Bab 1
Transcript of Bab 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pedikulosis adalah penyakit kulit menular akibat infestasi pedikulus (tuma), sejenis kutu
yang hidup dari darah manusia, pada rambut kepala & kemaluan atau baju. Kutu tersebut
akan memberi keluhan gatal akibat gigitannya. Kutu hampir tak dapat dilihat, merupakan
serangga tak bersayap yang mudah menular dari orang ke orang melalui kontak badan dan
karena pemakaian bersama baju atau barang lainnya.
Skabies adalah penyakit kulit yang mudah menular. Orang jawa sering menyebutnya
gudig. Penyebabnya adalah Sarcoptes scabei. Cara penularan penyakit ini adalah melalui
kontak langsung dengan penderita atau tidak langsung melalui alat-alat yang dipakai
penderita, misal : baju, handuk, dll.Gejala klinis yang sering menyertai penderita adalah :
Gatal yang hebat terutama pada malam hari sebelum tidur, Adanya tanda : papula (bintil),
pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan), bekas-bekas lesi yang berwarna hitam,
Dengan bantuan loup (kaca pembesar), bisa dilihat adanya kunikulus atau lorong di atas
papula (vesikel atau plenthing/pustula).
Predileksi atau lokasi tersering adalah pada sela-sela jari tangan, bagian fleksor
pergelangan tangan, siku bagian dalam, lipat ketiak bagian depan, perut bagian bawah,
pantat, paha bagian dalam, daerah mammae/payudara, genital, dan pinggang. Pada pria khas
ditemukan pada penis sedangkan pada wanita di aerola mammae. Pada bayi bisa dijumpai
pada daerah kepala, muka, leher, kaki dan telapaknya. Pemariksaan adanya skabies atau
Sarcoptes scabei dengan cara.Melihat adanya burrow dengan kaca pembesar Papula, vesikel
yang dicurigai diolesi pewarna (tinta) kemudian dicuci dengan pelarutnya sehingga terlihat
alur berisi tinta Melihat adanya sarcoptes dengan cara mikroskopis, yaitu : Atap vesikelnya
diambil lalu diletakkan di atas gelas obyek terus ditetesi KOH 30%, ditutup dengan gelas
penutup dan diamati dengan mikroskop. Papula dikorek dengan skalpel pada ujungnya
kemudian diletakkan pada gelas obyek lalu ditutup dan diamati dengan mikroskop.
Meski sekarang sudah sangat jarang dan sulit ditemukan laporan terbaru tentang kasus
skabies diberbagai media di Indonesia (terlepas dari faktor penyebabnya), namun tak dapat
dipungkiri bahwa penyakit kulit ini masih merupakan salah satu penyakit yang sangat
1
mengganggu aktivitas hidup dan kerja sehari-hari. Di berbagai belahan dunia, laporan kasus
skabies masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status
ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang
baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari,
secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama
tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang
hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan
efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup
masyarakat.
Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas seluruh Indonesia
pada tahun 1986 adalah 4,6 % - 12,95 % dan scabies menduduki urutan ketiga dari 12
penyakit kulit tersering. Di bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988,
dijumpai 704 kasus skabies yang merupakan 5,77 % dari seluruh kasus baru. Pada tahun
1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6 % dan 3,9 %.
1.2 Rumusan Masalah
Di dalam makalah ini kami akan membahas tentang beberapa materi yang ada
dalam Laporan Pendahuluan dan asuhan keperawatan apendiksitis, yaitu :
1.2.1 Pengertian pedikulosis dan scabies
1.2.2 Epidemiologi Pedikulosis dan scabies
1.2.3 Etiologi Pedikulosis dan Scabies
1.2.4 Patofisiologi Pedikulosis dan Scabies
1.2.5 Manisfestasi Klinis
1.2.6 Pemeriksaan Penunjang
1.2.7 Penatalaksaan.
1.2.8 Komplikasi.
1.2.9 Asuhan Keperawatan Pedikulosis dan Scabies
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum.
2
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah mengetahui dan mengerti
tentang konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada pedikulosis dan scabies
1.3.2 Tujuan Khusus.
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mampu menguasai konsep teori penyakit Pedikulosis dan Scabies.
2. Mampu mengidentifikasi data-data yang perlu dikaji pada klien dengan
Pedikulosis dan Scabies.
3. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan
Pedikulosis dan Scabies.
4. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan klien dengan Pedikulosis dan
Scabies.
5. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Pedikulosis dan
Scabies.
6. Mampu melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan Pedikulosis dan
Scabies.
7. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan Pedikulosis dan
Scabies.
1.4 Manfaat penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan para
mahasiswa keperawatan, khususnya keluarga besar STIKES EKA HARAP agar dapat lebih
mengetahui dan memahami tentang gangguan sistem pencernaan dan asuhan keperawatan
tentang Pedikulosis dan Scabies.
1.5 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan study kepustakaan. Study kepustakaan
adalah metode dengan cara membaca dan mengumpulkan data-data dari buku.
3
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Laporan Pendahuluan Pedikulosis
2.1.1 Pengertian
Pedikulosis ialah infeksi kulit atau rambut pada manusia yang disebabkan oleh
pedikulus (termasuk family pediculidae), selain menyerang manusia, penyakit ini juga
menyerang binatang, oleh karena itu dibedakan pediculus humanus dengan pediculus
animalis. Pediculus ini merupakan parasit obligat artinya harus menghisap darah
manusia untuk dapat mempertahankan hidup.
a) Infeksi kutu yang mengenai kepala, badan, dan pubis (mengenai daerah-darah
yang berambut).
b) Infeksi kulit atau rambut pada manusia yang disebabkan parasit obligat pediculus
humanis.
Pedikulosis adalah penyakit kulit menular akibat infestasi pedikulus (tuma),
sejenis kutu yang hidup dari darah manusia, pada rambut kepala & kemaluan atau
baju. Kutu tersebut akan memberi keluhan gatal akibat gigitannya. Kutu hampir tak
dapat dilihat, merupakan serangga tak bersayap yang mudah menular dari orang ke
orang melalui kontak badan dan karena pemakaian bersama baju atau barang lainnya.
Infestasi Kutu (Pedikulosis) adalah serbuan kutu yang menyebabkan rasa gatal
hebat dan bisa menyerang hampir setiap kulit tubuh. Infeksi kulit/rambut pada
manusia yang disebabkan oleh Pediculosis (dari family Pediculidae) dan yang
menyerang manusia adalah Pediculus humanus yang bersifat parasit obligat (di dasar
rambut) yang artinya harus menghisap darah manusia untuk mempertahankan hidup.
Pedikulosis juga sangat mudah untuk menular dan dapat menularkan tifus endemik
dan gatal kambuhan.
Peduculosis adalah gangguan pada tubuh yang disebabkan oleh infeksi pedikulus
(kutu/tuma), Ada dua jenis pedikulus yang sering ditemukan yaitu Pedikulus humanus
kapitis (kutu rambu di badan) dan Pedikulus Humanus kapitis (kutu rambu kepala).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Pedikulosis adalah
gangguan pada tubuh yang disebabkan oleh serbuan kutu yang berakibat rasa gatal
berlebihan sehingga terjadi infeksi.
4
Pedikulosis adalah penyakit kulit menular akibat infestasi pedikulus (tuma),
sejenis kutu yang hidup dari darah manusia, pada rambut kepala & kemaluan atau
baju. Kutu tersebut akan memberi keluhan gatal akibat gigitannya. Kutu hampir tak
dapat dilihat, merupakan serangga tak bersayap yang mudah menular dari orang ke
orang melalui kontak badan dan karena pemakaian bersama baju atau barang lainnya.
2.1.2 Epidemiologi
Penyakit ini lebih menyerang anak-anak dan cepat meluas di lingkungan yang
padat seperti asrama dan panti asuhan. Ditambah lagi jika kondisi hygiene tidak baik
(misalnya jarang membersihkan rambut). Cara penularannya melalui perattara,
misalnya sisir, kasur, topi, dan bantal yang digunakan bersama-sama. Lebih banyak
terjadi di kaum perempuan. Infestasi kutu kepala kadang menyebar ke alis, bulu mata
dan janggut.
Penularan kutu badan tidak semudah penularan kutu rambut. Kutu badan biasanya
menyerang orang-orang yang tingkat kebersihan badannya buruk dan orang-orang
yang tinggal di pemukiman yang padat. Kutu badan bisa membawa penyakit tifus,
demam parit dan demam kambuhan.
Kutu kemaluan menyerang daerah kemaluan, ditularkan pada saat melakukan
hubungan seksual.
Skabies ditemukan disemua Negara dengan prevalensi yang bervariasi. Di
beberapa negara yang sedang berkembang scabies sekitar 6-27% populasi umum dan
cenderung tinggi pada anak-anak dan remaja.
Ada dugaan ditemukan setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi scabies. Banyak
faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini antara lain social ekonomi yang
rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual.
Scabies ditemukan di semua negara dengan yang sifatnya promiskuitas, kesalahan
diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik penyakit ini dapat
dimasukkan dalam PHS.
2.1.3 Etiologi
Penyakit pedikulosis disebabkan oleh parasit Pediculus yang biasa kita kenal
dengan kutu. Kutu hampir tak dapat dilihat, merupakan serangga tak bersayap yang
5
mudah menular dari orang ke orang melalui kontak badan dan karena pemakaian
bersama baju atau barang lainnya.
Ada beberapa kutu yang menyebabkan pedikulosis, seperti kutu kepala juga kutu
badan. Kutu kepala sangat mirip dengan kutu badan, meskipun sebenarnya merupakan
spesies yang berlainan. Kutu kemaluan memiliki badan yang lebih lebar dan lebih
pendek dibandingkan kutu kepala dan kutu badan.
Kutu ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan menjadi
kemerahan jika telah menghisap darah. Betina mempunyai ukuran yang lebih besar
(panjang 1,2-3,2 mm lebar lebih kurang setengah panjangnya) daripada yang jantan
(sekaligus jumlahnya lebih sedikit). Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva,
nimfa, dan dewasa.
Telur (nits) diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut
(makin ke ujung terdapat telur yang lebih panjang).
2.1.4 Patofisiologi
Siklus hidup Pediculus melalui stadium telur, larva, nimfa dan dewasa. Parasit ini
bisa hidup pada tubuh atau padaislakutu kepala betina dapat hidup selama 16 hari dan
menghasilkan 50 – 150 telur. Kutu mendapatkan makanan dengan cara menghisap
darah pada kulit. Hama ini meninggalkan telurnya dipermukaan kulit dan juga
menempel pada batang rambut, baik itu di daerah kepala, badan ataupun pubis
manusia. Kutu manusia menyuntikkan getah pencernaan dan ekskreatanya ke dalam
kulit yang menimbulkan rasa gatal yang hebat.
Kutu sangat subur pada kodisi yang padat penduduknya. Kutu kepala dan kutu
kemaluan hanya ditemukan pada manusia, sedangkan kutu badan juga sering
ditemukan pada pakaian yang bersentuhan dengan kulit. Kutu kepala ditularkan
melalui kontak langsung atau melalui sisir/sikat/topi yang digunakan bersama-sama.
Infestasi kutu kepala kadang menyebar ke alis, bulu mata dan janggut. Kutu kepala
sering ditemukan pada murid-murid di satu sekolah.
Penularan kutu badan tidak semudah penularan kutu rambut. Kutu badan biasanya
menyerang orang-orang yang tingkat kebersihan badannya buruk dan orang-orang
yang tinggal di pemukiman yang padat. Kutu badan bisa membawa penyakit tifus,
6
demam parit dan demam kambuhan. Kutu kemaluan menyerang daerah kemaluan,
ditularkan pada saat melakukan hubungan seksual.
2.1.5 Manisfestasi Klinis
Gejala yang dominan yaitu rasa gatal (terutama di daerah oksipital dan temporal).
Karena ada garukan, maka terjadi erosi, ekskoriasi, dan infeksi sekunder (ada pus dan
krusta).
Bila infeksi sekunder berat, rambut akan menggumpal karena banyaknya pus dan
krusta (plikapelonika) dan disertai pembesaran kelenjar getah bening regional (oksiput
dan retroaurikular). Dalam keadaan ini menimbulkan bau busuk.
Infestasi kutu menyebabkan gatal-gatal hebat. Penggarukan seringkali
menyebabkan kulit terluka, yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi bakteri. Kadang
terjadi pembengkakan kelanjar getah bening di leher belakang akibat adanya infeksi
kulit kepala.
Anak-anak hampir tidak menyadari adanya kutu kepala atau hanya merasakan
iritasi kulit kepala yang samar-samar. Rasa gatal akibat kutu badan biasanya lebih
hebat dirasakan di bahu, bokong dan perut. Kutu kemaluan menyebabkan rasa gatal di
sekitar penis, vagina dan anus.
2.1.6 Penatalaksanaan
a) Pengobatan
Permethrin merupakan pengobatan kutu yang paling aman, paling efektif dan
paling nyaman. Lindane (tersedia dalam bentuk krim, losyen atau shampoo) juga
bisa mengatasi kutu tetapi tidak dapat diberikan kepada anak-anak karena bisa
menimbulkan komplikasi neurologis. Kadang digunakan piretrin. Ketiga obat
tersebut bisa menimbulkan iritasi. 10 hari setelah pemakaian, ketiga obat tersebut
harus dioleskan kembali untuk membunuh kutu yang baru menetas. Infestasi pada
alis atau bulu mata sulit untuk diobati, kutu biasanya diambil dengan
menggunakan tang khusus. Jeli minyak polos bisa membunuh atau melemahkan
kutu di bulu mata.
Jika sumber infestasi (sisir, topi, pakaian dan seprei) tidak dibersihkan
melalui pencucian, penguapan atau dry cleaning, maka kutu bisa bertahan hidup
dan kembali menginfeksi manusia.
7
Pengobatan dengan krim gameksan 1% yang dioleskan tipis di seluruh tubuh
dan didiamkan 24 jam, setelah itu baru pasien mandi. Jika belum sembuh bisa
diulangi 4 hari kemudian. Obat lainnya yaitu emulsi benzyl benzoate 25% dan
bubuk malathion 2%. Pakaian deiberikan panas tinggi seperti direbus atau
disetrika untuk membunuh telur dan kutu. Jika ada infeksi selunder bisa diberikan
antibiotic sistemik atau topikal.
Shampo Lidane 1%. Gamma benzene heksa klorid atau piretrin. Dosis, shampo
rambut biarkan 4-10 menit, kemudian dibilas piretrin. Pakai sampai rambut menjadi
basah, biarkan 10 menit kemudian dibilas. (Tindak lanjut periksa rambut 1 minggu
setelah pengobatan untuk telur dan kutu rambut).
Selep Lindang (BHC 10%) ; atau bedak DDT 10% atau BHC 1% dalam
pyrophylite; atau Benzaos benzylicus emulsion. Dosis, epala dapat digosok dengan
salep Lindane (BHC 1%) atau dibedaki dengan DDT 10% atau BHC 1% dalam
pyrophlite atau baik dengan penggunaan 3 – 5 gram dari campuran tersebut untuk
sekali pemakaian. Bedak itu dibiarkan selama seminggu pada rambut, lalu rambut
dicuci dan disisir untuk melepaskan telur. Emulsi dari benzyl benzoate ternyata
juga berhasil (Brown.H.W, 1983).
Cair / Peditox / Hexachlorocyclohexane 0,5%. Dosis, osokkan pada rambut dan
kepala sampai merata biarkan semalam kemudian dicuci lalu dikeringkan.
Kesadaran tentang pentingnya perawatan badan dan rambut perlu ditanamkan baik
kepada orang tua maupun para siswa sendiri. Pengobatan juga harus dilakukan jika
sudah terjangkit yang ditandai dengan rasa gatal-gatal di kepala.
b) Tindakan Keperawatan
Pada penderita Pedikulosis kapitis terapinya mencakup pengeramasan rambut
memakai sampo yang mengandung lindane (Kwell) atau senyawa piretrin dengan
piperonil butoksida ( sampo RID atau R&C ). Kepada pasien dianjurkan untuk
mengeramas kulit kepala dan rambut menurut petunjuk pemakain sampo tersebut.
Sesudah dibilas sampai bersih, rambut disisir dengan sisis bergigi halus (serit) yang
sudah dicelupkan dalam cuka agar telur atau cangkar telur tuma yang tertinggal
dapat terlepas dari batang rambut.
8
Telur tuma sangat sulit dilepas dan mungkin harus diambil dengan jari tangan
satu per satu ( karena itu, orang awam memakai istilah “ mencari kutu”. Semua
barang, pakaian, handuk dan perangkat tempat tidur yang bisa mengandung tuma
atau telurnya harus dicuci dengan air panas sedikitnya dengan suhu 54°C atau
dicuci kering untuk mencegah infestasi ulang. Perabot, permadani dan karpet yang
berbulu harus sering dibersihkan dengan alat vacum cleaner. Sisir dan sikat rambut
juga harus didisinfeksi dengan sampo.
Semua anggota keluarga dan orang yang berhubunagn erat dengan pasien harus
diobati. Komplikasi seperti pruritas yang hebat, pioderma ( infeksi kulit yang
membentuk pus) dan dermatitis diobati dengan preparat antipruritus, antibiotik
sistemik serta kortikosteroid tropikal.
Sedangkan pada penderita Pedikulosis korporis dan Pedikulosis pubis, kepada
pasien diminta untuk memakai sabun dan air. Kemudian, lindane (Kwell) atau
melation dalamisopropil alkohol (losion Prioderm) dioleskan pada daerah-daerah
kulit yang terenfeksi dan daerah yang berambut menurut petunjuk informasi
produk. Terapi topikal alternatif lainnya adalah pedikulida berbahan dasar piretrin
(RID yang merupakan preparat yang bisa dibeli bebas) atau tembaga oleat 0,03%
(Curpex).
Jika bulu mata turut terkena vaseline dapat dioleskan tebal-tebal dua kali sehari
selama 8 hari yang kemudian diikuti oleh pencabutan secara mekanis setiap telur
kutu yang tertinggal. Komplikasi, seperti pruritis hebat, pioderma (infeksi yang
membentuk pus pada kulit) dan dermatitis diobati dengan preparat antipruritis,
antibiotik sistemik serta kortikosteroid topikal. Perlu diingat bahwa kutu badan
dapat menularkan penyakit epedemik pada manusia, yaitu penyakit riketsia (tifus
epidemik, demam hilang timbul dan trench fever). Mikroorganisme penyebabnya
berada dalam traktus gastrointestinal serangga tersebut dan dapat diekskresikan ke
permukaan kulit pasien yang terinfeksi.
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi akibat gatal yang digaruk kemudian terjadi infeksi
yang bila dibiarkan akan keluar nanah. Kemudian timbul impetigo yaitu inflamasi
kulit yang akut dan menular, yang ditandai oleh pustula dan skuama.
9
2.1.8 Klasifikasi
Ada 3 jenis kutu yang menyerang manusia, yaitu :
a) Pedikulosis Kapitis
Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala atau tuma yang disebut
Peduculus humanus capitis pada kulit kepala. Tuma betina akan meletakkan telur-
telurnya (nits) di dekat kulit kepala. Telur ini akan melekat erat pada batang
rambut dengan suatu substansi yang liat. Telur akan menetas menjadi tuma muda
dalam waktu sekitar 10 hari dan mencapai maturasinya dalam tempo 2 minggu.
tuma paling sering ditemukan disepanjang bagian posterior kepala dan dibelakang
telinga. Telur tuma dapat dilihat dengan mata telanjang sebagai benda yang
terbentuk oval, mengkilap dan berwarna perak yang sulit dilepas dari rambut.
Gigitan serangga ini menyebabkan rasa gatal yang hebat dan garukan yang
dilakukan untuk menghilangkan gatal sering menimbulkan infeksi bakteri
sekunder seperti impetigo serta furunkulosis. Infestasi tuma lebih sering
ditemukan pada anak-anak dan orang dengan rambut yang panjang. Tuma dapat
ditularkan lansung lewat kontak fisik atau tidak langsung lewat sisir, sikat rambut,
wig, topi dan perangkat tempat tidur ( bantal, seprei dll) yang terenfiksi oleh tuma.
b) Pedikulosis Korporis
Pedikulosis Korporis merupakan infestasi kutu pediculus humanus corporis pada
badan. Keadaan ini menghinggapi orang yang jarang mandi atau yang hidup
dalam lingkungan yang rapat serta tidak pernah mengganti bajunya.
Daerah kulit yang terutama terkena adalah bagian yang paling terkena pakaian
dalam ( yaitu , leher, badan dan paha ). Kutu badan terutama hidup dalam pelipit
pakaian dan di temapt ini, kutu merekat erat sementara menusuk kulit penderita
dengan probosisnya. Gigitan kutu menyebabkan titik-titk pendarahan yang kecil
dan khas. Ekskoriasi yang menyebar luas dapat terlihat sebagai akibat dari rasa
gatal dan perbuatan menggaruk yang intensif, khususnya pada badan serta leher.
Di antara lesi sekunder yang ditimbulkan terdapat guratan linier garukan yang
paralel dan ekzema dengan derajat ringan. Pada kasus menahun, kulit pasien
menjadi tebal, kering dan bersisik dengan daerah-daerah yang berpigmen serta
berwarna gelap.
10
c) Pedikulosis Pubis
Pedikolisis pubis, yang merupakan infestasi oleh phthirus pubis( crab louser; kutu
kemaluan ) sangat sering dijumpai. Infestasi parasit ini umumnya terjadi di daerah
genital dan terutama ditularkan lewat hubungan seks.
“debu” berwarna cokelat kemerahan (ekskresi kutu) dapat ditemukan pada
pakaian dalam. Kutu kemaluan dapat menginfestasi rambut dada, aksila, janggut
dan bulu mata. Makula yang berwarna kelabu-biru kadang-kadang dapat terlihat
pada badan, paha dan aksila sebagai akibat dari reaksi saliva serangga tersebut
dengan bilirubin ( yang mengubahnya menjadi biliverdin ) atau ekskresi yang
dihasilkan oleh kelenjar liur kutu.
Lipatan pubis harus diperiksa dengan kaca pembesar untuk mendeteksi
keberadaan phthirus pubis yang merayap disepanjang batang rambut atau
keberadaan telur kutu tersebut yang menempel erat dengan rambut atau tempat
pertemuan antara rambut dan kulit. Rasa gatal merupakan gejala yang paling
sering ditemukan, khususnya di malam hari, infestasi oleh kutu kemaluan dapat
dijumpai bersama dengan penyakit menular kelamin (gonore, kandidiasis, sifilis).
2.1.9 Pencegahan
Penyakit ini pada dasarnya dapat dicegah melalui pola hidup yang bersih.
Misalnya dengan pemberantasan kutu yang berada dilingkungan sekitar. Benda-benda
yang terpapar dengan penderita (misalnya, kasur, bantal, linen, handuk, mainan, topi)
seharusnya dicuci bila memungkinkan kemudian dikeringkan. Air yang digunakan
adalah air panas dengan suhu lebih dari 50-55°C selama paling kurang 5 menit.
Membersihkan lingkungan tempat tinggal akan membantu mengurangi
kesempatan untuk terpapar kembali dengan kutu kepala. Periksalah setiap orang yang
berada didalam lingkungan rumah tangga pada saat bersamaan, sebelum
membersihkan lingkungan tersebut.
Bersihkan semua lantai dengan alat penghisap debu, permadani, bantal, karpet,
dan semua pelapis meubel yang ada. Semua sisir dan sikat rambut yang digunakan
oleh penderita kutu kepala harus di rendam dalam air dengan suhu diatas 130°F
(540C), alkohol atau pedikulosid selama 1 jam.
11
Penjelasan kepada anak-anak terutama tentang cara mencegah penularan melalui
penggunaan topi, sisir, dan bandana bersama juga dapat dipertimbangkan.
Menyediakan tempat penyimpanan barang-barang milik anak secara terpisah di dalam
ruang kelas juga dapat mencegah penyebaran kutu ini.
2.2 Laporan Pendahuluan Skabies
2.2.1 Pengertian
Scabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei var.hominis dan
produknya ( Mansjoer, 2000 : 110).
Faktor penunjang penyakit ini antara lain social ekonomi rendah, hygiene buruk,
sering berganti pasangan seksual, kesalahan diagnosis, perkembangan demografis
serta ekologik.
Penyakit scabies merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes
skabei, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau
terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 sentimeter.
Skabi adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi
(kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. huminis dan produknya.
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah
menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya.
Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei.
Skabies merupakan infeksi kulit oleh kutu Sarcoptes scabies yang menimbulkan
gatal-gatal.Penyakit ini dapat ditemukan pada orang-orang yang miskin yang hidup
ditengah kondisi hygene yang dibawah standar, meskipun sering juga ditemukan pada
orang-orang yang sangat bersih. Skabies sering dijumpai pada orang-orang yang
seksual aktif. Namun demikian, investasi parasit ini tidak bergantung pada aktivitas
seksual karena kutu tersebut sering menjangkiti jari-jaritangan, dan sentuhan tangan
dapat menimbulkan infeksi. Pada anak-anak, tinggal semalaman dengan teman yang
terinfeksi atau saling berganti pakaian dengannya dapat menjadikan sumber infeksi.
12
Petugas kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama denganpasien scabies dapat
pula terinfeksi.
2.2.2 Etiologi
bScabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara morfologik
sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata berwarna putih kotor dan tidak memiliki mata.
Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum corneum dan lucidum
membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam terowongan inilah Sarcoptes
betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni
sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang
memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal.
Sarcoptes scabieii termasuk filum Arthopoda,kelas AArraacchhnniiddaa,, ordo
Ackarina,, superfamili Sarrcopte. Pada manusia disebut sarcoptes scabiei var. Secara
morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata.
Tungau ini transiet, berwarna putih kotor dan tidak bermata. Ukuran yang betina
berkisar antara 330-450 mikro x 250-350 mikro, sedangkan yang jantan lebih kecil
yaitu 220-240 mikro x 150-220 mikro.
Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki didepan sebagai alat
untuk melekat dan kaki yang 2 pada betina berakhir dengan rambut. Sedangkan pada
jantan pasang kaki ketiga berakhir dengan rambut dan ke 4 berakhir dengan alat
perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan
sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50.
Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan
menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang
kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3
13
hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4
pasang kaki.
Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu antara 8-12 hari.Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian
larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva
berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati
setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi.
Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang
7-14 hari.Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan
kulit pada orang dewasa.Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh
badan dapat terserang penyakit skabies ini.
2.2.3 Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan
sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan
tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret
tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi.Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan
urtika.Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi
sekunder.Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
2.2.4 Manisfestasi Klinis
a) Gatal-gatal yang hebat akibat reaksi imunologi tipe lambat terhadap kutu atau
butiran fesesnya.
b) Terbentuk terowongan bisa berupa lesi yang multiple, lurus atau bergelombang,
berwarna coklat atau hitam dan menyerupai benang, yang terlihat terutama
diantara jari-jari tangan serta pada pergelangan tangan.
c) Gatal-gatal pada malam hari ( gejala klasik) yang disebabkan karena peningkatan
kehangatan kulit yang menimbulkan efek stimulasi terhadap parasit tersebut.
d) Lesi sekunder sering di jumpai dan mencakup vesikel, papula, ekskoriasi serta
kusta.
14
e) Superinfeksi bakteri terjadi akibat ekskoriasi yang tetap dari terowongan dan
papula.
f) Lokasi yang sering adalah permukaan ekstensor siku, lutut, pinggir kaki, ujung-
ujung sendi siku, daerah sekitar putting susu, lipatan aksila, di bawah payudara
yang menggantung, dan pada atau di dekat lipatan paha atau gluteus, penis atau
skrotum.
g) Erupsi yang berwarna merah dan gatal biasanya terdapat pada daerah-daerah kulit
di sekitarnya.
h) Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi
pada suhu yang lembab dan panas.
i) Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang
1cm, pada uung menjadi pimorfi (pustu, ekskoriosi).
Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum komeum tpis, yaitu sela-sela
jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan
perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan
telapak kaki bahkan seluruh permukaan ulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat
timbul pada kulit kepala dan wajah.
j) Pada pasien yang selalu menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga
diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jia penyakit berlangsung lama, dapat
timbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulsis.
Keluhan utama pada penderita scabies adalah :
a) Rasa gatal terutama pada malam hari.
b) Tonjolan kulit (lesi) berwarna putih keabu-abuan sepanjang sekitar 1 cm.
c) Kadang disertai nanah karena infeksi kuman akibat garukan.
2.2.5 Penatalaksanaan
a) Farmakologi
Pengobatan penyakit ini menggunakan obat-obatan berbentuk krim atau salep
yang dioleskan pada bagian kulit yang terinfeksi. Banyak sekali obat-obatan yang
tersedia di pasaran. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain :tidak
15
berbau, efektif terhadap semua stadium kutu (telur, larva maupun kutu dewasa), tidak
menimbulkan iritasi kulit, juga mudah diperoleh dan murah harganya.
a) Sistemik
a. Antihistamin klasik sedatif ringan untuk mengurangi gatal,misalnya
klorfeniramin maleat 0.34 mg/kg BB 3 x sehari.
b. Antibiotik bila ditemukan infeksi sekunder misalnya ampisilin,
amoksisilin,eritromisin.
b) Topikal
a. Salep, biasanya dalam bentuk salep atau krim.Kekurangannya, obat ini
menimbulkan bau tak sedap (belerang), mengotoripakaian, tidak efektif
membunuh stadium telur, dan penggunaannya haruslebih dari 3 hari berturut-
turut.
b. Belerang endap ( sulfur presipitatum) 4- 20 % dalam bentuk salep atau krim
c. Emulsi benzyl – benzoate 20 – 25 % efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama 3 kali.
d. Gama benzene heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau losio,
termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan dan jarang member iritasi.
e. Krotamiton 10% dalam krim atau losio mempunyai dua efek, sebagai
antiskabies dan anti gatal.
f. Krim permetrin 5 % merupakan obat yang paling efektif dan aman karena
sangat mematikan untuk parasit sarcopta scabiei dan memiliki toksisitas
rendah pada manusia.
Setelah pengobatan skabies benar-benar tuntas, rasa gatal masih dapat berlangsung
sampai sekitar 4 minggu lamanya. Pasien dapat diberikan steroid topikal/ sistemik atau
pun antihistamin untuk mengatasinya.
b) Non Farmakologi
Selain menggunakan obat-obatan, yang tidak kalah penting untuk diperhatikan
adalah upaya peningkatan kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini dapatdilakukan
dengan cara :
16
a. Mencuci bersih atau merebus dengan air panas handuk, seprai maupun baju
penderita skabies (yang dipakai dalam 5 hari terakhir), kemudian
menjemurnya hingga kering. Menghilangkan faktor predisposisi, antara lain
dengan penyuluhan mengenai higiene perorangan dan lingkungan.
b. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
c. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk
memutuskan rantai penularan. Hewan peliharaan tidak perlu diobati karena
kutu skabies tidak hidup disana.
Yang terpenting dalam pengobatan scabies, adalah seluruh orang yang tinggal
ditempat yang sama dengan penderita juga harus diobati. Semua pakaian, handuk,
bantal, kasur harus dijemur dibawah sinar matahari. Tujuannya agar tungau mati
karena sinar matahari. Pakaian dicuci dengan menggunakan cairan karbol. Dan
bila semua telah dilakukan, terpenting adalah mengubah cara hidup sehari-hari
dengan tidak saling meminjamkan pakaian dan barang pribadi lainnya ke orang
lain.
2.2.6 Klasifikasi
a) Scabies pada orang bersih, yaitu ditandai dengan lesi berupa papul dan
terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga jarang dijumpai.
b) Scabies nodular, yaitu lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang gatal. Nodus
biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genetalia laki-laki. Nodus ini
timbul sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap tungau scabies.
c) Scabies yang ditularkan melalui hewan,yaitu sumber utamanya adalah anjing,
kelainan ini berbeda dengan scabies manusia karena tidak terdapat terowongan,
tidak menyerang sela jari dan genetalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada
daerah dimana orang sering kontak dengan binatang kesayangannya. Kelainan ini
hanya bersifat sementara karena kutu binatang tidak dapat melanjutkan siklus
hidupnya pada manusia.
d) Scabies pada bayi dan anak, yaitu lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh
tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan dan kaki, dan sering terjadi
infeksi sekunder impetigo sehingga terowomgan jarang ditemukan.
17
e) Scabies terbaring ditempat tidur, yaitu kelainan yang sering menyerang penderita
penyakit kronis dan pada orang yang lanjut usia yang terpaksa harus tinggal
ditempat tidur terus. Sehingga orang itu dapat menderita scabies dengan lesi yang
terbatas.
f) Scabies Norwegia atau scabies krustosa, ini ditandai oleh lesi yang luas dengan
krusta,skuama generaisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predleksi
biasanya kulit kepala yang berambut, telinga, bokong,siku, lutut, telapak tangan
dan kaki yang disertai distrofi kuku, namun rasa gatal tidak terlalu menonjol tetapi
sangat menular karena jumlah tungau yang menginfeksi sangat banyak (ribuan).
2.2.7 Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul
dermatitis akibat garukan.Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis,
limfangitis, dan furunkel.Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang
scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal.Dermatitis iritan dapat timbul
karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal
ataupun pemakaian yang terlalu sering.
a) Urtikaria
Urtikaria adalah reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi pada kulit yang berbatas
tegas dan menimbul (bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai
rasa gatal.Urtikaria dapat berlangsung secara akut, kronik, atau berulang. Urtikaria
akut umumnya berlangsung 20 menit sampai 3 jam, menghilang dan mungkin
muncul di bagian kulit lain.
b) Infeksi sekunder
c) Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut (folikel). Pada kulit yang
terkena akan timbul ruam, kemerahan dan rasa gatal. Di sekitar folikel rambut
tampak beruntus-beruntus kecil berisi cairan yang bisa pecah lalu mengering dan
membentuk keropeng.
d) Furunkel
Furunkel (bisul) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan
jaringan subkutaneus di sekitarnya.Paling sering ditemukan di daerah leher,
18
payudara, wajah dan bokong.Akan terasa sangat nyeri jika timbul di sekitar hidung
atau telinga atau pada jari-jari tangan.Furunkel berawal sebagai benjolan keras
bewarna merah yang mengandung nanah. Lalu benjolan ini akan berfluktasi dan
ditengahnya menjadi putih atau kuning (membentuk pustula). Bisul bisa pecah
spontan atau mengeluarkan nanahnya, kadang mengandung sedikit darah.
e) Infiltrate
f) Eksema infantum
Eksema atau Dermatitis atopik atau peradangan kronik kulit yang kering dan gatal
yang umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak. Eksema dapat menyebabkan
gatal yang tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur.
2.2.8 Pemeriksaan Fisik
Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit, termasuk membrane mukosa, kulit
kepala dan kuku. Prosedur Utama :
Inspeksi dan palpasi
a) Memerlukan ruangan yang terang dan hangat
b) Penlight dapat digunakan untuk menyinari lesi
c) Pasien dapat melepaskan seluruh pakaianya dan diselimuti dengan benar
d) Sarung tangan harus selalu dipakai ketika melakukan pemeriksaan kulit
Tampilan umum yang dikaji :
a) Warna
b) Suhu
c) Kelembaban
d) Kekeringan
e) Tekstur kulit (kasar atau halus)
f) Lesi
g) Vaskularitas
h) Mobilitas
i) Kondisi kuku dan rambut
j) Turgor kulit
k) Edema
l) Elastisitas kulit
19
2.2.9 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan kerokan kulit secara mikroskopis positif adanya kutu, telur, nimfa
atau skibala (butiran feses) scabies.
Cara menemukan tungau :
a) Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau
vesiel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan
aca penutup dan lhat dengan mikroskop cahaya.
b) Dengan cara menyikat dengan siat dan ditampung diatas selembar kertas putih
dan dilihat dengan kaca pembesar.
c) Dengan membuat bipsi irisan, caranya ; jepit lesidengan 2 jari. kemudian buat
irisa tipis dengan pisau dan periksa dengan miroskop cahaya.
d) Dengan biopsy eksisional dan diperiska dengan pewarnaan HE.
2.3 Asuhan Keperawatan Pedikulosis dan Scabies
2.3.1 Pengkajian
a) Identitas klien
Indentitas terdiri dari nama, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, status, alamat,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, no bed, nama ruangan dan diagnosa medis.
b) Riwayat Kesehatan
Keluhan saat didata
Klien merasakan gatal, ketidaknyaman pada kulit, tidak bisa tidur akibat gatal
yang dirasakan. Kulit klien tampak kemerahan, terdapat ulkus dan erosi.
Riwayat kesehatan masa lalu
Tidak menjaga kebersihan badan, rambut dan pubis (personal hiygine yang buruk)
c) Data social
Hubungan klien dengan keluarga dan perawat baik tetapi hubungan dengan
masyarakat kurang baik karena klien merasa malu akibat penyakit yang diderita.
d) Data biologis
Nutrisi
Penderita tidak nafsu makan akibat penyakit yang diderita
Istirahat tidur
20
Penderita kurang tidur akibat rasa gatal yang diderita
Eliminasi
Pola eliminasi teratur
Personal hygnies
Personal hygnies klien buruk
Pola aktifitas
Aktivitas terhambat akibat penyakit yang diderita
e) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: keadaan umum klien lemah
Kesadaran : composmetis
Kulit: Pada klien dengan skabies, terdapat terowongan dan di ujungnya ada
papul dan vesikel pada daerah-daerah tertentu.
Turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa dan kulit kering, kulit terasa
kasar.
Kulit kepala :Pada klien Pedicolosis ditemukan telur-telur dirambut pada
oksiput terdapat kurang dari 10 ekor kutu dewasa dan ditemukan impetigo
sekunder dan furunkulosis.
Badan: Pada penderita pedicolosis terlihat bekas garukan sejajar, perubahan-
perubahan urtikaria, papula erithematosa yang awet, lesi tampak jelas
Pubis : Pada penderita pedicolosis rambut pubis didapatkan phthirus pubis dan
ditemukan noktah-noktah hitam kecil yang merupakan titik-titik darah dan
terdapat dalam jumlah banyak.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada klien skabies dan pediculus yaitu :
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi.
b) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya erosi
c) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer yang tidak baik
d) Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritas/gata
e) Gangguan body image berhubungan dengan perubahan dalam penampilan
sekunder
f) Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
21
2.3.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Rencana Intervensi Rasional
1
2
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
cedera biologi.
Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan adanya
erosi
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama ..x… jam
dengan kriteria
hasil:
a. Nyeri yang
dirasakan
klien dapat
segera
teratasi.
Tidak terjadinya
gangguan
integritas kulit
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama ..x… jam
dengan kriteria
hasil:
- a. Integritas kulit
membaik ditandai
1. Observasi intensitas
nyeri, karakteristik
dan catat lokasinya.\
2. Berikan perawatan
kulit sesering
mungkin.
3. Kolaborasi dengan
dokter pemberi
analgesic.
1) Anjurkan kepada klien
untuk berhenti
menggaruk.
2) Jaga agar kuku selalu
terpangkas.
3) Kolaborasi pemberian
obat topical
1. Mengetahui
dimana letak nyeri
yang dirasakan
klien dan seberapa
besar tingkat nyeri
yang dirasakannya.
2. Agar tidak terjadi
lesi atau luka pada
daerah kulit yang
di serang oleh
kuman.
3. Membantu
mengurangi rasa
nyeri yang
dirasakan oleh
klien.
1) Menggaruk bisa
menyebabkan erosi
pada kulit.
2) Pemotongan kuku
akan mengurangi
kerusakan kulit
karena garukan.
3) Menghilangkan
erosi pada kulit
22
3 Resiko infeksi
berhubungan
dengan
tidakadekuatnya
pertahanan primer
dengan tidak
tampak terjadinya
erosi
Mengindentifikasi
intervensi untuk
mencegah atau
menurunkan
resiko infeksi
setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama ..x.. jam
dengan kriteria
hasil:
a . Tidak terjadi
infeksi dengan
tidak adanya
tanda-tanda
infeksi
- 1. Observasi tanda-tanda
infeksi dan peradangan
- 2. Lakukan pemakaian
kompres basah seperti
yang diprogramkan
untuk mengurangi
intensitas inflamasi
- 3.Kolaborasi pemberian
antibiotik
1. Demam dapat
terjadi karena
adanya infeksi
- 2. Kompres basah
akan menghasilkan
pendinginan lewat
pengisapan yang
menimbulkan
vasokonstriksi
pembuluh darah
kulit dengan
demikian akan
mengurangi
eritema serta
produk serum
- 3.Pencegahan
terjadinya infeksi
4. Gangguan pola
tidur berhubungan
dengan gatal yang
Dirasakan
Kebutuhan
istirahati tidur
dapat terpenuhi
setelah dilakukan
tindakan ..x.. jam
dengan kreteria
hasil:
- a. Klien mencapai
tidur yang
1. Lakukan pengkajian
masalah gangguan
tidur klien,
krakteristik, penyebab
gangguan tidur.
2. Siapkan tempat tidur,
batal dan selimut
yang nyaman dan
1. Memberikan
informasi dasar
dalam
menentukan
intervensi
keperawatan
2. Meningkatkan
kenyamanan saat
tidur
23
nyenyak bersih
3. Hindari minuman
yang mengandung
kafein menjelang
tidur
4. Kolaborasi pemberian
obat antihistamin
3. Kafein
menghilangkan
rasa ngantuk .
4. Mengurangi rasa
gatal
5. Gangguan body
image
berhubungan
dengan perubahan
penampilan
sekunder
Tidak terjadi
gangguan citra
tubuh
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama ..x.. jam
dengan kreteria
hasil:
a. klien dapat
menerima
keadaan dirinya
b. klien tidak
malu
bersosialisasi
dengan orang lain
1. Observasi psikososial
perkembangan klien
2. Berikan kesempatan
kepada klien untuk
mengungkapkan
tentang perubahan
citra tubuh
3. Dukung upaya klien
untuk memperbaiki
citra diri.
4. Beri nasehat kepada
klien mengenai cara-
cara perawatan
kosmetik untuk
menyembuyikan
kondisi kulit yang
abnormal, mendorong
sosialisai dengan
orang lain, dan bantu
1. Terdapat hubungan
antara psikososial
perkembangan,
citra diri, reaksi,
serta pemahaman
klien terhadap
kondisi kulitnya
2. Pasien
memerlukan
pengalaman
didengarkan dan
dipahami
3. Meningkatkan
penerimaan klien
terhadap dirinya.
4. Pendekatan dan
sasaran yang
positif sering kali
membantu klien
dalam peningkatan
penerimaan diri
dan sosialisasi
24
6. Kecemasan
berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan
tentang penyakit.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama ..x.. jam
dengan kreteria
hasil:
a. cemas
berkurang karena
meningkatnya
pengetahuan
tentang penyakit.
pasien kearah
penerimaan diri
1. Observasi rasa cemas
pasien.
2. Berikan kesempatan
kepada pasien untuk
mengungkapkan rasa
cemasnya.
3. Berikan penjelasan
kepada pasien
mengenai :
a) Kondisi
penyakitnya
b) Program perawatan
dan pengobatan
yang akan
dilakukan
c) Hubungan istirahat
dengan kondisi
penyakitnya.
1. Pasien tenang.
2. Pasien kooperatif
dengan program
perawatan dan
pengobatan.
3. Pengetahuan
pasien meningkat
tentang penyakit,
tanda-tanda,
kondisi yang
dialami, serta
kemungkinan
yang akan terjadi.
2.3.3 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi.
a) Mengobservasi intensitas nyeri, karakteristik dan catat lokasinya.
b) Memberikan perawatan kulit sesering mungkin.
c) Mengkolaborasi dengan dokter pemberi analgesic
Diagnosa 2 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya erosi
a) Menganjurkan kepada klien untuk berhenti menggaruk
b) Menjaga agar kuku selalu terpangkas
c) Mengkolaborasikan pemberian obat topical
25
Diagnose 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan tidakadekuatnya pertahanan primer
a) Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
b) Melakukan pemakaian kompres basah seperti yang diprogramkan untuk
mengurangi intensitas inflamasi
c) Mengkolaborasi pemberian antibiotic
Diagnosa 4 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal yang dirasakan
a) Melakukan pengkajian masalah gangguan tidur klien, krakteristik, penyebab
gangguan tidur.
b) Menyiapkan tempat tidur, batal dan selimut yang nyaman dan bersih
c) Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur
d) Mengkolaborasi pemberian obat antihistamin
Diagnosa 5 : Gangguan body image berhubungan dengan perubahan dalam
penampilan sekunder Mengobservasi psikososial perkembangan klien.
a) Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan tentang perubahan
citra tubuh
b) Mendukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri
c) Memberikan nasehat kepada klien mengenai cara-cara perawatan kosmetik untuk
menyembuyikan kondisi kulit yang abnormal, mendorong sosialisai dengan orang
lain, dan bantu pasien kearah penerimaan diri
Diagnosa 6 : Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit.
a) Mengobservasi rasa cemas pasien.
b) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
c) Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai :
d) Kondisi penyakitnya
e) Program perawatan dan pengobatan yang akan dilakukan
f) Hubungan istirahat dengan kondisi penyakitnya.
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
26
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses keperawatan dimana pada tahap ini
perawat mempertimbangkan efektif tidaknya tindakan yang dilakukan sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi yang dapat dilakukan pada implamentasi keperawatan diatas yaitu
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi.
Rasa nyeri dapat segera teratasi.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya erosi
Integritas kulit klien membaik, tidak terdapat ulkus dan erosi
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer.
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal yang dirasakan
Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi, klien dapat tidur dengan nyenyak dan rasa gatal
berkurang atau hilang.
5. Gangguan body image yang berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder
Klien dapat menerima keadaan diri dan tidak malu untuk bersosialisasi kepada
orang lain.
6. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
Pengetahuan tentang penyakit meningkat sehingga cemas berkurang
27
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pedikulosis adalah penyakit kulit menular akibat infestasi pedikulus (tuma), sejenis kutu
yang hidup dari darah manusia, pada rambut kepala & kemaluan atau baju. Kutu tersebut
akan memberi keluhan gatal akibat gigitannya. Kutu hampir tak dapat dilihat, merupakan
serangga tak bersayap yang mudah menular dari orang ke orang melalui kontak badan dan
karena pemakaian bersama baju atau barang lainnya.
Skabies adalah penyakit kulit yang mudah menular. Orang jawa sering menyebutnya
gudig. Penyebabnya adalah Sarcoptes scabei. Cara penularan penyakit ini adalah melalui
kontak langsung dengan penderita atau tidak langsung melalui alat-alat yang dipakai
penderita, misal : baju, handuk, dll.Gejala klinis yang sering menyertai penderita adalah :
Gatal yang hebat terutama pada malam hari sebelum tidur, Adanya tanda : papula (bintil),
pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan), bekas-bekas lesi yang berwarna hitam,
Dengan bantuan loup (kaca pembesar), bisa dilihat adanya kunikulus atau lorong di atas
papula (vesikel atau plenthing/pustula).
3.2 Saran
Saran yang ingin disampaikan bagi pembaca adalah jika sudah mengetahui gejala dan
tanda dari Pedikulosis dan Scabies ini sebaiknya cepat lakukan tindakan segera seperti pergi
ke rumah sakit dan melakukan pengobatan karena bila terlambat penyakit ini bisa lebih
parah.
Untuk penulis, saran yang ingin disampaikan adalah, lakukan penulisan dengan objektif
dan gunakan berbagai macam referensi yang ada agar tulisan benar-benar terbukti
validitasnya.
28
DAFTAR PUSTAKA
file:///E:/pediklosis%20dan%20skabies/pedikulodis-dan-skabies.htmlfile:///E:/pediklosis%20dan%20skabies/askep-pedikulosis-dan-scabies.html
file:///E:/pediklosis%20dan%20skabies/asuhan-keperawatan-pedikulosis.html
29