BAB I - ELT: SYAHRIAL Z. | English School Jambi University€¦ · Web viewPENDAHULUAN . Latar...
Transcript of BAB I - ELT: SYAHRIAL Z. | English School Jambi University€¦ · Web viewPENDAHULUAN . Latar...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan peneliti di SDN No.07/IX
Lubuk Kuari, Pijoan pada kelas 3 yang jumlah siswanya sebanyak 15 orang
dengan fasilitas yang terdapat di SD ini masih sangat minim, selain buku-
buku yang tersedia di perpustakaan masih sangat kurang memadai tidak
tersedianya media pembelajaran dan suasana kelas yang kurang nyaman
membuat anak didik kurang bersemangat pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
Adapun salah satu komponen yang sangat penting dalam dunia
pendidikan adalah guru. Dalam konteks ini guru mempunyai peranan yang
sangat besar karena guru merupakan objek yang berhadapan langsung dengan
peserta didik. Untuk itu di harapkan bahwa sebagai seorang guru kita harus di
tuntut tidak hanya sekedar mampu mengajarkan anak didik saja, tetapi kita
juga harus mampu membelajarkan anak didik dan itu dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara atuara lain : Melakukan pendekatan konteksulal (CTL)
lain halnya dengan yang terjadi di SDN No 07/IX Lubuk Kuari Pijoan.
Khususnya di kelas tiga, pada saat pembelajaran guru hanya menggunakan
fasilitas seadanya saja, yaitu berupa buku panduan dan LKS. Metode
pembelajarannya pun masih kurang bervariasi, hanya berupa metode
ceramah.
IPA (ilmu pengetahuan alam) merupakan mata pelajaran yang
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi IPA juga merupakan suatu
proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangannya lebih lanjut menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajaran IPA sebaiknya dengan cara pemberian
pengalaman belajar secara langsung, dalam hal ini siswa di arahkan untuk
belajar secara inquiri, dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Pada dasarnya pelajaran IPA di anggap sehagai mata pelajaran yang mudah,
karena konsep-konsep materi ajarnya berhubungan dengan alam sekitar baik
secara langsung maupun tidak langsung. Dengan konsep yang alamiah secara
tidak langsung meningkatkan prestasi belajar siswa, karena siswa cepat
menguasai konsep-konsep pada hampir semua materi ajar, seperti yang terjadi
pada siswa kelas 3 SDN No.07/IX Lubuk Kuari Pijoan. Oleh karena itu,
sebagian besar siswa dapat di katakan berhasil menguasai konsep-konsep
dalam mata pelajaran IPA pada semester pertama ini karena nilai rata-rata 7.0
dapat diperoleh oleh hampir semua siswa pada materi yang di ajarkan. Akan
tetapi dengan seringnya siswa memperoleh hasil yang dapat dikatakan
sempurna dan dapat membuat siswa meremehkan mata pelajaran IPA.
Mereka mengaggap remeh dan bermalas-malasan dan kurang antusias
(bersemangat) ketika pembelajaran IPA, karena sebagian besar siswa
menganggap bahwa dirinya sudah bisa dan tidak perlu lagi belajar IPA.
Dengan kondisi tersebut dan jika dibiarkan terlalu lama dikhawatirkan
prestasi belajar siswa menurun.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian
yang berjudul: Meningkatkan Motivasi Balajar Siswa pada Mata Pelajaran
IPA di SDN No.07/IX Lubuk Kuari Pijoan” di Kelas 3 sebanyak 10 orang
siswa dari 15 siswa secara keseluruhan kurang bersemangat saat proses KBM
berlangsung.
Adapun ciri-ciri masalah:
1. Anak didik kurang bersemangat pada saat proses KBM berlangsung.
2. Anak didik sibuk bermain dengan aktivitasnya masing-masing tanpa
memperhatikan penjelasan guru di depan kelas.
3. Anak didik tidak dapat menjawab penanyaan yang dilontarkan guru.
Penyebab masalah:
1. Guru tidak menggunakan pendekatan pembelajaran realistik.
2. Guru kurang kreatif dalam merancang model-model pembelajaran.
3. Guru tidak menggunakan media pembelajaran yang komunikatif.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di SDN No.
07/IX Lubuk Kuari Pijoan, pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan
pendekatan kontekstual (contextual teaching learning / CTL)?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengungkap pendekatan yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
kelas 3 SD N No. 07 / IX Lubuk Kuari Pijoan, pada mata pelajaran IPA.
2. Mengungkapkan suatu pendekatan yang dapat meningkatkan aktivitas dan
kreativitas siswa kelas II SDN No. 07/IX Lubuk Kuari Pijoan pada mata
pelajaran IPA.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi siswa
dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran IPA, sehingga terbentuk lingkungan belajar yang lebih hidup
dan bermakna.
2. Bagi Guru
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru, yakni dapat
memberikan pengalaman dan wawasan bagi guru halnya dalam
pembelajaran, khususnya bagi siswa kelas rendah membutuhkan
pendekatan pembelajaran yang dapat memberikan rasa nyaman dan rasa
senang pada siswa, sehingga dapat meningkatkan minat dan motivasi
siswa pada pembelajaran IPA.
3. Bagi Kepala Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk kebijakan dalam
upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran serta perlunya kerjasama
yang baik antara guru dengan kepala sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran IPA
IPA merupakan mata pelajaran yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari untuk memenuhi kehidupan manusia melalui pemecahan-
pemecahan masalah yang dapat diidentifikasi (BNSP, 2006). Oleh karena itu
pembelajaran IPA menggunakan konsep pembelajaran yang alamiah.
Dalam pembelajaran IPA diperlukan motivasi, rangsangan dan
dorongan yang dapat membangkitkan gairah dan minat siswa terhadap mata
pelajaran tersebut. Hal-hal yang dapat memotivasi siswa dalam belajar antara
lain:
1. Anak yakin bahwa apa yang dipelajari akan bermanfaat bagi dirinya.
2. Situasi belajar yang menyenangkan.
Menurut M. Sobry Sutikno, motivasi berpangkal dari kata motif yang
dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Mc.
Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri sesesorang yang ditandai
dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan.
Nasution (1992) mengungkapkan pengertian motivasi belajar, yaitu
kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Sedangkan
Nurhayati (1999, dalam Maulana. 2002) berpendapat bahwa motivasi belajar
adalah suatu dorongan atau usaha untuk menciptakan situasi, kondisi, dan
aktivitas belajar, karena didorong adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan
belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan
dalam diri individu untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi ada dua, yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik, adalah motivasi
yang timbul dari dalam diri individu tanpa ada paksaan dari orang lain, tetapi
atas dasar kemauan sendiri. Motivasi ekstrinsik, adalah jenis motivasi yang
timbul sebagai akibat pengaruh dari luar diri individu atau motivasi yang
timbul karena pengaruh dari lingkungan.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan,
bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi,
yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran
sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak
terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada
disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka
motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dan luar dirinya mutlak
diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik
sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu
seorang guru menjelaskan mengenai tujuan instruksional khusus yang
akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula
motivasi dalam belajar.
2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu
semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa
yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang
berprestasi.
3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi
yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan
penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat
proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar
siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi
belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta
didik.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun
kelompok.
9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, meningkatkan motivasi belajar melibatkan
pihak-pihak sebagai berikut.
1. Siswa. Siswa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri untuk
meningkatkan motivasi belajar pada dirinya agar memperoleh hasil belajar
yang memuaskan. Motivasi berupa tekad yang kuat dari dalam diri siswa
untuk sukses secara akademis, akan membuat proses belajar semakin giat
dan penuh semangat.
2. Guru. Guru bertanggung jawab memperkuat motivasi belajar siswa lewat
penyajian bahan pelajaran, sanksi-sanksi dan hubungan pribadi dengan
siswanya. Dalam hal ini guru dapat melakukan apa yang disebut dengan
menggiatkan anak dalam belajar. Usaha-usaha yang digunakan dalam
menggiatkan adalah :
a. Mengemukakan pertanyaan;
b. Memberi ganjaran;
c. Memberi hadiah;
d. Memberi hukuman/sanksi;
Kreativitas serta aktivitas guru harus mampu menjadi inspirasi bagi para
siswanya. Sehingga siswa akan lebih terpacu motivasinya untuk belajar,
berkarya, dan berkreasi.
3. Orang tua atau keluarga dan lingkungan tugas memotivasi belajar bukan
hanya tanggung jawab guru semata, tetapi orang tua juga berkewajiban
memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Selain itu motivasi sosial dapat
timbul dari orang-orang lain di sekitar siswa, seperti dari tetangga, sanak
saudara atau teman bermain.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Belajar merupakan hal yang kompleks. Apabila ini dikaitkan dengan
hasil belajar siswa. ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
Menurut Suryabrata (1989:142), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar digolongkan menjadi 3, yaitu: faktor dari dalam, faktor dari luar dan
faktor instrumen.
Faktor dari dalam, yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar
yang berasal dari siswa yang sedang belajar. Faktor-faktor ini meliputi:
1. Fisiologi, meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca
indra. Anak yang segar jasmaninya akan lebih mudah proses belajarnya.
Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya di
bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi. Kondisi panca indra yang
baik akan memudahkan anak dalam proses belajar.
2. Kondisi psikologis, yaitu beberapa faktor psikologis utama yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat, minat,
motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.
a. Faktor kecerdasan yang dibawa individu mempengaruhi belajar siswa.
Semakin individu itu mempunyai tingkat kecerdasan tinggi, maka
belajar yang dilakukannya akan semakin mudah dan cepat. Sebaliknya
semakin individu itu memiliki tingkat kecerdasan rendah, maka
belajarnya akan lambat dan mengalami kesulitan belajar.
b. Bakat individu satu dengan lainnya tidak sama, sehingga menimbulkan
belajarnya pun berbeda. Bakat merupakan kemampuan awal anak yang
dibawa sejak lahir.
c. Minat individu merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu.
Minat belajar siswa yang tinggi menyebabkan belajar siswa lebih
mudah dan cepat.
d. Motivasi belajar antara siswa yang satu dengan siswa lainnya tidaklah
sama. Adapun pengertian motivasi belajar adalah "Sesuatu yang
menyebabkan kegiatan belajar terwujud". Motivasi belajar dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain: cita-cita siswa, kemampuan belajar
siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam
belajar dan upaya guru membelajarkan siswa.
e. Emosi merupakan kondisi psikologi (ilmu jiwa) individu untuk
melakukan kegiatan, dalam hal ini adalah untuk belajar. Kondisi
psikologis siswa yang mempengaruhi belajar antara lain: perasaan
senang, kemarahan, kejengkelan, kecemasan dan lain-lain.
f. Kemampuan kognitif siswa yang mempengaruhi belajar mulai dari
aspek pengamatan, perhatian, ingatan, dan daya pikir siswa.
Faktor dari luar, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini meliputi:
1. Lingkungan alami
Lingkungan alami yaitu faktor yang mempengaruhi dalam proses
belajar misalnya keadaan udara, cuaca, waktu, tempat atau gedungnya,
alat-alat yang dipakai untuk belajar seperti alat-alat pelajaran.
a. Keadaan udara mempengaruhi proses belajar siswa. Apabila udara
terlalu lembab atau kering kurang membantu siswa dalam belajar.
Keadaan udara yang cukup nyaman dilingkungan belajar siswa akan
membantu siswa untuk belajar dengan lebih baik.
b. Waktu belajar mempengaruhi proses belajar siswa misalnya:
pembagian waktu siswa untuk belajar dalam satu hari.
c. Cuaca yang terang benderang dengan cuaca yang mendung akan
berbeda bagi siswa untuk belajar. Cuaca yang nyaman bagi siswa
membantu siswa untuk lebih nyaman dalam belajar.
d. Tempat atau gedung sekolah mempengaruhi belajar siswa. Gedung
sekolah yang efektif untuk belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut
letaknya jauh dari tempat-tempat keramaian (pasar, gedung bioskop,
bar, pabrik dan lain-lain), tidak menghadap ke jalan raya, tidak dekat
dengan sungai dan sebagainya yang membahayakan keselamatan
siswa.
e. Alat-alat pelajaran yang digunakan baik itu perangkat lunak (misalnya.
program presentasi) ataupun perangkat keras (misalnya Laptop, LCD).
2. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial di sini adalah rnanusia atau sesama manusia,
baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir.
Kehadiran orang lain pada waktu sedang belajar, sering kali mengganggu
aktivitas belajar. Dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar
siswa ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) lingkungan sosial siswa
di rumah yang meliputi seluruh anggota keluarga yang terdiri atas: ayah.
ibu, kakak atau adik serta anggota keluarga lainnya. (2) lingkungan sosial
siswa di sekolah yaitu: teman sebaya, teman lain kelas, guru, kepala
sekolah serta karyawan lainnya, dan (3) lingkungan sosial dalam
masyarakat yang terdiri atas seluruh anggota masyarakat.
Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya
dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan. Faktor instrumen ini antara
lain: kurikulum, struktur program, sarana dan prasarana, serta guru. Faktor
instrumen yang berkaitan dengan sarana dan prasarana pembelajaran adalah
media pembelajaran.
Motivasi sangat menentukan hasil belajar siswa, oleh karena untuk
membangkitkan kembali minat siswa terhadap mata pelajaran IPA, maka
seorang guru harus terlebih dahulu membangkitkan motivasi belajar siswa.
Guru harus menumbuhkan kembali semangat siswa dalam belajar dan
meminimalisir kejenuhan siswa terhadap mata pelajaran IPA.
Dalam meningkatkan motivasi belajar anak dengan memakai
pendekatan pembelajaran yang inovatif dengan sarana dan prasarana belajar
yang kondusif. Dalam hal ini guru dapat menyelipkan tantangan dalam
pembelajaran, sehingga siswa dapat tertantang dan mengurangi kebosanan
siswa pada mata pelajaran tersebut.
Peningkatan motivasi belajar menggairahkan siswa dalam belajar dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang efektif dan
inovatif Dalam hal ini, guru dapat menggunakan pendekatan kontekstual
(Contextual Teaching Learning (CTL)).
Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Depdiknas, 2002).
Menurut Dr. Zolazlan Hamidi (2001), kaidah pendekatan kontekstual
atau Contextual Teaching Learning (CTL) adalah proses pembelajaran yang
merangkumkan contoh yang diterbitkan daripada pengalaman harian dalam
kehidupan pribadi masyarakat serta profesion dan menyajikan aplikasi hands-
on yang konkrit (nyata) tentang bahan yang akan dipelajari.
Pendekatan kontekstual memilki tujuh komponen. antara lain:
1. Konstruktivisme (Constructivisme)
Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Menemukan (Inquiry)
Guru harus merancang kegiatan pembelajaran yang merajuk pada
kegiatan menemukan apapun materi yang diajarkannya.
3. Bertanya (Questioning)
Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan kegiatan bertanya.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Menciptakan masyarakat belajar dengan pembentukan kelompok-
kelompok belajar yang anggotanya heterogen.
5. Pemodelan (Modeling)
Guru menghadirkan model sebagai contoh atau media dalam
pembelajaran.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi dilakukan pada akhir pertemuan, misalnya dengan
mencatat hal-hal yang telah dipelajari diskusi, maupun hasil karya.
7. Autentik Asesmen (Authentic Assessment)
Melakukan authentic assessment (penilaian sebenarnya) dengan
berbagai cara, baik dalam proses maupun hasil sebagai tolok ukur
keberhasilan pembelajaran.
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual bertujuan untuk
membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan
(ditransfer) dari suatu permasalahan ke permasalahan lain, dari suau konteks
ke konteks lain (Suara Merdeka, 16 Februari 2004).
Pendekaan kontekstual sangat cocok digunakan dalam mata pelajaran
IPA karena dalam hal ini kaidah kontekstual lebih bertumpu pada usaha guru
sebagai pembimbing (fasilitator) yang membimbing siswa ke arah
pembentukan daya pikir siswa melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran yang
bersifat alamiah yang bersumber dari pengalaman siswa. Dengan pengalaman
siswa yang tumbuh dari lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitar
merupakan material yang sangat berharga, dan dapat dikembangkan dalam
pembelajaran. Dengan kegiatan pendekatan kontekstual tersebut, diharapkan
dapat mengurangi rasa jenuh siswa terhadadap mata pelajaran IPA. Dengan
kurangnya atau bahkan hilangnya rasa jenuh siswa terhadap mata pelajaran
IPA, maka dapat membangkitkan kembali minat siswa terhadap pembelajaran
IPA.
2.2 Kerangka Bertikir
Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat secara teori hubungan sebab
akibat antara variabel dependen dan variabel independen, bahwa semakin
sering kita pendekatan kontekstual dan dapat mengaplikasikan secara
langsung kepada anak didik dalam proses pembelajaran, maka semakin baik
pula hasil yang akan dicapai oleh anak didik dalam pembelajaran.
2.3 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dengan pendekatan contextual teaching learning (CTL) diharapkan
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III SDN No. 07/IX Lubuk
Kuari Pijoan, pada mata pelajaran IPA.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Subjek Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN No. 07/IX Luhuk Kuari
Pijuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 3 yang berjumlah 14 orang, 5
orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Mereka rata-rata berumur 9-10 tahun.
Dari hasil pengamatan peneliti di lapangan, menunjukkan bahwa
sebagian besar orang tua anak SDN No. 07/IX Lubuk Kuari itu bermata
pencaharian sebagai petani dan wiraswasta, sehingga sebagian besar orang tua
mereka tergolong pada perekonomian menengah ke bawah.
3.2 Prosedur Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 siklus, setiap siklus terdiri
dari 4 fase, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
3.2.1 Perencanaan
Perencanaan penelitian ini, peneliti melakukan enam kegiatan
utama, yaitu:
• Meneliti kelas
• Merumuskan penelitian
• Melakukan tindakan
• Membuat RPP perbaikan
• Membuat lembaran observasi
• Menentukan jadwal penelitian
• Membuat matrix
a. Meneliti kelas
Penelitian ini dilakukan di SD No. 07/IX Lubuk Kuari Pijoan Kelas
3, jumlah siswa sebanyak 14 orang.
b. Merumuskan penelitian
Bagaimana meningkatkan motivasi siswa pada mata pelajaran IPA
dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
c. Melakukan tindakan
Penelitian ini akan dilakukan dalam 3 siklus, namun RPP yang
dilakukan baru 1 siklus, yaitu 3 RPP.
d. Membuat lembaran observasi
Observasi dilakukan untuk mengambil perubahan data, dan yang
diamati proses dalam pembelajaran.
e. Menentukan jadwal penelitian
f. Membuat matrix
3.2.2 Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan pada pembelajaran IPA.
3.2.3 Observasi
Observasi dilakukan bersama dengan dilaksanakannya tindakan
observasi dilakukan mengumpulkan data kerja guru dan aktivitas siswa
selama proses pembelajaran.
3.2.4 Refleksi
Peneliti menganalisis sesuai informasi yang terekam selama proses
pembelajaran, melalui format observasi dan hasil evaluasi yang
dilakukan.
Format Penilaian