Bab 1

45
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedikulosis adalah penyakit kulit menular akibat infestasi pedikulus (tuma), sejenis kutu yang hidup dari darah manusia, pada rambut kepala & kemaluan atau baju. Kutu tersebut akan memberi keluhan gatal akibat gigitannya. Kutu hampir tak dapat dilihat, merupakan serangga tak bersayap yang mudah menular dari orang ke orang melalui kontak badan dan karena pemakaian bersama baju atau barang lainnya. Skabies adalah penyakit kulit yang mudah menular. Orang jawa sering menyebutnya gudig. Penyebabnya adalah Sarcoptes scabei. Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak langsung dengan penderita atau tidak langsung melalui alat- alat yang dipakai penderita, misal : baju, handuk, dll.Gejala klinis yang sering menyertai penderita adalah : Gatal yang hebat terutama pada malam hari sebelum tidur, Adanya tanda : papula (bintil), pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan), bekas-bekas lesi yang berwarna hitam, Dengan bantuan loup (kaca pembesar), bisa dilihat adanya kunikulus atau lorong di atas papula (vesikel atau plenthing/pustula). Predileksi atau lokasi tersering adalah pada sela-sela jari tangan, bagian fleksor pergelangan tangan, siku bagian dalam, lipat ketiak bagian depan, perut bagian bawah, pantat, paha bagian dalam, daerah mammae/payudara, genital, dan pinggang. 1

Transcript of Bab 1

Page 1: Bab 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pedikulosis adalah penyakit kulit menular akibat infestasi pedikulus (tuma), sejenis kutu

yang hidup dari darah manusia, pada rambut kepala & kemaluan atau baju. Kutu tersebut

akan memberi keluhan gatal akibat gigitannya. Kutu hampir tak dapat dilihat, merupakan

serangga tak bersayap yang mudah menular dari orang ke orang melalui kontak badan dan

karena pemakaian bersama baju atau barang lainnya.

Skabies adalah penyakit kulit yang mudah menular. Orang jawa sering menyebutnya

gudig. Penyebabnya adalah Sarcoptes scabei. Cara penularan penyakit ini adalah melalui

kontak langsung dengan penderita atau tidak langsung melalui alat-alat yang dipakai

penderita, misal : baju, handuk, dll.Gejala klinis yang sering menyertai penderita adalah :

Gatal yang hebat terutama pada malam hari sebelum tidur, Adanya tanda : papula (bintil),

pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan), bekas-bekas lesi yang berwarna hitam,

Dengan bantuan loup (kaca pembesar), bisa dilihat adanya kunikulus atau lorong di atas

papula (vesikel atau plenthing/pustula).

Predileksi atau lokasi tersering adalah pada sela-sela jari tangan, bagian fleksor

pergelangan tangan, siku bagian dalam, lipat ketiak bagian depan, perut bagian bawah,

pantat, paha bagian dalam, daerah mammae/payudara, genital, dan pinggang. Pada pria khas

ditemukan pada penis sedangkan pada wanita di aerola mammae. Pada bayi bisa dijumpai

pada daerah kepala, muka, leher, kaki dan telapaknya. Pemariksaan adanya skabies atau

Sarcoptes scabei dengan cara.Melihat adanya burrow dengan kaca pembesar Papula, vesikel

yang dicurigai diolesi pewarna (tinta) kemudian dicuci dengan pelarutnya sehingga terlihat

alur berisi tinta Melihat adanya sarcoptes dengan cara mikroskopis, yaitu : Atap vesikelnya

diambil lalu diletakkan di atas gelas obyek terus ditetesi KOH 30%, ditutup dengan gelas

penutup dan diamati dengan mikroskop. Papula dikorek dengan skalpel pada ujungnya

kemudian diletakkan pada gelas obyek lalu ditutup dan diamati dengan mikroskop.

Meski sekarang sudah sangat jarang dan sulit ditemukan laporan terbaru tentang kasus

skabies diberbagai media di Indonesia (terlepas dari faktor penyebabnya), namun tak dapat

dipungkiri bahwa penyakit kulit ini masih merupakan salah satu penyakit yang sangat

1

Page 2: Bab 1

mengganggu aktivitas hidup dan kerja sehari-hari. Di berbagai belahan dunia, laporan kasus

skabies masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status

ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang

baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari,

secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama

tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang

hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan

efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup

masyarakat.

Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas seluruh Indonesia

pada tahun 1986 adalah 4,6 % - 12,95 % dan scabies menduduki urutan ketiga dari 12

penyakit kulit tersering. Di bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988,

dijumpai 704 kasus skabies yang merupakan 5,77 % dari seluruh kasus baru. Pada tahun

1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6 % dan 3,9 %.

1.2 Rumusan Masalah

Di dalam makalah ini kami akan membahas tentang beberapa materi yang ada

dalam Laporan Pendahuluan dan asuhan keperawatan apendiksitis, yaitu :

1.2.1 Pengertian pedikulosis dan scabies

1.2.2 Epidemiologi Pedikulosis dan scabies

1.2.3 Etiologi Pedikulosis dan Scabies

1.2.4 Patofisiologi Pedikulosis dan Scabies

1.2.5 Manisfestasi Klinis

1.2.6 Pemeriksaan Penunjang

1.2.7 Penatalaksaan.

1.2.8 Komplikasi.

1.2.9 Asuhan Keperawatan Pedikulosis dan Scabies

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum.

2

Page 3: Bab 1

Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah mengetahui dan mengerti

tentang konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada pedikulosis dan scabies

1.3.2 Tujuan Khusus.

Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Mampu menguasai konsep teori penyakit Pedikulosis dan Scabies.

2. Mampu mengidentifikasi data-data yang perlu dikaji pada klien dengan

Pedikulosis dan Scabies.

3. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan

Pedikulosis dan Scabies.

4. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan klien dengan Pedikulosis dan

Scabies.

5. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Pedikulosis dan

Scabies.

6. Mampu melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan Pedikulosis dan

Scabies.

7. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan Pedikulosis dan

Scabies.

1.4 Manfaat penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan para

mahasiswa keperawatan, khususnya keluarga besar STIKES EKA HARAP agar dapat lebih

mengetahui dan memahami tentang gangguan sistem pencernaan dan asuhan keperawatan

tentang Pedikulosis dan Scabies.

1.5 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini menggunakan study kepustakaan. Study kepustakaan

adalah metode dengan cara membaca dan mengumpulkan data-data dari buku.

3

Page 4: Bab 1

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Laporan Pendahuluan Pedikulosis

2.1.1 Pengertian

Pedikulosis ialah infeksi kulit atau rambut pada manusia yang disebabkan oleh

pedikulus (termasuk family pediculidae), selain menyerang manusia, penyakit ini juga

menyerang binatang, oleh karena itu dibedakan pediculus humanus dengan pediculus

animalis. Pediculus ini merupakan parasit obligat artinya harus menghisap darah

manusia untuk dapat mempertahankan hidup.

a) Infeksi kutu yang mengenai kepala, badan, dan pubis (mengenai daerah-darah

yang berambut).

b) Infeksi kulit atau rambut pada manusia yang disebabkan parasit obligat pediculus

humanis.

Pedikulosis adalah penyakit kulit menular akibat infestasi pedikulus (tuma),

sejenis kutu yang hidup dari darah manusia, pada rambut kepala & kemaluan atau

baju. Kutu tersebut akan memberi keluhan gatal akibat gigitannya. Kutu hampir tak

dapat dilihat, merupakan serangga tak bersayap yang mudah menular dari orang ke

orang melalui kontak badan dan karena pemakaian bersama baju atau barang lainnya.

Infestasi Kutu (Pedikulosis) adalah serbuan kutu yang menyebabkan rasa gatal

hebat dan bisa menyerang hampir setiap kulit tubuh. Infeksi kulit/rambut pada

manusia yang disebabkan oleh Pediculosis (dari family Pediculidae) dan yang

menyerang manusia adalah Pediculus humanus yang bersifat parasit obligat (di dasar

rambut) yang artinya harus menghisap darah manusia untuk mempertahankan hidup.

Pedikulosis juga sangat mudah untuk menular dan dapat menularkan tifus endemik

dan gatal kambuhan.

Peduculosis adalah gangguan pada tubuh yang disebabkan oleh infeksi pedikulus

(kutu/tuma), Ada dua jenis pedikulus yang sering ditemukan yaitu Pedikulus humanus

kapitis (kutu rambu di badan) dan Pedikulus Humanus kapitis (kutu rambu kepala).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Pedikulosis adalah

gangguan pada tubuh yang disebabkan oleh serbuan kutu yang berakibat rasa gatal

berlebihan sehingga terjadi infeksi.

4

Page 5: Bab 1

Pedikulosis adalah penyakit kulit menular akibat infestasi pedikulus (tuma),

sejenis kutu yang hidup dari darah manusia, pada rambut kepala & kemaluan atau

baju. Kutu tersebut akan memberi keluhan gatal akibat gigitannya. Kutu hampir tak

dapat dilihat, merupakan serangga tak bersayap yang mudah menular dari orang ke

orang melalui kontak badan dan karena pemakaian bersama baju atau barang lainnya.

2.1.2 Epidemiologi

Penyakit ini lebih menyerang anak-anak dan cepat meluas di lingkungan yang

padat seperti asrama dan panti asuhan. Ditambah lagi jika kondisi hygiene tidak baik

(misalnya jarang membersihkan rambut). Cara penularannya melalui perattara,

misalnya sisir, kasur, topi, dan bantal yang digunakan bersama-sama. Lebih banyak

terjadi di kaum perempuan. Infestasi kutu kepala kadang menyebar ke alis, bulu mata

dan janggut.

Penularan kutu badan tidak semudah penularan kutu rambut. Kutu badan biasanya

menyerang orang-orang yang tingkat kebersihan badannya buruk dan orang-orang

yang tinggal di pemukiman yang padat. Kutu badan bisa membawa penyakit tifus,

demam parit dan demam kambuhan.

Kutu kemaluan menyerang daerah kemaluan, ditularkan pada saat melakukan

hubungan seksual.

Skabies ditemukan disemua Negara dengan prevalensi yang bervariasi. Di

beberapa negara yang sedang berkembang scabies sekitar 6-27% populasi umum dan

cenderung tinggi pada anak-anak dan remaja.

Ada dugaan ditemukan setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi scabies. Banyak

faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini antara lain social ekonomi yang

rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual.

Scabies ditemukan di semua negara dengan yang sifatnya promiskuitas, kesalahan

diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik penyakit ini dapat

dimasukkan dalam PHS.

2.1.3 Etiologi

Penyakit pedikulosis disebabkan oleh parasit Pediculus yang biasa kita kenal

dengan kutu. Kutu hampir tak dapat dilihat, merupakan serangga tak bersayap yang

5

Page 6: Bab 1

mudah menular dari orang ke orang melalui kontak badan dan karena pemakaian

bersama baju atau barang lainnya.

Ada beberapa kutu yang menyebabkan pedikulosis, seperti kutu kepala juga kutu

badan. Kutu kepala sangat mirip dengan kutu badan, meskipun sebenarnya merupakan

spesies yang berlainan. Kutu kemaluan memiliki badan yang lebih lebar dan lebih

pendek dibandingkan kutu kepala dan kutu badan.

Kutu ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan menjadi

kemerahan jika telah menghisap darah. Betina mempunyai ukuran yang lebih besar

(panjang 1,2-3,2 mm lebar lebih kurang setengah panjangnya) daripada yang jantan

(sekaligus jumlahnya lebih sedikit). Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva,

nimfa, dan dewasa.

Telur (nits) diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut

(makin ke ujung terdapat telur yang lebih panjang).

2.1.4 Patofisiologi

Siklus hidup Pediculus melalui stadium telur, larva, nimfa dan dewasa. Parasit ini

bisa hidup pada tubuh atau padaislakutu kepala betina dapat hidup selama 16 hari dan

menghasilkan 50 – 150 telur. Kutu mendapatkan makanan dengan cara menghisap

darah pada kulit. Hama ini meninggalkan telurnya dipermukaan kulit dan juga

menempel pada batang rambut, baik itu di daerah kepala, badan ataupun pubis

manusia. Kutu manusia menyuntikkan getah pencernaan dan ekskreatanya ke dalam

kulit yang menimbulkan rasa gatal yang hebat.

Kutu sangat subur pada kodisi yang padat penduduknya. Kutu kepala dan kutu

kemaluan hanya ditemukan pada manusia, sedangkan kutu badan juga sering

ditemukan pada pakaian yang bersentuhan dengan kulit. Kutu kepala ditularkan

melalui kontak langsung atau melalui sisir/sikat/topi yang digunakan bersama-sama.

Infestasi kutu kepala kadang menyebar ke alis, bulu mata dan janggut. Kutu kepala

sering ditemukan pada murid-murid di satu sekolah.

Penularan kutu badan tidak semudah penularan kutu rambut. Kutu badan biasanya

menyerang orang-orang yang tingkat kebersihan badannya buruk dan orang-orang

yang tinggal di pemukiman yang padat. Kutu badan bisa membawa penyakit tifus,

6

Page 7: Bab 1

demam parit dan demam kambuhan. Kutu kemaluan menyerang daerah kemaluan,

ditularkan pada saat melakukan hubungan seksual.

2.1.5 Manisfestasi Klinis

Gejala yang dominan yaitu rasa gatal (terutama di daerah oksipital dan temporal).

Karena ada garukan, maka terjadi erosi, ekskoriasi, dan infeksi sekunder (ada pus dan

krusta).

Bila infeksi sekunder berat, rambut akan menggumpal karena banyaknya pus dan

krusta (plikapelonika) dan disertai pembesaran kelenjar getah bening regional (oksiput

dan retroaurikular). Dalam keadaan ini menimbulkan bau busuk.

Infestasi kutu menyebabkan gatal-gatal hebat. Penggarukan seringkali

menyebabkan kulit terluka, yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi bakteri. Kadang

terjadi pembengkakan kelanjar getah bening di leher belakang akibat adanya infeksi

kulit kepala.

Anak-anak hampir tidak menyadari adanya kutu kepala atau hanya merasakan

iritasi kulit kepala yang samar-samar. Rasa gatal akibat kutu badan biasanya lebih

hebat dirasakan di bahu, bokong dan perut. Kutu kemaluan menyebabkan rasa gatal di

sekitar penis, vagina dan anus.

2.1.6 Penatalaksanaan

a) Pengobatan

Permethrin merupakan pengobatan kutu yang paling aman, paling efektif dan

paling nyaman. Lindane (tersedia dalam bentuk krim, losyen atau shampoo) juga

bisa mengatasi kutu tetapi tidak dapat diberikan kepada anak-anak karena bisa

menimbulkan komplikasi neurologis. Kadang digunakan piretrin. Ketiga obat

tersebut bisa menimbulkan iritasi. 10 hari setelah pemakaian, ketiga obat tersebut

harus dioleskan kembali untuk membunuh kutu yang baru menetas. Infestasi pada

alis atau bulu mata sulit untuk diobati, kutu biasanya diambil dengan

menggunakan tang khusus. Jeli minyak polos bisa membunuh atau melemahkan

kutu di bulu mata.

Jika sumber infestasi (sisir, topi, pakaian dan seprei) tidak dibersihkan

melalui pencucian, penguapan atau dry cleaning, maka kutu bisa bertahan hidup

dan kembali menginfeksi manusia.

7

Page 8: Bab 1

Pengobatan dengan krim gameksan 1% yang dioleskan tipis di seluruh tubuh

dan didiamkan 24 jam, setelah itu baru pasien mandi. Jika belum sembuh bisa

diulangi 4 hari kemudian. Obat lainnya yaitu emulsi benzyl benzoate 25% dan

bubuk malathion 2%. Pakaian deiberikan panas tinggi seperti direbus atau

disetrika untuk membunuh telur dan kutu. Jika ada infeksi selunder bisa diberikan

antibiotic sistemik atau topikal.

Shampo Lidane 1%. Gamma benzene heksa klorid atau piretrin. Dosis, shampo

rambut biarkan 4-10 menit, kemudian dibilas piretrin. Pakai sampai rambut menjadi

basah, biarkan 10 menit kemudian dibilas. (Tindak lanjut periksa rambut 1 minggu

setelah pengobatan untuk telur dan kutu rambut).

Selep Lindang (BHC 10%) ; atau bedak DDT 10% atau BHC 1% dalam

pyrophylite; atau Benzaos benzylicus emulsion. Dosis, epala dapat digosok dengan

salep Lindane (BHC 1%) atau dibedaki dengan DDT 10% atau BHC 1% dalam

pyrophlite atau baik dengan penggunaan 3 – 5 gram dari campuran tersebut untuk

sekali pemakaian. Bedak itu dibiarkan selama seminggu pada rambut, lalu rambut

dicuci dan disisir untuk melepaskan telur. Emulsi dari benzyl benzoate ternyata

juga berhasil (Brown.H.W, 1983).

Cair / Peditox / Hexachlorocyclohexane 0,5%. Dosis, osokkan pada rambut dan

kepala sampai merata biarkan semalam kemudian dicuci lalu dikeringkan.

Kesadaran tentang pentingnya perawatan badan dan rambut perlu ditanamkan baik

kepada orang tua maupun para siswa sendiri. Pengobatan juga harus dilakukan jika

sudah terjangkit yang ditandai dengan rasa gatal-gatal di kepala.

b) Tindakan Keperawatan

Pada penderita Pedikulosis kapitis terapinya mencakup pengeramasan rambut

memakai sampo yang mengandung lindane (Kwell) atau senyawa piretrin dengan

piperonil butoksida ( sampo RID atau R&C ). Kepada pasien dianjurkan untuk

mengeramas kulit kepala dan rambut menurut petunjuk pemakain sampo tersebut.

Sesudah dibilas sampai bersih, rambut disisir dengan sisis bergigi halus (serit) yang

sudah dicelupkan dalam cuka agar telur atau cangkar telur tuma yang tertinggal

dapat terlepas dari batang rambut.

8

Page 9: Bab 1

Telur tuma sangat sulit dilepas dan mungkin harus diambil dengan jari tangan

satu per satu ( karena itu, orang awam memakai istilah “ mencari kutu”. Semua

barang, pakaian, handuk dan perangkat tempat tidur yang bisa mengandung tuma

atau telurnya harus dicuci dengan air panas sedikitnya dengan suhu 54°C atau

dicuci kering untuk mencegah infestasi ulang. Perabot, permadani dan karpet yang

berbulu harus sering dibersihkan dengan alat vacum cleaner. Sisir dan sikat rambut

juga harus didisinfeksi dengan sampo.

Semua anggota keluarga dan orang yang berhubunagn erat dengan pasien harus

diobati. Komplikasi seperti pruritas yang hebat, pioderma ( infeksi kulit yang

membentuk pus) dan dermatitis diobati dengan preparat antipruritus, antibiotik

sistemik serta kortikosteroid tropikal.

Sedangkan pada penderita Pedikulosis korporis dan Pedikulosis pubis, kepada

pasien diminta untuk memakai sabun dan air. Kemudian, lindane (Kwell) atau

melation dalamisopropil alkohol (losion Prioderm) dioleskan pada daerah-daerah

kulit yang terenfeksi dan daerah yang berambut menurut petunjuk informasi

produk. Terapi topikal alternatif lainnya adalah pedikulida berbahan dasar piretrin

(RID yang merupakan preparat yang bisa dibeli bebas) atau tembaga oleat 0,03%

(Curpex).

Jika bulu mata turut terkena vaseline dapat dioleskan tebal-tebal dua kali sehari

selama 8 hari yang kemudian diikuti oleh pencabutan secara mekanis setiap telur

kutu yang tertinggal. Komplikasi, seperti pruritis hebat, pioderma (infeksi yang

membentuk pus pada kulit) dan dermatitis diobati dengan preparat antipruritis,

antibiotik sistemik serta kortikosteroid topikal. Perlu diingat bahwa kutu badan

dapat menularkan penyakit epedemik pada manusia, yaitu penyakit riketsia (tifus

epidemik, demam hilang timbul dan trench fever). Mikroorganisme penyebabnya

berada dalam traktus gastrointestinal serangga tersebut dan dapat diekskresikan ke

permukaan kulit pasien yang terinfeksi.

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi akibat gatal yang digaruk kemudian terjadi infeksi

yang bila dibiarkan akan keluar nanah. Kemudian timbul impetigo yaitu inflamasi

kulit yang akut dan menular, yang ditandai oleh pustula dan skuama.

9

Page 10: Bab 1

2.1.8 Klasifikasi

Ada 3 jenis kutu yang menyerang manusia, yaitu :

a) Pedikulosis Kapitis

Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala atau tuma yang disebut

Peduculus humanus capitis pada kulit kepala. Tuma betina akan meletakkan telur-

telurnya (nits) di dekat kulit kepala. Telur ini akan melekat erat pada batang

rambut dengan suatu substansi yang liat. Telur akan menetas menjadi tuma muda

dalam waktu sekitar 10 hari dan mencapai maturasinya dalam tempo 2 minggu.

tuma paling sering ditemukan disepanjang bagian posterior kepala dan dibelakang

telinga. Telur tuma dapat dilihat dengan mata telanjang sebagai benda yang

terbentuk oval, mengkilap dan berwarna perak yang sulit dilepas dari rambut.

Gigitan serangga ini menyebabkan rasa gatal yang hebat dan garukan yang

dilakukan untuk menghilangkan gatal sering menimbulkan infeksi bakteri

sekunder seperti impetigo serta furunkulosis. Infestasi tuma lebih sering

ditemukan pada anak-anak dan orang dengan rambut yang panjang. Tuma dapat

ditularkan lansung lewat kontak fisik atau tidak langsung lewat sisir, sikat rambut,

wig, topi dan perangkat tempat tidur ( bantal, seprei dll) yang terenfiksi oleh tuma.

b) Pedikulosis Korporis

Pedikulosis Korporis merupakan infestasi kutu pediculus humanus corporis pada

badan. Keadaan ini menghinggapi orang yang jarang mandi atau yang hidup

dalam lingkungan yang rapat serta tidak pernah mengganti bajunya.

Daerah kulit yang terutama terkena adalah bagian yang paling terkena pakaian

dalam ( yaitu , leher, badan dan paha ). Kutu badan terutama hidup dalam pelipit

pakaian dan di temapt ini, kutu merekat erat sementara menusuk kulit penderita

dengan probosisnya. Gigitan kutu menyebabkan titik-titk pendarahan yang kecil

dan khas. Ekskoriasi yang menyebar luas dapat terlihat sebagai akibat dari rasa

gatal dan perbuatan menggaruk yang intensif, khususnya pada badan serta leher.

Di antara lesi sekunder yang ditimbulkan terdapat guratan linier garukan yang

paralel dan ekzema dengan derajat ringan. Pada kasus menahun, kulit pasien

menjadi tebal, kering dan bersisik dengan daerah-daerah yang berpigmen serta

berwarna gelap.

10

Page 11: Bab 1

c) Pedikulosis Pubis

Pedikolisis pubis, yang merupakan infestasi oleh phthirus pubis( crab louser; kutu

kemaluan ) sangat sering dijumpai. Infestasi parasit ini umumnya terjadi di daerah

genital dan terutama ditularkan lewat hubungan seks.

“debu” berwarna cokelat kemerahan (ekskresi kutu) dapat ditemukan pada

pakaian dalam. Kutu kemaluan dapat menginfestasi rambut dada, aksila, janggut

dan bulu mata. Makula yang berwarna kelabu-biru kadang-kadang dapat terlihat

pada badan, paha dan aksila sebagai akibat dari reaksi saliva serangga tersebut

dengan bilirubin ( yang mengubahnya menjadi biliverdin ) atau ekskresi yang

dihasilkan oleh kelenjar liur kutu.

Lipatan pubis harus diperiksa dengan kaca pembesar untuk mendeteksi

keberadaan phthirus pubis yang merayap disepanjang batang rambut atau

keberadaan telur kutu tersebut yang menempel erat dengan rambut atau tempat

pertemuan antara rambut dan kulit. Rasa gatal merupakan gejala yang paling

sering ditemukan, khususnya di malam hari, infestasi oleh kutu kemaluan dapat

dijumpai bersama dengan penyakit menular kelamin (gonore, kandidiasis, sifilis).

2.1.9 Pencegahan

Penyakit ini pada dasarnya dapat dicegah melalui pola hidup yang bersih.

Misalnya dengan pemberantasan kutu yang berada dilingkungan sekitar. Benda-benda

yang terpapar dengan penderita (misalnya, kasur, bantal, linen, handuk, mainan, topi)

seharusnya dicuci bila memungkinkan kemudian dikeringkan. Air yang digunakan

adalah air panas dengan suhu lebih dari 50-55°C selama paling kurang 5 menit.

Membersihkan lingkungan tempat tinggal akan membantu mengurangi

kesempatan untuk terpapar kembali dengan kutu kepala. Periksalah setiap orang yang

berada didalam lingkungan rumah tangga pada saat bersamaan, sebelum

membersihkan lingkungan tersebut.

Bersihkan semua lantai dengan alat penghisap debu, permadani, bantal, karpet,

dan semua pelapis meubel yang ada. Semua sisir dan sikat rambut yang digunakan

oleh penderita kutu kepala harus di rendam dalam air dengan suhu diatas 130°F

(540C), alkohol atau pedikulosid selama 1 jam.

11

Page 12: Bab 1

Penjelasan kepada anak-anak terutama tentang cara mencegah penularan melalui

penggunaan topi, sisir, dan bandana bersama juga dapat dipertimbangkan.

Menyediakan tempat penyimpanan barang-barang milik anak secara terpisah di dalam

ruang kelas juga dapat mencegah penyebaran kutu ini.

2.2 Laporan Pendahuluan Skabies

2.2.1 Pengertian

Scabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit kulit yang

disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei var.hominis dan

produknya ( Mansjoer, 2000 : 110).

Faktor penunjang penyakit ini antara lain social ekonomi rendah, hygiene buruk,

sering berganti pasangan seksual, kesalahan diagnosis, perkembangan demografis

serta ekologik.

Penyakit scabies merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes

skabei, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau

terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 sentimeter.

Skabi adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi

(kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. huminis dan produknya.

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah

menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya.

Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei.

Skabies merupakan infeksi kulit oleh kutu Sarcoptes scabies yang menimbulkan

gatal-gatal.Penyakit ini dapat ditemukan pada orang-orang yang miskin yang hidup

ditengah kondisi hygene yang dibawah standar, meskipun sering juga ditemukan pada

orang-orang yang sangat bersih. Skabies sering dijumpai pada orang-orang yang

seksual aktif. Namun demikian, investasi parasit ini tidak bergantung pada aktivitas

seksual karena kutu tersebut sering menjangkiti jari-jaritangan, dan sentuhan tangan

dapat menimbulkan infeksi. Pada anak-anak, tinggal semalaman dengan teman yang

terinfeksi atau saling berganti pakaian dengannya dapat menjadikan sumber infeksi.

12

Page 13: Bab 1

Petugas kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama denganpasien scabies dapat

pula terinfeksi.

2.2.2 Etiologi

bScabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara morfologik

sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval punggungnya cembung dan

bagian perutnya rata berwarna putih kotor dan tidak memiliki mata.

Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum corneum dan lucidum

membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam terowongan inilah Sarcoptes

betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni

sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang

memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal.

Sarcoptes scabieii termasuk filum Arthopoda,kelas AArraacchhnniiddaa,, ordo

Ackarina,, superfamili Sarrcopte. Pada manusia disebut sarcoptes scabiei var. Secara

morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan

bagian perutnya rata.

Tungau ini transiet, berwarna putih kotor dan tidak bermata. Ukuran yang betina

berkisar antara 330-450 mikro x 250-350 mikro, sedangkan yang jantan lebih kecil

yaitu 220-240 mikro x 150-220 mikro.

Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki didepan sebagai alat

untuk melekat dan kaki yang 2 pada betina berakhir dengan rambut. Sedangkan pada

jantan pasang kaki ketiga berakhir dengan rambut dan ke 4 berakhir dengan alat

perekat.

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang

terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam

terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali

terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan

sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50.

Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan

menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang

kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3

13

Page 14: Bab 1

hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4

pasang kaki.

Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan

waktu antara 8-12 hari.Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian

larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva

berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati

setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi.

Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang

7-14 hari.Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan

kulit pada orang dewasa.Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh

badan dapat terserang penyakit skabies ini.

2.2.3 Patofisiologi

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga

oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan

sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan

tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret

tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi.Pada saat itu

kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan

urtika.Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi

sekunder.Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

2.2.4 Manisfestasi Klinis

a) Gatal-gatal yang hebat akibat reaksi imunologi tipe lambat terhadap kutu atau

butiran fesesnya.

b) Terbentuk terowongan bisa berupa lesi yang multiple, lurus atau bergelombang,

berwarna coklat atau hitam dan menyerupai benang, yang terlihat terutama

diantara jari-jari tangan serta pada pergelangan tangan.

c) Gatal-gatal pada malam hari ( gejala klasik) yang disebabkan karena peningkatan

kehangatan kulit yang menimbulkan efek stimulasi terhadap parasit tersebut.

d) Lesi sekunder sering di jumpai dan mencakup vesikel, papula, ekskoriasi serta

kusta.

14

Page 15: Bab 1

e) Superinfeksi bakteri terjadi akibat ekskoriasi yang tetap dari terowongan dan

papula.

f) Lokasi yang sering adalah permukaan ekstensor siku, lutut, pinggir kaki, ujung-

ujung sendi siku, daerah sekitar putting susu, lipatan aksila, di bawah payudara

yang menggantung, dan pada atau di dekat lipatan paha atau gluteus, penis atau

skrotum.

g) Erupsi yang berwarna merah dan gatal biasanya terdapat pada daerah-daerah kulit

di sekitarnya.

h) Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi

pada suhu yang lembab dan panas.

i) Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna

putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang

1cm, pada uung menjadi pimorfi (pustu, ekskoriosi).

Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum komeum tpis, yaitu sela-sela

jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian

depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan

perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan

telapak kaki bahkan seluruh permukaan ulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat

timbul pada kulit kepala dan wajah.

j) Pada pasien yang selalu menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga

diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jia penyakit berlangsung lama, dapat

timbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulsis.

Keluhan utama pada penderita scabies adalah :

a) Rasa gatal terutama pada malam hari.

b) Tonjolan kulit (lesi) berwarna putih keabu-abuan sepanjang sekitar 1 cm.

c) Kadang disertai nanah karena infeksi kuman akibat garukan.

2.2.5 Penatalaksanaan

a) Farmakologi

Pengobatan penyakit ini menggunakan obat-obatan berbentuk krim atau salep

yang dioleskan pada bagian kulit yang terinfeksi. Banyak sekali obat-obatan yang

tersedia di pasaran. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain :tidak

15

Page 16: Bab 1

berbau, efektif terhadap semua stadium kutu (telur, larva maupun kutu dewasa), tidak

menimbulkan iritasi kulit, juga mudah diperoleh dan murah harganya.

a) Sistemik

a. Antihistamin klasik sedatif ringan untuk mengurangi gatal,misalnya

klorfeniramin maleat 0.34 mg/kg BB 3 x sehari.

b. Antibiotik bila ditemukan infeksi sekunder misalnya ampisilin,

amoksisilin,eritromisin.

b) Topikal

a. Salep, biasanya dalam bentuk salep atau krim.Kekurangannya, obat ini

menimbulkan bau tak sedap (belerang), mengotoripakaian, tidak efektif

membunuh stadium telur, dan penggunaannya haruslebih dari 3 hari berturut-

turut.

b. Belerang endap ( sulfur presipitatum) 4- 20 % dalam bentuk salep atau krim

c. Emulsi benzyl – benzoate 20 – 25 % efektif terhadap semua stadium,

diberikan setiap malam selama 3 kali.

d. Gama benzene heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau losio,

termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah

digunakan dan jarang member iritasi.

e. Krotamiton 10% dalam krim atau losio mempunyai dua efek, sebagai

antiskabies dan anti gatal.

f. Krim permetrin 5 % merupakan obat yang paling efektif dan aman karena

sangat mematikan untuk parasit sarcopta scabiei dan memiliki toksisitas

rendah pada manusia.

Setelah pengobatan skabies benar-benar tuntas, rasa gatal masih dapat berlangsung

sampai sekitar 4 minggu lamanya. Pasien dapat diberikan steroid topikal/ sistemik atau

pun antihistamin untuk mengatasinya.

b) Non Farmakologi

Selain menggunakan obat-obatan, yang tidak kalah penting untuk diperhatikan

adalah upaya peningkatan kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini dapatdilakukan

dengan cara :

16

Page 17: Bab 1

a. Mencuci bersih atau merebus dengan air panas handuk, seprai maupun baju

penderita skabies (yang dipakai dalam 5 hari terakhir), kemudian

menjemurnya hingga kering. Menghilangkan faktor predisposisi, antara lain

dengan penyuluhan mengenai higiene perorangan dan lingkungan.

b. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.

c. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk

memutuskan rantai penularan. Hewan peliharaan tidak perlu diobati karena

kutu skabies tidak hidup disana.

Yang terpenting dalam pengobatan scabies, adalah seluruh orang yang tinggal

ditempat yang sama dengan penderita juga harus diobati. Semua pakaian, handuk,

bantal, kasur harus dijemur dibawah sinar matahari. Tujuannya agar tungau mati

karena sinar matahari. Pakaian dicuci dengan menggunakan cairan karbol. Dan

bila semua telah dilakukan, terpenting adalah mengubah cara hidup sehari-hari

dengan tidak saling meminjamkan pakaian dan barang pribadi lainnya ke orang

lain.

2.2.6 Klasifikasi

a) Scabies pada orang bersih, yaitu ditandai dengan lesi berupa papul dan

terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga jarang dijumpai.

b) Scabies nodular, yaitu lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang gatal. Nodus

biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genetalia laki-laki. Nodus ini

timbul sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap tungau scabies.

c) Scabies yang ditularkan melalui hewan,yaitu sumber utamanya adalah anjing,

kelainan ini berbeda dengan scabies manusia karena tidak terdapat terowongan,

tidak menyerang sela jari dan genetalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada

daerah dimana orang sering kontak dengan binatang kesayangannya. Kelainan ini

hanya bersifat sementara karena kutu binatang tidak dapat melanjutkan siklus

hidupnya pada manusia.

d) Scabies pada bayi dan anak, yaitu lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh

tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan dan kaki, dan sering terjadi

infeksi sekunder impetigo sehingga terowomgan jarang ditemukan.

17

Page 18: Bab 1

e) Scabies terbaring ditempat tidur, yaitu kelainan yang sering menyerang penderita

penyakit kronis dan pada orang yang lanjut usia yang terpaksa harus tinggal

ditempat tidur terus. Sehingga orang itu dapat menderita scabies dengan lesi yang

terbatas.

f) Scabies Norwegia atau scabies krustosa, ini ditandai oleh lesi yang luas dengan

krusta,skuama generaisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predleksi

biasanya kulit kepala yang berambut, telinga, bokong,siku, lutut, telapak tangan

dan kaki yang disertai distrofi kuku, namun rasa gatal tidak terlalu menonjol tetapi

sangat menular karena jumlah tungau yang menginfeksi sangat banyak (ribuan).

2.2.7 Komplikasi

Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul

dermatitis akibat garukan.Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis,

limfangitis, dan furunkel.Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang

scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal.Dermatitis iritan dapat timbul

karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal

ataupun pemakaian yang terlalu sering.

a) Urtikaria

Urtikaria adalah reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi pada kulit yang berbatas

tegas dan menimbul (bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai

rasa gatal.Urtikaria dapat berlangsung secara akut, kronik, atau berulang. Urtikaria

akut umumnya berlangsung 20 menit sampai 3 jam, menghilang dan mungkin

muncul di bagian kulit lain.

b) Infeksi sekunder

c) Folikulitis

Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut (folikel). Pada kulit yang

terkena akan timbul ruam, kemerahan dan rasa gatal. Di sekitar folikel rambut

tampak beruntus-beruntus kecil berisi cairan yang bisa pecah lalu mengering dan

membentuk keropeng.

d) Furunkel

Furunkel (bisul) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan

jaringan subkutaneus di sekitarnya.Paling sering ditemukan di daerah leher,

18

Page 19: Bab 1

payudara, wajah dan bokong.Akan terasa sangat nyeri jika timbul di sekitar hidung

atau telinga atau pada jari-jari tangan.Furunkel berawal sebagai benjolan keras

bewarna merah yang mengandung nanah. Lalu benjolan ini akan berfluktasi dan

ditengahnya menjadi putih atau kuning (membentuk pustula). Bisul bisa pecah

spontan atau mengeluarkan nanahnya, kadang mengandung sedikit darah.

e) Infiltrate

f) Eksema infantum

Eksema atau Dermatitis atopik atau peradangan kronik kulit yang kering dan gatal

yang umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak. Eksema dapat menyebabkan

gatal yang tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur.

2.2.8 Pemeriksaan Fisik

Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit, termasuk membrane mukosa, kulit

kepala dan kuku. Prosedur Utama :

Inspeksi dan palpasi

a) Memerlukan ruangan yang terang dan hangat

b) Penlight dapat digunakan untuk menyinari lesi

c) Pasien dapat melepaskan seluruh pakaianya dan diselimuti dengan benar

d) Sarung tangan harus selalu dipakai ketika melakukan pemeriksaan kulit

Tampilan umum yang dikaji :

a) Warna

b) Suhu

c) Kelembaban

d) Kekeringan

e) Tekstur kulit (kasar atau halus)

f) Lesi

g) Vaskularitas

h) Mobilitas

i) Kondisi kuku dan rambut

j) Turgor kulit

k) Edema

l) Elastisitas kulit

19

Page 20: Bab 1

2.2.9 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopis positif adanya kutu, telur, nimfa

atau skibala (butiran feses) scabies.

Cara menemukan tungau :

a) Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau

vesiel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan

aca penutup dan lhat dengan mikroskop cahaya.

b) Dengan cara menyikat dengan siat dan ditampung diatas selembar kertas putih

dan dilihat dengan kaca pembesar.

c) Dengan membuat bipsi irisan, caranya ; jepit lesidengan 2 jari. kemudian buat

irisa tipis dengan pisau dan periksa dengan miroskop cahaya.

d) Dengan biopsy eksisional dan diperiska dengan pewarnaan HE.

2.3 Asuhan Keperawatan Pedikulosis dan Scabies

2.3.1 Pengkajian

a) Identitas klien

Indentitas terdiri dari nama, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, status, alamat,

tanggal masuk, tanggal pengkajian, no bed, nama ruangan dan diagnosa medis.

b) Riwayat Kesehatan

Keluhan saat didata

Klien merasakan gatal, ketidaknyaman pada kulit, tidak bisa tidur akibat gatal

yang dirasakan. Kulit klien tampak kemerahan, terdapat ulkus dan erosi.

Riwayat kesehatan masa lalu

Tidak menjaga kebersihan badan, rambut dan pubis (personal hiygine yang buruk)

c) Data social

Hubungan klien dengan keluarga dan perawat baik tetapi hubungan dengan

masyarakat kurang baik karena klien merasa malu akibat penyakit yang diderita.

d) Data biologis

Nutrisi

Penderita tidak nafsu makan akibat penyakit yang diderita

Istirahat tidur

20

Page 21: Bab 1

Penderita kurang tidur akibat rasa gatal yang diderita

Eliminasi

Pola eliminasi teratur

Personal hygnies

Personal hygnies klien buruk

Pola aktifitas

Aktivitas terhambat akibat penyakit yang diderita

e) Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum: keadaan umum klien lemah

Kesadaran : composmetis

Kulit: Pada klien dengan skabies, terdapat terowongan dan di ujungnya ada

papul dan vesikel pada daerah-daerah tertentu.

Turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa dan kulit kering, kulit terasa

kasar.

Kulit kepala :Pada klien Pedicolosis ditemukan telur-telur dirambut pada

oksiput terdapat kurang dari 10 ekor kutu dewasa dan ditemukan impetigo

sekunder dan furunkulosis.

Badan: Pada penderita pedicolosis terlihat bekas garukan sejajar, perubahan-

perubahan urtikaria, papula erithematosa yang awet, lesi tampak jelas

Pubis : Pada penderita pedicolosis rambut pubis didapatkan phthirus pubis dan

ditemukan noktah-noktah hitam kecil yang merupakan titik-titik darah dan

terdapat dalam jumlah banyak.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada klien skabies dan pediculus yaitu :

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi.

b) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya erosi

c) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer yang tidak baik

d) Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritas/gata

e) Gangguan body image berhubungan dengan perubahan dalam penampilan

sekunder

f) Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.

21

Page 22: Bab 1

2.3.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Rencana Intervensi Rasional

1

2

Nyeri akut

berhubungan

dengan agen

cedera biologi.

Kerusakan

integritas kulit

berhubungan

dengan adanya

erosi

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama ..x… jam

dengan kriteria

hasil:

a. Nyeri yang

dirasakan

klien dapat

segera

teratasi.

Tidak terjadinya

gangguan

integritas kulit

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama ..x… jam

dengan kriteria

hasil:

-  a. Integritas kulit

membaik ditandai

1. Observasi intensitas

nyeri, karakteristik

dan catat lokasinya.\

2. Berikan perawatan

kulit sesering

mungkin.

3. Kolaborasi dengan

dokter pemberi

analgesic.

1) Anjurkan kepada klien

untuk berhenti

menggaruk.

2) Jaga agar kuku selalu

terpangkas.

3) Kolaborasi pemberian

obat topical

1. Mengetahui

dimana letak nyeri

yang dirasakan

klien dan seberapa

besar tingkat nyeri

yang dirasakannya.

2. Agar tidak terjadi

lesi atau luka pada

daerah kulit yang

di serang oleh

kuman.

3. Membantu

mengurangi rasa

nyeri yang

dirasakan oleh

klien.

1) Menggaruk bisa

menyebabkan erosi

pada kulit.

2) Pemotongan kuku

akan mengurangi

kerusakan kulit

karena garukan.

3) Menghilangkan

erosi pada kulit

22

Page 23: Bab 1

3 Resiko infeksi

berhubungan

dengan

tidakadekuatnya

pertahanan primer

dengan tidak

tampak terjadinya

erosi

Mengindentifikasi

intervensi untuk

mencegah atau

menurunkan

resiko infeksi

setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama ..x.. jam

dengan kriteria

hasil:

a . Tidak terjadi

infeksi dengan

tidak adanya

tanda-tanda

infeksi

-  1. Observasi tanda-tanda

infeksi dan peradangan

-   2. Lakukan pemakaian

kompres basah seperti

yang diprogramkan

untuk mengurangi

intensitas inflamasi

-     3.Kolaborasi pemberian

antibiotik

1. Demam dapat

terjadi karena

adanya infeksi

-    2. Kompres basah

akan menghasilkan

pendinginan lewat

pengisapan yang

menimbulkan

vasokonstriksi

pembuluh darah

kulit dengan

demikian akan

mengurangi

eritema serta

produk serum

-   3.Pencegahan

terjadinya infeksi

4. Gangguan pola

tidur berhubungan

dengan gatal yang

Dirasakan

Kebutuhan

istirahati tidur

dapat terpenuhi

setelah dilakukan

tindakan ..x.. jam

dengan kreteria

hasil:

-  a. Klien mencapai

tidur yang

1. Lakukan pengkajian

masalah gangguan

tidur klien,

krakteristik, penyebab

gangguan tidur.

2. Siapkan tempat tidur,

batal dan selimut

yang nyaman dan

1. Memberikan

informasi dasar

dalam

menentukan

intervensi

keperawatan

2. Meningkatkan

kenyamanan saat

tidur

23

Page 24: Bab 1

nyenyak bersih

3. Hindari minuman

yang mengandung

kafein menjelang

tidur

4. Kolaborasi pemberian

obat antihistamin

3. Kafein

menghilangkan

rasa ngantuk .

4. Mengurangi rasa

gatal

5. Gangguan body

image

berhubungan

dengan perubahan

penampilan

sekunder

Tidak terjadi

gangguan citra

tubuh

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama ..x.. jam

dengan kreteria

hasil:

a. klien dapat

menerima

keadaan dirinya

b. klien tidak

malu

bersosialisasi

dengan orang lain

1. Observasi psikososial

perkembangan klien

2. Berikan kesempatan

kepada klien untuk

mengungkapkan

tentang perubahan

citra tubuh

3. Dukung upaya klien

untuk memperbaiki

citra diri.

4. Beri nasehat kepada

klien mengenai cara-

cara perawatan

kosmetik untuk

menyembuyikan

kondisi kulit yang

abnormal, mendorong

sosialisai dengan

orang lain, dan bantu

1. Terdapat hubungan

antara psikososial

perkembangan,

citra diri, reaksi,

serta pemahaman

klien terhadap

kondisi kulitnya

2. Pasien

memerlukan

pengalaman

didengarkan dan

dipahami

3. Meningkatkan

penerimaan klien

terhadap dirinya.

4. Pendekatan dan

sasaran yang

positif sering kali

membantu klien

dalam peningkatan

penerimaan diri

dan sosialisasi

24

Page 25: Bab 1

6. Kecemasan

berhubungan

dengan kurangnya

pengetahuan

tentang penyakit.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama ..x.. jam

dengan kreteria

hasil:

a. cemas

berkurang karena

meningkatnya

pengetahuan

tentang penyakit.

pasien kearah

penerimaan diri

1. Observasi rasa cemas

pasien.

2. Berikan kesempatan

kepada pasien untuk

mengungkapkan rasa

cemasnya.

3. Berikan penjelasan

kepada pasien

mengenai :

a) Kondisi

penyakitnya

b) Program perawatan

dan pengobatan

yang akan

dilakukan

c) Hubungan istirahat

dengan kondisi

penyakitnya.

1. Pasien tenang.

2. Pasien kooperatif

dengan program

perawatan dan

pengobatan.

3. Pengetahuan

pasien meningkat

tentang penyakit,

tanda-tanda,

kondisi yang

dialami, serta

kemungkinan

yang akan terjadi.

2.3.3 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosa 1:  Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi.

a) Mengobservasi intensitas nyeri, karakteristik dan catat lokasinya.

b) Memberikan perawatan kulit sesering mungkin.

c) Mengkolaborasi dengan dokter pemberi analgesic

Diagnosa 2 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya erosi

a) Menganjurkan kepada klien untuk berhenti menggaruk

b) Menjaga agar kuku selalu terpangkas

c) Mengkolaborasikan pemberian obat topical

25

Page 26: Bab 1

Diagnose 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan tidakadekuatnya pertahanan primer

a) Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan peradangan

b) Melakukan pemakaian kompres basah seperti yang diprogramkan untuk

mengurangi intensitas inflamasi

c) Mengkolaborasi pemberian antibiotic

Diagnosa 4 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal yang dirasakan

a) Melakukan pengkajian masalah gangguan tidur klien, krakteristik, penyebab

gangguan tidur.

b) Menyiapkan tempat tidur, batal dan selimut yang nyaman dan bersih

c) Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur

d) Mengkolaborasi pemberian obat antihistamin

Diagnosa 5 : Gangguan body image berhubungan dengan perubahan dalam

penampilan sekunder Mengobservasi psikososial perkembangan klien.

a) Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan tentang perubahan

citra tubuh

b) Mendukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri

c) Memberikan nasehat kepada klien mengenai cara-cara perawatan kosmetik untuk

menyembuyikan kondisi kulit yang abnormal, mendorong sosialisai dengan orang

lain, dan bantu pasien kearah penerimaan diri

Diagnosa 6 : Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakit.

a) Mengobservasi rasa cemas pasien.

b) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.

c) Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai :

d) Kondisi penyakitnya

e) Program perawatan dan pengobatan yang akan dilakukan

f) Hubungan istirahat dengan kondisi penyakitnya.

2.3.5 Evaluasi Keperawatan

26

Page 27: Bab 1

Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses keperawatan dimana pada tahap ini

perawat mempertimbangkan efektif tidaknya tindakan yang dilakukan sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan.

Evaluasi yang dapat dilakukan pada implamentasi keperawatan diatas yaitu

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi.

Rasa nyeri dapat segera teratasi.

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya erosi

Integritas kulit klien membaik, tidak terdapat ulkus dan erosi

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer.

Tidak terdapat tanda-tanda infeksi

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal yang dirasakan

Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi, klien dapat tidur dengan nyenyak dan rasa gatal

berkurang atau hilang.

5. Gangguan body image yang berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder

Klien dapat menerima keadaan diri dan tidak malu untuk bersosialisasi kepada

orang lain.

6. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit

Pengetahuan tentang penyakit meningkat sehingga cemas berkurang

27

Page 28: Bab 1

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pedikulosis adalah penyakit kulit menular akibat infestasi pedikulus (tuma), sejenis kutu

yang hidup dari darah manusia, pada rambut kepala & kemaluan atau baju. Kutu tersebut

akan memberi keluhan gatal akibat gigitannya. Kutu hampir tak dapat dilihat, merupakan

serangga tak bersayap yang mudah menular dari orang ke orang melalui kontak badan dan

karena pemakaian bersama baju atau barang lainnya.

Skabies adalah penyakit kulit yang mudah menular. Orang jawa sering menyebutnya

gudig. Penyebabnya adalah Sarcoptes scabei. Cara penularan penyakit ini adalah melalui

kontak langsung dengan penderita atau tidak langsung melalui alat-alat yang dipakai

penderita, misal : baju, handuk, dll.Gejala klinis yang sering menyertai penderita adalah :

Gatal yang hebat terutama pada malam hari sebelum tidur, Adanya tanda : papula (bintil),

pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan), bekas-bekas lesi yang berwarna hitam,

Dengan bantuan loup (kaca pembesar), bisa dilihat adanya kunikulus atau lorong di atas

papula (vesikel atau plenthing/pustula).

3.2 Saran

Saran yang ingin disampaikan bagi pembaca adalah jika sudah mengetahui gejala dan

tanda dari Pedikulosis dan Scabies ini sebaiknya cepat lakukan tindakan segera seperti pergi

ke rumah sakit dan melakukan pengobatan karena bila terlambat penyakit ini bisa lebih

parah.

Untuk penulis, saran yang ingin disampaikan adalah, lakukan penulisan dengan objektif

dan gunakan berbagai macam referensi yang ada agar tulisan benar-benar terbukti

validitasnya.

28

Page 29: Bab 1

DAFTAR PUSTAKA

file:///E:/pediklosis%20dan%20skabies/pedikulodis-dan-skabies.htmlfile:///E:/pediklosis%20dan%20skabies/askep-pedikulosis-dan-scabies.html

file:///E:/pediklosis%20dan%20skabies/asuhan-keperawatan-pedikulosis.html

29