Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

22
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. KAJIAN PUSTAKA 1. Hakikat IPS IPS di sekolah dasar tidak mengajarkan disiplin ilmu ilmu sosial , melainkan mengajarkan konsep konsep esensi ilmu sosial untuk membentuk subjek didik menjadi warga negara yang baik. Berkenaan dengan pernyataan ini, istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang secara resmi mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1975. Sesuai dengan sebutannya sebagai ilmu, ilmu social itu tekanannya kepada keilmuan yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat atau kehidupan sosial. Berkenaan dengan ilmu sosial ini, Norma Mackensie (1975) dalam Ischak (2001:1.31) mengemukakan bahwa ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain adalah semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. IPS seperti halnya IPA, Matematika, Bahasa Indonesia merupakan bidang studi. Dengan demikian IPS sebagai bidang studi memiliki garapan yang dipelajari cukup luas. Bidang garapannya itu meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan manusia dimasyarakat. Tekanan yang dipelajari IPS bermaknaan dengan gejala gejala dan masalah kehidupan masyarakat bukan pada teori dan keilmuannya, melainkan pada kenyataan kehidupan kemasyarakatan. Dari gejala dan masalah sosial tadi ditelaah,

Transcript of Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

Page 1: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. KAJIAN PUSTAKA

1. Hakikat IPS

IPS di sekolah dasar tidak mengajarkan disiplin ilmu – ilmu sosial ,

melainkan mengajarkan konsep – konsep esensi ilmu sosial untuk

membentuk subjek didik menjadi warga negara yang baik. Berkenaan

dengan pernyataan ini, istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang secara

resmi mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1975. Sesuai dengan

sebutannya sebagai ilmu, ilmu social itu tekanannya kepada keilmuan

yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat atau kehidupan sosial.

Berkenaan dengan ilmu sosial ini, Norma Mackensie (1975) dalam

Ischak (2001:1.31) mengemukakan bahwa ilmu sosial adalah semua

bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau

dengan kata lain adalah semua bidang ilmu yang mempelajari manusia

sebagai anggota masyarakat.

IPS seperti halnya IPA, Matematika, Bahasa Indonesia merupakan

bidang studi. Dengan demikian IPS sebagai bidang studi memiliki garapan

yang dipelajari cukup luas. Bidang garapannya itu meliputi gejala-gejala

dan masalah kehidupan manusia dimasyarakat. Tekanan yang dipelajari

IPS bermaknaan dengan gejala – gejala dan masalah kehidupan

masyarakat bukan pada teori dan keilmuannya, melainkan pada kenyataan

kehidupan kemasyarakatan. Dari gejala dan masalah sosial tadi ditelaah,

Page 2: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

9

dianalisis faktor-faktornya, sehingga dapat dirumuskan jalan

pemecahannya.

Berdasarkan uraian di atas maka definisi IPS adalah bidang studi

yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah social di

masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu

perpaduan. Menurut Ischak.SU (2001:1.36). Demikian IPS yang diajarkan

pada pendidikan dasar menjadi pengantar bagi mempelajari IPS/studi

social ataupun ilmu social di perguruan tinggi. Bahkan dalam kerangka

kerja dapat saling melengkapi. Hasilnya penelaah IPS dapat dimanfaatkan

oleh ilmu sosial dan sebaliknya hasil kajian ilmu social dapat

dimanfaatkan oleh IPS.

Tujuan pendidikan IPS di SD adalah sebagai berikut:

a. Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam

kehidupannya kelak dimasyarakat.

b. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi,

menganalisis, dan menyusun alternative pemecahan masalah social

yang terjadi dalam kehidupan dimasyarakat.

c. Membekali anak didik dengan dengan kemampuan berkomunikasi

dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta

bidang keahlian.

d. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan

keterampilan terhadap pmanfaatan lingkungan hidup yang menjadi

bagian dari kehidupan tersebut.

Page 3: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

10

e. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan

pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan

masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Belajar dan mengajar

1. Belajar

a) Pengertian belajar

Di sekolah dilakukan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh

guru. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu

proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagian hasil dari

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Perubahan – perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah

laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya,” Slameto (2010:2).

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik

sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam

diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Ciri – ciri

perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar:

1. Perubahan terjadi secara sadar

2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Page 4: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

11

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

b) Jenis – jenis belajar

Dalam belajar memiliki beberapa jenis adapun jenis –

jenisnya menurut Slameto (2010 : 5-8):

1. Belajar bagian (part learning, fractioned learning)

Memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian – bagian

yang satu sama lain berdiri sendiri.

2. Belajar dengan wawasan (learning by insight)

Teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola –

pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku

yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan.

3. Belajar diskriminatif (discriminative learning)

Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk

memilih beberapa sifat situasi/stimulus dan kemudian

menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

4. Belajar globali keseluruhan (global whole learning)

Belajar secara keseluruhan berulang sampai pelajar

menguasainya.

5. Belajar insidental (incidental learning)

Belajar insidental bila tidak ada instruksi atau petunjuk yang

diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan

diujikan kelak.

Page 5: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

12

6. Belajar instrumental (instrumental learning)

Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi seseorang siswa yang

diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada

apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil

atau gagal.

7. Belajar intensional (intentional learning)

Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar

insidental.

8. Belajar laten (latent learning)

Belajar laten, perubahan – perubahan tingkah laku yang terlihat

tidak terjadi secara segera.

9. Belajar mental (mental learning)

Belajar dengan cara melakukan observasi tingkah laku orang

lain membayangkan gerakan – gerakan orang lain.

10. Belajar produktif (productive learning)

belajar adalah mewngatur kemungkinan untuk mlakukan

transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi yang lain.

11. Belajar verbal (verbal learning)

Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan

melalui latihan dan ingatan.

Page 6: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

13

c) Teori – teori belajar

1) Teori Gestalt

teori dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman,

sekarang menjadi tenar di seluruh dunia.hukum yang

berlaku dalam belajar dalam belajar yaitu:

Gestalt mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah unsur-

unsurnya.

Gestalt timbul lebih dahulu daripada bagian-bagiannya.

Jadi dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian

pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk

memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting

bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi

mengerti atau memperoleh insight. Sifat-sifat belajar

dengan insight ialah:

Insight tergantung dari kemampuan dasar

Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang

relevan

Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur

sedemikian rupa sehingga segala aspek yang perlu

dapat diamati.

Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh

dari langit

Belajar dengan insight dapat diulangi

Page 7: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

14

Insight sekali didapat digunakan untuk menghadapi

situasi-situasi yang baru.

2) Teori Belajar menurut J.Burner

Kata Bruner belajar tidak untuk mengubah tingkah laku

sseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah

menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar

lebih banyak dan mudah.

3) Teori Belajar dari Piaget

Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar

pada anak – anak adalah sebagai berikut:

a. Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan

orang dewasa.

b. Perkembangan mental pada anak melalui tahap – tahap

tertentu menurut suatu urutan yang sama bagi semua

anak.

c. Walaupun berlangsungnya tahap – tahap perkembangan

itu melaui suatu urutan tertentu, tetapi jangka waktu

untuk berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain tidaklah

selalu sama pada setiap anak.

d. Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh faktor

kemasakan, pengalamn, interaksi sosial, equilibration

(proses dari ketiga faktor di atas bersama – sama untuk

membangun dan memperbaik struktur mental).

Page 8: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

15

e. Tahap perkembangan

4) Teori dari R. Gagne

Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi,

yaitu:

a. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi

dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan

tingkah laku

b. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

Mulai masa bayi manusia mengadakan interaksi dengan

lingkungan, tetapi baru dalam bentuk ”sensori-motor

coordination”. Kemudian ia mulai belajar berbicara dan

menggunakan bahasa. Kesanggupan untuk menggunakan

bahasa ini penting artinya untuk belajar. Tugas pertama

yang dilakukan anak ialah meneruskan “soialisasi” dengan

anak lain, atau orang dewasa, tanpa pertentangan bahkan

untuk membantu memenuhi kebutuhan – kebutuhan

keranahan dan konsiderasi pada anak itu. Tugas kedua ialah

belajar menggunakan simbol-simbol yang menyatakan

keadaan sekelilingnya seperti :gambar, huruf, angka,

diagram dan sebagainya).

5) Purposeful Learning

Merupakan belajar yang dilakukan dengan sadar untuk

mencapai tujuan dan yang akan:

Page 9: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

16

a. Dilakukan siswa sendiri tanpa perintah atau bimbingan

orang lain.

b. Dilakukan siswa dengan bimbingan orang lain di dalam

situasi belajar mengajar di sekolah.

d) Prinsip – prinsip belajar

1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar.

2. Sesuai hakikat belajar.

3. Sesuai matri/bahan yang harus dipelajari.

4. Syarat keberhasilan belajar.

e) Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar

1. Faktor intern

Merupakan faktor yang terdapat di dalam diri manusia. terdiri

atas tiga faktor yaitu:

a. Faktor jasmaniah

1) Faktor kesehatan

Kesehatan sesorang berpengaruh terhadap belajarnya.

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan

seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat,

kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika

badannya lemah kurang darah ataupun gangguan –

gangguan kelainan – kelainan fungsi alat indera serta

tubuhnya.

Page 10: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

17

2) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah suatu yang menyebabkan kurang

baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.

b. Faktor psikologis

Ada tujuh faktor psikologis yang mempengaruhi belajar

sebagai berikut:

1) Intelegensi

Menurut J.P.Chaplin (dalam Slameto, 2010 : 55-59),

intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis

yaitu kecakapan untuk menghadapi, menyesuaikan ke

dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,

mengetahui menggunakan konsep – konsep yang abstrak

secara efektif.

2) Perhatian

Menurut Ghazali (dalam Slameto, 2010 :56) perhatian

adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun

semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau

sekumpulan objek.

3) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

4) Bakat

Menurut Hilgard (dalam Slameto, 2010 : 57) bakat

adalah kemampuan untuk belajar dimana kempuan

Page 11: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

18

tersebut terealisasi menjadi kecakapan yang nyata

sesudah belajar dan berlatih.

5) Motif

Motif erat hubungannya dengan tujuan yang akan

dicapai dalam menentukan tujuan dapat disadari atau

tidak akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut perlu

berbuat sedangkan penyebab berbuat adalah motif

sebagai daya penggerak.

6) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam

pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah

siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

7) Kesiapan

Menurut James Drever (dalam Slameto, 2010 : 59),

kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau

bereaksi.

c. Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit dipisahkan tetapi

terbagi menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan

lemah lunglainya tubuh dari timbul kencenderungan untuk

membaringkan badan. Terjadi karena substansi sisa

pembakaran di dalam tubuh sehingga darah /kurang lancar

pada bagian-bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani

Page 12: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

19

dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,

sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu

hilang.

2. Faktor ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat

dibedakan menjadi 3 faktor yaitu:

a. Faktor keluarga

Siswa menerima pengaruh dari keluarga berupa cara

orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga

suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga.

b. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,

relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran,

dan waktu sekolah.

c. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan kaktor ekstern yang juga

berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh terjadi

karena keberadaan siswa di masyarakat.

2. Mengajar

a. Teori-teori mengajar

Teori – teori yang dimaksud dikaitkan dengan apa mengajar itu.

Page 13: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

20

1) Definisi lama:mengajar ialah penyerahan kebudayaan berupa

pengalaman – pengalaman dan kecakapan kepada anak didik

kita.

2) Definisi dari DeQueliy dan Ghazali : mengajar adalah

menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling

singkat dan tepat.

3) Definisi yang modern dari Negara-negara yang sudah

maju:”teaching is the guidance of learning”. Mengajar adalah

bimbingan kepada siswa dalam proses belajar.

4) Kilpatrik menunjukkan definisi mengajar yang tegas, dengan

dasar pemikiran pada gambaran perjuangan hidup umat

manusia.

5) Alvin W.Howard

Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong,

membimbing, seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau

mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations

(penghargaan) dan knowledge.

b. Prinsip – prinsip mengajar

1) Perhatian

2) Aktivitas

3) Apersepsi

4) Peragaan

5) Repetisi

6) Korelasi

Page 14: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

21

7) Konsentrasi

8) Sosialisasi

9) Individualistis

10) Evaluasi

3. Pengertian prestasi belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan

siswa dalam memperolah prestasi. Dan untuk mengetahui berhasil

tidaknya seseorang dalam belajar, maka perlu dilakukan evaluasi. Adapun

prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar

yang telah dilakukan.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari

kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan

prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar pada

umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar

meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Zaenal Arifin (2009:12)

menyebutkan bahwa prestasi belajar merupakan suatu masalah yang

bersifat perenial dalam kehidupan manusia, karena sepanjang rentang

kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan

kemampuan masing–masing.

Menurut Lanawati (dalam Reni Akbar-Hawadi, 2006:168), Prestasi

belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil

belajar siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi

pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari siswa.

Page 15: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

22

Berdasarkan kedua pendapat diatas tentang prestasi belajar maka

dapat disimpulkan bahwa, prestasi belajar merupakan kecakapan atau hasil

konkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Dan prestasi

dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses

pembelajaran, dalam bentuk nilai tes yang diberikan oleh pendidik. Nilai

tersebut terutama dilihat dari aspek kognitifnya, Karena aspek ini yang

sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan pengetahuan dan

keterampilan sebagai ukuran pencapaian hasil belajar.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Miranda,

Winkel, dan Santrock (dalam Reni Akbar Hawadi, 2006:168) menyatakan

bahwa prestasi belajar siswa ditentukan oleh faktor-faktor yang ada pada

siswa, pada lingkungan keluarga, pada lingkungan sekolah dan pada

lingkungan sosial yang lebih luas.

Menurut Kartini Kartono (dalam Tulus, 2004:80) ada beberapa

faktor penghambat prestasi belajar, yaitu: Pertama, penghambat dari dalam

meliputi faktor kesehatan, kecerdasan, perhatian, minat dan bakat. Kedua,

penghambat dari luar meliputi faktor keluarga, sekolah, disiplin sekolah,

masyarakat, lingkungan tetangga dan faktor aktifitas organisasi.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka jika seseorang gagal

dalam studi atau kurang baik prestasinya, belum tentu karena tidak pandai.

Kegagalan atau kurang baiknya prestasi siswa dapat terjadi karena faktor-

faktor tersebut.

Page 16: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

23

4. Model pembelajaran

Model pembelajaran adalah prosedur sistematis saat

mengorganisasikan pengalaman belajar buat meraih tujuan belajar. Dapat

juga diartikan satu pendekatan yang dipakai didalam aktivitas

pembelajaran.

Jadi, sesungguhnya model pembelajaran mempunyai makna yang

sama juga dengan pendekatan, kiat atau metode pembelajaran. Sekarang

ini sudah banyak dikembangkan beraneka macam model pembelajaran,

dari yang simpel sampai model yang agak kompleks dan rumit sebab

membutuhkan banyak alat bantu didalam penerapannya.

Ciri-ciri model pembelajaran:

1. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya.

2. Landasan pemikiran perihal apa dan bagaimana siswa belajar.

3. Perilaku mengajar yang diperlukanagar model tersebut bisa

dilaksanakan dengan berhasil.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat

terwujud.

Pilih model pembelajaran yang baik. Jadi seorang guru mesti dapat

pilih model pembelajaran yang sesuai untuk peserta didik. Sebab itu saat

memilih model pembelajaran, guru mesti memperhatikan kondisi atau

keadaan siswa, bahan pelajaran dan sumber-sumber belajar yang ada

Page 17: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

24

supaya penggunaan model pembelajaran bisa diterapkan dengan efektif

dan mendukung kesuksesan belajar siswa.

Seorang guru diinginkan mempunyai semangat dan motivasi

pembaharuan didalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut

Sardiman a. M. ( 2004 : 165 ), guru yang kompeten adalah guru yang

dapat mengelola program belajar-mengajar. Mengelola disini mempunyai

makna yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru dapat

menguasai keterampilan dasar mengajar, layaknya membuka dan menutup

pelajaran, menjelaskan, menvariasi media, ajukan pertanyaan, mengasih

penguatan, dan seterusnya, juga bagaimana guru menerapkan kiat, teori

belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

Pendapat sama dikemukakan oleh Colin Marsh ( 1996 : 10 ) yang

menyebutkan bahwa guru mesti mempunyai kompetensi mengajar,

menyemangati peserta didik, buat model instruksional, mengelola kelas,

berkomunikasi, berencana pembelajaran, dan mengevaluasi. Semua

kompetensi tersebut mendukung kesuksesan guru saat mengajar.

Tiap-tiap guru mesti mempunyai kompetensi adaptif terhadap tiap-

tiap perubahan ilmu dan pengetahuan dan kemajuan di bidang pendidikan,

baik yang menyangkut perbaikan mutu pembelajaran ataupun semua

perihal yang terkait dengan peningkatan prestasi belajar peserta didiknya.

5. Pembelajaran example non example

1. Pengertian pembelajaran Example Non Example

Page 18: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

25

Pembelajaran Examples Non Examples adalah suatu tipe model

pembelajaran Problem Based Learning. Pembelajaran ini membelajarkan

murid terhadap permasalahan yang ada di sekitarnya melalui analisis

contoh-contoh berupa gambar-gambar/foto/kasus yang bermuatan

masalah. Murid diarahkan untuk mengidentifikasi masalah, mencari

alternatif pemecahan masalah, dan menentukan cara pemecahan masalah

yang paling efektif, serta melakukan tinadak lanjut (Komalasari, 2010:

61).

2. Keuntungan dari metode example non example

Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non

Example antara lain:

a. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan

untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih

mendalam dan lebih kompleks.

b. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang

mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif

melalui pengalaman dari Example non Example.

c. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi

karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian

example non example yang dimungkinkan masih terdapat

beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep

yang telah dipaparkan pada bagian example.

3. Langkah – langkah penerapan pembelajarajan example non example

menurut (Komalasari 2010: 61) adalah sebagai berikut :

Page 19: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

26

a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat

OHP.

c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa

untuk memperhatikan / menganalisa gambar.

d. Melalui diskusi kelompok 4-5 orang siswa, hasil diskusi dari

analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.

e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

f. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan

materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

g. Kesimpulan.

B. KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat

dikemukakan kerangka berpikir sebagai berikut:

Proses belajar mengajar banyak faktor yang mempengaruhi

keberhasilannya antara lain penguasaan materi, kemampuan awal yang

dimiliki siswa, pendekatan pengajaran yang digunakan maupun ketepatan

pemilihan metode pengajarannya. Untuk mengetahui berhasil tidaknya dan

tepat tidaknya pendekatan dan metode pengajaran yang digunakan perlu

diadakan evaluasi. Penggunaan pendekatan dan metode mengajar yang tepat

dapat menciptakan kondisi belajar yang bermakna. Pendekatan dan metode

yang dipilih guru dalam menyampaikan suatu materi pelajaran hendaknya

Page 20: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

27

mendukung untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Semakin tepat dan

sesuai dalam memilih metode mengajar, berarti memberikan hasil yang lebih

baik. Pemilihan model example non example dimaksudkan agar dalam

kegiatan pembelajaran IPS dapat memberikan pengalaman langsung dapat

memberi contoh dalam bentuk nyata. Penggunaan pendekataan dan metode ini

diharapkan agar dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna

sehingga konsep yang mereka dapatkan akan lebih lama tertanam dalam

ingatan mereka. Implikasi yang diharapkan ialah dengan menggunakan metode

tersebut dapat meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif siswa.

Pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan

yang lebih inovatif dan menarik dengan materi yang sama pada kelas yang

sama diprediksikan akan memberikan hasil yang memuaskan. Kelas yang

sama disini telah diasumsikan bahwa kelas tersebut kemampuan awalnya

terdistribusi normal dan homogen, sehingga hanya faktor treatmen yang sama

dengan dilakukan perbaikan pada tahap berikutnya diharapkan bisa

menghasilkan hasil berupa prestasi yang memuaskan.

Kemampuan awal siswa merupakan kemampuan atau pengetahuan

yang dimiliki siswa sebelum mendapat kemampuan atau pengetahuan baru

yang lebih tinggi dan kemampuan atau pengetahuan ini merupakan

kemampuan atau pengetahuan dasar agar siswa dapat lebih mudah menguasai

kemampuan atau pengetahuan yang lebih tinggi. Kemampuan awal yang

dimiliki siswa memang merupakan suatu acuan dalam keberhasilan kegiatan

belajar mengajar. Input yang baik dipastikan juga akan menghasilkan output

yang baik pula berlaku untuk sebalikannya. Siswa yang memiliki kemampuan

Page 21: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

28

awal tinggi dapat dipastikan juga menghasilkan hasil belajar yang baik,

sedangkan untuk siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dapat

dipastikan juga menghasilkan hasil belajar yang rendah dengan treatmen yang

sama. Perbedaan hasil belajar yang signifikan akan terlihat pada siswa yang

memiliki kemampuan awal tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki

kemampuan awal rendah. Sehingga, dapat diprediksikan akan terjadi

perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi

dan rendah yang mendapatkan pengajaran dengan model pembelajaran

example non example.

Diprediksikan tidak akan terdapat interaksi antara kemampuan awal

dengan model pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa. Tidak terdapatnya

interaksi disebabkan karena siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi akan

memiliki hasil belajar yang tinggi sedangkan siswa yang memiliki kemampuan

awal rendah akan mendapatkan hasil belajar yang rendah pula. Adanya

perbedaan hasil belajar antara siswa yang mendapatkan pembelajaran yang

berbeda maka apabila hasil-hasil itu nanti digambarkan dalam sebuah grafik

tidak akan terdapat perpotongan garis antara masing-masing pendekatan

dengan kriteria kemampuan awal tinggi yang rendah yang perpotongan garis

tersebut menunjukkan adanya interaksi antara kemampuan awal dan

pendekatan yang diberikan.

Kajian antara model pembelajaran, mengajar guru dan kemampuan

awal siswa secara terpisah akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Penyajian materi pelajaran oleh guru yang sebelumnya telah dirancang dan

dilaksanakan dengan baik tidak akan memberi manfaat yang berarti jika tidak

Page 22: Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E

29

didukung oleh kemampuan awal siswa. Prestasi belajar yang diharapkan oleh

guru dan siswa dengan model pembelajaran dan metode tersebut juga tidak

akan maksimal. Dengan menggunakan model pembelajaran example non

example diharapkan siswa dapat memperoleh prestasi yang baik.

C. HIPOTESIS

Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan diatas, maka dalam

penelitian ini hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

Ada peningkatan prestasi belajar IPS dalam materi peninggalan sejarah

bercorak Islam dengan menggunakan model pembelajaran example non

example.