konvensional

a. Definisi

Partus biasa atau partus normal atau partus spontan adalah bila

bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat

pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya

berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2002).

Menurut Winkjosastro (2002), partus dibagi menjadi 4 kala.

Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. kala I

dinamakan pula kala pembukaan. Kala II disebut pula kala

pengeluaran oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan

janin didorong ke luar sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri

plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai

dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam. Dalam kala-kala itu diamat-

amati, apakah tidak terjadi perdarahan postpartum. Berikut ini

penjabaran kala-kala persalinan menurut Winkjosastro (2002):

1) Kala I

Kala I dimulai ketika timbul his dan seorang wanita

mengeluarkan lender yang bersemu darah (bloody show). Lendir

yang ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai

Page 2: Avi_skripsi_p11-p36

12

membuka atau mendatar. Sedangkan darah yang dihasilkan berasal

dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis

servikalis yang pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks

yang membuka. Proses membukanya serviks dibagi menjadi 2 fase,

yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten adalah fase yang

berlangsung selama 8 jam. Pada fase ini pembukaan terjadi sangat

lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. Sedangkan fase

aktif dibagi lagi menjadi 3, yaitu fase akselerasi (dalam waktu 2

jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm), fase dilatasi maksimal (dalam

waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm

menjadi 9 cm) dan fase deselerasi (dalam waktu 2 jam pembukaan

dari 9 cm menjadi lengkap).

Mekanisme membukanya serviks berbeda antara

primigravida dan multigravida. Pada primigravida, ostium uteri

internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan

mendatar dan menipis, setelah itu ostium uteri eksternum baru

membuka. Sedangkan pada multigravida ostium uteri internum dan

eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam

waktu yang sama. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira

13 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam. Kala I selesai

apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap.

Page 3: Avi_skripsi_p11-p36

13

2) Kala II

Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira

2 sampai 3 menit sekali, kepala janin sudah masuk ke dalam ruang

panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Pada

kala ini, seorang wanita merasakan tekanan pada rektum seperti

hendak buang air besar. Kemudian perineum menonjol dan

menjadi lebar dengan anus yang membuka. Labia mulai membuka

dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada

waktu his. Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala

janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis, dahi, muka

dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his muncul

kembali untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi.

3) Kala III

Kala ini disebut juga kala pengeluaran plasenta. Setelah bayi

lahir, uterus akan teraba keras dengan fundus uteri agak di atas

pusat. Setelah beberapa menit, uterus kembali berkontraksi untuk

melepaskan plasenta dari dindingnya. Plasenta akan terlepas dalam

waktu 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta

ini disertai dengan pengeluaran darah.

4) Kala IV

Kala ini adalah kala observasi untuk mengamati ada tidaknya

perdarahan saat postpartum.

Page 4: Avi_skripsi_p11-p36

14

b. Mekanisme persalinan

Bentuk dan diameter panggul wanita berbeda pada ketinggian

yang berbeda dan bagian presentasi janin menempati jalan lahir dalam

proporsi yang besar supaya dapat dilahirkan, janin harus beradaptasi

dengan jalan lahir selama proses penurunan. Putaran dan penyesuaian

lain yang terjadi pada proses kelahiran manusia disebut mekanisme

persalinan (Bobak, et al, 2005).

Menurut Bobak, et al (2005), tujuh gerakan cardinal presentasi

puncak kepala pada mekanisme persalinan ialah engagement,

penurunan, fleksi, putaran paksi dalam, ekstensi, restitusi, putaran

paksi luar dan akhirnya kelahiran melalui ekspulsi. Meskipun fase-

fase ini dibahas secara terpisah, tetapi kombinasi gerakan-gerakan ini

terjadi bersamaan. Contohnya, engagement meliputi penurunan dan

fleksi. Berikut ini penjelasan mengenai mekanisme persalinan

menurut Bobak, et al (2005):

1) Engagement

Apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas

panggul, kepala dikatakan telah menancap (engaged) pada pintu

atas panggul. Pada kebanyakan wanita multipara, hal ini terjadi

sebelum persalinan aktif dimulai karena otot-otot abdomen masih

tegang, sehingga bagian presentasi terdorong ke dalam panggul.

Pada wanita multipara yang otot-otot abdomennya lebih kendur

Page 5: Avi_skripsi_p11-p36

15

kepala seringkali tetap dapat digerakan di atas permukaan panggul

sampai persalinan dimulai.

2) Penurunan

Adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul.

Penurunan terjadi akibat tiga kekuatan, yaitu: tekanan dari cairan

amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada janin dan

kontraksi diafragma dan otot-otot abdomen ibu pada tahap kedua

persalinan. Efek ketiga kekuatan itu dimodifikasi oleh ukuran dan

bentuk bidang panggul ibu dan kapasitas kepala janin untuk

bermolase.

Tingkat penurunan diukur menggunakan stasiun presentasi.

Laju penurunan meningkat pada tahap kedua persalinan. Pada

kehamilan pertama, penurunan berlangsung lambat, tetapi

kecepatannya sama. Pada kehamilan berikutnya, penurunan dapat

berlangsung cepat. Kemajuan penurunan bagian presentasi dapat

diketahui melalui palpasi abdomen (perasat leopold) dan periksa

dalam sampai bagian presentasi terlihat pada introitus.

3) Fleksi

Segera setelah kepala bayi turun tertahan oleh serviks,

dinding panggul, atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi

terjadi dan dagu didekatkan kearah dada janin. Dengan fleksi,

sukoksipitobregmatika yang berdiameter lebih kecil (9,5 cm) dapat

masuk ke dalam pintu bawah panggul.

Page 6: Avi_skripsi_p11-p36

16

4) Putaran paksi dalam

Pintu atas panggul ibu memiliki bidang paling luas pada

diameter transversanya. Dengan demikian, kepala janin melalui

pintu atas dan masuk ke dalam panggul sejati dengan posisi

oksipitotransversa. Akan tetapi, bidang pintu bawah panggul yang

terluas ialah diameter anteroposterior. Supaya dapat keluar, kepala

kepala janin harus berotasi. Putaran paksi dalam dimulai pada

bidang setinggi spina iskiadika, tetapi putaran ini belum selesai

sampai bagian presentasi mencapai panggul bagian bawah. Ketika

oksiput berputar ke arah anterior, wajah berputar kearah posterior.

Setiap kali terjadi kontraksi, kepala janin diarahkan oleh tulang

panggul dan otot-otot dasar panggul. Akhirnya, oksiput berada di

garis tengah di bawah lengkung pubis. Kepala hampir selalu

berputar saat mencapai dasar panggul. Baik muskulus levator ani

maupun tulang panggul penting untuk putaran anterior. Riwayat

cedera persalinan sebelumnya dan anesthesia regional mengganggu

fungsi otot levator.

5) Ekstensi

Saat kepala mencapai perineum, kepala akan defleksi kearah

anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan

bawah simfisis pubis, kemudian kepala muncul akibat ekstensi:

pertama-tama oksiput, kemudian wajah, dan akhirnya dagu.

Page 7: Avi_skripsi_p11-p36

17

6) Restitusi dan putaran paksi luar

Setelah kepala lahir, bayi berputar hingga mencapai posisi

yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas. Gerakan ini dikenal

sebagai restitusi. Putaran 45 derajat membuat kepala janin kembali

sejajar dengan punggung dan bahunya. Dengan demikian, kepala

dapat terlihat berputar lebih lanjut. Putaran paksi luar terjadi saat

bahu engaged dan turun dengan gerakan yang mirip dengan

gerakan kepala. Seperti telah diketahui, bahu anterior turun terlebih

dahulu. Ketika ia mencapai pintu bawah, bahu berputar ke garis

tengah dan dilahirkan di bawah lengkung pubis. Bahu posterior

diarahkan kearah perineum sampai ia bebas dari introitus vagina.

7) Ekspulsi

Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang

pubis ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral

kearah simfisis pubis. Ketika seluruh bayi keluar, persalinan bayi

selesai. Ini merupakan akhir tahap kedua persalinan dan waktu saat

tubuh bayi keluar seutuhnya, dicatat dalam catatan.

c. Syarat melahirkan normal konvensional

Menurut Sartika (2011), ada 4 hal yang perlu diperhatikan

apabila ibu menginginkan persalinannya berlangsung secara normal

konvensional, adalah:

Page 8: Avi_skripsi_p11-p36

18

1) Faktor bayi dalam kandungan

Selama bulan-bulan kehamilan, ibu disarankan melakukan

kontrol secara rutin untuk memantau kondisi kesehatan janin.

2) Faktor ibu

Berkaitan dengan ukuran panggul, dan ibu harus dinyatakan

sehat secara fisik.

3) Faktor kontraksi menjelang persalinan

Apakah ada kontraksi simultan ataukah hilang-timbul,

bahkan tidak ada kontraksi sama sekali yang mengharuskan si ibu

diinduksi dengan pemberian hormon oksitosin melalui infus atau

prostaglandin melalui vagina.

4) Faktor psikis ibu

Dukungan dari suami ataupun kerabat keluarga lain, sangat

diperlukan demi kelancaran persalinan, selain tenaga medis yang

menangani.

d. Kelebihan dan kelemahan persalinan normal konvensional

1) Kelebihan

Pada persalinan normal tidak banyak komplikasi bayi yang

dijumpai karena komponen persalinan yaitu jalan lahir, janin,

plasenta, kekuatan his dan mengejan dapat bekerja sama dengan

baik sehingga persalinan berlangsung dengan tatanan waktu yang

tepat. Proses pemulihan setelah persalinan lebih cepat, masalah

berkemih dan buang air besar tidak mengalami hambatan apapun.

Page 9: Avi_skripsi_p11-p36

19

Defekasi, akan menjadi biasa setelah sehari, kecuali ibu takut pada

luka episiotomi. Bayi yang lahir secara normal memiliki daya

tahan terhadap alergi yang lebih tinggi dan risiko asma rendah.

Secara biologi, persalinan ini memicu kelenjar susu memproduksi

kolostrum untuk dihasilkannya air susu (Chandranita, 2000).

2) Kelemahan

a) Mollamahmutoglu, et al (2011), dalam penelitiannya

menunjukan hasil bahwa pada persalinan normal konvensional

kejadian episiotomi banyak terjadi pada ibu yang melahirkan,

sehingga ada kemungkinan ibu mengalami kesulitan duduk

dan berdiri selama seminggu.

b) Ibu sering mengalami luka laserasi perineum (Chaichian, et al,

2009).

c) Ibu mengalami rasa nyeri yang berlebih saat persalinan bahkan

dapat menyisakan trauma nyeri persalinan (Chaichian, et al,

2009).

2. Water Birth

a. Definisi

Water birth adalah salah satu metode alternatif persalinan

pervaginam, dimana ibu hamil aterm (normal) tanpa komplikasi

bersalin dengan cara berendam dalam air hangat (yang dilakukan pada

bathtub atau kolam) dengan tujuan mengurangi rasa nyeri kontraksi

(Aprilia, 2002). Menurut Akhlaghi, et al (2005), water birth adalah

Page 10: Avi_skripsi_p11-p36

20

metode persalinan yang sederhana. Beberapa penelitian telah menun-

jukan manfaat dan juga beberapa efek yang menguntungkan. Efek

yang menguntungkan pada water birth adalah ibu melahirkan

mengalami relaksasi, kontraksi kurang menyakitkan, lama persalinan

lebih pendek, tidak memerlukan analgesik farmakologi dan sedikit

kejadian episiotomi.

Menurut Chapman (2007), asuhan persalinan pada water birth

ada 3 kala, yaitu :

1) Kala pertama persalinan

Kala pertama persalinan yang dilakukan diantaranya,

memeriksa air pada kolam setiap 1 jam, mengukur temperatur air

pada kolam dan mencatat pada pattogram maupun catatan ibu, suhu

diantara 35o

C dan 37o C. Pada kala ini ibu dianjurkan untuk minum

air lebih banyak dengan tujuan menghindari dehidrasi karena

dieresis meningkat sebagai akibat berada di air.

2) Kala kedua persalinan

Kala ini, seorang tenaga kesehatan memantau kesehatan ibu

dan janin seperti pada persalinan normal. Beberapa hal yang

dilakukan pada kala ini diantaranya, mengatur temperatur air pada

suhu 37o

C, memasukan cermin kecil untuk melihat kemajuan

selama kala kedua persalinan, melakukan pendekatan “lepas

tangan” untuk melahirkan (diperkirakan bahwa menyentuh kepala

Page 11: Avi_skripsi_p11-p36

21

bayi di air dapat merangsang bayi untuk mencoba bernapas), lalu

membiarkan kepala lahir.

Pemeriksaan tali pusat tidak dilakukan pada kala ini.

Pemeriksaan tali pusat dilakukan ketika terjadi kontraksi

berikutnya. Ibu biasanya akan melahirkan bayinya sendiri, namun

apabila tidak terjadi, seorang tenaga kesehatan mencoba

melepaskan bahu bayi dan membawa bayi ke permukaan. Apabila

ibu dalam posisi all-fours, tenaga kesehatan dapat membantu

melewatkan bayi melalui tungkai ibu, di bawah air dan

membawanya dengan lembut ke permukaan di depan ibu, untuk

mengihindari terjeratnya tali pusat. Setelah diangkat ke udara,

tenaga kesehatan memastikan bahwa tali pusat masih terhubung

dan berdenyut. Keadaan ini dapat berlangsung sampai beberapa

waktu. Meskipun bukan merupakan praktik yang baku, namun

pemeriksaan tali pusat secara rutin sangat dianjurkan untuk

meyakinkan bahwa tali pusat masih utuh, karena tali pusat yang

robek bisa menjadi kegawatan yang mengancam jiwa untuk bayi,

apabila tidak diketahui.

Setelah bayi lahir, tenaga kesehatan segera menginspeksi

warna kulit bayi dan memeriksa denyut jantung dengan meletakan

jari ke dada bayi. Untuk merangsang bayi agar menangis bisa

dilakukan dengan cara menggosok bayi menggunakan handuk dan

memindahakan bayi dengan segera ke udara dingin.

Page 12: Avi_skripsi_p11-p36

22

3) Kala ketiga persalinan

Pada kala ini, tanpa menunggu perintah dari tenaga

kesehatan, biasanya ibu melahirkan sudah meminta keluar dari bak

setelah mengenali bayinya. Manajemen aktif kala tiga dimulai saat

ibu sudah tidak berada di kolam. Ibu akan mengeluarkan

plasentanya ketika sudah kembali ke atas tempat tidur.

b. Mekanisme persalinan

Mekanisme persalinan water birth adalah sama seperti pada

persalinan normal biasa, yang membedakan adalah metode ini

menggunakan media air sebagai tempat persalinan. Penggunaan media

air dalam proses persalinan membutuhkan persiapan yang lebih

banyak daripada persalinan normal biasa yaitu dengan mempersiapkan

kolam sebagai tempat ibu untuk bersalin beserta peralatan lainnya.

Menurut Garland (2002), persiapan yang dilakukan pada water

birth diantaranya :

1) Temperatur air

Bak harus diisi dengan kedalaman yang cukup

memungkinkan uterus ibu tertutup semuanya. Temperatur air

harus antara 35o

C dan 37o

C untuk kala pertama dan 37o

C untuk

kala kedua dan kelahiran. Suhu permukaan biasanya lebih dingin

dari air di kedalaman maka letakan termometer lebih dalam agar

dapat mengatur dan mempertahankan temperatur.

Page 13: Avi_skripsi_p11-p36

23

2) Pembersihan

Kebijaksanaan pengontrolan infeksi lokal harus memenuhi

kelahiran di air. Setelah dipakai, bak harus dibilas dari debris dan

dicuci dengan bahan yang mengeluarkan klorin yang efektif

terhadap HIV, hepatitis B, dan Hepatitis C.

3) Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah :

a) Kolam air berupa bak berdiameter 2 meter, terbuat dari plastik

dengan benjolan-benjolan pada alasnya agar posisi ibu tidak

merosot.

b) Termometer untuk memeriksa temperatur air.

c) Pompa pengatur, agar air tetap bersirkulasi.

d) Water heater untuk menjaga air tetap hangat.

e) Sonicaid tahan air untuk memantau jantung janin.

f) Sarung tangan untuk bidan.

g) Cermin kecil yang mudah dibawa untuk melihat kemajuan

selama kala kedua persalinan.

h) Stool rendah atau jejakan kaki untuk membantu ibu masuk dan

keluar dengan mudah.

i) Entonoks portable atau pipa entonoks panjang untuk

digunakan ibu dengan bebas di bak.

Page 14: Avi_skripsi_p11-p36

24

Tahapan proses persalinan dalam air (water birth) menurut

Aprillia (2002):

1) Sterilisasi kolam

Kolam yang akan digunakan dalam proses persalinan water

birth harus disterilisasi lebih dulu dengan menggunakan

desinfektan. Tujuan dari proses sterilisasi kolam mini adalah

supaya kolam menjadi bebas kuman.

2) Pengisian air kolam

Kolam yang sudah disterilisasi dan dianggap bersih kemudian

diisi dengan air. Air tersebut harus disesuaikan dengan suhu tubuh

ibu yang akan melahirkan, yaitu sekitar 35-37o C. Pengaturan suhu

air penting karena untuk mencegah temperature shock saat bayi

keluar dari rahim. Sterilisasi air juga harus diperhatikan agar tidak

menyebabkan infeksi pada ibu maupun bayi yang dilahirkan.

3) Ibu masuk ke dalam kolam

Ibu yang akan melahirkan dengan metode water birth

diperbolehkan masuk ke dalam kolam setelah jalan lahir membuka

5-6 sentimeter. Tujuannya adalah untuk menghindari agar ibu tidak

terlalu lama berada dalam air. Seorang ibu juga dapat didampingi

oleh suaminya supaya perasaan ibu menjadi lebih tenang dalam

menghadapi proses persalinan.

Page 15: Avi_skripsi_p11-p36

25

4) Kelahiran bayi

Pembukaan jalan lahir biasanya sudah lengkap setelah kurang

lebih 1-1,5 jam berendam dalam air, sehingga bayi siap lahir.

Proses kelahiran bayi ini lebih mudah karena air mempunyai sifat

mendorong. Setelah bayi lahir, ia tidak akan tenggelam karena pada

saat dalam rahim pun bayi hidup dalam air ketuban selama 9 bulan.

5) Pengangkatan bayi

Setelah bayi keluar, bayi diangkat dan langsung diberikan

pada ibunya untuk mendapat pelukan hangat serta ciuman pertama

dari ibunya. Kemudian setelah itu pusar bayi dipotong dan

dibersihkan, dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatannya.

c. Syarat water birth

Tidak semua ibu dapat melakukan persalinan dalam air,

walaupun persalinan ini dikategorikan sebagai persalinan normal. Ibu

yang melahirkan dengan menggunakan metode ini harus benar-benar

dalam keadaan sehat. Menurut Garland (2002), penggunaan media air

sebagai tempat bersalin dilakukan pada ibu dengan syarat tertentu,

yaitu:

1) Ibu hamil risiko rendah

2) Ibu hamil tidak mengalami infeksi vagina, saluran kencing dan

kulit.

3) Tanda vital ibu dalam batas normal.

4) Kehamilan tunggal, presentasi kepala.

Page 16: Avi_skripsi_p11-p36

26

5) Air hangat digunakan untuk relaksasi dan penanganan nyeri setelah

dilatasi serviks mencapai 4-5 cm.

6) Pasien menyetujui instruksi penolong, termasuk keluar dari kolam

tempat berendam jika diperlukan.

7) Persalinan secara water birth merupakan pilihan ibu.

8) Tidak ada komplikasi kehamilan seperti pre-eklampsi dan gula

darah yang tidak terkontrol.

9) Denyut jantung normal.

d. Kelebihan dan kelemahan water birth

1) Kelebihan

Water birth adalah metode persalinan yang sederhana. Efek

yang menguntungkan pada water birth adalah ibu melahirkan

mengalami relaksasi, kontraksi kurang menyakitkan, lama

persalinan lebih pendek, tidak memerlukan analgesik farmakologi

dan sedikit kejadian episiotomi (Akhlaghi, et al, 2005). Water birth

adalah bentuk manajemen rasa sakit yang efektif selama persalinan.

Air hangat dapat mengurangi pelepasan hormon stres, sehingga

membuat ibu mengeluarkan hormon endorfin yang berfungsi

sebagai penghambat rasa sakit. Air juga dapat menyebabkan

perineum menjadi lebih elastis dan santai, sehingga akan

mengurangi kejadian sobekan pada vagina saat melahirkan. Ibu

akan merasa lebih rileks karena semua otot yang berkaitan dengan

proses persalinan menjadi elastis (Harper, 2000).

Page 17: Avi_skripsi_p11-p36

27

Water birth juga bermanfaat untuk bayi. Pada water birth

peredaran darah bayi akan lebih baik, sehingga tubuh bayi akan

cepat memerah setelah dilahirkan. Munculnya masalah seperti suhu

bayi yang buruk, infeksi bayi dan masalah pernapasan pada bayi

tidak ditemukan pada metode water birth. Suhu air tidak melebihi

suhu tubuh ibu, janin hipertermi terkait gangguan kardiovaskular

dan metabolik tidak terjadi. Tidak ditemukan kasus bayi

mengambil nafas pertama dalam air. Aspirasi terjadi hanya bila

refleks menyelam gagal, asfiksia berat atau karena suhu kolam

renang yang tidak sesuai. Selain itu tidak ditemukan adanya kasus

bayi meninggal (Mollamahmutoglu, et al, 2011).

2) Kelemahan

Kelemahan water birth pada ibu yaitu sulitnya menilai

jumlah perdarahan yang keluar saat post partum karena tercampur

dengan air (Aprilia, 2002).

3. Apgar Score

a. Definisi

Keadaan umum bayi dinilai satu menit setelah lahir dengan

menggunakan nilai apgar score. Penilaian ini perlu untuk mengetahui

apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai ialah frekuensi

jantung (heart rate), usaha napas (respiratory effort), tonus otot

(muscle tone), warna kulit (colour) dan reaksi terhadap rangsangan

Page 18: Avi_skripsi_p11-p36

28

(response to stimuli) yaitu dengan memasukan kateter ke lubang

hidung setelah jalan napas dibersihkan (Wiknjosastro, 2002).

Setiap penilaian diberi angka 0, 1 dan 2. Dari hasil penilaian

tersebut dapat diketahui apakah bayi normal (vigorous baby = nilai

apgar score 7-10), asfiksia sedang-ringan (nilai apgar score 4-6) atau

bayi menderita asfiksia berat (nilai apgar score 0-3). Bila nilai apgar

score dalam 2 menit tidak mencapai nilai 7, maka harus dilakukan

tindakan resusitasi lebih lanjut oleh karena bayi menderita asfiksia

lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadinya gejala-gejala neurologik

lanjutan dikemudian hari lebih besar. Berhubung dengan itu, penilaian

menurut apgar score dilakukan pada umur 1 menit juga pada umur 5

menit (Wiknjosastro, 2002).

Apgar score 1 menit digunakan untuk mengidentifikasi perlu

tidaknya resusitasi segera. Sebagian besar bayi saat lahir berada dalam

kondisi sempurna, seperti ditunjukan oleh apgar score 7 hingga 10,

dan tidak diperlukan bantuan kecuali pengisapan nasofaring. Bayi

dengan skor 4 sampai 6 pada menit 1 memperlihatkan depresi

pernapasan, flaksiditas, dan warna pucat hingga biru. Namun, denyut

jantung dan iritabilitas reflek baik. Bayi dengan skor 0 sampai 3

biasanya memperlihatkan denyut jantung yang lambat dan lemah serta

depresi atau tidak adanya respon reflek. Bayi ini sering mudah

diidentifikasi dan resusitasi, termasuk ventilasi buatan, harus segera

Page 19: Avi_skripsi_p11-p36

29

dimulai. Apgar score 5 menit merupakan indeks yang bermanfaat

untuk menilai efektifitas upaya resusitasi (Cunningham, et al, 2005).

Nilai apgar score sama sekali tidak menentukan gambaran atau

kondisi masa depan bayi. Jadi, baik buruknya nilai apgar tidak

menjamin kualitas hidup dan perkembangan bayi kelak. Nilai apgar

pun tidak bisa menjadi indikasi bayi memiliki kelainan jantung

bawaan atau IQ rendah karena untuk itu dibutuhkan pemeriksaan lebih

intensif. Lebih tepatnya, bayi dengan nilai apgar tinggi memiliki

risiko kematian sesaat setelah persalinan lebih rendah dibanding

bernilai apgar rendah (Williams, 2005).

Tabel 2.1 Penilaian apgar score

Subjek

penilaian 0 1 2

Nilai Apgar

(NA)

Appearance

(warna kulit)

Pucat Badan

merah,ekstre-

mitas biru

Seluruh tubuh

kemerah-

merahan

Pulsa rate

(frekuensi

nadi)

Tidak

ada

Kurang dari

100

Lebih dari 100

Grimace

(reaksi

rangsangan)

Tidak

ada

Sedikit

gerakan

mimik

(grimace)

Batuk/bersin

Activity

(tonus otot)

Tidak

ada

Ekstremitas

dalam sedikit

fleksi

Gerakan aktif

Respiratorion

(pernapasan)

Tidak

ada

Lemah/tidak

teratur

Baik/menangis

Jumlah

Keterangan:

NA 1 menit lebih/sama dengan 7 tidak perlu resusitasi

NA 1 menit 4-6 bag and mask ventilation

NA 1 menit 0-3 lakukan intubasi

(Sumber: Wiknjosastro, 2002)

Page 20: Avi_skripsi_p11-p36

30

b. Faktor yang mempengaruhi nilai apgar score

Faktor yang mempengaruhi apgar score diantaranya adalah

kondisi bayi. Kondisi bayi dapat menghasilkan nilai retrospektif, yang

dipengaruhi oleh kejadian berikutnya. Faktor lain yang dapat

mempengaruhi penilaian, misalnya pengkajian warna dapat

dipengaruhi oleh pencahayaan, pigmentasi kulit, jumlah hemoglobin

dan tingkat perfusi perifer. Pigmentasi kulit pada bayi non-kulit putih

biasanya akan mulai hari kelima kehidupan, tetapi bila kulit

menghitam akibat pigmentasi, warna kulit dapat dikaji melalui

observasi lapisan mukosa telapak tangan dan kaki, dan harus berwarna

merah muda. Bayi praterm cenderung memiliki apgar score yang

lebih rendah daripada bayi cukup bulan karena imaturitas neurologis

mempengaruhi tonus otot, memperlambat reflek dan warna merah

kebiruan pada kulit (Behrman, 2000).

Menurut Danuatmadja (2003), nilai apgar rendah dikarenakan

dua hal, pertama karena janin memiliki kelainan tubuh akibat

gangguan selama kehamilan, seperti prematur, bayi dengan berat lahir

rendah, atau bayi dari ibu yang memiliki kelainan seperti diabetes,

gangguan jantung, atau hipertensi. Penyebab kedua adalah proses

persalinan yang susah atau penggunaan obat-obatan penahan sakit

selama persalinan.

Page 21: Avi_skripsi_p11-p36

31

c. Pengkajian dan prosedur penilaian apgar score menurut Johnson

(2005)

1) Pengkajian nilai apgar score :

a) Melakukan observasi tampilan bayi. Misalnya, apakah seluruh

tubuh bayi berwarna merah muda (2), apakah tubuhnya merah

muda tetapi ekstremitasnya biru (1), atau seluruh tubuh bayi

pucat atau biru (0).

b) Menghitung frekuensi jantung dengan mempalpasi umbilical

atau meraba bagian atas dada bayi di bagian apeks dua jari,

kemudian menghitung denyutan selama 6 detik, lalu

mengkalikan 10. Setelah itu menentukan apakah frekuensi

jantung lebih dari 100 (10 denyut atau lebih pada periode 6

detik kedua) (2), kurang dari 100 (kurang dari 10 denyut dalam

6 detik) (1) atau tidak ada denyut (0). Bayi yang berwarna

merah muda, aktif, dan bernafas cenderung memiliki frekuensi

jantung lebih dari 100.

c) Melakukan pemeriksaan respon stimuli pada bayi. Respon ini

dapat berupa respon terhadap rasa haus atau sentuhan, atau

pada bayi yang sedang diresusitasi, dapat berupa respons

terhadap penggunaan kateter oksigen atau pengisapan. Setelah

itu dilanjutkan dengan menententukan apakah bayi menangis

sebagai respons terhadap stimulus (2), apakah bayi mencoba

Page 22: Avi_skripsi_p11-p36

32

menangis, tetapi hanya dapat merintih (1) atau tidak ada

respon sama sekali (0).

d) Melakukan observasi tonus otot bayi dengan mengobservasi

jumlah aktivitas dan tingkat fleksi ekstremitas. Misalnya,

apakah ada gerakan aktif yang menggunakan fleksi ekstremitas

yang baik (2), apakah ada fleksi ekstremitas (1) atau apakah

bayi lemas (0).

e) Melakukan observasi upaya bernapas. Misalnya, apakah upaya

bernapas baik dan kuat (biasanya dilihat dari tangisan bayi (2),

apakah pernapasan bayi lambat dan tidak teratur (1) atau tidak

ada pernapasan sama sekali (0).

2) Langkah prosedur penilaian apgar score:

Langkah-langkah yang dilakukan pada penilaian apgar

score adalah:

a) Memastikan bahwa pencahayaan baik sehingga visualisasi

warna dapat dilakukan dengan baik.

b) Melakukan pencatatan waktu kelahiran. Setelah satu menit,

tenaga kesehatan melakukan pengkajian pertama dengan

mengkaji kelima variabel dengan cepat dan simultan kemudian

menjumlahkan hasil yang diperoleh pada penilaian pertama.

c) Tenaga kesehatan melakukan tindakan dengan cepat dan tepat

sesuai dengan hasilnya. Misalnya, bayi dengan nilai 0-3

Page 23: Avi_skripsi_p11-p36

33

memerlukan tindakan resusitasi segera (harus sudah dimulai

bila bayi tampak buruk kondisinya pada saat lahir).

d) Melakukan penilaian berikutnya pada menit ke-5, kemudian

mendokumentasikan hasil yang diperoleh dan melakukan

tindakan yang sesuai dengan keadaan bayi.

Page 24: Avi_skripsi_p11-p36

34

B. Kerangka teori

Kerangka teori merupakan landasan berfikir untuk menggambarkan dari

sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih. Berdasarkan tinjauan

pustaka menurut Aprillia (2002), Bobak, et al (2005), Garland (2002), Sartika

(2011) dan Wiknjosastro (2002), dirumuskan kerangka teori penelitian

berjudul perbandingan nilai apgar score bayi baru lahir dengan metode

persalinan normal konvensional dan metode water birth sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka teori

Water Birth

Syarat persalinan :

1. Ibu hamil risiko rendah.

2. Tidak mengalami infeksi

vagina, saluran kencing dan

kulit.

3. Kehamilan tunggal, presentasi

kepala.

4. Tidak mengalami komplikasi

kehamilan

Mekanisme

Persalinan

Apgar score

Yang dinilai :

1. Warna kulit

2. Frekuensi

nadi

3. Reaksi

rangsangan

4. Tonus otot

5. Pernapasan

Metode

Persalinan

Persalinan normal konvensional

Syarat Persalinan :

1. Faktor bayi dalam kandungan

2. Faktor ibu

3. Faktor kontraksi menjelang

persalinan

4. Faktor psikis

Page 25: Avi_skripsi_p11-p36

35

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan fokus penelitian yang akan diteliti,

kerangka konsep ini terdiri dari variabel bebas (independent variable) dan

variabel terikat (dependent variable). Adapun kerangka konsep dari penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Independent variable Dependent variable

Confounding variable

Gambar 2.2. Kerangka konsep penelitian

Ket : diteliti

tidak diteliti

Apgar score

Menit 1

Menit 5

1. Pencahayaan

2. Pigmentasi kulit

3. Jumlah hemoglobin

4. Tingkat perfusi

perifer

Persalinan normal

konvensional

Water Birth

Page 26: Avi_skripsi_p11-p36

36

D. Hipotesis Penelitian

Saryono (2011) mengartikan hipotesis adalah prediksi dari hasil

penelitian. Hipotesis merupakan hubungan yang diharapkan antar variabel

yang dipelajari. Ada dua hipotesis yaitu hipotesis statistik atau disebut juga

hipotesis nol (Ho) dan hipotesis kerja (Ha) disebut juga dengan hipotesis

alternatif. Menurut Notoatmodjo (2005), hipotesis penelitian adalah jawaban

sementara penelitian atau dalil sementara yang sebenarnya akan dibuktikan

dalam penelitian. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Ha : Ada perbedaan nilai apgar score bayi baru lahir pada menit ke-1 dan

menit ke-5 dengan metode persalinan normal konvensional dan metode

water birth.