BAB 1 MTB fix
-
Upload
fahmi-syaifuddin -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
description
Transcript of BAB 1 MTB fix
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Semester Ganjil 2015/2016
1
Kelompok 03 Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Teori Dasar Pengujian Bahan
1.1.1 Pengujian Bahan
Pengujian bahan adalah pengujian suatu material untuk mengetahui sifat
mekanik, cacat, dan lain-lain suatu material. Dalam pengujian bahan ini ada 2
macam jika ditinjau berdasarkan sifat dari pengujian tersebut, yaitu :
a. Pengujian Destruktif
Pengujian destruktif adalah pengujian suatu material, tapi hasil
akhirnya akan menyebabkan cacat atau rusak. Pengujian ini dilakukan
dengan cara merusak benda uji dengan cara pembebanan atau penekanan
sampai benda uji tersebut rusak, dari pengujian ini akan diperoleh sifat
mekanik bahan. Pengujian destruktif terdiri dari :
1. Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan adalah pengujian suatu material
dengan mengukur ketahanan suatu material terhadap deformasi
plastis. Nilai kekerasan adalah ketahanan suatu material terhadap
penetrasi.
2. Pengujian Tarik
Pengujian tarik adalah pengujian suatu material dengan cara
memberikan beban gaya yang berlawanan arah dalam satu garis
lurus. Pengujian ini digunakan untuk mengukur ketahanan suatu
material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Semester Ganjil 2015/2016
2
Kelompok 03 Pendahuluan
Gambar 1.1 : Pengujian tarik
Sumber : Richard Gedney (2005)
3. Pengujian Impact
Pengujian impact adalah pengujian suatu material untuk
mengetahui kekuatan impactnya. Kekuatan impact adalah kekuatan
suatu material untuk menahan beban dinamik yang diberikan secara
mendadak yang menyebabkan patah atau rusak. Ada 2 metode
dalam pengujian ini, yaitu charpy dan izod.
4. Pengujian Struktur
Pengujian struktur adalah pengujian yang digunakan untuk
melihat struktur logam. Prosesnya adalah material dipotong dan
dikikis pada permukaannnya hingga halus, kemudian dilakukan
analisa visual secara makroskopis dan juga secara mikroskopis.
Dalam pengujian mikroskopik, spesimen diamati secara khusus
menggunakan mikrsokop metalurgi untuk mengetahui struktur
spesimen dan juga rasio dari tiap tiap komponen dalam spesimen.
b. Pengujian Non-Destruktif
Pengujian non-destruktif adalah salah satu teknik pengujian
material tanpa merusak benda ujinya. Pengujian bertujuan untuk
mendeteksi secara dini timbulnya crack atau flaw pada material secara
dini. Dari tipe keberadaan crack pada material uji dapat dibedakan menjadi
2 macam, yaitu inside crack dan surface crack. Pengujian non-destruktif
antara lain adalah :
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Semester Ganjil 2015/2016
3
Kelompok 03 Pendahuluan
1. Pengujian Visual
Metode ini bertujuan untuk menemukan cacat atau retak
serta melihat korosi pada permukaan. Digunakan alat bantu optikal
untuk dapat melihat cacat atau retakan pada permukaan secara
jelas.
2. Pengujian Cairan Penetran
Metode ini digunakan untuk menemukan cacat permukaan
terbuka dari permukaan solid, baik logam maupun non logam.
Metode ini menggunakan 3 jenis cairan untuk melihat cacat pada
permukaan, yaitu penetrant, cleaner, dan developer. Proses
pengujian ini adalah :
a. Pembersihan permukaan.
b. Penetration, pada tahap ini diberikan cairan penetran pada
permukaan benda kerja yang diperiksa, kemudian ditunggu
beberapa saat, sehingga cairan dapat masuk ke dalam celah
retakan.
c. Cleaning, yaitu pembersihan cairan penetran, pembersihan
tidak boleh berlebihan, karena dapat menyebabkan
penetrant yang meresap akan terbilas semua.
d. Development, yaitu pemberian developer pada permukaan
yang telah bersih, cairan developer akan menyerap cairan
penetran kembali ke permukaan.
e. Inspection, setelah penyemprotan cairan developer, maka
cacat
pada permukaan akan tampak.
f. Pembersihan akhir.
3. Pengujian Partikel Magnet
Pengujian partikel magnet yaitu pengujian yang dilakukan
untuk mengetahui cacat permukaan dan permukaan bawah suatu
komponen dari bahan feromagnetik. Dengan menggunakan prinsip
garis medan magnet. Caranya adalah dengan menaburkan partikel
magnetic di permukaan. Partikel-partikel tersebut akan berkumpul
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Semester Ganjil 2015/2016
4
Kelompok 03 Pendahuluan
pada daerah kebocoran medan magnet atau arah medan magnet
akan berbelok sehingga terjadi kebocoran fluks magnetik. Bocoran
fluks magnetik akan menarik butir-butir feromagnetik di
permukaan sehingga lokasi cacat dapat ditemukan.
4. Pengujian Radiografi
Pada pengujian ini diletakkan film dibelakang objek,
kemudian objek akan disinari sinar laser x atau sinar gamma.
Apabila pada objek terdapat cacat, maka akan terjadi variasi
intensitas pada film.
5. Pengujian Eddy Current
Metode ini memanfaatkan prinsip elektromagnetik dimana
arus yang dialirkan pada kumparan akan menghasilkan gaya
elektromagnetis yang dikenakan pada benda uji, hingga terbentuk
arus eddy. Arus ini menandakan adanya induksi magnet pada
logam dan bila terdapat cacat besarnya impedansi yang diukur
sensor arus eddy akan berubah. Metode ini hanya dapat diterapkan
pada logam saja.
6. Pengujian Ultrasonik
Pada pengujian ini gelombang suara dirambatkan pada
spesimen uji dan sinyal yang ditransmisikan atau dipantulkan akan
diamati. Gelombang suara akan terganggu jika terdapat retakan
atau delaminasi pada material. Gelombang ini akan dibangkitkan
transducer piezoelectric dan akan diterima kembali untuk
dikonversikan menuju energi listrik kembali.
1.2 Sifat Mekanik Logam
Sifat mekanik logam adalah sifat yang menyatakan kemampuan suatu
logam untuk menerima beban atau gaya tanpa mengalami kerusakan. Sifat
mekanik logam merupakan salah satu sifat terpenting dari logam. Selain itu sifat
mekanik juga digunakan untuk membandingkan pilihan bahan dengan kebutuhan
dari peralatan.
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Semester Ganjil 2015/2016
5
Kelompok 03 Pendahuluan
Sifat – sifat mekanik logam antara lain :
1. Kekuatan (strength)
Yaitu kemampuan bahan untuk menerima gaya berupa tegangan
tanpa mengalami patahan pada bahan.
2. Kekerasan (hardness)
Yaitu kemampuan material logam menerima gaya berupa penetrasi,
indentasi, serta pengikisan atau penggoresan.
3. Kekakuan (stiffness)
Yaitu kemampuan suatu bahan menerima beban tegangan tanpa
menyebabkan perubahan bentuk / defleksi.
4. Ketangguhan (toughtness)
Yaitu sifat yang menyatakan kemampuan bahan untuk menyerap
sejumlah energi tanpa menyebabkan kerusakan.
5. Elastisitas (elasticity)
Yaitu kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa
mengakibatkan perubahan bentuk permanen setelah beban atau tegangan
dihilangkan.
6. Plastisitas (plasticity)
Yaitu kemampuan suatu bahan untuk mengalami sejumlah
deformasi permanen tanpa mengalami kerusakan dimensi.
7. Kelelahan (fatigue)
Yaitu kecenderungan logam untuk patah jika menerima tegangan
atau beban secara berulang-ulang.
8. Keuletan (ductility)
Yaitu kemampuan suatu material untuk diregang atau ditekuk
secara permanen tanpa mengakibatkan pecah atau patah.
9. Kegetasan (brittleness)
Yaitu sifat kerapuhan pada material, yang berarti material tersebut
pecah dengan sedikit pergeseran permanen.
10. Mulur (creep)
Yaitu kecenderungan suatu logam untuk mengalami deformasi
plastis apabila diberikan gaya dalam jangka waktu tertentu.
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Semester Ganjil 2015/2016
6
Kelompok 03 Pendahuluan
11. Keausan
Yaitu hilangnya sejumlah lapisan permukaan material karena
adanya gesekan antara permukaan dengan benda lain.
Dalam sifat mekanik terdapat beberapa macam pembebanan, yaitu :
1. Pembebanan statik, yaitu pembebanan yang sifatnya statik atau besarnya
tetap dari waktu ke waktu.
2. Pembebanan dinamik, yaitu pembebanan yang besarnya beban dapat
berubah-ubah atau bisa disebut dinamis.
1.3 Perlakuan Panas
Perlakuan panas adalah pengubahan sifat-sifat bahan dengan pemanasan
dan pendinginan tertentu untuk menghasilkan sifat bahan tertentu dan sesuai batas
kemampuan dari masing-masing bahan. Proses dalam perlakuan panas ada 3,
yaitu heating, holding, dan cooling. Pada proses heating, material dipanaskan
sampai terjadi pembentukan butir, kemudian material diholding, yaitu dipanaskan
pada suhu tetap untuk menyamakan butir yang terbentuk, kemudian material
dicooling / didinginkan, untuk membentuk struktur yang kita inginkan.
A. Perlakuan Panas Fisik
1. Hardening
Hardening adalah perlakuan panas yang bertujuan untuk
memperoleh kekerasan maksimum pada logam baja. Baja tersebut
dipanaskan hingga suhu tertentu antara 20-50°C di atas garis A3
(tergantung dari kadar karbon) dan selanjutnya ditahan pada suhu
tertentu, kekerasan maksimum yang dicapai tergantung kadar
karbon, kemudian didinginkan dengan cepat (quenching), media
pendingin yang digunakan antara lain air, oli, lempung, dll.
2. Annealing
Annealing adalah perlakuan panas yang digunakan untuk
meningkatkan keuletan, menghilangkan tegangan dalam,
menghaluskan ukuran butir dan meningkatkan sifat mampu mesin.
Prosesnya adalah dengan memanaskan material sampai suhu
sekitar 50°C di atas garis A3, holding beberapa saat kemudian
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Semester Ganjil 2015/2016
7
Kelompok 03 Pendahuluan
didinginkan secara perlahan dalam dapur pemanas atau media
terisolasi.
3. Normalizing
Normalizing adalah perlakuan panas yang digunakan untuk
menghaluskan struktur butiran, menghilangkan tegangan dalam.
Prosesnya dengan pemanasan sampai 30-40°C di atas garis A3 dan
didinginkan pada udara temperatur ruang.
4. Tempering
Tempering adalah Tempering digunakan untuk mengurangi
tegangan dalam dan melunakkan bahan setelah di Hardening dan
meningkatkan keuletan.
Adapun macam-macam Tempering adalah :
a. Martempering
Martempering adalah perbaikan dari prosedur
quenching dan digunakan untuk mengurangi distorsi selama
pendinginan. Pada proses pendinginan, baja diquenching
hingga sedikit di atas garis Ms, lalu ditahan hingga suhu
pada inti sama dengan suhu pada permukaan, kemudian
didinginkan dalam suhu kamar.
Gambar 1.2 Diagram prosedur martempering
Sumber : R. E. Smallman (1991:448)
b. Austempering
Austempering bertujuan untuk meningkatkan
keuletan, ketahanan impact, dan mengurangi distorsi.
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Semester Ganjil 2015/2016
8
Kelompok 03 Pendahuluan
Struktur yang dihasilkan adalah bainit. Pada proses
pendinginan, baja didinginkan dalam media garam pada
suhu di atas garis Ms.
Gambar 1.3 Diagram prosedur austemper
Sumber : R. E. Smallman (1991:448)
B. Perlakuan panas Kimiawi
1. Carburizing
Carburizing merupakan suatu proses penjenuhan lapisan
permukaan besi dengan karbon. Baja yang diikuti dengan
Hardening akan mendapatkan kekerasan yang sangat tinggi, sedang
bagian tengahnya tetap lunak.
2. Nitriding
Proses ini merupakan proses penjenuhan permukaan baja
dengan nitrogen, yaitu dengan cara melakukan holding dalam
waktu yang agak lama pada temperatur 480˚C - 650˚C dalam
lingkungan amoniak ( NH3 ). Nitriding digunakan untuk
meningkatkan kekerasan, ketahanan gesek dan fatigue.
3. Cyaniding
Proses ini merupakan proses penjenuhan permukaan baja
dengan unsur karbon dan nitrogen, bertujuan untuk meningkatkan
kekerasan, ketahanan gesek, dan kelelahan. Bila proses ini
dilakukan diudara disebut carbon nitriding.
4. Sulphating
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Semester Ganjil 2015/2016
9
Kelompok 03 Pendahuluan
Perlakuan panas yang digunakan untuk meningkatkan
ketahanan gesek dari bagian bagian mesin maupun alat-alat tertentu
dari bahan HSS dengan cara penjenuhan permukaan dengan sulfur.
C. Perlakuan Panas pada Permukaan
1. Flame Hardening
Flame Hardening adalah pengerasan yang dilakukan
dengan memanaskan baja pada nyala api. Permukaan baja
dipanaskan hingga suhu di atas suhu kritis atas, lalu di quenching
dengan semprotan air.
2. Induction Surface Hardening
Pemanasan yang dilakukan dengan menggunakan arus
listrik frekuensi tinggi. Pendinginan dilakukan dengan
penyemprotan air setelah pemanasan selesai.
3. Electrolite Bath Hardening
Pemanasan yang dilakukan dalam suatu larutan elektrolit,
yang biasanya digunakan adalah 5% - 10% sodium karbonat dan
digunakan arus DC. Prosesnya yaitu baja dipakai sebagai katoda,
sehingga terbentuk gelembung gelembung hidrogen tipis. Karena
konduktivitas dari gelembung hidrogen rendah maka arus
meningkat cepat pada katoda, akibatnya katoda mengalami
pemanasan pada temperatur yang sangat tinggi. Logam yang
dikeraskan dicelupkan dalam elektrolit sedalam bagian yang akan
dikeraskan. Setelah proses dipanaskan, aliran listrik diputus dan
elektrolit digunakan sebagai media quenching.
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Semester Ganjil 2015/2016
10
Kelompok 03 Pendahuluan
1.4 Diagram Fasa Fe-Fe3C
Gambar 1.4 Diagram Baja Karbon
Sumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Dari Diagram diatas, dapat kita lihat pada proses pendinginan perubahan
struktur kristal dan struktur makro sangat bergantung pada komposisi kimia. Pada
Kandungan karbon 0,83% sampai 6,67% terbentuk struktur makro yang
dinamakan cementit Fe3C.
Penjelasan tentang diagram fasa Fe- Fe3C akan dijelaskan sebagai berikut :
0,008%C : batas kelarutan maksimum karbon pada ferrite dengan
temperature kamar.
0,025%C : batas ketentuan maksimum karbon pada ferrite
temperature7230C.
0.83%C : titik eutectoid
Garis A0 : garis temperature dimana terjadi perubahan magnetic pada
cementit.
Garis A1 : garis temperature dimana terjadi perubahan austenite
menjadi
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Semester Ganjil 2015/2016
11
Kelompok 03 Pendahuluan
ferrite pada pendinginan.
GarisA2 : garis temperature dimana terjadi transformasi magnetic pada
ferrite.
Garis A3 : garis dimana terjadi perubahan ferrite menjadi austenite
(gamma)
pada pemanasan.
a. Reaksi pada diagram Fase Fe-Fe3C
1. Reaksi Baja eutectoid 0,83% C
Baja pada jenis ini apabila ferrite dipanaskan diatas suhu
austenite (723oC – 1333oC) maka akan berubah menjadi fasa
austenite. Dan apabila didinginkan lagi perlahan-lahan maka akan
menjadi fasa pearlite. Jadi fasa terakhir pada baja eutectoid ini
adalah 100% pearlite.
Gambar 1.5 Kurva TTT untuk eutektoid
Sumber : R. E. Smallman (1991:433)
2. Reaksi pada Baja Hypoeutectoid (%C<0,8%)
Baja pada jenis ini apabila ferrite dipanaskan maka akan
menjadi fasa austenite. Dan apabila didinginkan akan berubah
menjadi fasa ferrite + austenite. Dan apabila didinginkan terus
maka austenite akan berubah fasa menjadi pearlite. Dari
kandungan karbon 0.025% yang mengandung 100% ferrite dan
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Semester Ganjil 2015/2016
12
Kelompok 03 Pendahuluan
semakin bertambah kandungan karbonnya maka akan semakin
bertambah pula fasa pearlite yang terbentuk. Hingga ke batas akhir
baja karbon hypoeutectoid adalah 0.083% C.
3. Reaksi pada Baja Hypereutectoid
Baja pada jenis ini adalah baja dengan kandungan karbon
tertinggi. Apabila dipanaskan akan menjadi fasa austenite. Dan
ketika didinginkan pada batas butir terjadi perubahan fasa menjadi
cementite. Apabila pendinginan secara terus menerus maka fasa
austenite akan menjadi pearlite. Dari kandungan karbon 0.83%
yang mengandung 100% pearlite akan berkurang jumlah dan fasa
cementite akan bertambah jumlah semakin banyak kandungan
karbonnya hingga batas akhir kandungan karbon baja
hypereutectoid adalah 2% C.
b. Fase- fase yang terdapat pada diagram fase Fe-Fe3C
1. Ferit
Adalah larutan padat karbon yang strukturnya kristal BCC (Body
Centered Cubic).
Sifat ferite :
- Stabil dibawah suhu 810˚C
- tidak dapat dikeraskan karena kandungan karbon sedikit,
kandungan maksimum 0,025% C pada suhu 723˚C
- Lunak, liat, tahan karat
- BHN = 60-100 BHN
2. Austenit
Adalah larutan padat karbon yang mempunyai struktur FCC (Face
Centered Cubic). Sifat dari austenit :
- Stabil pada suhu sekitar 1350˚C
- Dapat dikeraskan dengan 2% C
- Dapat Ditempa dimana tegangan tarik sekitar 5000 Psi
- Spesifik volume rendah dibanding mikrostruktur lain
- Lunak, Non Magnetic, moldable, tidak ductile
- BHN = 170-200 BHN
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Semester Ganjil 2015/2016
13
Kelompok 03 Pendahuluan
3. Cementit
Adalah senyawa besi dan karbon dengan kandungan karbon 6,67%
disebut juga carbide.
Sifat cementit
- Stabil dibawah suhu 1500˚C
- Rapuh, magnetis
- Campuran cementit dan austenit disebut ledeburit
- Campuran cementit dan ferite disebut Pearlit
- BHN = 620 BHN
4. Ledeburit
Disebut besi eutectoid yang tersusun atas 2 fase yaitu Austenit dan
Cementit dengan kandungan karbon 0,83%.
Sifat ledeburit :
- Keras, rapuh , dan getas
- BHN= 700 BHN
5. Pearlit
Adalah baja eutectoid yang tersusun atas 2 fasa yaitu Ferite dan
Cementit dengan kandungan karbon 0,83%. Sifat pearlit :
- Keras, tidak tahan panas
- BHN = 160-200BHN
6. Besi Delta
Terbentuk pada temperatur 1400-1500 ˚C, kandungan karbon 0,1 %.
Sifat besi delta :
- Lunak
- Dapat Ditempa
c. Jenis - jenis reaksi yang terdapat pada diagram fase Fe-Fe3C
1. Reaksi Eutectoid
Reaksi yang terjadi pada daerah dengan kadar karbon 0,8 % dan
temperatur 723 ˚C. Reaksi ini terdapat dua padatan yaitu α dan β
menjadi padatan baru yaitu α, begitu juga sebaliknya, padatan harus
bereaksi menjadi α dan β.
α + β -> ɤ
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Semester Ganjil 2015/2016
14
Kelompok 03 Pendahuluan
solid 1 + Solid 2 ->Solid 3
Ferite + Pearlit ->Austenit
2. Reaksi eutektik
Reaksi yang terjadi pada karbon 4,3% dan pada temperatur 1148˚C.
Reaksi ini terdapat dua fasa padat yaitu A dan B kemudian bereaksi
menjadi fase cair L, begitu juga sebaliknya.
A + B -> L
solid 1 + Solid 2 ->Liquid
Ledeburit + Cementit
3. Reaksi Peritektik
Reaksi yang terjadi pada temperatur 1493˚C daerah eutectoid.
Reaksi ini terdapat dua padatan ɤ dan δ yang bereaksi dan berubah
menjadi fase cair (L), begitu juga sebaliknya.
ɤ + δ -> L
solid 1 + Solid 2 ->Liquid
Austenit + Delta
1.5 Diagram TTT (Time Temperature Transformation)
Diagram TTT merupakan salah satu jenis diagram material yang bisa
digunakan untuk memprediksi hasil akhir dari suatu transformasi. Banyak ahli
metalurgi berpendapat bahwa waktu dan temperatur transformasi austenit
mempunyai pengaruh yang besar terhadap produk hasil trasnformasi dan
properties baja. Karena austenit tidak stabil dibawah suhu kritis bawah, sangat
penting untuk diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk austenit selesai
bertransformasi, dan bertransformasi menjadi apa pada akhirnya austenit tersebut
pada temperatur konstan dibawah temperatur kritis bawah. Proses transformasi
tersebut dinamakan Transformation Temperature Time (TTT).
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Semester Ganjil 2015/2016
15
Kelompok 03 Pendahuluan
Gambar 1.6 : Diagram TTT
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)
1.1.6 Diagram CCT (Continuous Cooling Transformation )
Diagram Continous Cooling Transformation atau biasa disebut CCT
diagram, merupakan diagram yang menggambarkan hubungan antara laju
pendingin kontinu dengan fasa atau struktur yang terbentuk setelah terjadinya
transformasi fasa secara teoritis. Kurva pendinginan CCT tidak terdapat pada TTT
diagram dan berlangsung kontinyu. Diagram TTT hanya menunjukkan hubungan
waktu, temperatur untuk transformasi austenit yang terjadi pada temperatur
konstan.
Hubungan pendinginan secara kontinyu terdapat pada tansformasi di
diagram CCT. CCT diagram pada hakekatnya adalah turunan dari TTT diagram,
yaitu dengan menggeser nose (merupakan titik penting terjadinya CCT) ke bawah.
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Semester Ganjil 2015/2016
16
Kelompok 03 Pendahuluan
Gambar 1.7 : Diagram CCT
Sumber: H. Boyer (1977:376)
1.1.7 Pergeseran Titik Eutetectoid
Diagram fase Fe-Fe3C dibuat tanpa unsur paduan, jika terdapat unsur
paduan maka diagram akan mengalami pergeseran, sedangkan pergeseran yang
terjadi pada diagram ini dapat ditentukan dengan bantuan diagram berikut ini.
Gambar 1.8 : Pengaruh paduan Terhadap Suhu Dan Komposisi Eutectoid
Sumber : R. E. Smallman (1991:434)
Dari diagram diatas terlihat komposisi unsur paduan mempengaruhi
komposisi eutectoid dan suhu pada gambar (b). Unsur paduanmenggeser
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Semester Ganjil 2015/2016
17
Kelompok 03 Pendahuluan
temperatur eutectoid dari 723˚C menjadi naik atau turun tergantung jenis dari
besarnya unsur paduan yang ditambah. Pergeseran dari diagram Fasa dapat
dihitung dari pergeseran titik eutectoid (perpotongan AC3 dan Acm pada diagram
fasa) dengan rumus :
𝑇𝐶 = ∑ 𝑇𝐶𝑥 %𝐶∞
𝑐=𝑎
∑ %𝐶∞𝑐=𝑎
%𝐶 = ∑ 𝑇𝐶𝑥 %𝐶∞
𝑐=𝑎
∑ 𝑇𝐶∞𝑐=𝑎
Contoh soal :
Diketahui komposisi kimia suatu spesimen Cr = 1,2%, Mn = 0,3%, Si =
0,2%. tentukan pergeseran titik eutectoidnya. Penyelesaiannya :
Tabel 1.1 Komposisi Kimia Bahan
Unsur Paduan % paduan Suhu Eutectoid % C
Cr 1,2% 740˚C 0,65
Mn 0,3% 720˚C 0,76
Si 0,2% 730˚C 0,74
Sumber : Dokumen Pribadi
𝑇𝐶 = ∑ 𝑇𝐶𝑥 %𝐶∞
𝑐=𝑎
∑ %𝐶∞𝑐=𝑎
= (740 𝑥 0,65) + (720𝑥0,76) + (730𝑥0,74)
0,65 + 0,76 + 0,74
𝑇𝐶 = 729,49 ˚C
%𝐶 = ∑ 𝑇𝐶𝑥 %𝐶∞
𝑐=𝑎
∑ 𝑇𝐶∞𝑐=𝑎
= (740 𝑥 0,65) + (720𝑥0,76) + (730𝑥0,74)
740 + 720 + 730
%𝐶 = 0,76%
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
Laporan Semester Ganjil 2015/2016
18
Kelompok 03 Pendahuluan
Keterangan : Fe – Fe3C
Pergeseran Titik Eutectoid
Gambar1.33 :Grafik Pergeseran Tititk Eutectoid
Sumber : Dokumen Pribadi