BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA -...
Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA -...
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Basis Data
2.1.1 Basis Data
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.63), basis data adalah
sekumpulan data yang saling berkaitan secara logika dan deskripsi
dari data yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi suatu
organisasi.
Menurut Fathansyah (2015, p.2), basis data terdiri dari 2 kata,
yaitu Basis dan Data. Basis kurang lebih dapat diartikan sebagai
markas atau gedung, tempat bersarang atau berkumpul. Sedangkan
Data adalah representasi fakta dunia nyata yang mewakili suatu objek
seperti manusia (pegawai, siswa, pembeli, pelanggan), barang, hewan,
peristiwa, konsep, keadaan dan sebagainya, yang diwujudkan dalam
bentuk angka, huruf, simbol, teks, gambar, bunyi atau kombinasinya.
Sebagai satu kesatuan istilah, Basis Data (Database) sendiri
dapat didefinisikan dalam sejumlah sudut pandang, seperti:
a. Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan
yang diorganisasi sedemikian rupa agar kelak dapat
dimanfaatkan kembali dengan cepat dan mudah.
b. Kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan
secara bersama sedemikian rupa dan tanpa pengulangan
(redundansi) yang tidak perlu, untuk memenuhi berbagai
kebutuhan.
c. Kumpulan file atau tabel atau arsip yang saling
berhubungan yang disimpan dalam media penyimpanan
elektronis.
10
2.1.2 Database Management Systems
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.64), database
management systems (DBMS) adalah suatu sistem perangkat lunak
yang memungkinkan user untuk mendefinisikan, membuat,
memelihara, dan mengontrol akses ke database. DBMS juga
merupakan perangkat lunak yang berinteraksi dengan program
aplikasi pengguna dan database itu sendiri. Secara khusus, suatu
DBMS menyediakan fasilitas berikut ini:
a. Mengizinkan user untuk mendefinisikan database,
biasanya melalui suatu Data Definition Language (DDL).
DDL mengizinkan user untuk menentukan tipe data dan
struktur data serta constraints pada data yang akan
disimpan di database.
• CREATE, digunakan untuk membuat objek dalam
basis data.
• ALTER, digunakan untuk melakukan perubahan
terhadap objek dalam basis data, seperti
penambahan, penghapus kolom atau batasan dalam
tabel.
• DROP, digunakan untuk menghapus objek dalam
basis data. Perintah DROP dapat dibedakan
menjadi dua tipe, yaitu RESTRICT dan CASCADE.
Jika dispesifikasikan RESTRICT, dan terdapat
objek lain yang bergantung pada objek yang akan
dihapus maka perintah DROP akan ditolak.
Sedangkan, jika dispesifikasikan CASCADE, maka
perintah DROP akan dilakukan dan secara otomatis
akan menghapus objek lain yang bergantung pada
objek yang akan dihapus.
b. Mengizinkan user untuk insert, update, delete, dan
mengambil data dari database, biasanya melalui suatu
Data Manipulation Language (DML). Untuk mendukung
11
manipulasi data tersebut, DML menyediakan suatu fasilitas
umum yang disebut Query Language.
• SELECT, digunakan untuk mengambil dan
menampilkan data yang berasal dari satu atau lebih
tabel pada basis data.
• INSERT, digunakan untuk menambah data dalam
basis data.
• UPDATE, digunakan untuk mengubah data dalam
basis data.
• DELETE, digunakan untuk menghapus data dalam
basis data.
c. Menyediakan akses terkontrol ke database, sebagai
contoh:
• Security System, yang mencegah akses illegal user
ke database.
• Integrity System, yang menjaga konsistensi data
yang disimpan.
• Concurrency Control, memungkinkan pembagian
akses terhadap basis data.
• Recovery Control System, mengembalikan basis
data pada keadaan sebelumnya yang konsisten
apabila terjadi kegagalan pada perangkat keras atau
perangkat lunak.
• User Accessible Catalog, berisi deskripsi data
dalam basis data.
12
2.1.2.1 Komponen DBMS
Gambar 2.1 Komponen DBMS
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.66), komponen
dalam lingkungan DBMS terdiri dari 5 komponen utama,
yaitu:
1. Hardware
DBMS dan aplikasi membutuhkan hardware
(perangkat keras) untuk dijalankan. Hardware yang
dibutuhkan dapat berkisar dari sebuah personal komputer
sampai dengan mainframe atau sebuah jaringan
komputer.
2. Software
Komponen software terdiri dari DBMS itu sendiri
dan program aplikasi, beserta dengan sistem operasi,
termasuk perangkat lunak jaringan, jika DBMS
menggunakan jaringan.
3. Data
Data merupakan komponen paling penting dalam
lingkungan DBMS, namun saat ini juga merupakan
komponen paling penting dari sudut pandang end-users.
Dari gambar diatas, merupakan jembatan penghubung
antara komponen mesin dan komponen manusia.
4. Procedures
Prosedur mengacu pada instruksi dan peraturan
yang mengatur perancangan dan pengguna database. Para
13
pengguna sistem dan staff yang mengelola database
membutuhkan prosedur terdokumentasi tentang
bagaimana menggunakan atau menjalankan sistem.
Prosedur tersebut kemungkinan terdiri dari instruksi
bagaimana untuk:
• Log on ke DBMS.
• Menggunakan fasilitas DBMS tertentu atau
program aplikasi.
• Memulai dan menghentikan DBMS.
• Membuat salinan cadangan dari database.
• Menangani kesalahan perangkat lunak atau
perangkat keras.
5. People
People merupakan komponen terakhir yang
terlibat dalam sistem, namun akan berfokus pada ”roles”
dari people tersebut. Roles manusia dalam DBMS terdiri
atas:
a. Data and Database Administrators
Data Administrator (DA) bertanggung jawab
untuk pengelolaan data resource, termasuk
perancangan database, pengembangan dan
pemeliharaan standar, kebijakan dan prosedur, dan
perancangan conceptual atau logical database. DA
berkonsultasi dan memberikan saran kepada senior
managers, memastikan bahwa arah pengembangan
database pada akhirnya akan mendukung tujuan
perusahaan.
Database Administrator (DBA) bertanggung
jawab untuk menyediakan dukungan teknis untuk
perwujudan fisik database, termasuk perancangan
physical database dan implementasinya, keamanan
dan integrity control, pemeliharaan sistem operasional
14
dan memastikan performance aplikasi yang
memuaskan untuk user.
b. Database Designer
Dibagi menjadi dua tipe perancang database, yaitu:
a) Logical Database Designer
Berfokus pada mengidentifikasi data
(entity dan attribute), relasi antar data dan
constraints pada data yang disimpan di database.
Tahapan kerja logical database designer dibagi
dua, antara lain:
- Perancangan Conceptual Database, yang tidak
saling bergantung pada rincian implementasi,
seperti target DBMS, program aplikasi, bahasa
pemrograman atau pertimbangan physical
lainnya.
- Logical Database, yang menargetkan data
model tertentu, seperti relational, network,
hierarchical atau object-oriented.
b) Physical Database Designer
Menentukan bagaimana perancangan
logical database direalisasikan secara fisik. Hal
ini meliputi:
- Pemetaan perancangan logical database ke
dalam satu set table dan integrity constraints.
- Memilih struktur penyimpanan yang spesifik
dan metode akses untuk data mencapai kinerja
yang baik.
- Merancang langkah-langkah keamanan yang
dibutuhkan pada data.
15
c. Application Developers
Bertanggung jawab untuk membuat aplikasi
yang menyediakan fungsi-fungsi yang dibutuhkan
untuk end-user sesuai dengan bahasa pemrograman
third-generation (C, C++, C#, Java, Visual Basic,
COBOL, Fortran, Ada, or Pascal) atau fourth-
generation (SQL).
d. End-Users
End-users merupakan ”clients” dari database,
yang sudah dirancang dan diimplementasikan dan
akan dipelihara untuk menyajikan informasi yang
mereka butuhkan.
2.1.3 Application Programs
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.65), application
programs adalah suatu program komputer yang berinteraksi dengan
database yang memberikan permintaan yang sesuai (khususnya suatu
SQL statement) ke DBMS.
2.1.4 Structured Query Language (SQL)
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.192), suatu bahasa
operasi database memungkinkan user untuk:
1. Membuat database dan struktur relasinya.
2. Melakukan tugas dasar pengelolaan data, seperti
memasukkan, memodifikasi dan menghapus data dari
sebuah relasi.
3. Melakukan query baik simple ataupun kompleks.
Bahasa tersebut harus melakukan tugas-tugas diatas meskipun
usaha dari user minimal, dan struktur command serta syntax-nya harus
relatif mudah untuk dipelajari. Hal terakhir yang perlu diperhatikan
bahwa bahasa tersebut harus bersifat portable, yang berarti harus
16
sesuai dengan beberapa standar yang dikenal sehingga struktur
command dan syntax yang sama dapat digunakan pada DBMS lain.
SQL adalah salah satu contoh transform-oriented language,
yang memungkinkan user untuk mengubah input menjadi output yang
dibutuhkan. Sebagai bahasa, SQL memiliki dua komponen utama,
yaitu:
1. Data Definition Language (DDL)
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.193), data
definition language digunakan untuk mendefinisikan
struktur database dan melakukan kontrol akses ke data.
Connolly dan Begg mengemukakan bahwa SQL DDL
statements meliputi:
a. CREATE
• SCHEMA : membuat schema
• DOMAIN : membuat domain
• TABLE : membuat table
• VIEW : membuat view
• INDEX : membuat index
b. ALTER
• DOMAIN : mengubah domain
• TABLE : mengubah table
c. DROP
• SCHEMA : menghapus schema
• DOMAIN : mengahpus domain
• TABLE : menghapus table
• VIEW : menghapus view
• INDEX : menghapus index
17
2. Data Manipulation Language (DML)
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.193), data
manipulation language digunakan untuk pengambilan dan
modifikasi data. Connolly dan Begg (Ibid. p.196) juga
mengemukakan bahwa SQL DML statements meliputi:
a. SELECT
→ Untuk melakukan query di database.
b. INSERT
→ Untuk memasukkan data ke dalam tabel.
c. UPDATE
→ Untuk memodifikasi data di tabel.
d. DELETE
→ Untuk menghapus data dari tabel.
2.2 Database Sytem Development Lifecycles
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.347), dikarenakan suatu sistem
database merupakan suatu komponen fundamental dari sistem informasi
organization-wide yang lebih besar, database system development lifecyles
menjadi satu bagian dengan siklus hidup dari sistem informasi. Berikut ini
tahapan-tahapan dalam database system development lifecycle:
18
Gambar 2.2 Database System Development Lifecyles
2.2.1 Database Planning
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.347), Database
Planning atau Perencanaan Basis Data adalah aktifitas pengelolaan
yang memunginkan tahapan database system development lifecyle
untuk direalisasikan se-efisien dan se-efektif mungkin. Perencanaan
database harus terintegrasi dengan seluruh strategi sistem informasi
pada sebuah organisasi. Terdapat tiga hal utama dalam merumuskan
sebuah strategi sistem informasi, yaitu:
19
a. Mengidentifikasi rencana dan tujuan perusahaan berikut
kebutuhan sistem informasinya.
b. Mengevaluasi sistem informasi yang sedang berjalan untuk
menentukan kekuatan dan kelemahan yang ada.
c. Menaksirkan peluang IT yang mampu menghasilkan
keuntungan kompetitif.
2.2.2 System Definition
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.350), System Definition
atau Sistem Definisi menjelaskan ruang lingkup dan batasan sistem
database serta pandangan umum user. Sebelum melakukan desain
suatu sistem database, penting untuk mengidentifikasi batasan sistem
yang sedang diteliti dan bagaimana sistem itu berinteraksi dengan
sistem informasi lainnya terlebih dahulu. Penting juga untuk
memasukkan ke dalam batasan sistem tidak hanya user dan
application areas yang sekarang, tetapi juga user dan aplikasi
mendatang.
2.2.3 Requirement Collection and Analysis
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.350), Requirement
Collection and Analysis atau Pengumpulan dan Analisis Kebutuhan
adalah suatu proses pengumpulan dan penganalisaan informasi
tentang bagian dari organisasi yang didukung oleh sistem database
dan menggunakan informasi tersebut untuk mengidentifikasi
kebutuhan penganalisaan informasi yang disebut fact-finding
techniques. Informasi dikumpulkan untuk setiap user view (job role
atau enterprise application area), meliputi:
a. Deskripsi data yang digunakan atau dihasilkan.
b. Rincian bagaimana data digunakan atau dihasilkan.
c. Tambahan kebutuhan apapun terhadap sistem yang baru.
Informasi ini selanjutnya dianalisa untuk mengidentifikasikan
kebutuhan (fitur-fitur) yang akan dimasukan di sistem yang baru.
20
Kebutuhan tersebut dijelaskan di dalam dokumen kolektif yang
disebut requirement specifications untuk database yang baru.
Terdapat tiga pendekatan utama untuk mengelola kebutuhan dari
sistem database dengan beberapa user views:
a) The centralized approach
Kebutuhan setiap user view disatukan ke suatu set
tunggal untuk sistem database yang baru. Suatu data
model yang mewakili semua user views dibuat selama
tahapan perancangan database.
b) The view integration approach
Kebutuhan untuk setiap user view tetap dalam
bentuk daftar terpisah. Data model yang mewakili setiap
user view dibuat dan akan disatukan nantinya selama
tahapan perancangan database.
c) A combination of both approaches
2.2.4 Database Design
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.354), Database Design
atau Perancangan Basis Data adalah suatu proses membuat suatu
perancangan yang akan mendukung mission statement dan mission
objectives perusahaan atau organisasi untuk sistem database yang
dibutuhkan. Tahapan ini juga akan menjelaskan tiga fase, yaitu:
1. Conceptual Database Design
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.356),
conceptual database design adalah suatu proses
membangun suatu model dari data yang digunakan di
sebuah organisasi, tidak bergantung pada semua
pertimbangan fisikal.
2. Logical Database Design
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.357), logical
database design adalah suatu proses membangun suatu
model dari data yang digunakan di sebuah organisasi
21
berdasarkan pada data model tertentu, tetapi tidak
bergantung pada DBMS tertentu dan pertimbangan fisikal
lainnya.
3. Physical Database Design
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.358),
physical database design adalah suatu proses membuat
suatu deskripsi tentang implementasi database pada media
penyimpanan cadangan. Hal itu menggambarkan relasi
dasar, pengelolaan file, dan indeks digunakan untuk
mencapai akses data yang efisien, integrity constraints
terkait serta langkah-langkah keamanannya.
Pada dasarnya, perancangan conceptual dan logical database
untuk sistem yang lebih besar harus dipisahkan dari perancangan
physical untuk tiga alasan utama:
• Berhubungan dengan subjek yang berbeda – terhadap apa,
bukan bagaimana.
• Dilakukan pada waktu yang berbeda – terhadap apa yang
harus dipahami sebelum bagaimana pelaksanaannya
ditentukan.
• Membutuhkan skills yang berbeda – yang mana sering
ditemukan pada orang yang berbeda.
2.2.5 DBMS Selection
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.359), pada tahap ini
dilakukan pemilihan DBMS yang tepat untuk mendukung sistem
database. Namun tahap ini bersifat optional dikarenakan dalam
beberapa kasus, tujuan pemilihan DBMS adalah menentukan sistem
yang seusai dengan kebutuhan organisasi yang sekarang dan
kedepannya, biaya tambahan yang cukup besar yang dikeluarkan
untuk pembelian produk DBMS, software atau hardware yang
dibutuhkan untuk mendukung sistem database dan biaya perubahan
22
staff dan memberikan pelatihan kepada staff tersebut. Langkah-
langkah untuk memilih DBMS adalah sebagai berikut:
• Menentukan istilah referensi dari studi yang dilakukan.
• Membuat daftar sementara berisikan dua atau tiga produk
DBMS.
• Menguji produk DBMS tersebut.
• Memberikan saran DBMS mana yang akan digunakan dan
membuat laporan.
2.2.6 Application Design
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.363), Application
Design atau Perancangan Aplikasi adalah suatu proses perancangan
UI (User Interface) dan aplikasi tersebut yang akan digunakan dan
memproses database. Aplikasi yang dirancang harus bersifat easy to
learn, simple to use, dan straight forward and forgiving, sehingga
dapat membantu user dalam menggunakan aplikasi tersebut. Dua
aspek dalam perancangan aplikasi yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Transaction Design – suatu aksi, atau deretan aktifitas,
yang dilakukan oleh user tunggal atau aplikasi, yang
mengakses atau mengubah isi database. Terdapat tiga tipe
utama perancangan transaksi, meliputi:
• Retrival Informations
→ Digunakan untuk mengambil data dari tampilan
layar atau dari laporan yang dihasilkan.
• Update Transactions
→ Digunakan untuk memasukkan record baru,
menghapus record lama, atau memodifikasi
record yang sudah ada di database.
• Mixed Transactions
→ Melibatkan retrieval dan update data.
b. User Interface Design – Perancangan tampilan form atau
report.
23
2.2.7 Prototyping
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.367), prototyping adalah
suatu proses membangun a working model dari sistem database.
Model yang dibuat yaitu model yang dapat menggambarkan
bagaimana hasil akhir dari sistem database yang sedang dirancang.
Tujuan pembuatan prototype sistem database adalah untuk
memungkinkan user menggunakan prototype guna mengidentifikasi
fitur-fitur sistem yang berfungsi baik atau tidak, dan jika
memungkinkan, guna memberikan saran perkembangan atau fitur
tambahan lainnya. Ada dua strategi prototyping yang digunakan saat
ini, yaitu:
a. Requirements Prototyping
Untuk menentukan kebutuhan dari sistem database
yang diajukan, dan ketika kebutuhan tersebut terpenuhi,
maka prototype akan dihancurkan.
b. Evoulutionary Prototyping
Tujuannya sama, hanya yang membedakan, ketika
kebutuhan dari database yang diajukan terpenuhi,
prototype tidak akan dihancurkan, melainkan akan terus
dikembangkan hingga menjadi sistem database berjalan.
2.2.8 Implementation
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.367), Implementation
atau Implementasi adalah perwujudan fisik dari perancangan database
dan aplikasi. Implementasi database dapat dilakukan dengan
menggunakan DDL dari DBMS yang dipilih atau dengan GUI
(Graphical User Interface) dengan fungsi yang sama bersamaan
dengan menyembunyikan perintah DDL tingkat rendah.
2.2.9 Data Conversion and Loading
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.368), Data Conversion
and Loading adalah proses pengiriman data yang sudah ada ke dalam
24
database baru dan mengkonversikan aplikasi yang sudah ada agar
dapat dijalankan di database yang baru. Tahapan ini hanya dibutuhkan
jika adanya pergantian sistem database. Kapanpun data conversion
and loading dibutuhkan, prosesnya harus direncanakan atau dirancang
sebaik mungkin.
2.2.10 Testing
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.368) testing adalah
proses menjalankan sistem database dengan maksud menemukan
error pada aplikasi tersebut. Error dimaskud dapat ditemukan dengan
menggunakan strategi yang direncanakan secara hati-hati dan data
yang realistis. Testing juga harus mencakup kegunaan dari sistem
database. Beberapa kriteria evaluasi yang ideal saat melakukan
testing adalah sebagai berikut:
a. Learnability
→ Waktu yang dihabiskan oleh user baru untuk dapat
menggunakan aplikasi tersebut.
b. Performance
→ Performa aplikasi dalam memberikan response yang
sesuai terhadap pekerjaan user.
c. Robustness
→ Toleransi aplikasi terhadap user error.
d. Recoverability
→ Kemampuan sistem dalam melakukan recover dari
user error.
e. Adaptability
→ Tingkat kesesuaian aplikasi terhadap model
pekerjaan tunggal yang sebenarnya.
25
2.2.11 Operational Maintenance
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.369), Operational
Maintenance adalah proses monitoring dan maintaining sistem
database berikut instalasinya. Aktifitas pada tahapan ini meliputi:
a. Memantau performa dari sistem. Jika performa berada di
bawah tingkat yang disetujui, maka penyetman dan
penyusunan ulang perlu dilakukan.
b. Memelihara dan melalukan upgrade sistem database (jika
diperlukan). Requirements baru tersebut disatukan ke
dalam sistem database melalui tahap-tahap lifecycle
sebelumnya.
2.3 Entity Relationships Modelling (ER Modelling)
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.405), entity relationship
modelling adalah pendekatan top-down tahapan perancangan database yang
dimulai dengan mengidentifikasi data penting yang disebut entities dan
relationships antara data yang akan ditampilkan ke dalam model. Selanjutnya
dapat ditambahkan rincian lainnya seperti informasi yang ingin disimpan
terakit entity dan relationship yang disebut attributes dan constraints apapun
dalam sebuah entity, relationship dan attributes. ER Modelling merupakan
teknik yang penting untuk dikuasai oleh setiap database designer.
2.3.1 Entity Types
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.406), entity type adalah
sekumpulan objek yang memiliki kesamaan sifat yang dapat
diidentifikasi oleh perusahaan dengan adanya saling ketergantungan
independen. Entity Occurrence adalah suatu objek dari suatu entity
type yang dapat diidentifikasi secara unik.
26
Gambar 2.3 Entity Types
2.3.2 Relationship Types
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.408), relationship types
adalah sekumpulan hubungan set yang bemakna di antara entity types.
Setiap relationship type diberikan nama sesuai fungsinya.
Relationship occurrence adalah suatu hubungan yang dapat
diidentifikasi secara unik yang meliputi satu occurrence dari masing-
masing entity type yang terlibat.
Gambar 2.4 Relationship Types
27
a. Degree of Relationship Type
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.410), degree
of relationship type merupakan jumlah entity type yang
terlibat dalam sebuah relationship.
b. Recursive Relationship
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.412),
recursive relationship merupakan relationship type yang
mana entity type yang sama terlibat dari sekali dengan
fungsi yang berbeda.
2.3.3 Attributes
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.413), attribute adalah
property dari sebuah entity atau relationship type. Atribut menyimpan
nilai yang menggambarkan setiap entity occurrence dan bagian utama
dari data yang disimpan di database. Attribute domain adalah
sekumpulan nilai yang memungkinkan untuk digunakan satu atau
lebih atribut. Atribut dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Simple and Composite Attributes
Simple attribute adalah suatu atribut yang terdiri
dari suatu komponen tunggal yang tidak saling berkaitan.
Sedangkan composite attribute adalah suatu atribut yang
terdiri dari beberapa komponen, masing-masing dengan
eksistensi yang independen.
b. Single-Valued and Multi-Valued-Attributes
Single valued attributes adalah suatu atribut yang
menyimpan satu nilai tunggal untuk setiap occurrence dari
sebuah entity type. Sedangkan multi-valued attributes
adalah suatu atribut yang menyimpan beberapa komponen
untuk setiap occurrence dari sebuah entity type.
28
c. Derived Attributes
Derived attributes adalah suatu atribut yang
mewakili suatu value yang didapat dari value setiap atribut
yang berkaitan atau dari sekumpulan atribut, yang tidak
diharuskan ada di entity type yang sama.
2.3.4 Keys
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.415), keys dalam
database dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Candidate Key
→ Kumpulan minimum dari atribut yang secara unik
mengidentifikasikan setiap occurrence dari sebuah
entity type.
2. Primary Key
→ Candidate key yang dipilih untuk secara unik
mengidentifikasikan setiap occurrence dari sebuah
entity type. Jika terdapat dua candidate key yang bisa
dijadikan primary key, salah satu akan digunakan
sebagai primary key, dan yang satu lagi akan
dijadikan alternate key.
3. Composite Key
→ Candidate key yang terdiri dari satu atau lebih
atribut.
Terdapat dua key lagi, yaitu:
1. Super Key
→ Kumpulan atribut yang bisa dijadikan candidate key.
2. Foreign Key
→ Key penghubung yang memiliki kesamaan dengan
primary key dari tabel yang dituju.
29
2.3.5 Strong and Weak Entity Types
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.417), strong entity type
merupakan entity yang eksistensinya tidak bergantung pada entity type
lainnya. Sedangkan weak entity type merupakan entity yang
eksistensinya bergantung pada entity type lainnya. Sebagai contoh,
parent, owner atau dominant entities disebut sebagai strong entity
types dan child, dependent, atau subordinate entities disebut sebagai
weak entity types.
2.3.6 Structural Constraints
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.419), tipa utama dari
constraint dalam relationship disebut sebagai multiplicity. Multiplicity
merupakan jumlah kemungkinan occurrences dari sebuah entity types
yang mungkin berhubungan dengan occurrence tunggal dari sebuah
entity type terkait melalui relasi tertentu. Berdasarkan integrity
constraint, terdapat tiga jenis relasi antara lain:
a. One-to-One (1:1) Relationships
b. One-to-Many (1:*) Relationships
c. Many-to-Many (*:*) Relationships
Adapun multiplicity dengan tingkatan yang lebih tinggi dan
lebih complex, yaitu:
a. Multiplicity for Complex Relationships
→ Jumlah kemungkinan occurrences dari sebuah entity
type dalam sebuah n-ary relationship ketika nilai n-1
sudah ditentukan.
Multiplicity sebenarnya terdiri dari dua constraints yang
dikenal sebagai Cardinality dan Participation Constraints.
a. Cardinality
→ Menggambarkan jumlah maksimum dari
kemungkinan relationship occurrences untuk sebuah
entity yang terlibat dalam pemberian tipe
relationship.
30
b. Participation Constraints
→ Menentukan mana yang semua atau hanya sebagian
entity occurrences terlibat dalam sebuah
relationship.
2.3.7 Problem with ER Models
2.3.7.1 Fan Traps
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.426), fan trap
adalah situasi dimana sebuah model yang mewakili sebuah
relationship antara entity types, tetapi jalur antara entity
occurrences tertentun ambigu.
2.3.7.2 Chasm Traps
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.428), chasm
trap adalah situasi dimana sebuah model menyarankan
adanya sebuah relationship antara entity types, tetapi jalurnya
tidak ada antara entity occurrences tertentu.
2.4 Normalization
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.452), normalization adalah
sebuah teknik untuk menghasilkan sekumpulan relasi dengan property yang
diinginkan, sesuai dengan data requirements dari perusahaan. Tujuan
dilakukannya normalisasi adalah untuk mengidentifikasi kumpulan relasi
yang sesuai yang mendukung data requirement dari perusahaan. Karakteristik
kumpulan relasi yang sesuai tersebut, meliputi:
• Jumlah minimal atribut yang dibutuhkan untuk mendukung data
requirement dari perusahaan.
• Attribute dengan relasi logikal paling sesuai harus ditempatkan
pada relasi yang sama.
• Redundancy minimum.
31
Keuntungan menggunakan database yang memiliki kumpulan relasi
yang sesuai adalah database tersebut menjadi lebih mudah bagi user untuk
mengakses, memelihara data dan penggunaan penyimpanan yang lebih
sedikit.
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.464), terdapat tiga normal form
yang awalnya diusulkan, yaitu First Normal Form (1NF), Second Normal
Form (2NF), dan Third Normal Form (3NF). Kemudian, R.Boyce dan
E.F.Codd memperkenalkan normal form keempat yang dikenal dengan
Boyce-Codd Normal Form (BCNF). Terdapat normal form yang lebih tinggi
dari BCNF, yaitu Fourth Normal Form (4NF) dan Fifth Normal Form (5NF),
namun keduanya hanya digunakan untuk situasi yang jarang terjadi.
a. Unnormalized Form (UNF)
b. First Normal Form (1NF)
c. Second Normal Form (2NF)
d. Third Normal Form (3NF)
e. Boyce-Codd Normal Form (BCNF)
f. Fourth Normal Form (4NF)
g. Fifth Normal Form (5NF)
2.5 Metode Penelitian Perancangan Database
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.354), Database Design atau
Perancangan Basis Data adalah suatu proses membuat suatu perancangan
yang akan mendukung mission statement dan mission objectives perusahaan
atau organisasi untuk sistem database yang dibutuhkan. Tahapan ini juga
akan menjelaskan tiga fase, yaitu:
2.5.1 Conceptual Database Design
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.356), conceptual
database design adalah suatu proses membangun suatu model
dari data yang digunakan di sebuah organisasi, tidak
bergantung pada semua pertimbangan fisikal.
32
2.5.2 Logical Database Design
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.357), logical
database design adalah suatu proses membangun suatu model
dari data yang digunakan di sebuah organisasi berdasarkan
pada data model tertentu, tetapi tidak bergantung pada DBMS
tertentu dan pertimbangan fisikal lainnya.
2.5.3 Physical Database Design
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.358), physical
database design adalah suatu proses membuat suatu deskripsi
tentang implementasi database pada media penyimpanan
cadangan. Hal itu menggambarkan relasi dasar, pengelolaan
file dan indeks digunakan untuk mencapai akses data yang
efisien, integritas constraints terkait serta langka-langkah
keamanannya.
2.6 Metode yang Digunakan
2.6.1 Flowchart
Menurut Whitten dan Bentley (2007, p.97), Flowchart
merupakan salah satu jenis proses model yang paling sering
digunakan oleh system builders yang menunjukan semua tahapan
dalam suatu proses. Adapun flowchart digunakan untuk:
1. Mendefinisikan dan menganalisa proses.
2. Memberikan sebuah gambaran terkait dengan langkah-
langkah proses dalam menganalisa diskusi, ataupun
komunikasi antar proses.
3. Mendefinisikan untuk melakukan standarisasi ataupun
menemukan tempat untuk pengembangan suatu proses.
Flowchart membantu analis dan programmer untuk
memecahkan masalah ke dalam segmen-segmen yang lebih kecil dan
menolong dalam menganalisis alternatif-alternatif lain dalam
pengoperasioan. Flowchart biasanya mempermudah penyelesaian
33
suatu masalah khususnya masalah yang pelu dipelajari dan dievaluasi
lebih lanjut.
Terdapat dua model penulisan flowchart, yaitu:
1. System Flowchart
System flowchart merupakan diagram yang
memperlihatkan urutan prosedur dan proses dari beberapa
file di dalam media tertentu. Melalui system flowchart jenis
media penyimpanan yang dipakai dalam pengolahan data
akan terlihat. Selain itu juga dapat menggambarkan file
dipakai sebagai input dan output.
System flowchart tidak digunakan untuk
menggambarkan urutan langkah dalam memecahkan
masalah melainkan hanya untuk menggambarkan prosedur
dalam sistem yang dibentuk.
2. Program Flowchart
Program flowchart merupakan diagram yang
memperlihatkan urutan dan hubungan proses dalam suatu
program. Dua jenis metode penggambaran program
flowchart, yaitu:
a. Conceptual Flowchart
→ Menggambarkan alur pemecahan
masalah secara global.
b. Detail Flowchart
→ Menggambarkan alur pemecahan
masalah secara inti.
34
Tabel 2.1 Simbol-Simbol yang Digunakan Dalam Flowchart
Nama Simbol Fungsi
Flow Direction
Symbol
Simbol yang digunakan untuk
menghubungkan antara simbol
yang satu dengan simbol yang lain.
Simbol ini disebut juga connecting
line
Terminator Symbol
Simbol untuk permulaan (start)
atau akhir (stop) dari suatu kegiatan
Connector Symbol
Simbol untuk keluar – masuk atau
penyambungan proses dalam
lembar atau halaman yang sama
Connector Symbol
Simbol untuk keluar – masuk atau
penyambungan proses pada lembar
atau halaman yang berbeda
Processing Symbol
Simbol yang menunjukkan
pengolahan yang dilakukan oleh
komputer
Manual Operation
Symbol
Simbol yang menunjukkan
pengolahan yang tidak dilakukan
oleh komputer
Decision Symbol
Simbol pemilihan proses
berdasarkan kondisi yang ada
Input – Output
Symbol
Simbol yang menyatakan proses
input dan output tanpa tergantung
dengan jenis peralatannya
Manual Input
Symbol
Simbol untuk pemasukan data
secara manual on-line keyboard
35
Tabel 2.1 Simbol-Simbol yang Digunakan Dalam Flowchart (Lanjutan)
Nama Simbol Fungsi
Preparation Symbol
Simbol untuk mempersiapkan
penyimpanan yang akan digunakan
sebagai tempat pengolahan di
dalam storage
Predefine Proses
Symbol
Simbol untuk pelaksanaan suatu
bagian (sub-program) atau
prosedure
Display Symbol
Simbol yang menyatakan peralatan
output yang digunakan yaitu layar,
plotter, printer dan sebagainya
Disk and On-line
Storage Symbol
Simbol yang menyatakan input
yang berasal dari disk atau
disimpan ke disk
Document Output
Simbol yang menyatakan input
berasal dari dokumen dalam bentuk
kertas atau output dicetak ke kertas
File On Magnetic
Tape
Simbol yang menyatakan input
berasal dari pita magnetik atau
output disimpan ke pita magnetik
2.6.2 Data Flow Diagram
Menurut Whitten dan Bentley (2007, p.317), Data Flow
Diagram (DFD) adalah sebuah tool yang menggambarkan aliran data
dalam suatu sistem dan pekerjaan atau proses yang dilakukan oleh
sistem. Sinonim untuk Data Flow Diagram (DFD) meliputi bubble
chart, transformation graph, dan process model. Beberapa jenis Data
Flow Diagram (DFD) adalah sebagai berikut:
36
1. Context Diagram
→ Diagram konteks merupakan model yang
mendokumentasikan lingkup sistem, berisi satu dan
hanya satu proses.
2. Zero Diagram
→ Diagram nol merupakan interaksi input, output dan
data store untuk setiap proses.
Komponen serta simbol DFD (Data Flow Diagram) yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Simbol-Simbol yang Digunakan Dalam Data Flow Diagram
Nama Simbol Fungsi
Aliran Data
(Data Flow)
Simbol untuk merepresentasikan
data input ke suatu proses dan data
output dari suatu proses
Penyimpanan Data
(Data Store)
Simbol untuk suatu kumpulan data
yang disimpan untuk pengguna
selanjutnya
Proses
(Process)
Tugas yang dilakukan oleh sistem
dalam merespon aliran data atau
kondisi yang masuk
External Entity Organisasi atau sistem lain yang
berinteraksi dengan sistem
2.7 Teori Terkait Tema Penelitian
2.7.1 Koperasi
2.7.1.1 Definisi
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan
37
atas asas kekeluargaan (Pasal 1 UU RI No.25 Tahun 1992
Tentang Perkoperasian).
Moh. Hatta atau Bapak Koperasi Indonesia
mendefinisikan Koperasi adalah usaha bersama untuk
memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong
menolong. Semangat tolong menolong tersebut didorong oleh
keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan prinsip
seorang buat semua dan semua buat seorang.
ILO (International Labour Organization) secara
universal mengatakan bahwa “Cooperative defined as an
associatiion of persons usually of limited means, who have
voluntarily joined together to achieve a common economic
end through the formation of a democrattically controlled
business organization, making equitable contributtion to the
capital required and accepting a fair share of risk and
benefits of undertaking”.
2.7.1.2 Tujuan
Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut
membangun tatanan perekonomian Nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
(Pasal 3 UU RI No. 25 Tahun 1992).
2.7.1.3 Fungsi dan Peran
Fungsi dan peran Koperasi adalah:
a. Membangun dan mengembangkan potesi dan
kemampuan ekonomi anggota pada khususnya
dan pada masyarakat pada umumnya untuk
38
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan
sosialnya.
b. Berperan serta secara aktif dalam upaya
mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat.
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar
kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional
dengan koperasi sebagi sokogurunya.
d. Berusaha untuk mewujudkan dan
mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
(Pasal 4 UU RI No. 25 Tahun 1992)
2.7.1.4 Prinsip
Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai
berikut:
a. Keanggotaan bersifat suka rela dan terbuka.
b. Pengelolaan dilaksanakan secara demokratis.
c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil
sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-
masing anggota.
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap
modal.
e. Kemandirian.
Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi
melaksanakan pula prinsip koperasi sebagai berikut:
a. Pendidikan perkoperasian.
b. Kerja sama antar Koperasi
(Pasal 5 UU RI No. 25 Tahun 1992).
39
2.7.1.5 Koperasi Simpan Pinjam
Menurut Kazmir (2007, p.270), koperasi simpan
pinjam merupakan lembaga pembiayaan dikarenakan usaha
yang dijalankan koperasi simpan pinjam adalah usaha
pembiayaan yaitu menghimpun dana dari para anggotanya
yang kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada
para anggotanya atau masyarakat umum.
2.7.2 PHP
PHP atau Hypertext Preprocessor pertama kali diperkenalkan
oleh Rasmus Lerdorf pada tahun 1995 untuk keperluan dinamisasi
Web Site pribdainya. Menurut Diar (2010, p.31) PHP adalah akronim
dari Hypertext Preprocessor, yaitu bahasa pemograman berbasiskan
kode-kode (script) yang digunakan untuk mengolah suatu data dan
mengirimkannya kembali ke web browser menjadi kode HTML. PHP
juga memenuhi kebutuhan akan bahasa scriptting server side yang
sederhana, kuat, dan memiliki konektivitas dengan beragam database
server. Kode PHP mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu:
a. Hanya dapat dijalankan menggunakan web server, misal
Apache.
b. Kode PHP diletakkan dan dijalankan di web server.
c. Kode PHP dapat digunakan untuk mengakses database,
seperti MySQL, PostgreSQL, Oracle, dan lain-lain.
d. Merupakan software yang bersifat open source.
e. Gratis untuk di-unduh dan digunakan.
f. Memiliki sifat multiplatform, artinya dapat dijalankan
menggunakan sistem operasi apapun, seperti Linux, Unix,
Windows, dan lain-lain.
2.7.3 MySQL
MySQL merupakan database server yang berhubungan erat
dengan PHP. MySQL adalah sistem manajemen basis data relasi yang
bersifat terbuka atau open source dan implementasi dari Relational
40
Database Management Systems atau Sistem Manajemen Basis Data
Relasional (RDBMS). MySQL merupakan program database server
yang mampu menerima dan mengirimkan data dengan sangat cepat,
multi user serta menggunakan bahasa standar SQL (Structured Query
Language) sebagai bahasa interaktif dalam mengelola data. Perintah
SQL sering juga disebut Query.
Sistem manajemen basis data ini adalah hasil pemikiran dari
Micharl “Monty” Widenius, David Axmark, dan Allan Larson pada
tahun 1995. Tujuan awal ditulisnya program MySQL adalah untuk
mengembangkan aplikasi web. MySQL dibuat oleh TcX dan telah
dipercaya mengelola sistem dengan 40 buah database berisi 10.000
tabel dan 500 di antaranya memiliki 7 juta baris.
MySQL menawarkan berbagi keunggulan dibandingkan
database serve lain. Berikut ini adalah beberapa keunggulan MySQL:
1. Database Storage Engine ini banyak digunakan oleh
programmer apalagi oleh web developer karena sifatnya
yang gratis (free).
2. Mampu menangani jutaan user dalam waktu yang
bersamaan.
3. Memiliki user privilege system yang mudah dan efisien.
4. Kemampuannya sudah bisa diandalkan, mempunyai
kapasitas yang cukup mencapai sekitar 60.000 tabel
dengan jumlah record mencapai 5.000.000 bahkan untuk
terbaru sudah lebih.
5. Keamanan datanya cukup aman walaupun tidak sehebat
PostgreSQL apalagi Oracle.
6. Engine ini sudah dapat diakses secara multiplatform
sehingga mampu diaplikasikan di berbagai sistem operasi.
7. MySQL ini cocok untuk diaplikasikan ke jenis aplikasi
kelas kecil dan menegah.
8. Sangat cepat dalam mengeksekusi perintah.
41
2.7.4 Lima Faktor Manusia Terukur
Menurut Shneiderman dan Plaisant (2010, p.32-33), demi
tercapainya tujuan dari IMK, maka perancangan interface sebaiknya
tidak lupa untuk mengikut sertakan evaluasi terhadap lima faktor
terukur dari manusia sebagai berikut:
1. Waktu untuk Belajar
Ukuran berapa lama seorang user untuk
mempelajari fungsi-fungsi di dalam sebuah aplikasi hingga
pada akhirnya dapat menggunakan dengan baik.
2. Kecepatan Performa
Ukuran berapa lama suatu fungsi atau serangkaian
tugas di dalam aplikasi tersebut dilakukan.
3. Tingkat Error yang dilakukan Pengguna
Ukuran berapa banyak dan jenis error yang
dilakukan oleh user di dalam melakukan serangkaian
tugas.
4. Daya Ingat Pengguna
Ukuran berapa lama user mempertahankan ingatan
dan pengetahuannya setelah beberapa jam, hari, atau
bahkan minggu.
5. Kepuasan Subjektif
Ukuran seberapa puas user atau berbagai aspek
dari suatu sistem.
2.7.5 Eight Golden Rules
Menurut Shneiderman dan Plaisant (2010, p.88), ada delapan
aturan yang lebih dikenal Eight Golden Rules of Interface Design.
Kedelapan aturan ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
42
merancang antarmuka pengguna yang baik. Isi dari kedelapan aturan
ini adalah:
1. Berusaha Untuk Konsisten
Aturan konsisten adalah aturan yang sering
dilanggar karena memiliki banyak bentuk konsistensi,
seperti urutan tindakan, pewarasan, layout, jenis tulisan
dan lain sebagainya. Tampilan yang konsisten akan
membantu pengguna agar tetap merasa berada dalam
aplikasi yang sama walaupun telah ke halaman lainnya.
2. Memenuhi Kebutuhan Universal
Perancangan sebaiknya dilakukan dengan
mengenali kebutuhan pengguna. Hal ini dapat diwujudkan
dengan menambahkan berbagai fitur seperti penjelasan
untuk kalangan pemuda dan shortcut untuk pengguna yang
sudah ahli. Desain seperti ini diharapkan dapat
memaksimalkan kualitas sistem dan memperkarya
rancangan antarmuka dengan baik.
3. Memberikan Umpan Balik yang Informatif
Umpan balik dari sistem sebaiknya ada pada setiap
aksi pengguna. Untuk aksi yang sering dilakukan, umpan
balik atau tanggapan dapat dibuat secara sederhana,
sedangkan untuk aksi yang jarang dilakukan, umpan balik
atau tanggapan seharusnya dibuat lebih jelas dan tegas.
4. Merancang Dialog yang Memberikan Penutupan
Urutan aksi sebaiknya diatur menjadi kelompok
bagian awal, tengah, dan akhir. Buatlah umpan balik yang
informatif ketika pengguna telah menyelesaikan salah satu
kelompok bagian. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
tanda atau mengindikasikan agar pengguna dapat siap
melangkah pada kelompok aksi berikutnya.
43
5. Memberikan Pencegahan Kesalahan
Sistem sebaiknya di desain untuk mengarahkan
pengguna agar pengguna tidak dapat membuat kesalahan
yang fatal. Sistem harus dapat mendeteksi jika terdapat
kesalahan dengan menawarkan instruksi yang sederhana,
spesifik dan konstruktif untuk memperbaiki kesalahan.
6. Memungkinkan Pembalikan Aksi yang Mudah
Dalam suatu sistem, aksi pengguna sebaiknya
dibalikkan. Pengguna dapat kembali ke aksi atau keadaan
yang sebelumnya ketika melakukan kesalahan, sehingga
pengguna tidak ragu untuk memilih pilihan lain yang
belum bisa digunakan.
7. Menjadi Pusat Kendali Internal
Sistem mendukung pengguna untuk menjadi
pengontrol utama sistem lalu sistem akan merespons aksi
yang dilakukan oleh pengguna.
8. Mengurangi Beban Ingatan Jangka Pendek
Merancang sistem yang memungkinkan pengguna
tidak perlu mengingat banyak perintah. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengelola tampilan yang sederhana,
urutan aksi yang jelas dan penyediaan informasi yang
diperlukan.
2.7.6 HTML
Menurut Connolly dan Begg (2015, p.1055), HTML atau
Hypertext Markup Language merupakan bahasa standar yang
digunakan untuk mendesin hampir seluruh halaman web. Dimana kita
dapat mengontrol tampilan web page dan content-nya,
mempublikasikan dokumen secara online, membuat form online untuk
pendaftaran atau transaksi, dan menambahkan objek-objek, seperti
44
image, audio, video, dan java applet ke dalam dokumen HTML.
HTML adalah aplikasi Standardrized Generalized Markup Language
(SGML), yaitu sistem untuk mendefinisikan tipe dokumen terstruktur
dan menetapkan bahasa untuk merepresentasikan tipe dokumen.
2.7.7 CSS
Menurut Prasetio (2012, p.260), Cascading Style Sheets (CSS)
adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengatur halaman
HTML dan memperindah halaman website. Pemanfaatannya antara
lain untuk menentukan warna dan jenis huruf, tata-letak komponen
teks dan gambar, dan berbagai aspek tampilan lainnya.
2.7.8 Web
Menurut Sibero (2011, p.11), website adalah suatu sistem yang
berkaitan dengan dokumen digunakan sebagai media untuk
menampilkan teks, gambar, multimedia dan lainnya pada jaringan
internet.
2.7.9 Web Browser
Menurut Arief (2011, p.8), “Browser adalah aplikasi yang
mampu menjalankan dokumen-dokumen web dengan cara
diterjemahkan”. Prosesnya dilakukan oleh komponen yang terdapat di
dalam aplikasi browser yang biasa disebut Web Engine. Semua
dokumen aplikasi web ditampikan oleh browser dengan cara
diterjemahkan. Beberapa jenis browser yang populer saat ini
diantaranya adalah Internext Explorer yang diproduksi oleh
Microsoft, Mozilla Firefox, Opera, dan Safari yang diproduksi oleh
Apple.
Browser dapat disebut sebagai jembatan antara pengguna
internet dengan internet, karena tanpa browser para pengguna internet
tidak dapat memanfaatkan internet yang ada. Dengan menggunakan
45
web browser, pengguna internet dapat mengakses dan memanfaatkan
berbagai informasi yang terdapat di internet dengan mudah.
2.8 Studi Hasil Aplikasi yang Sudah Ada
Sebelumnya koperasi Al-Munir sudah memiliki aplikasi sejenis yang
membantu operasional koperasi, namun berdasarkan keterangan staff
koperasi, terdapat beberapa permasalahan dengan aplikasi tersebut sehingga
aplikasi tersebut tidak dapat digunakan. Masalah yang paling utama menurut
mereka, aplikasi tersebut sama sekali tidak bisa dijalankan, sehingga mereka
tidak bisa melakukan testing terhadap aplikasi tersebut.
Gambar 2.5 Halaman Login
46
Gambar 2.6 Halaman Beranda
Gambar 2.7 Halaman Menu Anggota
47
Gambar 2.8 Halaman Registrasi
Gambar 2.9 Halaman List Anggota
48
Gambar 2.10 Halaman Menu Laporan
Gambar 2.11 Halaman Laporan Pinjaman
49
Gambar 2.12 Halaman Laporan Neraca
Gambar 2.13 Halaman Menu Simpanan
50
Gambar 2.14 Halaman Entri Simpanan
Gambar 2.15 Halaman Update Simpanan
51
Gambar 2.16 Halaman Menu Pinjaman
Gambar 2.17 Halaman Entri Pinjaman
52
Gambar 2.18 Halaman Update Pinjaman
Gambar 2.19 Halaman Logout